Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kelahiran merupakan pengakhiran kepada proses kehamilan dan juga
merupakan permulaan kepada sebuah kehidupan manusia (Warda h, 2010). Pada
waktu kelahiran, sejumlah adaptasi mulai terjadi. Pada proses kelahiran, bayi
dihadapkan pada berbagai masalah penyesuaian diri, yang meliputi penyesuaian
terhadap suhu, atau penguapan, pernafasan, makanan, sirkulassi darah, pencernaan
dan proses pengosongan (Susanti, 2009). Karena perubahan ini, bayi memerlukan
pemantauan yang ketat untuk menetukan bagaimana menghadapi periode transisi
yang baik bagi kehidupannya diluar uterus (Patricia dkk, 2005).
Kehadiran seorang anak dalam keluarga akan menambah aktivitas baru
bagi pasangan, dan berdampak pada berkurangnya pendapatan pasangan karena
biaya yang harus dikeluarkan (Lefrancois, 1993 dalam Setiadi, 2008). Studi klasik
le master menyatakan bahwa dari 46 pasangan dinyatakan 17% tidak bermasalah
dan selebihnya memiliki masalah dalam hal suami merasa diabaikan, peningkatan
perselisihan dan argumen interupsi dalam jadwal kontinu dan kehidupan sexual
menurun serta social terganggu akibat yang ditimbulkan oleh kelahiran anak
pertama (Setiadi, 2008).
Kelahiran juga memberikan dampak yang besar bagi pasangan karena

anak memaksa pasangan untuk menambah peran baru sebagai ibu dan ayah,
terutama pada kelahiran anak pertama, sebab sebelumnya mereka sudah memiliki
identitas sebagai pasangan (Campbell, dalam Sadarjoen, 2005). Dampak yang

1
Universitas Sumatera Utara

2

cenderung muncul disini yaitu tingkat kepuasan pernikahan akibat anak pertama,
erosi terhadap fungsi keluarga, dan angka perceraian yang

terjadi pada usia

pernikahan yang masih baru, misalnya baru berjalan dua tahun dan sudah
mempunyai anak (Sobardi dalam WASPADA, 2005).
Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat menemukan bahwa para istri
cenderung

memiliki


tingkat

kepuasan

pernikahan

lebih

rendah

(56%)

dibandingkan dengan para suami (60%) (Unger & Crawford, dalam Pujiastuti &
Retnowati, 2004). Penurunan tingkat kepuasan pernikahan disebabkan tanggung
jawab terhadap anak lebih berat pada ibu, sebab sekalipun suami maupun istri
bekerja di luar rumah, wanita tetap menghabiskan waktu dua kali lebih banyak
dibandingkan pria untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dan para ayah
menyumbang 6 % dari waktu yang ada untuk mengasuh anak (Then, 2002).
Data Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI, Angka kematian Bayi mengalami

penurunan pada tahun 2006 menjadi 25,9 per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian ibu maternal cenderung menurun dari 5,1 per 1000 kelahiran hidup
(2002) menjadi 2,0 per 1000 kelahiran hidup (2006), jumlah Angka Kematian
Balita tahun 2002-2003 adalah 46 per 1000 kelahiran hidup (hasil SDKI). Data
diatas diakibatkan oleh erosi yang terjadi sebagai akibat fungsi keluarga. Semakin
sedikitnya waktu bagi orangtua untuk anak dan keluarga, serta meningkatnya
angka perceraian. Sikap keluarga yang tidak peduli terhadap kebutuhan tumbuh
kembang anak-anak dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan dan
kesehatan anak (Suryanto, 2008).

Universitas Sumatera Utara

3

Berdasarkan data faktual tentang kasus perceraian di Indonesia yang
diperoleh dari Pengadilan Agama Bandung pada tahun 1998 terdapat 1145 kasus
perceraian. Jumlah kasus perceraian ini semakin meningkat pada tahun tahun
berikutnya sejumlah 1212 kasus perceraian pada tahun 1999 dan sejumlah 1387
kasus perceraian pada tahun 2000. Hasil pencatatan data kasus perceraian tersebut
adalah hasil pencatatan kasus perceraian dari Pengadilan Agama Islam, belum

termasuk kasus perceraian yang diputuskan oleh Kantor Catatan Sipil, yang terkait
dengan agama yang dipeluk pasangan pernikahan. Berdasarkan data tersebut,
kasus perceraian umumnya terjadi pada tahun-tahun pertama perkawinan dan
kisaran usia perkawinan sekitar dua hingga lima belas tahun dengan kisaran
jumlah anak dua hingga empat orang (Sadarjoen, 2005). Sementara itu, angka
perceraian di kota Medan dari tahun ke tahun beranjak naik. Sebanyak 802 kasus
(2000), 813 kasus (2001), 933 kasus (2002), 967 kasus (2003), 1.035 kasus (2004)
dan 2005 meningkat lagi. Diprediksi minimal ada 1.075 perkara. Usia perceraian
yang cenderung usia muda banyak terjadi pada 2005, dimulai dari usia 20-an
sampai 30-an. Namun kebanyakan perceraian terjadi pada usia pernikahan yang
masih baru, misalnya baru berjalan dua tahun dan sudah mempunyai anak.
(Sobardi, dalam WASPADA, 2005)
Masalah kesehatan dan angka perceraian di atas dapat diatasi jika keluarga
dapat menjalankan tugasnya dalam bidang kesehatan, seperti mengenal gangguan
perkembangan dan gangguan kesehatan setiap anggotanya. Mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada yang sakit,
cacat atau usia yang terlalu muda. Mempertahankan suasana rumah yang

Universitas Sumatera Utara


4

harmonis dan menguntungkan untuk perkembangan kepribadian anggota
keluarga, serta memanfaatkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan
unit pelayanan kesehatan yang ada (Suryanto, 2008).
Oleh sebab itu disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
persepsi pasangan terhadap peran keluarga setelah kelahiran anak pertama di
wilayah kerja Puskesmas Kec. Simpang Kanan Kab. Rokan Hilir-Riau.
1.1. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi persepsi pasangan terhadap peran keluarga setelah
kelahiran anak pertama di wilayah kerja Puskesmas Kec. Simpang kanan Kab.
Rokan hilir - Riau.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi pasangan terhadap peran keluarga setelah kelahiran
anak pertama di wilayah kerja puskesmas kec. Simpang kanan kab. Rokan hilir –
Riau ?
1.3. Manfaat Penelitian
1.3.1. Pendidikan keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan
terhadap pendidikan keperawatan mengenai persepsi pasangan terhadap peran

keluarga setelah kelahiran anak pertama.
1.3.2. Praktik pelayanan keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menambah
pengetahuan orang tua yakni pasangan baru untuk mengenal perannya sebagai
pasangan sekaligus orang tua untuk anaknya.

Universitas Sumatera Utara

5

1.3.3. Penelitian keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bermakna bagi
penelitian selanjutnya, untuk memperkaya pengetahuan khususnya mengenai
persepsi pasangan terhadap peran keluarga setelah kelahiran anak pertama.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013

1 61 152

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

9 116 77

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 39 70

Perilaku Akseptor Vasektomi dan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 37 137

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 4 70

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 9

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 1

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 22

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 2 2

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 11