Teknologi Komunikasi Dan Interaksi Sosial (Studi Korelasional tentang Hubungan Penggunaan Smartphone terhadap Interaksi Sosial Remaja di Kalangan SMA Harapan 1 Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi komunikasi dan informasi telah

member berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Di era globalisasi
sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang semakin maju
dan cepat mendorong masyarakat untuk lebih memahami kecanggihan teknologi.
Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi
masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin
canggih komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam
penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa
jarak.
Awalnya, teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan
manusia. Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah
kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi
telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman
sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi.
Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni (2003)

mencakup telepon, radio dan televisi. Sedangkan dalam buku Human
Communication (Tubbs dan Moss, 2001), bentuk-bentuk teknologi komunikasi
ditampilkan dalam tingkat antarpesona, kelompok, organisasional dan publik.
Pada tingkat antarpesona yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat
elektronik dan voicegram.
Perkembangan teknologi yang semakin cepat, memunculkan banyak piranti
(instrumen) baru untuk memenuhi kebutuhan atau fungsi yang terkadang sengaja
memang diciptakan. Dengan semakin bertambahnya piranti baru dengan berbagai
jenis, ukuran, dan fungsi, orang mulai terbiasa mendengarkan istilah umum yang
digunakan untuk mengacu ke piranti canggih yang memiliki fungsi praktis

Universitas Sumatera Utara

spesifik dengan kegunaan tertentu. Isi pesan media komunikasi seringkali tidak
mempengaruhi masyarakat yang kini melainkan bentuk dan jenis media itu
sendiri. Banyak bentuk teknologi baru dalam komunikasi yang kita kenal, seperti
telepon selular (ponsel), komputer, kamera, laptop, mp3 player, netbook, tablet
dan berbagai macam yang lain dapat disebut sebagai piranti teknologi (gadget).
Gadget merupakan sebuah inovasi dari teknologi terbaru dengan
kemampuan yang lebih baik dan fitur terbaru yang memiliki tujuan maupun

fungsi lebih praktis dan juga lebih berguna. Dari banyaknya gadget yang
diciptakan, salah satu jenis gadget yang paling akrab dalam kehidupan sehari-hari
adalah ponsel cerdas atau saat ini lebih dikenal dengan smartphone.
Gadget jenis ini mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang cukup
signifikan. Penemuan baru selalu menjadi daftar spesifikasi yang dihadirkan.
Sekarang

ini

smartphone

tidak

semata-mata

hanya

digunakan

untuk


berkomunikasi, teknologi baru yang diterapkan memungkinkannya sebagai
kamera, perekam video, peta digital, pemutar musik, jaringan internet, dan lain
sebagainya. Teknologi komunikasi dalam wujud smartphone merupakan
fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya.
Teknologi informasi dan komunikasi saat ini semakin berkembang pesat
dengan berbagai penemuan produk unggulan yang memudahkan masyarakat
untuk saling berinteraksi dan memperoleh informasi. Smartphone adalah
teknologi baru yang menyerupai Personal Digital Assistant (PDA) yang memiliki
berbagai fungsi dan kemudahan dalam mengakses internet (Phillippi and Wyatt,
2011). Kecanggihan smartphone dibandingkan handphone cellular terletak pada
operation system yang tangguh, kecepatan proses yang tinggi, perangkat
multimedia yang mutakhir, koneksi internet terbaik dan layar sentuh. Jumlah
pengguna smartphone di United State (US) mengalami peningkatan yang cepat,
diperkirakan pada akhir tahun 2011 setengah populasi (US) akan menggunakan
smartphone (Cummiskey, 2011).
Belum ada referensi yang akurat terkait demografi pengguna smartphone di
Indonesia. Namun, menurut data Frost & Sullivan, salah satu lembaga yang

Universitas Sumatera Utara


melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan menyatakan
penjualan smartphone di Indonesia pada tahun 2009 telah terjual sebanyak 1,2
juta dan diprediksikan pada tahun 2015 total penjualan smartphone di Indonesia
akan

mencapai

18,7

juta

(http://tatya13.wordpress.com/2012/05/29/riset-

marketing/).
Penggunaan smartphone menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan saat ini yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas-fasilitas yang
terdapat di dalamnya pun tidak hanya terbatas pada fungsi telepon dan SMS (short
messages service) saja. Smartphone dapat digunakan sebagai sarana bisnis,
penyimpan berbagai macam data, sarana musik/hiburan, bahkan sebagai alat

dokumentasi. Hal ini menjadikan smartphone sebagai salah satu perkembangan
komunikasi yang paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir
(Nurudin, 2005). Terlihat juga pada kompetitif kualitas dari berbagai merk
smartphone seperti Apple, Blackberry, LG, Nokia, Oppo, Samsung, Smartfren,
Sony, dan lain-lain. Masing-masing tidak berhenti bersaing mencari pangsa pasar
melalui produk terbaru hanya dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Simanjuntak (2004) dalam tulisannya mengenai aspek sosial telepon selular
menyatakan paling tidak ada lima implikasi dari penggunaan ponsel. Pertama,
terhadap setiap individu yang menggunakan ponsel tersebut. Kedua, terhadap
interaksi-interaksi antar individu. Ketiga, terhadap pertemuan tatap muka.
Keempat, terhadap suatu kelompok atau organisasi. Selajutnya yang kelima
adalah terhadap sistem hubungan di organisasi dan kelembagaan masyarakat.
Masyarakat Indonesia merupakan salah satu pengguna smartphone dengan
jumlah yang cukup banyak. Seperti yang dilansir Radio Netherlands Worldwide
pada tanggal 8 Januari 2009 dalam artikel hasil wawancara bersama pakar
telematika Indonesia, Roy Suryo dan psikolog social dari Universitas Indonesia,
Dra. Ratna Djuwita tentang penggunaan smartphone di Indonesia (Juju dan
Matamaya, 2009: 21).
Disadari atau tidak kemuculan smartphone ini sedikit demi sedikit mengikis
budaya tatap muka dan silaturahmi (bertemu secara fisik) di Indonesia.


Universitas Sumatera Utara

Masyarakat yang dulunya dikenal dengan masyarakat yang saling beranjangsana
kini perlahan mulai berkurang seiring kemunculan alat-alat komunikasi canggih.
Hal ini tidak bisa disalahkan. Kemajuan di bidang teknologi merupakan salah satu
perubahan sosial yang tak dapat dihindari dan akan terjadi secara terus menerus.
McLuhan (dalam Morissan, dkk, 2010: 30) mengemukakan teknologi media
telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat
tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbantuk berdasarkan pada
kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. Menurutnya, media berperan
menciptakan

dan

mengelola

budaya.

Perangkat


mutakhir

yang

dalam

kehadirannya telah menciptakan gaya hidup konsumtif ini cenderung memanjakan
para pengguna sehingga dapat mematikan daya kreativitas mereka. Sebuah pola
pikir “wajib memiliki” telah berkembang dan terbentuk di masyarakat sehingga
apa yang kita khawatirkan itu benar-benar terjadi. Orang-orang cenderung pasif
dalam hubungannya dengan daya cipta terhadap teknologi.
Seiring dengan inovasi yang terus dikembangkan oleh produsen untuk
meningkatkan fungsi ponsel cerdas, penggunaannya sekarang bukan hanya
sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya
interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Disini interaksi
yang terbantuk kemudian diperluas prosesnya tidak hanya melalui telepon dan
pesan teks kini individu pengguna ponsel cerdas (smartphone) ini bisa
berkomunikasi melalui aplikasi chatting atau messenger hingga media sosial
dimana aplikasi tersebut dapat digunakan dengan adanya koneksi internet. Begitu

pula masih banyak fitur-fitur lainnya yang telah tersedia di dalam ponsel cerdas
itu sendiri (Brotosiswoyo, 2002).
McLuhan (dalam Morissan, dkk, 2010: 30) mengemukakan bahwa manusia
memiliki hubungan simbolik dengan teknologi. Kita menciptakan teknologi dan
teknologi pada gilirannya menciptakan kembali siapa diri kita. Saat ini, siapa pun,
kapan pun, dan di mana pun kita akan melihat setiap orang sedang berinteraksi
dengan ponselnya. SMS, telepon, internet, game, email, dan lain-lain akan
dilakukan dalam interval waktu yang cukup singkat. Beberapa menit sekali

Universitas Sumatera Utara

mengecek ponsel. Sehingga lebih banyak waktu yang kita habiskan ketika sedang
bersama ponsel kita dibandingkan dengan berbincang langsung dengan orang
sekitar.
Hal ini juga turut memperlihatkan kepada kita bahwa interaksi manusia dan
teknologi tidak hanya menampilkan sisi positif (dampak baik) terhadap kehidupan
manusia, tapi juga menampilkan sisi negatif yang mampu mengubah cara pandang
dan cara hidup manusia pada umumnya.
Budyatna (2005) mengemukakan bahwa bentuk pendekatan komunikasi
yang paling ideal adalah yang bersifat transaksional, dimana proses komunikasi

dilihat sebagai suatu proses yang sangat dinamis dan timbal balik. Disini
Budyatna melihat bahwa dengan munculnya penggunaan ponsel mempengaruhi
proses yang transaksional tersebut. Seringkali komunikasi yang dinamis dan
timbal balik dirasakan menurun kualitas dan kuantitasnya pada interaksi sosial
khususnya interaksi tatap muka.
Jika sebelumnya kita beriteraksi terhadap sesama harus saling bertatap
muka secara utuh untuk saling mengenal, maka di zaman seskarang hal itu tidak
lagi menjadi sebuah kewajiban. Melalui gadget, interaksi manusia cukup dengan
hanya melihat wajah atau foto, mendengar suara, tidak lagi dengan sentuhan fisik
seperti jabat tangan. Interaksi manusia dengan manusia telah digantikan menjadi
interaksi manusia dengan gadget yang secara perlahan menjajah wilayah sosial
kehidupan sehari-hari manusia serta memberi pengaruh terhadap interaksi sosial
di masyarakat.
Terdapat banyak fenomena dimana tidak jarang individu lebih memilih
memainkan atau menggunakan smartphonenya, meskipun ia sedang berada di
tengah-tengah suatu kegiatan atau sosialisasi orang-orang di sekitarnya.
Berdasarkan Survey Siemens Mobile Lifestyle III, menyebutkan bahwa 60% dari
respondennya lebih senang mengirim dan membaca pesan, memainkan games,
atau hanya sekedar mengecek akun media sosialnya di tengah acara keluarga yang
dianggap membosankan (Nurudin, 2005).


Universitas Sumatera Utara

Menurut McLuhan (dalam Morissan, dkk, 2010: 31), teknologi komunikasi
menjadi penyebab utama perubahan budaya. Kehidupan keluarga, lingkungan
kerja, sekolah, pertemanan, kegiatan keagamaan, politik, dan sebagainya semua
terpengaruh teknologi komunikasi. Interaksi manusia dengan manusia telah
digantikan menjadi interaksi manusia dan seringkali tidak kita sadari teknologi
dapat mengurangi interaksi seseorang secara langsung dengan orang-orang
terdekat yang ada di sekitar (misalnya antara orang tua dan anak di rumah masingmasing sibuk dengan gadget-nya). Saling tegur sapa dengan menghadapkan
senyum pada tetangga semakin berkurang, sedangkan sibuk sendiri di hadapan
komputer dan alat teknologi lainnya sudah dianggap lumrah di masyarakat saat
ini.
Smartphone (ponsel cerdas) merupakan gadget yang paling diminati dan
paling banyak digunakan orang-orang pada saat ini, terutama remaja. Mereka
biasanya sering menggunakan smartphone untuk berkomunikasi, browsing
ataupun untuk mengakses situs media sosial. Smartphone kini bukan lagi sekadar
alat untuk berkomunikasi. Namun juga sebagai gaya hidup, penampilan, trend dan
prestise.
Pattiradjawane pernah melakukan penelitian terhadap pemakaian dan

penggunaan ponsel di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase
terbesar pengguna ponsel berdasarkan usia yaitu usia 15-24 tahun (31%),
berdasarkan kota-desa yaitu kota (71%), dan berdasarkan kota-desa pada lima
pulau (Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Bali) yaitu kota (>55% dari
masing-masing pulau). Hal ini menunjukkan pengguna ponsel terbesar merupakan
kelompok remaja perkotaan.
Remaja merupakan kelompok manusia yang penuh potensi yang perlu untuk
dimanfaatkan. Secara psikologis, usia remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di
bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang
sama (Hurlock, 2011). Respon kaum remaja terhadap barang-barang baru,
termasuk dalam hal ini adalah kecanggihan smartphone, cukup tinggi. Walaupun

Universitas Sumatera Utara

belum tentu penggunaan smartphone tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara
optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Penggunaan smartphone yang semakin berkembang di kalangan remaja ini,
menimbulkan berbagai macam perubahan sikap dan perilaku di kalangan remaja
itu sendiri. Remaja lebih memilih untuk berkomunikasi dengan teman-teman yang
berada dalam satu komunitas pengguna smartphone daripada berkomunikasi
dengan teman yang ada di sebelahnya.
Banyak remaja pengguna gadget tidak memanfaatkan fasilitas sesuai
dengan gadget yang mereka miliki, dan juga kurang memerhatikan penggunaan
waktu saat pemakaian gadget. Sebagai contoh, dalam hal penggunaan waktu,
waktu yang dimanfaatkan oleh para siswa untuk beraktivitas dengan smartphone
yaitu mulai dari pagi hari hingga malam hari.
Kegemaran terhadap gadget ini semakin lama akan berpengaruh pada
perkembangan psikologis bagi siapa saja yang menggunakannya, dan akan
berpengaruh pula terhadap tingkat aktivitas mereka dalam berkomunikasi dengan
sesamanya (Sunomo, 2004:56). Pada usia ini mereka (remaja) sedang mencari
tuntutan hidup, oleh karena itu orang tua seharusnya sangat berperan penting
dalam hal mendidik anak dan mengajari anak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada masa remaja, cenderung terjadi pergolakan emosional dalam
diri remaja.
Kecenderungan ini merupakan kondisi yang memprihatinkan karena
ditinjau dari usia sekolah, di usia yang masih labil mereka seharusnya terbiasa
untuk bergaul dan berkomunikasi secara langsung dengan teman atau orang lain di
lingkungan sosialnya. Dengan kebiasaan mereka yang lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan berkomunikasi melalui gadget, otomatis waktu yang mereka
gunakan untuk berinteraksi secara langsung akan berkurang.
Berdasarkan observasi awal di beberapa sekolah tingkat SMA di Medan
secara signifikan menunjukkan bahwa hampir keseluruhan siswa SMA Harapan 1
Medan sudah menggunakan gadget terutama smartphone. Gadget seakan telah

Universitas Sumatera Utara

menjadi predikat “must have” atau wajib dimiliki bagi siswa di sekolah tersebut.
Pada umumnya mereka melakukan aktivitas memanfaatkan fasilitas gadget
dilakukan setiap saat. Dan kegiatan-kegiatan tersebut telah menjadi semacam
rutinitas sehari-hari. Sehingga jika tidak beraktivitas dengan gadget satu hari saja
seakan ada sesuatu yang hilang dan berbeda. Gadget telah menjadi bagian dari
gaya hidup mereka.
Penelitian dilakukan di SMA Swasta Harapan 1 Medan. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa SMA merupakan tempat sosialisasi utama para remaja
dengan lingkungan sosial mereka (selain keluarga). Pemilihan lokasi dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa SMA Harapan 1 Medan merupakan salah satu
SMA yang terletak di pusat kota dengan sampel yang tergolong dalam keluarga
berkecukupan, serta hampir keseluruhan telah menggunakan smartphone.
Saat ini SMA Harapan Medan memiliki jumlah peserta didik sebanyak 880
orang dan jumlah pendidik 51 orang. Dan pihak pemerintah yaitu Diknas. Kota
Medan, Provinsi serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirt.
Pembinaan SMA memberikan kepercayaan kepada SMA Harapan Medan menjadi
sekolah percontohan melaksanakan Sekolah Kategori Mandiri dan Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal dan juga Berbasis IT (Informasi Telekomunikasi).
Selain itu, berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di
beberapa sekolah menerapkan peraturan menggunakan smartphone bagi siswa dan
penggunaannya dibatasi pihak sekolah. Tetapi di SMA Harapan 1 Medan siswa
tidak dibatasi dalam penggunaan smartphone, sehingga siswa bebas menggunakan
smartphone baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Pendapat remaja
pengguna gadget smartphone di SMA Harapan 1 Medan diharapkan dapat
mewakili

penelitian

Studi

Korelasional

Pengaruh

Penggunaan

Gadget

Smartphone terhadap Interaksi Sosial (Tatap Muka) Remaja.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
Penggunaan Gadget Smartphone terhadap Interaksi Sosial Remaja di Kalangan
Siswa SMA Harapan 1 Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.2

Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bersifat korelasional, bertujuan menjelaskan apakah
penggunaan teknologi komunikasi (gadget) smartphone mempengaruhi
interaksi sosial (tatap muka) remaja.
2. Penggunaan gadget yang dimaksud adalah penggunaan gadget dengan
jenis smartphone (ponsel cerdas).
3. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Swasta Harapan 1 Medan, kelas
X dan XI.

1.3

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut: “Apakah ada hubungan antara Penggunaan Smartphone terhadap
Interaksi Sosial Remaja di Kalangan Siswa SMA Harapan 1 Medan?”

1.4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi penggunaan smartphone pada remaja saat ini.
2. Mengetahui tingkat penggunaan smartphone di kalangan remaja saat ini.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan smartphone pada interaksi sosial
remaja.

Universitas Sumatera Utara

1.5

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan mengenai kajian interaksi sosial, sebagai salah satu kajian
dalam ilmu komunikasi.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan memperkaya khasanah penelitian serta sumber bacaan di lingkungan
FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca dalam melihat pengaruh penggunaan
teknologi komunikasi (gadget) terhadap interaksi sosial remaja.

Universitas Sumatera Utara