Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Elmi, B. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia. UI-Press, Jakarta, 2002

Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. H.R. Ridwan. Hukum Administrasi Negara, Rajagrafindo, 2010, Jakarta.

Ibrahim, Johny Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing, Surabaya, 2005.

Kadir, Abdul, dkk. Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Menopang Desentralisasi Fiskal. Fisip USU, Medan, 2008.

Kurniawan, Panca, Agus Purwanto, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia. Cet. 1. Penerbit Bayumedia, Malang, 2005

Saragih J.P.. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Schermerhorn, Manajement, john wiley & sons inc, New York: 2002.

Siahaan, Marihot P.. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

________________. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi). Rajawali Pers., Yogyakarta, 2010

Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Makasar, 2005.

Susanta, Gatut. Mudah Mengurus IMB. Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009. Sutedi, Adrian. Aspek Hukum Kepabeanan. Sinar Grafika:Jakarta, 2012.

Sutedi, Adrian hukum Perizinan Dalam sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta 2010.

Triwibowo, Cecep. Perizinan Rumah Sakit Sebuah Kajian Hukum Kesehatan, Jakarta,2012.


(2)

Yuni Dwi, Panduan Praktis Mengurus IMB. Pustaka Grahatama, Yogyakarta, 2008.

Yani, Ahmad. Hubungan Keuangan Antara Pemerinth Pusat dan Daerah d Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,2002.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Tata Ruang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan.

Artikel

Agus Dwi Yudha, Implementasi Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Depok, Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departmen Ilmu Administrasi Program Sarjana, 2008.

Lukmanul Hakim Pulungan, Tinjauan Tentang Pengawasan Terhadap Izin Mendirikan Bangunan ( IMB) Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Di Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, Skripsi Univ. Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2013.


(3)

Samsuri Azhari, Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa Usaha Angkutan Umum Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Padangsidimpuan), Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014.

Tjip Ismail. Pemberdayaan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah dalam Rangka Memperkuat Kapasitas Fiskal Daerah. Disampaikan pada Kuliah Umum S2 Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung, 12 Mei 2006.

Yuke Dwi Hidayati. Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Dalam Proses Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Studi Pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan), Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 37

Website

http://trtb.pemkomedan.go.id/hal-visi-dan-misi.html(diakses tanggal 21 September 2016)

http://dispendamedan.info/visi-dan-misi/(diakses tanggal 21 September 2016) http://trtb.pemkomedan.go.id/hubungi-kami.html (diakses tanggal 21 September

2016)

http://www.pt-sakura.com/2012/10/tentang-izin-mendirikan-bangunan-imb.html, diakses tanggal 21 September 2016.

http://ciengdatas.blogspot.co.id/2012/09/permasalahan-izin-mendirikan_26.html, diakses tanggal 21 September 2016.

http://dppka.jogjaprov.go.id/upload/files/pajak_daerah_dan_retribusi_daerah.pdf (diakses tanggal 21 September 2016)


(4)

http://trtb.pemkomedan.go.id/kategoriartikel-57-pengumuman.html (diakses tanggal 21 September 2016)

http://beritasore.com/2012/01/17/pemko-medan-tingkatkan-pengawasan-imb/diakses tanggal 21 September 2016


(5)

46

BAB III

PELAKSANAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5

TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

D. Gambaran Umum Kota Medan

Wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo dan Binjai. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Pelaksanaan retribusi IMB di kota Kota Medan, terdapat dua instansi yang berwenang. Kedua instansi tersebut adalah Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Medan dan Dinas Pendapatan Daerah. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda terkait pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan di kota Medan. Dinas Tata Kota dan Bangunan bertugas pada saat melakukan penilaian/penetapan besarnya retribusi IMB yang diajukan. Sedangkan Dinas Pendapatan Daerah memiliki tugas pada pada saat pemungutan retribusi IMB.


(6)

47

Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Medan adalah instansi yang berada di bawah pemerintahan kota Medan yang berlokasi di Jalan Jend. Besar DR. Abd.Haris Nasution No. 17, Medan, yang berupaya untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat kota Medan untuk berpartisipasi secara aktif dalam hal penyelenggaraan bangunan yang tertib. Hal ini sejalan dengan visi dari Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Medan, yaitu “Dalam mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan mencanangkan suatu visi yaitu "Terwujudnya Kota Medan Yang Tertata, Nyaman, Modern dan Berdaya Saing. "41

Pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui lima misi sebagai berikut :42

1. Menyusun dan mengevaluasi rencana tata ruang dan kebijakan penataan ruang dan penataan bangunan secara berkualitas dan berkesinambungan dengan melibatkan stake holder / shareholder.

2. Mengembangkan Manajemen Organisasi SDM, Program Kerja dan Sarana Prasarana yang berkelanjutan.

3. Memberikan Pelayanan dan informasi yang prima dengan mengembangkan teknologi sistem informasi.

4. Mengendalikan kebijakan penataan ruang dan bangunan melalui pengawasan, pembinaan, penertiban dan koordinasi pembangunan.

5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota dan bangunan.

41

http://trtb.pemkomedan.go.id/hal-visi-dan-misi.html(diakses tanggal 21 September 2016)


(7)

48

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan tujuan sebagai hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi sehingga rumusannya harus dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan yang spesifik, terukur, dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Supaya misi dapat dicapai maka mesti ada keselarasan antara tujuan dan strategi. Dengan demikian, strategi merupakan cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program.43

Kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dan digunakan untuk mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu. Oleh karena itu, kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelakanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan serta visi dan misi satuan kerja perangkat daerah.44

Dalam mengelola penerimaan daerahnya, kota Medan memiliki perangkat organisasi yang mengelola secara khusus mengenai penerimaan

42 Ibid 43

Ibid 44 Ibid


(8)

49

daerah tersebut. Perangkat organisasi yang mengurus secara khusus mengenai penerimaan pajak di kota Medan adalah Dinas Pendapatan Daerah kota Medan. Kantor Dinas Pendapatan Daerah kota Medan ini berlokasi di Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, kota Medan

Sehubungan dengan intruksi Menteri Dalam Negeri KUPD No. 7/12/41-10 tentang Penyelenggaraan Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah di Seluruh Indonesia. Maka Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk organisasi struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas Pendapatan, juga dibentuk Bagian Tata Usaha yang membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu sub sektor perpajakan, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintah daerah dalam mendukung dan memelihara pembangunan dan didalam peningkatan penerimaan pendapatan daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Medan melakukan penataan organisasi yang ditetapkan dengan peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan, salah satu diantaranya adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana pemerintah kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan lainnya. Dinas Pendapatan daerah


(9)

50

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah, berdasarkan kutipan tersebut jelas diketahui salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah berasal dari pajak daerah. Pajak Daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah sebagai badan hukum politik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dimana Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis.

Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan “Terwujudnya pendapatan daerah sebagai andalan pembiayaan pembangunan daerah.45

Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Kota Medan mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah pelayanan izin mendirikan bangunan. Dalam organisasi terdapat hubungan yang erat di antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain sehingga ada keterkaitan antara kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Semakin banyak kegiatan yang di lakukan dalam suatu organisasi, maka semakin kompleks hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu perlu di buat bagan yang menggambarkan hubungan tersebut termasuk fungsi masing-masing kegiatannya. Bagan itu dinamakan bagan organisasi atau struktur organisasi.

Berikut ini akan di uraikan dengan secara singkat tugas dari masing – masing bidang yang ada pada TRTB Kota Medan: 46

45

http://dispendamedan.info/visi-dan-misi/(diakses tanggal 21 September 2016)


(10)

51

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang tata ruang dan tata bangunan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

4. Sub Bagian Penyusunan

Program Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

5. Bidang Pengukuran dan pemetaan

Bidang Pengukuran dan Pemetaan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

6. Seksi Pengukuran

Seksi Pengukuran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang pengukuran dan pemetaan.


(11)

52

Seksi Pemetaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengukuran dan Pemetaan.

8. Seksi Pengembangan Data dan Sistem

Seksi Pengembangan Data dan Sistem dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengukuran dan Pemetaan

9. Bidang Tata

Ruang Bidang Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dinas.

10.Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang

Seksi Penelitian Rencana Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang. 11.Seksi Rencana Tata Letak

Seksi Rencana Tata Letak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang.

12.Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang

Seksi Evaluasi dan Pengembangan Rencana Tata Ruang dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang.

13.Bidang Tata Bangunan

Bidang Tata Bangunan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.


(12)

53

14.Seksi Perancangan Bangunan

Seksi Perancangan Bangunan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Bangunan.

15.Seksi Konstruksi Bangunan

Seksi Konstruksi Bangunan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Bangunan.

16.Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan

Seksi Konservasi Bangunan dan Kawasan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Bangunan

17.Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

18.Seksi Pengawasan

Seksi Pengawasan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian pemanfaatan Ruang 19.Seksi Penyuluhan

Seksi Penyuluhan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang 20.Seksi Pengaduan

Seksi Pengaduan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang.


(13)

Sumber : Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, 2016

Struktur Organisasi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, 2016

Universitas

Sumatera


(14)

E. Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan

Pelaksanaan retribusi IMB oleh Pemerintah Kota Medan mulai dilaksanakan pada tahun 2002, dan hingga saat ini. Pelaksanaan IMB masih mengacu pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain, pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan koefisien dasar bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien ketinggian bangunan yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

Pelaksanaan retribusi IMB berdasarkan arahan dan tuntunan yang telah diatur di dalam Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Pelaksanaan retribusi IMB adalah prosedur IMB beserta pembayaran retribusinya. Sebagai sebuah prosedur pemungutan izin retribusi harus diatur dalam sebuah peraturan hukum.

Pekerjaan mendirikan bangunan dapat dimulai setelah IMB diterbitkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Pekerjaan mendirikan bangunan harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan.47 Oleh karena itu, IMB yang dikeluarkan mengacu kepada dan merupakan perwujudan dari esensi yang disebutkan di atas. Sehingga ketika berbicara mengenai pelaksanaan IMB maka senantiasa yang


(15)

paling awal untuk dibahas dalam konteks hukum tata negara adalah pembicaraan tentang lembaga yang berwenang dalam melaksanakan dan merealisasikan esensi tersebut. Maksudnya, siapakah atau lembaga apakah yang berwenang dalam melaksanakan aturan di dalam Perda No 5 Tahun 2012 tentang Tata Bangunan dalam konteks pemberian IMB.

Bahwa yang berwenang memberikan IMB adalah Pemerintah Kota Medan dalam hal ini adalah Walikota Medan yang dalam pemberian dan penerbitannya terlebih dahulu dilakukan kajian teknis oleh Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan untuk selanjutnya dibuatkan rekomendasi yang berisi tentang layak atau tidaknya pemberian dan penerbitan IMB kepada pemohon. Jadi, Perda Tata Bangunan telah melegitimasi bahwa pemegang kekuasaan dan kewenangan dalam memberikan IMB adalah Walikota Medan atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kebijakan pelayanan publik dan administrasi pemerintah daerah Kota Medan. Sesuai dengan kewenangan legitimasi dan struktural tersebut, maka permohonan IMB ditujukan kepada Walikota Medan melalui Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan pemohon harus pula melengkapi syarat administrasi dan syarat teknis permohonan IMB. Permohonan IMB diajukan sendiri oleh perseorangan atau Badan Hukum atau oleh pihak yang diberi kuasa olehnya kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Setelah permohonan dan syarat-syaratnya telah dilengkapi, maka Dinas Tata Ruang dan Bangunan akan memeriksa Permohonan IMB tersebut sesuai dengan persyaratan administrasi, teknik, dan lingkungan.

47 Op.Cit Pasal 18


(16)

Di dalam Perda Tata Bangunan juga telah ditetapkan beberapa kegiatan yang tidak memerlukan IMB terlebih dahulu agar dapat dikerjakan. Kegiatan-kegiatan ini diatur di dalam Pasal 124 ayat (2) yang menyatakan bahwa:

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tidak diperlukan untuk pekerjaan tersebut di bawah ini:

a. Memplester;

b. Memperbaiki retak bangunan;

c. Memperbaiki ubin bangunan;

d. Memperbaiki atap tanpa merubah konstruksi;

e. Memperbaiki lubang cahaya/udara tidak melebihi 1 m2;

f. Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi;

g. Memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan.

Di dalam Perda Tata Ruang dan Tata Bangunan juga telah diklasifikasikan dua macam bangunan. Menurut Pasal 125 Perda Tata Ruang dan Tata Bangunan, bahwa bangunan terbagi menjadi dua, yakni bangunan menurut status dan peruntukan kegunaanya. Klasifikasi bangunan menurut status dibedakan atas tiga macam, yaitu:

1. Bangunan Pemerintah; 2. Bangunan Swasta; dan 3. Bangunan dalam Kawasan.

Sedangkan klasifikasi bangunan menurut peruntukan penggunaanya terbagi atas 8 (delapan) macam, yaitu:


(17)

1. Bangunan umum; 2. Bangunan perniagaan; 3. Bangunan pendidikan; 4. Bangunan industri; 5. Bangunan kelembagaan; 6. Bangunan rumah tinggal; 7. Bangunan khusus; dan 8. Bangun-bangunan.

Syarat administratif yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan IMB

a. Membangun baru

Syarat-syarat kelengkapan berkas admnistrasi dalam mengajukan izin IMB untuk bangunan yang baru pertama kali akan dibangun adalah: 1) Foto Copy KTP Pemohon 2 rangkap;

2) Permohonan IMB yang diketahui oleh Lurah dan Camat; 3) Foto Copy Pelunasan PBB 2 tahun terakhir;

4) Foto copy Surat Tanah 2 rangkap, Aslinya diperlihatkan pada saat pendaftaran;

5) Gambar bangunan (minimal ukuran A3) yang telah ditandatangani Pemohon sebanyak 6 rangkap; dan

6) Pas Foto pemohon ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar. b. Menambah/merenovasi


(18)

Syarat-syarat kelengkapan berkas admnistrasi dalam mengajukan IMB untuk menambah/merenovasi bangunan yang ada adalah:

7) Foto Copy KTP Pemohon 2 rangkap;

8) Permohonan IMB yang tidak harus atau diketahui oleh Lurah; 9) Foto Copy Pelunasan PBB 2 tahun terakhir;

10)Foto copy Surat Tanah 2 rangkap, Aslinya diperlihatkan pada saat pendaftaran;

11)Gambar bangunan (minimal ukuran A3) yang telah ditandatangani Pemohon sebanyak 6 rangkap;

12)Pas Foto pemohon ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar; dan 13)Foto Copy IMB dan Gambar.

c. Balik Nama

Syarat-syarat kelengkapan berkas admnistrasi dalam mengajukan balik nama dalam IMB adalah:

1) Foto Copy KTP Pemohon 2 rangkap;

2) Permohonan IMB yang diketahui oleh Lurah dan Camat; 3) Foto Copy Pelunasan PBB 2 tahun terakhir;

4) Foto copy Surat Tanah 2 rangkap, Aslinya diperlihatkan pada saat pendaftaran;

5) Gambar bangunan (minimal ukuran A3) yang telah ditandatangani Pemohon sebanyak 6 rangkap;

6) Pas Foto pemohon ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar; dan 7) IMB dan Gambar yang asli dilampirkan


(19)

Masing-masing bangunan di atas memiliki ciri khas dan kegunaan masing-masing yang membedakan yang satu dengan yang lainnya serta berbeda dalam besaran retribusinya. Mengenai wewenang dalam membuat rekomendasi penerbitan atau tidak diterbitkannya IMB terhadap semua jenis bangunan di atas, maka yang berwenang dalam hal ini adalah Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan.

Pelaksana tugas pemberian Izin Mendirikan Bangunan dijabarkan oleh masingmasing daerah karena menerbitkan IMB tidak sama, misalnya untuk satu satu daerah namanya Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan, ada juga Dinas Bangunan, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Dinas Tata Kota dan lain sebagainya.48

Prosedur pemohonan IMB, antara lain :49

1. Bangunan Rumah Tinggal Foto copy Kartu Tanda Penduduk (1 lembar) Foto copy surat-surat tanah (1 set), dapat berupa salah satu dari surat sebagai berikut : Sertifikat Tanah Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan Atas Tanah oleh pejabat berwenang dari instansi pemerintah yang menguasai tanah tersebut Surat Kavling dari Pemerintah Daerah c.q Walikotamadya atau instansi lain yang ditunjuk Gubernur. Fatwa tanah atau rekomendasi dari Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara atau Kantor Pertanahan setempat. Surat

48http://www.pt-sakura.com/2012/10/tentang-izin-mendirikan-bangunan-imb.html, diakses tanggal 21 September 2016.

49 http://ciengdatas.blogspot.co.id/2012/09/permasalahan-izin-mendirikan_26.html, diakses tanggal 21 September 2016.


(20)

keputusan Walikota untuk penampungan sementara. Rekomendasi dari Kantor Pertanahan dengan peta bukti pembebasan tanah. Surat Pernyataan dari instansi Pemerintah atau pemimpin proyek Tim Pembebasan tanah, khusus untuk Bangunan Pemerintah Hasil Sidang Panitia A yang dikeluarkan Kantor Pertanahan disertai Surat Pernyataan Pemilik bahwa tanah dikuasai dan tidak sengketa yang diketahui oleh Lurah setempat. Surat girik, disertai surat pernyataan Pemilik bahwa tanah dikuasai dan tidak sengketa yang diketahui lurah setempat. Surat Kohir Verponding Indonesia, disertai pernyataan bahwa Pemilik sudah menempati, menguasai tanah verponding tersebut selama 10 tahun atau lebih, baik sebagian atau seluruhnya dan tidak sengketa yang diketahui oleh Lurah setempat. Untuk surat tanah tersebut harus dilampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai dan atau dimiliki tidak dalam sengketa dari pemohon Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah ( SIPPT) dari Gubernur, baik yang diisyaratkan.Keterangan dan Peta Rencana Kota dari Dinas/Suku Dinas Tata Kota sebanyak minimal tujuh lembar. Peta Kutipan Rencana Kota dari Dinas/Suku Dinas untuk Bangunan rumah tinggal pada lokasi yang telah dikeluarkan IMB sebagai keterangan pengganti Keterangan dan Peta Rencana Kota tersebut diatas sebanyak minimal tujuh set. Gambar rancangan Arsitektur Bangunan minimal tujuh set. Fotocopy surat izin bekerja sebagai penanggung jawab rancangan arsitektur, kecuali untuk bangunan Wisma Kecil dan Wisma Sedang di daerah bukan Real Estate dan bukan daerah pemugaran. Gambar rancangan arsitektur bangunan harus dilengkapi hasil penilaian/penelitian dari Tim Penasehat Arsitektur Kota ( TPAK), untuk


(21)

bangunan rumah tinggal di daerah pemugaran golongan A dan B Perhitungan dan gambar struktur bangunan untuk bangunan rumah tinggal dengan bentangan struktur yang dominan lebih besar dari enam meter serta foto copy surat izin bekerja Perencanaan Stuktur ( 1 lembar).

2. Untuk Bangunan Bukan Rumah Tinggal:

3. Foto copy Kartu Tanda Penduduk ( 1 lembar ) Foto copy surat-surat tanah ( 1 set ), dapat berupa salah satu dari surat sebagai berikut : Sertifikat tanah Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan Atas Tanah oleh Pejabat yang berwenang dari instansi pemerintah yang menguasai tanah tersebut. Fatwa tanah atau rekomendasi dari kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara atau Kantor Pertanahan Setempat. Surat keputusan Walikotamadya untuk penampungan sementara Surat Persetujuan/penunjukan Gubernur untuk bangunan bersifat sementara, bangunan di atas prasarana, bangunan di atas air atau bangunan khusus. Rekomendasi dari Kantor Pertanahan dengan peta bukti pembebasan tanah.Surat pernyataan dari instansi Pemerintah atau Pemimpin Proyek/Tim pembebasan Tanah, khusus untuk Bangunan Pemerintah. Untuk surat tanah tersebut harus dilampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai dan atau dimiliki tidak dalam sengketa dari pemohon Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) dari Gubernur, baik yang diisyaratkan. Keterangan dan Peta Rencana Kota dari Dinas/Suku Dinas Tata Kota sebanyak minimal tujuh lembar. Peta Kutipan Rencana Kota dari Dinas/Suku Dinas untuk bangunan yang telah memiliki IMB dan dugunakan untuk kegiatan perbaikan/perubahan dan atau penambahan sebagai pengganti keterangan dan


(22)

Peta Rencana Kota tersebut minimal sebanyak tujuh set. Gambar rancangan Arsitektur Bangunan minimal tujuh set dan foto copy surat izin bekerja Perancang Arsitektur ( 1 lembar ). Gambar rancangan arsitektur bangunan harus dilengkapi hasil penilaian/penelitian dari Tim Penasehat Arsitektur Kota ( TPAK) bagi yang disayaratkan. Perhitungan dan gambar struktur bangunan untuk bangunan dan laporan hasil penyelidikan tanah sebanyak minimal tiga set serta foto copy surat izin bekerja Perencana Struktur bagi yang disyaratkan ( 1 lembar ).Perhitungan, gambar instalasi dan perlengkapannya minimla tiga set serta foto copy surat izin bekerja Perencana Instalasi dan Perlengkapannya, bagi yang disyaratkan ( 1 lembar ) Untuk bangunan tempat ibadah, selai memenuhi kelengkapan persyaratan di atas harus dilengkapai juga dengan surat persetujuan Gubernur.

4. Untuk Bangunan – Bangunan

Foto copy Kartu Tanda Penduduk ( 1 lembar ). Foto copy surat-surat tanah ( 1 set ), dapat berupa salah satu dari surat sebagai berikut :

a. Sertifikat tanah.

b. Surat Keputusan Pemberian Hak Penggunaan Atas Tanah oleh Pejabat yang berwenang dari instansi pemerintah yang menguasai tanah tersebut.

c. Surat kavling dari Pemerintah Daerah c.q Walikotamadya atau instansi lain yang ditunjuk Gubernur.

d. Surat kavling dari Pemerintah Daerah c.q Walikotamadya atau instansi lain yang ditunjuk Gubernur.


(23)

e. Fatwa tanah atau rekomendasi dari Kanwil BPN Provinsi Sumatera Utara atau Kantor Pertanahan setempat

f. Surat Keputusann walikotamadya untuk penampungan sementara.

g. Surat Persetujuan/Penunjukan Gubernur untuk bangunan-bangunan bersifat sementara di atas taman, prasarana atau di atas air.

h. Rekomendasi dari Kantor Pertanahan dengan peta bukti pembebasab tanah. i. Surat Pernyataan dari Instansi Pemerintah atau Pemimpin Proyek Tim

Pembebasan Tanah, khusus untuk tanah miliik Pemerintah.

j. Untuk surat tanah sebagaimana tersebut di atas harus dilampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai dan atau dimiliki tidak dalam sengketa dari Pemohon serta untuk kegiatan pemagaran, pernyataan tersebut harus untuk surat tanah sebagaimana tersebut di atas harus dilampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang dikuasai dan atau dimiliki tidak dalam sengketa dari pemohon serta untu kegiatan pemagaran, pernyataan tersebut harus diketahui oleh Lurah Surat Izin Penggunaan Tanah ( SIPPT ) dari Gubernur, bagi yang disyaratkanketerangan dan peta Rencana Kota dari Dinas/ Suku Dinas Tata Kota sebanyak minimal empat lembar Gambar rancanganArsitektur minimal empat set dan foto copy surat izin bekerja perencana Arsitektur ( 1 lembar ) perhitungan, gambar rencana sturktur dan laporan hasil penyelidikan tanah sebanyak minimal tiga set serta fotocopy surat izin bekerja Perencana Stuktur, bagi yang diisyaratkan ( 1 lembar ) Perhitungan gambar instalasi dan perlengkapannya sebanyak minimal tiga set serta foto copy surat izin bekerja Perencanaan Instalasi dan Perlengkapannya, bagi yang diisyaratkan (1 lembar)


(24)

Foto copy IMB bangunan ( 1 set ) bagi yang diisyaratkan, untuk bangunan-bangunan yang didirikan di halaman, di atas bangunan-bangunan atau menempel pada bangunan

F. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan

Sejalan dengan peningkatan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang ekonomi dan sosial akan mempunyai dampak yang sangat luas terhadap pembangunan lainnya. Pembangunan ekonomi dan sosial juga akan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pengembangan ruang. Dengan secara khusus perlu dipertimbangkan dengan matang dalam merencanakan, memanfaatkan dan mengendalikan ruang supaya lebih terarah baik secara kuantitatif maupun kualitatif.50

Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. The process of ensuring

that actual activities conform the planned activities.51 Sedangkan menurut Adrian

Sutedi pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.52

Pengawasan merupakan usaha untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan penyimpangan dari rencana-rencana, instruksi-instruksi, saran-saran

50 Lukmanul Hakim Pulungan, Tinjauan Tentang Pengawasan Terhadap Izin Mendirikan Bangunan ( IMB) Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Di Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, Skripsi Univ. Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2013, hal 40


(25)

dan sebagainya yang telah ditetapkan, sehingga dengan adanya pengawasan yang dilakukan segala apa yang direncanakan dapat diwujudkan. Oleh karenanya dalam proses pengawasan adanya standart, penilaian dan evaluasi. Dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2012, proses pengawasan memang belum maksimal. Terutama dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat tetapi tidak memiliki IMB. Fakta ini sangat banyak terjadi dilapangan, sehingga sangat membutuhkan pengawasan yang ekstra keras agar pembangunan yang dilakukan masyarakat sudah memiliki IMB. Dengan adanya pengawasan yang maksimal, diharapkan kepedulian dan keinginan masyarakat untuk mengurus IMB semakin besar dan tinggi.

Menurut Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan pada Pasal 23 Sub Dinas Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pengawasan dan kemudian disebutkan lagi dalam Pasal 25 Keputusan Walikota Medan No. 16 tahun 2014 yaitu untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.

Dalam melaksanakan tugas pokok bidang tata ruang menyelenggarakan fungsi : 53

52 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Kepabeanan. Sinar Grafika:Jakarta, 2012, hal 58-59 53

Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan, Pasal 23


(26)

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengukuran dan Pemetaan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pengukuran, pemetaan, pengembangan data dan sistem;

c. pelaksanaan pengendalian rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan melalui mekanisme advis plan;

d. pelaksanaan penelitian terhadap lokasi permohonan Keterangan Rencana Peruntukan (KRP) dan IMB serta Izin Reklame agar sesuai dengan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan; e. perencanaan dan penelitian kelayakan site plan (tata letak) pada permohonan

IMB dan permohonan Izin Reklame agar sesuai dengan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan teknis penataan ruang dan bangunan;

f. perencanaan kebutuhan fasilitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau lingkungan;

g. penyusunan advis plan;

h. penyusunan perencanaan penelitian/survey dalam rangka perumusan, penyusunan, evaluasi/revisi dan pengembangan rencana tata ruang kota, kawasan strategis, dan kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan yang telah ditetapkan;

i. penyusunan, dan penyebarluasan ketentuan-ketentuan norma, standar, pedoman dan manual bagi pelaksanaan penataan ruang di daerah dengan mempedomani ketentuan yang berlaku;


(27)

k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Apabila wajib pajak tidak memiliki IMB maka sanksi administrasi yang dikenakan kepada wajib pajak sanksi dapat berupa :54

a. Peringatan tertulis;

b. Pembatasan kegiatan pembangunan;

c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;

d. Penutupan lokasi dan penyegelan; e. Pembekuan IMB;

f. Pencabutan IMB; dan/atau g. Pembongkaran bangunan.

Kewajiban untuk melengkapi setiap pembangunan rumah dengan IMB berlaku kepada setiap orang, dan tidak ada pengecualian tertentu untuk setiap warga negara. Dalam pratiknya, pelaksanaan kewajiban untuk melengkapi pembangunan rumah dengan IMB berkaitan dengan kesadaran hukum masyarakat dan juga penegakan hukum dari pihak pemerintah daerah.

Berdasarkan data Pemko Medan, data bangunan bermasalah dari Januari hingga Desember 2015 tercatat bangunan tanpa surat IMB sebanyak 597 unit, bangunan menyimpang dari IMB sebesar 248 unit, bangunan yang telah ditindak secara administrasi 845 unit dan bangunan yang dibongkar ada 699 unit.55 Pemko Medan menilai masih banyaknya bangunan bermasalah disebabkan karena

54 Op. Cit, Pasal 45


(28)

kurangnya pengawasan, sarana dan prasarana maupun sumber daya manusia (SDM). Selain itu juga karena adanya pembiaran dari oknum pengawas di lapangan dengan berbagai alasan. “Belum lagi adanya pihak atau oknum yaÀng mengambil keuntungan dari bangunan bermasalah tersebut. Hal-hal seperti ini akan kami minimalisir dengan meningkatkan pengawasan.56

Karenanya Pemko akan melakukan beberapa langkah. Dari internal, pihaknya akan terus meningkatkan SDM yang dilakukan melalui pelatihan serta pembinaan di siplin. Kemudian melakukan penyederhanaan administrasi pengurusan surat IMB akan diupayakan sesederhana mungkin. Dinas terkait akan diminta untuk menyampaikan informasi yang transparan tentang ketentuan-ketentuan yang di atur dalam peraturan daerah tentang IMB termasuk sanksi pidana bagi mereka yang melanggar. Untuk penegakan aturan di lapangan, akan dilakukan penambahan armada operasional, pengadaan alat-alat berat dan alat pembongkaran lainnya.

Apabila terjadi keterlambatan membayar, maka wajib retribusi bersangkutan akan dikenakan denda sebesar 2% pada saat penagihan. Denda 2% ini diperhitungkan dari denda retribusi yang belum terbayarkan. Apabila keterlambatan terus terjadi, dan wajib retribusi tidak mampu membayar sanksi administrasi yang dikenakan kepadanya, setelah mendapatkan tiga kali peringatan lisan dan satu kali peringatan tertulis dalam jangka waktu tiga bulan, izin bangunan bersangkutan akan dicabut.

55

http://beritasore.com/2012/01/17/pemko-medan-tingkatkan-pengawasan-imb/diakses tanggal 21 September 2016


(29)

BAB IV

BEBERAPA MASALAH DALAM PELAKSANAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN

C. Masalah dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan

Pemberian IMB dilakukan agar pembangunan yang dilakukan tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang berIaku dan rencana teknis bangunan. Dalam proses pemberian pelayanan izin mendirikan bangunan, sering dijumpai masalah-masalah yang terkadang akan menghambat proses pemberian pelayanan tersebut. Demikian juga dengan proses pengawasan yang dilakukan terhadap bangunan setelah selesai pengurusan IMB.

Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi IMB tersebut bukan berarti dapat berjalan dengan lancar, ada banyak masalah yang bisa saja terjadi sehingga menimbulkan pemungutan retribusi IMB tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah yang dihadapi oleh para pelaksana di dalam pelaksanaan pemungutan retribusi IMB di Kota Medan. Masalah dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan berasal dari faktor internal dan eksternal.

Masalah internal antara lain berasal dari :

1. Kurangnya sosialisasi tentang Retribusi IMB yang mengakibatkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui atau kurang paham sosialisasi yang dilakukan Dinas Tatan Ruang dan Tata Bangunan Medan kurang efektif


(30)

kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa sangat sulit dan berbelit dalam mengurus IMB.

2. Kurang terpadunya perangkat pemerintah daerah dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan disebut kurangnya tenaga dalam pelaksanaan serta kota ini daerah yang sedang mengembangkan diri dan memilihara daerah atau daerah yang luas.

3. Belum tersosialisasikan dengan baik terkait dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 TAHUN 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

4. Sanksi hukum yang kurang tegas, sanksi hukum yang diberlakukan terhadap wajib retribusi kurang efektif, dikarenakan belum adanya perangkat hukum atau Peraturan Daerah yang mengatur mengenai penerapan sanksi secara tegas terhadap wajib retribusi yang tidak mau membayar retribusi.

5. Keterbatasan sumber daya manusia yang dimilliki oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan, misalnya tenaga di bidang pengukuran dan pemetaan, jumlah pegawai yang ada bidang ini masih belum mencukupi terkait dengan tugas bidang pengukuran dan pemetaan untuk melakukan pengukuran di lapangan. Selain itu, bidang pengendalian dan pemanfaatan ruang juga masih kekurangan pegawai. jumlah pegawai yang dimiliki oleh bidang pengendalian dan pemanfaatan ruang belum mencukupi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. ditambah lagi dengan tugas


(31)

yang mereka lakukan untuk turun ke lapangan mengawasi pembangunan yang dilakukan masyarakat.

6. Sarana dan prasarana yang ada juga masih belum memadai, seperti bidang pengukuran dan pemetaan di dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan di lapangan masih menggunakan transportasi pribadi. Demikian juga halnya dengan bidang pengendalian dan Pemanfaatan Ruang, masih kekurangan transportasi untuk melakukan pengawasan ke lapangan. Bidang pengendalian dan pemanfaatan ruang juga di dalam menjalankan tugasnya masih menggunakan peralatan yang manual seperti palu untuk melakukan pembongkaran terhadap bangunan yang tidak sesuai dengan izin yang telah diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan

7. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarkan informasi, baik dari atas ke bawah atau sebaliknya, faktor komunikasi dalam pelaksanaan retribusi IMB sangat berperan penting khususnya dalam pendataan objek dan wajib retribusi IMB.

Masalah eksternal antara lain berasal dari :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengurus IMB. Ada beberapa warga masyarakat yang terpaksa mengurus IMB, IMB tersebut akan digunakan untuk pinjaman ke Bank sehingga masyarakat sangat enggan mengurus IMB kalau tidak ada manfaatnya atau kalau tidak terpaksa mengurusnya.


(32)

2. Terbatasnya sumber daya anggaran juga akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan, disamping program tidak dapat dilaksanakan dengan optimal, terbatasnya anggaran menyebabkan disposisi para pelaku kebijakan rendah, bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan oleh pelaku kebijakan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Dalam rangka kegiatan IMB banyak masyarakat yang belum mempunyai IMB, sehingga jumlah penerimaan yang seharusnya diperoleh menjadi berkurang. Kewajiban membayar hanya dilakukan apabila pihak Dinas Pendapatan Kota Medan melakukan penagihan retribusi IMB tersebut.

4. Adanya penunggakan yang dilakukan oleh pihak tertentu dalam pelaksanaan pembayaran retribusi IMB. Hal ini tentu saja akan menunda penerimaan retribusi yang seharusnya sudah diterima tetapi masih harus ditangguhkan karena wajib retribusi belum bersedia membayar retribusi.

5. Banyaknya oknum pemerintah yang masih kurang tegas dalam menyikapi pelanggaran peraturan perizinan.

6. Kondisi sosial,ekonomi dan politik

Kondisi sosial, politik, dan ekonomi, mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi pelaksanaan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung pelaksanaan perda tersebut.


(33)

7. Pemohon belum siap untuk membayar retribusi IMB-nya tersebut sedangkan syarat untuk keluarnya surat keputusan (SK) adalah terlebih dahulu pemohon harus melunasi retribusi bangunan, disebabkan kondisi pencarian yang kurang tetap bagi golongan ekonomi lemah kebawah. Sebagian besar masyarakat masih belum tahu banyak tentang manfaat yang diperoleh jika memiliki IMB, disamping itu kurangnya sosialisasi dari lembaga yang terkait menjadikan masyarakat banyak yang enggan mendaftarkan bangunannya. Masalah-masalah tersebut di atas merupakan masalah dalam pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan asli Daerah Kota Medan yang ditangani Dinas Tatan Ruang dan Tata Bangunan dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

D. Upaya dalam Mengatasi Masalah Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan

Pemerintah Kota Medan terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah satunya melalui retribusi. Pada tahun 2012 pemerintah daerah menetapkan Peraturan Daerah Kota Medan tahun 2012 mengenai objek retribusi. Perda ini sebagai pengejawantahan UU No. 28 tahun 2009 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Berbagai upaya dalam mengatasi masalah pelaksanaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012


(34)

Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Bidang Regulasi

Untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan meningkatkan pendapatan Retribusi IMB, diperlukan sebuah acuan/pijakan yang pasti. Oleh karena itu, penyusunan regulasi merupakan hal yang penting. Adapun upaya yang telah dilakukan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Dinas Pendapatan Kota Medan bidang Regulasi adalah:

a. Membuat draft Peraturan Daerah Izin retribusi dengan bekerja sama dengan instansi teknis terkait.

b. Menyusun Standar Pelayanan Publik (SPP) untuk dijadikan acuan agar dapat memberikan pelayanan yang pasti (dalam persyaratan, biaya, waktu dan lain lain) kepada masyarakat.

2. Sumber Daya Manusia

Kemampuan Sumber daya manusia juga mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan prima agar pendapatan retribusi IMB dapat meningkat.

3. Bidang Sarana dan Prasarana

Berbicara sarana dan prasarana, maka yang dimaksud disini adalah sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran dalam memberikan pelayanan IMB. Mengenai masalah sarana sudah ada tempat pelayanan yaitu Dinas Tata Kota Dan Bangunan, yang dalam hal ini adalah tempat pendaftaran para


(35)

pemohon baru untuk mengurus kelengkapan persyaratan berkas IMB. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai, proses pelayanan retribusi IMB tidak bisa optimal (efektif dan efisien).

4. Bidang informasi dan publikasi

Untuk mengenalkan pentingnya sebuah legalitas retribusi kepada masyarakat Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan

5. Bidang Teknis Pelayanan

Untuk memberikan pelayanan izin mendirikan bangunan yang maksimal kepada masyarakat dan meningkatkan pendapatan retribusi izin mendirikan bangunan.

6. Keteladanan pimpinan dalam menyegerakan melayani pemohon IMB Kedisiplinan merupakan hal yang sangat mutlak bagi kehidupan Pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut dikarenakan PNS sebagai pemerintah yang wajib dijadikan panutan bagi masyarakat luas, artinya bahwa pemerintah sebagai pemimpin masyarakat dalam menjalani kehidupan bernegara. Terlebih bagi PNS dilingkungan Pemerintah Kota Medan yang menangani Pemberian Izin IMB hal itu sangat penting, keteladanan pimpinan dalam melakukan supervisi dan menyelesaikan semua pekerjaan dibidangnya akan memacu anak buah untuk segera mengerjakan pekerjaannya, termasuk diantaranya adalah memberikan Ijin IMB bagi masyarakat sukamara. Terciptanya kedisiplinan dalam tubuh PNS tidak dapat terlepas dari peran pemimpin. Pemimpin yang dapat memberikan contoh bedisiplin sehari-hari adak dapat dijadikan sebagai sauri tauladan bagi bawahannya.


(36)

Faktor pendukungnya adanya payung hukum dalam pelaksanaan pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, kesigapan aparatur, masyarakat yang tergolong mampu memiliki IMB, terutama rumah-rumah di daerah pelosok dan punya garis sempadan, ketersediaan sarana pendukung, keinginan masyarakat untuk mendapatkan legalitas atas bangunannya dan dari sosialisasi tentang IMB perlu ditingkatkan lagi, partisipasi masyarakat dalam mengurus IMB, masyarakat mendapatkan surat keterangan bebas sengketa termasuk syarat untuk mendapatkan IMB, pengawasan kepada para masyarakat yang telah diberi izin oleh dinas terkait ditingkatkan lagi, guna mengantisipasi para masyarakat yang tidak tertib dalam menyalahi aturan yang ditetapkan pada surat IMBnya.

Adanya memberikan keringanan biaya bagi bangunan masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki IMB, keringanan biaya tersebut didasarkan pada tahun pendirian dan luas bangunan, hal ini dilakukan agar bangunan masyarakat disatu sisi mendapatkan jaminan hukum, disisi lain terciptanya pemanfaatan ruang dan tata bangunan sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang telah ditetapkan, adanya sanksi pembongkaran dengan tata cara Teguran secara tertulis berturut-turut maksimal 3 kali dan jangka waktu teguran 2 hari kerja setiap teguran.

Izin Mendirikan Bangunan merupakan suatu kewajiban bagi setiap masyarakat yang hendak mendirikan/merubah bangunan. Sanksi terhadap masyarakat atau bangunan yang tidak memiliki IMB telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin


(37)

Mendirikan Bangunan. Namun, sampai saat ini pelaksanaan sanksi tersebut masih sulit untuk dilaksanakan karena masih banyaknya jumlah masyarakat yang tidak mengurus IMB. Dan hal ini juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi karena mengenai penerapan sanksi di lapangan adalah fungsi dari Satpol PP. Jadi dapat dikatakan, Satpol PP belum melaksanakan fungsinya dalam penertiban bangunan yang tidak memiliki IMB. Dengan adanya upaya tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan pendapatan retribusi izin sebagai sumber pendapatan asli daerah Kota Medan


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat diperoleh kesimpulan mengenai beberapa masalah dalam pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, yang dijelaskan berikut ini

1. Pengaturan IMB di Kota Medan diatur dalam berbagai bentuk yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Peraturan Walikota Medan Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Medirikan Bangunan. 2. Pelaksanaan retribusi izin mendirikan bangunan berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Nama, objek dan subjek retribusi IMB diatur dalam Perda No 5 Tahun 2012. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan pemberian izin dalam bentuk Surat Keputusan untuk seseorang atau badan yang ingin mendirikan bangunan, termasuk mengubah dan/atau membongkar suatu bangunan. Sasaran nama,


(39)

objek dan subjek retribusi IMB adalah orang pribadi atau badan yang ingin mendirikan, termasuk mengubah dan/atau membongkar bangunan. Tim petugas lapangan untuk melihat dan mengukur bangunan yang akan diberikan SK IMB. Retribusi IMB di Kota Medan dilaksanakan dengan baik

3. Masalah dalam pelaksanaan retribusi izin mendirikan bangunan di Kota Medan

Masalah internal, antara lain a. Kurangnya sosialisasi

b. Kurang terpadunya perangkat pemerintah daerah c. Sanksi hukum yang kurang tegas

d. Keterbatasan sumber daya manusia yang dimilliki

e. Sarana dan prasarana yang ada juga masih belum memadai f. Komunikasi

Masalah eksternal antara lain :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengurus IMB.

b. Terbatasnya sumber daya anggaran juga akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan

c. Adanya penunggakan yang dilakukan oleh pihak tertentu dalam pelaksanaan pembayaran retribusi IMB.

d. Kondisi sosial,ekonomi dan politik


(40)

B. Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka dengan ini penulis menyarankan kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Pemerintah Kota Medan, antara lain

1. Dengan adanya pengaturan IMB di Kota Medan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan perlu diupayakan penegakan hukum terhadap bangunan yang tidak memiliki IMB, agar tidak muncul bangunan-bangunan liar yang mengganggu penataan ruang di Kota Medan sehingga terlihat rapi.

2. Dalam rangka tertib dan keteraturan pelaksanaan pembangunan di Kota Medan, maka pihak yang membangun baik pembangunan perorangan maupun badan harus mempunyai IMB, sehingga Pemrintah Kota Medan perlu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan pengurusan IMB sehingga pelaksanaan pembangunan di Kota Medan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

3. Dalam menjalankan tugasnya diharapkan para petugas di Tata ruang dan Tata Bangunan Kota Medan dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang mengajukan permohonan IMB dan dalam proses penerbitan IMB tersebut bisa tepat waktu dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan melakukan jemput bola sehingga, agar menambah pendapatan asli daerah Kota Medan.


(41)

27

BAB II

PENGATURAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN

A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi 4. Pengertian Retribusi

Istilah retribusi atau retribute berasal dari Bahasa Inggris yang mana penggunaannya mulai dipakai oleh bangsa-bangsa penjajah terhadap negara jajahannya untuk membayar sesuatu kepada bangsa penjajah tersebut berupa upeti atau pembayaran dari kelompok yang menang. Kemudian pembayaran itu dikuti oleh suatu prestasi kembali dimana kelompok penerima upeti harus melindungi kelompok yang membayar upeti atau kelompok yang kalah, maka dipakai kata Re yang maksudnya “Kembali”. Jadi retribusi adalah pembayaran yang diikuti kembali kepada sipembayar. Ini adalah pengertian retribusi dalam terminology. Kemudian istilah retribusi ini berkembang sampai pada zaman sekarang dan dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan untuk negara maupun untuk pendapatan pemerintahan daerah.17

Retribusi merupakan suatu kata yang sudah familier dan sering di dengar dalam menjalankan suatu aktifitas kehidupan sehari-hari. Retribusi sering dilihat di tempat umum seperti di pasar, terminal, tempat rekreasi atau tempat-tempat tertentu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Secara awam retribusi merupakan suatu pungutan atas pemakaian dan pemanfaatan suatu fasilitas tertentu. Namun apakah semua pungutan-pungutan atas fasilitas tertentu

17

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerinth Pusat dan Daerah d Indonesia, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,2002, hal 13


(42)

28

merupakan suatu retribusi atau tidak semua pungutan atas beragam fasilitas yang digunakan merupakan retribusi.18

Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah Pasal 1 angka 64 menyatakan bahwa: Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi daerah menurut Panca Kurniawan yang juga diambil berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yaitu “Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.”19

Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.20

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oeh negara bagi penduduk secara perorangan.21

18 Samsuri Azhari, Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa Usaha Angkutan Umum Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Padangsidimpuan), Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 17

19 Kurniawan, Panca, Agus Purwanto, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia. Cet. 1. Penerbit Bayumedia, Malang, 2005, hal 5

20

Abdul Kadir, dkk, Op. Cit, hal 19 21 Marihot P. Siahaan,. Op.Cit, hal 5


(43)

29

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 1 angka 26 menyatakan bahwa : Di Indonesia saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.22

Dari pengertian retribusi di atas dapat simpulkan bahwa adalah suatu pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya pelaksanaannya.

Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan perda. Peraturan daerah tentang retribusi tidak dapat berlaku surut dan sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai: 23

a. Nama, objek dan subjek retribusi. b. Golongan retribusi.

c. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan.

22 Op.Cit, Pasal 1 angka 30


(44)

30

d. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi. Peraturan daerah harus mencantumkan jenis-jenis retribusi dan mencantumkan prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi.

e. Struktur dan besarnya tarif retribusi. f. Wilayah pumungutan.

g. Tata cara pemungutan, termasuk mengatur ketentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran.

h. Sanksi administrasi.

5. Jenis-jenis Retribusi

Retribusi dibagi atas tiga golongan, penggolongan jenis retribusi ini dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi, yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum ; b. Retribusi Jasa Usaha;

c. Retribusi Perizinan Tertentu24

Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.25

23 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Makasar, 2005, hal 78

24 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Pasal 18 ayat (3)

25 Tjip Ismail. Pemberdayaan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah dalam Rangka Memperkuat Kapasitas Fiskal Daerah. Disampaikan pada Kuliah Umum S2 Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung, 12 Mei 2006.


(45)

31

Berdasarkan UndangUndang No. 28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah digolongkan menjadi tiga yaitu:26

1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan; retribusi pelayanan persampahan/kebersihan; retribusi penggantian biaya cetak kartu penduduk dan akta catatan sipil; retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat; retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; retribusi pelayanan pasar; retribusi pengujian kendaraan bermotor; retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran; retribusi pengujian kapal perikanan;

2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa usaha yang disediakan Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan sektor swasta. Jenis-jenis usaha, antara lain retribusi pemakaian kekayaan daerah; retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan; retribusi tempat pelelangan; retribusi terminal; retribusi tempat khusus parkir; retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa; retribusi penyedotan kakus; retribusi rumah potong hewan; retribusi pelayanan pelabuhan kapal; retribusi rekreasi dan olahraga; retribusi penyeberangan di atas air; retribusi pegelolaan limbah cair; etribusi penjualan produksi usaha daerah.

3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

26

Marihot P. Siahaan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (berdasarkan UU No. 28


(46)

32

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. jenis-jenis retribusi perizinan tertentu antara lain retribusi izin peruntukan penggunaan tanah; retribusi izin mendirikan bangunan; retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol; retribusi izin gangguan; retribusi izin trayek; retribusi izin pengambilan hasil hutan.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan tertentu dapat ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintahan dengan kriteria sebagai berikut:27

1) Retribusi Jasa Umum:

a) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan tertentu;

b) Jasa yang bersangkutan merupakan Kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar Retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d) Jasa terssebut layak untuk dikenakan Retribusi;

e) Tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;


(47)

33

f) Dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan

g) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

2) Retribusi Jasa Usaha:

a) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu ;dan

b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

3) Retribusi Perizinan Tertentu:

a) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi

b) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan

c) Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tertentu cukup besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi Perizinan.

Penetapan jenis-jenis retribusi jasa umum dan jasa usaha dengan peraturan Pemerintah dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam penerapannya , sehingga dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan


(48)

34

nyata Daerah yang bersangkutan. Penetapan jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu dengan Peraturan Pemerintah dilakukan karena perizinan tersebut, walaupun merupakan kewenangan Pemerintah Daerah, tetap memerlukan koordinasi dengan instansi-instansi teknis terkait. Berdasarkan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan di atas, sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Hasil penerimaan jenis Retribusi tertentu Daerah Kabupaten sebagian diperuntukkan kepada Desa. Bagian Desa tersebut ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten dengan memperhatikan aspek keterlibatan Desa dalam penyediaan layanan tersebut.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditentukan sebagai berikut:

a. Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan Daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan;

b. Untuk Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak; dan

c. Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan (Pasal 21 UU No. 34 Tahun 2000)

Penetapan tarif Retribusi Jasa Umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis Retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional. Di samping itu tetap memperhatikan


(49)

35

aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Tarif Retribusi Jasa Usaha ditetapkan oleh Daerah sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.

Tarif Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan sedemikian rupa sehingga hasil Retribusi dapat menutup sebagian atau seluruh perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyediakan jasa yang bersangkutan. untuk pemberian izin bangunan, misalnya dapat diperhitungkan biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan, dan biaya pengawasan.

Retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang tidak dapat berlaku surut sama halnya dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah tersbut sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai:

a. nama, objek, dan subjek Retribusi; b. golongan Retribusi;

c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;

d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi; e. struktur dan besarnya Retribusi;

f. wilayah pemungutan; g. tata cara pemungutan; h. sanksi administrasi; i. tata cara penagihan; dan


(50)

36

Jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu yang prinsip tarifnya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, Peraturan Daerah mencantumkan prinsip tertentu. Untuk jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retibusi Jasa Umum, Peraturan Daerah harus mencantumkan prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi. Ketentuan dalam tata cara pemungutan ini termasuk mengatur penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran.

Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah dapat juga mengatur ketentuan selain yang disebut diatas seperti:

a. masa retribusi;

b. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya; dan

c. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kadaluwarsa (Pasal 24 ayat (4) UU No. 34 tahun 2000)

Pengurangan dan keringanan dikaitkan dengan kemampuan wajib Retribusi, misalnya dalam Retribusi tempat rekreasi, pengurangan dan keringanan diberikan untuk orang jompo, orang cacat, dan anak sekolah. Pembebasan Retribusi dikaitkan dengan fungsi objek Retribusi, misalnya pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam. Peraturan Daerah untuk jenis-jenis Retribusi yang tergolong dalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.


(51)

37

Dalam rangka pengawasan, Peraturan Daerah tentang Retribusi disampaikan kepada Pemerintah paling lama lima belas hari setelah ditetapkan. Penetapan jangka waktu tersebut telah mempertimbangkan administrasi pengiriman Peraturan Daerah dari Daerah yang tergolong jauh.

Dalam hal peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dimaksud. Pembatalan Peraturan Daerah berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dalam hal ini wajib Retribusi tidak dapat mengajukan restitusi kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Pembatalan tersebut dilakukan paling lama satu bulan sejak diterimanya Peraturan Daerah dimaksud. Penetapan jangka waktu satu bulan tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi dampak negatif dari pembatalan Peraturan Daerah tersebut.

3. Subjek dan Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Subjek retribusi IMB adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh IMB dari pemerintah daerah.28 Objek Retribusi Pelayanan IMB adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan dan pelayanan administrasi perizinan bangunan meliputi kegiatan peninjauan lokasi dan penilaian desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dan pengawasan penggunaan bangunan

28

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Pasal 7 ayat 2.


(52)

38

yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.29

Manfaat izin mendirikan bangunan, antara lain:30 a. Bupati/Walikota memanfaatkan pemberian IMB untuk:

1) Pengawasan, pengendalian, dan pengertiban bangunan.

2) Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. 3) Mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan dan

serasi dengan lingkungannya. b. Pemilik IMB mendapat manfaat untuk

1) Pengajuan sertifikat fungsi bangunan.

2) Memperoleh pelayanan ultilitas umum seperti pemasangan/penambahan jaringan listrik air minum, telepon.

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2012 Pemberian IMB meliputi:31

1. Bangunan gedung, yaitu bangunan gedung yang meliputi fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial budaya, dan fungsi campuran. 2. Prasarana bangunan gedung dan/atau bangunan bukan gedung yaitu

konstruksi bangunan yang merupakan prasarana penunjang bangunan gedung antara lain perkerasan, kolam renang, gardu, pagar, gapura, menara, tanki, lapangan, pos jaga, dan lain sejenisnya.

29 Ibid. Pasal 7 ayat 4. 30

Ibid, Pasal 3 31 Op.Cit, Pasal 8


(53)

39

Proses penerbitan IMB memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitannya diperlukan beberapa perizinan yang terkait dengan IMB, antara lain:32

1. Izin Pendahuluan

a. Persiapan, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan. Bangunan- bangunan dan untuk pemancangan pertama

b. Pondasi, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pekerja pondasi

c. Struktur, yaitu izin melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bagunan/ bangunan-bangunan

d. Menyeluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan bangunan/ bangunan- bangunan sampai selesai.

2. Izin Peruntukkan Lahan

Izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak kawasan yang berlaku.

3. Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)

Izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur jalan utama. 4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/ Lahan (SP3L)

Sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sebuah lokasi atau lahan atau sebidang tanah untuk bangunan fisik.

32 Yuke Dwi Hidayati. Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Dalam Proses Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Studi Pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan), Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 37


(54)

40

5. Izin Penggunaan Lahan

Pemberian izin atas penggunaan kepada orang pribadi atau badan hukum yang akan menggunakan tanah seluas 2500 M2 sampai dengan 10.000 sesuai dengan tata ruang wilayah. Pelayanan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ini di bagi beberapa tahap.

6. Izin Pengeringan Lahan/ Izin Perubahan Penggunaan

Lahan izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan, dengan ukuran seluas-luasnya 5000 m2 (lima ribu meter persegi).

Sesuai dengan ketentuan Perda walikota berwenang mencabut IMB apabila:33

a. Pemegang IMB melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam IMB;

b. Pekerjaan mendirikan bangunan belum dimulai setelah 6 (enam) bulan sejak izin diterbitkan atau 4 (empat) bulan pekerjaan telah pernah diberhentikan tanpa alasan yang dapat diterima Walikota; dan

c. dikemudian hari diketahui ternyata secara hukum bahwa salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh IMB dimaksud tidak benar keabsahannya.

Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di daerah harus memperoleh IMB untuk pembinaan penyelenggaraan bangunan dari Walikota. IMB diberikan terhadap kawasan yang peruntukan tanahnya telah ditetapkan sesuai dengan rencana tata ruang kota dan secara teknis memenuhi

33 Op.cit, Pasal 14


(55)

41

ketentuan rencana tata ruang kota serta memenuhi persyaratan keandalan bangunan. Dalam hal pemohon izin telah memenuhi persyaratan. Penetapan keputusan IMB wajib diterbitkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak semua persyaratan dinyatakan lengkap dan benar. Bangunan yang didirikan harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan. Bangunan yang ditambah dan diperbaiki/renovasi harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan. Dokumen Administrasi yang dimiliki orang pribadi atau Badan dapat diajukan perubahannya berdasarkan salah satu atau beberapa alasan.34

B. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan

Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan oleh bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah, Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.

Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya IMB, pemerintah harus menetapkan standar pelayanan yang optimal antara lain aparatur pemerintah harus dapat meningkatkan pengetahuan dan profesionalitas, guna mengubah citra aparatur yang sebelumnya di pandang lamban menjadi efisien dan efektif sesuai dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri

34


(56)

42

sesuai dengan potensinya masing-masing. Sumber-sumber penerimaan tersebut dapat berupa pajak atau retribusi. Sesuai dengan amanat UUD 1945, setiap pungutan yang membebani masyarakat baik berupa retribusi harus diatur dengan undang-undang.35

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Medan melalui Dinas Tata Kota dan Bangunan kepada perorangan atau badan yang akan melaksanakan pembangunan suatu bangunan. Dalam hal perorangan atau badan akan melakukan kegiatan pengujian terhadap kelayakan tanah di lokasi rencana pembangunan bangunan, maka orang atau badan tersebut wajib memiliki izin pendahuluan yang ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Setelah izin pendahuluan dan IMB diperoleh, maka barulah pembangunan dapat dilaksanakan.36

Pelaksanaan dari pembangunan juga harus sesuai dengan fungsi bangunan dan rencana teknis yang tercantum sebelumnya dalam IMB yang diajukan. Pada dasarnya, IMB diterbitkan berdasarkan rencana teknis yang direkomendasikan oleh dinas terkait. Apabila pemegang IMB dalam tengang waktu enam bulan sejak diterbitkannya IMB tidak melaksanakan pembangunan, maka IMB dinyatakan tidak berlaku, kecuali pemegang izin mengajukan perpanjangan izin sebelum tenggang waktu berakhir. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) berjangka dapat diberikan kepada pemohon yang:37

35 http://dppka.jogjaprov.go.id/upload/files/pajak_daerah_dan_retribusi_daerah.pdf (diakses tanggal 21 September 2016)

36 http://trtb.pemkomedan.go.id/kategoriartikel-57-pengumuman.html

37 Agus Dwi Yudha, Implementasi Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Depok, Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departmen Ilmu Administrasi Program Sarjana, hal 27


(57)

43

1. Rencana pendirian bangunannya termasuk dalam rencana perluasan atau pelebaran jalan yang telah direncanakan;

2. Mendirikan bangunan yang bersifat sementara;

3. Bangunannya berada pada lahan milik sendiri namun melanggar garis sempadan bangunan.

Pengaturan mengenai IMB diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung diatur tentang asas, tujuan dan lingkup dari bangunan gedung, fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung yaitu syarat administratif dan syarat teknis, peranan masyarakat, pembinaan terhadap bangunan gedung dan sanksi yang terdiri atas sanksi administratif dan sanksi denda. 38

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung mengatur secara lebih rinci mengenai bangunan gedung. Diantaranya persyaratan administratif bangunan gedung yang meliputi : 39

1. Status hak atas tanah yaitu setiap bangunan gedung harus didirikan pada status tanah yang memiliki kepemilikan jelas, baik milik sendiri maupun pihak lain. Dalam hal tanah milik pihak lain, bangunan gedung hanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau

38

Yuke Dwi Hidayati. Op.Cit, hal 37 39 Ibid.


(1)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : MiMicchheellllee KKeennllyy

NIM : 120200450

Departemen : Hukum Administrasi Negara

Judul Skripsi : BEBERAPA MASALAH DALAM PELAKSANAAN

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA

MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKA BANGUNAN

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila bahwa kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawabnya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Januari 2016

M

Miicchheellllee KKeennlly y


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih judul Beberapa Masalah dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(3)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Ibu Erna Herlinda, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.

8. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 9. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

10.Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan juga tiada hentinya mencari rezeki dari terbit fajar hingga terbenam matahari untuk menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan penulis hingga saat ini, serta keluarga besar

penulis yang telah memberikan motivasi hingga saat ini, terima kasih atas do’a

yang tiada henti.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.


(4)

Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan kemanfaatannya

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

M


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN ... 17

A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi ... 17

1. Pengertian Retribusi ... 17

2. Jenis-jenis Retribusi ... 21

3. Subjek dan Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ... 28

B. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan ... 32

BAB III PELAKSANAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ... 37


(6)

B. Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di

Kota Medan ... 44

C. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan ... 54

BAB IV BEBERAPA MASALAH DALAM PELAKSANAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN ... 59

A. Masalah dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan ... 59

B. Upaya dalam Mengatasi Masalah Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Medan. ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

3 12 92

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 9

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 1

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 17

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 19

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 4

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 8

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

1 1 1

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 15

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 2