TAP.COM - STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR - IPB REPOSITORY

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili
Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU,
KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili
Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN
SUKABUMI, JAWA BARAT
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, September 2008

Devi Vianika Sri Ambarwati
C 24104033

ABSTRAK

DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI, Studi Biologi Reproduksi Ikan Layur
(Superfamili Trichiuroidea) Di Perairan Palabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh YUNIZAR ERNAWATI dan
NURLISA A. BUTET
Ikan layur (superfamili Trichiuroidea) merupakan salah satu potensi
sumberdaya perikanan yang terdapat sepanjang tahun di perairan Palabuhanratu.
Ikan layur dimanfaatkan sebagai konsumsi dan komoditas ekspor ke negara lain.
Dengan meningkatnya usaha penangkapan dikhawatirkan akan menurunkan
populasi ikan layur. Informasi mengenai studi biologi reproduksi diharapkan

menjadi dasar bagi pengelolaan berkelanjutan sehingga penangkapan dapat
dilakukan secara optimal dan lestari. Ikan contoh diambil dari tiga spesies ikan
layur yaitu Trichiurus lepturus, Lepturacanthus savala dan Gempylus serpens.
Pengambilan ikan contoh dilakukan pada bulan Juli, September dan November
2007 di Perairan Palabuhanratu menggunakan alat tangkap pancing rawai dan
pancing ulur dengan ukuran mata pancing nomor 6, 7, 8, dan 9. Analisis
dilakukan terhadap hubungan panjang berat, faktor kondisi, rasio kelamin, tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan fekunditas. Jumlah sampel
ikan yang dianalisis adalah 194 ekor dari tiga spesies.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan T. lepturus
jantan dan betina adalah allometrik negatif, ikan L. savala dan G. serpens jantan
memiliki pola pertumbuhan allometrik positif sedangkan ikan L.savala dan
G.serpens betina adalah allometrik negatif. Kisaran rata-rata faktor kondisi ikan
T.lepturus dan L.savala betina lebih besar jika dibandingkan dengan faktor
kondisi ikan jantan. Rasio kelamin ikan layur ketiga spesies didominasi oleh ikan
jantan. Ikan layur T.lepturus betina lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan
jantan. Sebaliknya, ikan L.savala jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan
ikan betina. Tidak ditemukan adanya ikan G. serpens betina yang memiliki TKG
III dan TKG IV pada penelitian ini menyebabkan pola pemijahan dan fekunditas
tidak dapat ditentukan. Pada saat penelitian didapatkan bahwa bulan Juli adalah

yang paling tinggi komposisi TKG III dan TKG IV untuk spesies T.lepturus dan
L. savala. Nilai fekunditas ikan betina T. lepturus berkisar antara 2877 – 16875
butir. Fekunditas maksimum dijumpai pada ukuran panjang total 870 mm dengan
berat tubuh sebesar 505,95 gram. Sedangkan nilai fekunditas ikan L. savala
betina berkisar antara 4399 – 15261 butir. Fekunditas maksimum didapatkan
pada ikan betina dengan ukuran panjang total sebesar 927 mm dan berat tubuh
sebesar 295,10 gram. Berdasarkan pola penyebaran diameter telur diduga bahwa
ikan T.lepturus dan L.savala memijah secara partial spawner.

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili
Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU,
KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI
C 24104033

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

SKRIPSI

Judul Skripsi

:

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi

:
:
:

Studi Biologi Reproduksi Ikan Layur (Superfamili

Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat
Devi Vianika Sri Ambarwati
C24104033
Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS
NIP. 130 808 228

Ir. Nurlisa A. Butet,M.Sc.
NIP. 131 925 898

Mengetahui:
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc
NIP. 131 578 799

Tanggal lulus : 19 Agustus 2008

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 Februari 1986
sebagai putri pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak
Data SE. dan Ibu Sri yatun.
Penulis mengawali pendidikan di TK Nadjahut Tholibin II
Jakarta Selatan pada tahun 1990, kemudian melanjutkan di
SDN

Curug 3

Cimanggis pada

tahun


1992

dan

menyelesaikan pendidikan pada tahun 1998.
Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 07 Depok dan
menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan
di SMUN 64 Cipayung, Jakarta Timur pada tahun 2001-2004.

Tahun 2004

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan memilih Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama

mengikuti

perkuliahan,


penulis

aktif

sebagai

pengurus

HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) sebagai
anggota bidang Minat dan Bakat periode 2007/2008. Selain itu penulis juga aktif
dalam kepanitiaan TERUMBU (Temu Ramah Mahasiswa Baru) MSP pada tahun
2006 dan 2007, penulis juga aktif dalam kepanitiaan OMBAK (Orientasi
Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan) pada tahun ajaran
2007/2008. Selain itu penulis juga aktif sebagai Asisten Luar Biasa Mata Kuliah
Fisiologi Hewan Air pada tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008, Asisten Luar
Biasa Mata Kuliah Avertebrata Air pada tahun ajaran 2007/2008 serta Asisten
Mata Kuliah Sumberdaya Perikanan periode 2007/2008.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis


melaksanakan

penelitian

yang

berjudul

“STUDI

BIOLOGI

REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN
PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT”. Penulis
dinyatakan lulus ujian skripsi pada tanggal 19 Agustus 2008.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Studi Biologi Reproduksi Ikan Layur
(Superfamili Trichioroidea) di Perairan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, diharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini
dapat berguna dan bermanfaat, serta dapat digunakan sebagai tambahan informasi
bagi rekan-rekan seprofesi khususnya dan para pembaca umumnya.

Bogor, September 2008

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS dan Ibu Ir. Nurlisa A. Butet M.Sc selaku

dosen pembimbing, atas bimbingan, motivasi dan membantu memberikan
arahan serta masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir Mennofatria Boer DEA selaku pembimbing akademik, atas
bimbingan, doa dan motivasinya selama penulis menjalankan studi.
3. Bapak Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen penguji tamu atas
bimbingan, arahan selama penelitian serta segala kepercayaan yang telah
diberikan untuk turut serta dalam penelitian ini.
4. Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc selaku dosen penguji Departemen atas
segala arahan dan masukan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Departemen

Manajemen

Sumberdaya

Perairan

yang

memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti proyek penelitian dosen
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan tahun 2007.
6. Bapak, Mama, Adikku tercinta (Dedi dan Indah) serta seluruh keluarga ku
yang ada di Cimanggis Depok atas doa, cinta dan semangatnya untuk terus
memotivasi penulis agar tak putus asa serta selalu berjuang dalam
menyelesaikan skripsi.
7. Tim penelitian ikan layur (Fitri dan Irwan) yang telah bekerjasama dengan
baik pada saat penelitian hingga penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman MSP 41, 40, 42 dan 43 atas keceriaan, kesedihan dan
persahabatan yang telah dialami bersama penulis selama menjalankan
studi.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL

..............................................................................

vii

..........................................................................

viii

......................................................................

xi

...........................................................................

1

1.1. Latar belakang .........................................................................
1.2. Rumusan masalah ....................................................................
1.3. Tujuan dan manfaat .................................................................

1
2
3

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

................................................................

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Layur (Superfamili
Trichiuroidea) ..........................................................................
2.2. Habitat dan Tingkah laku Ikan Layur (Superfamili
Trichiuroidea) ..........................................................................
2.3. Penyebaran Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) ................
2.4. Musim Penangkapan ...............................................................
2.5. Hubungan Panjang-Berat .........................................................
2.6. Faktor Kondisi .........................................................................
2.7. Reproduksi ..............................................................................
2.7.1. Rasio Kelamin ..............................................................
2.7.2. Tingkat Kematangan Gonad
........................................
2.7.3. Indeks Kematangan Gonad ............................................
2.7.4. Fekunditas .....................................................................
2.7.5. Diameter Telur ..............................................................
2.7.6. Musim Pemijahan ..........................................................
III. METODE PENELITIAN

4
4
8
10
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

.............................................................

20

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................
3.2. Keadaan Umum Perairan Palabuhanratu .................................
3.3. Alat dan Bahan
....................................................................
3.4. Metode Kerja ..........................................................................
3.4.1. Pengambilan Contoh Ikan di Lapangan
......................
3.4.2. Proses Kerja di Laboratorium ........................................
3.4.2.1. Identifikasi Ikan Contoh ...................................
3.4.2.2. Pengukuran Panjang Berat dan Pengamatan
TKG .................................................................
3.4.2.3. Penentuan Fekunditas .......................................
3.4.2.4. Penentuan Diameter Telur ................................
3.5. Analisis Data ..........................................................................
3.5.1. Hubungan Panjang-Berat ..............................................
3.5.2. Faktor Kondisi ..............................................................

20
21
22
23
23
23
23
23
24
25
25
25
26

3.5.3. Rasio Kelamin ...................................................................
3.5.4. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...................................
3.5.5. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ......................................
3.5.6. Fekunditas .........................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

.....................................................

4.1. Komposisi Tangkapan Ikan Layur (superfamili
Trichiuroidea) ........................................................................
4.2. Sebaran Jumlah Ikan Layur (superfamili Trichiuroidea)
Pada Setiap Kelas Panjang ......................................................
4.3. Hubungan Panjang-Berat ........................................................
4.4. Faktor Kondisi ........................................................................
4.5. Rasio Kelamin .........................................................................
4.6. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
.......................................
4.6.1. Karakteristik Makroskopik Gonad
................................
4.6.2. Karakteristik Mikroskopis Gonad ...................................
4.7. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ............................................
4.8. Fekunditas ...............................................................................
4.9. Diameter Telur ........................................................................
4.10.Aspek Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layur ...........................
V. KESIMPULAN DAN SARAN

27
28
29
29
31
31
34
39
42
46
49
49
63
67
71
73
76

......................................................

78

5.1. Kesimpulan ..................................................................................
5.2. Saran............................................................................................

78
78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

.........................................................................

80

.......................................................................................

83

RIWAYAT HIDUP

............................................................................

115

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Belanak
(Mugil dussumieri) menurut Cassie (1956) dalam Effendie (1997) .....

24

2. Komposisi tangkapan ikan layur di perairan Palabuhanratu
pada bulan Juli, September dan November tahun 2007

...................

31

............................

50

berdasarkan hasil pengamatan secara morfologis ................................

51

3. Tingkat kematangan gonad ikan layur T. Lepturus
berdasarkan hasil pengamatan secara morfologis
4. Tingkat kematangan gonad ikan layur L. savala

5. Tingkat kematangan gonad ikan layur G. serpens
berdasarkan hasil pengamatan secara morfologis

............................

51

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758....................................................

5

2. Lepturacanthus savala Cuvier, 1829......................................................

5

3. Gempylus serpens Cuvier, 1829 ...........................................................

5

4. Distribusi horizantal dan vertikal Scombridae (epipelagis), Gempylidae
(meso-benthopelagis), Trichiuridae (benthopelagis) ………………....

9

5. Penyebaran Ikan Layur .........................................................................

10

6. Peta Lokasi Palabuhanratu ……………………………………………..

20

7. Sebaran jumlah ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) setiap bulan ......

33

8. Sebaran jumlah ikan layur (T. lepturus) jantan dan betina
berdasarkan kelas ukuran panjang total ..................................................

34

9. Sebaran jumlah ikan layur (L. savala) jantan dan betina
berdasarkan kelas ukuran panjang total ...................................................

36

10. Sebaran jumlah ikan layur (G. serpens) jantan dan betina
berdasarkan kelas ukuran panjang total ..................................................

37

11. Hubungan panjang-berat ikan layur (T. lepturus) jantan
dan betina ..............................................................................................

40

12. Hubungan panjang berat ikan layur (L. savala) jantan
dan betina .............................................................................................

40

13. Hubungan panjang berat ikan layur (G. serpens) jantan
dan betina .............................................................................................

41

14. Faktor kondisi ikan layur (T. lepturus) jantan dan betina
berdasarkan waktu pengamatan .............................................................

42

15. Faktor kondisi ikan layur (L. savala) jantan dan betina
berdasarkan waktu pengamatan ...............................................................

43

16. Faktor kondisi ikan layur (G. serpens) jantan dan betina
berdasarkan waktu pengamatan .............................................................

45

17. Rasio kelamin ikan layur (T. lepturus) berdasarkan waktu
pengamatan ...........................................................................................

47

18. Rasio kelamin ikan layur (L. savala) berdasarkan waktu
pengamatan ............................................................................................

48

19. Rasio kelamin ikan layur (G. serpens) berdasarkan waktu
pengamatan .............................................................................................

48

20a. Struktur morfologis testes ikan layur (T lepturus) ..............................

52

20b. Struktur morfologis ovarium ikan layur (T. lepturus) ..........................

52

21a. Struktur morfologis testes ikan layur (L. savala) .................................

53

21b. Struktur morfologis ovarium ikan layur (L. savala) ...........................

53

22a. Struktur morfologis testes ikan layur (G. serpens) …………...............

54

22b. Struktur morfologis ovarium ikan layur (G. serpens) ………..............

54

23. Tingkat kematangan gonad (%) ikan layur (T. lepturus)
jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ................................

55

24. Tingkat kematangan gonad (%) ikan layur (T. lepturus)
jantan dan betina berdasarkan selang kelas panjang total ....................

57

25. Tingkat kematangan gonad (%) ikan layur (L. savala)
jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ..................................

58

26. Tingkat kematangan gonad (%) ikan layur (L savala)
jantan dan betina berdasarkan selang kelas panjang total ......................

59

27. Tingkat kematangan gonad (%) ikan layur (G. serpens)
jantan dan betina berdasarkan waktu pengamatan ..................................

60

28. Tingkat kematangan gonad (%) ikan layur (G. serpens)
jantan dan betina berdasarkan selang kelas panjang total ......................

61

29a. Struktur histologis gonad ikan layur (T. lepturus) jantan .....................

64

29b. Struktur histologis gonad ikan layur (T. lepturus) betina .....................

64

30a. Struktur histologis gonad ikan layur (L. savala) jantan ..........................

65

30b. Struktur histologis gonad ikan layur (L. savala) betina .........................

65

31a. Struktur histologis gonad ikan layur (G. serpens) jantan ......................

66

31b. Struktur histologis gonad ikan layur (Gempylus serpens) betina ..........

66

32. Indeks kematangan gonad (IKG) Ikan layur T.lepturus
berdasarkan jantan dan betina ................................................................

68

33. Indeks kematangan gonad (IKG) Ikan layur L.savala
berdasarkan jantan dan betina ................................................................

69

34. Indeks kematangan gonad (IKG) Ikan layur G.serpens
berdasarkan jantan dan betina ................................................................

70

35. Hubungan fekunditas dengan panjang dan berat tubuh ikan layur
jenis T. lepturus .....................................................................................

72

36. Hubungan fekunditas dengan panjang dan berat tubuh ikan layur
jenis L. savala .........................................................................................

73

37. Sebaran diameter telur ikan layur (T. lepturus) .....................................

74

38. Sebaran diameter telur ikan layur (L. savala) .........................................

75

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

1. Gambar Perahu Pancing Layur

Halaman

........................................................

2. Gambar Alat Tangkap Ikan layur di Palabuhanratu

84

.........................

85

...............................................

86

4. Sebaran distribusi ukuran ikan layur jenis T. Lepturus .........................

88

5. Sebaran distribusi ukuran ikan layur jenis L.savala

........................

89

6. Sebaran distribusi ukuran ikan layur jenis G. Serpens.........................

90

3. Proses pembuatan preparat histologi

7. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan layur jenis T. lepturus jantan
dan betina pada setiap waktu pengambilan sampel ...........................
.
8. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan layur jenis L. Savala jantan
dan betina pada setiap waktu pengambilan sampel .............................
9. Nilai rata-rata faktor kondisi ikan layur jenis G.serpens jantan
dan betina pada setiap waktu pengambilan sampel .............................
10. Rasio kelamin ikan layur jenis T lepturus berdasarkan waktu
pengambilan ikan contoh ................................................................
.
11. Rasio kelamin ikan layur jenis L. savala berdasarkan waktu
pengambilan ikan contoh ...................................................................

91

92

93

94

94

12. Rasio kelamin ikan layur jenis G. serpens berdasarkan waktu
pengambilan ikan contoh ...................................................................

94

13. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin ikan layur
jenis T.lepturus
.............................................................................

95

14. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin ikan layur jenis L.savala ......

96

15. Uji Chi-square terhadap nisbah kelamin ikan layur jenis G.serpens ....

97

16. Sebaran frekuensi tingkat kematangan gonad (TKG) ikan layur
jenis T. Lepturus ..................................................................................

98

17. Sebaran frekuensi tingkat kematangan gonad (TKG) ikan layur
jenis L.savala ........................................................................................

99

18. Sebaran frekuensi tingkat kematangan gonad (TKG) ikan layur
jenis G. Serpens ................................................................................

100

19. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan layur
(T. lepturus) dengan metode Spearmen-Karber ……………………....

101

20. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan layur
(L. savala) dengan metode Spearmen- Karber………….......................

103

21. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad ikan layur
(G. serpens) dengan metode Spearmen-Karber ……………….............

105

22. Kisaran nilai rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) ikan layur
jenis T. lepturus berdasarkan waktu pengambilan ikan contoh ……...

107

23. Kisaran nilai rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) ikan layur
jenis L. savala selama waktu pengambilan ikan contoh ………...........

107

24. Kisaran nilai rata-rata indeks kematangan gonad (IKG) ikan layur
jenis G. serpens selama bulan pengambilan ikan contoh ......................

107

25. Sebaran ukuran diameter telur ikan layur jenis T. lepturus ...................
26. Sebaran ukuran diameter telur ikan layur jenis L. savala .....................

108
109

27. Data ikan layur selama penelitian .........................................................

110

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perairan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi, selatan propinsi
Jawa Barat merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial dengan
sumberdaya ikan yang melimpah.

Posisi geografis perairan Palabuhanratu

terletak pada koordinat 06o57’ – 07 o07’ LS dan 106o49’-107 0 00’ BT. Perairan
Palabuhanratu sebagai daerah penangkapan utama bagi nelayan, berhadapan
langsung dengan Samudera Hindia (Prayitno, 2006).
Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis di dunia.
Di Indonesia, ikan layur menyebar dan dijumpai pada semua perairan pantai
Indonesia.

Penyebarannya meliputi Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu,

Cibanteng, Ujung Genteng dan Sukawayana (www.pipp.dkp).

Daerah

sumberdaya ikan layur di Indonesia yang potensial antara lain adalah di sepanjang
perairan selatan Jawa. Menurut Nontji (2007), di Indonesia terdapat enam jenis
ikan layur. Yang paling umum di pantai-pantai Jawa adalah Trichiurus haumela.
Di depan muara-muara sungai di Sumatera umumnya dijumpai pula ikan layur
berukuran kecil yaitu Trichiurus glossodon dan Trichiurus savala.
Ikan layur pada umumnya dikenal dengan nama ribbon fishes merupakan
salah satu ikan komersial penting, komoditi perikanan yang potensial dan prospek
ekonomi tinggi, serta mulai diperhitungkan sebagai komoditi ekspor (El-Haweet
dan Ozawa, 1995).

Permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung

meningkat terutama dari beberapa negara Asia khususnya Cina, Jepang, Taiwan
dan Korea (Ye dan Rosenberg, 1991).
Produksi layur di PPN Palabuhanratu terus meningkat dari tahun ketahun.
Berdasarkan data tahun 2002-2007 dari PPN Palabuhanratu, setiap tahunnya
Palabuhanratu menghasilkan tidak kurang dari 185,47 ton ikan layur dengan nilai
produksi rata-rata mencapai Rp. 1.153.400.038 per tahun. Selama kurun waktu 6
tahun ini, tercatat hanya di tahun 2003 yang mengalami penurunan total produksi.
Sedangkan selebihnya memperlihatkan peningkatan total produksi (PPN
Palabuhanratu, 2007). Hal ini disebabkan terus meningkatnya permintaan layur
baik dari pasar domestik maupun untuk keperluan ekspor. Jumlah ini merupakan

angka yang cukup besar sebagai suatu komoditi perikanan untuk dikembangkan
lebih lanjut.
Permintaan pasar ikan layur cenderung meningkat. Hal ini menyebabkan
usaha penangkapan pun meningkat. Dengan semakin meningkatnya usaha
penangkapan maka penangkapan ikan layur di perairan Palabuhanratu cenderung
tidak terkendali, karena hasil tangkapan merupakan prioritas bagi nelayan. Tidak
jarang pada ikan - ikan kecil serta ikan yang matang gonad dan siap berpijah juga
ikut tertangkap. Dengan penangkapan ikan yang tidak terkendali dan berlangsung
terus menerus, dikhawatirkan akan terjadi overfishing yaitu penurunan populasi
ikan yang disebabkan oleh berkurangnya input individu baru dalam populasi
tersebut akibat adanya tekanan penangkapan yang besar (terutama penangkapan
yang dilakukan bersamaan dengan musim pemijahan).
menyebabkan perubahan struktur

populasi.

Overfishing dapat

Selain itu ukuran ikan yang

tertangkap semakin berkurang. Oleh karena itu diperlukan usaha rekruitmen dan
reproduksi untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan
jenisnya.
Pengetahuan tentang biologi reproduksi merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan dalam rangka pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan layur.
Dengan mengetahui aspek reproduksi ikan layur maka penangkapan dapat
dilakukan secara optimal dan lestari sehingga diharapkan kelestarian tetap terjaga
dan menjadi dasar dalam pengelolaan berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah
Perairan Palabuhanratu merupakan salah satu daerah perikanan yang
potensial dengan sumberdaya ikan yang melimpah. Salah satu jenis potensi ikan
yang terdapat sepanjang tahun di Palabuhanratu adalah ikan layur.

Tetapi

penelitian tentang ikan ini masih jarang, sehingga informasi-informasi yang
berguna bagi pengelolaan perikanan masih terbatas. Salah satu informasi penting
yang dibutuhkan yaitu mengenai aspek biologi reproduksi.
Dalam pengelolaan untuk menjamin kelestarian sumberdaya maka
reproduksi berperan untuk mengetahui ukuran ikan pertama kali matang gonad.
Informasi tersebut berguna untuk mengetahui ukuran ikan pertama kali mencapai

matang gonad sehingga pemanfaatan ikan layur dapat dilakukan secara
bertanggung jawab seperti pengaturan ukuran penangkapan (konsumsi) sehingga
memberi kesempatan ikan layur untuk bereproduksi.

Selain itu pengetahuan

tentang biologi reproduksi berguna untuk mengetahui bulan dimana ikan betina
paling banyak ditemukan matang gonad sehingga dapat dilakukan pengaturan
musim penangkapan dimana penangkapan dilakukan sebelum dan setelah musim
pemijahan.

1.3. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi reproduksi diantara
ketiga spesies ikan layur (Trichiurus lepturus, Lepturacanthus savala dan
Gempylus serpens) seperti rasio kelamin, faktor kondisi, tingkat kematangan
gonad, fekunditas, diameter telur dan pola pemijahan.

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi salah satu informasi yang berguna dalam upaya
pengelolaan ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) dan pemanfaatan secara
optimal di perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea)
Penelitian mengenai biologi reproduksi ikan layur mencakup dua famili
(Trichiuridae dan Gempylidae). Famili Trichiuridae terdiri dari dua genus yaitu
Trichiurus (Gambar 1) dan Lepturacanthus (Gambar 2).

Famili Gempylidae

terdiri dari genus Gempylus (Gambar 3). Adapun klasifikasi ikan layur menurut
Nakamura dan Parin (1993) adalah sebagai berikut :
Filum

: Chordata

Superkelas

: Gnathostomata

Kelas

: Osteichthyes

Sub Kelas

: Actinopterygii

Infrakelas

: Teleostei

Divisi

: Euteleostei

Superordo

: Acanthopterygii

Ordo

: Perciformes

Sub Ordo

: Scombroidei

Superfamili

: Trichiuroidea

Famili

: Trichiuridae
Gempylidae

Genus

: Trichiurus
Lepturacanthus
Gempylus

Spesies

: Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758
Lepturacanthus savala Cuvier, 1829
Gempylus serpens Cuvier, 1829

Nama Indonesia

: Layur

Nama lokal

: Layur (PPN Pemangkat), Layur (PPP Teluk Batang),
Baledang (PPN Sibolga), Layur (PPN Brondong), Layur
(PPP Pengambengan), Baledang (PPS Bungus), layur
(PPN Kejawanan), Layur (PPN Ambon), layur (PPS
Belawan), Layur (PPP Karangantu), Layur (PPS Nizam

Zachman Jakarta), Layur (PPN Palabuhan Ratu), Layur
(PPS Kendari), Layur (PPP Tegalsari), Layur (PPS
Cilacap), Layur (PPN Prigi), Layur (PPN Pekalongan).
Meleu (Trichiurus lepturus), Golok (Lepturacanthus
savala), Gelang luyung (Gempylus serpens).

Gambar 1. Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758
(Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2. Lepturacanthus savala Cuvier, 1829
(Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3. Gempylus serpens Cuvier, 1829
(Dokumentasi Pribadi)

Ikan layur (Trichiurus) mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut :
badan sangat panjang, gepeng, ekornya panjang bagai cemeti. Kulitnya tidak
bersisik, warnanya putih seperti perak, sedikit kekuningan. Sirip perut tidak ada,
sedangkan sirip duburnya terdiri dari sebaris duri-duri kecil. Rahang bawah lebih
panjang daripada rahang atasnya. Mulutnya lebar dan kedua rahangnya bergigi
yang kuat dan tajam. Ikan ini bersifat karnivor. Ukuran panjangnya bisa sampai
lebih 100 cm (Nontji, 2007).
Superfamili Trichiuroidea terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan
Gempylidae. Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki ciri-ciri tubuh memanjang,
pipih, dan semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih panjang dari
rahang atas. Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip
dorsalnya tumbuh sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan
sirip ventralnya kecil atau tidak ada (Nakamura dan Parin, 1993).
Ciri-ciri morfologi T. lepturus (Gambar 1) adalah sebagai berikut : Tubuh
memanjang dan sangat pipih seperti pita. Mulut besar dengan gigi seperti taring.
Ukuran mata besar dengan diameter mata 5 - 7 kali panjang kepala. Sirip dorsal
tinggi dan panjang dengan jumlah sirip lemah sebanyak 130 – 135

Tidak

mempunyai sirip kaudal dan sirip pelvic. Sirip anal tereduksi menjadi menjadi
sejumlah duri terpisah (slit) namun tidak terkubur dalam kulit. T. lepturus
mempunyai slit pada sirip anal kecil dan halus. Panjang maksimum tubuhnya
adalah 120 cm, pada umumnya memiliki panjang tubuh antara 50 - 100 cm.
Warna tubuh saat segar adalah biru baja dengan

refleksi metalik, dan sirip

pektoral semi transparan, bagian sirip lainnya terkadang dilengkapi warna kuning.
Sedangkan dalam kedaan mati ikan layur akan berwarna perak keabuan
(Nakamura dan Parin, 1993).
Ikan layur L. savala (Gambar 2) mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai
berikut : tubuh memanjang dan sangat pipih. Mulut besar dengan gigi seperti
taring. Diameter mata 6-10 kali panjang kepala. Sirip dorsal tunggal memanjang
dari belakang kepala sampai hampir ke ujung tubuh, jumlah sirip lemah pada
dorsal adalah 110 - 120. Sirip pektoral lebih pendek dari panjang moncong, tidak
terdapat sirip pelvis, sirip anal tereduksi menjadi sejumlah duri terpisah namun
tidak terkubur dalam kulit. Tidak terdapat sirip kaudal (ekor). Garis lateral lebih

dekat dengan ventral daripada dorsal.

Dalam keadaan mati berwarna perak

keabu-abuan. Panjang maksimum tubuhnya 100 cm, pada umumnya mencapai
70 cm (Nakamura dan Parin, 1993).
Perbedaan ikan layur spesies T. lepturus dengan L. savala, dapat terlihat
dari slit (deretan duri-duri kecil) pada sirip anal. T. lepturus mempunyai slit pada
sirip anal kecil dan halus, sedangkan L. savala mempunyai slit pada sirip anal
kasar dan jelas terlihat.

Selain itu dapat terlihat dari bentuk kepala dengan

memperhatikan sagital crest-nya, dimana T. lepturus mempunyai sagital crest,
sedangkan L. savala tidak mempunyai sagital crest (Nakamura dan Parin, 1993).
Menurut Nakamura dan Parin (1993), G. serpens adalah jenis ikan layur
dari famili Gempylidae. Memiliki panjang standar maksimum sekitar 1 m, pada
umumnya mencapai 60 cm.

Bentuk

tubuh sangat memanjang, ramping.

Moncong berbentuk kerucut, dengan ujung tajam. Gigi di kedua rahang sangat
kuat dan tajam. Ukuran mata besar meliputi 6 kali panjang kepala. Sirip dorsal
pertama berjumlah 28 - 32, sirip dorsal kedua dengan 1 duri kecil dan berjumlah
11 sampai 14 jari-jari lemah diikuti 5 – 6 finlet. Sedangkan sirip anal berjari-jari
keras berjumlah 1 hingga 3 dan 10 – 12 jari-jari sirip lemah, diikuti dengan 6 – 7
finlet. Sirip pektoral memiliki 14 jari-jari lemah. Sirip kaudal kecil dan memiliki
dua garis linea lateralis. Warna tubuhnya coklat gelap dengan refleksi cahaya
metalik, terkadang terdapat noda-noda hitam kecil di atas sirip pektoral, sirip
berwarna coklat gelap dengan tepi berwarna gelap (Gambar 3).
Perbedaan ikan layur famili Trichiuridae dengan Gempylidae dapat terlihat
dari letak nostrilnya (lubang hidung), dimana untuk famili Trichiuridae memiliki
satu nostril sedangkan famili Gempylidae memiliki dua nostril. Selain itu, famili
Trichiuridae mempunyai satu garis linea lateralis, sedangkan famili Gempylidae
linea lateralis berjumlah dua.

Famili Trichiuridae mempunyai sirip dorsal

menyatu, sirip dorsal kedua lebih panjang dibandingkan sirip dorsal pertama.
Sedangkan sirip dorsal famili Gempylidae terpisah, dimana sirip dorsal kedua
pendek dibandingkan sirip dorsal pertama (Nakamura dan Parin, 1993).

2.2. Habitat dan Tingkah laku Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea)
Habitat ikan layur adalah pada perairan pantai yang dalam dengan dasar
berlumpur. Walau digolongkan pada jenis ikan demersal, jenis ikan ini biasanya
muncul ke permukaan pada waktu senja untuk mencari makan (Badrudin dan
Wudianto. 2004). Ikan layur famili Trichiuridae dalam hal ini ikan layur jenis T.
lepturus dan L. savala termasuk ikan benthopelagis yaitu ikan yang secara
bermusim menghuni dasar sampai ke permukaan. Ikan layur terdapat di perairan
pantai pada daerah dengan dasar pasir, membentuk gerombolan yang besar
(Whitehead, et al., 1986). Ikan-ikan muda ditemukan di perairan yang sangat
dangkal kurang dari 10 m (www. research.kahaku.go.jp).
Layur berenang dengan tubuh hampir sepenuhnya vertikal dengan kepala
berada di sebelah atas.

Badrudin dan Wudianto (2004) menyebutkan bahwa

habitat ikan layur meliputi perairan laut, estuaria (muara sungai), rawa pantai,
mangrove sampai perairan payau. Populasi ikan layur lebih banyak tertangkap di
perairan pantai yang dangkal di sekitar muara-muara sungai.
Habitat ikan layur meleu (T. lepturus) yaitu hidup pada perairan
benthopelagis, berada di permukaan perairan hingga kedalaman 350 meter atau
lebih. Distribusinya tersebar pada perairan tropis dan subtropis (Nakamura dan
Parin, 1993). Selain itu, ikan ini juga tersebar pada daerah samudera Pasifik
bagian timur yaitu dari California hingga Peru (www.fishbase.org). Sedangkan
habitat ikan layur golok (L. savala) berada pada perairan benthopelagis dengan
kedalaman yang berkisar antara 250 – 300 meter. Distribusinya tersebar di daerah
samudera Hindia, Laut Merah, mulai dari pantai barat India dan Laut Timor
(Nakamura dan Parin, 1993).
G. serpens adalah jenis ikan snake mackerel. Ikan ini hidup dilapisan
mesopelagis dan benthopelagis dengan kedalaman mencapai 200 m dan pada
umumnya hidup di dasar. Ikan G. serpens yang berukuran besar pada umumnya
soliter. Ikan G. serpens yang dewasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari.
Ikan G. serpens tersebar di perairan tropis dan subtropis, namun individu dewasa
sering tertangkap di perairan hangat (temperate), terkadang kita dapat menemukan
G. serpens di daerah lepas pantai. Ikan ini merupakan perenang cepat. Pola ruaya

ikan layur G. serpens yaitu ikan betina tersebut akan memijah pada perairan yang
lebih dalam (Nakamura dan Parin, 1993).
Ikan layur digolongkan amphidromous yaitu ikan yang melakukan ruaya
untuk mencari makan. Migrasi dalam siklusnya tidak dapat diprediksi dan dapat
mencapai lebih dari 100 km (www.fishbase.org). Ikan layur melakukan migrasi
secara vertikal dalam 1 hari. Ikan layur dewasa bermigrasi ke permukaan perairan
(kedalaman 80-140m) pada siang hari dan kembali bermigrasi ke dasar perairan
pada malam hari untuk mencari makan (Wojciechowski, 1972).

Ikan layur

anakan yang berukuran kecil akan membentuk gerombol (schooling) mulai dari
dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari menyebar
serta berkelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan (Nurhayati,
2006). Parin (1986) menyatakan bahwa T. lepturus dan L. savala merupakan ikan
yang hidup secara bergerombol (schooling).
Nakamura dan Parin (1993) mempelajari korelasi antara tipe habitat dari
Gempylidae, Trichiuridae dan Scombridae.

Ikan-ikan Scombridae hidup di

daerah epipelagis, mereka hidup di kolom perairan bagian atas dari samudera
lepas. Ikan-ikan Trichiuridae hidup di daerah benthopelagis dan hidup di atas
dasar perairan. Ikan-ikan Gempylidae hidup di daerah benthopelagis dan
mesopelagis, ikan tersebut hidup di perairan yang lebih dalam pada samudera
lepas. Korelasi dari tipe habitat ketiga famili ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Distribusi horizantal dan vertikal Scombridae (epipelagis), Gempylidae
(meso-benthopelagis), Trichiuridae (benthopelagis)
(Nakamura dan Parin, 1993)

2.3. Penyebaran Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea)
Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis di dunia.
Perlu diketahui bahwa menurut Ditjen Perikanan (1979), ikan layur terdapat di
perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina
Selatan hingga pantai utara Australia dan tersebar luas pada perairan dangkal di
Afrika Selatan. Daerah penyebaran ikan layur juga terdapat pada perairan pantai
seluruh Indonesia, seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng,
Ujung Genteng dan Sukawayana. Jenis yang banyak ditemukan di pantai-pantai
Jawa adalah dari jenis Trichiurus haumela, sedangkan jenis Trichiurus savala
banyak ditemukan di muara-muara sungai di Sumatera. Selain itu Kepadatan ikan
layur tertinggi terdapat di utara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Distribusi ikan
layur di dunia dapat dilihat pada Gambar 5 dan ditunjukkan oleh warna merah.

Gambar 5. Penyebaran Ikan Layur
(www.fishbase.org, 2007)
Keterangan :
: Konsentrasi Daerah Penyebaran Ikan Layur

2.4. Musim Penangkapan
Tampubolon (1990) menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil tangkapan
ikan di daerah Palabuhanratu, musim penangkapan ikan dapat digolongkan dalam
tiga kelompok yaitu :
1. Musim banyak ikan (Juni-September)
2. Musim sedang ikan (Maret-Mei dan Oktober-November)
3. Musim kurang ikan (Desember-Februari).
Akibat tekanan penangkapan ikan yang terjadi beberapa tahun ini, ikan
layur harus mampu beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya sekitar 95%

pada tahun pertama untuk menjadi matang gonad (Ye dan Rosenberg, 1991).
Menurut Kaswadji et al. (1995) dalam Rosita (2007), perbedaan hasil tangkapan
yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, jumlah upaya
penangkapan, tingkat keberhasilan operasi penangkapan, dan keberadaan ikan itu
sendiri.
Anita (2003) menyatakan bahwa ikan layur yang banyak tertangkap di
Teluk Palabuhanratu adalah dari jenis L. savala. Ikan layur yang biasa di ekspor
dari Palabuhanratu adalah ikan layur jenis L. savala dengan kisaran berat 200 –
700 gram/ekor, tidak boleh berada dalam keadaan cacat berupa ekor putus lebih
dari 15 cm, perut pecah serta luka-luka pada tubuhnya. Nakamura dan Parin,
1993 menyatakan bahwa, belum ada perikanan khusus terhadap G serpens. Layur
jenis ini biasanya tidak sengaja tertangkap dengan menggunakan rawai tuna.
Penangkapan ikan layur di perairan Palabuhanratu dilakukan dengan
menggunakan pancing ulur dan pancing rawai atau nelayan setempat
menyebutnya rawai layur.

Walaupun ada juga yang tertangkap dengan alat

tangkap lain selain pancing, seperti sero, jermal, bubu, namun kebanyakan ikan
layur tertangkap dengan pancing rawai. Pancing rawai dasar adalah tipe rawai
yang dipakai untuk menangkap ikan yang hidup di dasar perairan (Setiawan,
2006).

Pada umumnya nelayan Palabuhanratu menggunakan ukuran mata

pancing nomor 8 (komunikasi pribadi, 2008) namun ada juga yang menggunakan
ukuran mata pancing nomor 7-9. Jika ikan layur yang diinginkan berukuran besar
dapat digunakan mata pancing nomor 7 (Prayitno, 2006).

2.5. Hubungan Panjang-Berat
Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu
bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hal ini disertai anggapan
bahwa bentuk dan berat ikan tersebut tetap sepanjang hidupnya. Namun pada
kenyataannya hubungan yang terdapat pada ikan tidak demikian karena bentuk
dan panjang ikan berrbeda-beda. Dengan melakukan analisa hubungan panjang
berat ikan tersebut maka pola pertumbuhan ikan dapat diketahui. Selanjutnya
dapat diketahui bentuk tubuh ikan tersebut gemuk atau kurus (Effendie, 1997).
Rumus umum untuk pertumbuhan dilihat dari hubungan panjang berat (Effendie,

1997) adalah W = aLb , dimana a dan b adalah konstanta yang didapatkan dari
perhitungan regresi, sedangkan W adalah berat total dan L adalah panjang total.
Walpole (1993) menyatakan bahwa jika nilai koefisien korelasi mendekati -1 atau
1 maka terdapat hubungan yang kuat antara kedua variabel.
Berdasarkan hasil penelitian Herianti et al., (1992) bahwa pengujian
terhadap nilai b sebesar 2,8266 untuk spesies T. lepturus dan hasil uji-t juga
menunjukkan bahwa t hitung>ttabel yang berarti bahwa pola pertumbuhannya adalah
allometrik negatif. Berat maksimum yang dapat dicapai ikan layur adalah 470,7
gram dan ikan layur terebut memiliki kisaran panjang antara 20 cm – 83 cm
dengan rata-rata panjang 48 cm. Menurut pernyataan Herianti et al., (1992)
bahwa T. lepturus yang diteliti di perairan Utara Tuban-Lamongan, Jawa timur
kesemuanya

merupakan

hasil

tangkapan

cantrang.

Hasil

penelitian

Wojciechowski (1972) mengenai beberapa aspek biologi ikan layur T. lepturus
yang telah dilakukan di Teluk Mauritania dengan menggunakan alat tangkap
bottom trawl-net didapatkan bahwa kisaran panjang total antara 300 mm hingga
1450 mm.

Ikan layur T. lepturus di selat Mauritania didominasi pada kelas

ukuran panjang 950 – 1050 mm dan 400 – 500 mm

2.6. Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan
dengan angka-angka berdasarkan data panjang dan berat (Lagler, 1961 dalam
Effendie, 1979). Menurut Effendie (1997), faktor kondisi menunjukkan keadaan
baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Tingkat kematangan gonad dan jenis kelamin mempengaruhi nilai faktor kondisi.
Nilai faktor kondisi ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan, hal ini
menunjukkan bahwa ikan betina memiliki kondisi yang lebih baik dengan mengisi
cell sex untuk proses reproduksinya dibandingkan ikan jantan.
Faktor kondisi dapat dilakukan sebagai indikator kondisi pertumbuhan
ikan di perairan. Faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan
diantaranya ialah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan
yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor
kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad (Effendie, 1997).

Faktor kondisi biasanya digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan
membandingkan berbagai tempat hidup. Apabila dalam suatu perairan terjadi
perubahan yang mendadak dari kondisi ikan itu, situasi demikian memungkinkan
untuk cepat diselidiki. Apabila kondisinya kurang baik mungkin populasinya
terlalu padat, dan sebaliknya apabila kondisinya baik mungkin terjadi
pengurangan populasi atau tersedia makanan yang mendadak.

Variasi faktor

kondisi bergantung pada kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad,
makanan, jenis kelamin dan umur (Effendie, 1979).

2.7. Reproduksi
Reproduksi merupakan kemampuan individu

untuk menghasilkan

keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya (Fujaya,
2004). Nikolsky (1963) menyatakan bahwa reproduksi merupakan mata rantai
dalam siklus hidup yang berhubungan dengan mata rantai yang lain untuk
menjamin

keberlanjutan

spesies.

Sebagian

besar

organisme

akuatik

menghabiskan sebagian besar hidup dan energinya untuk bereproduksi (Royce,
1972).
Ikan memiliki variasi strategi reproduksi agar keturunannya mampu
bertahan hidup. Ada tiga strategi reproduksi yang paling menonjol : 1) memijah
hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia; 2) memijah dalam proporsi
ketersediaan energi; dan 3) memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang
lain, jika sesudah itu individu tersebut mati. Berdasarkan strategi reproduksi yang
dimiliki oleh ikan maka dikenal tipe reproduksi seksual dengan fertilisasi internal
dan reproduksi seksual dengan fertilisasi eksternal (Fujaya, 2004). Ikan layur
memiliki tipe repoduksi seksual dengan fertilisasi eksternal, dimana fertilisasi
eksternal yaitu menggabungkan dua gamet (sperma dan telur) di luar tubuh
masing-masing induk secara terkoordinasi (www.fishbase.org).
Proses reproduksi ikan pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga periode
yaitu periode pre-spawning, periode spawning, dan periode post-spawning.
Periode pre-spawning merupakan periode dimana proses penyiapan gonad untuk
menghasilkan telur dan sperma, peningkatan kematangan gonad dan penyiapan
telur dan sperma yang akan dikeluarkan berlangsung. Periode ini merupakan

bagian paling panjang dalam proses reproduksi, sedangkan periode spawning
merupakan bagian paling pendek. Pada periode spawning berlangsung
pengeluaran telur dan sperma serta pembuahan telur oleh sperma. Periode ketiga
yaitu periode post-spawning merupakan periode berlangsungnya perkembangan
telur yang telah dibuahi, penetasan telur dan pembesaran dari telur menjadi
embrio, larva sampai menjadi anak ikan (Solihatin, 2007).
Berdasarkan penelitian Wojciechowski (1972) bahwa ikan layur
(Trichiuroidea) di Teluk Mauritania mempunyai periode reproduksi secara partial
spawning pada lapisan permukaan dimana suhu dan salinitas berperan penting.
Penelitian Tsukahara (1962) dan berdasarkan penelitian Wojciechowski (1972)
menunjukkan bahwa ikan layur adalah salah satu spesies ikan yang memiliki
siklus hidup relatif pendek.

Ikan layur yang ditemukan dalam penelitian

Wojciechowski (1972) di Teluk Mauritania mampu hidup hingga umur 8 tahun,
sedangkan penelitian Tsukahara (1962) di Laut Kuning menunjukkan bahwa ikan
layur hidup hingga umur 7 tahun. Berdasarkan penelitian Martins dan Haimovici
(2000) bahwa ikan layur T. lepturus di perairan Subtropis Brazil Bagian Selatan
melakukan siklus reproduksi pada kedalaman 10 – 100 m dan terbagi menjadi tiga
fase musiman yaitu perkembangan gonad dari bulan Juli sampai Oktober,
pemijahan pada bulan November sampai Februari, dan pemulihan dari Maret
sampai Juni. Pada daerah bermusim empat, faktor suhu dan makanan sangat
mempengaruhi siklus reproduksi sedangkan pada daerah tropis faktor suhu tidak
terlalu berpengaruh (Effendie, 1997).

2.7.1. Rasio Kelamin
Rasio kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah
ikan betina dalam suatu populasi dimana perbandingan 1:1 yaitu 50% jantan dan
50% betina merupakan kondisi ideal untuk mempertahankan spesies (Ball dan
Rao, 1984).

Namun pada kenyataanya di alam perbandingan rasio kelamin

tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh
ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan
(Effendie, 1997).

Menurut Ball dan Rao (1984), penyimpangan dari kondisi ideal tersebut
disebabkan oleh faktor tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan
pertumbuhannya.

Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang

pemijahan. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi
oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina
dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina. Perbandingan
rasio kelamin antara jantan dan betina dari L. savala berkisar antara 1 : 1,4. Rasio
terendah untuk jantan selama puncak pemijahan terjadi pada bulan April-Mei dan
November. Berdasarkan penelitian Martin dan Haimovici (2000), menyatakan
bahwa rasio kelamin ikan layur T. lepturus di ekosistem utama Subtropis Brazil
Bagian Selatan tida