Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Persepsi
2.1.1. Definisi Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali
oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimnya stimulus oleh alat indra,
lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang
sesuatu yang dipersepsikan (Sunaryo, 2004). Sedangkan menurut Rakhmat
(2004) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
melampirkan pesan.
2.1.2. Syarat terjadinya persepsi
Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian
sebagai langkah pertama untuk megadakan persepsi, adanya alat indra
sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris
sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2004).
Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa
persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang
berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi

merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam
mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin

6
Universitas Sumatera Utara

7

cukup hanya diingat. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau
bergantung pada konteks dan pengalaman (Baiqhaqi, 2005).
2.1.1. Macam-macam Persepsi
Terdapat dua macam persepsi, yaitu External Perception, yaitu
persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri
individu dan Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang
menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat
menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di
sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2004).
2.1.2. Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

persepsi yaitu :
a. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh
adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan,
minat, pengalaman dan harapan.
b. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang,
benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi
persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi
persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan
lain-lain dari sasaran persepsi.
c. Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara
kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

Universitas Sumatera Utara

8

Sementara menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyai arti
individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang

berperan dalam persepsi yaitu :
1. Adanya objek yang diamati
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor
stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor),
dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima
(sensori) yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera atau reseptor
Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf
sensori.
3. Adanya perhatian
Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi.
2.1.3. Pengukuran Persepsi
Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap.
Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap
dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan


Universitas Sumatera Utara

9

dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode Self
Report dan pengukuran Involuntary Behavior.
1. Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan
dapat menjadi indikator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah
bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak
dapat mengetahui pendapat atau sikapnya.
2. Involuntary Behaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran
sikap dipengaruhi kerelaan responden (Azzahy, 2010).
Jika merujuk pada pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi
hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau
dimodifikasi untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah
persepsi seseorang positif, atau negatif terhadap suatu hal atau obyek.

2.2. Konsep Keluarga
2.2.1


Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip dari Setiadi

(2008), Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan
menurut UU No. 10 tahun 1992 dikutip dari Suprajitno (2004) tentang
Perkembangan Kependudukn dan Perkembangan Keluarga Sejahtera,
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri

Universitas Sumatera Utara

10

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Maka
disimpulkan bahwa, sebuah keluarga membutuhkan kehadiran sekurangkurangnya dua orang yang terdiri dari seorang kepala keluarga dan satu atau
lebih anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan dengan kepala
keluarga tersebut melalui kelahiran, adopsi atau pernikahan.
2.2.2


Struktur Keluarga
Stuktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Friedman 1998, dalam Suprajitno
(2004) strukur keluarga terdiri dari:
a. Pola komunikasi dalam keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu, orang
tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain dengan
keluarga inti (Suprajitno, 2004). Komunikasi dalam keluarga diharapkan
terbuka antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lain, selalu
menyelesaikan konflik dengan musyawarah mufakat, selalu berfikir positif
terhadap anggota keluarga lain (Akhmadi, 2009).
b. Struktur peran dalam keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. yang dimaksud dengan posisi disini adalah
posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan
sebagainya (Setyowati dan Murwani, 2008). Struktur peran disini
menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga
sendiri dan peranannya dilingkungan masyarakat (Suprajitno, 2004).


Universitas Sumatera Utara

11

Peranan didalam keluarga, adalah sebagai berikut:
1. Peran ayah, ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya
2. Peran ibu, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak, sebagai pelindung, sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
3. Peran anak, anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual (Bahiyatun, 2010).
c. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan.
d. Nilai-nilai dalam keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga (Setyowati dan Murwani, 2008).

Universitas Sumatera Utara

12

Sedangkan menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam :
a.

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c.

Matrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga
sedarah isteri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga
sedarah.
e.

Keluarga kawin adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau isteri.

2.2.3

Fungsi Keluarga
Menurut Bobak (2005), adapun fungsi keluarga mencakup lima


bidang dasar yaitu biologi, ekonomi, pendidikan, dan sosio-budaya adalah:
a. Fungsi biologis
Meliputi reproduksi, upaya merawat anak, dan membesarkan anak,
nutrisi,

pemeliharaan

kesehatan,

dan

rekreasi.

Kemampuan

untuk

menjalankan fungsi-fungsi ini sacara tidak langsung membutuhkan prasyarat
tertentu: keturunan genetik yang sehat, penatalaksanaan fertilitas perawatan


Universitas Sumatera Utara

13

selama siklus maternitas, perilaku diet yang baik, pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang optimal, persahabatan, dan perawatan keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Keluarga

diharapkan

memberi

lingkungan

yang

meningkatkan

perkembangan kepribadian, secara alami, keluarga harus memberikan
perlindungan psikologis yang optimal yang meningkatkan kemampuan
untuk membangun hubungan dengan orang-orang diluar lingkungan
keluarga.
c. Fungsi sosio-budaya
Berhubungan dengan sosialisasi anak-anak. Fungsi ini meliputi
penyampaian nilai-nilai yang berhubungan dengan perilaku, tradisi, bahasa,
agama, dan sikap moral masyarakat yang sebelumnya atau yang berlaku.
d. Fungsi ekonomi
Meliputi mencari nafkah yang cukup untuk menjalankan fungsi-fungsi
lain, mengembangkan anggaran keluarga, dan memastikan keamanan
keuangan anggota keluarga.
e. Fungsi pendidikan
Meliputi mengajarkan keterampilan, sikap dan pengetahuan yang
berhubungan dengan fungsi-fungsi lain. Anggota keluarga harus mempunya
akses ke berbagai sumber dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk
memanfaatkan sumber-sumber ini agar mempu melaksanakan fungsi ini.

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.4

Tipe Keluarga

Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti), keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
b. Ekstended family (keluarga besar), adalah keluarga inti ditambah dengan
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek,
nenek, paman-bibi).
Non-Tradisional :
a. Tradisional nuclear, keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanki-sanki legal dalam suatu ikatan
perkawinan, ssatu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Recontrustitud nuclear, pembentukan baru dari keluarga ini melalui
perkawinan kembali suami/isteri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil perkawinana yang baru.
c.

Communer family, suami isteri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.

d. Niddle age/aging cauple, suami sebagai pencari uang, isteri dirumah,
atau kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anaknya sudah meninggalkan
rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

Universitas Sumatera Utara

15

e.

Keluarga Dyad/Dyadie Nuclear, yaitu suami istri yang sudah berumur
dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar
rumah.

f.

Single Parent yaitu orang tua (ayah atau ibu) sebagai akibat perceraian
atau kematian pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau
diluar rumah.

g. Dual Carrier yaitu suami istri/keluarga orang karier dan tanpa anak.
h. Single Adult yaitu wanita atau pria dewasa hidup sendiri dan tidak ada
keinginan untuk kawin
i.

Three Generation yaitu tiga generasi atau lebih tinggal bersama dalam
satu rumah tangga.

j.

Keluarga Usila yaitu usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah
pisah (Setiadi, 2008).

2.2.5

Tahap Perkembangan Keluarga
Duval,

1985

dalam

Setiadi

2008

menyebutkan

beberapa

perkembangan keluarga diantaranya.
1. Tahap pembentukan keluarga, tugas pada tahap ini adalah: membina
hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan
keluarga lain, teman, kelompok sosial, mendiskusikan rencana
memiliki anak dan KB, persiapan menjadi orang tua, memahami
prenatal care.
2. Tahap keluarga dengan anak pertama, tugas pada tahap ini adalah:
adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang

Universitas Sumatera Utara

16

memuaskan, membagi peran dan tanggungjawab orang tua terhadap
bayi, bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak, konseling KB post partum 6 minggu, menata ruang untuk anak,
mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah, tugas pada tahap disini adalah
pemenuhan

kebutuhan

anggota

keluarga,

membantu

anak

bersosialisasi, beradaptasi dengan anak baru lahir, mempertahankan
hubungan didalam maupun diluar keluarga, pembagian waktu,
individu,

pasangan

dan

anak,

pembagian

tanggung

jawab,

merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi
2.2.6

Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehataan
Sesuai

dengan

fungsi

pemeliharaan

kesehatan,

keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.
Freeman, 1981 dalam Suprajitno (2004), membagi 5 tugas keluarga dalam
bidang kesehatan yang harus dilakukan:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan.
Orang tua perlu mengenal masalah kesehatan dan perubahan-perubahan
yang di alami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang di alami
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan yang terjadi dan
seberapa besar perubahan tersebut.
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Universitas Sumatera Utara

17

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara keluarga untuk menentukan tindakan
keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah lebih
parah tidak terjadi.
d. Memodifikasi

lingkungan

keluarga untuk

menjamin

kesehatan

keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya.

2.4.Peran Keluarga setelah Kelahiran Anak Pertama
Peran sebagai suami isteri atau sebagai

ayah-ibu, merupakan

konsekuensi dari kehidupan perkawinan. Perkawinan merupakan suatu relasi
antara dua orang individu yang memutuskan untuk hidup bersama dan
membentuk keluarga baru. Di dalam perkawinan, masing-masing individu terikat
oleh suatu hak dan kewajiban yang harus dilakukannya dalam kurun waktu yang
panjang, dan diharapkan kedua belah pihak saling menyesuaikan diri sejalan
dengan tugas perkembangan kehidupan individu dalam keluarga.

Universitas Sumatera Utara

18

Duval dan Miller (1985) memberikan batasan mengenai perkawinan
bahwa perkawinan bukan hanya merupakan legitimasi hubungan antara laki-laki
dan perempuan, tetapi juga terdapat seperangkat hak dan kewajiban antara
pasangan yang terlibat dalam perkawinan tersebut. Di sini terlihat bahwa dalam
perkawinan adanya pembagian tugas dan peran dalam rumah tangga baik sebagai
suami atau isteri adalah dalam membesarkan anak secara bertanggung jawab.
Pembagian tugas dan peran itu biasanya dilakukan berdasarkan kompromi dengan
pasangannya. Sejauh mana suami terlibat dalam kegiatan dalam rumah tangga,
tergantung dari hasil kompromi diantara pasangan suami isteri tersebut.
Pembagian tugas dan peran dalam rumah tangga disini adalah sebagai berikut:
a. The housekeeper role
The housekeeper role ialah peran anggota keluarga yang bertanggung
jawab dalam kebersihan rumah, mencuci pakaian dan alat-alat makan, berbelanja
dan menyiapkan makanan, dan mengatur keuangan rumah tangga. Dari generasi
yang ada perempuanlah yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, mencuci, dan mengasuh anak. Pria bertugas melakukan pekerjaan di
luar seperti mencari nafkah, melindungi keluarga, memeriksa dan mengawasi
ternak, dan sebagainya.
Pentingnya peranan suami dalam kegiatan rumah tangga akan membantu
menyelamatkan isteri dari kelebihan peran yaitu peran dalam keluarga dan peran
dalam masyarakat, sehingga dengan demikian isteri merasa dihargai dan suasana
keluarga akan lebih baik. Dari hasil yang didapat menyatakan bahwa para suami
yang bersedia membantu tugas-tugas rumah tangga, memilih tugas-tugas yang

Universitas Sumatera Utara

19

dianggap kurang mempengaruhi gambaran maskulinitas suami seperti mengurus
mobil.

Pekerjaan

yang

berkonotasi

feminin,

seperti

mengasuh

anak,

membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak dan mencuci piring hanya
dipilih oleh suami antara 1 % sampai 13,3% dari sejumlah responden (Femina,
1993 dalam penelitian sri supriyantini 2002).
b. The provider role
The provider role ialah peran anggota keluarga yang bertanggung jawab
untuk mencari uang untuk mendukung keluarga.
Seorang istri berperan mengelola rumah tangganya agar tercapai
keharmonisan di dalam keluarga. Dalam hal keuangan, istri diharapkan dapat
mengatur sedemikian rupa nafkah yang diberikan oleh suami agar mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi jika penghasilan suami tidak seberapa besar.
Jika kebutuhan hidup masih belum mencukupi, dengan izin suami seorang istri
bisa saja membantu

suami dalam menambah ekonomi

keluarga.

Jika

memungkinkan carilah peluang pemasukan yang tidak banyak menyita waktu ke
luar rumah. Yang jelas, istri tidak boleh melalaikan kewajibannya yang lainnya
(Harmoko, 2010).
c. The child-care role
The child-care role ialah peran anggota keluarga untuk merawat anak
secara fisik seperti memberi makan, mengenakan pakaian, memandikan dan
menjaga anak.
Menurut penelitian Gronseth (dalam Dagun, 1990), diharapkan suami ikut
terlibat dalam kegiatan pengasuhan seperti merawat anak dan mendidik anak,

Universitas Sumatera Utara

20

membersihkan dan merawat rumah, menyiapkan makanan, belanja, mencuci dan
menyetrika, menyiapkan keperluan pribadi dan lain sebagainya sangat diharapkan.
Terbukti dalam penelitian nya Gronseth yang meneliti 16 pasang suami-isteri
yang bekerja, menemukan bahwa dengan ayah dan ibu yang sama-sama
mengambil bagian dalam mengasuh anak, kaum ayah merasa lebih baik dan
terbuka dengan anak-anaknya, sehingga anak-anak tumbuh dengan kemampuan
diri yang lebih tinggi serta keyakinan diri yang lebih besar, cenderung lebih
matang dan dapat bergaul, serta mampu menghadapi berbagai masalah.
d. The child socialization role
The child socialization role ialah peran keluarga untuk mengajarkan nilainilai moral pada anak, sikap-sikap, ketrampilan-ketrampilan, dan perilaku yang
disetujui masyarakat.
Sejak lahir sampai umur 1 tahun, kemampuan sosialisasi anak masih
terbatas. Pada periode ini, anak memfokuskan kegiatannya pada upaya untuk
mengenal benda, memegang dan menggenggam benda, berdiri, berjalan dan
upaya-upayanya yang lain untuk memperkuat dan kemampuan tubuh (Supartini,
2004). Kemampuan bersosialisasi sangat menunjang masa perkembangan masa
depan anak. Masalah ini harus menjadi perhatian para orang tua. Untuk itu
luangkan banyak waktu untuk bertatap muka dengan anak, terutama pada bulanbulan awal setelah kelahirannya. Kemudian undang sebanyak mungkin keluarga
dan teman sebayanya, semakin banyak ia mengenal orang maka semakin tinggi
pula kemampuan bersosialisasinya. Berikut ini akan di uraikan periode
perkembangan anak menjelang usia satu tahun diantaranya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

21

Usia 1 bulan: menjelang usia satu bulan, bayi belum bisa apa-apa, ia masih
banyak tidur. Tetapi mulai minggu-3 ia akan lebih banyak wajah-wajah
orang yang ditemuinya. Kadang-kadang tersenyum sendiri, atau menangis.
Namun bayi sudah mulai belajar mengenali wajah pengasuhnya dan
memperhatikan mimik pengasuhnya kalau bicara.

Usia 3 bulan: pada umur ini, bayi akan lebih banyak menghabiskan banyak
waktunya untuk memperhatikan apa saja yang sedang berlangsung
disekitarnya. Dia akan lebih banyak tersenyum pada setiap orang yang
ditemui.
Usia 4 bulan: bayi sudah lebih terbuka pada datangnya orang baru. Ia
sudah berani dan tidak menangis kalau digendong orang lain. Bayi sudah
mau menyambut interaksinya dengan orang lain melalui senyuman.
Usia 7 bulan: pada umur ini, bayi semakin sibuk memperhatikan orangorang yang berada disekitarnya.
Usia 12 bulan: menjelang akhir usia satu tahun, bayi terlihat seperti
mengalami anti sosial. Dia akan menangis keras jika ditinggalkan. Dan
tampak amat kuatir dan gelisah bila ditangan orang yang tidak dikenalinya.
Menurut Sobur & Septiawan (1999), dalam pengasuhan anak diharapkan
agar suami memiliki kepedulian yang sama dengan isteri. Misalnya pada saat anak
masih bayi, seorang ayah harus mau ikut terkena ompolan bayi, ikut terbangun di
malam buta dengan mata setengah terpejam dan kepala terasa berputar-putar

Universitas Sumatera Utara

22

karena lengkingan tangis anak yang minta susu serta mau menyingsingkan lengan
baju dan menggulung celananya dalam mengurus rumah.
e. The sexual role
The sexual role ialah peran pasangan untuk bereaksi terhadap kebutuhan
sexual dari pasangan. Kehadiran seorang anak dalam keluarga akan menambah
aktivitas baru bagi pasangan, dan berdampak pada berkurangnya pendapatan
pasangan karena biaya yang harus dikeluarkan (Lefrancois, 1993 dalam Setiadi,
2008). Studi klasik le master menyatakan bahwa dari 46 pasangan dinyatakan
17% tidak bermasalah dan selebihnya memiliki masalah dalam hal suami merasa
diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumen interupsi dalam jadwal kontinu
dan kehidupan sexual menurun serta social terganggu akibat yang ditimbulkan
oleh kelahiran anak pertama (Setiadi, 2008).
f. The kinship role
The kinship role, pada peran ini menilai perasaan dan perhatian pasangan
terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman-teman dapat dilihat dalam area
ini. peran ini merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan waktu
bersama keluarga dan teman-teman. Hubungan yang baik antara menantu dan
mertua juga dengan saudara ipar dapat terjadi jika individu dapat menerima
keluarga pasangan seperti keluarganya sendiri. Pernikahan akan cenderung lebih
sulit jika salah satu pasangan menggunakan sebagian waktunya bersama
keluarganya sendiri, jika ia juga mudah dipengaruhi oleh keluarganya, dan jika
ada keluarga yang datang dan tinggal dalam waktu yang lama (Hurlock, 1999)

Universitas Sumatera Utara

23

dalam penelitian Nye dalam Strong & De Vault, 1989 (penelitian Supriyantini,
2002).
g. The recreational role
The recreational role, mengorganisir kegiatan rekreasi keluarga. Dalam
keluarga perlu diciptakan suasana rekreasi situasi yang menyegarkan pemikiran
dan perasaan sehingga anak dapat bergembira dan bersantai dengan saudara dan
orang tua mereka, dan dapat menambah keakraban anggota keluarga.
Rekreasi tidak identik dengan wisata yang mengeluarkan biaya mahal,
tetapi cukup dengan berkumpul di tempat yang santai, bersenda gurau bersama
dan melepaskan segala rutinitas yang melelahkan. Kegiatan ini juga bisa
dilakukan di rumah, misal dengan berkebun, olahraga, menonton tayangan,
bermain air, bahkan sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci
atau mengepel. Intinya kegiatan ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga
dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Kesegaran yang didapatkan,
sangat membantu semuanya untuk kembali beraktivitas rutin di hari berikutnya
(penelitian Supriyantini, 2002).
h. The therapeutic role
The therapeutic role yakni mendengarkan, mau mengerti, bersimpati,
membantu dan merawat anggota lain dalam keluarga.

2.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Keluarga
Merawat anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga.
Pada budaya timur seperti indonesia, peran pengasuhan atau merawat anak lebih

Universitas Sumatera Utara

24

dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab
bersama.

Pada

dasarnya

tujuan

utama

pengasuhan

orang

tua

adalah

mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya,
memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuaan berperilaku sesuai
dengan nilai agama dan budaya yang diyakini. Untuk dapat menjalankan peran
pengasuhan, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Wong (2001) dalam
Supartini (2004) adalah sebagai berikut:
a. Usia orang tua
Tujuan undang-undang perkawinan salah satunya adalah memungkinkan
pasangan untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam membentuk rumah
tangga dan menjadi orang tua usia antara 17 tahun untuk wanita dan 19 tahun
untuk laki-laki mempunyai alasan yang kuat dalam kaitannya dengan kesiapan
menjadi orang tua.
b. Keterlibatan ayah
Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi baru
lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara ibu dan bayi sehingga dalam
proses persalinan ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami
diperbolehkan langsung untuk mengendong langsung setelah ibunya mendekap
dan menyusukan (bonding and ettachment).
c. Pendidikan orang tua
Shifrin (1997) dalam Wong (2001) mengemukakan beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menjdi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan adalah
dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala

Universitas Sumatera Utara

25

sesuatu dengan beroroentasi pada masalah anak, menjaga kesehatan anak dan
mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang ade kuat, memperhatikan
keamanan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak dan menilai
perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak.
d. Pengalaman sebelumnya
Hasil riset menunjukkan bahwa orang tua yang telah mempunyai pengalaman
sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan
dan lebih rileks.
e. Stres orang tua
Stres yang dialami ayah atau ibu atau keduannya akan mempengaruhi
kemampuan orang tua dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam
kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki dan menghadapi permasalahan
anak. Walaupun demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada orang
tua.
f. Hubungan suami istri
Hubungan yang harmonis antara suami dan istri akan berdampak pada
kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua, merawat
serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia.
Pendapat lain yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pernikahan dan berakibat pada peran keluarga setelah kelahiran antara
lain: kehadiran anak, tingkat pendidikan, latar belakang ekonomi, usia ketika
menikah, dan lama pernikahan (penelitian Supriyantini, 2002).
a. Kehadiran anak

Universitas Sumatera Utara

26

Duvall (dalam Domikus, 1999) menyatakan bahwa hadirnya anak di kemudian
hari terbukti potensial dalam mengurangi kepuasan pernikahan, mengingat
keakraban dan perhatian suami istri terbagi dengan anak. Selain itu, anak
menuntut banyak energi dan juga uang yang dalam banyak hal akan menambah
kompleks beban keluarga. Ditambahkan oleh Kurdek (dalam Bhrem, 2002) bahwa
anak adalah pekerjaan yang tidak ada akhirnya, dan sebagian besar orangtua
mengalami penurunan yang drastis dan tidak diharapkan dalam menikmati waktu
berdua.
b. Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Kurdek (dalam Lefrancois, 1993),
ditemukan bahwa bagi pria dan wanita, rendahnya tingkat pendidikan merupakan
salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya persengketaan dalam
pernikahan. Hal ini terjadi karena kurangnya pendidikan akan mengurangi
kesempatan untuk mengembangkan keterampilan verbal dan sosial dalam
menyelesaikan konflik, dan persiapan yang kurang baik yang terjadi pada awalawal pernikahan. Ditambahkan oleh Hendrick & Hendrick (1992) bahwa
pasangan yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan merasakan kepuasan
yang lebih rendah karena lebih benyak menghadapi stressor seperti pengangguran
dan tingkat penghasilan yang rendah.
c. Latar belakang ekonomi
Status ekonomi yang dirasakan tidak sesuai dengan harapan dapat
menimbulkan bahaya dalam hubungan pernikahan (Hendrick & Hendrick, 1992).
Umumnya, individu dengan status pekerjaan rendah, kurang pendidikan, dan

Universitas Sumatera Utara

27

pendapatan yang rendah memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk bercerai
(Kitson et al; Karney & Brabur y, dalam Bhrem, 2002).
d. Usia ketika menikah.
Pada wanita, usia ketika pertama kali menikah merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan kepuasan pernikahan. Pada umumnya, semakin dewasa
wanita ketika menikah, maka akan semakin bahagia ia dalam pernikahannya.
Selain itu, ditemukan juga bahwa remaja yang menikah memiliki frekuensi dua
kali lebih besar untuk bercerai dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa
(Lefrancois, 1993).
e. Lama Pernikahan
Sebagaimana dikemukakan oleh Duvall (dalam Lefrancois, 1993) bahwa
tingkat kepuasan tertinggi terjadi pada awal pernikahan, menurun setelah
kelahiran anak pertama, dan meningkat kembali setelah anak terakhir
meninggalkan rumah.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013

1 61 152

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

9 116 77

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 39 70

Perilaku Akseptor Vasektomi dan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 37 137

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 4 70

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 9

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 1

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 5

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 2 2

Persepsi Pasangan terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir - Riau

0 0 11