Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(1)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

TESIS

Oleh

SAHARA BEBY

08701112/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHARA BEBY

08701112/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS Nama Mahasiswa : Sahara Beby

Nomor Pokok : 08701112 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH.,MS) Ketua

(Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., MLi) (Prof. Dr. Runtung. SH, M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH.,MS.,CN) (Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 07 Oktober 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH.,MS

Anggota : Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., MLi Prof. Dr. Runtung. SH, M.Hum

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH.,MS.,CN Dr. Keizerina Devi A. SH., CN., M.Hum


(5)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

Sahara Beby1 Alvi Syahrin2 Ningrum Natasya Sirait3

Runtung4

ABSTRAK

Perusahaan adalah organ yang penting di dalam masyarakat. Perusahaan sebagai bagian dari kehidupan memiliki kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan roda perekonomian perusahaan memiliki kewajiban selain hanya mendapatkan laba. Kewajiban ini telah diatur di dalam peraturan perundang-undangan.

Penelitian ini bersifat normatif, maksudnya adalah suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu studi pustaka. Kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab berupa kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar (yang selanjutnya disebut dengan CSR) yang merupakan suatu etika di dalam bisnis. Pengaturan mengenai tanggung jawab perusahaan ini dituangkan di dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. CSR memberikan manfaat bukan saja kepada perusahaan tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan saat ini memiliki dampak yang begitu besar terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. CSR dalam penerapannya memiliki kendalan dan hambatan. Pemegang saham merupakan bagian yang penting di dalam perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham memiliki

1

Mahasisiwi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

2

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

3

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

4

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.


(6)

kewajiban terhadapa pelaksanaan CSR. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada Pemerintah untuk membuat Peraturan Pemerintah (PP), sebagai tindak lanjut dalam pengaturan CSR, dan perusahaan hendaknya lebih peka dalam isu lingkungan yang berkembang saat ini, serta pemegang saham melakukan kewajibannya melakukan CSR dengan memberikan arahan kepada direktur/manajer perusahaan untuk lebih mengembangkan CSR di dalam perusahaan.


(7)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BY LAW NUMBER 40 OF 2007 ON LIMITED LIABILITY COMPANY

Sahara Beby5 Alvi Syahrin6

Ningrum Natasya Sirait7

Runtung8

ABSTRACT

The company is an important organ within the community. Company as a part of life have an obligation to the social and environmental surroundings. In running the economy the company has an obligation other than just profit. This obligation has been set in legislation.

This research is normative, that is a study that refers to the legal norms contained in legislation and court decisions. By using the data collection method that is book study. Then analyzed qualitatively by using the deductive method.

The results showed that the company has a responsibility in the form of social and environmental liabilities to approximately (hereinafter referred to as CSR) which is an ethics in business. Settings on corporate responsibility is set out in Article 74 of Law Number 40 Year 2007 concerning Limited Liability Company. CSR provides benefits not only to companies but also to the society and the environment. Implementation of CSR in the development of environmentally sound today have such a huge impact on the protection and management of the environment. CSR has application kendalan and barriers. Shareholders is an important part in the company. Therefore, shareholders have an obligation terhadapa implementation of CSR. Based on the research, it is recommended to the Government to make the Government Regulation (PP), as a follow-up in the regulation of CSR, and companies should be more sensitive in environmental issues that developed at this time, and perform its obligations to shareholders of CSR by giving direction to the director / manager company to further develop CSR within the company.

Keywords: Company, Responsibility, Social and Environmental.

5

Public Notary Mahasisiwi Studies Program Faculty of Law, University of North Sumatra

6

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

7

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

8


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta terdapat penelitian-penelitian lain yang lebih baik dan relevan dengan tesis ini pada masa yang akan datang.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. DR. Syahril Pasaribu, selaku Rektor USU

2. Bapak Prof. DR. Runrung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU 3. Bapak Prof. DR. M. Yamin,SH, CN selaku ketua bagian Magister

Kenotariatan USU

4. Ibu DR. T. Keizerina Devi Anwar, Selaku Sekretaris bagian Magister Kenotariatan USU

5. Bapak Prof.DR. Alvi Syahrin, SH, MS, Selaku dosen pembimbing.terima kasih banyak pak atas bimbingan serta arahan yang telah bapak berikan


(9)

6. Ibu Prof. DR. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI, Selaku dosen pembimbing penulis. Penulis sangat berterimakasih atas arahan serta bimbingan yang telah ibu berikan

7. Bapak prof. DR. Runtung, SH, M.Hum, Selaku dosen pembimbing penulis 8. Bapak Prof. DR.M. Yamin, SH, CN, Selaku Komisi Penguji

9. Ibu DR. T. Keizerina Devi Anwar, Selaku Komisi Penguji

10. Untuk seluruh staff pengajar di magister kenotariatan, Terima Kasih banyak atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Insyaallah ilmu yang didapat mendapatkan berkah dari Nya.

11. Buat mama penulis Hj. Rohaya yang telah memberikan semangat, dukungan baik moril dan materil. You are the best mom in the world. Buat kakak, Adra Nadria Spd, Hareseh Kumar dan Muhammad Said Ibrahim…terima kasih

dukungan yang telah diberikan dan buat Fajar Family, yang tidak bisa disebutin namanya satu-satu terima kasih

12. Buat sahabat dan teman teman penulis, Terima kasih banyak telah mendukung penulis.

13. Buat pegawai MKN, makasih ya ibu fatimah, kak sari, kak winda en yang lainnya.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sahara Beby

Tempat/Tanggal Lahir: Tebing Tinggi, 11 September 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Orang Tua : 1. Ibu : Hj. Rohaya 2. Ayah : Usman

Nomor telepon : 081375899676 dan 088261606242

Email : beby_sahara@yahoo.co.id

Alamat : Jalan Patuan Anggi Nomor. 167 Pematang Siantar

Pendidikan : SD MUHAMMADDIYAH P. Siantar

SMP NEGERI 4 P. Siantar SMA NEGERI 2 P. Siantar

Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara Medan Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR RIWAYAT HIDUP BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….…..1

B. Perumusan Masalah………..15

C. Tujuan Penelitian………..16

D. Manfaat Penelitian………16

E. Keaslian Penelitian………...18

F. Kerangka Teori……….…19

BAB II PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM ETIKA BISNIS SEBAGAI KEWAJIBAN PERUSAHAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Tinjauan Umum dan Prinsip Etika Bisnis……….……31

B. Tinjauan Umum Tentang Corporate Social Responsibility (CSR)……34

C. Manfaat dan Tata Cara Corporate Social Responsibility (CSR)...39

D. Analisis Hukum Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas………...……….54


(12)

BAB III PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup……….…66

B. Bisnis dan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup…….70 C. Prinsip Pembangunan Berwawasan Lingkungan Menurut

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup………79

D. Beberapa Contoh Penerapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) di Indonesia...88 E. Kendala dan Hambatan dalam Penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR)...97

BAB IV KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM DALAM PENERAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

A. Tinjauan Umum tentang Penanaman Modal………....…...102 B. Peranan Pemegang Saham dalam Perkembangan Iklim Penanaman

Modal di Indonesia...107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...117 B. Saran...119 DAFTAR PUSTAKA


(13)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

Sahara Beby1 Alvi Syahrin2 Ningrum Natasya Sirait3

Runtung4

ABSTRAK

Perusahaan adalah organ yang penting di dalam masyarakat. Perusahaan sebagai bagian dari kehidupan memiliki kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan roda perekonomian perusahaan memiliki kewajiban selain hanya mendapatkan laba. Kewajiban ini telah diatur di dalam peraturan perundang-undangan.

Penelitian ini bersifat normatif, maksudnya adalah suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu studi pustaka. Kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab berupa kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar (yang selanjutnya disebut dengan CSR) yang merupakan suatu etika di dalam bisnis. Pengaturan mengenai tanggung jawab perusahaan ini dituangkan di dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. CSR memberikan manfaat bukan saja kepada perusahaan tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan saat ini memiliki dampak yang begitu besar terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. CSR dalam penerapannya memiliki kendalan dan hambatan. Pemegang saham merupakan bagian yang penting di dalam perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham memiliki

1

Mahasisiwi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

2

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

3

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

4

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.


(14)

kewajiban terhadapa pelaksanaan CSR. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada Pemerintah untuk membuat Peraturan Pemerintah (PP), sebagai tindak lanjut dalam pengaturan CSR, dan perusahaan hendaknya lebih peka dalam isu lingkungan yang berkembang saat ini, serta pemegang saham melakukan kewajibannya melakukan CSR dengan memberikan arahan kepada direktur/manajer perusahaan untuk lebih mengembangkan CSR di dalam perusahaan.


(15)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BY LAW NUMBER 40 OF 2007 ON LIMITED LIABILITY COMPANY

Sahara Beby5 Alvi Syahrin6

Ningrum Natasya Sirait7

Runtung8

ABSTRACT

The company is an important organ within the community. Company as a part of life have an obligation to the social and environmental surroundings. In running the economy the company has an obligation other than just profit. This obligation has been set in legislation.

This research is normative, that is a study that refers to the legal norms contained in legislation and court decisions. By using the data collection method that is book study. Then analyzed qualitatively by using the deductive method.

The results showed that the company has a responsibility in the form of social and environmental liabilities to approximately (hereinafter referred to as CSR) which is an ethics in business. Settings on corporate responsibility is set out in Article 74 of Law Number 40 Year 2007 concerning Limited Liability Company. CSR provides benefits not only to companies but also to the society and the environment. Implementation of CSR in the development of environmentally sound today have such a huge impact on the protection and management of the environment. CSR has application kendalan and barriers. Shareholders is an important part in the company. Therefore, shareholders have an obligation terhadapa implementation of CSR. Based on the research, it is recommended to the Government to make the Government Regulation (PP), as a follow-up in the regulation of CSR, and companies should be more sensitive in environmental issues that developed at this time, and perform its obligations to shareholders of CSR by giving direction to the director / manager company to further develop CSR within the company.

Keywords: Company, Responsibility, Social and Environmental.

5

Public Notary Mahasisiwi Studies Program Faculty of Law, University of North Sumatra

6

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

7

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

8


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Milton Friedman9 sang ekonom pemenang hadiah Nobel bersikap pesimis atas segala upaya menjadikan perusahaan sebagai alat tujuan sosial. Tujuan korporasi, menurutnya, hanyalah menghasilkan keuntungan ekonomi bagi pemegang sahamnya. Jadi korporasi memberikan sebagian keuntungannya bagi masyarakat dan lingkungan, maka korporasi telah menyalahi kodratnya dimana korporasi hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pemegang saham.

Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis merusak ekonomi pasar bebas. Doktrin ini juga bersifat ancaman terhadap masyarakat bebas dan demokratis. Kemudian Friedman menyatakan, yang dikutip dari bukunya Capitalism and Freedom, bahwa dalam masyarakat bebas“ Terdapat

hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber daya alam dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan keuntungannya, selama hal itu sebatas aturan-aturan main, artinya, melibatkan

1

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 293

Milton Friedman (1912-) adalah professor emeritus dari Universitas Chicago dan pemenang nobel bagian ekonomi pada tahun 1976. Ia adalah pelopor utama dari Neoliberalisme, aliran dalam ekonomi yang sedapat mungkin menerapkan pemikiran liberalisme klasik (Adam Smith) pada abad ke-20. Ia telah merumuskan pandangannya tentang tanggung jawab perusahaan dalam bukunya, Capitalism and Freedom (1962), tetapi yang menjadi terkenal dalam konteks ini adalah tulisannya yang dimuat dalam New York Times Magazine, 13 September 1970, dengan judul The Social Responsibility of Business is to Increase Its Profits.


(17)

diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.”10

Bahkan Milton Friedman mengungkapkan bisnis dari bisnis hanyalah bisnis (The

bussiness of bussiness is bussiness). Tanggung jawab sosial hanya ada pada

individu dan tidak melekat pada perusahaan sebab tanggung jawab perusahaan adalah menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemegang saham.11

Kondisi yang seperti ini yang berkembang di dalam sebuah perusahaan, bahwa perusahaan hanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sungguh ironis kita melihat keadaan yang berkembang saat ini dimana perusahaan menggunakan masyarakat serta lingkungan guna mencari keuntungan dari perusahaan tersebut tetapi apa yang diberikan oleh perusahaan? Mungkin perusahaan hanya memberikan limbah, racun atau kerusakan lingkungan di sekitar tempat perusahaaan tersebut beroperasi. Kondisi ini juga diperparah oleh perusahaan yang tidak merasa bertanggung jawab akan hal tersebut. Perusahaan hanya mengambil haknya yakni berupa keuntungan tapi tidak dapat memberikan kewajiban yang harus dilakukan yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup.

Perusahaan-perusahaan yang ada terlalu fokus kepada kegiatan ekonomi dan produksi yang mereka lakukan sehingga melupakan keadaaan masyarakat di sekitar wilayah beroperasinya dan juga melupakan aspek-aspek kelestarian

10

Ibid., hal. 294

3

Sri Hartati Samhadi, Etika Sosial Perusahaan Multinasional, Harian Kompas, tanggal 4 Agustus 2007


(18)

lingkungan. Padahal sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 28H Ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.12

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.13

Hak yang sama juga diatur di dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Ayat (2)”Setiap orang berhak hidup tentram,

aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin”.14 Ayat (3)”Setiap orang berhak

atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.15

Dari aturan-aturan hukum tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa masyarakat memiliki hak akan kehidupan sosial yang baik dan atas lingkungan hidup yang sehat. Hak yang dimiliki masyarakat ini haruslah dipenuhi oleh

12

Pasal 28H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

5

Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

6

Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

7


(19)

perusahaan-perusahaan dan pelaku usaha dalam menjalankan roda perekonomian perusahaannya. Selanjutnya kewajiban untuk melakukan pelestarian lingkungan hidup juga diatur di dalam Pasal 65 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:

(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia

(2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

(3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup

(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan menteri.16

Jelaslah dalam undang-undang ini bahwa masyarakat memiliki hak atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia, yang merupakan hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh setiap orang. Lingkungan hidup yang baik dan sehat sangat berperan dalam kelangsungan hidup masyarakat. Dimana lingkungan yang baik dan sehat dapat menjadikan masyarakat bebas dari segala penyakit. Masyarakat juga berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pendidikan yang diperoleh mengupayakan

16

Pasal 65 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(20)

masyarakat lebih sadar akan lingkungan yang baik dan bersih serta dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Di lain pihak, seiring dengan perkembangan zaman, juga mendorong masyarakat untuk menjadi semakin kritis dan menyadari hak-hak asasinya, serta berani mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 47 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.

a. Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 1. Pengkajian risiko;

2. Pengelolaan risiko; dan/atau 3. Komunikasi risiko

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup diatur dalam peraturan pemerintah.17

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya disebut dengan CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga

17

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(21)

ter-alienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka bekerja, melainkan suatu entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Perusahaan juga diharuskan untuk lebih kooperatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup sekitar.

Jika dipandang dari segi moral hakikat manusia maupun hakikat kegiatan bisnis itu sendiri diyakini bahwa tidak benar kalau para manajer perusahaan hanya memiliki tanggung jawab dan kewajiban moral kepada pemegang saham. Para manajer perusahaan sebagai manusia dan sebagai manajer sekaligus mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral kepada banyak orang dan pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan dan operasi bisnis perusahaan yang dipimpinnya. Para manajer perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral untuk memperlihatkan hak dan kepentingan karyawan, konsumen, pemasok, penyalur, masyarakat setempat, dan seterusnya. Singkatnya tanggungjawab dan kewajiban moral para manajer perusahaan tidak hanya tertuju pada shareholders (pemegang saham) tetapi juga pada stakeholders (pemangku kepentingan) pada umumnya.18

Hal yang sama juga terjadi pada aspek lingkungan hidup yang menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada lingkungan hidup tempatnya beroperasi. Sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brasil pada tahun 1992 (yang selanjutnya lebih dikenal dengan KTT Rio).

18

Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, (Bandung : CV.Alfabeta, 2007), hal. 28

11

N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), hal. 145


(22)

Dalam KTT Rio ini memuat berbagai hasil diantaranya yaitu: 1. Deklarasi Rio (terdiri dari 27 prinsip)

2. Agenda 21

3. Konvensi tentang Perubahan Iklim

4. Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati; dan 5. Prinsip-Prinsip tentang Hutan;19

Di dalam Agenda 21 merekomendasikan sebagai berikut:

1. Dibentuk prosedur secara hukum dan administrasi di tingkat nasional 2. Dibentuk prosedur secara hukum dan administrasi untuk kompensasi,

pemulihan lingkungan dan lain-lain

3. Adanya akses bagi individu, kelompok dan organisasi.20

Indonesia setelah lama berselang KTT Rio baru membuat Agenda 21 secara Nasional yang disebut Agenda 21 Indonesia yang disusun berdasarkan perkembangan, perubahan kebijakan dan program-program mengenai lingkungan. Agenda 21 Indonesia bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan mengintegrasikan konsep-konsep pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan.21

Selain Agenda 21 ada isu yang tak kalah pentingnya yang dibicarakan dalam KTT Rio yakni Prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Pengertian dari Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Defenisi ini diberikan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and

12Ibid., hal. 146


(23)

Development) sebagaimana tersaji dalam laporan komisi yang terkenal dengan

Komisi Brundtland. Komisi ini merupakan sejarah lahirnya prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang ditandai dengan terbentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development) pada tahun 1984 yang merumuskan berupa:

If it meets the needs of the present without compromising the ability of

future generations to meet their own needs”22

Istilah pembangunan berkelanjutan kini telah menjadi konsep yang bersifat

Subtle Infiltration, mulai dari perjanjian-perjanjian internasional, dalam implementasi

nasional dan peraturan perundang-undangan. Susan Smith mengartikan Sustainable

Development sebagai meningkatkan mutu hidup generasi kini dengan mencadangkan

modal atau sumber alam bagi generasi mendatang. Menurutnya dengan cara ini dapat dicapai empat hal :23

a. Pemeliharaan hasil-hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang dapat diperbaharui

b. Melestarikan dan menggantikan sumber alam yang bersifat jenuh c. Pemeliharaan sistem-sistem pendukung ekologis; dan

d. Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati.

Kemudian di dalam Pertemuan Yohannesburg pada tahun 2002 memunculkan suatu prinsip baru di dalam dunia usaha yaitu konsep Social Responsibility atau yang

14

David Farrier et. Al., The Environmental Law, Handbook, 3rd Edition Redfren Legal Centre Publishing, 1997, sebagaimana dikutip dari N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Op.cit., hal. 150

15

Paul Stein dan Susan Smith, Incorporating Sustainability Principles in Legislation, dalam Environmental Outlook, Law and Policy, No. 3, The Federation Press, 1999, sebagaimana dikutip dari N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Op.cit., hal 154

16

Diskusi :Implementasi KTT Yohannesburg untuk Indonesia, diselenggarakan Harian Kompas tanggal 25 September 2007


(24)

lebih dikenal dengan World Summit on Sustainable Development (WSSD). Hasil yang dicapai WSSD antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:24 a. Mengadopsi target baru dalam sanitasi dasar untuk mengurangi jumlah penduduk

yang tidak memiliki akses pada sanitasi sampai separuhnya pada tahun 2015 b. Pengakuan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. Disini disepakati

komitmen yang di dalamnya tercakup hak- hak masyarakat adat dengan paling sedikit 12 penjabaran termasuk posisi masyarakat sebagai stakeholder dan akses perempuan pada hak atas tanah dan sumber daya lainnya.

c. Masuknya prinsip-prinsip Rio dalam corporate accountability dan responsibility terlepas dari tuntutan Non Goverment Organization (NGO) untuk merundingkan konvensi yang mengikat mengenai isu corporate accountability dan responsibility d. Komitmen pemerintah untuk menjamin akses ke informasi lingkungan, hukum

dan cara kerjanya dalam pengelolaan lingkungan termasuk partisipasi publik dalam pengambilan keputusan.

e. Pengakuan akan pentingnya etika dalam pembangunan berkelanjutan. Hal ini menguatkan keyakinan bahwa isu pembangunan dan lingkungan tidak bisa diimplementasikan secara seimbang kecuali pemerintah, masyarakat, dan perusahaan memahami serta meyakini peran kritis dan norma etika dalam pengambilan keputusan.

Berawal dari munculnya suatu konsep dalam bidang korporasi untuk memperhatikan aspek lingkungan dan sosialnya maka dalam memo ini akan dibahas mengenai penerapan prinsip tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan, termasuk dengan regulasinya.

Substansi keberadaan Prinsip CSR adalah dalam rangka memperkuat kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengannya baik lokal, nasional, maupun global. Di dalam pengimplementasiannya diharapkan agar unsur-unsur perusahaan, pemerintah dan masyarakat saling berinteraksi dan mendukung supaya CSR dapat diwujudkan secara komprehensif sehingga dalam pengambilan keputusan,


(25)

menjalankan keputusan dan pertanggungjawabannya dapat dilaksanakan bersama. CSR merupakan sebuah etika dalam dunia usaha dimana perusahaan wajib melakukan hal tersebut.

CSR mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku usaha nasional. Namun tidak berlaku bagi pelaku usaha asing. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu sudah biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu.25 Dengan munculnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (yang selanjutnya disebut dengan UU PT) menandai babak baru pengaturan CSR. Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah dimulai jauh sebelum undang-undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan CSR yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan saja melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial. Di dalam Pasal 74 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam”26

dimaksudkan adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan maka perseroan tersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

25

Sukarmi, “Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dan Iklim Penanaman Modal”, http//www.madani-ri.com, diakses pada tanggal 18 Maret 2010.

18


(26)

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan ketentuan yang baru diatur dalam ketentuan undang-undang ini. Kesadaran pentingnya melakukan CSR merupakan trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian mengutamakan pemangku kepentingan (stakeholders). Prinsip CSR ini juga tidak terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang menerapkan prinsip fairness, transparency dan accountability. 27

Aturan yang lebih tegas sebenarnya juga sudah ada di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15 huruf b disebutkan

“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan”.28 Jika tidak maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis,

pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal).29

Dengan diaturnya kewajiban bagi penanam modal untuk lebih kooperatif terhadap masyarakat serta lingkungan hidup hal ini akan memberikan angin segar bagi masyarakat karena bagaimanapun saat ini perdagangan bebas mulai memasuki wilayah Indonesia. Penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia wajib

19

Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas (UU NO. 40 Tahun 2007), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 94

20

Pasal 15 huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

21


(27)

melakukan CSR sebagaimana telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dengan dibukanya jalur perdagangan bebas maka banyak penanam modal yang akan datang ke Indonesia. Tapi yang menjadi pertanyaan besar yaitu apakah dengan peraturan perundang-undangan yang ada saat ini akan melindungi masyarakat dan lingkungan hidup atau peraturan perundang-undangan ini akan menjadi momok bagi penanam modal dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini kembali lagi kepada etika dari penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia apakah CSR yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan hanya wacana atau sebuah kewajiban.

Namun demikian pengaturan CSR di dalam Peraturan Perundangan-Undangan Indonesia tersebut masih menciptakan kontroversi dan kritikan. Kalangan pebisnis CSR dipandang sebagai suatu kegiatan sukarela sehingga tidak diperlukan pengaturan di dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Ketua Umum Kadin, Mohammad S. Hidayat, CSR adalah kegiatan di luar kewajiban perusahaan yang umum dan sudah ditetapkan dalam perundang-undangan formal sehingga jika diatur akan bertentangan dengan prinsip kerelaan dan akan memberikan beban baru kepada dunia usaha.30 Masalahnya, perusahaan sering melihat bisnis semata-mata sebagai institusi bisnis mutlak untuk meraih keuntungan maksimal, sehingga pengeluaran CSR lebih dipandang sebagai biaya daripada kompensasi dan investasi sosial. Para

30

“CSR, Kegiatan Sukarela yang Wajib Diatur”, dimuat dalam www.hukumonline.com, pada tangaal 1 Maret 2008, diakses pada 30 November 2009.

23


(28)

penentang CSR itu juga sering menganggap pembayaran pajak sudah merupakan kompensasi yang diberikan kepada masyarakat melalui pemerintah.

Di lain pihak Ketua Panitia Khusus UU PT, Akil Mochtar menjelaskan bahwa kewajiban CSR terpaksa dilakukan karena banyak perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia lepas dari tanggung jawabnya dalam mengelola lingkungan.31 CSR sebetulnya perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat tempat ia berada. Tanggung jawab sosial itu berada dalam tiga domain: pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi (stakeholders), lingkungan alam, dan kesejahteraan sosial.Selain itu kewajiban CSR sudah diterapkan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan BUMN untuk memberikan bantuan kepada pihak ketiga dalam bentuk pembangunan fisik. Kewajiban ini diatur di dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan BUMN.

Di dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 16 tercantum sebagai berikut:

Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;


(29)

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan; f. Mematuhi semua ketentuan perarturan perundang-undangan.32

Undang-undang ini menjelaskan bahwa setiap penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia harus menjaga kelestarian lingkungan hidup serta menjamin kesejahteraan pekerja. Ini merupakan bentuk kontribusi penanam modal terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Terlepas dari berbagai konflik yang membayangi pengaturan mengenai CSR di dalam Peraturan Perundang-Undangan Nasional, CSR merupakan suatu konsep yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan timbal balik yang saling sinergis antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Perusahaan yang telah beroperasi di suatu wilayah tertentu, memiliki kewajiban untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan tersebut salah satunya dengan cara melakukan sistem pengolahan limbah yang baik. Isu pemanasan global (global

warming) meminta kepada negara-negara baik itu negara maju maupun negara yang

sedang berkembang seperti Indonesia untuk lebih peka terhadap lingkungan hidup. Hal ini juga menuntut peran serta perusahaan untuk lebih serius dalam menjaga lingkungan serta mencegah terjadinya pemanasan global yang lebih dahsyat. Sebagaimana kita rasakan saat ini pemanasan global sudah semakin serius dan mungkin mencapai titik klimaksnya. Mencairnya es di kutub utara dan selatan akan berakibat buruk bagi kelangsungan ekosistem saat ini. Iklim yang tak menentu,

32


(30)

banyaknya terjadi bencana alam, longsor, kebakaran hutan, banjir dan bencana-bencana lainnya. Ini merupakan efek dari pemanasan global yang merupakan tangggung jawab kita bersama untuk lebih koperatif terhadap lingkungan. Selanjutnya perusahaan juga seharusnya turut berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya antara lain dengan cara pemberian pelatihan keterampilan dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat tersebut.

Di dalam prakteknya penerapan CSR disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu kegiatan CSR sangat beragam. Hal ini bergantung pada proses interaksi sosial bersifat sukarela didasarkan pada dorongan moral dan biasanya melebihi dari hanya sekedar kewajiban memenuhi peraturan perundang-undangan.

Perlu disadari banyak manfaat yang akan diperoleh perusahaan yang melakukan CSR antara lain dapat mempertahankan dan menaikkan reputasi dan

brand image perusahaan sehingga muncul citra yang positif dari masyarakat. Upaya

CSR mampu meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya ini yang sering disebut kinerja sosial perusahaan (corporate social performance). Perusahaan menyadari masih ada hal yang perlu diperhatikan daripada memperoleh laba sebesar mungkin yakni mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan masyarakat umum.33

Berdasarkan uraian-uraian di atas, Penulis tertarik untuk membahas tentang pengaturan Corporate Social Resposibility (CSR) sebagai suatu karya ilmiah dalam

33


(31)

bentuk tesis dengan judul “Corporate Social Responsibility (CSR) menurut UU No.

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan CSR dalam etika bisnis sebagai sebuah kewajiban bagi perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas?

2. Bagaimanakah penerapan CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?

3. Bagaimana kewajiban pemegang saham suatu perusahaan dalam penerapan CSR?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan CSR dalam etika bisnis sebagai sebuah kewajiban bagi perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas?


(32)

2. Untuk mengetahui bagaimanakah CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Untuk mengetahui bagaimana kewajiban pemegang saham suatu perusahaan dalam penerapan CSR

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi manfaat guna menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perusahan secara khusus di Indonesia

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah atau badan legislatif dalam menentukan kebijakan maupun regulasi dalam upaya pengembangan hukum nasional ke arah pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan.

b. Sebagai informasi dan inspirasi bagi praktisi bisnis (para pelaku usaha, pemegang saham, dan komisaris) bahkan investor untuk memahami pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan serta melaksanakan


(33)

sebagai kepedulian dan komitmen dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.

c. Sebagai bahan kajian bagi para akademisi yang dapat mengambil poin-poin atau modul-modul pembelajaran dari tesis ini dan diharapkan wacana tanggung jawab sosial perusahaan ini berkembang ke arah yang lebih baik.

d. Sebagai rujukan dan informasi bagi aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat umum, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya sehingga mampu bersikap sebagai informan, promotor sekaligus pengontrol perkembangan implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Menurut data yang ada berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil judul penelitian yang ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) telah ada yang meneliti mengenai tanggung jawab sosial yaitu:

1. Ika Safithri, Mahasiswi Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian

Analisis Hukum terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR)

pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas”.

2. Dwi Windarti, Mahasiswi Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian


(34)

masyarakat (Studi di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk (PTBA))”.

3. Edi Syahputra, Mahasisiwa Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap masyarakat

lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebun Dolok Ilir, Kabupaten Simalungun)

4. Martono Anggusti, Mahasiswa Pascasarjana hukum dengan judul penelitian

“Hak Perseroan dan tanggung jawab masyarakat dalam pelaksanaan tanggung

jawab sosial perusahaan”

Jika diperhadapkan permasalahan yang diteliti sebelumnya sebagaimana disebutkan di atas dengan penelitian yang dilakukan ini adalah berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan memiliki keaslian dan sesuai dengan asas- asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu jujur, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya konstruktif (membangun).

F. Kerangka Teori

Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting sebagai sarana untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu


(35)

sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.34

Kerangka teori tesis ini menggunakan teori utilitas (utilitarisme) yang dipelopori Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart Mill. Jeremy Bentham dalam karya tulisannya “ An Introduction to Principles of Morals

and Legislation”.35

Bentham menjelaskan lebih jauh bahwa asas manfaat melandasi segala kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan kelompok itu; atau, dengan kata lain meningkatkan atau melawan kebahagiaan itu.36

Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani telos = tujuan),

sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.37

Teori utilitas merupakan pengambilan keputusan etika dengan mempertimbagkan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (The

34

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 253

27

Ian Saphiro, Asas dan Moral dalam Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institute, 2006), hal. 13

Jeremy Bentham (1748-1832) karyanya Introduction to the Principles of Morals and Legislation, pertama kali diterbitkan pada tahun 1789 adalah karya klasik yang menjadi rujukan (locus classicus) tradisi utilitarian. Utilitarisme berasal dari kata latin utilitis yang berarti “manfaat”. Dictum Bentham yang selalu dikenang, yakni bahwa mereka diharapkan mampu memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

28

Ibid., hal. 14

29

K. Bertens, Op.cit., hal. 67

30


(36)

greatest good for the greatest number) artinya bahwa hal yang benar didefenisikan

sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada semakin banyak orang perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan hukum ini bertahan paling lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism (dari kata utilis berarti manfaat) sering disebut juga aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi pada hasil perbuatan.38

Perlu dipahami kalau utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi perbuatan dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan- baik buruknya- tergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar artinya paling memajukan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat maka perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan disini memang menentukan seluruh kualitas moralnya.39

Menurut teori ini suatu adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi utilitarisme ini tidak boleh dimengerti dengan egoistis. Dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.

31

Manuel G Velazquez, Etika Bisnis :Konsep dan Kasus (Edisi Ke-5), diterjemahkan oleh Ana Purwaningsih, Kurnianto, dan Totok Budi Santoso, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), hal. 80


(37)

Perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup misalnya merupakan tanggung jawab moral individu atau korporasi? Utilitarisme menjawab karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan. Korporasi atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat dengan menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri hingga sumber daya alam rusak atau habis sama sekali. Karena itu menurut utilitarisme upaya pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development) menjadi tanggung jawab moral individu atau perusahaan.40

Ada suatu pola pikir masyarakat yang membuatnya mudah untuk dipahami adalah bahwa konsep yang paling masuk akal dan adil bagi masyarakat adalah konsep

utilitas (manfaat). Suatu masyarakat dapat diatur dengan baik bila perusahaan mampu

memaksimalkan saldo bersih dari kepuasan. Prinsip ini merupakan pilihan yang diperuntukan bagi banyak orang.

Mudah dipahami bahwa utilitarisme sebagai teori etika sesuai dengan pemikiran ekonomis. Misalnya teori ini cukup dekat dengan Cost-benefit analysis (Analisis biaya manfaat) yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat yang dimaksudkan utilitarisme bisa dihitung juga sama seperti menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Keputusan diambil pada manfaat terbesar

32


(38)

dibanding biayanya.41 Prinsip utilitarian dianggap mengasumsikan bahwa kita bisa mengukur dan menambahkan kuantitas keuntungan yang dihasilkan oleh suatu tindakan dan menguranginya dengan jumlah kerugian dari tindakan tersebut dan selanjutnya menentukan tindakan mana yang menghasilkan keuntungan paling besar atau biaya yang paling kecil.42

Kemudian John Stuart Mill melakukan revisi dan mengembangkan lebih lanjut teori ini dalam bukunya utilitarianism yangditerbitkan pada tahun 1861 John Stuart Mill mengasumsikan bahwa pengejaran utilitas masyarakat adalah sasaran aktivitas moral individual. John Stuart Mill mempostulatkan suatu nilai tertinggi kebahagiaan yang mengijinkan kesenangan heterogen dalam berbagai bidang kehidupan. Ia menyatakan bahwa semua pilihan dapat dievaluasi dengan mereduksi kepentingan yang dipertaruhkan sehubungan dengan kontribusinya bagi kebahagiaan individual yang tahan lama. Teori ini dikenal dengan utilitarianisme eudaemonistik. Kriteria utilitas menurutnya harus mampu menunjukkan keadaan sejahtera individual yang lebih awet sebagai hasil yang diinginkan, yaitu kebahagiaan.43

Selain teori utilitarianisme tesis ini juga menggunakan teori keadilan. Teori ini dikemukakan oleh John Rawls. Di dalam bukunya yang berjudul A Theory of

Justice, beliau menyaratkan dua prinsip keadilan sosial yang sangat mempengaruhi

pemikiran abad ke-20 yaitu prinsip- prinsip sebagai berikut:

33

Ibid

34

Ibid., hal. 67

43

Peter Pratley, Etika Bisnis (The essence of Bussiness Ethic), diterjemahkan oleh Gunawan Prasetoi, (Yogyakarta: Penerbit Andi bekerjasama dengan Simon & Schuster (Asia) Pte, Ltd, 1997), hal. 191-192


(39)

1. Paling utama adalah prinsip kebebasan yang sama (Equal liberty) yakni setiap orang memiliki hak atas kebebasan individual (Liberty) yang sama dengan hak orang lainnya.

2. Prinsip kesempatan yang sama (Equal oppurtunity). Dalam hal ini, ketidakadilan ekonomi dalam masyarakat harus diatur untuk melindungi pihak yang tidak beruntung dengan jalan memberi kesempatan yang sama bagi semua orang dengan persyaratan yang adil.44

Apabila kehidupan bisnis ingin berlangsung jangka panjang maka bisnis itu harus memberi jawaban kepada kebutuhan masyarakat dan memberi masyarakat itu apa saja yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan kata lain dunia bisnis harus seimbang dengan kehidupan lingkungan yang bermutu.

CSR adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika berbicara tanggung jawab sosial perusahaan yang dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomis.45 Konsep CSR sudah mulai dikenal dan dipraktekkan di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Dalam pengertiannya yang paling klasik,CSR dapat dipersepsikan sebagai suatu ideologi yang bersifat amal (charity) dari pihak pengusaha kepada masyarakat di sekitar tempat beroperasinya perusahaan tersebut. Ada juga sebagian besar yang mengidentikkan CSR dengan

Community Development (CD). CSR berbeda dengan CD dari segi historis

keberadaan diantara keduanya.

Community Development (CD) merupakan kerelaan perusahaan untuk

memberikan sebentuk benefit bagi masyarakat di sekitar lokasi perusahaan sedangkan

44

John Rawls, A Theory of Justice, (London:Harvard University Press, 1971), hal. 23-24 dikutip dari K. Bertens, Op. cit., hal. 295

37


(40)

CSR muncul sebagai sebuah reaksi atas tuntutan masyarakat yang didasarkan pemikiran bahwa keberadaan perusahaan di suatu tempat akan dan niscaya mengurangi hak-hak masyarakat setempat.

Secara umum CSR merupakan peningkatan kualitas hidup mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari pemangku kepentingan (stakeholders) baik secara internal maupun eksternal.46 CSR merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis beroperasi secara legal untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya beserta masyarakat secara lebih luas. Pengertian ini sama dengan apa yang didefenisikan oleh The World Bussiness Council for Sustainable

Development (WBCSD)47 dalam publikasinya Making Good Bussiness Sense

mendefenisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan “ Continuing

commitment by bussiness to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of live of the workforce and their families as well as the

38

Erni R Ernawan, Op.cit., hal. 110

39

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah merupakan Forum Asosiasi CEO dari sekitar 200 perusahaan yang terlibat secara khusus dengan bisnis pembangunan berkelanjutan, dikutip dari Ika Safithri, Analisis Hukum terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Medan : Pasca Sarjana Hukum USU, 2008), hal. 27

40

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing, 2007), hal. 7

41


(41)

local community and society at large.” (adalah komitmen dunia usaha untuk terus

menerus bertindak secara etis beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komonitas lokal dan masyarakat secara lebih luas).48

Selanjutnya Weeden dan Svendsen menyatakan bahwa CSR berkembang menjadi konsep yang mengandung gagasan tanggung jawab dunia usaha yang mengenal kinerja etis, ramah lingkungan, berjiwa sosial bisnis dan mengutamakan hubungan baik dengan semua stakeholders.49

Di Indonesia, defenisi CSR secara etimologis kerap diterjemahkan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam konteks lain CSR kadang juga disebut sebagai tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha. Namun umumnya bila disebut salah satu darinya konotasinya pasti kembali kepada CSR.

Penerapan CSR tidak luput dari kerjasama pelaku usaha, masyarakat serta pemerintah untuk menciptakan suatu iklim dunia usaha yang berkesinambungan baik dari segi ekonomi, sosial serta lingkungan. Pelaku usaha mestilah mengembangkan kegiatan sosial yang bukan hanya untuk menjaga citra baik perusahaan tetapi juga menjaga kesinambungan (Sustainability) usaha suatu perusahaan dengan membentuk suatu relasi sosial yang kuat dengan masyarakat sekitarnya (kemitraan)


(42)

Pada awalnya pelaksanaan CSR di Indonesia bersifat sukarela sehingga sangat bergantung pada pimpinan puncak korporasi. Artinya kebijakan CSR tidak selalu dijamin selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika pemimpin perusahaan memiliki kesadaran moral yang tinggi maka korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR yang benar. Sebaliknya jika orientasi pimpinannya hanya mengarah pada kepentingan kepuasan pemegang saham serta pencapaian prestasi pribadi maka kebijakan CSR hanya selalu sekedar penghias saja. Sifat CSR yang sukarela absennya produk hukum yang menunjang dan lemahnya penegakkan hukum telah menjadikan Indonesia sebagai negara ideal bagi korporasi yang memang memperlakukan CSR sebagai penghias saja. Hal yang penting bagi perusahaan model ini hanyalah laporan tahunan yang baik dan lengkap dengan tampilan aktivitas sosial serta dana program pembangunan yang telah direalisasi. Padahal program CSR sangat penting sebagai kewajiban untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi- kondisi kehidupan umat manusia di masa mendatang.50

Berkaitan dengan implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan akan dibuat peraturan pelaksanaanya dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) termasuk mengenai besaran kewajibannya, siapa lembaga yang akan mengawasinya serta apa sanksi jika tanggung jawab diabaikan. Pemerintah masih berupaya mencari titik keseimbangan yang paling sesuai agar kalangan dunia usaha tidak sampai dirugikan

50

Mas Achmad Daniri, “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, http//www.governanceindonesia.com/component/option.com_remostory/func.file/id.50/lang.en/(diakse s pada tanggal 20 November 2009)


(43)

atau terpaksa mencari lokasi investasi di tempat lain dan masyarakat setempat juga mendapatkan keuntungan. Tujuan utama membuat aturan main (Rule of the game) tentang CSR adalah agar perusahaan bisa bekerja dengan tenang.51

Lebih lanjut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bussiness for

Social Responsibility,52 adapun manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan yang mengimplementasikan CSR antara lain:

a. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and market

share)

b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strengthened and brand

positioning)

c. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (Enchanced Corporate

Image and Clout)

d. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan mempertahankan karyawan (Increased ability to attract, motivate, and retain employes) e. Menurunkan biaya operasional perusahaan (Decreasing operating cost)

43

“Pemerintah siap terbitkan PP Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, http//www. Antara.co.id, diakses pada tanggal 8 Desember 2009

44

Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social Responsibility :Doing the most good for your company and your cause, (New Jersey :John Wiley and sons, inc, 2005), hal. 10. Business Social Responsibility adalah suatu organisasi non-profit secara global, yang memberikan informasi, instrumen, pelatihan-pelatihan dan jasa konsultasi yang berkaitan dengan Corporate Social Responsibility dalam melakukan kegiatan dan strategi bisnis perusahaan. (business for social responsibility is a leading nonprofit global organization providing business with information tools, training and advisory services related to integrating corporate social responsibility in their business operation and strategies), sebagaimana dikutip dari Ika Safithri, Op.cit., hal. 34


(44)

f. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan (Increased

appeal to investors and financial analysts).

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif didefenisikan sebagai penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder.53

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Data atau bahan penelitian dalam tesis ini dihimpun dari beberapa sumber yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru ataupun pengertian yang baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai studi

53

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia,1988), hal. 10


(45)

gagasan dalam bentuk Undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Bahan Hukum Sekunder

yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek telaan penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, majalah maupun dari internet.

3. Analisis Data

Pengelolaan data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut.

Dalam hal bahan-bahan hukum primer, hukum sekunder dan tersier yang dimaksud telah diperoleh, maka bahan hukum tersebur diperiksa kembali kelengkapan dan konsistensinya satu sama lain, kemudian disismasir sesuai permasalahan dari penelirian ini. Selanjutnya bahan hukum tersebut diolah secara


(46)

kualitatif dengan melakukan identifikasi yang logis, sistematis sesuai dengan tema untuk dianalisis. Analisis bahan hukum dilakukan secara kualitatif kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan cara deduktif sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ditetapkan.


(47)

BAB II

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM ETIKA BISNIS SEBAGAI SEBUAH KEWAJIBAN PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

A.Tinjauan Umum dan Prinsip Etika Bisnis 1. Pengertian Etika

Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yang dalam bentuk tunggal yaitu ethos dan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos berarti sikap, cara berpikir, watak kesusilaan atau adab. Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata latin mos yang dalam bentuk jamaknya mores yang berarti juga adat-istiadat atau cara hidup.54 Etika dan moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian terdapat perbedaan. Moral biasanya dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai/dikaji (dengan kata lain perbuatan itu dilihat dari dalm diri orang itu sendiri), artinya moral merupakan subjek, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat tertentu (merupakan aktivitas atau hasil pengkajian).55

Etika merupakan penilaian terhadap baik atau buruknya bagi perilaku manusia. Etika mencari perilaku manusia yang manakah yang baik, artinya etika merupakan suatu penilaian terhadap perilaku yang paling baik dilakukan manusia. Penilaian ini bersifat sebuah keharusan, hal ini berbeda dengan moral yang tidak

54

W.Poespoprodjo, Filsafat Moral, Bandung: Remaja Karya, 1986 dikutip dari Erni R. Ernawan, Op.cit., hal. 1

55


(48)

merupakan sebuah keharusan. Moral hanya merupakan penilaian yang hanya terbatas pada pengetahuan yang dihasilkan dari tenaga manusianya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah etika diartikan sebagai: (1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral

(3) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

6. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.56

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah merupakan suatu cabang ilmu filsafat. Tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai tentunya dapat diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu.57

Etika merupakan penelaaahan standar moral, proses pemeriksaaan standar moral atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterpakan dalam situasi dan permasalahan yang konkrit.58 Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut dan standar yang telah kita pertimbangkan dan kita putuskan secara

56

Erni R.Ernawan, Op.cit., hal. 2

57

Ibid., hal. 7

58

Manuel G Velazguez, diterjemahkan oleh Ana Purwaningsih, Kurnianto, dan Totok Budi Santoso,Op.cit., hal. 12


(49)

cermat adalah standar yang benar untuk kita terima dan terapkan pada pilihan untuk mengisi hidup kita.

Etika merupakan bagian penting di dalam masyarakat, dimana etika sebagai suatu penilaian terhadap sikap baik dan buruknya perilaku individu di tengah masyarakat.

2. Pengetian Bisnis

Bisnis adalah kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.59 Bisnis adalah kegitan dalm mencari kentungan. Bisnis menitik beratkan suatu kegitan yang menghasilkan sesuatu yang bernilai secara ekonomis. Pengertian Bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:

a. Kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai sesuatu maksud.

b.Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan.60

Bisnis erat kaitannya dengan pencapaian tujuan secara ekonomis. Dengan kata lain bisnis hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya. Bisnis mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan stakeholders dan shareholders. Etika bisnis merupakan salah satu dari bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia

59

Erni R Ernawan, Op.cit., hal. 7

60


(50)

bisnis.61 Etika bisnis merupakan suatu aplikasi dalam mempelajari kebijakan pelaku bisnis dalam kegiatan bisnis yang dilakukan pelaku bisnis. Atau dengan kata lain etika bisnis adalah kegiatan pelaku bisnis. Pelaku bisnis mencakup karyawan, konsumen dan masyarakat sekitar tempat bisnis tersebut beroperasi. Dalam kerangka konsep etika bisns terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, dan etika perorangan yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan, dan lingkungannya.62

Etika bisnis pada hakikatnya merupakan kajian moralitas atau kesadaran moral yang berfokus pada penerapan standar-standar moral dalam usaha bisnis.63 Etika bisnis harus dipandang sebagi unsur dalam dunia bisnis itu sendiri. Bisnis tanpa etika dalam jangka panjang justru tidak akan berhasil. Standar etika termasuk syarat-syarat keberhasilan dalam dunia bisnis. Pertaruhan dalam bisnis tidak sekedar menyangkut nilai material, melainkan menyangkut pula nilai manusiawi. Bisnis lebih daripada mencari keuntungan saja.

Bisnis menyangkut hubungan antar manusia. Sebagai kegiatan manusia, bisnis juga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi bagi keputusan dan kegiatan manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan lainnya. dari sudut pandangan

61

A.B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009, hal. 10

62

A.B Susanto, Etika Bisnis, Harian Bisnis Indonesia, 14 Juli 2002

55

Manuel G. Velasquez, diterjemahkan oleh Ana Purwaningsih, Kurnianto, dan Totok Budi Santoso, Op. cit., hal. 9-11

56

A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hal. 61-63


(51)

bisnis sendiri, semakin disadari bahwa bisnis yang berhasil adalah bisnis yang memperhatikan norma-norma moral. Para pengusaha menyadari bahwa bisnisnya akan mengalami krisis apabila konsumen, mitra bisnis atau masyarakat secara keseluruhan tidak lagi percaya kepadanya, akibat tindakan pengusaha yang tidak etis. Semakin terbukanya informasi menyebabkan konsumen cepat sekali mengetahui nama produk, perusahaan atau bisnis yang baik dan mana yang tidak baik.64

B. Tinjauan Umum tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate social responsibility (CSR) menjadi tuntutan yang tak terelakkan

seiring dengan bermunculannya tuntutan komunitas terhadap perusahaan. Perusahaan sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuannya bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja melainkan juga faktor komunitas yang berada disekelilingnya. Ini artinya, telah terjadi pergeseran antara perusahaan dengan komunitas. Perusahaan yang semula memposisikan diri sebagi pemberi donasi melalui kegiatan charity dan philanthropy, kini memposisikan komunitas sebagai mitra yang turut andil dalam kelangsungan sebuah perusahaan.

Komunitas menurut Wilbur J. Peak bukan sekedar sekumpulan orang yang tinggal di lokasi yang sama tetapi juga menunjukkan terjadinya interaksi diantaranya. Jadi, selain ,faktor kesamaan lokasi tempat tinggal, komunitas juga merupakan unit


(52)

sosial yang terbentuk lantaran adanya interkasi diantara mereka.65 Secara pasti, Warren & Cottrell menyebutkan komunitas adalah sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu dimana anggotanya saling berinteraksi, memiliki pembagian peran dan status yang jelas, mempunyai kemampuan untuk memberikan pengaturan terhadap anggota-anggotanya.66

Sedangkan, Rhenald Kasali menunjukkan perbandingan konsep publik dan komunitas sebagai berikut:67

1. Publik internal daan eksternal

Publik internal adalah publik yang berada dalam organisasi, seperti karyawan,manajer, pemegang saham. Publik ekternal adalah publik yang berada di luar organisasi, seperti bank, supplier.

2. Publik primer, sekunder dan marginal

Dalam menjalankan kegiatan humas tentunya tidak semua pesan dapat tersampaikan pada seluruh stakeholders, sehingga perlu disusun skala prioritas berdasarkan masalah yang dihadapi. Prioritas ini akan mebagi pblik menjadi primer yang merupakan terpenting, publik yang kurang penting (sekunder), dan publik yang bisa diabaikan (marginal).

3.Publik tradisional dan publik masa depan

65

Yosal Irianta, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya, (Bandung: Simbiosa Rekatama, 2004), hal. 22

66

A. B Sutanto, Reputation-driven Corporate Social Responsibilty,Op.cit , hal. 32

67


(53)

Publik tradisional adalah publik yang secara otomatis berhubungan dengan organisasi, misalnya karyawan dan pelanggan. Sedangkan publik masa depan adalah publik yang diperkirakan akan mempengaruhi organisasi seperti mahasiswa, peneliti, dan konsumen potensial.

4. Proponents, opponents, uncommitted

Diantara publik yang ada, pastinya ada yang menentang (opponents), berpihak pada organisasi (proponents), dan publik yang tak peduli (uncommitted).

5. Silent majority & vocal majority

Dari kalangan yang menentang ataupun memihak organisasi, tentu ada yang menyatakan penentangan atau dukungannya secara vokal, namun adapula yang menyatakan secar pasif (silent)

Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan komunitas adalah melalui program

Community Relations (CR). CR menurut Jelord sebagai peningkatan partisipasi dan

posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemashlan bersama organisasi dan komunitas.68

Selain CR, juga dikenal adanya program Community development (CD). Budimanta mendefenisikan CD sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diselenggarakan secara sistematis, terencana, dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan

68


(54)

yang lebih baik.69 Secara hakikat, CD merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal. Artinya, industri adalah sebuah elemen dari serangkaian elemen yang ada dalam masyarakat.70

Ada 3 (tiga) alasan penting mengapa perusahaan melakukan program CD:71 1. Izin lokal

Izin lokal dalam konteks ini adalah adanya usaha perusahaan untuk melibatkan komunitas lokal untuk bekerjasama di dalam peusahaan. Sehingga perusahaan dan komunitas lokal dapat memperoleh keuntungan secara bersama-sama. Adanya hubungan yang saling menguntungkan antara komunitas lokal dengan perusahaan.

2. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan

Kemampuan perusahan untuk beradaptasi pada komunitas lokal dapat memberikan implikasi positif terhadap perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Ini karena secara fungsional, komunitas lokal dapat mendukung kinerja perusahaan melalui aktivitas yang terencana yang terdapat dalam program CD.

69

Bambang Rudito, Arif Budimanta& Adi Prasetijo, Corporate Social Responsibility, Jakarta: ICSD, 2004, hal. 25 dikutip dari Reza Rahman, Corporate Social Responsibility antara Teori dan Kenyataan,(Yogyakarta: Media Pressindo,2009), hal. 7

70

A. Sonny Keraf, Op.cit., hal 34

71


(1)

pelaksanaan CSR belum terbit. Saran penulis kepada pemerintah agar segera menerbitkan PP yang berkenaan dengan peraturan pelaksana CSR. Agar tidak terjadi benturan kepentingan antara perusahaan dan stakeholders.

2. Perusahaan tidak dapat berkembang tanpa adanya daya dukung dari lingkungan. Saran yang penulis berikan kepada perusahaan agar kiranya perusahaan dapat lebih peka terhadap isu lingkungan yang saat ini sedang berkembang di tengah masyarakat. Yakni mengenai pemanasan global (global warming), perusahaan diharapkan memiliki langkah konkret dalam mencari solusi mengenai pemanasan global yang terjadi saat ini berupa program pendaur ulangan sampah baik itu sampah organik maupun non organik, pemberian seminar kepada masyarakat maupun akademisi tentang bahaya serta dampak pemanasan global dan masih banyak yang lainnya. Dan saran penulis kepada konsumen atau masyarakat agar kiranya kita dapat arif dalam memilih dan menggunakan produk. Konsumen diharapkan lebih arif dalam memilih dan menggunakan produk dari perusahaan yang telah memproduksi produk tersebut. Produk yang kita beli haruslah ramah lingkungan dan diproduksi oleh perusahaan yang telah arif melakukan tindakan penanggulangan terhadap isu-isu lingkungan dengan melihat di dalam kemasan produk apakah,perusahaan telah melakukan program CSR dan melalui iklan baik di media cetak maupun elektronik.

3. Pemegang saham merupakan bagian yang penting dalam kemajuan suatu perusahaan. Saran yang penulis dapat berikan kepada pemegang saham adalah pemegang saham dalam melakukan program CSR bukan hanya untuk memenuhi


(2)

kewajiban yang telah ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 15 huruf b, tetapi lebih ke arah bahwa pemegang saham memiliki andil yang cukup besar terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Pemegang saham diharapkan melakukan CSR dengan memberikan mandat kepada direktur/manager perusahaan untuk lebih meningkatkan program CSR yang lebih mengedepankan pemeliharaan lingkungan sekitar dan kesejahteraan sosial.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

I.

Buku

Ahmad kamaruddin, Dasar-dasar Manajemen Investasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996)

Anoraga Panji. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing, (Semarang: Pustaka Jaya, 2005)

Bank, The World. Iklim Investasi yang lebih baik bagi setiap orang (Jakarta: Penerbit Salemba empat, 2005)

Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis (seri filsafat Atmajaya : 21). Yogyakarta:Kanisius,2000

Ernawan, Erni R. Bussiness Ethics : Etika Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2007 Fuady, Munir. Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law, Eksistensinya dalam

Hukum Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002

Ginting, Jamin. Hukum Perseroan Terbatas (UU No. 40 Thun 2007). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007

H.S Salim & Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Irianta Yosal. Community Relations: Konsep dan aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama, 2004

Kennedy, John E. Era bisnis ramah lingkungan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, 2009

Keraf.Sonny A. Etika bisnis membangun citra bisnis sebagai profesi luhur (pustaka

filsafat). Yogyakarta:Kanisius, 1993

Pratley, Peter. Etika bisnis (The Essence of Bussiness Ethic), diterjemahkan oleh Gunawan Prasetio. Yogyakarta: Penerbit Andi bekerjasama dengan Simon & Schuster (Asia) Pte.Ltd., 1997


(4)

Rahman Reza, CSR antara teori & kenyataan. Jakarta: Media Pressindo, 2009

Rudito, Bambang dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains, 2007

Saphiro, Ian. Asas Moral dan Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia yang bekerjasama dengan kedutaan besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institute, 2006

Subagyo, Joko, Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1999

Sugandy, Aca dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan

Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan, Jakarta: PT. bumi Aksara, 2009

Supriadi, Hukum Lingkungan, Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2008

Susanto, A. B. Reputation-driven corporate social responsibility. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009

Siagian Matias dan Agus Suriadi, CSR Perspektif Pekerjaan Sosial, (Medan: Fisip USU Press, 2010)

Siahaan, NHT. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: PT. Erlangga, 2004

---. Hukum Lingkungan. Jakarta: PT. Pancur Alam, 2009

Soemitro, Ronny Hanitijo. Metedologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Velasquez, Manuel G. Etika Bisnis : Konsep dan Kasus (Edisi Ke-5). Diterjemahkan oleh Ana Purwaningsih, Kurnianto, dan Totok Budi Santoso, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005

Wibisono, Yusuf. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho publishing, 2007

II. Media

Diskusi: Implementasi KTT Yohannesburg untuk Indonesia, diselenggarakan oleh Harian Kompas tanggal 25 September 2007


(5)

Safithri, Ika. Analisisi Hukum terhadap pengaturan Corporate Social Responsibility

(CSR) menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun2007 Tentang Perseroan Terbatas, tesis, (Medan : Pascasarjana Hukum USU, 2008)

Samhadi, Sri Hartati. Etika sosial perusahaan multinasional, Harian Kompas tanggal 4 Agustus 2007

Sutanto, A.B. Etika Bisnis, Harian Bisnis Indonesia, Tanggal 14 Juli 2002 III. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia

Undang-Undang Tentang Badan Usaha Milik Negara Nomor 19 Tahun 2003 Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007

Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

Undang-Undang Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009

Keppres Nomor 90 Tahun 1995 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Bantuan yang diberikan untuk pembinaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 Keppres Nomor 92 Tahun 1996 Tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas bantuan

yang diberikan untuk pembinaan keluarga prasejahtera dan sejahtera 1

IV. Internet

Mas Achmad Daniri, “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. http:// www. Governance-indonesia.com, diakses pada tanggal 30 November 2009

CSR, Kegiatan Sukarela yang Wajib Diatur, dimuat dalam www.hukum-online.com pada tanggal 1 Maret 2008, diakses pada tanggal 30 November 2009

Pemerintah Siap Terbitkan PP Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, diakses pada


(6)

Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) dan iklim penanaman modal, ditulis oleh Sukarmi, pada tanggal 4 Januari 2010, diakses pada tanggal 18 Maret 2010

“ Belajar CSR”, http//www. csrindonesia.com, diakses pada tanggal 20 Juni 2010 Khudori, “ Tanggung jawab sosial (semu) Perusahaan”, http//www.ti.or.id, diakses

pada tanggal 20 Juni 2010

“Kondisi Terakhir hutan Indonesia”, http//www.sinarharapan.co.id/berita/0407, diakses pada tanggal 7Agustus 2008

“Program Green and Clean oleh Unilever”, dimuat pada www. waspadamedan.com, diakses pada tanggal 26 Agustus 2010

“Danamon Peduli”, http//www.danamonpeduli.com, diakses pada tanggal 16 September 2010

“Penanaman modal dan kaitannya dengan CSR”, http//www.penanaman modal dan kaitannya dengan CSR.com, diakses pada tanggal 15 September 2010


Dokumen yang terkait

Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

2 46 148

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2 85 118

TINJAUAN YURIDIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG Tinjauan Yuridis Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Studi Di PT Coca-Cola A

0 4 18

IMPLEMENTASI CSR (Corporate Social Responsibility) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telko

0 1 14

PENDAHULUAN Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telkom Tbk. Solo.

0 1 19

DAFTAR PUSTAKA Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Oleh PT. Telkom Tbk. Solo.

0 2 5

Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 9

Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 1

STUDI TENTANG CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DI PT MADUBARU YOGYAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 14