Analisis Penderivasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB II
PENJABARAN PRINSIP-PRINSIP GCG DALAM CODE OF GOOD
CORPORATE GOVERNANCE YANG DIKELUARKAN OLEH KOMITE
NASIONAL KEBIJAKAN GOVERNANCE

A. Latar Belakang dan Pengertian Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
( Good Corporate Governance/GCG).
1. Latar Belakang Good Corporate Governance ( GCG )
Dalam konteks global, kesadaran akan perlunya diskusi yang lebih mendalam
tentang penerapan tata kelola korporasi muncul sejak terjadinya serangkaian skandal
keuangan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar di AS, seperti Enron,
WorldCom, Global Crossing. AS sebagai Negara besar dengan sistem pasar yang
dinamis, yang mampu melakukan fungsi kontrol pada prilaku namajemen serta
regulasi yang kuatpun masih bisa dibobol oleh berbagai praktik kecurangan
manajemen. 63
Istilah corporate governance pertama sekali digunakan pada 1970-an ketika
terdapat beberapa skandal korporasi yang terjadi di Amerika Serikat dan beberapa
tindakan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang terlibat dalam kegiatan
berpolitik yang tidak sehat dan budaya korupsi. Terjadinya kegagalan perusahaan
berskala besar, skandal-skandal keuangan dan krisis-krisis ekonomi di berbagai


63

A . Prasetyantoko, Corporate Governance Pendekatan Institusional,(Jakarta :PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), hal 29

Universitas Sumatera Utara

Negara, telah membuat banyak perusahaan memusatkan perhatiannya pada
pentingnya penerapan corporate governance. 64
Corporate governance dalam arti sempit pada dasarnya berbicara tentang dua
aspek yakni governance structure atau board structure dan governance process atau
governance mechanism pada suatu perusahaan. Governance structure adalah struktur
hubungan pertanggungjawaban dan pembagian peran diantara berbagai organ utama
perusahaan yaitu pemilik atau pemegang saham, pengawas atau komisaris, dan
pengelola

atau

direksi


atau

manajemen.

Sedangkan

governance

process

membicarakan tentang mekanisme kerja dan interaksi aktual diantara organ-organ
tersebut.65 Dengan demikian, tidak ada standar formula GCG yang efektif yang dapat
diterapkan dalam seluruh perusahaan. Karena penerapan sistem GCG akan
disesuaikan dengan keadaan masing-masing perusahaan. Untuk itulah, maka
perusahaan harus memformulasikan standar GCG mereka sendiri berdasarkan
keadaan perusahaan mereka masing-masing dengan tetap mengacu pada standar GCG
yang berlaku di Indonesia dan standar internasional (best practices). 66
Secara teoritis konseptual GCG bukan sesuatu yang baru bagi manajemen
korporasi, tetapi di Indonesia konsep ini menjadi fenomena baru dalam tata kelola


64

Jeswald W. Salacuse, hal 70 Dalam Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good
Corporate Governance Perkembangan Pemikiran Dan Implementasinya Di Indonesia Dalam
Perspektif Hukum,(Yogyakarta: Kreasi Total Media,2007), hal 61
65
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Op.Cit, hal 2.
66
Ridwan Khairandy dan Camellia Malik. Op.Cit, hal 67

Universitas Sumatera Utara

korporasi semenjak pasca krisis tahun 1997. 67 Awalnya konsep di Indonesia
diperkenalkan oleh Pemerintah Indonesia dan Internasional Monetary Fund (IMF)
dalam rangka Economy Recovery pasca krisis. GCG merupakan suatu konsep tentang
tata kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi
pemegang saham (shareholder) dan kreditor agar dapat memperoleh kembali
investasinya. 68
Dalam kasus krisis Asia, begitu luas kesadaran yang menilai bahwa salah satu
sumber adalah lemahnya tata kelola korporasi. Kebijakan utang yang eksesif dalam

bentuk valuta asing serta pemberian kredit perbankan pada perusahaan dalam
kroninya sendiri adalah hal yang biasa terjadi pada perusahaan di Asia, khususnya
Indonesia, Thailand, dan Korea. Akibatnya, manakala terjadi gejolak pada sistem
financial, perusahaan mengalami kebangkrutan dan menimbulkan efek berantai yang
pasif sehingga stabilitas ekonomi makro ikut tumbang. 69
Sejalan dengan letter of intent (LOI) yang ditandatangani Pemerintah
Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencantumkan jadwal perbaikan
pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia, Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di

67

Nindyo Pramono, Op.Cit, hal.87
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Op.Cit, hal 60
69
A . Prasetyantoko,Op.Cit, hal 29-30
68

Universitas Sumatera Utara


Indonesia mempunyai tanggungjawab untuk menerapkan standar Good Corporate
Governance yang telah diterapkan di tingkat internasional 70
Menurut laporan World Bank pada 1999, krisis ekonomi di Asia Timur
disebabkan oleh kegagalan sistematik penerapan corporate governance yang berasal
dari sistem kerangka hukum yang lemah, standar akutansi dan standar auditing yang
konsiten, praktik perbankan yang buruk, pengawasan board of director yang tidak
efektif, serta kurangnya mempertimbangkan hak pemegang saham minoritas.dalam
kajiannya, bank pembangunan Asia menarik kesimpulan bahwa krisis ekonomi yang
menimpa Negara-negara ASEAN adalah terutama akibat sistem corporate
governance yangburuk dalam perekonomian. 71
Praktik-praktik corporate governance yang kurang terpuji sering ditandai
dengan ciri-ciri dewan direksi yang tidak efektif, kontrol internal yang lemah, audit
yang buruk, kurangnya disclosure yang seimbang, dan kurangnya penegakan hukum.
Budaya good corporate governance memang harus dimasyarakatkan. Repotnya,
praktik-praktik perusahaan yang tercela sering tumpang-tindih dengan masalah
korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN). 72

70

Sri Sulistyanto dan Rika Lidyah , Good Corporate: Antara Idealism Dan Kenyataan,

modus, ( Jurnal Ekonomi dan Bisnis FE UAJY) vol.14 (1), Febuari 2002 dalam Adrian Sutedi, Good
Corporate Governance ,( Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal 56
71
Adrian Sutedi, Good Corporate Governance,( Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal 66
72
Ibid

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa faktor yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia antara lain : 73
a. Menurut Paul Krgman, pertumbuhan ekonomi yang pesat sebelum krisis lebih
didorong oleh perttumbuhan investasi bukan karena efisiensi dan inovasi.
b. Sebagian besar nilai perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasal modal
dikawasan ini adalah overvaluend.
c. Stuktur finasial perusahaan pada dasarnya tidak sehat.
d. Dalam proses penyaluran kredit terjadi praktik mark up. Sehingga pada
akhirnya menghancurkan struktur kapitalmitu sendiri.
e. Terjadi konsentrasi ekonomi yang tidak sehat. Data di tahun 1996
menunjukkan bahwa puncak piramida struktur ekonomi hasnya diisi oleh 200
kolongmerat swasta ( yang dimiliki oleh lebih kurang 50 keluarga) dan 100

BUMN besar .
f. Runtuhnya perekonomian Indonesia juga disebabkan oleh tidak adanya good
corporate governance didalam pengelolaan perusahaan.
Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja
keuangan dan kewajiban-kewajiban perusahaan, kurangnya pengawasan atas
aktivitas managemen oleh komisaris dan auditor, serta kurangnya insentif eksternal
untuk mendorong terciptanya efesiensi diperusahaan melalui mekanisme persaingan
yang fair. 74
Fenomena global, regional, dan domestik membuka mata bahwa membangun
sistem ekonomi yang berkesinambungan, praktik tata kelola korporasi yang baik
tidak bisa ditinggalkan. 75

73

Tanri Abeng, “Kelemahan Fundamen Mikro Perekonomian Indonesia”,1999 dalam Adrian
Sutedi, Good Corporate Governance, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hal 66-68
74
Ibid, hal 68
75
A . Prasetyantoko , Op.Cit,hal 30


Universitas Sumatera Utara

2. Pengertian Good Corporate Governance ( GCG )
Pada dasarnya, tidak ada defenisi baku tentang tata kelola korporasi.
ketiadaan defenisi ini menimbulkan perdebatan yang panjang dan melelahkan. 76
Organisasi for Ecomonic Co-Operation and development (OECD)
menyatakan GCG adalah “struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris,
dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuantujuan tersebut dan mengawasi kinerja.” 77
Menurut Forum for Corporate in Indonesia (FCGI), GCG adalah
“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.” 78
Menurut Cadbury mengatakan bahwa good corporate governance adalah
“mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara
kekuatan dan kewenangan perusahaan.” 79
Menurut Center for Policy Study (CEPs) mengatakan Good Corporate
Governance adalah ‘seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan

pengendalian baik yang ada di dalam maupun diluar manajemen perusahaan.” 80

76

Ibid , hal 36
Sedarmayanti, Good Governance Dan Good Corporate Governance ( Bandung: Mandar
Maju, 2007), hal 53
78
Forum for Corporate in Indonesia ( FCGI), Corporate Governance, FCGI Jilid I, edisi 3,
Jakarta 2001, hal 3
79
Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 1
80
Ibid
77

Universitas Sumatera Utara

Menurut Nindyo Pramono GCG adalah “suatu sistem pengelolaan
korporasi yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan

pemegang saham, kreditor, pemerintah, supplier, dan stakeholders lainnya.” 81
Menurut Hasnati GCG adalah “suatu kerangka yang mengatur hubungan
internal antar organ yang ada didalam suatu perusahaan. GCG juga mengatur
hubungan organ-organ internal dengan pihak ekternal yang mempunyai hubungan
dengan, dimana pengaturan terhadap pola hubungan ini akan tercipta suatu
perusahaan yang transparan, fair, responsible dan mempunyai akuntabilitas.” 82
Menurut Mas Ahmad Daniri GCG adalah “suatu pola hubungan, sistem
dan prosess yang digunakan oleh organ perseroan ( direksi, dewan komisaris, RUPS)
guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham sera kesinambungan dalam
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya,
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.’ 83
Menurut Ridwan Khairandy dan Camelia Malik GCG merupakan “suatu
konsep tentang tata kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat
melindungi pemegang saham dan kreditor agar dapat memperoleh kembali
investasinya.” 84
Menurut Adrian Sutedi ,Corporate governance dapat diartikan sebagai
“suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang
Saham/Pemilik modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan
nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

81

Nindy Pramono,Op.Cit, hal 87
Hasnati, Peranan Komite Audit Dalam Organ Perseroan Terbatas Dalam Kerangka Good
Corporate Governance, FH UI Press, Yogyakarta, 2004, hal 56
83
Mas Ahcmad Daniri, Op.Cit, hal 8
84
Ridwan khairandy dan Camellia Malik ,Op.Cit, hal 60
82

Universitas Sumatera Utara

kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan
nilai-nilai etika.” 85
Menurut Wahyudi Prakarsa GCG adalah “mekanisme administrative yang
mengatur hubungan-hubungan antara managemen perusahaan, komisaris, direksi,
pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan ( stakeholders ) yang lain.
Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk aturan permainan dan system
insentif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan
perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja yang
dihasilkan.” 86
Menurut Mohamad Fajri GCG merupakan “seperangkat sistem dan
struktur yang mengatur perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan
pemenuhan serta keseimbangan kepentingan stakeholder.” 87
Dari pengetian GCG di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa GCG dalam
perspektif sempit diartikan sebagai mekanisme administrasi yang mengatur
hubungan-hubungan antara manajemen, komisaris, direksi, pemegang saham dan
kelompok-kelompok kepentingan ( stakeholders ) yang lain. 88 Dalam hubungan ini,
diperlukan aspek-aspek kunci dalam GCG yang meliputi : 89
a.
b.
c.

Transparansi struktur korporasi dan operasi;
Akuntabilitas manajer, direksi dan komisaris kepada pemegang saham;dan
Tanggungjawab korporasi kepada karyawan, kreditor, pemasok, pelanggan,
komunitas lokal, dan kelompok-kelompok kepentingan yang lain.
Dalam persepktif yang luas GCG dalam pengertian sejauh mana

perusahaan telah dijalankan dengan cara yang terbuka dan jujur demi untuk
85

Adrian Sutedi ,Op.Cit. hal 1
Sedarmayanti , Op. Cit, hal 54
87
Mohammad Fajri dan Syarul OA, kisah-kisah GCG Pembelajaran Untuk Mewujudkan
GCG Yang Lebih Baik, (Jakarta: Trisakti Governance Center ,2012) hal 18-19
88
Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 177
89
Wahjudi Prakarsa, Corporate Governance; Suatu Keniscayaan, Jurnal Repormasi
Ekomoni, Vol.1 No.2, Oktober-Desember 2000
86

Universitas Sumatera Utara

mempertebal

kepercayaan

masyarakat

luas

terhadap

mekanisme

pasar,

meningkatkan efesiensi dalam alokasi sumber daya langka baik dalam skala
domestik maupun internasional, memperkuat struktur industri, dan akhirnya
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat luas. Dalam pengertian
ini aspek-aspek kunci dalam good corporate governance adalah pembangunan legal
dan regulatory framework demi tercapainya praktik-praktik good corporate
governance yang dapat membawa manfaat bagi perekonomian dan semua aspek
kehidupan masyarakat luas. 90
Dari pengertian good corporate governance tersebut di atas setelah
disesuaikan dengan kondisi Indonesia maka suatu corporate governance sekurangkurangnya meliputi objek-objek sebagai berikut :91
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Perlindungan stakeholder, seperti perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas, para pekerja , inverstor, konsumen, lingkungan dan masyarakat.
Meningkatkan kinerja perusahaan.
Mamajemen bisnis dan perusahaan yang efektif.
Pengawasan yang itensif terhadap jalannya perusahaan.
Hubungan yang baik dan optimal antara pemegang saham, direksi, komisaris
dan stakeholders lainnya.
Aturan dan panduan prilaku yang jelas antar pelaku perusahaan.
Fiduciary duties dari pengontrol perusahaan.
Proses dan struktur yang efektif dalam rangka mengelola perusahaan.
Pengambilan keputusan yang efektif dan efesien.
Mekanisme kerja yang baik dan pembagian tugas, hak dan tanggungjawab yang
seimbang antar pelaku perusahaan.
Sistem, hak, proses, pengendalian dan managemen yang baik dari perusahaan.
90
91

Ardian Sutedi, Op.Cit, hal 178
Mirsahardi Milaharta , Op.Cit, hal 36-41

Universitas Sumatera Utara

l.

Keterkaitan dan atau keterpisahaan antara kepemilikan perusahaan dengan
manajemen perusahaan.
GCG merupakan hal yang sangat penting karena GCG adalah aturan atau

ketentuan tentang bagaimana seharusnya pemilik modal, direksi dan dewan komisaris
bertindak dalam menjalankan perusahaan demi kesinambungan perusahaan tersebut
dan kepentingan semua pemangku kepentingan (stakeholder)
3. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance (GCG)
Penerapan prinsip good corporate governance dalam suatu perusahaan
mempunyai dua konsekuensi sebagai berikut :92
a.

Konsekuensi ekstern
Penerapan prinsip good corporate governance mempunyai pengaruh terhadap

lingkungan ekstern perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan haruslah bertindak dan
mengambil keputusan sedemikian rupa sehingga tidak ada stakeholders luar
perusahaan yang dirugikan. Karena itu, dalam menjalankan bisnisnya, suatu
perusahaan tidaklah boleh merugikan kepentingan pihak kreditur, maupun
masyarakat dan lingkungannya.
b.

Konsekuensi intern
Penerapan prinsip good corporate governance yang mempengaruhi lingkungan

intern perusahaan adalah pengaturan dan pengambilan keputusan perusahaan dengan

92

Munir Fuady , Op.Cit , hal 53

Universitas Sumatera Utara

mempertimbangkan kepentingan stakeholders dalam perusahaan. Dalam hal ini,
pelaksanaan bisnis dari perusahaan tersebut haruslah memperhatikan kepentingan
pihak pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas dan karyawan
perusahaan. Berbagai kepentingan pihak-pihak intern tersebut haruslah dilindungi
secara proposional, dimana yang satu tidak boleh merugikan pihak lainnya.
Pelaksanaan prinsip-prinsip good corporate governance bertujuan untuk : 93
a.

b.

c.

Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara
meningkatkan prinsip tranparansi, akuntabilitas, kewajaran, dan responsibilitas
agar perusahaan memiliki daya saing kuat, baik yang secara nasional maupun
internasional, serta menciptakan iklim yang mendukung investasi.
Mendorong pengelolaan perseroan secara professional, transparan dan efesien,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris,
direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
Mendorong agar pemegang saham, anggota dewankomisaris dan anggota direksi
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang
tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perudang-undangan yang berlaku serta
kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial perseroan terhadap pihak yang
berkepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar perseroan.

Manfaat GCG ada 2 secara teoritis dan khusus untuk korporasi. Manfaat GCG secara
teoritis adalah: 94
a.

b.

c.

Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang baik, meningkatkan efesiensi operasional perusahaan, serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid
( karena faktor kepercayaan ) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value.
Mengembalikan kepercayaan inverstor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
93

Sedarmayanti , Good Corporate Governance & Good Corporate Governance Edisi Revisi
(Bandung ;Mandar Maju, 2012), hal 61
94
Nindyo Pramono, Op.Cit, hal 84

Universitas Sumatera Utara

d.

Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholders dan dividen.

Manfaat good corporate governance bagi korporasi ; 95
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Memperbaiki komunikasi;
Minimalisasi pontesial benturan;
Fokus pada strategi utama;
Peningkatan dalam produktivitas dan efesiensi;
Kesinambungan manfaat ;
Promosi citra korporasi ;
Peningkatan kepuasan pelanggan;
Perolehan kepercayaan investor ;
Lebih mudah memperolah modal;
Biaya modal ( cost of capital ) yang lebih rendah;
Memperbaiki kinerja usaha;
Mempengaruhi harga saham;
Memperbaiki kinerja ekonomi.
B. Prinsip –Prinsip GCG
Prinsip-prinsip internasional mengenai corporate governance muncul dan

berkembang , prinsip-prinsip tersebut mencakup: 96
a.

b.

c.

Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya mengenai perusahan dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
Perlakukan sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi
yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan
saham oleh orang ( Insider trading ).
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan
kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan
95

Iman Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate
Governance (GCG), Jakarta : Harvarindo, 2002, hal 9
96
Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 7

Universitas Sumatera Utara

d.

e.

dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari
aspek keuangan.
Pengukapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai
semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para
pemegang kepentingan ( stakeholder)
Tanggung jawab pengurus dalam managemen, pengawasan manajemen serta
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)

menyebutkan bahwa GCG terdiri dari empat prinsip dasar atau code principles,
yaitu: 97
1. Keadilan atau Kewajaran (Fairness)
Unsur keadilan ( fairness ) dalam suatu corporate governance
menitikberatkan pada perlakuan yang sama antar atau terhadap semua stakeholders
misalnya perlakukan yang adil antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang
saham minoritas, atau kesetaraan diantara karyawan perusahaan, antara kreditur,
pelanggan, antara orang dalam (insider) dengan orang luar (outsider) perusahaan,
dan lain-lain. 98
Usaha mencapai unsur fairness bagi pemegang saham dalam suatu
perseroan terbatas dilakukan diantara lain dengan memberikan hak-hak tertentu

97

I Nyoman Tjager, Peralihan Hak Atas Saham Melalui Pemindahbukuan Untuk
Meningkatkan Efesiensi Dan Keamanan Transaksi Di Bursa Efek, Disertasi, Yogyakarta:UGM, 2003
Dalam Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hkum Bisnis Actual , ( Bandung:PT.Citra Adtya Bakti,2006),
hal 97
98
Munir Fuady, Op.Cit, hal 48

Universitas Sumatera Utara

kepada pemegang saham minoritas. Hak-hak pemegang saham minoritas tersebut
adalah: 99
a. Hak untuk meminta keterlibatan pengadilan
Sebagai pihak yang terganggu haknya, maka pihak pemegang saham
minoritas dapat mengajukan gugatan ke pengadilan untuk minta dipulihkan
haknya, baik berupa permohonan ke pengadilan, maupun berupa gugtan
(langsung atau tidak langsung), dalam bentuk gugtan pribadi, gugatan
derivative dan seyogianya juga gugatan kelompok.
b. Hak untuk melakukan pemeriksaan dokumen perusahaan
Pemegang saham minoritas memiliki hak meminta agar diberikan dokumen
perseroan tertentu kepadanya, seperti pembukuan perusahaan, laporan
tahunaan, neraca dan lain-lain.
c. Hak untuk mengusulkan dilaksanakannya RUPS
Pemegang saham minoritas juga mempunyai hak untuk mengusulkan agar
dilaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham jika dia beranggapan adanya
hal-hal yang penting untuk diputuskan oleh rapat.
d. Hak untuk mengusulkan agenda tertentu dalam RUPS
Disamping itu, pemegang saham minoritas seyogianya juga mempunyai
kewenangan untuk mengusulkan agenda tertentu sesuai kebutuhannya
untuk dimasukkan kedalam sala satu mata acara dalam RUPS.
e. Hak untuk minta pengadilan membububarkan perusahaan
Apabila keadaan perusahaan sudah sedemikan parahnya, atau ada
pertimbangan-pertimbangan lain, maka pemagang saham minoritas
mempunyai hak untuk mengusulkan kepengadilan untuk membubarkan
perusahaan tersebut.Terserah kepada pengadilan untuk mempertimbangkan
apakah tepat atau tidak terhadap pembubaran perusahaan tersebut.
f. Hak voting dalam sistem voting kumulatif
Dalam sistem voting yang kumulatif, bahkan pihak pemegang saham
minoritas mempunyai hak untukbmengusulkan satu atau lebih direksi dan
99

Ibid, hal 56 -58

Universitas Sumatera Utara

atau komisaris. Misalnya jika direksi tersebut terdiri dari 5 orang , maka
pemegang 20% saham dapat mengusulkan satu kandidat direksi dan atau
komisaris.
g. Hak berdasarkan kontrak antar pemegang saham
Pihak pemegang saham minoritas dapat juga membuat kontrak dengan
pemegang sahamlainnya sehingga pemegang saham minoritas mempunyai
kewenangan tertentu dalam perusahaan. Misalnya kontrak yang
menyatakan bahwa dividen harus dibagi setiap tahunnya sepanjang
perusahaan memperoleh untung.
h. Hak berdasarkan kontrak ikatan jual beli antar pemegang saham
Pihak pemegang saham minoritas dapat membuat kontrak ikatan jual beli
dimana dilakukan jual beli dengan syarat-syarat tertentu, wajib atau
optional, jika terjadi kejadian-kejadian tertentu, seperti meninggalkan
dunia, menjadi tidak cakap berbuat, atau semata-mata salah satu pihak akan
keluar dari perusahan bersangkutan.
i.

Hak berdasarkan voting trust
Hak dari beberapa pemegang saham untuk menyerahkan sahamnya untuk
diurus oleh pihak tertentu sebagai pemegang trust bersama-sama dengan
pemegang saham lainnya, sehingga kesatuan antar pemegang saham
minoritas tersebut sebagai suatu unit akan lebih mempunyai kewenangan
dan bargaining position.

j.

Hak berdasarkan proxy
Hak berdasarkan proxy dari pemegang saham minoritas adalah satu atau
lebih pemegang saham memberikan kuasa kepada pihak tertentu untuk
memungut suara dengan cara tertentu , sehingga pemegang kuasa yang
merupakan akumulasi dari beberapa pemegang saham tersebut akan
mempunyai kekuatan terhadap suatu voting dalam rapat umum pemegang
saham.

k. Hak appraisal
Pihak pemegang saham minoritas juga mempunyai hak untuk dibeli
sahamnya oleh perusahaan dengan harga yang pantas jika dia tidak setuju

Universitas Sumatera Utara

dengan tindakan tertentu dari perseroan, misalnya jika dia tidak setuju
terhadap tindakan merger yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Tujuan diberikannya hak-hak tertentu kepada pihak pemegang saham
minoritas tersebut, adalah untuk menjaga agar dapat terpenuhinya prinsip majority
rule minority protection ini sebagai suatu perwujudan dari prinsip fairness
karenanyanya hak-hak tersebut haruslah dilaksanakan dengan tidak menganggu
kepentingan pihak pemegang saham mayoritas, maupun kepentingan dari pihak
stakeholders lainnya. 100
2. Transparansi ( Transparency)
Unsur transparansi dalam suatu corporate governance yang dimaksudkan adalah
kepada pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas, dan pihak
stakeholder lainnya mesti diberikan informasi yang layak, akurat dan tepat waktu
tentang keadaan perusahaan dan hak-hak pihak pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas serta hak-hak para pekerja mesti diinformasikan dengan
baik sehingga mereka selalu sadar akan hak-haknya. Pengembangan unsur ini antara
lain dapat dilakukan dengan menyediakan laporan keuangan yang tersedia bagi
pemegang saham serta membangun suatu sistem teknologi informasi dan manajemen
informasi yang baik. Disamping itu, pendayagunaan fungsi corporate secretary juga
sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan transparansi perusahaan ini. 101

100
101

Ibid, hal 58
Ibid, hal 48

Universitas Sumatera Utara

Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada
stakeholder yang harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan.
Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor dalam kemampuannya
untuk membuat keputusan terhadap risiko dan keuntungan dari investasinya,
pengungkapan masalah yang khusus berhubungan dengan kompleksnya organisasi
dari kolongmerat. Kurangnya pernyataan keuangan yang menyeluruh menyulitkan
pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki utang yang
menumpuk dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan
membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai dan risiko dan
pertambahan dari perubahan modal (volatility of capital).102
Intinya perusahaan harus meningkatkan kualitas, kuantitas dan frekuensi dari
pelaporan keuangan. Pengurangan dari kegiatan curang seperti manipulasi laporan
(creative accounting ), pengakuan pajak yang salah dan penerapan dari prinsipprinsip pelaporan yang cacat, kesemuanya adalah masalah krusial untuk menyakinkan
bahwa pengelolaan perusahaan dapat dipertahankan ( sustainable ). Pelaksanaan
menyeluruh dengan syarat-syarat pemeriksaan dan pelaporan yang sesuai hukum
yang akan meningkatkan kejujuran dan pengungkapan (disclosure). 103
Standar yang dipakai dalam keterbukaan informasi dalam Perseroan Terbatas
adalah bagaimana menterjemahkan dan mengakselesari mitos Informed Layman ke

102
103

Adrian sutedi, Op.Cit , hal 10
Ibid

Universitas Sumatera Utara

dalam prinsip keterbukaan dalam perseroan. Doktrin Informed Layman yang berasal
dari dunia pasar modal mengajarkan bahwa standar utama tentang keterbukaan
informasi adalah bahwa informasi yang tersedia harus jelas dan dapat dibaca serta
dimegerti oleh orang biasa. Oleh karena itu prinsip transparansi merupakan salah satu
unsur pokok dalam penerapan GCG dalam suatu perusahaandan penerapan prinsip
GCG dalam suatu perusahaan sudah merupakan kebutuhan mutlak dalam suatu
praktik korporat yang modern. 104
Semua prinsip akuntansi yang berlaku umum dapat digunakan sepanjang tidak
menyalahi landasan konseptual dan kerangka dasar penyusunan laporan keuangan.
Bahkan, standar akuntansi dan pelaporan keuangan seperti IFRS dan United States
Generally Accepted Accounting Principles (US-GAAP) karena laporan keuangan
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh para stakeholder perseroan. Ada tujuh
kelompok pengguna informasi yang ada pada laporan keuangan yang merupakan
stakeholder perseroan. Ketujuh kelompok tersebut adalah: 105
a. Investor adalah para penanam modal atau investor yang berkepentingan
dengan resiko dan hasil investasi yang mereka lakukan.mereka akan
melakukan pemilihan atas alternative apakah mempertahankan investasi yang
telah dilakukan atau melepaskan. Biasanya para penanam modal sangat
memperhatikan informasi terkait dengan laba bersih perseroan karena akan
mempengaruhi deviden yang akan mereka peroleh.
b. Karyawan adalah para pekerja dan serikat pekerja berkepentingan dengan
berlangsungnya kontrak kerja mereka dengan perseroan serta kemungkinan
104

Munir Fuady , Op.Cit, hal 60
Marisi Purba , Aspek Akuntansi Undang-Undang Perseroan Terbatas Suatu Pembahasan
Kritis Atas Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Yogyakarta; Graha
Ilmu,2008) hal 18-20
105

Universitas Sumatera Utara

c.

d.

e.

f.

g.

mereka akan peroleh insentif selain upah atau gaji yang mereka peroleh
sebagai konsekuensi kinerja dan prestasi yang mereka capai.
Kreditur adalah para pemberi pinjaman atau fasilitas kredit berkepentingan
dengan kelangsungan hidup dan kemanpuan perseroan dalam melunasi pokok
hutang beserta bunganya.
Pemasok dan kreditur lainnya. Pada dasarnya para pemasok dan kreditur
memiliki keepentingan yang sama, yaitu apakah perseroan akan mampu
mempertahankan keberlangsungan hidupnya sehingga akan terdapat
keberlangsungan pasokan dan hubungan bisnis. Para pemasok juga tentunya
berharap Perseroan dapat melunasi hutangnya apabila perseroan melakukan
pembelian dengan kredit.
Pelanggan. Perjanjian jangka panjang dengan para pelanggan akan
mengakibatkan ketergantungan para pelanggan pada perseroan termasuk
keberlangsungan layanan pasca jual yang diberikan oleh perseroan jika ada.
Para pelanggan sangat berkepentingan dengan keberlanjutan hubungan bisnis
yang telah dilakukan.
Pemerintah. Salah satu pemasukan Negara yang paling besar adalah pajak.
Pemerintah tentunya sangat berkepentingan dengan adanya pajak dan potensi
pajak yang harus dibayar oleh perseroan. Pemerintah sebagai regulator juga
sangat berkepentingan terhadap masalah-masalah selain perpajakan, seperti
penyediaan lapangan kerja, ekspor dan impor yang dilakukan oleh perseroan
dan lain-lain.
Masyarakat. Masyarakat baik langsung maupun tidak langsung sangat
dipengaruhi oleh krberadaan perseroan. Keberlangsungan hidup perseroan
tentunya akan mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja dan berputarnya
roda perekomonian baik lokal maupun nasional.

3. Akuntabilitas ( Accountability )
Unsur akuntabilitas sebagaimana yang disyaratkan oleh prinsip good
corporate governance adalah tanggungjawab organ perusahaan dengan suatu
pengawasan yang efektif, yang dilakukan antara lain dengan meningkatan kejelasan
perhitungan laba rugi perusahaan yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan
prinsip akuntansi modern, adanya laporan tahunan yang transparan dan tepat waktu,

Universitas Sumatera Utara

pendayagunaan semaksimal mungkin lembaga-lembaga pengawasan internal,
termasuk pendayagunaan lembaga komisaris dan komite audit, serta jika perlu
mengangkat

auditor

independen,

komisaris

independen,

bahkan

direktur

independen. 106 Dengan prinsip akuntabilitas ini, keterbukaan informasi khususnya
yang berkenaan dengan keadaan keuangan sangat penting artinya dalam suatu
perusahaan. Untuk dapat dilakukan transparansi terhadap keadaan financial
perusahaan tersebut perhitungan keuangan, pembuatan neraca laba rugi dan
pembukuan haruslah menuruti cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan. 107
Banyak perusahaan di Asia dikontrol oleh kelompok kecil pemegang saham
atau oleh pemilik keluarga ( Family-owned ). Hal ini menimbulkan masalah dalam
mempertahankan objektivitas dan pengungkapan yang memadai ( Adequate
disclosure). Sepertinya pengelolaan perusahaan didasarkan pada pembagian
kekuasaan diantara manager perusahaan, yang bertanggungjawab pada pengoperasian
setiap harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksi. Dewan
dereksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan ( oversight ) dengan pengawasan. Di
banyak perusahaan, manajemen perusahaan duduk dalam dewan pengurus, sehingga
terdapat kurangnya accountability dan berpotensi untuk timbulnya konflik
kepentingan. Komplikasi tambahan berulangnya kesenjangan ( lack ) dalam laporan
komisi pemeriksaan keuangan ( audit committee reporting ) kepada dewan dan lemah
atau tidak efektifnya sistem kontrol internal. Dalam kasus demikian, hasil akhirnya
106
107

Munir Faudy , Op.Cit. hal 48
Ibid , hal 72

Universitas Sumatera Utara

(net result ) adalah seperti integritas manajemen yang rendah, etika bisnis yang buruk
dan aturan kekuatan daripada aturan hukum. 108 Itu sebabnya prinsip mengenai
tanggung jawab manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan
kekuasaan antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor,
merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan
pemegang saham 109sangat penting untuk diterapkan.
4. Tanggung Jawab ( Responsibility)
Unsur responsibility adalah perusahaan haruslah berpegang kepada hukum
yang berlaku dan melakukan kegiatan dengan bertanggungjawab kepada seluruh
stakeholder dan kepada masyarakat, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan pada stakeholder maupun masyarakat. 110
Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan
kerja sama aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam memciptakan
kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. 111 Prinsip
ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi
logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya tanggung jawab sosial;
menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi profesional dan menjujung tinggi

108

Adrian Sutedi, Op.Cit, hal 11-12
Sedarmayanti , Good Governance & Good Corporate Governance ,(Bandung: Mandar
Maju, 2007), hal 56
110
Munir Faudy, Op.Cit, hal 48
111
Sedarmayanti , Op.Cit, hal 56
109

Universitas Sumatera Utara

etika; memelihara lingkungan bisnis yang sehat. 112 Yang ditekankan prinsip
responsibilitas adalah perusahaan haruslah berpengang kepada hukum yang berlaku
dan melakukan kegiatan dengan bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder dan
kepada masyarakat, dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan para
stakeholder maupun masyarakat tersebut.Untuk dapat mencapai sasaran dari prinsip
reponsibilitas tersebut sangat diperlukan tanggung jawab, termasuk kejelasan
tanggung jawab antar organ perusahaan atau tanggung jawab korporasi dengan
tanggung jawab individu. 113
C. Kerangka hukum GCG di Indonesia
1. Kerangka hukum GCG di BUMN
Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 114
BUMN di Indonesia terdiri dari ;
1.

2.

Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh
atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 115
Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu

112

I Nyoman Tjager, Corporate tantangan dan kesempatan bagi komunitas bisnis Indonesia,
(Jakarta;Prehallindo), 2003
113
Munir Fuady, Op.Cit, hal 79
114
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN
115
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN

Universitas Sumatera Utara

3.

tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan. 116
Perusahaan jawatan (Perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal
yang berasal dari negara. Saat ini hanya TVRI yang merupakan satu-satunya
perjan yang dimiliki oleh BUMN. Besarnya modal perjan ditetapkan melalui
APBN. 117
Dengan mengelola berbagai produksi BUMN, pemerintah mempunyai tujuan

untuk mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan swasta
yang kuat. Karena, apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang
memenuhi hajat hidup orang banyak, maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang
akan menjadi korban sebagai akibat dari tingkat harga yang cenderung meningkat.118
Supaya kekayaan Negara yang dijadikan modal pada perseroan dan atau
Perum serta perseroan terbatas lainnya maka prinsip-prinsip GCG sangat penting
untuk diterapkan dalam BUMN. Pasal 5 ayat 3 dan pasal 6 ayat 3 Undang-undang
BUMN mengatur bahwa dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi, Komisaris
dan Dewan Pengawas harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan
perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme,
efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta
kewajaran. Pasal 20 Undang-Undang BUMN mengatur dibentuknya sekretaris
Perusahaan dan Pasal 70 Undang-Undang BUMN mewajibkan dibentuknya komite
audit untuk menunjang tugas direksi dan dewan komisaris.

116
117

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara, diakses pada tanggal 10 agustus

2013
118

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Untuk melaksanakan prinsip GCG pada Perusahaan BUMN , maka Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor ; Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan ( good corporate governance ) pada Badan Usaha Milik Negara yang
menyatakan bahwa BUMN wajib menerapkan peraturan GCG secara konsisten dan
berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tepat
memperhatikan ketentuan, dan norma yang berlaku bagi BUMN dan anggaran dasar
BUMN. Peraturan Menteri ini mengatur prinsip-prinsip GCG meliputi:
1.

Transparansi meliputi dewan komisaris/dewan pengawas wajib menyampaikan
laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku
yang baru lampau kepada RUPS/Menteri (Pasal 12 ayat 6), dewan
komisaris/dewan pengawas melaporkan BUMN mengenai kepemilikan saham
dan atau keluarganya pada BUMN yang bersangkutan dan perusahaan lain,
termasuk setiap perubahannya (Pasal 12 ayat 9 dan Pasal 19 ayat 4). BUMN
wajib mengungkapkan informasi penting dalam laporan tahunan dan laporan
keuangan BUMN sesuai dengan peraturan perundang-undangan secara tepat
waktu, akurat, jelas dan obyektif serta menyediakan fasilitas untuk akses
informasi mengenai BUMN (Pasal 32 dan Pasal 34.

2.

Pasal 22 ayat 1 mengatur syarat akutabilitas, keterbukaan dan tertib administrasi
maka direksi wajib :

Universitas Sumatera Utara

a.

Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat

b.

Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan perusahaan;

c.

Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perusahaan dan
dokumen lainnya;

d.

Menyimpan ditempat kedudukan perusahaan, seluruh daftar , risalah,
dokumen keuangan perusahan dan dokumen lainnya.

3.

Prinsip kewajaran meliputi setiap pemegang saham memiliki saham dengan
klarifikasi yang sama diperlakukan setara dan dilindungi ( Pasal 5 dan Pasal 10)
serta pemegang saham berhak memeriksa daftar pemegang saham, daftar
khusus, risalah RUPS dan laporan tahunan serta mendapat salinan risalah RUPS
dan salinan laporan tahunan (Pasal 22 ayat 2). Untuk karyawan dan calon
karyawan BUMN kesempatan kerja yang sama serta menjamin tersedianya
lingkungan kerja yang bebas dari segala bentuk tekanan (pelecehan) yang
mungkin timbul sebagai akibat perbedaan watak, keadaan pribadi, dan latar
belakang kebudayaan seseorang (Pasal 36 dan Pasal 37) .

4.

Prinsip kemandirian tugas dan fungsi direksi dan dewan komisaris/ dewan
pengawas yang tidak dapat didominasi/dicampuri oleh organ perseroan dan
dewan komisaris wajib membentuk komite audit untuk menunjang fungsi
dewan komisaris Pasal 12 ,Pasal 18, Pasal 19.

Universitas Sumatera Utara

5.

Prinsip tanggungjawab meliputi keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan
serta menghormati hak-hak pemangku kepentingan (Pasal 36 dan Pasal 38) dan
wajib menyelengaragan fungsi sekretaris perusahaan (Pasal 29).

Prinsip-prinsip GCG tidak hanya termuat dalam UU BUMN dan Peraturan Menteri
saja akan tetapi juga tercermin dalam code of conduct di perusahaan BUMN dimana
dalam code of conduct tersebut berisi “Kumpulan prinsip, nilai, standar, atau aturan
berperilaku yang menuntun keputusan, prosedur dan sitem dari sebuah organisasi,
untuk (a) Memberi kontribusi bagi kesejahteraan para pemangku kepentingan; dan (b)
Menghargai hak-hak dari setiap pihak yang terkena dampak dari pengoperasi
perusahaan” Dalam konteks yang lebih luas, CoC menjadi sebuah strategi untuk
mencari jalan keluar atas permasalahan yang muncul terkait dengan praktik bisnis
yang sarat dengan aspek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) baik pada level
individu, organisasi, masyarakat maupun perundang-undangan. Jadi code of conduct
dapat dikatakan sebagai sebuah perangkat ( tool ) dan panduan bagi penerapan
praktik bisnis yang beretika. 119 Yang bertujuan terciptanya GCG dalam perusahaan
BUMN

2.

Kerangka hukum GCG di Perbankan
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap Negara.

Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan,
119

http://www. pedoman penyusunan code of conduct ( tata etika dan perilaku usaha),diakses
tanggal 1 September 2013

Universitas Sumatera Utara

badan-badan usaha swasta, badan usaha milik Negara, bahkan lembaga-lembaga
pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan
dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta
melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian, 120
karena bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang
di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dilalu lintas pembayaran dan
peredaran uang 121, maka GCG sangat penting diterapkan untuk melindungi semua
pemangku kepentingan.
Kegiatan yang sangat berisiko dapat membuat kepercayaan masyarakat
hilang. Kepercayaan masyarakat merupakan kata kunci utama bagi berkembang atau
tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat suatu bank
tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya. 122 Oleh sebab itu, UndangUndang Perbankan mengatur ketentuan bahwa bank sebagai lembaga keuangan
dalam melakukan kegiatannya harus menerapankan prinsip kehati-hatian. Pasal 2
Undang-Undang Perbankan mengemukakan bahwa, perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian, walaupun tidak ada penjelasannya secara resmi, tetapi kita dapat
mengemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama
dalam membuat kebijaksanan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan

120

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,(Jakarta:Kencana,2009),hal 7
Ibid, hal 7-8
122
Ibid, hal 19-20
121

Universitas Sumatera Utara

tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesional
sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. 123 Undang-Undang perbankan,
secara prinsip juga mengatur aspek GCG, seperti governance structure, governance
process, dan governance outcome. Governance structure yang terdiri atas: 124
1.

2.

3.

Peningkatan kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji
kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali,dewan
komisaris, direksi dan pejabat eksekutif bank dalam kegiatan pengelolaan bank.
Independesi manajemen bank, dimana para anggota dewan komisaris dan direksi
tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan financial
dengan dewan komisaris dan direksi atau menjadi pemegang saham pengendali
di perusahaan lain;
Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank diwajibkan
untuk menunjuk direksi kepatuhan yang bertanggung jawab atas kepatuhan bank
terhadap regulasi yang ada;
Governance process terdiri atas manajemen risiko dan pengendalian internal.

Implementasi manajemen risiko mewajibkan bank untuk menerapkan namajemen
risiko. Dan governance outcome, Bank Indonesia juga mengeluarkan beberapa
peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi keuangan bank dan peningkatan
peran auditor eksternal. Bank diwajibkan untuk mengungkapkan non-performing
loan, pemegang pengendali dan afiliasinya, serta praktik manajemen risiko dalam
pelaporan keuangan. 125

123

Ibid , hal 18-19
Mas Achmad Daniri,” Reformasi Corporate Governance Di Indonesia”, Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 24, No 3, Tahun 2005, Hal 23
125
Mas Achmad Daniri, Loc.Cit
124

Universitas Sumatera Utara

Untuk memberikan perlindungan hukum kepada kepentingan nasabah
penyimpan dan simpanannya maka Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan telah mengatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
1.

Pasal 29 ayat 2 yang menyatakan bahwa bank wajib memelihara tingkat
kesehatan bank dan bank wajib melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan
prinsip kehati-hatian;

2.

Pasal 29 ayat 3 mengemukan bahwa bank dalam memberikan kredit wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank;

3.

Pasal 29 ayat 4 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan informasi
mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi
nasabah yang dilakukan melalui bank;

4.

Pasal 11 ayat (1), ayat(2), ayat (3) dan ayat 5 menyatakan bahwa bank
Indonesia menetapkan batas minimum pemberian kredit dimana tidak boleh
melebih 30 % dari modal bank, untuk pihak yang terkait adalah sebesar 20 %
dari modal sedangkan untuk peminjam yang terkait adalah sebesar 10% dari
modal dan pelaksanaan kegiatan tersebut wajib dilaporkan sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh bank indonesia;

5.

Pasal 34 dan pasal 35 mengemukakan bahwa bank wajib mengumumkan neraca
dan perhitungan laba rugi sesuai ketetapan bank Indonesia dan bank wajib
melaporkannya setelah diaudit terlebih dahulu oleh akuntan publik;

Universitas Sumatera Utara

6.

Pasal 37 mengemukakan bahwa setiap bank wajib menjamin dana masyarakat
yang disimpan pada bank yang bersangkutan, dan untuk menjamin simpanan
masayarakat maka dibentuk lembaga penjamin simpanan
Untuk melaksanakan prinsip GCG pada Perbankan, maka Bank Indonesia

juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30
Januari 2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum
yang menyatakan bahwa Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi. Pasal 2 PBI menyatakan Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance sekurang-kurangnya diwujudkan dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi Pasal 4 dan
Pasal 8, Pasal 19 dan Pasal 25;
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja
yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank Pasal 38 s/d Pasal 46;
c. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal Pasal 49 s/d
Pasal 52;
d. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern Pasal 53;
e. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar Pasal 54 dan
Pasal 55;
f. Rencana strategis Bank Pasal 56;
g. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank Pasal 57 PBI.
Pasal 61 PBI menyatakan bahwa:
Bank wajib menyusun laporan pelaksanaan Good Corporate Governance pada setiap
akhir tahun buku. Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), paling kurang meliputi:
a. cakupan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) dan hasil penilaian (self assesment) atas pelaksanaan Good Corporate
Governance Bank;
b. kepemilikan saham anggota dewan Komisaris serta hubungan keuangan dan
hubungan keluarga anggota dewan Komisaris dengan anggota dewan

Universitas Sumatera Utara

c.

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Komisaris lain, anggota Direksi dan/atau pemegang saham Bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17;
kepemilikan saham anggota Direksi serta hubungan keuangan dan hubungan
keluarga anggota Direksi dengan anggota dewan Komisaris, anggota Direksi
lain dan/atau pemegang saham Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36;
paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi dewan Komisaris serta
Direksi;
shares option yang dimiliki Komisaris, Direksi, dan Pejabat Eksekutif;
rasio gaji tertinggi dan gaji terendah;
frekuensi rapat dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
jumlah penyimpangan (internal fraud) yang terjadi dan upaya penyelesaian
oleh Bank;
jumlah permasalahan hukum dan upaya penyelesaian oleh Bank;
transaksi yang mengandung benturan kepentingan;
buy back shares dan/atau buy back obligasi Bank; dan
pemberian dana untuk kegiatan sosial dan kegiatan politik, baik nominal
maupun penerima dana.
Pasal 62 mewajibkan Bank untuk menyampaikan laporan pelaksanaan Good

Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 kepada pemegang
saham dan kepada:
a. Bank Indonesia;
b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI);
c. Lembaga pemeringkat di Indonesia;
d. Asosiasi-asosiasi Bank di Indonesia;
e. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI);
f. 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan;
g. 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan, paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun
buku berakhir.
(2) Bagi Bank yang telah memiliki homepage wajib menginformasikan laporan
pelaksanaan Good Corporate Governance sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada
homepage Bank paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku berakhir.

3.

Kerangka hukum GCG di Pasar Modal
Undang-Undan