Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang Langkat)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, pertanian itu di identikkan dengan daerah pedesaan.

Karena pertanian di Indonesia sebagian besar hanya ditemukan pada daerah
pedesaan. Eratnya kaitan antara eksistensi desa dan pertanian ini menyebabkan
orang cenderung mengidentifikasikan desa dengan pertanian dan menyatakan
bahwa masyarakat desa adalah petani dan petani adalah masyarakat desa. Bukan
hanya itu, mayoritas masyarakat desa juga mendapatkan penghasilan dari bertani.
Maka diperlukan pembangunan pertanian karena hasil ini dapat meningkatkan
mutu makanan penduduk dan kesejahteraan petani.
Desa sendiri menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan

mengurus


urusan

pemerintahan,

kepentingan

masyarakat

setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sedangkan Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari
lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh
kehidupan dari kegiatan itu (Anwas,1992:34) 1.
Dalam proses pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah upaya
mencapai taraf petani yang lebih berkualitas sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
berlaku. Sekarang ini, proses pembangunan pertanian telah sampai pada tahap
1


Adiwilaga Anwas, Pengantar Ilmu Pertanian, Rineke Cipta, Jakarta: 1992. Hlm. 34

1
Universitas Sumatera Utara

yang mensyaratkan adanya partisipasi petani yang lebih besar agar tujuan
pembangunan pertanian tercapai. Dalam proses pembangunan pertanian yang
berhasil peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga penyuluh pertanian
disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian (Mardikanto, 2003:151) 2.
Selain penyuluhan pemberdayaan kelompok tani juga membantu
pembangunan pertanian. Ini juga dihubungkan dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat kebijakan tentang desa dalam
memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa
yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini juga
dimaksudkan juga pada petani di desa.
Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik
dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benarbenar memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Begitu pula dengan halnya
pembangunan pertanian. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, umumnya
pembangunan pertanian mutlak diperlukan penyuluhan dan pemberdayaan
kelompok tani mulai dari keikutsertaan dalam perencanaan sampai pada hasil

akhir dari pembangunan pertanian di desa tersebut. Pembangunan pertanian tidak
terlepas dari peran serta dari seluruh masyarakat atau kelompok tani diwilayah
tersebut, sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala pemerintahan desa
harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan
pemerintah desa dalam melaksanakan segala urusan yang berhubungan dengan
pembangunan desa baik pembangunan masyarakat maupun pembangunan
perekonomian desa.
2

Totok Mardikanto, Redefinisi Penyuluhan, Penerbit Puspa, Jakarta : 2003. Hlm.151

2
Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 menyatakan, bahwa Pemerintahan
Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini
berarti pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap desa yang akan
dibangunnya.Termasuk pada sektor pertanian tersebut. Akan tetapi dengan segala
upaya yang diberikan oleh pemerintah desa terhadap sektor pertanian, ternyata

masih ada beberapa hal yang belum terealisasi sepenuhnya. Misalnya saja seperti
hal pemberdayaan masyarakat tani.
Pada saat ini, kualitas sumber daya manusia yang bekerja pada sektor
pertanian masih dapat dikatakan rendah. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka
yang masih rendah dan jarang memiliki pengetahuan dalam bidang pertanian yang
dapat dikatakan cukup. Banyak persoalan yang dihadapi oleh para petani, mulai
dari produksi, pemasaran maupun masalah sosial didalam kehidupannya seharihari. Kemampuan yang dimiliki sebagaian masyarakat tani tidak siap dengan
segala kebutuhan, dimana segala sesuatu harus tersedia secara cepat dan tepat.
Namun inilah kenyataan yang masih terjadi dikalangan petani, sehingga
keterbelakangan dan kemiskinan masih menyelimuti kehidupan mereka. hal
tersebut bukan oleh kinerja mereka yang belum maksimal, tetapi oleh karena
beberapa sebab misalnya terbatasnya kesempatan mereka untuk bisa mengakses
informasi tentang pertanian, kurangnya penyuluh-penyuluh tentang bagaimana
mengelola lahan serta bercocok tanam yang produktif.
Pemberdayaan kelompok tani atau petani merupakan konsep yang
dikembangkan untuk memperkuat kemandirian petani. Dimana pemberdayaan
kelompok tani meliputi peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani melalui

3
Universitas Sumatera Utara


penyuluh dan pelatihan, pengembangan jaringan usaha melalui kerjasama,
koordinasi dan komunikasi serta peningkatan peran pembinaan melalui motivasi,
fasilitasi dan bimbingan teknis. Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi)
non-formal dipedesaan yang beranggotakan petani-petani yang mempunyai
kepentingan sama, yakni meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya (Kartasapoetra, 1994 : 71) 3.
Menurut

Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara
berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam

menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan
untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan
fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui
pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.
Kelompok tani sangat berperan dalam menjembatani dan menterjemahkan
program-program pemerintah dibidang peningkatan produksi pertanian. Dengan
demikian, pembinaan kelompok tani dipedesaan merupakan hal penting dalam
rangka membangkitkan, mengembangkan dinamika dan kemandirian kelompok
tani di pedesaan. Dalam hal ini kelompok tani merupakan kumpulan petani-petani
yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan
dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan
produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya.

3

A. G Kartasapoetra dan M. M. Sutedjo, Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi
Aksara, Jakarta : 1994. Hlm.71

4
Universitas Sumatera Utara


Untuk mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih
kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi,
dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi
sosial dan kemampuan menejemen kelompok informal dan lokal yang efektif,
selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi
anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia.
Untuk mengembangkan kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat
syarat yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama
yang tinggi dalam pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja
dan dinamika kelompok tani (Karsidi, 2001 : 23) 4.
Desa Kepala Sungai terletak di daerah Kabupaten Langkat Sumatera Utara
yang memiliki luas daerah 946 hektar dan terdiri dari 11 Dusun yang 3
diantaranya adalah hasil dari pemekaran. Penduduk Desa Kepala Sungai terdiri
dari 5375 yang tersebar di dusun-dusun tersebut. Desa Kepala Sungai sendiri
merupakan desa yang mayoritas masyarakatnya berpenghasilan dari sektor
pertanian. Ini terlihat dari keadaan ekonomi desa yang menunjukan bahwa
pendapatan penduduk Desa Kepala Sungai 88,5% berasal dari bertani dan
memiliki 10 kelompok tani yang tersebar di beberapa Dusun Desa Kepala Sungai.

Bahkan pemerintah desanya membuat rancangan perencanaan pembangunan
desanya yang tertuang pada RPJMDes priode 2015-2020 dalam hal anggaran
hampir ±30% di utamakan untuk sektor pertanian. Itu dikarenakan masyarakat
4

Ravik Karsidi, Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.): Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju
Terwujudnya Masyarakat Madani, Pustaka Wirausaha Muda, Bogor : 2001. Hlm.23

5
Universitas Sumatera Utara

Desa Kepala Sungai yang sebagian besar bertani ikut turut menyumbangkan ide
pada saat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (MUSRENBANGDes)
Kepala Sungai.
Selain itu, dengan adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang
rutin terselenggara di Desa Kepala Sungai juga menunjukan adanya dominasi
sektor pertanian di desa ini. Akan tetapi walaupun demikian sektor pertanian di
Desa Kepala Sungai tidak luput dari berbagai macam kekurangan yang masih
menjadi kendala untuk sektor pertanian di desa tersebut agar menjadi lebih baik

demi kemajuan Desa Kepala Sungai yang masyarakatnya dominan berpenghasilan
dari bertani. Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani tersebut diselenggarakan
oleh Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang kemudian di wakili oleh PPL
(Penyuluh Pertanian Lapangan) dan seluruh kelompok tani yang ada di Desa
Kepala Sungai. Lalu seperti apa kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang di
laksanakan di Di Desa Kepala Sungai? Apakah ada perubahan antara sebelum dan
setelah adanya kegiatan pemberdayaan kelompok tani itu? Dan bagaimana
peranan dari pemerintah desa terhadap pemberdayaan kelompok tani tersebut?
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Peranan Pemerintah Desa Dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Pada Desa Kepala Sungai
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat)”.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah

di dalam penelitian ini adalah :


6
Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana peranan pemerintah desa dalam pemberdayaan kelompok tani
di Desa Kepala Sungai?
2. Perubahan seperti apa yang terjadi setelah adanya kegiatan pemberdayaan
kelompok tani di Desa Kepala Sungai?

1.3

Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah desa dalam pemberdayaan
kelompok tani di Desa Kepala Sungai
2. Untuk mengetahui seperti apa perubahan yang terjadi setelah adanya
kegiatan pemberdayaan kelompok tani di Desa Kepala Sungai


1.4

Manfaat Penelitian
Suatu penelitian tentunya diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Ilmiah
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan mengembangkan kemampuan
menulis berdasarkan kajian yang telah di peroleh dari Ilmu Administrasi
Negara khususnya yang berkaitan dengan peran Pemerintah terutama
Pemerintah Desa dalam menjalankan fungsinya.

7
Universitas Sumatera Utara

2. Secara Praktis
Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan
bagi Pemerintah Desa dan Kelompok Tani terkait dengan peran dan
fungsinya masing-masing dalam penyelenggaraan pemerintah desa.
3. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kemampuan berpikir
secara ilmiah dan mampu memberikan kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi kepustakan Departemen Ilmu Administrasi
Negara FISIP USU.

1.5

Kerangka Teori
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1998 : 37) 5, teori adalah

serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep. Definisi tersebut juga di perkuat oleh F.M Kerlinger (dalam Rakhmat,
2004 : 6) 6 merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Secara

umum

teori

merupakan

seperangkat

proposisi

yang

menggambarkan suatu gejala terjadi seperti ini. Untuk memudahkan penelitian
diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian
yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai
5

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta:
1989. Hlm. 37
6

J. Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung : 2004.

Hlm.6

8
Universitas Sumatera Utara

landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti
masalah yang dipilih (Suyanto, 2005 : 34) 7.
Menurut Nawawi (1995 : 39-40) 8 kerangka teori adalah hal yang sangat
penting, karena dalam kerangka teori tersebut akan dimuat teori-teori yang relevan
dalam menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kemudian kerangka teori ini
digunakan sebagai landasan teori atau dasar pemikiran dalam penelitian yang
dilakukan. Karena itu adalah sangat penting bagi seorang peneliti untuk menyusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pemikiran yang akan menggambarkan
dari sudut mana suatu masalah akan disoroti.
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasanbatasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan. Sebagi landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan
masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan
sebagai bahan referensi dalam penelitian. Adapun kerangka teori dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :

1.5.1

Peranan
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kududukan (status). Apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisahpisahkan dan saling bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal
7

Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Altenatif
Pendekatan, Prenada Media, Jakarta : 2005. Hlm.34
8
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, UGM Press ,Yogyakarta: 1995.
Hlm.40

9
Universitas Sumatera Utara

tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak menekankan pada fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses (Soekanto, 2002 : 268-269) 9.
Menurut Soerjono Soekanto (2002 : 441) 10, unsur-unsur peranan atau role
adalah:
1. Aspek dinamis dari kedudukan
2. Perangkat hak-hak dan kewajiban
3. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan
4. Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara peranan
itu sendiri diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi
seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002 : 246) 11.

9

Soerjono Soekanto, Teori Peranan, Bumi Aksara, Jakarta : 2002. Hlm.268-269
Ibid., Hlm.441
11
Ibid., Hlm.246
10

10
Universitas Sumatera Utara

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individuindividu dalam masyarakat penting bagi hal-hal yaitu :
1. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya
2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu
terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya
3. Dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak
mampu

melaksanakan

peranannya

sebagaimana

diharapkan

oleh

masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan
arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak
4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan memberikan peluang-peluang yang
seimbang, bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat membatasi
peluang-peluang tersebut. (Soekanto, 2002 : 247) 12.
Menurut Komaruddin (1994 : 768) 13, yang dimaksud peranan yaitu:
1. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam
manajemen
2. Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status
3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok pranata
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya
5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
12
13

Ibid., Hlm.247
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta : 1994. Hlm. 768

11
Universitas Sumatera Utara

Peran di sini adalah sesuatu yang memainkan role, tugas dan kewajiban.
Peran merupakan sesuatu yang diharapkan lingkungan untuk dilakukan oleh
seseorang atausekelompok orang yang karena kedudukannya akan dapat memberi
pengaruh pada lingkungan tersebut.

1.5.2

Pemerintah Desa

1.5.2.1 Pengertian Desa
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa desa
adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejulah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa)
atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan.
Adapun beberapa ahli yang mengemukan pendapat tentang pengertian
desa itu sendiri. Misalnya seperti R.H. Unang Soenardjo (1984 : 11) 14 yang
mengemukakan bahwa desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat
dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasanya,
memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun
karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan,
14

R.H. Unang Sunardjo, Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Tarsito, Bandung : 1984.

Hlm.11

12
Universitas Sumatera Utara

memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam
jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
Desa juga dapat di artikan dengan kesatuan masyarakat hukum
berdasarkan susunan asli adalah suatu “Badan Hukum” dan adalah pula “Badan
Pemerintahan”, yang merupakan bagian wilayah kecamatan atau wilayah yang
melingkunginya (Nyoman, 1982 : 27) 15.
Jadi, dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa desa adalah suatu
wilayah yang di diami oleh sejumlah penduduk yang saling mengenal atas dasar
hubungan kekerabatan dan atau atas kepentingan politik, ekonomi, sosial dan
keamanan yang dalam pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum
berdasarkan adat sehingga tercipta ikatan lahir batin antara masing-masing
warganya, umumnya warganya hidup dari pertanian, mempunyai hak mengatur
rumah tangga sendiri, dan secara administratif berada di bawah pemerintahan
kabupaten/kota.

1.5.2.2 Pemerintahan Desa
Pemerintah yang merupakan anggota yang paling umum memiliki
tanggung jawab khusus untuk memelihara sistem yang mencakup rentang
tersebut, itu adalah bagian dan monopoli praktis kekuasaan koersif. Pemerintah itu
sendiri adalah suatu lembaga yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang
mengatur suatu masyarakat tersebut dapat tertata dengan baik begitu pula dengan
pemerintahan desa.

15

I Nyoman Baratha, Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Ghalia
Indonesia, Jakarta : 1982. Hlm.27

13
Universitas Sumatera Utara

Menurut Undang-Undang No.6 Tahun2014 tentang Desa mengemukakan
bahwa pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 juga menyatakan bahwa adapun
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan asas:
1. Kepastian hukum
2. Tertib penyelenggaraan pemerintahan
3. Tertib kepentingan umum
4. Keterbukaan
5. Proporsionalitas
6. Profesionalitas
7. Akuntabilitas
8. Efektivitas dan efisiensi
9. Kearifan lokal
10. Keberagaman
11. Partisipatif

1.5.2.3 Pemerintah Desa
Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Pemerintah Desa adalah
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa sebagai penyelenggara
pemerintahan yang terendah dan langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai
beban tugas yang cukup berat karena selain harus melaksanakan segala urusan

14
Universitas Sumatera Utara

yang datangnya dari pihak atasan juga harus mengurus berbagai urusan rumah
tangga desa yang pertanggung jawaban langsung kepada rakyat (Misdiyanti, 1993
: 47) 16.
Adapun yang menjadi Pemerintah Desa menurut Undang-Undang No.6
Tahun 2014 tersebut antara lain:
1. Kepala Desa
Kepala

Desa

bertugas

menyelenggarakan

Pemerintahan

Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa
berwenang:
1) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa
2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa
3) Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa
4) Menetapkan Peraturan Desa
5) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
6) Membina kehidupan masyarakat Desa
7) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa
8) Membina

dan

meningkatkan

perekonomian

Desa

serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif
untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa
9) Mengembangkan sumber pendapatan Desa
10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara
guna meningkatkan
16

A.G Kartasapoetra dan Misdyanti, Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pembuatan
Peraturan Daerah, Bumi Aksara, Jakarta : 1993.Hlm.47

15
Universitas Sumatera Utara

11) Kesejahteraan masyarakat Desa
12) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa
13) Memanfaatkan teknologi tepat guna
14) Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif
15) Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilanatau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
16) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa berhak atas :
1) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa
2) Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa
3) Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan
lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan
4) Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan
5) Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat Desa.
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Desa berkewajiban untuk :
1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
3) Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa

16
Universitas Sumatera Utara

4) Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan
5) Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender
6) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme
7) Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa
8) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik
9) Mengelola Keuangan dan Aset Desa
10) Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa
11) Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa
12) Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa
13) Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa
14) Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa
15) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup
16) Memberikan informasi kepada masyarakat Desa
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban, Kepala
Desa wajib atas:
1) Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap
akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota
2) Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada
akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota

17
Universitas Sumatera Utara

3) Memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun
anggaran
4) Memberikan

dan/atau

menyebarkan

informasi

penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir
tahun anggaran.
Kepala Desa juga di anjurkan untuk tidak melanggar apa yang dilarang
seperti :
1) Merugikan kepentingan umum
2) Membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota
keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu
3) Menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya
4) Melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan
masyarakat tertentu
5) Melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa
6) Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya
7) Menjadi pengurus partai politik
8) Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang
9) Merangkap

jabatan

sebagai

ketua

dan/atau

anggota

Badan

Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat

18
Universitas Sumatera Utara

Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam
peraturan perundangan-undangan
10) Ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau
pemilihan kepala daerah
11) Melanggar sumpah/janji jabatan
12) Meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Bagi Kepala Desa yang tidak menjalankan kewajibannya dan melanggar
apa yang telah dilarang maka Kepala Desa dikenai sanksi administratif
berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. Dalam hal sanksi
administratif dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.
2. Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Perangkat Desa
terdiri atas:
1) Sekretariat Desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang di pimpin oleh
sekertaris desa
2) Pelaksana kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa diwilayah
kerjanya seperti kepala dusun
3) Pelaksana

teknis,

yaitu

unsur

pembantu

kepala

desa

yang

melaksanakan unsur teknis lapangan seperti unsur pengairan,
keagamaan dan lain-lain

19
Universitas Sumatera Utara

Adapun persyaratan untuk menjadi perangkat desa antara lain :
1) Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang
sederajat
2) Berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua)
tahun
3) Terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
4) Syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Hal yang dilarang untuk dilakukan perangkat desa seperti :
1) Merugikan kepentingan umum
2) Membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota
keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu
3) Menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya
4) Melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan
masyarakat tertentu
5) Melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa
6) Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya
7) Menjadi pengurus partai politik
8) Menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang
9) Merangkap

jabatan

sebagai

ketua

dan/atau

anggota

Badan

Permusyawaratan Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan

20
Universitas Sumatera Utara

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam
peraturan perundangan-undangan
10) Ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau
pemilihan kepala daerah
11) Melanggar sumpah/janji jabatan
12) Meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Perangkat Desa dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau
teguran tertulis. Dalam hal sanksi administratif dilakukan tindakan
pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

1.5.3. Pemberdayaan
Menurut Sulistiyani (2004 : 77)17 secara etimologis pemberdayaan berasal
dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari
pengertian tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses
menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan
atau proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki
daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Berbeda dengan pendapat Pranarka Sumodiningrat (dalam Sulistiyani,
2004 : 78-79) 18 menyampaikan bahwa pemberdayaan sebenarnya merupakan
istilah yangkhas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut diterjemahkan
sebagai empowerment, dan istilah itu benar tapi tidak tepat. Pemberdayaan yang
17

A.T. Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gava Media,
Jogjakarta : 2004. Hlm.77
18
Ibid., Hlm.78-79

21
Universitas Sumatera Utara

kita maksud adalah memberi “daya” bukan “kekuasaan” dari pada “
pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah yang paling tepat adalah “energize”
atau katakan memberi “energi” pemberdayaan adalah pemberian energi agar yang
bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri.
Bertolak pada kedua pendapat diatas dapat dipahami bahwa untuk konteks
barat apa yang disebut dengan empowerment lebih merupakan pemberian
kekuasaan daripada pemberian daya. Pengertian tersebut sangat wajar terbentuk,
mengingat lahirnya konsep pemberdayaan di barat merupakan suatau reaksi atau
pergulatan kekuasaan, sedangkan dalam konteks Indonesia apa yang disebut
dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk memberikan daya, atau
meningkatkan daya (Winarni, 1998 : 75-76) 19.
Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Winarni
mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu
pengembangan, (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering),
terciptanya kemandirian (Winarni, 1998 : 75) 20.
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini
didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang
mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit.
Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini
berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untukmembangun daya, dengan

19

Tri Winarni, Memahami Pemberdyaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam Orientasi
Pembangunan Masyarakat Desa menyongsong abad 21: menuju Pemberdayaan Pelayanan
Masyarakat, Aditya Media, Yogyakarta : 1998. 75-76
20
Ibid., Hlm.75

22
Universitas Sumatera Utara

cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya
pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan
(charity),

pemberdayaan

sebaliknya

harus

mengantarkan

pada

proses

kemandirian. (Winari, 1998 : 76) 21.
Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini adalah:
1. Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh
masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu (pembangunan)
secara mandiri.
2. Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan
dalam rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat
mampu mandiri (Winarni, 1998 : 76) 22.
Pemberdayaan

memiliki

makna

membangkitkan

sumber

daya,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan
kapasitas dalam menentukan masa depan mereka (Suparjan dan Hempri, 2003 :
43) 23. Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana
memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri
arah kehidupan dalamkomunitasnya. Pemberdayaan memberikan tekanan pada
otonom pengambilankeputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek
demokrasi dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan
bagi upaya penguatan potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan masyarakat juga
difokuskan pada penguatan individu anggota masyarakat beserta pranata21

Ibid., Hlm.76
Ibid., Hlm.76
23
Suparjan dan Hempri Suyatno, Pengembangan Masyarakat: Dari Pembangunan
Sampai Pemberdayaan, Aditya Media, Yogyakarta : 2003. Hlm.43
22

23
Universitas Sumatera Utara

pranatanya. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah
menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai obyek melainkan juga sebagai
subyek.
Konteks pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu
bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak untuk
menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan
subyek akan kemampuan atau daya (power) yang dimiliki obyek. Secara garis
besar,

proses

ini

melihat

pentingnya

proses

ini

melihat

pentingnya

mengalihfungsikan individu yang tadinya obyek menjadi subyek (Suparjan dan
Hempri, 2003 : 44) 24.
Menurut Sumodiningrat (dalam Sulistiyani, 2004 : 82) 25 pemberdayaan
tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk
mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat
tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar hingga mencapai
status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.
Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka
pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang
harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.

24
25

Ibid., Hlm.44
Sulistiyani, op.cit., Hlm.82

24
Universitas Sumatera Utara

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan
sehingga

terbentuklah

inisiatif

dan

kemampuan

inovatif

untuk

mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004 : 83) 26.

1.5.4

Kelompok Tani
Pada hakekatnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari

pengertian kelompok dan petani itu sendiri. Kelompok adalah sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka bagian dari
kelompok tersebut. Menurut Mulyana (2005 : 23) 27 kelompok pada dasarnya
adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mecapai tujuan
bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai
struktur tertentu. Struktur merupakan sebuah kelompok adalah susuanan dari pola
antar hubungan interen yang mendekati stabil, yang terdiri atas:
1. Suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya
yang hirarkis
2. Peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu
3. Unsur-unsur

kebudayaan

(nilai-nilai),

norma-norma

yang

mempertahankan, membenarkan dan menangungkan struktur.

26

Ibid., Hlm.83
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung :
2005. Hlm.23
27

25
Universitas Sumatera Utara

Menurut Soekanto (1986 : 35) 28 ada beberapa hal yang harus menjadi ciri
kelompok yaitu setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari
kelompok ada hubungan timbal balik antara sesama anggota, dan terdapat suatu
faktor yang memiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara
mereka semakin kuat.
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah
pertanian. Definisi petani menurut Anwas (1992 : 34)29 mengemukakan bahwa
petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
Sedangkan kelompok tani itu sendiri memiliki arti bahwa kelompok tani
merupakan wadah komunikasi antar petani, serta wadah komunikasi antar petani
dengan kelembagaan terkait dalam proses alih teknologi (Wahyuni, 2003 : 2)30.
Kelompok tani merupakan kelembagaan (institusi) non-formal dipedesaan yang
beranggotakan petani-petani yang mempunyai kepentingan yang sama, yakni
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya (Kartasapoetra, 1994 : 71) 31.
Menurut Mardikanto (1993 : 110) 32 kelompok tani adalah himpunan atau
kesatuan yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling tolong-menolong. Beberapa
keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain sebagai berikut:

28

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3, UI Press, Jakarta : 1986.

Hlm.25
29

Adiwilaga Anwas, op.cit., Hlm.34
Sri Wahyuni, Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi dan Metode
Pemberdayaannya, Jurnal Litbang Pertanian, Bogor : 2003. Hlm.2
31
A. G Kartasapoetra dan M. M. Sutedjo, op.cit., Hlm.71
32
Totok Mardikanto, op.cit., Hlm.110
30

26
Universitas Sumatera Utara

1. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok
2. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar
petani
3. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru
4. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani
5. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan
masukan (input) atau produk yang dihasilkannya
6. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta
pengawasannya oleh petani sendiri.
Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :
1. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang
tersedia
2. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan
3. Adanya alasan ideologis yang mewajibkan para petani untuk terikat oleh
suatu
Menurut Gerungan (dalam Mardikanto, 1993 : 110) 33 kelompok tani
adalah suatu kesatuan yang terdiri dua atau lebih orang-orang yang mengadakan
interaksi secara intensif dan teratur sehingga diantara mereka terdapat pembagian
tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut.
Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara terpaksa.
Kelompok tani menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang
optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan kehidupannya.

33

Ibid., Hlm.110

27
Universitas Sumatera Utara

Para anggota terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar
kekeluargaan.
Terbentuknya kelompok tani juga didasarkan oleh unsur yang mengikat
kelompok tani seperti yang disebut di dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Gabungan Kelompok Tani yaitu :
1. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama
diantara para anggotanya
2. Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para
petani dan kepemimpinan yang diterima oleh sesama petani lainnya
3. Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar
anggotanya
4. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan
5. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesame anggotaberdasarkan
kesepakatan bersama
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani juga
menyebutkan,adapun fungsi kelompok tani antara lain :
1. Kelas Belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar
tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik

28
Universitas Sumatera Utara

2. Wahana Kerjasama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama baik diantara sesama petani dalam poktan maupun dengan pihak
lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahatani lebih efisien dan lebih
mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan serta
lebih menguntungkan
3. Unit Produksi: Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan
menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Kartasapoetra (1994 : 48) 34 mengemukakan bahwa kelompok tani
berfungsi sebagai wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian,
pengetahuan dan keterampilan serta gotong-royongan berusaha tani para
anggotanya. Fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian
secara bersama
2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para
anggotanya
3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu
4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana
yang menunjang usahataninya

34

A. G Kartasapoetra dan M. M. Sutedjo, op.cit., Hlm.48

29
Universitas Sumatera Utara

5. Guna memantapakan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi
cara bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan
bersama penyuluh
6. Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas
yang terbaik, beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar
terwujudnya harga yang seragam
Secara umum penjelasan diatas merupakan fungsi manifest dari sebuah
kelompok tani, sedangkan fungsi laten dari sebuah kelompok tani diantaranya :
1. Secara tidak langsung dimana interaksi antar sesama anggota kelompok
tani semakin intens, sehingga muncul rasa solidaritas yang tinggi terhadap
sesama anggota
2. Sarana dimana petani dapat melakukan aktivitas perekonomian seperti
simpan pinjam antar anggota
3. Ilmu pengetahuan petani semakin meningkat.
Kelompok tani memiliki kedudukan strategis dalam mewujudkan petani
yang berkualitas. Petani yang berkualitas dicirikan oleh adanya kemandirian dan
ketangguhan dalam berusaha tani demi mencapai kesejahteraan petani dan
keluarganya (Deptan, 2000 : 2) 35. Kelompok tani yang berkualitas tersebut harus
memiliki gerak dan kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku
kelompok dan anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok yang
ingin dicapai bersama. Dalam mengintensifkan aktivitas-aktivitas kelompok tani
hendaknya dijadikan sebagai media partisipasi didalam mengambil suatu
keputusan mengenai kegiatan pembangunan pertanian. Salah satu faktor
35

Departemen Pertanian, Pedoman Umum Proyek Ketahanan Pangan, Jakarta : 2000.

Hlm.2

30
Universitas Sumatera Utara

terwujudnya kelompok tani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari
pengurus kelompok yang berperan dalam suatu struktur kerja kelompok.
Terjadinya dinamika kelompok sangat diharapkan dalam suatu kelompok dengan
tujuan kelompok tani dapat berkembang dengan wajar, maka perkembangan
kelompok dapat diarahkan dan berlangsung secara dinamis dengan harapan
kelompok tani juga mempersiapkan kader-kader pengurus kelompok yang akan
menjadi penerus kelompok tani di masa mendatang (Sastraadmadja, 1993 : 18) 36.
Adapun ciri-ciri dari kelompok tani tersebut adalah :
1. Merupakan kelompok kecil yang efektif (± 20 orang) untuk bekerja sama
dalam :
1) Belajar teknologi usaha tani
2) Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya
3) Berproduksi dan memelihara kelestarian sumber daya alam
4) Kegiatan lain yang menyangkut kepentingan bersama
2. Anggota adalah petani yang berada didalam lingkungan pengaruh seorang
kontak tani
3. Memiliki minat dan kepentingan yang sama, terutama dalam bidang usaha
tani
4. Para anggotanya biasanya memiliki kesamaan antara lain tradisi atau
kebiasaan, domisili, lokasi usaha tani, status ekonomi, bahasa pendidikan
dan usia

36

E. Sastraatmadja, Penyuluhan Pertanian Falsafah, Masalah dan Srategi, Alumni
Bandung : 1993. Hlm.18

31
Universitas Sumatera Utara

5. Bersifat informal artinya :
1) Kelompok tersebut terbentuk atas dasar keinginan, kemufakatan
mereka sendiri
2) Memiliki peraturan, sanksi, tanggungjawab meskipun tidak tertulis
3) Ada pembagian tugas atau kerja meskipun bukan dalam pengurus
4) Hubungan antara anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan
terdapat solidaritas.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani juga
menyebutkan ciri-ciri dari kelompok tani antara lain:
1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam
berusaha tani
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha,
jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat,
bahasa, serta ekologi
Menurut

Mardikanto

(1993

:

57) 37

pandangan

secara

objektif

pengembangan kelembagaan tani, khususnya kelompok tani yang memperlihatkan
berkembangnya kelembagaan lokal yang dikelola oleh masyarakat sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Dalam pengambilan keputusan kelompok justru lebih
mampu bertahan, bahkan dalam menghadapi pasang-surutnya situasi kelembagaan
pertanian ditingkat yang lebih tinggi (kecamatan dan kabupaten). Kelompok
seperti inilah yang dinilai mengarah pada terwujudnya efektifitas kelompok petani

37

Totok Mardikanto, op.cit., Hlm.57

32
Universitas Sumatera Utara

sebagai kelembagaan pangan pedesaan, yang ditandai dengan kecendrungan
bahwa kelompok tani tersebut benar-benar berfungsi sebagai instrumen bagi
anggota

(petani)

untuk

memenuhi

kepentingan

anggota

dan

biasanya

dikembangkan oleh anggota atas kesadaran mereka untuk memenuhi kebutuhan
para anggota kelompok. Kelompok yang dibentuk dari bawah semacam ini
memiliki kecendrungan lebih sesuai dengan kebutuhan minat anggota, serta
memiliki komitmen anggota yang tinggi. Kelompok tani lebih efektif sebagai
wahana atau media untuk mewujudkan bargaining position (mencapai posisi
harga yang disepakati) untuk mewujudkan kesejahteraan petani.
Dalam mewujudkan kelompok tani yang efektif peran pemerintah lebih
kepada pihak mengembangkan kepemimpinan lokal terutama wawasan ekonomi,
dan wawasan keorganisasian, karena pemimpinan tersebut telah memiliki energi
sosial dan kemampuan menejemen kelompok informal dan lokal yang efektif,
selain itu peran pemerintah lebih ditekankan pada pengembangan kompetensi
anggota yang lebih beriorientasi kepada pengembangan sumber daya manusia.
Untuk mengembangkan kepemimpinan lokal yang efektif harus memenuhi empat
syarat yaitu terpercaya, kompeten, komunikatif dan memiliki komitmen kerjasama
yang tinggi dalam pengembangan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan anggotanya secara berkeadilan serta mampu meningkatkan kinerja
dan dinamika kelompok tani (Karsidi, 2001 : 23) 38.
Menurut

Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan

38

Ravik Karsidi, op.cit., Hlm.23

33
Universitas Sumatera Utara

Gabungan Kelompok Tani, upaya untuk peningkatan kemampuan para petani
sebagai anggota kelompok tani meliputi :
1. Menciptakan iklim yang kondusif agar para petani mampu untuk
membentuk dan menumbuhkembangkan kelompoknya secara partisipatif
2. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota poktan untuk
memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi dan akses permodalan yang
tersedia
3. Membantu memperlancar proses dalam mengidentifikasi kebutuhan dan
masalah serta menyusun rencana dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam usaha taninya
4. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi pasar dan peluang
usaha serta menganalisis potensi wilayah dan sumber daya yang dimiliki
untuk mengembangkan komoditi yang dikembangkan/diusahakan guna
memberikan keuntungan usaha yang optimal
5. Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola usahatani
secara komersial, berkelanjutan dan akrab lingkungan
6. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha
masing masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin
pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas, kualitas serta kontinuitas
7. Mengembangkan kemampuan untuk menciptakan teknologi yang spesifik
lokalita
8. Mendorong dan mengadvokasi agar para petani mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna memfasilitasi pengembangan
modal usaha poktan

34
Universi