Hubungan Penggunaan Media Sosial Dengan Kemampuan Interaksi Sosial Remaja di SMA Negeri 1 Kota Medan

8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Sosial
2.1.1 Definisi Media Sosial
Menurut kamus Bahasa Inggris, media sosial merupakan program komputer
yang memberikan fungsi untuk berkomunikasi dan berbagi informasi di
internet sebagaimana didefinisikan oleh Cambridge Advanced Learner’s
Dictionary & Thesaurus:
“social media (noun); websites and computer programs that allow people to
communicate and share information on the internet using a computer or
mobile phone”.atau,
“a group of internet-based application that builds on the technological
foundation of web 2.0, which allows the creation and exchange of user
generated content”. (Kaplan, A & Haenlein, M, 2010)
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, media adalah alat, sarana komunikasi,
perantara, atau penghubung. Sosial artinya berkenaan dengan masyarakat atau
suka memperhatikan kepentingan umum.Dari sisi bahasa, media sosial dapat
dimaknai


sebagai

sarana

yang

menghubungkan

masyarakat

untuk

berkomunikasidan berbagi. Media sosial merupakan medium atau wadah
untuk bersosialisasi dengan menggunakan teknologi berbasis web untuk
menyebarluaskan secara pengetahuan dan informasi secara cepat kepada
seluruh pengguna internet didunia. Menurut Juliasih dalam Kristanto (2011)
media sosial adalah media yang sering disebut sebagai media online dimana

8


Universitas Sumatera Utara

9

dapat mewakili para penggunanya untuk saling berinteraksi dengan sesamanya
di dunia luar baik yang dikenal maupun tidak.
2.1.2 Klasifikasi Media Sosial
Klasifikasi media sosia menurut Kaplan dan Haenlein (2010) antara lain: 1)
collaborative blogs or collaborative projects (wikipedia) yang mengizinkan
peserta untuk bekerja sama dalam suatu proyek misalnya penelitian atau
penulisan kamus, dimana seluruh partisipan diperbolehkan untuk menulis atau
mengedit kapanpun dan dimanapun untuk melengkapinya; 2) blogs and
microblogsmerupankan situs pribadi yang dibuat oleh individu untuk
berkomunikasi melaui tulisan atau media lain seperti video, audio, atau
gambar. Forum blog yang paling umum antara lain blogger.com,
wordpress.com dn Yahoo!groups.com; 3) content communitiesialah jenis
media sosial yang berfungsi untuk berbagi konten-konten media seperti video,
gambar, atau suara. Situs paling umum untuk jenis media sosial ini adalah
Youtube, Flickr, and Slideshare; 4) social networking sitestitus paling umum
untuk jenis ini adalah Facebook, Twitter, MySpace, LinkedIn. Disebut situs

jaringan sosial, karena situs ini memang berfungsi untuk komunikasi sosial.
Aplikasi yang digunakan juga menawarkan pengguna untuk membuat profil
yang umumnya terdiri dari nama, umur, lokasi, gender, bahkan dapat
mengunggah foto sebagai foto profil.; 5) virtual game worldmerupakan suatu
program dimana pengguna dapat berpartisipasi dalam sebuah game secara
virtual.; dan 6) virtual social worldsmerupakan tipe media sosial dimana
individu dapat membuat profil, tindakan, mengenai kehidupan, dan perbuatan

9

Universitas Sumatera Utara

10

yang sama halnya dengan didunia nyata sesuai keinginannya. Klasifikasi
tersebut dibuat berdasarkan social presence(kehadiran sosial) dan selfpresentation (presentasi diri).
Kaplan dan Haenlein mengklasifikasikan media sosial berdasarkan pada teoriteori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial dan kekayaan media)
dan proses sosial (presentasi diri dan penyingkapan diri), yang merupakan dua
elemen kunci dari media sosial.
Teori kehadiran (Short, Williams, & Christie dalam Kaplan dan Haenlein,

2010) menyatakan bahwa kehadiran sosial didefinisikan sebagai akustik,
visual, dan kontak fisik yang dapat dicapai atau muncul antara dua mitra atau
lebih dalam suatu komunikasi. Kehadiran sosial dipengaruhi oleh keintiman
(antarpribadi atau termediasi) dan kesiapan media (selaras atau tidak selaras)
dan yang dianggap sebagai media yang lebih rendah misalnya, percakapan
telepon dibandingakan dengan percakapan interpersonal seperti diskusi tatap
muka dan untuk yang tidak selaras misalnya, e-mail atau surat elektronik dan
komunikasi sinkron atau selaras misalnya, live chat atau percakapan langsung.
Teori media richness atau kekayaan media (Daft & Lengel dalam Kaplan dan
Haenlein, 2010) didasarkan pada asumsi bahwa tujuan segala jenis
komunikasi adalah untuk memecahkan ambiguitas dan pengurangan
ketidakpastian. Dan karena itu ada beberapa media yang lebih efektif daripada
media yang lain dalam menyelesaikan ambiguitas danketidakpastian dalam
berkomunikasi.

10

Universitas Sumatera Utara

11


2.1.3 Motif Penggunaan Media Sosial
McQuail, Blumler, dan Brown (1972) dalam Beyond Borders: Communication
Modernity, and History (2010) mengemukakan bahwa bebrapa kategori “uses
of the media” adalah 1) sexual arousal (membangkitkan sex); 2) emotional
release (pelepasan emosi); 3) filling time (pengisi waktu); 4) getting intrinsic
culture or aesthetic enjoyment (menikmati budaya); 5) relaxing (relaksasi); 6)
escaping from problems (pelepasan diri dari masalah); 7) having a substitute
for real life companionship (pengganti atau subtitusi pertemanan didunia
nyata).
Hersinta dkk dalam Beyond Borders: Communication, Modernity, and
History (2010) menyatakan bahwa sebagian besar riset awal mengenai
komunitas online, berasumsi bahwa individu menggunakan situs jejaring
sosial untuk berhubungan dengan orang lain diluar kelompok sosial dan lokasi
tempat mereka berada dengan kesamaan minat serta berbagi lokasi geografis.
2.1.4 Manfaat Media Sosial
Tully (2003) dalam Abrar (2003)mendefinisikan makna teknologi bagi remaja
adalah sebagai berikut: 1)Sarana investasi masa depan, dimanapenguasaan
teknologi menjadikeharusan untuk memasuki dunia kerja; 2) berfungsi sebagai
symboliccapital, dimana penguasaan dan kepemilikan teknologi baru

mencerminkan gengsi bagi pihak ketiga (peer groups dan/atau lingkungan
sekitar);

3)

medium

untuk

mencari

pengalaman

baru

di

tengah

kegerahanremaja untuk selalu melakukan eksplorasi dan membangun

identitasdirinyadimana teknologi dijadikan manifestasi; 4) objek pembeda

11

Universitas Sumatera Utara

12

dalamlingkungan sosial seperti gender, kelas sosial dan generasi; 5)
agenketeraturan dalam kehidupan sosial, teknologi berfungsi sebagai
fasilitatorsekaligus pembatas dalam kegiatan sosial.
2.1.5 Dampak Penggunaan Internet sebagai Media Jejaring Sosial
Dampak penggunaan internet antara lain: 1) Pronografi; 2) Plagiarisme.
Plagiarism merupakan penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan
sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat
sendiri; 3) Ketergantungan atau kecanduang media sosial. Nurfajri (2012)
dalam Nurmandia, Wigati, dan Masluchah (2013) mengatakan bahwa Internet
Addiction (kecanduan internet) adalah suatu gangguan psikofisiologis yang
meliputi tolerance (penggunaan dalam jumlah yang sama akan menimbulkan
respon minimal, jumlah harus ditambah agar dapat membangkitkan

kesenangan dalam jumlah yang sama),whithdrawal symptoms (khususnya
menimbulkan termor, kecemasan, dan perubahan mood), gangguan afeksi
(depresi, sulit menyesuaikan diri), dan terganggunya kehidupan sosial
(menurun atau hilang sama sekali, baik dari segi kualitas maupun kuantitas).
Internet Addiction diartikan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan
menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan
internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online.Orang-orang
yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat
tidak online diinternet. Kecanduan Jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis
dalam sistem motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari
yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga melalui internet.Jejaring

12

Universitas Sumatera Utara

13

sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual
atau organisasi.Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan

karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai
dengan keluarga.
Menurut Beart dan Wolf (2001), setidaknya ada enam kriteria yang harus
dimiliki agar seseorang dapat diklasifikasikan sebagai pecandu internet.
Kriteria kecanduan ini adalah: 1) Pikiran yang terpreokupasi internet. Bermain
internet berjam-jam menimbulkan keasyikan tersendiri, perasaan senang
secara berlebihan membuat seseorang menunda makan, atau makan menjadi
tidak teratur; 2) Waktu penggunaan internet semakin bertambah demi
pemenuhan kepuasan diri. Bermain internet melebih 8 jam dalam sehari akan
menyita banyak waktu, apalagi bila waktu online di mulai malam hari akan
menyita waktu tidur; 3) Pernah mencoba namun gagal untuk mengendalikan,
mengurangi atau berhenti menggunakan internet. Bermain internet dan
komputer beberapa jam akan menimbulkan kelelahan, apalagi bila melebihi 8
jam setiap harinya.; 5) Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan.
Banyak individu yang teradiktif mengatakan akan bermain online hanya
sebentar saja, namun mereka justru online sampai beberapa jam atau hampir
setengah hari, akibatnya banyak waktu yang terbuang, sementara beberapa
pekerjaan lain yang semestinya dapat selesai dikerjakan akan terpakai untuk
menggunakan komputer; 6) Mengalami masalah atau mempunyai resiko
kehilangan hubungan pribadi, kehilangan pekerjaaan, kehilangan kesempatan

pendidikan, dan kehilangan karir.

13

Universitas Sumatera Utara

14

Dampak positifnya berkat situs jejaring sosial ini kita jadi lebih mudah
berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain yang memanfaatkan situs
jejaring sosial ini untuk memperluas pergaulan.Pengguna dapat berhubungan
dengan teman dan keluarga, dapat bertemu dan berhubungan dengan teman
lama, berkenalan dengan teman dari sahabat, serta berkenalan dengan orang
yang belum pernah dikenal sebelumnya.Selain itu, pengguna situs ini
memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman, hobi, dan
minat dengan orang-orang dengan latar belakang, budaya dan negara yang
berbeda,

bisa


juga

dijadikan

media

promosi

bisnis

atau

sebagainya.Keunggulan dan kemudahan itulah yang membuat banyak individu
hampir tiap hari menggunakan internet untuk membuka jejaring sosial.
2.2 Interaksi Sosial
2.2.1 Definisi
Interaksi sosial menurut Soekanto (2007) adalah bentuk-bentuk yang
tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia
mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan
kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial
dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada
hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Mar’at dalam Mulyaningsing (2014)
menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses di mana individu
memperhatikan, merespon terhadap individu lain, sehingga direspon dengan suatu
tingkah laku tertentu.Interaksi sosial juga dapat berarti hubungan yang dinamis,

14

Universitas Sumatera Utara

15

yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok manusia,
maupun perorangan dengan kelompok manusia (Bungin, 2006).
Sehubungan dengan hal itu, dua ahli psikologi lain yang mencetuskan
definisi interaksi sosial adalah Walgito (2008) yang mengungkapkan bahwa
interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu lain,
individu yang satu dapat memengaruhi individu yang lain atau sebaliknya
sehingga terdapat adanya hubungan yang timbal balik. Gunarsa dan Gunarsa
dalam Badrujaman (2008) mengungkapkan bahwa interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu ketika perilaku individu
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu
yang lain atau sebaliknya.
Dalam kehidupan bermasyarakat interaksi sosialmerupakan bagian dari
proses sosial. Interaksi sosial juga mempengaruhi perilaku seseorang., dimana
perilaku digerakkan atau dimotivasi untuk memperoleh kesenangan (Rakhmat,
1989).
2.2.2 Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk umum proses sosial adalahinteraksi sosial dan bentuk khususnya
adalah aktivitas-aktivitas sosial.Kimbal Young dalam Badrujaman (2008)
membedakan bentuk interaksi sosial menjadi 3 antara lain : 1) Oposisi
yaitupersaingan dan pertentangan atau pertikaian; 2) Kerja Sama yang
menghasilkan akomodasi; 3) Diferensiasi, yakni proses interaksi sosial ketika
orang per orang dalam masyarakat memperoleh hak dan kewajiban yang
berbeda dengan orang lain atas dasar perbedaan umur, pekerjaan dan gender.

15

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut Gillin (1951) bentuk interaksi sosial terbagi menjadi dua yaitu proses
asosiatif (bersekutu) dan proses disosiatif (memisahkan). Proses interaksi
sosial asosiatif adalahproses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi
sosial. Proses interaksi sosial asosiatif terbagi menjadi empat macam yaitu
kerja

sama

(cooporation),

akomodasi

(accommodation),

asimilasi

(assimilation), dan akulturasi (acculturation).
Proses interaksi sosial disosiatif adalahproses oposisi (oppositional
process) yang berarti berjuang melawan seorang ataupun sekelompok orang
untuk meraih tujuan tertentu. Interaksi disosiatif dibedakan menjadi beberapa
bentuk antara lain persaingan (competition), kontravensi atau sikan menentang
dengan tersembunyi, pertikaian sebagai lanjutan dari kontravensi, dan
pertikaian atau konflik.
Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi
manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orangorang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang
berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan
lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Menurut Morey (2004),
pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling
mempengaruhi antara pihak pihak yang berinteraksi didalamnya. Maka, hal
yang dianggap paling ideal dalam berinteraksi adalah bertatap muka.
2.2.3 Syarat Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2007), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : 1) Adanya kontak sosial

16

Universitas Sumatera Utara

17

(social-contact); dan 2) Adanya komunikasi. Kontak dapat bersifat langsung
maupun tidak langsung, kontak positif dan negatif atau kontak primer maupun
sekunder.
Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung
bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling
senyum, dll).Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara
seperti telepon, radio, surat maupun teknologi misalnya internet. Dalam hal ini
kontak sosial sekunder salah satunya bisa dilakukan melalui situs jaringan
sosial. Dalam situs jaringan sosial, ketika seseorang mengirim pesan pada
orang lain yang nantinya akan mendapat balasan langsung ataupun tidak
langsung, maka orang tersebut dapat dikatakan telah melakukan kontak sosial.
Syarat yang kedua adalah komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah
proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap
dan perilaku orang lain yang berbentuk perilaku, sikap dan pembicaraan, dan
perasaan sehingga orang akan membuat reaksi terhadap informasi, sikap, dan
perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami (Bungin,
2006).
Menurut Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada,
komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif
serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut
antara lain : 1) Tatap muka; 2) Adanya hubungan dua arah secara langsung;
3) adanya niat, kehendak, atau intens dari kedua belah pihak.

17

Universitas Sumatera Utara

18

Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan perantara,
seperti telepon, telegrap, radio, surat dll) mempunyai dampak yang berbeda
dengan komunikasi secara langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari,
dan Babari (2003), komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya
kegagalan untuk saling berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti si
penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si
pengirim.
Komunikasi dipengaruhi oleh media yang digunakan, sehingga kadang
media juga mempengaruhi isi informasi dan penafsirannya, bahkan menurut
Mcluhan dalam Bungin (2006) media juga adalah pesan itu sendiri. Dalam
komunikasi ada tiga unsur dasar yang sangat penting yaitu, sumber informasi
(receiver), saluran (media), dan

penerima informasi (audience) (Bungin,

2006). Situs jaringan sosial memiliki ketiga kriteria tersebut, dan situs jaringan
sosial merupakan salah satu media yang efektif untuk berkomunikasi.Selain
kontak sosial dan komunikasi, peran keluarga dan lingkungan sosial juga
berpengaruh dalam perkembangan sosial khususnya remaja.
2.2.4 Faktor Terjadinya Interaksi Sosial
Ada empat faktor yang mendasari terjadinya proses interaksi sosial yaitu
imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Imitasi (peniruan) merupakan proses
belajar dengan cara meniru perilaku orang lain. Imitasi dapat dibedakan
menurut sifatnya yaitu imitasi positif dan imitas negatif. Sugesti adalah cara
pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu sehingga mereka mengikuti pandangan atau pengaruh

18

Universitas Sumatera Utara

19

tersebut tanpa berfikir panjang. Dengan kata lain sugesti dapat diartikan
sebagai proses interaksi sosial ketika seorang individu menerima suatu
pandangan tannpa mengkritiknya terlebih dahulu.
Fakor yang ketiga yakni identifikasi, yang berarti kecenderungan atau
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Poin
keempat yang menjadi faktor terjadinya interaksi sosial adalah simpati.
Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan
membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan yang lain. Factor lain
yang mendekati pengertian simpati adalah introyeksi. Introyeksi merupakan
hubungan timbal balik dua atau lebih individu berdasarkan simpati, yaitu
ketika perilaku individu yang satu memengaruhi dan mengubah perilaku
individu lain atau sebaliknya.
2.3 Remaja
2.3.1 Definisi Remaja
Remaja adalah masa transisi antaramasa kanak-kanak dan dewasa, dimana
terjadipacu tumbuh, timbul ciri-ciri seksualsekunder, tercapainya fertilitas, dan
terjadiperubahan-perubahan psikologi dan kognitif.Untuk tercapainya tumbuh
kembang yangoptimal, tergantung pada potensi biologiknya.(Soetjiningsih,
2007).Menurut Depkes Rl (2005), masa remaja merupakan suatu proses
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa perailihan
dari kanak-kanak ke dewasa muda.Salzman dalam Jahja (2011) menambahkan
bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)

19

Universitas Sumatera Utara

20

terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat seksual,
perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Menurut Golinko dalam Jahja (2011) istilah Adolescence atau remaja
berasal dari kata latin adolescence yangberarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yanglebih luas, mencangkup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Papalia dan Olds
dalam Jahja (2011) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau
13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.Menurut Adams dan Gullota dalam Aaro dalan Jahja (2011), masa
remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. WHO (2012) memberikan
definisi masa remaja mulai dariusia 10-19 tahun.
Pinem (2009) membagi periode menjadi 3 (tiga) tahap yaitu: 1) masa
remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan
teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan mulai memperhatikan bentuk
tubuhnya; 2) remaja tengah (13-15 tahun) dengan ciri khas mencari identitas
diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktifitas seksual,
dan memiliki rasa cinta yang mendalam; 3) masa remaja akhir (16-19 tahun)
dengan ciri khas mamu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, memiliki citra jasmani dirinya, dapat mewujudnkan rasa cinta, dan
pengungkapan kebebasan diri.

20

Universitas Sumatera Utara

21

2.3.2 Perkembangan Masa Remaja
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14 tahun) sampai usia
sekitar 18 tahun. Masa ini hamper selalu merupakan masa yang sulit.
Sejumlah alasan untuk ini antara lain: 1) remaja mulai menyampaikan
kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapat sendiri sehingga
menciptakan ketegangan, perselisihan dan menjauhkan dari keluarga; 2)
remaja lebih mudah dipengaruhi oelh teman-temannya; 3) remaja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa baik pertumbuhan maupun seksualitas yang
terkadang membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi; 4)
remaja menjadi terlalu percaya diri bersaman dengan meningkatnya emosi.
Kesulitan yang sering dialami kaum remaja (Jahja, 2011) antara lain: 1)
variasi kondisi kejiwaan dimana emosi tidak stabil; 2) rasa ingin tahu seksual
dan coba-coba; 3) membolos karena tidak ada gairah untuk kesekolah; 4)
perilaku antisocial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif;
5) penyalahgunaan obat bius; 6) psikosis, yang paling umum dijumpai ialah
skizofrenia. Skizofrenia menurut WHO ialah gangguan mental yang parah
yang ditandai dengan gangguan berfikir, bahasa, persepsi, dan rasa diri.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman
sebaya dibanding orang tua.Dibanding masa kanak-kanak, remaja lebih
banyak menghabiskan waktu diluar rumah seperti sekolah, ekstrakulikuler dan
bermain dengan teman. Kelompok teman sebaya juga merupakan sumber
referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan
dengan gaya hidup misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang

21

Universitas Sumatera Utara

22

menarik, music, atau film apa yang bagus Conger, Papalia & Olds dalam
Jahja (2011). Dengan demikian, peran kelompok teman sebaya ialah besar
bagi perkembangan sosial usia remaja.
Kebutuhan-kebutuhan pada masa remaja yang disebutkan dalam Jahja
(2011) antara lain: 1) kebutuhan akan pengendalian diri; 2) kebutuhan akan
kebebasan diri, 3) kebutuhan akan rasa kekeluargaan; 4) kebutuhan akan
penerimaan sosial; 5) kebutuhan akan penyesuaian diri; 6) kebutuhan akan
agama dan nilai-nilai sosial. Berdasarkan kebutuhan tersebut, muncul konflikkonflik yang dialami remaja seperti; 1) konflik antara kebutuhan untuk
mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka; 2) konflik antara
kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan kepada orang tua; 3) konflik
antara kebutuhan seks dan agama serta nilai sosial; 4) konflik antara prinsip
dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja; 5) konflik menghadapi masa depan.
2.3.3 Perkembangan Interaksi Sosial Remaja
Perkembangan sosial pada masa puber menurut Eureka Pendidikan (2015)
dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman
sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang
berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua. Perkembangan kearah
remaja juga diiringi dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal
appearance (penampilan diri), peer group (kawan sebaya) serta kegiatankegiatan kelompok sosial lainnya (Sulaeman, 1995)
Dalam pergaulan dengan teman sebaya tentu saja ada faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain : 1) Imitasi yaitu tindakan sosial meniru sikap,

22

Universitas Sumatera Utara

23

tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan; 2)
Sugesti yang berarti pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak
kepada pihak lain; 3) Identifikasi yaitu kecenderungan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain; 4) Simpati, yaitu suatu proses dimana
seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Dalam tahap perkembangan
masa remaja faktor-faktor tersebut berperan besar dalam mempengaruhi
perilaku remaja.Karena pada masa ini remaja cenderung lebih mudah untuk
terpengaruh oleh teman-teman sebaya dalam rangka untuk mencari identitas
dirinya (Ahmadi, 2007).Menurut Erikson ditinjau dari perkembangan sosial,
proses ini dosebut sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan
identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan
aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian.
Eurika Pendidikan(2015) membagi masa pubertas remaja menurut teman
sebaya dan pemisahan diri dengan orang tua atau keluarga dimana keluarga
memiliki fungsi: 1) Affectional; 2) economic; 3) Educational; 4) Protective;
5) Recreational; 6) Family status; 7) Religius (Ogburn dalam Ahmadi, 2007)
Pembagian menurut Eurika Pendidikan antara lain: 1) Kelompok Teman
Sebaya. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa
kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini
dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan
dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya.
Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki
keanggotaan yang lebih luas. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka

23

Universitas Sumatera Utara

24

akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok tertentu.; 2) Melepas
dari orang tua. Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke
arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak
muda. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara
remaja awal dengan orang tua, diantaranya: a) Perbedaan standar perilaku.
Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno
sedangkan dirinya dianggap modern.Mereka mengharapkan agar orang tuanya
mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern; b) Merasa menjadi
korban. Remaja sering merasa marah ketika status sosial ekonominya tidak
mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya. Seperti
pakaian, sepatu, accecoris dan lain-lain; c.) Perilaku yang kurang matang.
Pelarangan dan menghukum

membuatnya benci kepada orang tua;

d.) Masalah palang pintu. Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering
melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia
berhubungan,

terutama

dengan

lawan

jenis;

e.) Metode

disiplin.

Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua
dominan daripada lainnya atau tidak adil.Hal ini menyebabkan pola asuh yang
cenderung otoriter.

24

Universitas Sumatera Utara