Inflasi dan Pengangguran di indonesia tuhan

I.

INFLASI DAN PENGANGGURAN
A. INFLASI

Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua macam barang saja tidak dapat dikatakan
sebagai inflasi kecuali kenaikan tersebut membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian
besar barang-barang lain. Kecenderungan untuk menaik terus-menerus berarti kenaikan harga
selama satu musim atau selama satu periode waktu saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi,
seperti misalnya kenaikan harga menjelang hari raya. Kata kecenderungan pada definisi inflasi
tersebut perlu diperhatikan. Jika seandainya harga sebagian besar barang-barang ditentukan dan
diatur oleh pemerintah, maka harga-harga yang dicatat adalah harga resmi yang diatur oleh
pemerintahsehingga mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun, tapi mungkin dalam
kenyataannya harga yang terjadi dimasyarakat cenderung untuk terus naik.
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjdi inflasi, yaitu:
 Kenaikan harga
 Bersifat umum
 Berlangsung terus menerus
Penggolongan Inflasi
 Menurut laju inflasi pertahun

Inflasi dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
 Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
 Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun)
 Inflasi berat (antara 30% - 100% setahun)
 Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
 Atas dasar sebab terjadinya Inflasi
Berdasarkan penggolongan ini, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (sukirno, 1997,
hal.303):
 Demand pull inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan
berbagai barang terlalu kuat dan permintaan ini tidak diimbangi dengan tersedianya
barang yang disediakan oleh suatu perekonomian. Misalnya, bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan mencetak uang, atau bertambahnya permintaan luar
negeri akan barang-barang ekspor atau juga karena bertambahnya investasi karena adaya
kredit yang murah.[4]
Inflasi tekanan permintaan (Demand pull inflation) adalah inflasi yang
terjadi karena
dominanya tekanan permintaan agregat. Tekanan permintaan meneybabkan output
perekonomian bertanbah, tetapi disertai inflasi, doilihat dari makin tingginya harga umum.
Dalam inflasi ini tidak selalu berarti penawaran agregat tidak bertambah. Yang pasti,
kalaupun terjadi penawaran agregat, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan

permintaan agregat.[5]
 Cost push inflation, yaitu inflasi yang timbul karena adanya kenaikan biaya produksi,
misalnya karena adanya desakan serikat buruh untuk menaikkan tingkat upah minimum
bagi karyawan suatu pabrik, atau naiknya harga bahan bakar minyak.

Berdasarkan darimana inflasi berasal

 Berdasarkan penggolngan ini inflasi dibedakan menjadi:
 Domestic inflation (inflasi yang berasal dari dalam negeri)
Inflasi jenis ini timbul karena adanya faktor-faktor dari dalam negeri yang menyebabkan
terjadinya kenaikan harga. Misalnya pemerintah menambah jumlah uang yang beredar,
adanya peperangan, bencana alam atau adanya kegagalan panen yang menyebabkan
kekurangan bahan makanan pokok.
 Imported inflation (inflasi yang penyebabnya dari luar negeri)
Inflasi jenis ini timbul karena adanya kenaikan haraga barang-barang diluar negeri dan
barang-barang tersebut ddiimpor ke dalam negeri.[6]
 .

Dampak inflasi terhadap perekonomian
 Inflasi dapat mendorong penanaman modal spekulatif

Pada masa inflasi, seseorang akanmeras lebih aman jika menginvestasikan modalnya
dalam bentuk pembelian rumah atau barang berharga lain daipada melakukan investasi
yang produktif. Kondisi ini tidak akan menaikkan investasi yang akan berdampak
terhadap pendapatan nasional.
 Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi tingkat investasi
Dalam kondisi inflasi biasanya pemerintah akan menaikkan tingkat suku bunga untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar didalam masyarakat. Namun kenaikan tingkat
bunga tersebut akan menyebabkan investor enggan melakukan investasi karena bunga
pinjaman yang harus dibayar menjadi lebih tinggi. Pada kondisi ini, investor lebih suka
menyimpan dana di bank dan memperoleh pendapatan dari bunga tabungan.
 Menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa yang akan datang.
 Menimbulkan masalah neraca perdagangan
Inflasi akan menyebabkan harag barang impor menjadi lebih murah daripada barang yang
dihasilkan di dalam negeri, karena itu biasanya inflasi akan menyebabkan impor
berkembang lebih cepat daripada perkembangan ekspor.
Teori Inflasi
Secara garis besar ada tiga kelompok teori inflasi, masing-masing teori ini menyatakan aspek-aspek
tertentu dari proses inflasi dan masing-masing bukan teori inflasi yang lengkap yang mencakup semua
aspek penting dari proses kenaikan harga ini. Ketiga teori itu adalah teori kuantitas, Keynes, dan
Strukturalis.

 Teori kuantitas uang
Teori kuantitasadalah teori yang paling tua mengenai Inflasi, namun teori ini masih sangat berguna
untuk menerangka proses Inflasi dijaman modern ini, terutama dinegara sedang berkembang. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga (expectation). Inti dari teori ini adalah:
 Inflasi hanya bisa terjadi kalau terjadi penambahan volume uang yang beredar (apakah berupa
penambahan uang kartal atau penambahan uang giral tidak menjadi soal). Tanpa ada kenaikan

jumlah uang yang beredar, kejadian seperti, misalnya kegagalan panen hanya akan menaikkan
harga-harga untuk sementra waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar” bagi api
inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab
musabab awal dari kenaikan harga tersebut.
 Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang bereedar dan oleh psikologi
(harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang. Ada 3 kemungkinan
keadaan.
Keadaan yang pertama adalah bila masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan harga-harga untuk
naik pada bulan-bulan mendatang..
Keadaan yang kedua adalah dimana masyarakat mulai sadar akan adanya inflasi sehingga
masyarakat mengharapkan kenaikan harga..
Keadaan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah. Dalam keadaan ini, orang-orang

sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang..
 Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat menginginkan barang dan jasa yang lebih
besar dari pada yang mampu disediakan oleh masyarakat itu sendiri. Proses inflasi menurut kelompok
ini adalah proses perebutan bagian rejeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan
bagian yang lebih besar dari aa yang mampu disediakan oleh masyarakat. Hal ini
menimbulkan inlantiory gap karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia. Golongangolonga tersebut bisa pemerintah yang berusaha memperoleh lebih banyak barang dengan cara
mencetak uang untuk mendanai kebutuhannya tersebut. Golongan yang lain bisa pengusaha-pengusaha
yang ingin melakukan investasi dengan mengambil kredit dari bank atau bisa juga serikat buruh yang
meminta kenaikan upah melebihi produktivitasnya.
 Teori Strukturalis
Teori ini mrmberikan ttitik tekan pada ketegaran atau infleksibilitas dari struktur perekonomian
negara sedang berkambang berjalan sangat lambat dalam jangka panjang. Teori ini seringkali diseut
teori inflasi jangka panjang. Menurut teori ini ada dua ketegaran utama yang dapat menimbulkan
inflasi.
Pertama, ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lamban
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu jrnis
barang ekspor yang kurang responsif terhadap kenaikan harga dan nilai tukar barang ekspor yang
semakin memburuk. Kedua hal inilah yang menyebabkan banyak negara berkembang mengambil
keputusan menggalakkan industri substitusi impor, meskipun dengan biaya produksi yang lebih mahal

dan kualitas yang lebih rendah. Dengan demikian, industri substitusi impor ini dapat mengakibatkan
inflasi yang dikarenakan adanya ekonomi biaya tinggi.
Kedua, ketidakelastisan produksi bahan makanan didalam negeri.dalam hal ini laju pertumbuhan
bahan makanan didalam negeri tidak secepat laju pertambahan penduduk dan laju pendapatan
perkapita. Akibat dari keadaan ini terjadi kenaikan harga barang-barang lainnya. Selanjutnya akan
muncul tuntutan dari para karyawan untuk memperoleh kenaikan upah, dengan demikian akan
menyebabkan kenaikan ongkos produksi, sehingga biaya produksi total meningkat. Hal ini
menyebabkan pengusaha meingkatkan harga-harga produknya

B. PENGANGGURAN
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari
pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran ini adalah masalah makro, karena akibat dari
pengangguran ini berdampak pada perekonomian Negara dan masyarakat.
 Macam - Macam Pengangguran
a) Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
a. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena suatu alasan tertentu.
b. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal

karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan
tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh - sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
b) Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam :
1) Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna
penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan
pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Contohnya : Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, untuk
sementaramenganggur. Berhenti dari pekerjaan yang lama, mencari pekerjaan yang baru yang lebih
baik
2) Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang ( naik –
turunnya ) kehidupan perekonomian / siklus ekonomi. Contohnya : Di suatu perusahaan ketika sedang
maju butuh tenaga kerja baru untuk perluasan usaha. Sebaliknya ketika usahanya merugi terus maka

akan terjadi PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ) atau pemecatan.
3) Pengangguran struktural ( structural unemployment )
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan
corak ekonomi dalam jangka panjang. Contohnya : Suatu daerah yang tadinya agraris (pertanian)
menjadi daerah industri, maka tenaga bidang pertanian akan menganggur. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
 Akibat permintaan berkurang
 Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi

 Akibat kebijakan pemerintah
4) Pengangguran musiman ( seasonal Unemployment )
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka
pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya : pada musim panen, para petani
bekerja dengan giat, sementara sebelumnya banyak menganggur.
5) Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga
manusia menjadi tenaga mesin - mesin. Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang yang berprofesi
sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi maka mereka tidak bekerja lagi.
6) Pengangguran Politis
Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara langsungatau tidak,

mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank - bank bermasalahsehingga menimbulkan
PHK.
7) Pengangguran Deflatoir
Pengangguran deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan pekerjaandalam
perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja melebihikesempatan kerja, maka
timbullah pengangguran.
 Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan
juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.


II.

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

1. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian
terhadap banyaknya jumlah uang yang beredar untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian
yang diinginkan. Kegiatan perekonomian yang dimaksud adalah kestabilan perekonomian makro yang
tercermin dalam kestabilan harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan out put riil
(pertumbuhan ekonomi) serta cukup luasnya kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang
dimaksud di atas adalah bagian integral dari kebijakan ekonomi makro yang pada umumnya dilakukan
dengan mempertimbangkan siklus ekonomi, sifat perekonomian suatu negara (terbuka atau tertutup)
serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya.
Tujuan Kebijakan Moneter, meliputi :
• Memelihara stabilitas harga
Kebijakan moneter mempunyai sasaran untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan uang agar
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan uang yang dapat berakibat pada keguncangan harga
• Mendukung pertumbuhan ekonomi yang rill dan mantap
Mantapnya kegiatan investasi dan usaha peningkatan produksi merupakan prasyarat tercapainya

pertumbuhan ekonomi yang mantap. Pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai adalah pertumbuhan rill
yakni pertumbuhan dalam ukuran jumlah barang dan jasa yang dihasilkan bukan pertumbuhan dalam
hitungan uang semata-mata.
• Mendukung tercapainya tingkat pengangguran yang rendah
Pengangguran yang tinggi merupakan musuh setiap perekonomian. Setiap negara berusaha melakukan
kebijakan untuk menguranginya, antara lain dengan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter yang dilakukan dalam rangka pengendalian jumlah uang beredar (JUB), dapat
dilakukan melalui beberapa instrumen. Adapun instrumen kebijakan moneter di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi:
a) Kebijakan Moneter Kualitatif adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam
bentuk himbauan moral kepada para pemimpin bank-bank umum agar ikut mengamankan apa yang
menjadi kebijakan Bank Indonesia. Wujud kebijakan moneter kualitatif ini antara lain: bujukan moral
(moral suasion); kredit selektif dan lainnya.
b) Kebijakan Moneter Kuantitatif adalah kebijakan moneter dalam rangka pengendalaian jumlah uang
yang beredar melalui pengendalian besaran moneter yang berujud angka-angka atau kuantitatif. Wujud
kebijakan moneter kuantitatif antara lain:
Politik diskonto adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dengan
cara menaikkan atau menurunkan tingkat menurunkan tingkat bunga pada bank. Tingkat bunga yang
dapat diatur pemerintah adalah tingkat bunga pinjaman dari bank sentral kepada bank-bank umum.
Politik operasi pasar terbuka adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang
beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik negara.
Kebijakan syarat cadangan kas pada bank adalah kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi
jumlah uang yang beredar dengan cara menetapkan jumlah minimum cadangan kas yang harus ada pada
setiap bank.

Kebijakan moneter memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi kebijakan moneter adalah
sebagai berikut :
Peran Kebijakan Moneter
1. Mempertahankan iklim investasi
Dengan tingkat inflasi yang rendah, maka iklim investasi akan tetap hidup. Jika inflasi rendah, suku
bunga bank juga cenderung rendah. Rendahnya suku bunga bank akan mendorong orang untuk
melakukan investasi atau usaha baru.
2. Memperluas kesempatan kerja
Kebijakan moneter dapat menciptakan iklim kondusif bagi berlangsungnya berbagai kegiatan
ekonomi. Setiap kegiatan ekonomi membutuhkan tenaga kerja. Adanya kegiatan ekonomi berarti pula
memperluas kesempatan kerja.
3. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Keadaan ekonomi yang kondusif memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Adanya
kestabilan nilai kurs mata uang serta kestabilan harga barang dan jasa sangat dibutuhkan para investor
atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang berjalan baik
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran
Neraca pembayaran nasional dikatakan baik jika mengalami surplus atau nilai ekspor melebih nilai
impor. Untuk mencapai kondisi tersebut, kebijakan moneter yang terkait dengan mata uang atau nilai
kurs sangat diperlukan. Kebijakan moneter dapat mempertahankan stabilitas kurs maupun
menurunkan ke tingkat yang diinginkan. Dengan suatu tingkat kurs tertentu, diharapkan barangbarang produksi dalam negeri akan bisa lebih murah dibanding produk dari negara lain. Kondisi ini
meningkatkan daya saing produk dalam negeri sehingga pada akhirnya akan memperbesar volume
ekspor (menciptakan neraca pembayaran yang surplus).
5. Menjaga kestabilan nilai kurs mata uang
Untuk menjaga agar nilai kurs mata uang stabil sesuai yang diharapkan, maka Bank Indonesia
melakukan kebijakan moneter berupa operasi pasar terbuka. Dalam keadaan apabila nilai kurs mata
uang rupiah merosot tajam dibanding dollar Amerika Serikat, maka Bank Indonesia melakukan
intervensi pasar dengan menjual dollar.
6. Menjaga kestabilan harga barang dan jasa
Masyarakat membutuhkan keadaan dimana harga barang dan jasa tetap stabil sehingga dapat
menjalankan usahanya. Untuk menciptakan keadaan seperti itu, maka Bank Indonesia dapat
melakukan kebijakan moneter berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Tujuan kebijakan ini adalah untuk menurunkan atau menaikkan jumlah uang yang
beredar (JUB). Apabila harga barang dan jasa naik terus-menerus (tidak stabil) maka Bank Indonesia
menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia agar jumlah uang yang beredar berkurang sehingga
laju kenaikan harga barang dan jasa dapat dikurangi.
7. Menurunkan laju inflasi
Apabila terjadi inflasi yang tinggi, Bank Indonesia dapat melakukan kebijakan moneter untuk
menurunkan jumlah uang yang beredar (JUB). Untuk menurunkan jumlah uang yang beredar,
kebijakan moneter yang diambil dapat berupa menaikkan atau menurunkan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) atau pun dengan kebijakan moneter lainnya yaitu reserve requirements. Untuk
menurunkan laju inflasi berarti jumlah uang yang beredar harus dikurangi. Untuk itu, dengan
kebijakan reserve requirements, Bank Indonesia menetapkan kenaikan cadangan minimum dari bankbank umum.
Fungsi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter berfungsi sebagai instrumen/cara untuk mempengaruhi perekonomian. Kebijakan

moneter sebagai sebuah cara, dipergunakan untuk mencapai tujuan/sasaran ekonomi yang diharapkan,
di antaranya adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran,
memperbaiki neraca pembayaran yang defisit, dan menjaga stabilitas nilai uang.
2. KEBIJAKAN FISKAL
 Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara menaikkan
atau menurunkan pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan untuk mempengaruhi
tingkat pendapatan nasional. Menurut J.M Keynes, kebijakan fiskal sangat penting untuk
mengatasi pengangguran yang relatif serius. Melalui kebijakan fiskal, pengeluaran agregat dapat
ditambah sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga
kerja.
Kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran juga diterjemahkan sebagai kebijakan pemerintah
yang berhubungan dengan pendapatan dan pengeluaran negara (APBN), agar mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan akan meningkatkan penciptaan
lapangan kerja. Pada dasarnya, kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran dapat dinilai dari dua
aspek, yaitu :
a. Aspek kuantitatif, artinya berhubungan dengan jumlah uang yang harus ditarik dan
dibelanjakan.
b. Aspek kualitatif, artinya berhubungan dengan peningkatan jenis-jenis pajak, pembayaran, dan
subsidi.
Macam-macam kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal sering disebut juga sebagai kebijakan anggaran, karena mengakibatkan
perubahan angka-angka yang ada dalam APBN. Jika dilihat dari perbandingan jumlah
penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi:
1. Kebijakan anggaran seimbang
Kebijakan ini merupakan kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar dengan
penerimaan. Hal ini berarti bahwa jumlah pengeluaran yang disusun tidakBOLEH melebihi
jumlah penerimaan yang didapat. Dengan demikian, negara tidak perlu berutang, baik dari
dalam maupun luar negeri. Anggaran ini tidak tepat digunakan dalam masa depresi (kelesuan
ekonomi), karena bisa memperburuk keadaan ekonomi. Pada masa depresi, penerimaan negara
sangat rendah sehingga perlu mendapat pinjaman untuk memperbaiki perekonomian. Oleh sebab
itu, negara tidak bisa melakukan kebijakan anggaran seimbang. Adapun kebijakan anggaran
yang tepat digunakan pada masa depresi adalah kebijakan anggaran defisit.
2. Kebijakan anggaran surplus
Merupakan kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran lebih kecil daripada penerimaan.
Kebijakan ini pada umumnya dilakukan pemerintah untuk mencegah inflasi (kenaikan harga
akibat terlalu banyak jumlah uang yang beredar). Kebijakan anggaran surplus dilakukan dengan
cara menyusun pengeluaran lebih kecil dari penerimaan. Dengan memperkecil jumlah
pengeluaran (belanja), diharapkan jumlah permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat.
Jika permintaan terhadap barang dan jasa tidak meningkat, maka harga barang dan jasa juga
tidak akan naik, ini berarti inflasi bisa dicegah.
3. Kebijakan anggaran defisit
Kebijakan anggaran ini menyusun jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Kebijakan anggaran ini biasa digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena pengeluaran lebih besar daripada penerimaan, maka negara mengalami defisit

(kekurangan) anggaran. Pada umumnya, kebijakan anggaran defisit ditempuh pemerintah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ibaratnya, seorang pengusaha yang kekurangan modal
untuk memajukan usaha dan ekonominya, berutang pada pihak lain untuk memperoleh
tambahan modal sehingga dapat memajukan usaha dan ekonominya. Asalkan bekerja dan
berusaha dengan jujur, tidak boros, tidak dikorupsi oleh para pegawai, tentu usahanya itu bisa
maju. Demikian halnya dengan Indonesia, walaupun negara melakukan kebijakan anggaran
defisit, asalkan tidak dikorupsi, Indonesia pasti mampu memajukan perekonomiannya.
4. Kebijakan anggaran dinamis
Kebijakan ini merupakan kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah penerimaan
dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis). Anggaran yang dinamis
diperlukan karena semakin hari semakin banyak kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan yang
harus dibiayai negara, yang membutuhkan dana lebih besar.
Fungsi Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keuangan negara yaitu yang terdapat
pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara dalam APBN. Dalam pasal 3 ayat (4) UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa APBN mempunyai sejumlah fungsi,
yakni :
• Fungsi otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
• Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
• Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
• Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
• Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
• Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

III.

PERTUMBUHAN EKONOMI

 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ( Economic Growth ) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro
ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai
akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama
besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono
Sukirno, 1994;10).
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan
faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja
meningkat.
Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang
berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam
jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian makin tipngginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
“ Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan
negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya,
pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta
penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”.
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi
 Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
 Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah PDB, karena
angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan.
 Sumber Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk
Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara,
yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode
waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika stok
modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif
dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh kenaikan angkatan
kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung
jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari
pertumbuhan ekonomi.

3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih
banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan
teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)
Perbedaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi
1. Pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur perekonomian.
2. Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam
standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan
Persamaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi
1. Kedua-duanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi.
2. Pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita.
3. Kedua-duanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan memerlukan dukungan rakyat.
4. Kedua-duanya berdampak kepada kesejahteraan rakyat
 Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
Untuk dapat mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, maka harus dipahami terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).
PDB atau GDP adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah pada
periode tertentu, misalnya satu tahun. (Di level provinsi di Indonesia biasanya disebut Produk
Domestik Regional Bruto-PDRB)
PDB jika dibagi dengan jumlah penduduk maka menjadi PDB per kapita. Ukuran ini lebih spesifik
karena memperhitungkan jumlah penduduk serta mencerminkan kesejahteraan penduduk di suatu
tempat.
Ada banyak pendapat mengenai penyebab naik turunnya total produksi barang dan jasa, namun banyak
ahli ekonomi yang setuju akan dua penyebab berikut ini :
(1) Sumber pertumbuhan. Ahli-ahli ekonomi sering merujuk pada tiga sumber pertumbuhan, yaitu :
(a) peningkatan tenaga kerja, (b) peningkatan modal, dan (c) peningkatan efisiensidimana kedua faktor
ini digunakan. Jumlah tenaga kerja dapat meningkat jika pekerja yang telah tersedia bekerja lebih lama,
atau jika ada tambahan tenaga kerja baru. Sedangkan persediaan modal dapat meningkat jika
perusahaan mendorong kapasitas produktifnya dengan menambah pabrik dan peralatan (investasi).
Efisiensi bertambah ketika output yang lebih dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja dan/atau modal
yang sama. Ini sering disebut sebagai Total Factor Productivity (TFP).
(2) Terjadinya penurunan (downturns) pada ekonomi. Ini menjawab pertanyaan mengapa output dapat
turun atau naik lebih lambat. Secara logika, apapun yang menyebabkan penurunan pada tenaga kerja,

modal, atau TFP akan menyebabkan penurunan pada output atau setidaknya pada tingkat pertumbuhan
output. Misalnya, peristiwa seperti bencana alam, penyebaran penyakit berbahaya dan kerusuhan.
Lalu bagaimana PDB diukur? Caranya, total nilai berbagai macam barang dan jasa diagregasikan.
Namun karena berton-ton baja tidak mungkin dijumlahkan begitu saja dengan, misalnya, produksi roti,
maka proses agregasi dilakukan berdasarkan nilai uang produksi barang-barang tersebut. Di Indonesia
PDB diukur setiap tiga bulanan dan tahunan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Nilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang disebut dengan PDB nominal (PDB atas
dasar harga berlaku). Nilainya tentu berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perubahan kuantitas
produksi barang/jasa atau dalam harga dasarnya.
Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau dipatok, didapatlah nilai PDB riil (PDB atas
dasar harga konstan). Untuk menghitung nilai riil tersebut dipilihlah satu tahun dasar—misalnya tahun
2000. Kemudian, nilai semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing yang berlaku
pada tahun tersebut. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil dianggap hanya berubah sesuai dengan
adanya perubahan kuantitas barang/jasa.
Perubahan PDB ini mencerminkan perubahan kuantitas output produksi secara riil. Inilah yang seharihari disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi yang disebut sebagai “pertumbuhan ekonomi” tidak
lain mengacu pada peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah
perekonomian.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
 Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional
Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab
semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran
penduduk dan juga produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan
pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar penentuan prioritas pemberian
bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan untuk
dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumbur daya (tenaga kerja dan modal).
(Dornbuch, R dan Fischer, S, 1994:649-651

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24