Jurnal Dunia Kesehatan volume 2 nomor 2 (1)

39

PENGARUH MASASE PUNGGUNG TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DENGAN INSOMNIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
WANA SERAYA DENPASAR
LP Heny W1), I Nyoman Sutresna2), P Wira KP3)
Program Studi S1 Keperawatan
Abstract. Insomnia is the condition when an individual experiencing or at risk of changes in the
quantity and quality of resting and cause discomfort or interfere the desire lifestyle. The quantity of
sleeping can be seen from the amount of effective sleep time for different age groups, whereas sleep
quality can be assessed using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire. Many things can be
done to improve the quality of sleep on elderly by applying a back massage. This study aims at
determining the effect of back massage toward sleep quality i n the elderly.This study uses a True
Experimental Design with Randomized Pretest-Posttest Control Group Design with a total sample of
24 elderly people who experienced Insomnia. Samples were divided into two groups randomly, namely
experimental group and the control group. Data were analyzed using the Wilcoxon signed rank test to
compare the results of the pretest and posttest, and the Mann Whitney U-test to compare the
experimental group and the control group. Sleep quality in the elderly control group sho wed no
difference in the calculated value of Z = -1.342 (Z count < 1.96) and a value of p = 0.180 (p > 0.05).
Whereas the experimental group obtained Z values count at -3.088 (Z count > 1.96) and the value of p
= 0.002 (p < 0.05) showed there was a difference result of sleep quality in the elderly before and after

the back massage was given. On pretest, Z values was at -0.152 with p value = 0.879 while at posttest
Z value was at -3.080 with p value = 0.002 therefore it can be interpreted that there was a significant
difference between sleep quality before and after being given a back massage or can be concluded that
there was an effect of back massage toward sleep quality of insomnia in elderly at Tresna Werdha
Wana Seraya Social Care Center Denpasar In 2013. As a recommendation, this study is expected to
elderly and healthcare workers can apply back massage to improve the sleep quality
Keywords : insomnia, sleep quality, back massage
Pendahuluan
Insomnia adalah keadaan di mana
seseorang sulit tidur, sering terbangun pada
malam hari atau tidak dapat tidur dengan lelap
(Pratiwi, 2009). Insomnia pada lansia
mengandung
beberapa
domain
yang
mengalami perubahan yaitu : kesulitan masuk
tidur (sleep onset problem); kesulitan
mempertahankan
tidur

nyenyak
(deep
maintenance problem); dan bangun terlalu
pagi (early morning awakening/EMA). Gejala
dan tanda yang muncul sering kombinasi dari
ketiga gangguan tersebut dan dapat muncul
sementara maupun kronik (Karjono dan
Rejeki, 2010).
Insomnia merujuk pada
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur baik
secara kuantitas maupun kualitas.

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung
pada tingkat perkembangan. Seorang lanjut
usia akan membutuhkan waktu lebih lama
untuk memulai tidur dan memiliki waktu lebih
sedikit untuk tidur nyenyak. Seiring dengan
penurunan fungsi tubuh dalam kaitannya
dengan fisiologi tidur, jumlah kebutuhan tidur
lansia mengalami penurunan. tua usia

seseorang maka semakin sedikit jumlah jam
tidur yang dibutuhkan. Menurut Hidayat
(2008), jumlah jam tidur yang dibutuhkan
seseorang yang berusia di atas 60 tahun adalah
6 jam per hari.
Kualitas tidur adalah ukuran di mana
seseorang mendapatkan kemudahan untuk
memulai tidur, mampu mempertahankan tidur,

39

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

40

dan merasa rileks setelah bangun dari tidur.
Kualitas tidur dapat dinilai menggunakan The
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Kuesioner ini mengklasifikasikan kualitas
tidur menjadi dua yaitu kualitas tidur buruk

dengan total skor > 5 dan kualitas tidur baik
dengan total skor 0-4 melalui pengukuran
tujuh domain seperti respon subjektif kualitas
tidur, kemampuan mempertahankan tidur,
durasi tidur, kebiasaan tidur, hal-hal yang
mengganggu tidur, penggunaan obat tidur, dan
tidak bersemangat menjalani aktivitas harian
selama satu bulan terakhir.
Gangguan terhadap tidur pada malam
hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk
pada hari berikutnya. Mengantuk merupakan
faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan,
jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi
mengurangi produktivitas seseorang. Hal lain
yang dapat terjadi adalah ketidakbahagiaan,
dicekam kesepian, dan yang terpenting
mengakibatkan penyakit-penyakit degeneratif
yang sudah diderita mengalami eksaserbasi
akut, pemburukan, dan menjadi tidak
terkontrol lagi (Darmojo, 2010). Untuk itu

insomnia perlu mendapatkan penanganan yang
serius.Penatalaksanaan
insomnia
dapat
dilakukan secara farmakologis maupun
nonfarmakologis. Secara farmakologis dapat
digunakan obat-obatan hipnotik sedatif seperti
Zolpidem, Tradozon, Klonazepam, dan
Amitriptilin.
Sedangkan
secara
nonfarmakologis perawat dapat melakukan
tindakan-tindakan
mandiri
keperawatan
seperti: mengurangi distraksi lingkungan,
memberikan aktivitas di siang hari sesuai
indikasi, mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam atau relaksasi otot progresif , dan
melakukan masase punggung. Masase dapat

diartikan
sebagai
pijat
yang
telah
disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang
tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan
yang mekanis terhadap tubuh manusia dengan
mempergunakan bermacam-macam bentuk
pegangan atau teknik. Masase punggung atau
sering diistilahkan effleurage merupakan
teknik yang sejak dahulu digunakan dalam
keperawatan untuk meningkatkan relaksasi
dan istirahat. Riset menunjukkan bahwa

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

masase punggung memiliki kemampuan untuk
menghasilkan respon relaksasi (Gauthier, 1999
dalam Berman, 2009). Hasil riset Labyak &

Metzger,
1997
dalam Berman, 2009)
menyatakan bahwa gosokan punggung
sederhana selama 3 menit dapat meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi klien serta memiliki
efek positif pada parameter kardiovaskular
seperti tekanan darah, frekuensi denyut
jantung, dan frekuensi pernafasan.
Masase memiliki banyak manfaat
pada sistem tubuh manusia seperti mengurangi
nyeri otot , pada sistem kardiovaskuler dapat
meningkatkan sirkulasi dan merangsang aliran
darah ke seluruh tubuh, dapat juga
menstimulasi regenerasi sel kulit dan
membantu dalam barrier tubuh, serta efeknya
pada sistem saraf dapat menurunkan insomnia
(Kushariyadi dan Setyohadi, 2011). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Richards
(1998) dalam Berman (2009), masase

punggung meningkatkan kualitas tidur pada
klien yang menderita sakit. Penelitian
pendahuluan penulis lakukan di Panti Sosial
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar
terhadap 47 orang lansia. Dari hasil
wawancara sebagian besar lansia mengeluhkan
tanda-tanda insomnia seperti sulit untuk
memulai tidur dan sering terbangun di malam
hari. Berdasarkan hasil skoring pada kuesioner
insomnia, dari 47 orang lansia, ada 24 orang
lansia yang mengalami insomnia.
Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh masase punggung
terhadap kualitas tidur pada lansia dengan
insomnia. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1)
Mengidentifikasi kualitas tidur lansia pada
kelompok
kontrol.
2)

Mengidentifikasi
kualitas tidur lansia sebelum dan setelah
diberikan masase punggung pada kelompok
eksperimen. 3) Menganalisis perbedaan
kualitas tidur lansia pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
Hasil
penelitian
ini
dapat
diaplikasikan bagi lansia yang mengalami
insomnia untuk diterapi menggunakan masase
punggung sehingga dapat meningkatkan
kualitas tidur tanpa menggunakan obat.

41

Landasan Teori

Metode


Insomnia merupakan suatu keadaan
ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas,
dengan keadaan tidur yang hanya sebentar
atau susah tidur (Hidayat, 2008).
Pada insomnia, terjadi gangguan baik
pada kuantitas maupun kualitas tidur.
Kuantitas merujuk pada jumlah jam tidur yang
adekuat sesuai dengan tahap perkembangan.
Sedangkan kualitas tidur adalah ukuran
dimana seseorang mendapatkan kemudahan
untuk memulai tidur, mampu mempertahankan
tidur, dan merasa rileks setelah bangun dari
tidur. kualitas tidur dinilai menggunakan The
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
PSQI merupakan instrumen yang
efektif untuk mengukur kualitas dan pola tidur
pada lansia. Kuesioner ini mengklasifikasikan
kualitas tidur menjadi dua yaitu kualitas tidur

buruk dan kualitas tidur baik melalui
pengukuran tujuh domain seperti respon
subjektif
kualitas
tidur,
kemampuan
mempertahankan tidur, durasi tidur, kebiasaan
tidur, hal-hal yang mengganggu tidur,
penggunaan obat tidur, dan tidak bersemangat
menjalani aktivitas harian selama satu bulan
terakhir
(Smyth,
2012
dalam http://
consultgerirn.org/uploads/File/trythis/try_this
_6_1.pdf).
Menurut Carpenito (2009), tidur yang
baik akan dicapai bila seseorang dalam
keadaan rileks. Salah satu cara non
farmakologis yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur pada lansia yang
mengalami insomnia adalah masase punggung.
Masase adalah proses menekan dari
menggosok, atau memanipulasi otot-otot dan
jaringan lunak lain dari tubuh (Kushariyadi
dan Setyohadi, 2011). Riset menunjukkan
bahwa
masase
punggung
memiliki
kemampuan untuk menghasilkan respon
relaksasi (Gauthier, 1999 dalam Berman,
2009).

Penelitian ini menggunakan True
Experimental Design dengan rancangan
Randomized Pretest-Posttest Control Group
Design.. Kriteria pemilihan sampel sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
didapatkan 24 orang lansia yang memenuhi
syarat sebagai responden penelitian. Sampel
dibagi menjadi dua kelompok secara acak
sederhana yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok
kontrol.
Data
dianalisis
menggunakan
uji
Wilcoxon
untuk
membandingkan hasil pretest dan posttest, dan
Mann Whitney U-Test untuk membandingkan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini dilakukan dimulai pada
tanggal 8 April sampai 8 Mei 2013. Masase
punggung diberikan sebanyak 3x dalam
seminggu selama 1 bulan.

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

Hasil dan Pembahasan
Gambaran Kualitas Tidur Lansia Pada
Kelompok Kontrol
Gambaran kualitas tidur lansia pada
kelompok
kontrol
diukur
dengan
menggunakan uji Wilcoxon seperti pada tabel
1 berikut :
Tabel 1
Gambaran Kualitas Tidur Lansia Pada
Kelompok Kontrol

Kualitas
Tidur
Buruk
Baik

Variabel
Pre
Post
(n=
(n=12)
12)
12
12
0
0

Z

P

-1.342

0.180

Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa tidak ada responden yang
mengalami peningkatan kualitas tidur. Nilai Z
hitung didapatkan sebesar -1.342 (Z hitung <
1.96) dengan nilai p = 0.180 (p > 0.05)
menunjukkan tidak ada perbedaan kualitas
tidur lansia pada kelompok kontrol.

42

Gambaran Kualitas Tidur Pada Kelompok
Eksperimen
Gambaran kualitas tidur lansia
sebelum dan setelah diberikan masase
punggung pada kelompok eksperimen diukur
dengan menggunakan uji Wilcoxon seperti
pada tabel 2 berikut :
Tabel 2
Gambaran Kualitas Tidur Lansia Sebelum
dan Setelah Diberikan Masase Punggung
Pada
Kelompok Eksperimen
Variabel
Kualitas
Pre
Post
Z
p
Tidur
(n=
(n=12)
12)
Buruk
12
5
-3.088
0.002
Baik
0
7
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa terdapat 7 responden yang
mengalami peningkatan kualitas tidur. Nilai Z
hitung didapatkan sebesar -3.088 (Z hitung >
1.96) dengan nilai p = 0.002 (p < 0.05)
menunjukkan ada perbedaan kualitas tidur
lansia pada kelompok eksperimen sebelum dan
setelah diberikan masase punggung.
Perbedaan Kualitas Tidur Lansia Pada
Kelompok
Kontrol
dan
Kelompok
Eksperimen
Hasil analisis perbedaan kualitas tidur
lansia pada kelompok kontrol dan eksperimen
menggunakan uji Mann Whitney U-Test
seperti pada tabel 3 berikut :
Tabel 3
Nilai Mann Whitney U-Test Untuk
Membandingkan Kualitas Tidur Lansia
Pada Kelompok Kontrol
dan Eksperimen
Klasifikasi
Pret
est
Postt
est

N

Mean
Rank
12.71

Kontrol

12

Eksperimen
T otal
Kontrol

12
24
12

12.29

Eksperimen
T otal

12
24

8.17

16.83

P

Z

0.879

0.152

0.002

3.080

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil pretest pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen nilai mean rank -nya
sangat kecil yaitu antara 12.71 dan 12.29, hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
kualitas tidur yang signifikan sebelum
diberikan
masase
punggung
yang
menunjukkan homogenitas subjek penelitian.
Dengan kata lain kedua kelompok dalam
kondisi awal yang seimbang. Keadaan ini
sudah
memenuhi persyaratan
sebagai
penelitian eksperimen. Sedangkan nilai
posttest pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terlihat perbedaan mean rank -nya
yang tinggi yaitu antara 16.83 dan 8.17.
Perbedaan hasil pretest dan posttest
antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, di mana kelompok eksperimen
diberikan masase punggung sedangkan
kelompok kontrol tidak, dapat dibuktikan
dengan hasil tes statistik pada tabel di atas
dengan melihat nilai Z hitung. Pada saat
pretest didapatkan nilai Z hitung sebesar 0.152 dan p value = 0.879 sedangkan pada saat
posttest didapatkan nilai Z hitung sebesar 3.080 dan p value = 0.002 sehingga dapat
diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara kualitas tidur sebelum dan setelah
diberikan masase punggung atau dengan kata
lain ada pengaruh pemberian masase
punggung terhadap kualitas tidur pada lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya
Denpasar tahun 2013.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai pengaruh masase punggung
terhadap kualitas tidur pada lansia dengan
insomnia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana
Seraya
Denpasar
tahun
2013
dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara kualitas tidur sebelum dan
setelah diberikan masase punggung atau
dengan kata lain ada pengaruh pemberian
masase punggung terhadap kualitas tidur pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana
Seraya Denpasar tahun 2013.

43

Saran untuk lansia hendaknya saling
memberikan
masase
punggung karena
prosedur, alat, dan bahan mudah dilakukan
serta dapat bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas tidur. Bagi tenaga kesehatan
khususnya yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan lanjut usia hendaknya
dapat mengaplikasikan masase punggung
sebagai salah satu terapi nonfarmakologis
untuk penatalaksanaan insomnia khususnya
untuk meningkatkan kualitas tidur.
Daftar Pustaka
Berman, Audrey, dkk. 2009. Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis Kozier &
Erb. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009.
Diagnosis
Keperawatan
Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta. EGC
Darmojo, R Boedhi. 2010. Teori Proses
Menua dalam Hadi Martono dan Kris
Pranarka. Ed. Buku Ajar BoedhiDarmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Darmojo, R Boedhi. 2010. Gerontologi Sosial
: Masalah Sosial dan Psikologik
Golongan Lanjut Usia dalam Hadi
Martono dan Kris Pranarka. Ed. Buku
Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu
Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Darmojo, R Boedhi. 2010. Demografi dan
Epidemiologi Populasi Lanjut Usia
dalam Hadi Martono dan Kris
Pranarka. Ed. Buku Ajar BoedhiDarmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Kebutuhan Dasar
Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Karjono, Bambang Joni dan Rejeki Andayani
Rahayu. 2010. Gangguan Tidur Pada
Usia Lanjut dalam Hadi Martono dan
Kris Pranarka. Ed. Buku Ajar BoedhiDarmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 2 nomor 2

Lanjut Usia). Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan pada
Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Kushariyadi dan Setyohadi. 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik . Jakarta : Salemba
Medika
Pratiwi.
2009.
Kesehatan
Keluarga.
Yogjakarta : Oryza
Smyth, Carole. 2012. The Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Diunduh dari
http://consultgerirn.org/uploads/File/t
rythis/try_this_6_1.pdf.
Diakses
tanggal 13 Desember 2012.