Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di RSJD Provsu Tahun 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan

sosial yang diberikan oleh perawat

terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan
seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan dibidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan
bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari
penerapan ilmu tentang perilaku manusia, psikososial, biopisik dan teori- teori
kepribadian dimana penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik
sebagai alat atau instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Erlinafsiah, 2010).
Perawatan psikiatrik menurut American Nurses Associations (ANA)
merupakan area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu

tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan
mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Yosep,
2010).

Universitas Sumatera Utara

Perawat jiwa berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan yang dapat
dilakukan dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Selain itu
perawat berperan sebagai advokat, edukator, koordinator, kolaborator dan
konsultan (Imron, 2010).
Dalam menjalankan perannya perawat mengalami stres. Stres adalah salah
satu bahaya psikologis di tempat kerja di zaman modern saat ini. Menurut
hasil survei dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006,
sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami
stres. Selain itu American National Association for Occupational Safety

menempatkan kejadian stress pada perawat berada di urutan paling atas pada
empat puluh pertama kasus stres pada pekerja (Wahyu, 2009)
Penelitian yang dilakukan The National Institute Occupational Safety and
Health (NIOSH) menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan
dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk
terkena stres kerja atau depresi. Pada penelitian yang dilakukan pada perawatperawat yang bekerja di rumah sakit jiwa, Dawkins dkk 1998, dalam Rahman
(2010) melacak enam kategori stresor pada perawat jiwa, yaitu karakteristik
pasien yang negatif, masalah pengorganisasian administrasi, keterbatasan
sumber daya, penampilan staf, konflik staf dan masalah penjadwalan.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan Kusumawati (2008) tentang Stres Perawat di
Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapati
bahwa gejala ya ng timbul pada stres perawat dalam penanganan pasien
dengan perilaku kekerasan yang dijumpai di rumah sakit jiwa meliputi sedih,
menghindar, emosi, marah, kelelahan, lebih waspada, intonasi suara jadi
tinggi, berpikir tidak realistis, dan khawatir.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
menunjukkan bahwa dari 60,98% perawat mengalami stres kerja yang tinggi.

Hal ini disebabkan lingkungan kerja, beban kerja perawat dan ancaman
serangan ditempat kerja (Ade, 2010)
Banyak perilaku yang dapat memicu atau mempertahankan respons
terhadap stres. Perubahan lama dan menggantinya dengan perilaku yang baru
dan tepat akan membantu menyelesaikan masalah yang menyebabkan stres.
Keterampilan berperilaku asertif adalah perilaku untuk merasakan dan
mengekspresikan emosi, dan pendapat. Keasertifan diri bukanlah sikap pasif
yang memperkuat persetujuan atau penolakan dan juga bukan sikap agresif
yang dapat mengintimidasi orang lain (National safety Council, 2003)
Menurut Sukaji (1983) dalam Fitri (2009) perilaku asertif adalah perilaku
seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi
yang tepat, jujur, relatif terus terang dan tanpa perasaan cemas terhadap orang
lain. Perilaku asertif merupakan perilaku seseorang dalam mempertahankan
hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan
secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Perilaku asertif sebagai

Universitas Sumatera Utara

perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan me mpertimbangkan pikiran

dan kesejahteraan orang lain.
Menurut Notoadmojo (2003) dalam Umiyati (2009) pengetahuan
merupakan bagian dari perilaku manusia yakni ungkapan apa yang diketahui
atau hasil dalam pekerjaan. Pengetahuan mempunyai andil yang cukup besar
terhadap pembentukan perilaku, khususnya perilaku asertif sehingga perilaku
asertif seseorang berhubungan dengan apa yang diketahui tentang asertif dan
menjadikan hasil yakni perilaku asertif.
Hasil penelitian yang dilakukan Ratih (2009)

di RSUD dr. Djoeham

Binjai menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang perilaku asertif
dalam kategori cukup 68,3 %. Hal ini disebabkan pemahaman perawat tentang
perilaku asertif masih belum baik karena beranggapan bahwa perilaku asertif
bertujuan untuk membuat orang lain senang.
Sebuah penelitian deskriptif dilakukan di Minnesota (AS)

untuk

menentukan tingkat ketegasan dari perawat profesional dan untuk menentukan

apakah tingkat ketegasan terkait dengan faktor- faktor demografi berdasarkan
usia, jenis kelamin, pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan pelatihan
sebelumnya. Sampel terdiri dari 500 perawat terdaftar (tingkat respons 64%),
yang dipilih secara acak. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Perawat
terlatih dengan tingkat pendidikan tertinggi secara signifikan lebih asertif
daripada perawat yang belum terlatih dan pendidikan masih rendah (Roger,
2008).

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian yang dilakukan J Nurs Manag (2007) tentang Pengaruh
Pelatihan Berbasis Web Pernyataan Untuk Manajemen Stres Perawat Jepang
menunjukkan bahwa pernyataan pengetahuan dan perilaku sukarela dalam
asertif selama pelatihan meningkat dan stres kerja menurun sekitar 65,9 %.
Sebuah

penelitian

yang


dilakukan

Kristianingsih

(2008)

yang

mengidentifikasi Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Stres Kerja pada
Perawat di Rumah Sakit Umum Magetan dan Rumah Sakit Griya Husada
Madiun, diperoleh hubungan yang berkorelasi negatif antara stres dengan
perilaku asertif yaitu semakin seorang perawat berperilaku asertif maka stres
kerjanya akan semakin rendah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang perawat di RSJD Provsu
Medan menunjukkan bahwa 7 orang perawat mengalami stres kerja yang
disebabkan komunikasi yang kurang antar sesama perawat, kelelahan, suasana
kerja yang tidak mendukung, kebosanan dan beban kerja. Dari 3 orang
perawat mengatakan bahwa mereka bisa mengatasi stres yang mereka alami
dengan cara menghargai sesama perawat dan menerima apa yang menjadi
tanggung jawab mereka. Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti

tentang hubungan pengetahuan perawat tentang perilaku asertif dengan tingkat
stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah Bagaimana hubungan pengetahuan perawat tentang perilaku asertif
dengan tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara ?

3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat tentang perilaku
asertif dengan tingkat stres pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang perilaku asertif di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Mengidentifikasi tentang stres kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera.
3. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat tentang perilaku
asertif dengan tingkat stres pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

4. Manfaat Penelitian
1. Praktek Keperawatan
Bagi institusi diharapkan dapat mendukung pengetahuan perawat tentang
perilaku asertif perawat seperti pelatihan dan seminar. Dapat menjadi
seorang yang asertif bukan hal yang mudah namun perilaku asertif bisa
dipelajari dan diharapkan pemahaman akan perilaku asertif sehingga
memberikan kontribusi terciptanya suasana kerja yang diinginkan perawat.
2. Pendidikan Keperawatan
Memberikan masukan kepada institusi pendidikan keperawatan sehingga
dapat memberikan pemahaman konsep perilaku asertif.
3. Penelitian keperawatan
Dengan dilakukannya penelitian diharapkan hasilnya dapat memberikan

informasi yang penting mengenai perilaku asertif perawat dan tingkat stres
kerja pada perawat dan diharapkan menjadi sumber data yang berguna
untuk melihat pengaruh perilaku asertif terhadap tingkat stres kerja
perawat.

Universitas Sumatera Utara