Analisis Penderivasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap perusahaan ingin kegiatan usahanya berjalan dengan baik, terus
berkembang serta tetap eksis di era globalisasi. Hal itu tidak terwujud dengan
sendirinya akan tetapi diperlukan suatu tata kelola yang baik yang diterapkan dalam
perusahaan tersebut.Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses
dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan
dan etika berusaha. 1
Menurut Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, GCG secara defenitif
merupakan

“sistem yang

mengatur

dan


mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah ( value added ) untuk semua stakeholder”. Konsep GCG di
Indonesia dapat diartikan sebagai konsep pengelolaan perusahaan yang baik. Dua hal
yang ditekankan dalam konsep GCG tersebut. Pertama, pentingnya hak pemegang
saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya .
Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara

1

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01 /MBU/2011
Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)

Universitas Sumatera Utara

akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder. 2
Stakeholder merupakan setiap pihak yang memiliki kepentingan dengan
kinerja perusahaan, secara teoritis stakeholder dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 3
1. Primary stakeholder yaitu para pemegang saham, investor, karyawan dan

manager, supplier rekan bisnis dan masyarakat.
2. Secondary stakeholder yaitu pemerintahan, institusi bisnis, kelompok sosial
kemasyarakatan, akademis dan pesaing.
Penjelasan Pasal 7 ayat 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) menyebutkan yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan”
adalah kejaksaan untuk kepentingan umum, pemegang saham, direksi, dewan
komisaris,

karyawan

perseroan,

kreditor,

dan/atau

pemangku

kepentingan


(stakeholder) lainnya. 4
Penerapan GCG merupakan hal yang sangat penting karena krisis ekomoni
yang pertama kali menimpa kawasan Asia pada pertengahan tahun 1997
menimbulkan dampak yang besar bagi Indonesia, khususnya pada bulan Agustus
tahun 1997 yang mana Rupiah Indonesia kehilangan nilai 27 % ( dua puluh tujuh
2

Ridwan Khairandy dan Camellia Malik, “Good Corporate Governance”,Perkembangan
Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif hukum, (Yogyakarta:PT. Total Media
Yogyakarta,2007), hal. 73.
3
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas,(Bandung:CV Utomo,2005 ),hal
52.
4
Pasal 7 angka 6 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Universitas Sumatera Utara

persen ) atas U$ dolar dan titik terendah terjadi pada tahun 1998. Krisis ini
membawa dampak buruk bagi kegiatan bisnis di Indonesia. 5 Para pengamat ekonomi

menyatakan bahwa krisis itu terjadi karena adanya pola praktik corporate
governance yang buruk di Negara-Negara Asia khususnya Indonesia. 6
Agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali dan menghindari terjadinya
tindakan-tindakan kecurangan dan skandal dalam perusahaan, serta dapat membantu
perusahaan keluar dari krisis ekonomi dan bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan
Indonesia yang harus menghadapi arus globalisasi, mengikuti perkembangan
ekonomi global dan pasar dunia yang kompetitif 7, maka perusahaan-perusahaan
yang ada di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip GCG karena penerapan
GCG membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus, lebih jelas dalam
pembagian tugas, tanggung jawab, serta pengawasannya. GCG memiliki andil besar
dalam meningkatkan performa perusahaan secara keseluruhan. 8
Penerapan GCG yang tepat merupakan modal utama perusahaan untuk
mendapat kepercayaan dari nasabah, investor, calon investor, dan stakeholder
lainnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip GCG harus dicapai dengan standar yang
5

Benny S.Tabalujan, “Why Indonesia Corporate Governance Failed-Conjectures Concerning
Legal Culture”, Columbia Journal of Asian Law, Volume 15, Spring 2002, hal .143. Dalam Ridwan
Khairandy dan Camellia Malik, “Good Corporate Governance”,Perkembangan Pemikiran dan
Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif hukum, (Yogyakarta:PT. Total Media

Yogyakarta,2007), hal. 8
6
David C. Kang, “The Impact of Enron on Asian Business”, Vermont Law Review, Volume
27, Summer 2003, hal, 909. Dalam Ridwan Khairandy dan Camellia Malik, “Good Corporate
Governance”,Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif hukum,
(Yogyakarta:PT. Total Media Yogyakarta,2007), hal.8
7
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik , Op.Cit, hal 12
8
Ibid ,hal. 140.

Universitas Sumatera Utara

tinggi untuk mendukung tujuan bisnis, baik pertumbuhan usaha, profitabilitas, nilai
tambah untuk stakeholders, serta meningkatkan kemampuan agar kelangsungan
usaha jangka panjang dapat tercapai. 9
Selain itu penerapan prinsip GCG dalam suatu perusahaan sendiri mempunyai
tujuan-tujuan strategis. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :10
1. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
2. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efesien.

3. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggungjawab dari organ perusahaan
demi menjaga kepentingan shareholders dan stakeholders perusahaan.
4. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan khususnya perusahaan-perusahaan
pemerintah terhadap perekonomian nasional.
5. Meningkatkan investasi nasional.
6. Mensukseskan program privatisasai perusahaan-perusahaan pemerintah.
Good Corporate Governace merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan
yang mencerminkan hubungan yang sinergi antara manajemen dan pemegang
saham, kreditor, pemerintah, supplier dan stakeholder lainnya. 11 Prinsip-prinsip
GCG terdiri dari keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
tanggung jawab (responsibility), kemandirian (independence), kewajaran (fairness).
Pada tahun 1999, perumusan kebijakan corporate governance secara nasional
ditandai dengan pembentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG). Pembentukan itu didasarkan pada Keputusan Menko Ekuin No.
Kep/31/M.EKIUN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun
9

Ibid
Munir Fuady, Op. Cit, hal .57.
11

Nindyo Pramono, Bunga Ramapai Hkum Bisnis Aktual ,(Bandung ;PT Citra Aditya,2006),
10

hal. 87 .

Universitas Sumatera Utara

rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau
perbaikan di bidang Corporate Governance di Indonesia. Melalui KNKCG muncul
pertama kali Pedoman Umum GCG di tahun 2001. Komite tersebut kemudian
berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui Surat
Keputusan Menko bidang Perekonomian KEP 49/M.EKON/11/2004.
Pada tahun 2006 KNKG menyempurnakan Pedoman CG yang telah di
terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman GCG
yang diterbitkan pada 31 Maret 2001, hal-hal yang dapat digunakan oleh korporasi
dalam mengembangkan corporate governance, berisi : 12
1. Hak dan tanggung jawab pemegang saham.
2. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan komisaris.
3. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan deriksi.
4. Sistem audit termasuk peran auditor eksternal dan komite audit.

5. Fungsi, tugas dan kewajiban sekretaris perusahaan.
6. Hak stakeholders, dan akses kepada informasi yang relevan.
7. Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat.
8. Kewajiban para komisaris dan direksi untuk menjaga kerahasiaan.
9. Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam.
10. Etika berusaha.
11. Ketidakpatutan pemberian donasi politik.
12. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi kesehatan,
keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan.
13. Kesempatan kerja yang sama bagi para karyawan.
Hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum GCG tahun 2006 adalah :

13

1. Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan masyarakat)
dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan GCG.
12

Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance ( Bandung:Mandar
Maju, 2007) ,hal .63.

13
Gusti
Amri
:
Good
Corporate
Governance
Indonesia
http://gustiphd.blogspot.com/2011/10/sejareh-lahir-gcg-dan-perkembangannya.html, diakses tanggal
26 April 2013

Universitas Sumatera Utara

2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.
3. Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan komisaris
(komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan remunerasi, komite
kebijakan corporate governance);
4. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam
kerangka penerapan GCG yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian
internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial;

5. Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang
saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk
dan jasa.;
6. Pernyataan tentang penerapan GCG;
7. Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;
Komite Nasional Kebijakan Governance mengeluarkan pedoman umum GCG
sebagai pedoman untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat di Indonesia
dan menjadi bagian dari upaya penegakan good governance yang sedang
dilaksanakan oleh pemerintah. Pedoman ini menjelaskan langkah-langkah yang perlu
ditempuh untuk menciptakan situasi check and balance, menegakkan transparansi dan
akuntabilitas serta merealisasikan tanggung jawab sosial untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang komprehensif bagi
penerapan GCG di masing-masing perusahaan. 14
Menurut Achmad Daniri penerapan good corporate governance ( GCG )
dapat didorong dari dua sisi yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika ( ethical
driven ) datang dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan
kegiatan usaha yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan
stakeholders , menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain,

14


Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Good Corporate Governance 2006,
(Jakarta :KNKG , 2006), hal i – ii.

Universitas Sumatera Utara

dorongan dari peraturan ( regulatory driven ) “ memaksa” perusahaan untuk patuh
terhadap perundang-undangan yang berlaku. 15
Prinsip-prinsip GCG diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal , Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan, Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 Tentang BUMN, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Akan tetapi dalam tesis ini difokuskan GCG dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara seharusnya menerapakan prinsipprinsip GCG berdasarkan peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/M-MBU/2011
pada tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan praktik GCG pada Badan Usaha
Milik Negara yang memuat hal-hal sebagai berikut : 16
1. BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan ketentuan,
dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN.
2. Dalam rangka penerapan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi
menyusun GCG manual yang diantaranya dapat memuat board manual,
manajemen risiko manual, sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern,
mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMN yang
bersangkutan, tata kelola teknologi informasi, dan pedoman perilaku etika (code
of conduct).
3. Prinsip-prinsip GCG meliputi tranparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, dan kewajaran.

15

Ibid, hal ii
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01 /MBU/2011
Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
16

Universitas Sumatera Utara

Demikan juga Perbankan seharusnya menerapkan prinsip-prinsip GCG
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang memuat hal-hal sebagai berikut
: 17
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing.
2. Bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam
setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
3. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness).Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang harus diwujudkan dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi;
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
c. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
d. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern;
e. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar;
f. Rencana strategis Bank;
g. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank.
Pelaksanaan Good Corporate Governance belum sepenuhnya dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan Di Indonesia. Pada tahun 2010, CLSA Asia-Pasific-Markets
berkolaborasi bersama Asian Corporate Governance Association(ACGA) melakukan
riset mengenai pelaksanaan GCG terhadap sebelas negara di Asia. Hasilnya,
Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari sebelas negara yang disurvei
pelaksanaan GCG. Hal ini terlihat dari skor yang diperoleh masing-masing Negara

17

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum

Universitas Sumatera Utara

yaitu Singapura mendapat skor 67%, Hongkong mendapat skor 65%, jepang
mendapat skor 57%, sedangkan Taiwan dan Thailand memperoleh skor yang sama
yaitu 55 %, selanjutnya Malaysia memperoleh skor 52%, India dan Cina memperoleh
skor yang sama yaitu 49%, urutan selanjutnya ditempati oleh Korea dengan skor 45%
dan pada posisi 10 ditempati oleh Indonesia dengan skor 40% dan posisi terakhir
ditempati oleh Philippines dengan skor 37% dari standar nilai internasional yang
ditetapkan sebesar 80%. 18
Prinsip-prinsip GCG sangat penting untuk dimuat sebagai aturan hukum
dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 karena kerangka hukum pokok yang
dijadikan landasan untuk mengatur badan usaha Perseroan Terbatas adalah UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

19

dan untuk menciptakan

iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga untuk menjaga fairness serta
mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas
dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas bahkan
kepentingan para stakeholder lainnya 20, akan tetapi berdasarkan survey bahwa
Negara Indonesia menempati peringkat kedua terendah dari sebelas negara dalam hal
pelaksanaan GCG hal ini dapat diasumsikan bahwa belum semua prinsip-prinsip
GCG terderivasi dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
18

http: www.acga-asia.org. diakses tanggal 30 April 2013

19

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik , Op. Cit, hal 133
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan, (Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia,2004), hal 50.
20

Universitas Sumatera Utara

Hal ini yang menyebabkan dilakukannya penelitian untuk mengetahui apakah
prinsip-prinsip GCG terderivasi dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, sehingga judul dalam tesis ini: “Analisis
Penderivasian Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
B. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas selanjutnya dapat
dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.

Bagaimanakah penjabaran prinsip-prinsip GCG dalam Code of Good Corporate
Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance ?

2.

Bagaimanakah penderivasian prinsip-prinsip GCG tersebut dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?

3.

Apa saja prinsip-prinsip GCG yang belum cukup terderivasi dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas?

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui penjabaran prinsip-prinsip GCG dalam Code of Good
Corporate Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance.

Universitas Sumatera Utara

2.

Untuk mengetahui penderivasian prinsip-prinsip GCG tersebut dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3.

Untuk mengetahui Prinsip-prinsip GCG yang belum diterapkan dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas.

D. Manfaat penelitian
Manfaat Penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara teoritis
Dapat memberi informasi, kontribusi, pemikiran dan mengetahui perkembangan
prinsip GCG sebagai tata kelola perusahan yang baik terkait dengan pengaturan tata
kelola perusahaan dalam UUPT untuk diketahui organ perusahan dalam mengelola
perusahaan sehingga diharapkan tesis ini dapat memperkaya perbendaharaan dalam
koleksi karya ilmiah yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang baik.
2. Secara praktis
Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai prinsip-prinsip GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance yang diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yaitu:
a. Bagi Organ Perusahaan ( Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan
Komisaris ) : sebagai organ perusahaan dalam menjalankan pengurusan dan
pengelolaan perusahaan maka organ perusahaan harus mengetahui prinsip-prinsip

Universitas Sumatera Utara

GCG yang diterapkan dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas .
b. Bagi Investor : dapat menginvestasikan modal/ hartanya kepada perusahaan yang
telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dilihat dari ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
c. Bagi Pemerintah : untuk segara memperbaiki regulasi tentang tata kelola yang
baik (GCG) agar dapat dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang ada di
Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan khususnya pada
lingkungan perpustakaan program pasca sarjana Universitas Sumatera Utara yang
dilakukan penelitian yang berjudul : Analisis penderivasian prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas, ini belum pernah dilakukan baik dalam judul maupun
permasalahan yang sama, walaupun sudah ada beberapa judul penelitian tentang
Good Corporate Governance (GCG) akan tetapi jika dilihat dari rumusan masalah
yang dibahas jelas tampak perbedaannya antara lain:
1. Nilawaty ( 087005114/HK ) dengan judul “Perbandingan Pengaturan tentang
CSR di Negara Cina dalam upaya perwujudan prinsip Good Corporate
Governance di Indonesia” , dengan permasalahan :

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimanakah perbandingan pengaturan Corporate Social Responsibility
antara negara Cina dan Indonesia dalam mewujudkan Good Corporate
Governance?
2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pengaturan
Corporate Social Responsibility di Indonesia dalam upaya pemenuhan
Good Corporate Governance untuk mewujudkan sustainable
development?

2. Marisi ( 087005130/HK ) dengan judul “ Penerapan Prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) dalam Proses
Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan BUMN Perkebunan (studi pada PT.
Perkebunan Nusantara III Persero”, dengan rumusan permasalahan :
1. Bagaimana pengaturan pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Persero ?
2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG),
khususnya prinsip keterbukaan (transparancy) dalam peraturan
perundang-undangan terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa di
lingkungan BUMN ?
3. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG),
khususnya prinsip keterbukaan (transparancy) dalam proses pengadaan
barang dan/atau jasa di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) ?

3. Darwin Nasution ( 107005036/HK ) dengan judul “Analisis Hukum
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance )
pada Badan Usaha Milik Daerah” , dengan rumusan permasalahan :
1. Bagaimana pengaturan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah?
2. Bagaimana prinsip-prinsip Good Corporate Governance diterapkan pada
aturan-aturan pengelolaan BUMD?
3. Bagaimana pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk
diterapkan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara?

Universitas Sumatera Utara

4. Lesly Saviera (107005039/HK) dengan judul “Penerapan prinsip Good
Corporate Governance dalam Kebijakan Corporate Social Responsibility
(CSR)

Perusahaan

Terhadap

lingkungan

Hidup

terkait

konvensi

Internasional” , dengan rumusan permasalahan :
1. Bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?
2. Bagaimana konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud
prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas?
3. Bagaimana prinsip sustainable development mendasari konsep CSR di
tingkat internasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan prinsip-prinsip GCG dalam
code of good corporate governance yang dikeluarkan KNKG dengan prinsip-prinsip
GCG dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 sehingga mengetahui prinsipprinsip GCG apa yang telah terderivasi dan yang tidak dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Oleh karenanya penelitian ini
dapat

dikategorikan sebagai penelitian yang baru dan keasliannya dapat

dipertanggungjawabankan karena dilakukan dengan nuansa keilmuan, kejujuran,
rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan
akademis.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Pembahasan dalam penelitian ini adalah meneliti penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang telah dikeluarkan oleh Komite Nasional

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 maka teori
yang digunakan adalah teori tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate
Governance ). Ada dua teori utama yang berkaitan dengan corporate governance.
Kedua teori itu adalah Stewardship Theory dan Agency Theory. 21 Stewardship Theory
dan Agency Theory merupakan landasan moral teoritis yang paling berpengaruh
terhadap struktur corporate governance berbagai perusahaan di seluruh dunia 22
karena teori-teori ini dapat membantu untuk memahami berbagai model dan karakter
interaksi antara fungsi pengawasan, pengelolaan dan kepemilikan dalam suatu
korporasi. 23 Keduanya mengandung konsep perwakilan. 24
Stewardship Theory dibangun diatas philosophi mengenai sifat manusia yang
pada hakikatnya dapat dipercaya (fiduciary), mampu bertindak dengan penuh
tanggungjawab, memiliki integritas dan jujur terhadap orang lain. 25 Fidusia
(fiduciary) yang dalam bahasa latin dikenal sebagai fiduciaries bermakna
kepercayaan. Secara teknis istilah dimaknai sebagai “memegang sesuatu dalam
kepercayaan atau seseorang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk
kepentingan orang”. Seseorang memiliki tugas fiduciary manakala ia memiliki
kapasitas fiduciary. Seseorang dikatakan memiliki kapasitas fiduaciary jika bisnis
yang ditransaksikannya, harta benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk
21

Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance konsep dan penerapannya dalam
konteks Indonesia, , (Jakarta: PT. Ray Indonesia ,2006), hal 5
22
Mas Achmad Daniri, Loc.Cit
23
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Op.Cit, hal 3
24
Purwosutjipto, HMN. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Bentuk-Bentuk
Korporasi,( Jakarta: Djambatan,2007), hal 148
25
Mas Achmad Daniri, Op. Cit , hal 5.

Universitas Sumatera Utara

kepentingan dirinya sendiri, tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang
memberinya kewenangan tersebut, memiliki kepercayaan yang besar kepadanya.
Pemegang amanahpun wajib memiliki itikad baik dalam menjalankan tugasnya. 26
Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya
untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan pemegang saham (shareholders)
maupun kepentingan pemangku kepentingan ( stakeholders). 27
Teori ini menekankan konsekuensi yang bermanfaat pada shareholders return
bila struktur otoritas bersifat fasilitatif melalui penyatuan pimpinan puncak
manajemen- Chief Executive Officer (CEO) dengan pimpinan organ pengawasan –
chairman (chair of the board ). Peran ganda CEO dan Chairman ini diharapkan akan
meningkatkan efektifitas dan hasil yang diperoleh, serta mengutamakan superior
return kepada shareholders daripada pemisahan peran chairman dan CEO. 28
Agency theory pada mulanya dikembangkan oleh Michael Jonhson, yang
memandang bahwa manajemen perseroan sebagai agen bagi para pemegang saham,
akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai
pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana
diasumsikan dalam stewardship model. Agency theory memandang bahwa
manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi

26

Munir Faudy, Doktrin-Dokrin Modern Dalam Corporate Law- Eksistensinya dalam Hukum
Indonesia, (Citra Aditya Bakti: Bandung, 2002), hal 33.
27
Mas Achmad Daniri, Op.Cit ,hal 5.
28
Misarhardi Wilamarta , Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate
Governance, (Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002), hal 7-8

Universitas Sumatera Utara

kepentingan stakeholders. Untuk mengatasinya, diperlukan sistem pengawasan yang
baik untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan tingkat kepatuhan yang
tinggi sesuai dengan berbagai peraturan yang ada. Upaya ini menimbulkan apa yang
disebut dengan agency cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi
kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat ketidakpatuhan setara dengan peningkatan
biaya enforcementnya. 29
Agency theory merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan
kontraktual antara pihak yang mendelegasikan pengambilan keputusan tertentu
(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelagasian
tersebut ( agent/direksi/managemen). Agency theory memfokuskan pada penentuan
kontrak yang paling efesien yang mempengaruhi hubungan principal dan agen 30
Teori agensi memberikan pandangan yang terbaru terhadap GCG, yaitu para
pendiri perseroan dapat membuat perjanjian yang seimbang antara principal
(pemegang saham) dengan agen ( direksi ). Teori agensi menekankan pentingnya
pemilik perusahaan menyerahkan pengelolan perusahaan kepada tenaga-tenaga
profesional (agen) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Teori
ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan
pengelolaan, terutama perusahaan-perusahaan besar yang modern 31

29

Tri Budiyono, Hukum Perusahaan Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Salatiga :Griya Media, 2011), hal 141
30
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Op.Cit ,hal 6
31
Misahardi Milaharta, Op.Cit,,hal 27-28.

Universitas Sumatera Utara

Pemisahaan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan yang disyaratkan pada
agency theory memungkinkan terciptanya “check and balances” dalam korporasi
sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manager untuk menghasilkan
kinerja korporasi yang maksimal dan pengembalian ( return )yang memadai bagi para
pemegang saham. 32 Sebaliknya, berdasarkan Stewardship Theory, penyatuan fungsi
eksekutif dan fungsi pengawasan akan menciptakan kecepatan dan memberikan
wibawa yang lebih besar kepada CEO dalam proses pengambilan keputusan. 33
Pedoman GCG Tahun 2006 ini diletakkan fokus yang kuat pada fungsi dan
tanggung jawab organ perusahaan, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan
Komisaris dan Direksi, sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan GCG. Dengan
sistematika yang tersusun seperti segitiga dari aspek makro, asas GCG, fungsi dan
peran organ perusahaan hingga menukik ke pelaksanaan penerapan GCG dalam
proses bisnis, diharapkan dapat menjadi rujukan yang komprehensif bagi penerapan
GCG di masing-masing perusahaan. Karena Pedoman umum good corporate
governance Indonesia mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut: 34
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,independensi
serta kewajaran dan kesetaraan.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum
PemegangSaham.

32

Ibid, hal 8
Ibid ,hal 8-9
34
Komite Nasional Kebijakan Governance,Pedoman Good Corporate Governance 2006,(
Jakarta :KNKG , 2006), hal 2.
33

Universitas Sumatera Utara

c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan.
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus
investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
g. Pedoman GCG ini dikeluarkan bagi semua perusahaan di Indonesia termasuk
perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah. Pedoman GCG
ini,yang memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan GCG,
merupakan standar minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam
Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG. Berdasarkan pedoman
tersebut, masing-masing perusahaan perlu membuat manual yang lebih
operasional.
h. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, dan perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, diharapkan menjadi pelopor dalam penerapan
Pedoman GCG ini.
Teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah agency theory
karena teori ini adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan PT berdasarkan
perjanjian berimbang 35 dimana pemisahan ini menyebabkan fungsi masing-masing
organ perseroan menjadi jelas dan masing-masing organ perseroan mempunyai peran
penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Jadi Organ Perseroan harus
menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan berlaku atas prinsip bahwa masing-

35

Misahardi Milaharta, Op.Cit, hal 28.

Universitas Sumatera Utara

masing organ mempunyai indepedensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. 36
Dengan adanya pemisahaan fungsi eksekutif dan fungsi pengawasan yang
disyaratkan pada agency theory memungkinkan terciptanya “check and balances”
dalam korporasi sehingga terjadi independensi yang sehat bagi para manager untuk
menghasilkan kinerja korporasi yang maksimal dan pengembalian ( return ) yang
memadai bagi para pemegang saham, 37 karena esensi tata kelola perseroan dalam
kaitan dengan sifat baik ( good ) dalam konsep Good Corporate Governance ( GCG )
sebagai suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perseroan
(RUPS, Direksi, Dewan Komisaris) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang
saham serta berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan-undangan
dan norma yang berlaku. 38

Berdasarkan agency theory tersebut jelas terlihat tugas dan fungsi serta
tanggungjawab setiap organ perseroan, artinya direksi tidak dapat mencampuri tugas
dan fungsi dewan komisaris demikian sebaliknya, sehingga dapat diketahui apakah
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menerapkan
prinsip-prinsip GCG atau tidak sebagaimana yang dianjurkan oleh KNKG untuk
mengadopsi prinsip-prinsip GCG yang termuat pada Code of Good Corporate
36

Komite Nasional Kebijakan Governance,Pedoman Good Corporate Governance 2006,(
Jakarta :KNKG , 2006), hal 11
37
Misahardi Milaharta, Op.Cit,,hal 27-28.
38
Mas Achmad Daniri, Op.Cit, hal . 8.

Universitas Sumatera Utara

Governance

Tahun

2006

yaitu

keterbukaan,

akuntabilitas,

tanggungjawab,

kemandirian dan kewajaran. Dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG tersebut
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka
krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia tidak terulang kembali dan
pelaksanaan GCG pada perusahaan–perusahaan di Indonesia semakin meluas.
Ada dua ide dasar yang muncul dari adanya GCG. Pertama, untuk
memisahkan fungsi dan kepentingan diantara para pihak dalam suatu perusahaan,
yaitu pihak yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas dan pelaksana
sehari-hari perusahaan dan masyarakat luas. Kedua, untuk melindungi kepentingan
pemegang saham minoritas dalam pengelolaan perusahaan. 39 Teori agency digunakan
karena direksi merupakan agent dari pemegang saham untuk mengurus perseroan,
hubungan agent ini didasari oleh kontrak antara direksi dengan pemegang saham, jadi
direksi tidak bertindak sebagai pemilik (owner) dari harta kekayaan perseroan tetapi
sebagai manager, dan setelah kegiatan perseroan berjalan maka hubungan kontrak
tersebut beralih dari direksi-pemegang saham menjadi direksi perseroan. 40 Teori ini
digunakan karena pada perubahan pedoman GCG Indonesia Tahun 2006 adalah
untuk memperkuat fungsi dan tugas direksi serta dewan komisaris agar tercipta tata
kelola perusahaan yang baik dan dewan komisaris sebagai pihak yang dipercaya oleh

39

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
(Jakarta:Kencana,2004), hal 98
40
Jhon R. Boatright, Fiduciary Duties And The Shareholder-Management Relation; Or,
What’s So Special About Shareholder?, Business Ethics Quarterly, Volume 4, Issue 4, 1994, hal
339.Dalam Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan
Oleh Direksi, ( Bogor: Ghalia Indonesia,2010), hal 38

Universitas Sumatera Utara

pemegang saham diharapkan melakukan pengurusan perusahaan dengan baik dan
benar sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
2.Landasan Konsepsi
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan tersebut diatas, maka perlu
diuraikan difensi operasional untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap
istilah-istilah yang digunakan penelitian ini sebagai berikut:
a. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governace) merupakan
suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan yang
sinergi antara managemen dan pemegang saham, kreditor, pemerintah,
supplier dan stakeholder lainnya. 41
b. Derivasi adalah pengimbuhan afiks yang tidak bersifat pada bentuk dasar
untuk membentuk kata, secara matetamis maknanya adalah turunan. 42
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini hendak mengetahui nilai-nilai
GCG yang diturunkan (diabsorp) dan yang belum cukup termuat dalam UUPT
c. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan tertutup yaitu suatu perusahaan
terbatas yang belum menawarkan sahamnya kepada publik melalui penawaran
umum dan jumlah pemegang sahamnya belum sampai kepada jumlah

41

Nindyo Pramono, Op.Cit , hal 87
http://www.artidefinisi.com/2012/07/definisi-derivasi.html#ixzz2bZqGBIoI,diakses tanggal
7 Agustus 2013
42

Universitas Sumatera Utara

pemegang saham dari suatu perusahaan publik. Kepada perusahaan tertutup
ini berlaku undang-undang tentang perseroan terbatas. 43
d. Pemangku kepentingan adalah setiap pihak yang memiliki kepentingan
dengan kinerja perusahaan, secara teoritis stakeholder dapat dibagi menjadi 2
yaitu: Primary stakeholder yaitu para pemegang saham, investor, karyawan
dan manager, supplier rekan bisnis dan masyarakat dan Secondary
stakeholder

yaitu

pemerintahan,

institusi

kemasyarakatan, akademis dan pesaing.

bisnis,

kelompok

sosial

44

e. Prinsip-prinsip GCG ( good corporate governance ) merupakan suatu konsep
tentang tata cara kelola perusahaan yang sehat
(Transparency),

Akuntabilitas

(Accountability),

45

yaitu Keterbukaan

Tanggung

Jawab

(Responsibility), Independensi (Independence) , Kewajaran (Fairness).
f. Perseroan Terbatas , yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini
serta peraturan pelaksanaannya. 46
g. Code of Good Corporate Governance adalah Pedoman GCG yang ditetapkan
oleh KNKG sebagai rujukan bagi perusahaan dalam menerapkan GCG dan
43

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigm Baru, ( Bandung:Pt Citra Aditya Bakti,2003),

hal 14
44

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Op.Cit, hal. 67.
Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Op. Cit, hal. 60 .
46
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
45

Universitas Sumatera Utara

rujukan bagi regulator dalam membuat peraturan perundang-undangan untuk
mendukung meluasnya praktek GCG di Indonesia .
h. KNKG adalah

lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk membuat

pedoman Corporate Governance bagi perusahaan-perusahaan Di Indonesia.
i.

Organ Perseroan adalan Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, Dewan
Komisaris. 47

j.

Rapat umum pemegang saham, selanjutnya disebut RUPS adalah organ
perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi
atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan anggaran dasar. 48

k. Direksi

adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab

penuhatas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 49
l.

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan /atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasehat kepada direksi. 50

47

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
49
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
50
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

48

Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan salah satu cara tepat untuk memecahkan masalah, selain itu
penetian juga dapat digunakan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran. Dilaksanakan untuk mengumpulkan data guna memperoleh pemecahan
masalah atau mendapatkan jawaban atas pokok-pokok permasalahan yang
dirumuskan, sehingga diperlukan rencana yang sistematis, metodelogi merupakan
suatu logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah. Oleh karenanya pada saat
melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan ilmu pengetahuan yang
menjadi induknya. 51
Menurut Soerjono Soekanto yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan
menganalisanya. 52 Oleh karenanya penelitian ini merupakan penelitian hukum
mengenai penderivasian prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas .
1. Tipe dan Sifat Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan dalam penelitian ini maka tipe penelitian
yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yakni suatu proses untuk

51

Soemitro Ronny Hanintijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumateri,(Jakarta:Ghalia
Indonesia), hal.9.
52
Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normative,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 43.

Universitas Sumatera Utara

menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum
guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 53 Penelitian ini bersifat deskriptif analitis.
Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang
tepat.54 Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat
individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. 55 Dimaksud bersifat
deskriptif analitis karena penelitian ini tidak hanya bertujuan mendeskripsikan
penderivasian prinsip-prinsip GCG dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,
akan tetapi ditujukan pula untuk menganalisis prinsip GCG yang tidak diterapkan
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jadi
penelitian ini menggambarkan dan memaparkan prinsip tata kelola perusahaan yang
baik (GCG) yang terderivasi dan yang tidak terderivasi pada Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Pendekatan
Tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis normatif, maka pendekatan
perundang-undangan ( Statute Approach ) 56 karena yang akan diteliti berbagai aturan
hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Pendekatan
perundang-undangan ( statute approach ) adalah pendekatan yang dilakukan dengan

53

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,(Jakarta:Kencana,2010), hal 35
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian,(Jakarta :PT Rineka Citra,1999), hal 21
55
Sunaryati Hartono,Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir Abad ke 20, (Bandung:
Alumni,1994), hal 89
56
Jonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, ( Malang: Bayumedia
Publishing,Edisi Revisi, Cet 2,2006), hal 295
54

Universitas Sumatera Utara

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang ditangani. 57
Pendekatan Perundang-undangan merupakan pendekatan utama dalam
penelitian ini, karena yang menjadi pusat perhatian utama dalam penelitian ini ialah
penderivasian prinsip-prinsip Good Coroporate Governance dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dengan demikian penelitian ini
menitikberatkan peraturan perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan kegunaan dari
metode penelitian hukum normatif

yaitu mengetahui dan mengenal apakah dan

bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah tertentu58
Pendekatan perundang-undangan diperlukan untuk memperoleh gambaran
mengenai pengaturan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) pada UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 sehingga mengetahui terderivasi atau tidak prinsipprinsip good corporate governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas .
3. Sumber Bahan Hukum
Sumber-sumber penelitian dapat dibedakan sumber-sumber penelitian yang
berupa bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian. 59

57

Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hal 93
Sunaryati Hartono,Op.Cit, hal 140
59
Soejono Soekanto, Op.Cit, hal 33
58

Universitas Sumatera Utara

Penelitian normatif yang menitikberatkan pada studi kepustakaan, maka bahan
hukum yang digunakan dapat dibagi kedalam beberapa kelompok yaitu :
1. Bahan hukum primer, meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang
relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut, antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
c. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN
d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan,
Peleburan, Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan.
h. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01
/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance)
i.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per- 09
/MBU/2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor Per-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan
Usaha Milik Negara

Universitas Sumatera Utara

2. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagimana yang terdapat dalam
kumpulan pustaka yang bersifat sebagai penunjang dari bahan hukum primer,
yang berasal dari : buku–buku teks, jurnal- jurnal ilmiah, artikel-artikel
ilmiah, hasil-hasil penelitian, majalah, surat kabar, situs internet dan berbagai
tulisan lainnya.
3. Bahan hukum tertier yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu : kamus hukum ,kamus
bahasa Indonesia, ensiklopedi dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data karena
dengan pengmpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya
dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian
ini mengunakan metode pengumpulan data kepustakaan ( Library research ). 60 Studi
kepustakaan digunakan terutama untuk mengumpulkan data-data melalui pengkajian
terhadap peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan pakar
hukum, publikasi dan hasil penelitian yang berkaitan dengan hasil penelitian ini.
Oleh karena itu akan mengumpulkan data yang lengkap berkaitan dengan
prinsip GCG, kemudian juga akan mengumpulkan data-data lain yang dapat
digunakan sebagai pendukung fakta dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data
60

Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Rajawali Press,2010), Hal.

112.

Universitas Sumatera Utara

yang digunakan dalam penelitian ini disebut studi kepustakaan yang akan dilakukan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam studi kepustakaan
penelitian ini, sasaran utama kajian peneliti adalah bahan hukum primer, seperti :
Perundang-undangan dan peraturan pelaksananya dan bahan hukum sekunder berupa
buku-buku, artikel-artikel dan hasil karya para ahli hukum yang berkaitan dengan tata
kelola perusahaan yang baik (GCG) sebagai perbandingan dan pedoman menguraikan
permasalahan yang dibahas.
5. Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan dianalisis dengan metode
analisis kualitatif berdasarkan logika berpikir deduktif. Penggunaan metode analisis
kualitatif didasarkan pada berbagai pertimbangan yakni pertama, analisis didasarkan
pada pradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep dan data yang merupakan
umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada
data yang dikumpulkan. Kedua, data yang dianalisis beraneka ragam serta memiliki
sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain dan ketiga, sifat dasar data
yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu
kesatuan yang intergral ( holistic ) yang menuntut tersedianya informasi yang
mendalam ( indepth information).61

61

Mahmul Siregar, Perdagangan International dan Penanaman Modal: Studi Kesiapan
Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral, (Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, 2005), hal 29

Universitas Sumatera Utara

Data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif yakni dengan mengadakan
pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data tersebut
dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan
permasalahan yang diteliti. Karena penelitian ini normatif, dilakukan interprestasi dan
kontruksi hukum dengan menarik kesimpulan menggunakan cara deduktif adalah
yakni dengan pemikiran dimulai dari hal yang umum kepada hal yang khusus 62 untuk
menjawab dari permasalahan dan tujuan penelitian yang ditetapkan sehingga
mengetahui terderivasi atau tidakkah prinsip-prinsip GCG yang ada dalam code of
good corporate governance sebagai pedoman umum GCG Indonesia dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas.

62

Syamsul Arifin, Falsafah Hukum,(Medan:Uniba Press,2011), hal 57

Universitas Sumatera Utara