Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

27

BAB II
PENGATURAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN
BANGUNAN DI KOTA MEDAN

A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi
4. Pengertian Retribusi
Istilah retribusi atau retribute berasal dari Bahasa Inggris yang mana
penggunaannya mulai dipakai oleh bangsa-bangsa penjajah terhadap negara
jajahannya untuk membayar sesuatu kepada bangsa penjajah tersebut berupa upeti
atau pembayaran dari kelompok yang menang. Kemudian pembayaran itu dikuti
oleh suatu prestasi kembali dimana kelompok penerima upeti harus melindungi
kelompok

yang membayar upeti atau kelompok

yang

kalah, maka


dipakai

kata Re yang maksudnya “Kembali”. Jadi retribusi adalah pembayaran yang
diikuti kembali kepada sipembayar. Ini adalah pengertian retribusi dalam
terminology. Kemudian istilah retribusi ini berkembang sampai pada zaman
sekarang dan dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan untuk negara
maupun untuk pendapatan pemerintahan daerah.17
Retribusi merupakan suatu kata yang sudah familier dan sering di dengar
dalam menjalankan suatu aktifitas kehidupan sehari-hari. Retribusi sering dilihat
di tempat-tempat umum seperti di pasar, terminal, tempat rekreasi atau tempattempat tertentu yang digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Secara
awam retribusi merupakan suatu pungutan atas pemakaian dan pemanfaatan suatu
fasilitas tertentu. Namun apakah semua pungutan-pungutan atas fasilitas tertentu
17

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerinth Pusat dan Daerah d Indonesia ,
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,2002, hal 13

18

Universitas Sumatera Utara


28

merupakan suatu retribusi atau tidak semua pungutan atas beragam fasilitas yang
digunakan merupakan retribusi.18
Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
dan Retribusi daerah Pasal 1 angka 64 menyatakan bahwa: Retribusi Daerah, yang
selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi daerah menurut Panca Kurniawan yang juga diambil berdasarkan
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yaitu
“Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.”19
Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.20
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena

adanya jasa tertentu yang diberikan oeh negara bagi penduduk secara
perorangan.21

18

Samsuri Azhari, Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa
Usaha Angkutan Umum Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota
Padangsidimpuan), Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014, hal 17
19
Kurniawan, Panca, Agus Purwanto, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia.
Cet. 1. Penerbit Bayumedia, Malang, 2005, hal 5
20
Abdul Kadir, dkk, Op. Cit, hal 19
21
Marihot P. Siahaan,. Op.Cit, hal 5

Universitas Sumatera Utara

29


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pasal 1 angka 26 menyatakan bahwa : Di Indonesia saat ini penarikan
retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang
dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.22
Dari pengertian retribusi di atas dapat simpulkan bahwa adalah suatu
pembayaran yang dilakukan oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan, dan
biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya
pelaksanaannya.
Retribusi

daerah

ditetapkan


sesuai

dengan

undang-undang

yang

pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan perda. Peraturan daerah
tentang retribusi tidak dapat berlaku surut dan sekurang-kurangnya mengatur
ketentuan mengenai: 23
a. Nama, objek dan subjek retribusi.
b. Golongan retribusi.
c. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan.

22

Op.Cit, Pasal 1 angka 30


Universitas Sumatera Utara

30

d. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi.
Peraturan daerah harus mencantumkan jenis-jenis retribusi dan mencantumkan
prinsip penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi.
e. Struktur dan besarnya tarif retribusi.
f. Wilayah pumungutan.
g. Tata cara pemungutan, termasuk mengatur ketentuan pembayaran, tempat
pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran.
h. Sanksi administrasi.

5. Jenis-jenis Retribusi
Retribusi dibagi atas tiga golongan, penggolongan jenis retribusi ini
dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran
dalam penetapan tarif Retribusi, yaitu:
a. Retribusi Jasa Umum ;
b. Retribusi Jasa Usaha;
c. Retribusi Perizinan Tertentu24

Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.25

23

Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia , Sinar Grafika,
Makasar, 2005, hal 78
24
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah, Pasal 18 ayat (3)
25
Tjip Ismail. Pemberdayaan Sumber-Sumber Pendapatan Daerah dalam Rangka
Memperkuat Kapasitas Fiskal Daerah. Disampaikan pada Kuliah Umum S2 Fakultas Ekonomi
Universitas Padjajaran Bandung, 12 Mei 2006.

Universitas Sumatera Utara

31


Berdasarkan UndangUndang No. 28 Tahun 2009 tentang retribusi daerah
digolongkan menjadi tiga yaitu:26
1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum
antara

lain

retribusi

pelayanan

kesehatan;

retribusi

pelayanan


persampahan/kebersihan; retribusi penggantian biaya cetak kartu penduduk
dan akta catatan sipil; retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;
retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; retribusi pelayanan pasar;
retribusi pengujian kendaraan bermotor; retribusi pemeriksaan alat pemadam
kebakaran; retribusi pengujian kapal perikanan;
2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa usaha yang disediakan
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan sektor swasta. Jenis-jenis usaha, antara lain retribusi
pemakaian kekayaan daerah; retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan;
retribusi tempat pelelangan; retribusi terminal; retribusi tempat khusus parkir;
retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa; retribusi penyedotan kakus;
retribusi rumah potong hewan; retribusi pelayanan pelabuhan kapal; retribusi
rekreasi dan olahraga; retribusi penyeberangan di atas air; retribusi pegelolaan
limbah cair; etribusi penjualan produksi usaha daerah.
3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
26

Marihot P. Siahaan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (berdasarkan UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi). Rajawali Pers., Yogyakarta, 2010, hal 619


Universitas Sumatera Utara

32

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan. jenis-jenis retribusi perizinan tertentu
antara lain retribusi izin peruntukan penggunaan tanah; retribusi izin
mendirikan bangunan; retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol;
retribusi izin gangguan; retribusi izin trayek; retribusi izin pengambilan hasil
hutan.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan tertentu dapat ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintahan dengan
kriteria sebagai berikut:27
1) Retribusi Jasa Umum:
a) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau
Retribusi Perizinan tertentu;
b) Jasa yang bersangkutan merupakan Kewenangan Daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi;
c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan
yang diharuskan membayar Retribusi, disamping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum;
d) Jasa terssebut layak untuk dikenakan Retribusi;
e) Tidak

bertentangan

dengan

kebijakan

nasional

mengenai

penyelenggaraannya;

27

Abdul Kadir, dkk, Op. Cit, hal 20-21

Universitas Sumatera Utara

33

f) Dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
g) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
2) Retribusi Jasa Usaha:
a) Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau
Retribusi Perizinan Tertentu ;dan
b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu:
a) Perizinan

tersebut

termasuk

kewenangan

pemerintahan

yang

diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi
b) Perizinan

tersebut

benar-benar

diperlukan

guna

melindungi

kepentingan umum; dan
c) Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari
pemberian izin tertentu cukup besar sehingga layak dibiayai dari
Retribusi Perizinan.
Penetapan jenis-jenis retribusi jasa umum dan jasa usaha dengan peraturan
Pemerintah dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam penerapannya , sehingga
dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

34

nyata Daerah yang bersangkutan. Penetapan jenis-jenis Retribusi Perizinan
Tertentu dengan Peraturan Pemerintah dilakukan karena perizinan tersebut,
walaupun merupakan kewenangan Pemerintah Daerah, tetap memerlukan
koordinasi dengan instansi-instansi teknis terkait. Berdasarkan Peraturan Daerah
dapat ditetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan di atas, sesuai dengan
kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil penerimaan jenis Retribusi tertentu Daerah Kabupaten sebagian
diperuntukkan kepada Desa. Bagian Desa tersebut ditetapkan berdasarkan
Peraturan

Daerah Pemerintah Kabupaten

dengan

memperhatikan aspek

keterlibatan Desa dalam penyediaan layanan tersebut.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditentukan sebagai
berikut:
a. Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan Daerah dengan
mempertimbangkan

biaya

penyediaan

jasa

yang

bersangkutan,

kemampuan masyarakat dan aspek keadilan;
b. Untuk Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak; dan
c. Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin
yang bersangkutan (Pasal 21 UU No. 34 Tahun 2000)
Penetapan tarif Retribusi Jasa Umum pada dasarnya disesuaikan dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis Retribusi yang
berhubungan dengan kepentingan nasional. Di samping itu tetap memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

35

aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Tarif Retribusi Jasa Usaha ditetapkan
oleh Daerah sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan
yang dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh
swasta.
Tarif Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan sedemikian rupa sehingga
hasil Retribusi dapat menutup sebagian atau seluruh perkiraan biaya yang
diperlukan untuk menyediakan jasa yang bersangkutan. untuk pemberian izin
bangunan, misalnya dapat diperhitungkan biaya pengecekan dan pengukuran
lokasi, biaya pemetaan, dan biaya pengawasan.
Retribusi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang tidak dapat
berlaku surut sama halnya dengan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah.
Peraturan Daerah tersbut sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai:
a. nama, objek, dan subjek Retribusi;
b. golongan Retribusi;
c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;
d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi;
e. struktur dan besarnya Retribusi;
f. wilayah pemungutan;
g. tata cara pemungutan;
h. sanksi administrasi;
i. tata cara penagihan; dan
j. tanggal mulai berlakunya (Pasal 24 ayat (3) UU No. 14 Tahun 2000)

Universitas Sumatera Utara

36

Jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retribusi Jasa Usaha
dan Retribusi Perizinan Tertentu yang prinsip tarifnya telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan, Peraturan Daerah mencantumkan prinsip tertentu.
Untuk jenis-jenis Retribusi yang termasuk dalam golongan Retibusi Jasa Umum,
Peraturan Daerah harus mencantumkan prinsip penetapan struktur dan besarnya
tarif retribusi. Ketentuan dalam tata cara pemungutan ini termasuk mengatur
penentuan

pembayaran,

tempat

pembayaran,

angsuran,

dan

penundaan

pembayaran.
Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah dapat juga mengatur ketentuan
selain yang disebut diatas seperti:
a. masa retribusi;
b. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal
tertentu atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya; dan
c. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kadaluwarsa (Pasal 24 ayat
(4) UU No. 34 tahun 2000)
Pengurangan dan keringanan dikaitkan dengan kemampuan wajib
Retribusi, misalnya dalam Retribusi tempat rekreasi, pengurangan dan keringanan
diberikan untuk orang jompo, orang cacat, dan anak sekolah. Pembebasan
Retribusi dikaitkan dengan fungsi objek Retribusi, misalnya pelayanan kesehatan
bagi korban bencana alam. Peraturan Daerah untuk jenis-jenis Retribusi yang
tergolong

dalam

Retribusi

Perizinan

Tertentu

harus

terlebih

dahulu

disosialisasikan kepada masyarakat sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Universitas Sumatera Utara

37

Dalam rangka pengawasan, Peraturan Daerah tentang Retribusi disampaikan
kepada Pemerintah paling lama lima belas hari setelah ditetapkan. Penetapan
jangka waktu tersebut telah mempertimbangkan administrasi pengiriman
Peraturan Daerah dari Daerah yang tergolong jauh.
Dalam hal peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, pemerintah dapat membatalkan Peraturan Daerah dimaksud.
Pembatalan Peraturan Daerah berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dalam hal ini
wajib Retribusi tidak dapat mengajukan restitusi kepada Pemerintah Daerah yang
bersangkutan. Pembatalan tersebut dilakukan paling lama satu bulan sejak
diterimanya Peraturan Daerah dimaksud. Penetapan jangka waktu satu bulan
tersebut dilakukan dengan pertimbangan untuk mengurangi dampak negatif dari
pembatalan Peraturan Daerah tersebut.

3. Subjek dan Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Subjek retribusi IMB adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
IMB dari pemerintah daerah.28 Objek Retribusi Pelayanan IMB adalah pemberian
izin untuk mendirikan suatu bangunan dan pelayanan administrasi perizinan
bangunan meliputi kegiatan peninjauan lokasi dan penilaian desain dan
pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana
teknis bangunan dan rencana tata ruang, dan pengawasan penggunaan bangunan

28

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, Pasal 7 ayat 2.

Universitas Sumatera Utara

38

yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang
menempati bangunan tersebut.29
Manfaat izin mendirikan bangunan, antara lain:30
a. Bupati/Walikota memanfaatkan pemberian IMB untuk:
1) Pengawasan, pengendalian, dan pengertiban bangunan.
2) Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan
bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
3) Mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan dan
serasi dengan lingkungannya.
b. Pemilik IMB mendapat manfaat untuk
1) Pengajuan sertifikat fungsi bangunan.
2) Memperoleh pelayanan ultilitas umum seperti pemasangan/penambahan
jaringan listrik air minum, telepon.
Berdasarkan Perda Kota Medan No. 5 Tahun 2012 Pemberian IMB
meliputi:31
1. Bangunan gedung, yaitu bangunan gedung yang meliputi fungsi hunian,
fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial budaya, dan fungsi campuran.
2. Prasarana bangunan gedung dan/atau bangunan bukan gedung yaitu
konstruksi bangunan yang merupakan prasarana penunjang bangunan gedung
antara lain perkerasan, kolam renang, gardu, pagar, gapura, menara, tanki,
lapangan, pos jaga, dan lain sejenisnya.

29

Ibid. Pasal 7 ayat 4.
Ibid, Pasal 3
31
Op.Cit, Pasal 8
30

Universitas Sumatera Utara

39

Proses penerbitan IMB memerlukan waktu untuk pemeriksaan dan
penelitian baik administratif maupun teknis. Dalam penerbitannya diperlukan
beberapa perizinan yang terkait dengan IMB, antara lain:32
1. Izin Pendahuluan
a. Persiapan, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan pagar proyek,
bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan. Bangunanbangunan dan untuk pemancangan pertama
b. Pondasi, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pekerja pondasi
c. Struktur, yaitu izin melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bagunan/
bangunan-bangunan
d. Menyeluruh, yaitu izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan bangunan/
bangunan- bangunan sampai selesai.
2. Izin Peruntukkan Lahan
Izin yang diterbitkan pada seseorang sebagai bukti kepemilikan hak
mempergunakan lahan yang ada sesuai dengan perundangan dan tata letak
kawasan yang berlaku.
3. Surat Izin Peruntukkan dan Penggunaan Tanah (SIPPT)
Izin tentang persetujuan sebidang tanah yang terletak pada jalur jalan utama.
4. Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasi/ Lahan (SP3L)
Sejenis surat persetujuan prinsip pembebasan sebuah lokasi atau lahan atau
sebidang tanah untuk bangunan fisik.

32

Yuke Dwi Hidayati. Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik Dalam
Proses Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Studi Pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
Kota Medan), Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
2014, hal 37

Universitas Sumatera Utara

40

5. Izin Penggunaan Lahan
Pemberian izin atas penggunaan kepada orang pribadi atau badan hukum yang
akan menggunakan tanah seluas 2500 M2 sampai dengan 10.000 sesuai
dengan tata ruang wilayah. Pelayanan Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ini
di bagi beberapa tahap.
6. Izin Pengeringan Lahan/ Izin Perubahan Penggunaan
Lahan izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi
yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian guna
pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan, dengan ukuran
seluas-luasnya 5000 m2 (lima ribu meter persegi).
Sesuai dengan ketentuan Perda walikota berwenang mencabut IMB
apabila:33
a. Pemegang IMB melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam IMB;
b. Pekerjaan mendirikan bangunan belum dimulai setelah 6 (enam) bulan sejak
izin

diterbitkan

atau

4

(empat)

bulan

pekerjaan

telah

pernah

diberhentikan tanpa alasan yang dapat diterima Walikota; dan
c. dikemudian hari diketahui ternyata secara hukum bahwa salah satu atau
beberapa syarat untuk memperoleh IMB dimaksud tidak benar keabsahannya.
Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan bangunan di daerah
harus memperoleh IMB untuk pembinaan penyelenggaraan bangunan dari
Walikota. IMB diberikan terhadap kawasan yang peruntukan tanahnya telah
ditetapkan sesuai dengan rencana tata ruang kota dan secara teknis memenuhi

33

Op.cit, Pasal 14

Universitas Sumatera Utara

41

ketentuan rencana tata ruang kota serta memenuhi persyaratan keandalan
bangunan. Dalam hal pemohon izin telah memenuhi persyaratan. Penetapan
keputusan IMB wajib diterbitkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak semua persyaratan dinyatakan lengkap dan benar. Bangunan
yang didirikan harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan. Bangunan yang
ditambah dan diperbaiki/renovasi harus sesuai dengan IMB yang diterbitkan.
Dokumen Administrasi yang dimiliki orang pribadi atau Badan dapat diajukan
perubahannya berdasarkan salah satu atau beberapa alasan.34

B. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota
Medan

Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu
bangunan harus didasarkan oleh bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa
bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut
menjadi tidak sah, Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan
kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.
Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya
IMB, pemerintah harus menetapkan standar pelayanan yang optimal antara lain
aparatur pemerintah harus dapat meningkatkan pengetahuan dan profesionalitas,
guna mengubah citra aparatur yang sebelumnya di pandang lamban menjadi
efisien dan efektif sesuai dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian
sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri
34

Op.Cit, Pasal 9

Universitas Sumatera Utara

42

sesuai dengan potensinya masing-masing. Sumber-sumber penerimaan tersebut
dapat berupa pajak atau retribusi. Sesuai dengan amanat UUD 1945, setiap
pungutan yang membebani masyarakat baik berupa retribusi harus diatur dengan
undang-undang.35
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan izin yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota Medan melalui Dinas Tata Kota dan Bangunan kepada perorangan
atau badan yang akan melaksanakan pembangunan suatu bangunan. Dalam hal
perorangan atau badan akan melakukan kegiatan pengujian terhadap kelayakan
tanah di lokasi rencana pembangunan bangunan, maka orang atau badan tersebut
wajib memiliki izin pendahuluan yang ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang
ditunjuk.

Setelah izin pendahuluan

dan IMB

diperoleh,

maka barulah

pembangunan dapat dilaksanakan.36
Pelaksanaan dari pembangunan juga harus sesuai dengan fungsi
bangunan dan rencana teknis yang tercantum sebelumnya dalam IMB yang
diajukan. Pada dasarnya, IMB diterbitkan berdasarkan rencana teknis yang
direkomendasikan oleh dinas terkait. Apabila pemegang IMB dalam tengang
waktu enam bulan sejak diterbitkannya IMB tidak melaksanakan pembangunan,
maka IMB dinyatakan tidak berlaku, kecuali pemegang izin mengajukan
perpanjangan

izin sebelum

tenggang

waktu berakhir. Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) berjangka dapat diberikan kepada pemohon yang:37

35

http://dppka.jogjaprov.go.id/upload/files/pajak_daerah_dan_retribusi_daerah.pdf
(diakses tanggal 21 September 2016)
36
http://trtb.pemkomedan.go.id/kategoriartikel-57-pengumuman.html
37
Agus Dwi Yudha, Implementasi Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Depok, Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Departmen Ilmu Administrasi Program Sarjana, hal 27

Universitas Sumatera Utara

43

1. Rencana pendirian bangunannya termasuk dalam rencana perluasan atau
pelebaran jalan yang telah direncanakan;
2. Mendirikan bangunan yang bersifat sementara;
3. Bangunannya berada pada lahan milik sendiri namun melanggar
garis sempadan bangunan.
Pengaturan mengenai IMB diatur dalam berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung diatur tentang asas, tujuan dan lingkup
dari bangunan gedung, fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung
yaitu syarat administratif dan syarat teknis, peranan masyarakat, pembinaan
terhadap bangunan gedung dan sanksi yang terdiri atas sanksi administratif dan
sanksi denda. 38
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung mengatur
secara lebih rinci mengenai bangunan gedung. Diantaranya persyaratan
administratif bangunan gedung yang meliputi : 39
1. Status hak atas tanah yaitu setiap bangunan gedung harus didirikan pada status
tanah yang memiliki kepemilikan jelas, baik milik sendiri maupun pihak lain.
Dalam hal tanah milik pihak lain, bangunan gedung hanya dapat didirikan
dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik
tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau
38
39

Yuke Dwi Hidayati. Op.Cit, hal 37
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

44

pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung. Perjanjian tertulis tersebut
harus memuat hak dan kewajiban para pihak, luas, letak dan batas-batas tanah
serta fungsi bangunan gedung dan jangka waktu pemanfaatan tanah.
2. Status kepemilikan gedung yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan
bangunan gedung yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan
gedung fungsi khusus oleh pemerintah berdasarkan hasil kegiatan pendataan
bangunan gedung. Kepemilikan gedung ini dapat dialihkan kepada pihak lain,
namun apabila pemilik bangunan gedung bukan merupakan pemilik tanah,
pengalihan hak harus mendapat persetujuan dari pemilik tanah
Dalam

Lampiran

Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

Nomor

24/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung,
diatur mengenai prinsip penerbitan IMB gedung, yaitu pelayanan prima.
Pelayanan prima yaitu proses pemeriksaan (pencatatan dan penelitian) termasuk
pengkajian, penilaian/evaluasi, persetujuan dan pengesahan dokumen rencana
teknis berupa penerbitan IMB dilakukan dengan : 40
1. Prosedur yang jelas sesuai dengan proses dan kelengkapan yang
diperlukan berdasarkan tingkat kompleksitas pelayanan teknis.
2. Waktu proses yang singkat berdasarkan penggolongan sesuai dengan
kompleksitas prosedur penerbitan IMB.
3. Transparansi

dalam

pelayanan

dan

informasi

termasuk

penghitungan/penetapan besarnya retribusi IMB yang dilakukan secara
objektif, proporsional dan transparan.

40

Ibid

Universitas Sumatera Utara

45

4. Keterjangkauan yaitu besarnya retribusi IMB sesuai dengan lingkup
dan jenis bangunan gedung serta tingkat kemampuan ekonomi
masyarakat.
Prosedur untuk memperoleh IMB tersebut, setiap orang atau badan yang
berencana untuk membangun bangun-bangunan dapat meminta petunjuk kepada
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Petunjuk yang dimintakan dari Dinas Tata
Ruang dan Tata Bangunan mengenai rencana membangun bangun-bangunan
berupa:
1. jenis dan peruntukan bangun-bangunan;
2. luas lantai bangunan diatas/dibawah tanah;
3. jumlah lantai/lapis bangunan diatas/dibawah permukaan tanah;
4. garis sempadan yang ditetapkan;
5. luas ruangan terbuka;
6. koefisien lantai bangunan;
7. koefisien dasar bangunan;
8. ketinggian bangun-bangunan;
9. jarak bebas bangun-bangunan;
10. spesifikasi perwujudan bangun-bangunan (arsitektural, struktural, mekanikal
elektrikal;
11. persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawas bangun-bangunan
12. rencana induk/rencana bagian wilayah/rencana terinci kota dan tata letak
persil.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2 39 86

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

3 12 92

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 9

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 1

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 17

Beberapa Masalah Dalam Pelaksanaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 4

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 8

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

1 1 1

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 15

Pengawasan Terhadap Izin Tata Ruang dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

0 0 2