Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

10

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Tujuan Negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam alinea keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(selanjutnya disebut UUD 1945), yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia. Penegasan bahwa Indonesia
negara hukum juga terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. 1 Pasal 18 ayat (1)
dalam UUD 1945 “bahwa Negara kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu di bagi atas kabupaten dan kota, yang tiaptiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintah daerah yang diatur
dengan undang-undang”. Dalam sistem negara kesatuan (unitary state), hubungan
antar level pemerintahan berlangsung secara inklusif (inklusif authority model)
yaitu penyelenggaraan pemerintah daerah tetap di kontrol oleh pemerintah pusat
agar tercipta kesatuan negara.
Suatu negara untuk menjalankan fungsinya sebagai pemerintah atau
penguasa setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu salah
satunya bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya pajak juga
merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat tanpa ada

masyarakat tidak mungkin ada suatu pajak.2
1

Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal: 17
Abdul Kadir, dkk. Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah Dalam
Menopang Desentralisasi Fiskal. Fisip USU, Medan, 2008, hal 7.
2

Universitas Sumatera Utara

11

Berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, tentunya diharapkan dapat memberikan dampak nyata yang luas terhadap
peningkatan pelayananan masyarakat. Pelimpahan wewenang dari Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah menghendaki terciptanya penyelenggaraan pelayanan
dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah
daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas
pelayanan.
Salah satu syarat yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan

otonomi daerah adalah tersedianya sumber-sumber pembiayaan. Sumber-sumber
pembiayaan daerah tersebut telah diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anatra Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah, yaitu terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.3
Pengaruh

pemerintah

pada

masyarakat

melalui

tugas

mengurus


mempunyai makna pemerintah terlibat dalam bidang kesejahteraan sosial dan
ekonomi maupun pemeliharaan kesehatan dengan secara aktif menyediakan sarana,
prasarana, financial dan personal. Adapun pengaruh pemerintah pada masyarakat
melalui tugas mengatur mempunyai makna bahwa pemerintah terlibat dalam
penerbitan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan termasuk melahirkan
system-sistem perizinan. Melalui instrumen pengaruran tersebut pemerintah
mengendalikan masyarakat dalam bentuk peraturan termasuk izin yang

3

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

12

mengandung larangan dan kewajiban. Izin sendir sebagai salah satu instrument
pengaturan yang paling banyak digunakan oleh pemerintah dalam mengendalikan
masyarakat. Dengan demikian, sebagai salah satu instrument pemerintah yang
berfungsi mengendalikan tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.4
Pada dasarnya mendirikan bangunan rumah adalah sebuah perbuatan yang
berbahaya, hal ini karena bangunan rumah merupakan tempat bagi manusia
beraktifitas sehari-hari, baik ketika di rumah maupun di kantor. Kriteria bahaya
tersebut muncul ketika bangunan tersebut memiliki syarat tertentu agar tidak roboh
dan mencelakai orang di dalam atau di sekitarnya. Berbagai macam usaha
pembangunan di kota telah dilaksanakan di Indonesia selama ini, namun secara
umum diketahui pula bahwa di balik hasil pembangunan fisik kota yang menunjang
kesejahteraan masyarakat, tidak sedikit pula dampak pembangunan yang dirasa
merugikan kehidupan fisik dan psikis masyarakat. Bangunan didirikan dengan
syarat pertimbangan dan perhitungan yang matang mengenai bentuk struktur dan
kekuatan struktur serta kekuatan bahan yang digunakan. Dengan demikian
bangunan tersebut akan kuat dan tidak rusak/roboh mencelakai orang di dalamnya,
oleh karena itu perlu peran pemerintah dengan melalui IMB.
Adanya IMB berfungsi supaya pemerintah dapat mengontrol dalam rangka
pendataan fisik kota sebagai dasar yang sangat penting bagi perencanaaan,
pengawasan dan penertiban pembangunan kota yang terarah dan sangat bermanfaat
bagi pemilik bangunan karena memberikan kepastian hukum atas berdirinya

4


Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara , Rajagrafindo, 2010, Jakarta, hal 112-113

Universitas Sumatera Utara

13

bangunan yang bersangkutan dan akan memudahkan bagi pemilik bangunan untuk
suatu keperluan, antara lain pemindahan hak bangunan kepada pihak lain (seperti
jual beli, pewarisan,penghibahan dan sebagainya) untuk mencegah tindakan
penertiban jika tidak memiliki IMB. 5
Banyak hal yang menjadi kendala pada saat apa yang dikehendaki atau
diamanahkan oleh Undang-Undang atau Peraturan daerah ini mengalami hambatan
dilapangan
Berdasarkan latar belakang di atas maka skripsi ini berjudul Beberapa
Masalah

dalam

Pelaksanaan


Retribusi

Izin

Mendirikan

Bangunan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

I.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:
1. Bagaimanakah pengaturan retribusi izin mendirikan bangunan di Kota
Medan ?

2. Bagaimanakah

pelaksanaan

retribusi

izin

mendirikan

bangunan

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Izin Mendirikan Bangunan?
3. Bagaimana masalah dalam pelaksanaan retribusi izin mendirikan
bangunan di Kota Medan?
5

Adrian Sutedi, hukum Perizinan Dalam sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta
2010 hal 213.


Universitas Sumatera Utara

14

J.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaturan retribusi izin mendirikan bangunan di Kota
Medan.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan retribusi izin mendirikan bangunan
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Izin Mendirikan Bangunan.
3. Untuk mengetahui masalah dalam pelaksanaan retribusi izin mendirikan
bangunan di Kota Medan.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut
a. Manfaat teoritis

Sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum,
khususnya dalam masalah pelaksanaan retribusi izin mendirikan bangunan
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
b. Secara praktis
Sebagai sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan dalam bidang
perizinan, terutama bagi praktisi hukum dan pejabat atau pegawai
pemerintah, di dalam melaksanaan pekerjaannya sebagai pejabat yang
ditunjuk oleh undang-undang, untuk melakukan tugas yang berkaitan
dengan masalah dalam pelaksanaan retribusi izin mendirikan bangunan

Universitas Sumatera Utara

15

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

K. Keaslian Penulisan
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan literatur yang diperoleh dari

perpustakaan dan dari media massa baik media cetak maupun media elektronik.
Skripsi ini merupakan hasil karya yang belum pernah diangkat oleh mahasiswa
sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data yang terdaftar di sekretariat
jurusan Hukum Administrasi Negara. Adapun judul yang ada di perpustakaan USU
antara lain :
1. Misalina br Bukit (2012), dengan judul penelitian Hubungan pembuatan izin
mendirikan bangunan dalam peningkatan pendapatan asli daerah di Kota
Medan. Adapun permasalahan dalam penelitian adalah:
a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
b. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
c. Hubungan pembuatan izin mendirikan bangunan dalam peningkatan
pendapatan asli daerah di Kota Medan.
2. Debora Margareth Uli Silitonga (2014), dengan judul penelitian Prosedur
Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 (Studi di Kabupaten Deli
Serdang). Adapun permaslahan dalam penelitian ini adalah:
a. Pemerintah daerah sebagai pelaksana birokrasi pemerintahan di daerah.
b. Prosedur pemberian izin mendirikan bangunan berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Deli Serdang.


Universitas Sumatera Utara

16

c. Kendala-kendala dalam penerbitan izin mendirikan bangunan di
Kabupaten Deli Serdang.
Dengan demikian, penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan asli
sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka
sehingga dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka
terhadap masukan dan kritik yang konstruktif terkait dengan data dan analisis
dalam penelitian ini.

L. Tinjauan Pustaka
1.

Perizinan
Perizinan merupakan instrumen kebijakan pemerintah/pemda untuk

melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh
aktivitas sosial maupun ekonomi, izin juga merupakan instrumen untuk
perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. Sebagai
instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang
dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai acuan. Tanpa rasionalitas dan desain
instrumen untuk membela kepentingan individu.6
Menurut Sjachran Basah, dalam Adrian Sutedi izin adalah perbuatan hukum
administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit
berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan.7 Jadi dapat dikatakan bahwa izin merupakan

6

Cecep Triwibowo, Perizinan Rumah Sakit Sebuah Kajian Hukum Kesehatan,
Jakarta,2012, hal 7
7
Adrian Sutedi, Op.Cit., hal 170

Universitas Sumatera Utara

17

perangkat

hukum

administrasi

yang

digunakan

oleh

pemerintah

untuk

mengendaikan warganya.
2.

Izin Mendirikan Bangunan
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 tahun 2012 Tentang

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Izin mendirikan bangunan, yang selanjutnya
disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali
untuk bangunan fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung
untuk membangun baru, mengubah/

memperbaiki/ rehabilitasi/ renovasi,

memperluas, mengurangi, dan/ atau merawat bangunan, dan/ atau memugar dalam
rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku.
Menurut Susanta izin mendirikan bangunan (IMB) adalah izin yang
diberikan oleh pemerintah daerah kepada pribadi, sekelompok orang atau badan
untuk membangun dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai dengan izin yang
diberikan karena telah memenuhi ketentuan dari berbagai aspek, baik pertanahan,
teknis, perencanaan serta lingkungan. 8 Sedangkan menurut Dwi Izin mendirikan
bangunan atau lebih sering dikenal IMB adalah izin yang diberikan untuk
melakukan kegiatan membangun yang dapat diterbitkan apabila rencana bangunan
dinilai telah sesuai dengan ketentuan yang meliputi aspek pertanahan, aspek
planologis (perencanaan), aspek teknis, aspek kesehatan, aspek kenyamanan, dan
aspek lingkungan. Sebelum memulai mendirikan bangunan, bangunan sebaiknya
memiliki kepastian hukum atas kelayakan, kenyamanan, keamanan, sesuai dengan

8

Gatut Susanta, Mudah Mengurus IMB. Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, hal 6

Universitas Sumatera Utara

18

fungsinya.9 Ternyata, IMB tidak hanya diperlukan untuk mendirikan bangunan baru
saja, tetapi juga dibutuhkan untuk membongkar, merenovasi, menambah,
mengubah, atau memperbaiki yang mengubah bentuk atau struktur bangunan.
3.

Pajak dan Retribusi Daerah
Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara

(pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan
terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali
(kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Ditinjau dari lembaga pemungutnya, pajak dibedakan menjadi dua,
yaitu pajak pusat (disebut juga pajak negara) dan pajak daerah. Pajak pusat adalah
pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui undang-undang, yang
wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat dan hasilnya digunakan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan pembangunan. 10
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun jenis-jenis pajak daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009

9

Yuni Dwi, Panduan Praktis Mengurus IMB. Pustaka Grahatama, Yogyakarta, 2008, hal

11.
10

Marihot P. Siahaan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hal 7

Universitas Sumatera Utara

19

dikelompokkan menjadi dua menurut wilayahnya, yang meliputi Pajak Provinsi dan
Pajak Kabupaten/Kota sebagai berikut:
1) Pajak Propinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
2) Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas;
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan:
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Di samping jenis pajak daerah seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
daerah juga diberi keleluasaan atau peluang untuk menciptakan pajak daerah
lainnya asal sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Beberapa

Universitas Sumatera Utara

20

kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru adalah sebagai
berikut:11
a. Bersifat sebagai pajak dan bukan retribusi.
b. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum.
c. Potensinya memadai.
d. Tidak berdampak negatif terhadap perekonomian.
e. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
f. Menjaga kelestarian lingkungan hidup
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena
adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara
perorangan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia, saat ini
penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi
yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Menurut UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah, yang
selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Termasuk
golongan dan jenis retribusi daerah adalah: 12
1) Jenis-jenis retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan
tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah berdasarkan kriteria yang
ditetapkan dalam undang-undang,
11

J.P. Saragih. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2003, hal 7

Universitas Sumatera Utara

21

2) Dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi selain yang ditetapkan
dalam peraturan pemerintah sesuai dengan kewenangan otonominya 13
Adapun yang menjadi objek retribusi berdasarkan Undang-Undang No. 28
Tahun 2009 adalah jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu. Dengan
demikian, jenis retribusi menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 dibagi atas
tiga golongan, yaitu sebagai berikut.
1. Retribusi Jasa Umum;
2. Retribusi Jasa Usaha;
3. Retribusi Perizinan Tertentu.
Perbedaan pajak daerah dan retribusi daerah tidak hanya didasarkan atas
objeknya, tetapi juga perbedaan atas pendekatan tarif.14 Oleh sebab itu, tarif
retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk melaksanakan atau
mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya. Semakin efisien pengelolaan
pelayanan publik di suatu daerah, maka semakin kecil tarif retribusi yang
dikenakan. Semakin banyak jenis pelayanan publik dan meningkatnya mutu
pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap masyarakatnya,
maka kecenderungan perolehan dana retribusi semakin besar. Namun, banyaknya
jenis retibusi yang dikenakan kepada masyarakat jelas merupakan beban bagi
masyarakat lokal. Oleh sebab itu, kebijakan retribusi daerah sering menimbulkan
kontroversial di daerah, baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah

12
13

Marihot P. Siahaan, Op.Cit, hal 10
B. Elmi. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia . UI-Press, Jakarta, 2002,

hal 21
14

J.P. Saragih, Op.Cit, hal 18

Universitas Sumatera Utara

22

diberlakukan karena terkadang pemda memungut retribusi tanpa ada imbalan
langsung yang dirasakan oleh masyarakat.

M. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif, di mana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur
penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan
dipandang dari sisi normatifnya.15
Untuk menunjang diperolehnya data yang aktual dan akurat, penelitian
yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan
fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun
sinkronisasi berdasarkan aspek yuridis, dengan tujuan menjawab permasalahan
yang menjadi objek penelitian.16
2. Teknik Pengumpulan Data
Bahan atau materi yang dipakai dalam skripsi ini diperoleh melalui
penelitian kepustakaan. Dari hasil penelitian kepustakaan diperoleh data sekunder
yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Dalam konteks ini, data sekunder mempunyai peranan, yakni melalui data
sekunder tersebut akan tergambar beberapa masalah dalam pelaksanaan retribusi
izin mendirikan bangunan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
15

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Surabaya, 2005, hal. 46.
16
Ibid

Universitas Sumatera Utara

23

Penelitian yuridis normatif lebih menekankan pada data sekunder atau
data kepustakaan yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan
berupa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah,

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan

Gedung, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
PelaksanaanUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Tata Ruang, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pemberian Izin
Mendirikan Bangunan, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun
2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Peraturan
Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas
Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan.
b. Bahan hukum sekunder berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan
ilmiah hasil penelitian para ahli.

Universitas Sumatera Utara

24

c. Bahan hukum tertier berupa bahan yang dapat mendukung bahan hukum
primer, terdiri dari kamus hukum, kamus Inggris-Indonesia dan kamus
besar Bahasa Indonesia.
Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif
yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama
ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan studi dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penelitian. Dan untuk melengkapi data yang berasal dari
studi kepustakaan tersebut juga dilakukan wawancara dengan informan yaitu
Dinas Perizinan Kota Medan.

4. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif dengan logika induktif yaitu berfikir dengan halhal yang khusus menuju hal yang umum dengan menggunakan perangkat
interpretasi dan kontruksi hukum yang bersifat komparatif, artinya penelitian ini
digolongkan sebagai penelitian normatif yang dilengkapi dengan perbandingan
penelitian data-data sekunder.
N. Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Bagian bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan

Universitas Sumatera Utara

25

BAB II

PENGATURAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
DI KOTA MEDAN
Bab ini berisikan tinjauan umum tentang retribusi, yang terdiri dari
pengertian retribusi, jenis-jenis retribusi dan subjek dan objek
retribusi izin mendirikan bangunan serta dasar hukum pengenaan
retribusi izin mendirikan bangunan.

BAB III

PELAKSANAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
BERDASARKAN
NOMOR

5

PERATURAN

TAHUN

2012

DAERAH

TENTANG

KOTA MEDAN
RETRIBUSI

IZIN

MENDIRIKAN BANGUNAN
Bab ini berisikan gambaran umum Kota Medan, Pelaksanaan
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan dan Pengawasan
terhadap Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota
Medan
BAB IV

BEBERAPA MASALAH DALAM PELAKSANAAN RETRIBUSI
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN
Bab ini berisikan masalah dalam pelaksanaan retribusi izin
mendirikan bangunan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan
dan

upaya dalam mengatasi masalah dalam pelaksanaan

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian
bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang
dibuat berdasarkan uraian penelitian, kemudian dilengkapi dengan
saran yang mungkin bermanfaat di masa yang akan datang untuk
penelitian lanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2 39 86

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

3 12 92

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 9

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 1

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 19

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 4

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 8

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

1 1 1

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 15

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 2