Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di RSJD Provsu Tahun 2012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku
Menurut Skinner seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme dan kemudian organisme merespon (Notoadmojo, 2003).
Berdasarkan teori Skinner maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum diamati secara
jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka.Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.


Universitas Sumatera Utara

Perilaku Asertif
Keasertifan diri didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk berkeinginan
kuat merasa nyaman dengan pikiran, perasaan dan tindakan kita, tidak
menghambat juga tidak membuat tindakan yang agresif, untuk memperbaiki diri
sendiri di dalam lingkungan. Keasertifan diri telah menjadi fokus utama dalam
mengubah perilaku yang berkaitan dengan stres. Keasertifan adalah salah satu dari
tiga gaya umum perilaku manusia, yang terletak diantara perilaku pasif dan
perilaku agresif (National Safety Council, 2003).
Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengemukakan pikiran, perasaan,
pendapat secara langsung, jujur dan dengan cara yang tepat dan sesuai dalam
penyampaiannya yaitu tidak menyakiti atau merugikan diri sendiri maupun orang
lain. Beberapa aspek dari perilaku asertif, yaitu berusaha mencapai tujuan,
kemampuan mengungkapkan perasaan, menyapa atau memberi salam kepada
orang lain, menampilkan cara yang efektif dan jujur, menanyakan alasan,
berbicara mengenai diri sendiri, menghargai pujian dari orang lain, penolakan,
menatap lawan bicara, dan respon melawan rasa takut (Retnaningsih, 2007).

2.1.2 Pendekatan dalam Membangun Perilaku Asertif

Dalam membangun assertivitas terdapat beberapa pendekatan yang
dapat ditempuh. Salah satunya adalah Formula 3 A, yang terangkai dari tiga
kata Appreciation, Acceptance, Accommodating.
Appreciation berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran
orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu

Universitas Sumatera Utara

atas apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka pun seperti kita, tetap
membutuhkan perhatian orang lain. Dengan demikian, agar mereka mau
memperhatikan, memahami, dan menghargai diri kita, maka sebaiknya kita
mulai dengan terlebih dahulu menunjukkan perhatian, pemahaman dan
penghargaan kepada mereka.
Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat
positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi
yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri
mereka masing- masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan
berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang
negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih- milih
orang dalam berhubungan dengan tidak membatasi diri hanya pada

keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan
latar belakang lainnya.
Accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa
terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa
memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita
jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat
mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi
yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri. Dalam
artian, kita dapat memperlihatkan toleransi dengan penuh rasa hormat,
namun bukan berarti kita jadi ikut lebur dalam pandangan orang lain,
apalagi dengan hal- hal yang bertentangan dengan diri kita. Hal ini penting

Universitas Sumatera Utara

sekali untuk diperhatikan agar kita mampu menempatkan diri secara benar
di tengah khalayak luas, sekaligus membina saling pengertian dengan
banyak orang (Managing Partner The Jakarta Consulting Group, 2006).

2.1.2 Unsur-unsur Perilaku Asertif
Perilaku asertif perawat terdiri dari dua unsur yakni verbal dan non

verbal. Unsur verbal meliputi menyatakan tidak atau menyatakan sikap,
meminta bantuan atau mempertahankan hak dan mengungkapkan perasaan.
Sedangkan unsur non verbal mencakup kekerasan suara/volume suara,
kelancaran mengatakan kata-kata, kontak mata, ungkapan wajah, ungkapan
tubuh dan jarak pada saat berinteraksi (Lowry, 2009).

2.1.3 Keterampilan Perawat Bersikap Asertif
a.

Belajar berkata “tidak” : mengajarkan untuk berkata tidak jika tidak
sanggup memikul tanggung jawab tambahan, tanpa harus merasa
bersalah atau merasa telah melukai perasaan orang lain.

b.

Belajar cara menggunakan pernyataan “saya” : membantu untuk
mengklaim kepemilikan pikiran, perasaan, pendapat, persepsi dan
keyakinan.

c.


Menggunakan kontak mata. Tidak adanya kontak mata akan dipandang
orang sebagai pengungkapan ketidakjujuran atau ketidaknyamanan
dengan apa yang anda ucapkan. Kontak mata sering kali sulit dilakukan
ketika anda harus mengungkapkan perasaan anda kepada orang lain,

Universitas Sumatera Utara

terutama jika anda merasa takut ditolak.pelatihan bersikap asertif
mendorong anda untuk melakukan kontak mata ketika mengungkapkan
pikiran, perasaan dan pendapat kepada orang lain.
d.

Menggunakan

bahasa

tubuh

yang


asertif.

Cara

berdiri

dan

memposisikan tangan, kaki, dan tubuh dapat memperkuat atau justru
memperlemah pesan anda.
e.

Melakukan penolakan secara damai. Apabila pendapat dan fakta
disampaikan dengan tenang, semua sudut pandang dapat tergambar
dalam proses pembuatan keputusan sehingga penolakan tersebut
dianggap sehat.

f.


Menghindari manipulasi.

g.

Mencoba berespons bukan bereaksi. Belajar merespons sebuah situasi
berarti meluangkan waktu untuk memikirkan respons yang sesuai
dengan situasi saat itu dan menggunakannya.

2.1.4

Ciri-ciri Perawat Asertif
Fensterheim dan Baer (1980) berpendapat seseorang dikatakan
mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata
maupun tindakan.
b. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
c. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan
dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


d. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan
cenderung bersifat negatif.
e. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan.
f. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
g. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
h. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap
berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin,
sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri
(self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

2.1.5

Teknik-teknik bertindak asertif
a. Memberikan umpan balik.
b. Meminta umpan balik dari orang lain.
c. Menentukan batasan.

d. Membuat permintaan.
e. Berlaku persisten.
f. Mengabaikan provokasi
g. Merespon kritik.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6

Kategori perilaku asertif
Prinsip dan bentuk asertif antara lain:
a. Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak,
untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain.
b. Kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun
negative.
c. Kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan.
Ada 3 kategori perilaku asertif yaitu :
a. Asertif penolakan yaitu ucapan untuk memperhalus, seperti misalnya :
maaf.
b. Asertif pujian yaitu mengekspresikan perasaan positif, seperti misalnya

menghargai,

menyukai,

mencintai,

mengagumi,

memuji

dan

bersyukur.
c. Asertif permintaan yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta
orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau
tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan.

2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni: penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior)
Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus terlebih dahulu.
b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation ( menimbang- nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial ,Orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng( Long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoadmojo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2

Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitive mempunyai 6 tingkatan:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

obyek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus statis dalam
perhitungan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian
tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dalam Diri Seseorang
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Universitas Sumatera Utara

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin

banyak

informasi

yang

masuk

semakin

banyak

pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut .
2. Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam- macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain- lain mempunyai pengaruh besar

Universitas Sumatera Utara

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Universitas Sumatera Utara

masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Stres Kerja
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia (National Safety Council, 2003).
Stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit,
tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja
yang tertentu (Dadang, 2006).
Stres kerja juga merupakan penentu penting timbulnya depresi, penyebab
keempat terbesar timbulnya penyakit di seluruh dunia. Bukan suatu hal yang
mustahil jika pada kurun waktu tertentu muncul stres, karena apa yang
dikerjakan nampak sia-sia atau tidak menghasilkan sesuatu yang berarti bagi
dirinya maupun orang lain. Terlebih lagi, jika kondisi ini dibarengi dengan
faktor eksternal lainnya, seperti kurang mendapat penghargaan, tuntutan
pengembangan diri kurang, situasi lingkungan kerja yang kurang kondusif,
dan lainnya. Semakin tuntutan yang tidak terpenuhi, semakin meningkat
kualitas stres yang dihadapi (Hadi, 2011).

2.3.2 Sumber Stres Kerja dalam Keperawatan
Menurut Abraham C. dan Shanley F. (1997) sumber stres dalam
keperawatan meliputi :
a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien,
mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi,

Universitas Sumatera Utara

merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja
dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga.
b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf yang lain, misalnya
mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak
menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja
dengan staf.
c. Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan
menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau
tindakan baru dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan
tindakan cepat.
d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien misalnya bekerja
dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional
pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan, merasa
tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau
keluarga dan merawat pasien yang sulit atau tidak kerja sama.
e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik misalnya pasien lansia,
pasien yang nyeri kronis dan yang meninggal selama dirawat.
(Sunaryo,2004).

2.3.3 Gejala-gejala stres kerja
Gejala-gejala stres mencakup sisi mental, sosial dan fisik. Hal- hal ini
meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit

Universitas Sumatera Utara

kepala, sering menangis, sulit tidur, perasaan was-was, frustasi dan lainlain.
Gejala-gejala terhadap stres dibagi menjadi menjadi empat bagian :
a.

Fisik, meliputi sakit kepala, jantung berdebar-debar, lidah menjadi
kelu, kehilangan nafsu makan, sulit tidur, berkeringat secara
berlebihan, kaku dibagian dada, leher dan punggung bagian
belakang, diare, sembelit, sulit konsentrasi dan mudah merasa lelah.

b.

Emosi, meliputi mudah marah, cemas, pencemburu, kurang istirahat,
tidak

sabaran,

mudah

menangis,

tidak

punya

inisiatif,

menyendiri,banyak pikiran, dan tidak memiliki refleksi respons
emosi yang positif. Kondisi ini dipicu karena ketidakstabilan hormon
didalam tubuh.
c.

Kognitif, contohnya pelupa, khawatir berlebihan, tidak fokus, kurang
kreatif, sulit berpikir dan berpikiran negatif.

d.

Lingkungan, contohnya

menarik diri dari lingkungan dan tidak

peduli. (Wulandari,2010).

2.3.4 Tahapan Stres Kerja
Menurut Van Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan oleh Hawari
(2001) bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:
a. Stres Tahap Pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai dengan
perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan
menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi
badan tidak terasa segar dan merasa letih, lekas capek pada saat
menjelang sore hari, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar,
otot tengkuk dan punggung menjadi tegang. Hal ini disebabkan karena
cadangan tenaga yang tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi
yang tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah
terjaga dan sulit untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi, koordinasi
tubuh terganggu dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak
mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terlalu sulit dan
menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, dan gangguan pada pola tidur,
sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta dapat
menimbulkan ketakutan serta kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan
secara fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang
sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa
takut dan cemas, bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam, yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan keluar
banyak keringat.

Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Akibat Stres Kerja
a. Kelelahan akibat kerja
Meliputi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh
adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan situasi yang
menuntut secara emosional. Misalnya sedih tanpa sebab, bingung,
kehilangan

orientasi,

mudah

marah,

hilangnya kepedulian atau

kesabaran, mudah sinis, gangguan somatis atau fisik berupa sakit kepala,
sakit kepala, sakit sendi, gangguan perut, dan lain- lain yang tidak jelas
penyebabnya dan tidak kunjung sembuh.
b. Psikosomatis
Psikosomatis adalah penyakit yang berupa gejala-gejala fisik yang
disebabkan atau diperburuk oleh faktor mental atau psikologis.
Sebenarnya segala penyakit melibatkan reaksi pikiran dan fisik, namun
beberapa penyakit dapat diperburuk oleh faktor mental seperti stres
misalnya penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.
c. Trauma
Secara psikologis trauma mengacu pada pengalaman yang mengagetkan
dan menyakitkan yang melebihi situasi stres yang dialami manusia dalam
kondisi wajar.
d. Trauma sekunder
Trauma sekunder adalah gejala trauma yang dapat dialami oleh orang
yang tidak mengalami peristiwa traumatis secara langsung.

Universitas Sumatera Utara

e. Kelelahan kepedulian
Merupakan kelelahan emosional disebabkan karena empati dan
kepedulian yang terus-menerus sebagai tuntutan dan sifat pekerjaan yang
terus menerus harus memperhatikan orang lain. Orang yang mengalami
kelelahan kepedulian biasanya cenderung mengalami kelelahan fisik
yang sangat, perasaan tak berdaya, sedih tanpa sebab, bingung dan
perasaan bersalah yang terus- menerus karena tidak bisa membantu orang
lain yang memerlukan bantuan (Wulandari, 2010).
2.3.6 Penanganan Stres Kerja
Stres sebenarnya tidak selalu buruk dan merupakan bagian normal dari
kehidupan sehari- hari. Stres merupakan motivasi yang dibutuhkan
seseorang untuk aktif karena merupakan suatu energi. Namun, stres dapat
menimbulkan perasaan tidak nyaman jika seseorang tidak mampu
menanganinya. Cara penanganan stres kerja yang dialami adalah :
a. Merencanakan dengan baik aktivitas : apa, mengapa, bagaimana,
kapan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
akan dikerjakan.
b. Membangun iklim kerja yang menyenangkan yaitu dengan bersikap
terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja.
c. Mengerti terhadap tugas dan tanggung jawab, serta tidak ragu untuk
bertanya.
d. Melakukan beberapa kali istrahat untuk beberapa menit selama
bekerja.

Universitas Sumatera Utara

e. Memiliki sikap toleransi kepada sesama rekan kerja.
f. Mendelegasikan sebagian tanggung jawab kepada rekan kerja
g. Mempertahankan semangat tim kerja.
h. Menyediakan lingkungan kerja yang baik, meminimalkan gangguangangguan seperti suara, ventilasi, cahaya dan suhu.
i.

Berolahraga secara teratur.

j. Melakukan meditasi. Para ahli kesehatan mengatakan bahwa alat yang
sangat ampuh dalam mengatasi stres adalah meditasi. Meditasi sangat
membantu membersihkan pikiran kita dan meningkatkan konsentrasi.
(Wulandari, 2010).

Universitas Sumatera Utara