Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang
terbangun atas pengalaman Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila
sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Dari amanat tersebut disadari bahwa
pembangunan nasional bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu
penjelmaan pula dari proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi
bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan cerminan
kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat
dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.
Sistem pembangunan Indonesia diselenggarakan secara simultan antara
sistem pembangunan nasional dan sistem pembangunan daerah. Sistem
pembangunan Indonesia tersebut ditandai salah satunya dengan sistem
pembangunan Indonesia yang meliputi pembangunan nasional, yaitu proses
pembangunan yang manajemennya dilakukan oleh pemerintah pusat, dan
pembangunan daerah yang proses pembangunannya dilakukan pemerintah daerah.
Pembangunan tentang peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peranan

serta masyarakat dalam berbagai sektor untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat secara efektif dan efisien dalam sistem NKRI maka Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tenatang Pemerintahan Daerah disahkan menjadi dasar
Pemerintah Daerah bekerja untuk Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1
Universitas Sumatera Utara

2014 menjadi acuan Pemerintah Daerah bergerak memenuhi kewajiban
Pemerintah Daerah dalam melakukan segala kegiatan/program kerja yang telah
diatur dengan kata lain sudah diamanahkan sesuai hukum dari Pemerintah Pusat
ke daerah.
Desa adalah daerah politik yang otonom. Fungsi kecamatan dalam konteks
ini adalah sekedar menjalankan fungsi administratif dan koordinatif di wilayah
kecamatan, sesuai dengan status kecamatan yang tidak lagi menjadi sebuah
wilayah kekuasaan melainkan sekedar sebagai perpanjangan dari kabupaten. Di
desa, pembangunan ditujukan untuk kemajuan desa dan berdampak pada
kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan desa harus dapat melihat apa saja
yang menjadi potensi dari desa yang bisa diangkat dan dijadikan suatu peluang
untuk desa agar desa tersebut dapat memiliki keunggulan yang berbeda dengan

desa lainnya meskipun desa-desa tersebut berada didalam suatu kecamatan yang
sama. Pembangunan di desa dapat meliputi pembangunan dalam bidang petanian,
perternakan, perkebunan atau lain sebagainya sesuai dengan potensi-potensi yang
ada di setiap daerah desa tersebut.
Wilayah pedesaan sangat luas, jumlah penduduk sangat banyak namun
jumlah penduduk disetiap desa relatif sedikit, tingkat pendapatan, pendidikan dan
derajat kesehatan rendah, ditambah lagi aksesbilitas terhadap faktor-faktor
produktif, modal usaha dan investasi, dan memperoleh informasi sangat rendah,
sehingga kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan jauh tertinggal
dibandingkan masyarakat perkotaan. Daerah pedesaan mempunyai fungsi dan
peranan yang sangat penting, yaitu seperti menghasilkan berbagai jenis komoditas
pertanian (padi, hasil perkebunan, dan yang lainnya) untuk memenuhi kebutuhan

2
Universitas Sumatera Utara

penduduk perkotaan, sebagai bahan baku untuk industri dan sebagian lagi untuk
ekspor. Oleh karena itu upaya pembangunan pedesaan haruslah menjadi salah satu
prioritas dan harus mendapatkan perhatian yang lebih pada saat ini maupun
dimasa mendatang.

Pada saat melaksanakan pembangunan didesa, desa sering mengalami
hambatan dan kendala yang tidak ringan dari segi geografis, topografi,
demografis, ketersediaan sarana dan prasarana, kelemahan akses terhadap
informasi dan modal pasar, partisipasi masyarakat yang belum proaktif, dan masih
banyak kelemahan fungsi organisasional dan fungsional-oprasional lainnya.
Pembangunan desa dikaji menggunakan pendekatan partisipatif yang
diartikan pembangunan dilakukan dari bawah (bottom-up development), dimana
masyarakat terlibat langsung dan mengambil peran serta dalam pembangunan.
Dalam menciptakan ketatapemerintahan yang optimal, maka dikenallah istilah
dengan good governance. Lingkungan ketatapemerintahan yang optimal ,
diyakiniharus memiliki elemen-elemen yang saling berkolaborasi secara sinergis
dan menciptakan keserasian sepanjang masa. Elemen pemerintahan desa,
masyarakat desa dan pihak swasta harus memiliki keinginan kuat untuk berasamasama membangun desa.
Mengembangkan desa, desa tidak boleh mengharapkan bantuan dari
elemen luar desa saja, namun harus mampu mandiri dalam melaksanakan proses
pembangunan itu sendiri. Mendorong, meningkatkan kesadaran dan aktualisai
kekuatan dan kelemahan adalah hal yang paling penting untuk menciptakan
kemandirian desa. Upaya pengentasan kelemahan dan rintangan desa hanya bisa
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat desa sendiri karena masyarakat itu


3
Universitas Sumatera Utara

sendiri yang tau program-program pembangunan apa yang paling dibutuhkan
masyarakat local atau dikenal dengan partisipasi masyarakat dalam pembengunan.
Partisipasi

masyarakat desa merupakan gebrakan pembangunan bagi

pedesaan dimana masyarakat desa memiliki kesadaran dan kemauan penuh
dengan memberikan kontribusi aktif secara swadaya membangunan desa.
Pembangunan desa harus dipelopori oleh elemen masyarakat desa untuk
menciptakan keselarasan diantara setiap elemen pembangunan. Pembangunan
desa bukan hanya dapat dilakukan oleh aparatur desa dan masyarakat secara
individual tetapi juga kelompok masyarakat yang dapat menjadi rekan kerja dan
sebagai utusan masyarakt untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada
pembangunan desa. Adanya kelompok-kelompok

masyarakat bisa dijadikan


sebuah alternatih sumber daya manusia yang baik bagi pembangunan desa.
Desa Kepala Sungai adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Secanggang Kabupaten Langkat yang sedang menggalakan pembangunan desa
dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat dan kelompok-kelompok
masyarakat yang ada di Desa Kepala Sungai. Desa Kepala Sungai memiliki luas
wilayah 946 Hektar dan terdiri dari 11 Dusun dengan luas wilayah pertanian
seluas + 785 Hektar, dengan tanah sawah tadah hujan seluas 425 Hektar dan
tanah pertanian bukan sawah seluas 360 Hektar. Desa Kepala Sungai memiliki
jumlah penduduk sebanyak 5375 penduduk desa yang 88,5% penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, dengan pembagian, Petani/Berternak +
25,5%, Petani/Pengerajin Batu Bata + 27,5%, Petani/Pekebun + 12%, dan
Petani/Buruh Musiman + 35%. . Disetiap dusunnya terdapat kelompok-kelompok
masyarakat terutama pada bidang pertanian yang juga merupakan salah satu

4
Universitas Sumatera Utara

pekerjaan mayoritas masyarakatnya. Dengan luas wilayah tersebut dan luas
wilayah pertanian serta jumlah penduduk desa yang bermata pencaharian sebagai
petani sebesar 88,5% dan ada nya kelompok-kelompok tani yang tersebar disetiap

dusun tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerintah desa sebagai mitra dalam
pembangunan

desa.

Namun

pemanfaatan

kelompok

masyarakat

dalam

pembangunan desa belum berjalan optimal. Hal tersebut terjadi karena kelompokkelompok masayarakat terutama kelompok tani tersebut masih hanya menjalankan
kegiatan pertanian saja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sendiri tanpa
ikut bersinergi dengan pemerintahan desa untuk bergabung dalam pembangunan
desa melalui kegiatan dan program pemerintah desa. Hal tersebut terjadi karena
pemerintah desa kurang menyadari bahwa pembangunan adalah berawal dari

masyarakat dan diperuntukkan untuk masyarakat itu juga sehingga kurang optimal
dalam melibatkan kelompok masyarakat yang ada. Dan juga kelompok
masyarakat itu sendiri kurang proaktif dalam melihat kondisi dan kemampuan
mereka untuk bersinergi dengan pemerintah desa dalam pembangunan desa yang
seharusnya mampu dijalakan bersama oelah kedua pihak.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) Dalam Pembangunan Desa”

(Studi Kasus di Desa Kepala

Sungai Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting agar di ketahui arah jalannya suatu
penelitian. Batasan masalah bukan batasan pengertian. Tidak jarang mahasiswa

5
Universitas Sumatera Utara


yang mencampur adukkan kedua jenis batasan tersebut. Ada yang menganggap
sebagai dua hal tetapi sama. Ada yang mengunakan secara tebalik. Batasan
masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertayaan penelitian yang
akan dicari jawabannya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan
masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan. (Arikunto, 2005:14).
Dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
Bagaimana Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam
Pembangunan Desa di Desa Kepala Sungai.
1. Bagaimana peranan Pemerintah Desa dalam mengikutsertakan Gabungan
Kelompok tani (GAPOKTAN) pada pembangunan desa di Desa Kepala
Sungai?
2. Bagaimana bentuk-bentuk peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
dalam pembangunan desa di Desa Kepala Sungai?

1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk menganalisa peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

dalam pembangunan di Desa Kepala Sungai.
1. Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Desa dalam mengikutsertakan
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) pada pembangunan desa di Desa
Kepala Sungai.

6
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk peranan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) dalam pembangunan desa di Desa Kepala Sungai.

1.4. Manfaat Penelitian
Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang
baik bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian
ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik dalam menambah bahan kajian
perbandingan bagi yang mengunakannya.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai
permasalahan dan juga masukan bagi pemerintah desa dan masyarakat di Desa

Kepala Sungai dalam melaksanakan pembangunan.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan terutama pemerintah
desa dan masyarakat dalam pembangunan desa.
4. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
berfikir dan melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh
selama masa perkuliahan.

1.5. Tinjauan Teoritik
Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam
penulisan skripsi, peneliti tidak dapat mengembangkan masalah yang mungkin
ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang
mendukungnya. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2012:52), bahwa landasan

7
Universitas Sumatera Utara

teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan
bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).
Landasan teroti adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang
telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah

penelitian. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi
yang berfungsi melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan
antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan
mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak
landasan berfikir dalam penelitian ini, yaitu:
1.5.1. Good Governance
Menurut United National UNOP (Sedarmayanti, 2003:7) good
governance dipahami sebagai hubungan yang kontuktif dan sinergis diantara
Negara, sektor swasta dan masyarakat. Hal yang sama juga dinyatakan oleh
Lembaga Administrasi Negara yang menyatakan bahwa good governance
sebagai penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan bertanggung
jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergisan” interaksi yang
konstruktif di antara domain-domain Negara, sektor swasta dan masyarakat.
Sementara menurut Leftwich (Wibowo, 2010:49) good governance
diartikan sebagai administrasi yang sehat dan sekaligus politik yang
demokratis dengan serangkaian yang non-ekonomis, seperti kesamaan,
keseimbangan gender, menghormati hokum, toleransi sosial, structural, dan
individual.

8
Universitas Sumatera Utara

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral
yang paling menegemuka dalam pengelolaan administrasi publik pada saat
ini. Tuntutan dari segi fungsional, aspek governance ditinjau melalui
pemerintah yang bertindak secara efektif dan efisien dalam uapaya mencapai
tujuan yang telah digariskan. Good governance dideskripsikan melalui 3 kaki
yaitu:
1. Economic governance yang meliputi proses pembuatan kepitusan yang
memfasilitasi terhadap persamaan, kemiskinan, dan taraf kehidupan.
2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi kebijakan.
Oleh karena itu institusi adalah governance yang meliputi tiga domain,
yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat yang saling berinteraksi dan
menjalankan fungsi masing-masing dengan tujuan yang sama. Pemerintah
bertindak sebagai menciptakan lingkungan politik dan hokum yang kondusif,
swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan masyarakat
berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik, termasuk
mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktifitas
ekonomi, sosial dan politik.
Berdasarkan pemahaman tentang good governance yang dipaparkan
oleh beberapa tokoh diatasdapat dipahami bahwa good governance
merupakan

salah

bertanggung jawab

satu

wujud

secara

penyelenggaraan

efektif dan

efisien

pemerintahan
dalam

yang

mewujudkan

keberlangsungan pembangunan dalam suatu Negara dengan melibatkan

9
Universitas Sumatera Utara

pemerintah, masyarakat dan swasta sebagai oknum yang berperan paling
penting dalam pelaksanaan pemerintahan tersebut.
1.5.1.1. Orientasi Good Governance
Good governance berorientasi dalam dua hal, yaitu:
1. Orientasi ideal, Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan
nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam
kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti,
legitimasi (apakah pemerintah dipilih dan mendapat kepercayaan
dari rakyat), akuntabilitas, securing of human rights, autonomy and
devolution of power dan assurance of civilian control.
2.

Pemerintah yang berfungsi secara ideal, yaitusecara efektif dan
efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional.
Orientasi kedua ini tergantungpada sejauh mana pemerintah
mempunyai kompetensi, dan sejauh mana struktur serta mekanisme
politik serta administrasi berfungsi secara efektif dan efisien.

1.5.2. Peranan
Nasution (1994:74) menyatakan bahwa peranan adalah mencakup
kewajiban hak yang bertalian kedudukan”. Peranan adalah suatu aspek
dinamika berupa pola tindakan baik yang abstrak maupun yang kongkrit dan
setiap status yang ada dalam organisasi.
Peranan juga dapat diartikan terciptanya serangkaian tingkah laku
yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.

10
Universitas Sumatera Utara

Adapun beberapa pengertian peranan sesorang yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai
rangkaian peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
sebagai struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
peranan adalah suatu pola tindakan yang dilakukan oleh seseorang baik
secara individual maupun secara bersama-sama yang dapat menimbulkan
suatu peristiwa.
1.5.3. Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakat atau yang disebut juga dengan kelompok sosial
menurut Soerjono Soekanto (2002:68) adalah himpunan atau kesatuan
kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara
mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Menurut Robert
Bierstedt (1948:700), kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan
berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan
kesadaran jenis.

11
Universitas Sumatera Utara

1.5.3.1. Ciri-Ciri Kelompok
Menurut Soerjono Soekamto (2002:68), suatu himpunan
manusia atau yang dikatan sebagai kelompok sosial memiliki ciri
kurang lebih sebagai berikut :
1. Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran bahwa ia
adalah sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan
anggota yang lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan
antara mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang
sama, dan lain-lain.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.
6. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok
tergantung pada kesungguhan anggotannya dalam melaksanakan
perannya
7. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para
anggotanya
8. Memiliki kepentingan bersama.
1.5.3.2. Pembagian Kelompok
Bierstedt (1948:700) kemudian membagi kelompok menjadi
empat macam:

12
Universitas Sumatera Utara

1. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak
memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya.
Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah
kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki
persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan
sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki
kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya,
tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok
pertemuan, kerabat.
4. Kelompok

asosiasi,

yaitu

kelompok

yang

anggotanya

mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan
pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi,
serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara,
sekolah.
1.5.3.3. Jenis Kelompok
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian
tugas, struktur dan norma yang ada.
1. Kelompok primer(primary group)
adalah kelompok yang saling mengenal anggotanya serta terdapat
kerja sama yang bersifat pribadi,contoh dari kelompok primer

13
Universitas Sumatera Utara

adalah keluarga, kelompok sepermainan,dan rukun tetangga. Jadi
kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana orang
dapat mengenal orang lain secara pribadi dan akrab hal tersebut
di lakukan melalui hubungan yang bersifat informal, akrab,
personal, spontan, dan ekslusif.
Syarat-syarat kelompok primer adalah sebagai berikut:
1. anggota kelompok secara fisik saling berdekatan dan terdapat
interaksi yang intensif
2. kelompok tersebut merupakan kelompok kecil sehingga tiap
individu relatif mudah untuk berinteraksi secara langsuog
3. terdapat hubungan yang langgeng antar anggota yang
bersangkutan biasany ada hubungan darah, kekerabatan,
ataupun pertemanan.
2. Kelompok sekunder (secondary group)
adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang
hubungan tidak harus saling mengenal secara pribadi,kurang
akrab,dan sifatnya tidak begitu langgeng karena mereka
berkumpul berdasarkan kepentingan yang sama Contoh dari
kelompok sekunder: kumpulan orang-orang yang melakukan
hubungan kontrak(jual beli) yang melibatkan munculnya hak dan
kewajiban dari masing" pihak, hubungan ini sangat rentan
terhadap konflik terutama jika salah satu pihak melanggar Hakhaknya

14
Universitas Sumatera Utara

1.5.4. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
Menurut

Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani, Gabungan kelompoktani berfungsi untuk
memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai
hilir secara komersial dan berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya
gapoktan tersebut dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi dan
permodalan kepada anggota kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan
pihak lain. Diharapkan penggabungan Kelompok Tani (POKTAN) dalam
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) akan menjadikan kelembagaan
petani yang kuat dan mandiri serta berdaya saing. Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) sebagai gabungan kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Gapoktan dibentuk untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada,
sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran
yang jelas. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang ada di masingmasing desa yang beranggotakan seluruh petani, peternak, dan nelayan di
desa tersebut. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) tersebut akan
senantiasa dibina dan dikawal hingga menjadi lembaga usaha yang mandiri,
profesional dan memiliki jaringan kerja luas.
Lembaga pendamping yang utama adalah Dinas Pertanian setempat,
di mana para penyuluh merupakan ujung tombak di lapangan. Penguatan dari
sisi lain adalah melalui implementasi berbagai kegiatan pemerintah yang

15
Universitas Sumatera Utara

didistribusikan ke desa, dimana Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan yang memungkinkan.
1.5.4.1. Dasar Pembentukan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN)
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dibentuk atas dasar:
1. Kepentingan bersama antara anggota
2. Berada pada kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab
bersama diantara anggota
3. Mempunyai

kader

pengelolaan

yang

berdedikasi

untuk

menggerakkan petani
4. Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya
5. Mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
sebagian besar anggotanya
6. Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh masyarakat setempat
1.5.4.2. Ciri-Ciri Kelompok Tani
1. Beranggotakan petani/ peternak/ pekebun dan nelayan.
2. Hubungan antara anggota erat, saling mengenal, akrab dan saling
percaya diantara sesama anggota.
3. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
mengelola usaha tani dalam kelompok tani
4. Mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha dan memiliki
kesamaan dalam tradisi atau pemukiman, hamparan usaha, status
ekonomi, sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.
5. Usaha tani yang merupakan sebuah fungsi dan bisnis.

16
Universitas Sumatera Utara

6. Mempunyai tujuan yang sama dan pembagian tugas serta
tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan
bersama.
1.5.4.3. Tujuan Kelompok Tani
Kelompok tani yang berdasarkan dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat. dan mempunyai tujuan :
1. Membantu petani dalam mengelola lahan di bidang perkebunan
dan pertanian serta menyukseskan program pemerintah dalam
bidang pertanian dan perkebunan dalam rangka meningkatkan
kehidupan bangsa Indonesia dan masyarakat pada umumnya.
2. Sebagai wadah berhimpun bagi masyarakat yang tergabung dalam
kelompok tani untuk melaksanakan koordinasi dan konsultasi serta
komunikasi antar petani
3. Mewujudkan cita-cita petani dalam memperoleh akses bantuan dan
layanan di bidang pertanian dan perkebunan.
4. Memberikan pelatihan kepada petani mengenai cara budidaya
tanaman yang tepat dan cara pengembangannya.
1.5.4.4. Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)
Terdapat tiga peran pokok yang diharapkan dapat dijalankan
oleh Gapoktan:
1. Gapoktan berperan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang
terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi
yaitu bertugas merekap daftar permintaan benih dan nama
anggota. Demikian pula dalam pencairan anggaran subsidi benih

17
Universitas Sumatera Utara

dengan menerima voucher dari Dinas Pertanian setempat.
Gapoktan merupakan lembaga strategis yang akan merangkum
seluruh aktifitas kelembagaan petani di wilayah tersebut.
Gapoktan dijadikan sebagai basis usaha petani di setiap
pedesaan.
2. Gapoktan berperan untuk peningkatan ketahanan pangan di
tingkat lokal. Mulai tahun 2006 melalui Badan Ketahanan
Pangan telah dilaksanakan “Program Desa Mandiri Pangan”
dalam rangka mengatasi kerawanan dan kemiskinan di pedesaan.
Pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan dilakukan
melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif.
Masyarakat yang tergabung dalam suatu kelompok tani
dibimbing agar mampu menemukan dan mengenali permasalahan
yang dihadapi dan potensi yang mereka miliki, serta mampu
secara mandiri membuat rencana kerja untuk meningkatkan
pendapatannya melalui usahatani dan usaha agribisnis berbasis
pedesaan. Beberapa kelompok tani dalam satu desa yang telah
dibina kemudian difasilitasi untuk membentuk Gapoktan.
Dengan cara ini, petani miskin dan rawan pangan akan
meningkat kemampuannya dalam mengatasi masalah pangan dan
kemiskinan di dalam suatu ikatan kelompok dan gabungan
kelompok tani untuk memperjuangkan nasib para anggotanya
dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bersama
dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

18
Universitas Sumatera Utara

3. Gapoktan dianggap sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan
(LUEP) sehingga dapat menerima Dana Penguatan Modal
(DPM), yaitu dana pinjaman yang dapat digunakan untuk
membeli gabah petani pada saat panen raya, sehingga harga tidak
terlalu jatuh. Kegiatan DPM-LUEP telah dimulai semenjak tahun
2003, namun baru mulai tahun 2007 Gapoktan dapat sebagai
penerima. Gapoktan dapat bertindak sebagai pedagang gabah,
dimana ia akan membeli gabah dari petani lalu menjualkannya
berikut berbagai fungsi pemasaran lainnya.
1.5.5. Desa
Desa Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014
Pasal 1 yaitu:
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
6. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa

19
Universitas Sumatera Utara

yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
7. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
8. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
9. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
10. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
11. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
13. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
15. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
16. Menteri adalah menteri yang menangani Desa.
1.5.5.1. Syarat – Syarat Desa
1. Mempunyai wilayah
2. Adanya penduduk
3. Mempunyai pemerintahan
4. Berada langsung di bawah camat
5. Mempunyai kebiasaan-kebiasaan pergaulan sendiri

20
Universitas Sumatera Utara

1.5.5.2. Unsur-Unsur Desa
1. Daerah (lingkungan geografis)
2. Penduduk, yang meliputi berbagai hal tentang kependudukan
seperti : jumlah, persebaran, mata pencaharian dll
3. Tata kehidupan, meliputi segala hal yang yang menyangkut seluk
beluk kehidupan masyarakat desa.
1.5.5.3. Klasifikasi Desa
Desa dapat diklasifikasikan menurut:
1. Menurut aktivitasnya:
1. Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan.
2. Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga.
3. Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan.
2. Menurut tingkat perkembangannya:
1. Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi
dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan ciri:
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4. Bersifat tertutup.
5. Masyarakat memegang teguh adat.

21
Universitas Sumatera Utara

6. Teknologi masih rendah.
7. Sarana dan prasarana sangat kurang.
8. Hubungan antarmanusia sangat erat.
9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
2. Desa Swakarya
Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa swadaya
menuju desa swasembada. Ciri-ciri desa swakarya adalah:
1. Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh.
2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi
3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya
jauh dari pusat perekonomian.
4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu
lintas dan prasarana lain.
5. Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.
3. Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah
mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam
dan potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional.
Ciri-ciri desa swasembada
1. Kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan.
2. Penduduknya padat-padat.
3. Tidak terikat dengan adat istiadat
4. Telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih
maju dari desa lain.

22
Universitas Sumatera Utara

5. Partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.
1.5.5.4. Fungsi Desa
1. Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
4. Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan
Negara Republik Indonesia
1.5.6. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa merupakan simbol formal dari pada kesatuan
masyarakat desa. Pemerintah Desa diselenggarakan di bawah pimpinan
seorang Kepala Desa beserta perangkatnya, mewakili masyarakat desa guna
hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan (Saparin,
2009:19). Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa (SEKDES) dan
perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa
dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten
secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan
sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (PERDA).
Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga Negara
Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur
oleh Peraturan Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon
kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa
ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan

23
Universitas Sumatera Utara

masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat istiadat setempat
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan
Pemerintah.
1.5.6.1. Peranan Pemerintah Desa
Pemerintah Desa merupakan simbol formal dari pada kesatuan
masyarakat desa. Pemerintah Desa diselenggarakan di bawah
pimpinan seorang Kepala Desa beserta perangkatnya, mewakili
masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat
yang bersangkutan. Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan
pemerintah desa, menurut Nurcholis (2005:138) pemerintah desa
mempunyai peran:
1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan
umum, membangun dan membina masyarakat
2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten .
1.5.6.2. Fungsi Pemerintah Desa
Pemerintahan desa juga memiliki fungsi. Fungsi pemerintah
desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam
interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok
masyarakat.
Adapun fungsi pemerintah desa secara operasional dapat
dibedakan dalam fungsi pokok, yaitu sebagai berikut:

24
Universitas Sumatera Utara

1. Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemerintah sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana pemerintah itu dikerjakan agar keputusan
dapat dilaksanakan secara efektif.
2. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini digunakan sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi
dengan masayarakat-masyarakat yang di pimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemerintah desa berusaha
mengaktifkan
mengambil

masyarakatnya,
keputusan

maupun

baik

dalam

dalam

keikutsertaan

melaksanakannya.

Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan
secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak
mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan baik melalui persetujuan
maupun tanpa persetujuan pemerintah. Fungsi delegasi ini pada
dasarnya berarti kepercayaan.

25
Universitas Sumatera Utara

5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang
efektif harus mampu mengantar aktivitas anggotanya secara
terarah

dan

dalam.

Koordinasi

yang

efektif,

sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Dalam melaksankan fungsi pengendalian pemimpin dapat
mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi
dan pengawasan.
Seluruh fungsi pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau
diselenggarakan

dalam

aktivitas

pemerintah

desa

secara

integral.Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:
1. Pemerintah desa berkewajiban manjabarkan program kerja
2. Pemerintah desa harus berusaha mengembangkan kebebasan
berfikir dan mengeluarkan pendapat
3. Pemerintah desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas
4. Pemerintah desa harus mampu memecahkan masalah dan
mengambil keputusan masalah sesuai dengan tanggung jawabnya
masing-masing
5. Pemerintah desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang
harmonis
6. Pemerintah desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan
kemampuan memiliki tanggung jawab
7. Pemerintah desa harus mampu mendayagunakan pengawasan
sebagai alat pengendali

26
Universitas Sumatera Utara

1.5.6.3. Tugas Pemerintah Desa
Berdasarkan pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72
Tahun

2005

penyelenggaraan

bahwa

pemerintah

urusan

desa

pemerintahan,

mempunyai

tugas

pembangunan,

dan

kemasyarakatan. Pertama,urusan pemerintahan yang dimaksud adalah
pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa
seperti

pembuatan

peraturan

desa,

pembentukan

lembaga

kemasyarakatan,pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama
antar desa. Kedua,urusan pembangunan yang dimaksud adalah
pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana
fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa,
pasar desa. Ketiga,urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan
masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat
seperti bidang kesehatan, pendidikan,adat istiadat.
1.5.6.3.1. Wewenang Kepala Desa
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas kepala
desa mempunyai wewenang:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama BPD
2. Mengajukan rancangan pengaturan desa
3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat
persetujuan bersama BPD

27
Universitas Sumatera Utara

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa
mangenai APB Desa untukdibahas dan ditetapkan
bersama BPD
5. Membina kehidupan masyarakat desa
6. Membina preekonomian desa
7. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif
8. Mewakili desanya didalam dan diluar pengendalian dan
dapat menunjukan kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan
9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1.5.7. Pembangunan Desa
Pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait
antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik
yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative
caution). Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara
umum, kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan
kehidupan masyarakat dan warga negaranya (Budiman, 1995:1).
Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada tiap tahap,
untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan keterbatasan
dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, di perlukan
kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata
lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang

28
Universitas Sumatera Utara

hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan
untuk mengatasi semua atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan
pertentangan yang ada atau di perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan
sumber-sumber pembangunan yang optimal, serta cara melakukan koordinasi
semua kegiatan yang efektif.
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan
dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup
struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial budaya, karakterisktik
fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desakota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman. Dapat
dikatakan juga, Pembangunan Desa merupakan proses perubahan yang terus
menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat
beserta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, materi
dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di Desa. Dengan
demikian, maka pembangunan desa perlu terus diupayakan karena secara
keseluruhan desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional seluruh rakyat
Indonesia. Selain untuk mencapai tujuan dari pembangunan desa itu ,
pelaksanaan pembangunan diberbagai aspek kehidupan baik aspek ideology,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama maupun dalam aspek pertahanan
dan keamanan dan harus langsung secara terus menerus demi tercapainya
kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Melalui
pembangunan desa diupayakan agar masyarakat memiliki keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengatasi berbagai masalah
dalam kehidupan.

29
Universitas Sumatera Utara

1.6. Definisi Konsep
Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Dalam Pembangunan
1. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) berperan sebagai organisasi
ekonomi. Pertanian modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian
yang modern tetapi perlu ada organisasi yang dicirikan dengan adanya
organisasi ekonomi yang mampu menyentuh dan menggerakkan
perekonomian di perdesaan melalui pertanian, di antaranya adalah dengan
membentuk Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).
2. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) berperan sebagai Lembaga
Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) yang bekerjasama langsung dengan
Pemerintah Desa. Unit-unit usaha dalam Gapoktan dapat menjadi
penggerak perekonomian di perdesaan.
3. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) berperan untuk meningkatkan
ketahanan

pangan

ditingkat

lokal.

Gabungan

Kelompok

Tani

(GAPOKTAN) merupakan suatu program dari pemerintah sebagai wadah
pembinaan dan mengembangkan potensi masyarakat petani dalam
meningkatkan hasil panen serta dapat hidup lebih mandiri dan mampu
untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengentasan kemiskinan dan rawan
pangan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat secara partisipatif
yang dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan
hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat yakni sebagai berikut:

30
Universitas Sumatera Utara

BAB 1

: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang latar belakang
masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika
penulisan.
BAB 2

: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang metode penelitian
yang dipakai dalam melakukan penelitian, pengumpulan data,
dan analisis data.

BAB 3

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memaparkan tentang profil dan gambaran umum
mengenai Desa Kepala Sungai yang merupakan tempat
dilaksanakannya penelitian ini.

BAB 4

: PENYAJIAN DATA
Bab ini memaparkan data yang diperoleh berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan mengenai peran Gabungan Kelompok
Tani (GAPOKTAN) terhadap pembangunan desa.

BAB 5

: ANALISIS DATA
Bab ini akan memaparkan hasil analisis berdasarkan data yang
diperoleh berkaitan dengan penelitian yang dilakukan mengenai
peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) terhadap
pembangunan desa.

31
Universitas Sumatera Utara

BAB 6

: PENUTUP
Bab ini mengenai kesimpulan yang diperoleh dari seluruh hasil
penelitian dan didalamnya juga terdapat saran-saran yang
berguna dan bermanfaat serta sifatnya membangun terkait
dengan hasil penelitian.

32
Universitas Sumatera Utara