T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga Menggunakan HOTFit Model T1 Full text

Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System
Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model

Artikel Ilmiah

Peneliti:
Stella Lie (682010023)
Johan J.C. Tambotoh, SE., M.T.I.
Augie D. Manuputty, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Juli 2015

Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System
Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model
Artikel Ilmiah


Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

Peneliti:
Stella Lie (682010023)
Johan J.C. Tambotoh, SE., M.T.I.
Augie D. Manuputty, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Juli 2015

Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System
Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model
Stella Lie, Johan J. C. Tambotoh, Augie D. Manuputty

Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : leestella21@gmail.com; johan.tambotoh@staff.uksw.edu;
augiemanuputty@gmail.com
Abstract

Salatiga Regional Library and Archives Office (Persipda) is one of organization that
implements an otomation information system called Senayan Library Management System
(SLiMS) as a library activity manager system. After five years, they need to do an
evaluation to find out how this system applied and how far this system gives contributed to
organization whose use it. SLiMS are evaluated with Human-Organization-Technology
(HOT) Fit Model to find out how SLiMS works in three main elements that is Human,
Organization, and Technology, also the fit between each elements in Net-benefit. Result of
this evaluation show that in Technology element, dimensions of System Quality and
Service Quality from using SLiMS give effect to Information Quality. In Human element
evaluation of System Use show the lack of knowledge/expertise and training toward
SLiMS so it impact to User Satisfaction. While in Structure and Environtment dimension,
in Organization element, planning, strategy, and govenrment is the important factors in
supporting the succsess of system implementation.

Keywords: Evaluation, SLiMS, HOT-Fit Model, Persipda

Abstrak
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga (Persipda) merupakan salah satu
organisasi yang menerapkan otomasi sistem informasi yang disebut Senayan Library
Management System (SLiMS) sebagai sistem pengelola kegiatan perpustakaan. Setelah
lima tahun digunakan, perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui bagaimana penerapan
sistem tersebut, serta sejauh mana sistem memberi kontribusi kepada organisasi yang
menggunakannya. SLiMS dievaluasi dengan Human-Organization-Technology (HOT) Fit
Model untuk mengetahui penerapannya melalui tiga elemen utama yaitu Human,
Organization, dan Technology, serta kesesuian antara ketiganya dalam Net-benefit. Hasil
dari evaluasi menunjukan bahwa pada elemen Teknologi, dimensi Kualitas Sistem, dan
Kualitas Layanan yang diperoleh dari penggunaan SLiMS berdampak pada Kualitas
Informasi. Pada elemen Manusia, evaluasi pada dimensi Penggunaan Sistem menunjukan
kekurangan pada faktor Keahlian/Pengetahuan dan Pelatihan mengenai SLiMS sehingga
berdampak pada dimensi Kepuasan Pengguna. Sedangkan pada dimensi Struktur dan
Lingkungan dalam elemen Organisasi, faktor Strategi, Perencanaan, dan Pemerintah
merupakan faktor yang penting dalam mendukung keberhasilan penerapan sistem.
Kata kunci: Evaluasi, SLiMS, HOT-Fit Model, Persipda
9


I. PENDAHULUAN
Perkembangan sistem informasi yang begitu pesat saat ini disebabkan oleh
besarnya kebutuhan akan informasi yang akual dan dapat diandalkan untuk
mencapai tujuan organisasi. Perpustakaan merupakan sistem informasi yang di
dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian
dan penyajian serta penyebaran informasi.[1]
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga, selanjutnya disingkat
Persipda, memakai SLiMS sejak 2010, dan pada Maret 2013 melakukan upgrade
perangkat lunak otomasinya ke Senayan Library Management System (SLiMS)
versi Meranti. Pembaharuan SLiMS versi Meranti pada umumnya sudah
menjawab kebutuhan otomasi perpustakaan. Namun secara khusus pada beberapa
fungsi dalam SLiMS dirasa belum dapat menangani masalah yang ada pada
Persipda. Hal lain yang juga menghambat penerapan SLiMS adalah tidak ada
training mengenai SLiMS dari Persipda kepada pegawainya, walaupun
pengetahuan pustakawan mengenai teknologi tidak berada di tingkat yang sama.
Persipda juga belum paham bagaimana cara untuk mengaudit sistem agar mereka
mengetahui apakah sistem yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai organisasi. Karena alasan tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi di
Persipda untuk melihat sejauh mana kesesuaian/kecocokan SLiMS dengan

organisasi, manusia, dan teknologi serta manfaatnya.
Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model merupakan gabungan dari
IS Success Model oleh DeLone McLean tahun 2003 dan IT-Organization Fit
Model oleh Scott Morton tahun 1991. Berdasarkan isu yang ada pada Persipda saat
ini, maka dipilihlah model kesesuaian HOT-Fit untuk mengevaluasi penerapan
SLiMS. HOT-Fit Model dipilih dengan pertimbangan bahwa ini adalah model
evaluasi sistem informasi dengan pendekatan kualitatif yang memungkinkan
diperolehnya informasi secara lebih mendalam melalui tiga elemen utama yang
dimilikinya. Elemen manusia (Human) menggambarkan sejauh mana kepuasan
pengguna dan penggunaan sistem melalui durasi akses sistem, siapa yang
menggunakan, tujuan penggunaan, penerimaan laporan, sikap menerima/menolak
sistem, harapan atau keyakinan terhadap sistem, pengetahuan, keahlian, serta
pelatihan. Elemen organisasi (Organization) menjelaskan struktur organisasi,
strategi dan perencanan, komunikasi dan manajemen, kepemimpinan, serta
lingkungan organisasi yaitu andil pemerintah, sumber keuangan, hubungan interorganisasi, dan komunikasi eksernal. Elemen teknologi (Technology) yang melihat
sisi kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan. Serta Net-benefit
untuk mengetahui manfaat dari kesesuaian atau kecocokan antara ketiga komponen
human-organization-technology. [2]
II.


KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Widiatmoko, 2012 untuk mengevaluasi
implementasi Anjungan Layanan Akademik Mahasiswa (ALAM) di Universitas
Kristen Satya Wacana. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberhasilan
implementasi dan berpengaruh positif terhadap pengguna ALAM. Penelitian ini
10

mengukur tingkat kepuasan pengguna mesin ALAM dengan menggunakan HOTFit Model. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
dengan menggunakan variable Human, Organization, Technology dalam
mengetahui keberhasilan implementasi ALAM UKSW, mendapatkan bukti bahwa
ketiga variabel mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Kepuasan Pengguna (User Satisfaction). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor Manusia, Organisasi dan Teknologi memiliki pengaruh terhadap Kepuasan
Pengguna ALAM. Mahasiswa sebagai pengguna merasa puas terhadap ALAM,
dan kesimpulannya adalah implementasi ALAM berhasil.[3]
Kemudian Meriani dan Fanida, 2014 mengevaluasi sistem Aplikasi Pelayanan
Kepegawaian (SAPK), melalui HOT-Fit Model di kantor Regional II Badan
Kepegawaian Negara Surabaya. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini
adalah proses administrasi kepegawaian yang terkesan rumit, jumlah PNS yang
dilayani begitu banyak, dan banyaknya data kepegawaian yang hilang saat

menggunakan sistem manual. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah
penerapan SAPK di Kanreg II BKN Surabaya sudah sesuai dengan tujuan atau
tidak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan berfokus
pada “HOT-FIT Model” (teknologi, organisasi, manusia dan net benefit). Data
dikumpulkan melalui melalui observasi, dokumentasi serta wawancara terhadap
beberapa responden di Kanreg II BKN Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pada elemen teknologi, dapat dikatakan baik karena ketersediaan informasi
secara up to date dan akurat. Pada elemen manusia, hasil penelitian menunjukkan
perlu adanya peningkatan kompetensi pegawai berkaitan dengan komputer dan TI.
Sedangkan pada elemen organisasi, ada dua dimensi yang dilihat yaitu dimensi
struktur kelembagaannya dan dimensi lingkungannya, terdiri dari pendanaan dan
peraturan pemerintah yang mendukung program terkait. Pada elemen net benefit,
SAPK mampu meningkatkan produktifitas penggunanya.[4]
Evaluasi terhadap SLiMS sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Cahyono
pada tahun 2013. Cahyono menganalisis pemanfaatan SLiMS di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan aspek kemanfaatan dan
kemudahan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM). Hasil dari analisis
data yang diperoleh selama penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan
Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga telah memenuhi dua aspek utama dalam teori Technology

Acceptance Model (TAM). Konstruksi perceived ease of use dianggap akan
berpengaruh terhadap konstruksi perceived usefulness. Di lain pihak kedua
konstruksi tersebut (perceived ease of use dan perceived usefulness)
mempengaruhi konstrusksi behavioral intention to use yang mana behavioral
intention to use akan mempengaruhi konstruksi actual system use. Kesimpulannya
TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna terhadap suatu sistem akan
mempengaruhi sikap pengguna. SLiMS dianggap bermanfaat untuk membantu
pekerjaan di perpustakaan termasuk untuk membantu pemustaka dalam proses
penelusuran informasi. Dari penelitian ini diketahui pula bahwa pemanfaatan
SLiMS belum maksimal dan masih dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan
11

visitor counter dan penggunaan fitur copy cataloging yang akan menambah
manfaat dari SLiMS.[5]

Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan pendekatan
metode deskriptif-kualitatif dengan model kesesuaian HOT-Fit. Dengan model ini,
bukan hanya presepsi pengguna terhadap SLiMS dan kegunaannya saja yang
dievaluasi seperti dengan menggunakan TAM. Penelitian ini meninjau apakah
faktor-faktor lain seperti lingkungan di dalam maupun di luar organisasi turut

berdampak pada penerapan sistem. Metode deskriptif-kualitatif digunakan agar
dapat mengambarkan bagaimana penerapan SLiMS pada Persipda saat penelitian
dilakukan, melalui elemen-elemen dan faktor-faktor dalam HOT-Fit Model.
Sistem Informasi dan Otomasi Perpustakaan
Sistem yang ada dalam perpustakan saat ini lebih dikenal dengan sebutan
sistem otomasi perpustakaan. Sistem ini menggabungkan kepentingan informasi
dengan perkembangan teknologi yang dibutuhkan setiap individu. Hal itu pula
yang mendasari terciptanya perangkat lunak di lingkungan perpustakaan. Otomasi
perpustakaan merupakan penerapan teknologi informasi untuk kepentingan
perpustakaan, mulai dari pengadaan, hingga ke jasa informasi bagi pembaca.[6]
Untuk dapat menjalankan sebuah aplikasi otomasi perpustakaan, tentu saja
membutuhkan perangkat yang harus dipersiapkan baik perangkat keras, perangkat
lunak, dan aplikasi yang lain agar perangkat lunak otomasi perpustakaan dapat
dijalankan. Semua perangkat tersebut berkaitan erat dengan perkembangan
teknologi dalam mendukung aktivitas perpustakaan. Dewasa ini, aplikasi yang
digunakan untuk mendukung otomasi perpustakaan adalah aplikasi dengan sumber
kode terbuka (open source code) seperti KOHA, Open Biblio, Emilda, Avanti
Library System, PhpMyLibrary, Otomigen-X, Igloo, Athenaeum Light, dan yang
paling popular yaitu Senayan Library Management System (SLiMS).
Model Evaluasi Human, Organization, Technology, Fit-Factors (HOT-Fit

Model)
Model evaluasi HOT-Fit merupakan sebuah kerangka evaluasi yang dapat
dipakai untuk mengevaluasi sistem informasi. Menurut Yusof, model ini
menempatkan komponen penting dalam sistem informasi, yaitu manusia (Human),
organisasi (Organization), teknologi (Technology) dan manfaat dari kesesuaian
hubungan di antaranya (Net Benefit). [2]
Dari ketiga elemen tersebut, model ini dikategorikan ke dalam dimensidimensi. Terdapat tujuh dimensi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
Senayan Library Management System (SLiMS) pada Persipda sebagai salah satu
teknologi yang menunjang berjalannya sistem informasi manajemen perpustakaan.
Tabel 2.1 berisi poin-poin dalam kerangka kerja HOT-Fit Model yang
disesuaikan dengan objek penelitian (SLiMS) dan subjek penelitian ( key
informan).
12

Tabel 2.1 Kerangka kerja HOT-Fit Model

III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Nazir, metode deskriptif merupakan suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.[7] Sedangkan penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, presepsi, pendapat,
kepercayaan orang yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, segala
sesuatunya tidak dapat diukur dengan angka dan teori yang digunakan dalam
penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai
suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti.[8]
Pendekatan deskriptif kualitatif menjadi dasar penelitian ini karena tujuannya
adalah untuk memperjelas dan menggambarkan bagaimana evaluasi terhadap
SLiMS pada Persipda sebagai salah satu perangkat lunak yang digunakan saat ini.
Penelitian ini berfokus pada; teknologi (kualitas sistem, kualitas informasi, dan
kualitas pelayanan), manusia (penggunaan sistem dan kepuasan pengguna),
organisasi (struktur dan lingkungan), net benefit (manfaat dari kesesuaian). Lokasi
penelitian adalah pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.
Analisis
Masalah

Pemilihan
Metode

Penentuan
Sempel

Pengumpulan
Data

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

13

Analisis
Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, observasi dilakukan di lokasi
penelitian untuk menemukan adanya masalah yang akhirnya menjadi alasan
dipilihnya Persipda sebagai tempat penelitian. Beberapa isu utama yang menarik
perhatian diantaranya yaitu rencana stategis organisasi yang belum
mengikutsertakan pengadaan tenaga TI. Selain itu, pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan TI masih mengacu pada kebijakan dari Kantor Pemerintah Kota
Salatiga. Ini menyebabkan penanganan masalah-masalah teknis pada software dan
hardware hanya bertumpu pada pengetahuan IT dari beberapa pustakawan di
bagian pelayanan dalam Seksi Perpusakaan. Setelah mengetahui hal tersebut,
langkah selanjutnya yang diambil adalah menentukan sumber data.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui pertanyaan lisan dengan menggunakan metode
wawancara. Penentuan dari subjek penelitian ini adalah berdasarkan purposive
sampling. Dengan kata lain, peneliti memilih sampel dengan tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.[9] Dalam penentuan sampel, key
informan dipilih karena alasan pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti, atau informan sebagai orang yang memiliki
jabatan tertentu, sehingga dapat membantu peneliti untuk memahami permasalahan
pada objek penelitian.
Pertanyaan wawancara disusun berdasarkan elemen, dimensi, dan faktor-faktor
dalam framework HOT-Fit Model dengan mempertimbangkan kesesuaiannya
dengan masalah yang ingin diteliti terkait SLiMS pada Persipda. Pertanyaan dibagi
dalam dua kriteria utama yaitu pertanyaan mengenai elemen human dan
technology kepada Staf Layanan Perpustakaan, dan pertanyaan mengenai elemen
organization kepada Kepala Seksi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah: (a)
Kepala Seksi Bina Perpusakaan dan Kearsipan yaitu Rinaldi Anggoro Shakti,
S.Sos. dan Kepala Seksi Perpustakaan yaitu Heru Susanto, S.E. (b) Staf Layanan
Perpustakaan yaitu Budi Santoso, Chandra Febrianto Widodo, M. Kholid Baror A,
dan Kurnia Sholihah. Data sekunder pada penelitian ini adalah data lain yang
dipelajari lebih lanjut dari literatur-literatur yang membahas tentang SLiMS dan
perkembangan teknologi informasi pada perpustakaan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan observasi. Analisis data secara teknis dilakukan melalui tiga proses
diantaranya reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.[10]
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Otomasi perpustakaan adalah pemanfaatan mesin, komputer, dan peralatan
elektronik lainnya untuk memperlancar tugas-tugas perpustakaan.[11] Kantor
Perpustakaan dan Asip Daerah Kota Salatiga mengalami perubahan nomenklatur
kantor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2010. Kantor
14

Perpustakaan dan Asip Daerah Kota Salatiga yang disingkat sebagai Persipda
merupakan salah satu Perpustakaan yang ada di Salatiga selain Perpustakaan milik
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan perpustakaan perguruan tinggi
lainnya di Salatiga. Koleksi buku pada Persipda tergolong sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah anggota yang ada sekarang. Adapun permasalahan
yang dialami Persipda dalam melayani masyarakat adalah keterbatasan staf yang
bertugas untuk menangani kegiatan operasional sehari-hari karena terus
bertambahnya jumlah anggota baru. Hal ini tentu membutuhkan perhatian lebih
dari Persipda sebagai organisasi yang melayani kebutuhan masyarakat kota
Salatiga.
Oleh sebab itu, Persipda memerlukan sebuah sistem untuk menjawab
permasalahan yang ada. Pengelolaan informasi sebagai salah satu sumber daya
strategis organisasi menjadi salah satu kunci sukses untuk mendukung tercapainya
visi dan misi suatu organisasi.[12] Sistem yang dikembangkan dan digunakan
pertama kali oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi
dan Hubungan Masyarakat ini, disebut Senayan Library Management System
(SLiMS). Aplikasi ini memiliki fitur yang cukup lengkap serta mampu
mengorganisir perpustakaan yang memiliki banyak koleksi buku dan anggota.
Penerapan SLiMS pada Kantor Persipda kini memasuki tahun kelima. Oleh
karena itu, perlu diadakan evaluasi terhadap sistem informasi yang digunakan.
Evaluasi ini akan melihat bagaimana penerapan SLiMS yang sudah digunakan,
menurut Human-Organization-Technology Fit Model yang disingkat sebagai
HOT-Fit Model.
1. Senayan Library Management System (SLiMS)
Senayan Library Management System yang lebih dikenal dengan nama
Senayan atau SLiMS adalah perangkat lunak sistem management perpustakan
berbasis web. SLiMS dilisensikan di bawah General Public Lisence (GPL) versi 3
yang menjamin kebebasan untuk mendapatkan, menggunakan, mempelajari,
mengubah, dan mendistribusikan ke pihak lain dengan syarat tidak menghilangkan
keterangan kepengarangan dan mengubah dengan lisensi lainnya. SLiMS
menggunakan teknologi Free and Open Source Software (FOSS) seperti PHP dan
MySQL. SLiMS juga merupakan aplikasi multi-platform yang bisa berjalan secara
aktif di semua sistem operasi yang bisa menjalankan bahasa pemprograman PHP
dan RDBMS MySQL. Aplikasi ini dirancang berbasis web dengan pertimbangan
cross-platfrom yang dikembangkan menggunakan PHP web scripting language
dan MySQL database server .
Pengembangan SLiMS awalnya diinisiasi oleh pengelola Perpustakaan
Depdiknas. Proyek pengembangan SLiMS dibiayai Pusat Pendidikan Informasi
dan Humas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang kemudian
mulai dirilis ke publik pada 29 November 2007. Tetapi yang lebih banyak
mengambil peran dalam mengembangkan SLiMS sekarang ialah komunitas
pengembang SLiMS (Senayan Developer Community). SLiMS dikembangkan oleh
orang yang mempunyai pendidikan formal perpustakaan sehingga berani
15

menjamin SLiMS sesuai dengan standar yang berlaku di perpustakaaan. Standar
pendeskripsian catalog dirancang berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan
aturan pengkatalogan Anglo-American Cataloging Rules umum dipakai diseluruh
dunia. Pemanfaatan SLiMS di Persipda telah berlangsung sejak tahun 2010 hingga
saat ini. Versi pertama SLiMS yang digunakan adalah versi 3.13 Seulanga dan
kemudian diperbaharui dengan versi yang sementara digunakan sekarang yaitu
versi 5 Meranti.
2. Evaluasi Senayan Library Management System (SLiMS) menggunakan
HOT-Fit Model.
A. Teknologi
Sistem Quality, yaitu untuk mengukur kualitas SLiMS sendiri, terdiri dari:
1. Ease of use yang berkaitan dengan kemudahan dalam menggunakan SLiMS.
Indikator ini dilihat dari kemudahan yang dirasakan pustakawan di Persipda dalam
menggunakan SLiMS. Menurut pengakuan narasumber, SLiMS adalah aplikasi
yang cukup mudah digunakan. Hal tersebut diungkapkan Sdr. Moh. Kholid Abadi
selaku staf Layanan Perpustakaan: “Kalau SLiMS itu mudah. Sangat mudah
digunakan, apalagi untuk pustakawan yang baru belajar itu biasanya gampang
lah istilahnya ”1 Kemudahan tersebut juga dirasakan oleh narasumber lain, Sdri.
Kurnia Sholihah yang juga merupakan staf Layanan Perpustakaan. Ia
mengungkapkan bahwa SLiMS lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan
aplikasi-aplikasi lainnya.2
2. Availability, Reliability, and Efficiency yaitu ketersedian, keandalan dan
efisiensi SLiMS bagi penggunanya. Pustakawan membenarkan keberadaan SLiMS
di Persipda sangat membantu pekerjaan mereka. Hal ini disampaikan oleh staf
Layanan Perpustakaan lainnya yaitu Bpk. Budi Santoso dalam wawancara berikut:
“Ya, dapat diandalkan. Memang selalu tersedia setiap saat kami butuhkan, dan
juga dapat diakses selama jam kerja. Versi SLiMS yang kami gunakan juga
dirancang berbasis web, tapi databasenya yang ada disini itu di jaringan lokal
(intranet). Menurut saya kegiatan perpustakaan dalam skala kecil sampai skala
besar dapat ditanggulangi SLiMS, jadi berdampak pada efisiensi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan .”3
Information Quality, yaitu kualitas informasi yang dihasilkan oleh SLiMS
yang diukur dari Relevance dan Format.
1. Relevance mengevaluasi hubungan antara informasi dengan kebutuhan user .
Salah satu tujuan diaplikasikannya SLiMS di Persipda adalah untuk memperoleh
informasi yang berkualitas. Berdasarkan wawancara dengan Bpk. Budi Santoso,
beliau mengatakan bahwa penggunaan SLiMS sudah menjawab relevansi antara
informasi yang diperlukan dengan kebutuhan Persipda saat ini, karena di dalamnya

1

wawancara tanggal 17 Maret 2015
wawancara tanggal 11 Maret 2015
3
wawancara tanggal 10 Maret 2015
2

16

terdapat menu-menu yang memang diperlukan oleh perpustakaan, terutama menu
pelaporan.4
2. Format terdiri dari completeness, timeliness, dan accuracy. Kelengkapan,
aktualitas, dan akurasi juga merupakan faktor-faktor dalam mengevaluasi kualitas
informasi yang dihasilkan SLiMS. Pustakawan menilai informasi yang mereka
peroleh dengan menggunakan SLiMS cukup lengkap dan akurat dari segi
ketepatan waktu dan kegunaanya. Sebagai bukti, Sdr. Moh. Kholid Abadi5
menjelaskan bahwa dengan adanya Apache dan My SQL yang langsung terinstal
saat menginstal SLiMS, memungkinkan mereka dapat melakukan pembaharuan
data kapanpun diperlukan melalui web servernya. Namun, ia juga mengatakan
bahwa walaupun sudah ada versi baru yaitu Cendana, Persipda masih
menggunakan SLiMS versi Meranti. Ini dikarenakan Persipda harus memastikan
apakah pembaharuan tersebut memang cocok, dan apakah modifikasimodifikasinya compatible dengan kebutuhan Persipda atau tidak.
Service Quality, yaitu kualitas keseluruhan layanan yang ditawarkan kepada
pengguna SLiMS yang mencakup beberapa indikator.
1. Assurance yang berkaitan dengan jaminan mengenai mutu atau kualitas
pelayanan yang dirasakan pustakawan dan pemustaka saat memakai SLiMS.
Berdasarkan wawancara, Sdr. Moh. Kholid Abadi6 mengatakan bahwa kualitas
servis yang diberikan SLiMS sudah cukup terjamin. Walaupun open source,
namun pengembangan SLiMS sudah banyak dilakukan. Melalui forum untuk
komunitas pengembang SLiMS di Facebook maupun website resminya, siapapun
dapat memberikan masukan atau komplen terhadap kekurangan SLiMS secara
online.
2. Follow up service atau penindaklanjutan layanan yang diberikan terkait
penggunaan SLiMS ini selalu dilakukan baik dari pihak Persipda maupun dari
pihak SLiMS Developer. Sdr. Moh. Kholid Abadi juga menambahkan bahwa ada
community meet up untuk saling bertukar informasi tentang kendala yang dialami
oleh pengguna SLiMS. Serta improvisasi yang sudah dibuat pada SLiMS adalah
SMS-Gateway. Meski belum diterapkan sekarang, melalui fitur ini anggota
dikirimkan pesan singkat dari Persipda mengenai keterlambatan pengembalian
koleksi.
3. Technical support. Dukungan teknis dari SLiMS disampaikan oleh
narasumber berikut ini: “Dia (SLiMS) bisa hampir me-manage semua pekerjaan
pustakawan. Kalau down itu dulu pernah karena harddisk kita. Tapi untuk
software-nya stabil.”7
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kualitas Informasi yang dihasilkan bergantung
pada pada Kualitas Sistem dan Kualitas Pelayanan. Jika SLiMS mudah digunakan,
selalu tersedia, efisien dan dapat diandalkan, serta menjamin adanya

4

wawancara tanggal 10 Maret 2015
wawancara tanggal 17 Maret 2015
6
wawancara tanggal 17 Maret 2015
7
wawancara tanggal 17 Maret 2015
5

17

penindaklanjutan layanan, dan dukungan teknis, maka informasi yang dihasilkan
menjadi lebih relevan, lengkap, aktual, dan akurat.
B. Manusia
Dalam elemen manusia, terdapat dua dimensi ini yaitu System Use yaitu
penggunaan SLiMS pada Persipda, dan User Satisfaction yaitu kepuasan yang
dirasakan pustakawan terhadap SLiMS. System Use dapat diketahui dengan
menganalisis beberapa faktor, yaitu:
1. Amount/Duration atau jumlah/durasi dari pemeriksaan sistem, konektifitas,
catatan akses, durasi akses, dan permintaan laporan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Sdr. Moh. Kholid Abadi8, peneliti menemukan bahwa pemerikaan sistem
dilakukan hanya dengan menyalin (back up ) data secara berkala karena aplikasi
sudah berjalan lancar. Untuk proteksi sistem, Persipda menggunakan antivirus
AVAST untuk semua unit komputer termasuk server. Jumlah catatan akses dapat
dikatakan sangat tinggi karena SLiMS digunakan setiap saat. Bisa dikatakan,
SLiMS merupakan backbonenya Persipda. Sedangkan untuk laporan tentang
SLiMS dari bagian pelayanan kepada top manajemen, biasanya berdasarkan data
yang ada di SLiMS kemudian di-export ke dalam bentuk excel. Pernyataan
tersebut didukung oleh salah seorang staf Layanan Perpustakaan Sdr. Chandra
Febrianto Widodo dalam wawancara berikut: “Waktu konektifitas SLiMS ini
berlangsung dalam waktu yang lama ya, dari pagi biasanya mulai saat kita login
sebagai admin sampai malam saat kita mau pulang itu dia connect terus, mbak.
Jadi koneksinya memang stabil, tidak putus-putus. Makanya durasi aksesnya itu
sepanjang hari selama waktu kerja .”9
2. Use by Whom untuk mengetahui peranan Persipda dalam menggunakan SLiMS.
Dari wawancara dengan Bpk. Budi Santoso, dapat dikahui bahwa SLiMS
merupakan aplikasi yang digunakan Persipda sebagai pihak kedua, karena aplikasi
didapatkan dengan cara mengunduh pada situs resmi SLiMS. Dengan kata lain,
aplikasi tidak dirancang sendiri, namun dapat dikembangkan dan dimodifikasi
sesuai kebutuhan karena menggunakan FOSS.10
3. Purpose of Use atau tujuan dari penggunaan SLiMS diungkapkan oleh Sdr.
Chandra Febrianto11 yaitu untuk mengefektifitaskan pekerjaan pustakawan. Jumlah
personil/staf yang terbatas merupakan suatu tantangan pekerjaan karena jumlah
anggota perpustakaan terus bertambah dalam skala besar bahkan mencapai angka
ribuan setiap tahunnya. Hadirnya SLiMS di Persipda membantu pustakawan untuk
mengurangi pekerjaan secara manual. Misalnya dengan menu yang yang berfungsi
untuk meminimalisir redudansi data, manajemen data bibliografi, manajemen
masterfile untuk mengolah tipe koleksi penerbit, pengarang, supplier, inventaris
koleksi, membuat aturan peminjaman koleksi, manajemen keanggotaan,
pembuatan/pencetakan kartu anggota, pembuatan barcode, laporan dan statistik.

8

wawancara tanggal 17 Maret 2015
wawancara tanggal 11 Maret 2015
10
wawancara tanggal 10 Maret 2015
11
wawancara tanggal 11 Maret 2015
9

18

4. Report Acceptance yaitu penerimaan laporan yang diperoleh dari penggunaan
SLiMS. Beberapa menu yang ada pada SLiMS dapat menghasilkan informasi
berupa laporan yang dapat diterima oleh pustakawan, seperti yang dijelaskan oleh
Bpk. Budi Santoso berikut: “Laporan itu kita dapat datanya dari SLiMS sendiri ya
misalnya melalui menu pelaporan, pustakawan memperoleh laporan mulai dari
laporan koleksi, laporan peminjaman dan pengembalian, laporan jumlah
pengunjung/anggota, laporan jumlah eksemplar, serta laporan aktivitas staf.”12
5. Attitude atau sikap dalam menggunakan SLiMS yang dilihat dari pustakawan
Persipda mencakup Voluntaries of Use, Resistance/Reluctance yaitu apakah secara
sukarela atau sebaliknya terdapat penolakan/keengganan. Dari hasil wawancara,
setiap narasumber mengaku bahwa mereka menggunakan SLiMS dengan sukarela
dan secara terbuka menerima aplikasi ini. Salah satu yang mewakilinya adalah
Sdri. Kurnia Sholihah yang mengatakan bahwa tidak pernah ia temui penolakan
ataupun keengganan dari pustakawan dalam menggunakan SLiMS. Bahkan
mereka sangat mendukung adanya pembaharuan atau improvisasi baru pada
SLiMS.13
6. Motivation, Expectation/Beliefs. Motivasi, harapan/keyakinan user dalam
menggunakan SLiMS saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Motivasi yang
timbul dari pustakawan untuk menggunakan SLiMS berangkat dari pengalaman
dan keyakinan bahwa SLiMS dapat membantu mereka menangani tugas-tugas
yang tidak dapat mereka tangani karena keterbatasan jumlah pustakawan.
Pustakawan juga mengharapkan hasil kerja yang lebih baik dengan menggunakan
SLiMS. Berikut pernyataan yang diungkapkan Sdr. Chandra Febrianto: “Kalau
pakai SLiMS, maksimal lima menit waktu yang diperlukan seorang pustakawan
untuk melayani peminjaman/pengembalian/perpanjangan buku, dan sepuluh menit
untuk pembuatan kartu anggota. Dengan begitu, pengunjung puas karena kami
dapat memberikan layanan yang prima .”14
7. Knowledge/Expertise yaitu pengetahuan/keahlian user dalam menggunakan
SLiMS. Beberapa narasumber mengatakan bahwa pengetahuan sesama
pustakawan pada berada ditingkat yang sama. Mereka dapat mengoperasikan
SLiMS untuk kegiatan pelayanan anggota dan pengolahan buku. Berikut
keterangan dari Bpk. Budi Santoso: “Keahlian itu tergantung ya. Di sini kan ada
pegawai yang memang basic-nya perpustakaaan, ada pegawai yang memang
jurusan TU, ada yang asriparis. Kalau pustakawan harus tau semuanya tentang
SLiMS, termasuk pelayanan, pengolahan, pelaporan, dan sebagainya, modifikasi
harus bisa juga. Tapi kalau untuk mereka yang non pustakawan seperti karyawan
TU
atau
arsiparis
itu
sekedar
bisa
menggunakan
untuk
pelayanan/peminjaman/pengembalian. Semua pegawai kan diwajibkan untuk
melayani.”15 Sementara itu, salah satu narasumber mengemukakan hal yang
berbeda. Sdri. Kurnia Sholihah mengungkapkan pendapatnya mengenai keahlian
12

wawancara tanggal 10 Maret 2015
wawancara tanggal 11 Maret 2015
14
wawancara tanggal 11 Maret 2015
15
wawancara tanggal 10 Maret 2015

13

19

dalam menggunakan SLiMS, serta kekurangan yang ia ketahui dalam penggunaan
SLiMS saat ini: “Sebenarnya kalau keahlian kurang begitu maksimal, karena saat
ini khusus untuk beberapa fitur SLiMS belum digunakan. Kadang juga kalau ada
yang tidak kita pahami, kita tanyakan ke teman-teman lain yang sebelumnya udah
pernah pakai. Tapi untuk kebutuhan operasional sehari-hari, secara garis besar
kita semua sudah bisa .”16 Jadi dapat dikatakan bahwa knowledge/expertise dari
setiap pustakawan tidak sepenuhnya sama. Pengetahuan/keahlian beberapa
pustakawan terhadap TI lebih baik dari pustakawan lain. Keahlian dan
pengetahuan pustakawan yang sebatas dapat mengoperasikan menu-menu SLiMS
yang berkaitan dengan kegiatan layanan perpustakaan sehari-hari sudah dianggap
cukup bagi organisasi.
8. Training. Berdasarkan data dari hasil wawancara, semua narasumber mengaku
bahwa tidak ada pelatihan khusus yang diadakan oleh Persipda kepada pustakawan
untuk menggunakan SLiMS. Bpk. Budi Santoso mengatakan bahwa sebagai
pustakawan, aplikasi seperti ini tentu sudah tidak asing.17 Sedangkan untuk fitur
yang baru ditambahkan/dimodifikasi, pustakawan yang lebih dahulu mengetahui
akan menyampaikannya secara lisan kepada pustakawan yang lain seperti yang
disampaikan Sdr. Moh. Kholid Abadi.18 Diungkapkan juga oleh Sdri. Kurnia
Sholihah bahwa pustakawan menerapkan cara learning by doing. Maksudnya yaitu
pada saat bekerja, pustakawan menggunakan software sambil mempelajarinya
sendiri.19
User Satisfaction yaitu mencakup kepuasan yang dirasakan pengguna SLiMS
(pustakawan) yang dijelaskan melalui beberapa faktor yaitu:
1. Satisfaction with specific functions dan Overall satisfaction. Untuk mengetahui
kepuasan pengguna terhadap SLiMS peneliti menanyakan kepuasaan mengenai
fungsi tertentu dan kepuasan pustakawan secara keseluruhan. Berikut ini jawaban
Sdri. Kurnia Sholihah: “Untuk fungsi-fungsi yang ada, baik secara spesifik
maupun menyeluruh sudah memuaskan menurut saya. Sudah mencakup semua
aspek yang dibutuhkan perpustakaan.”20 Hal berbeda disampaikan oleh
narasumber lain yaitu Sdr. Moh. Kholid Abadi yang merasa belum puas karena
salah satu kekurangan pada SLiMS belum menjawab kebutuhan Persipda. Ia juga
mengatakan bahwa jika ada anggota yang terlambat mengembalikan koleksi
selama lebih dari batas waktu peminjaman, maka mereka harus mengatur lagi
penundaan keanggotaan secara manual untuk menunda peminjaman berikutnya.21
2. Perceived usefulness yaitu presepsi kebermanfaatan. Faktor ini menjelaskan
tentang keyakinan yang tercipta dari pengguna terhadap sistem sehubungan dengan
manfaat yang dirasakan seperti yang diungkapkan Sdri. Kurnia Sholihah berikut
ini: “Manfaat yang dirasakan setelah menggunakan SLiMS ini cukup banyak ya,
16

wawancara tanggal 11 Maret 2015
wawancara tanggal 10 Maret 2015
18
wawancara tanggal 17 Maret 2015
19
wawancara tanggal 11 Maret 2015
20
wawancara tanggal 11 Maret 2015
21
wawancara tanggal 17 Maret 2015

17

20

mbak. Bahkan sangat terlihat kalau ada masalah misalnya di proses peminjaman.
Dengan banyak dari fitur-fitur yang dia miliki, kita bisa menangani masalah buku
yang belum dikembalikan tapi ingin dipinjam anggota lain. Itu bisa kami lacak
melalui SLiMS.”22
3. Enjoyment yaitu apakah user menikmati penggunaan SLiMS. Berikut jawaban
salah satu narasumber saat ditanya apakah ia menikmati penggunaan SLiMS:
“Enjoy. Karena aplikasi ini user-friendly sekali. Menu-menu yang ada mudah
dipelajari, dan walaupun ada beberapa yang tidak sesuai atau tidak ada, itu bisa
kami tambahkan sendiri. Kami modifikasi sesuai kebutuhan kami, dan itu tidak
harus bersusah payah karena pasti dibantu lewat forumnya itu, mbak.”23
4. Software satisfaction and Decision making satisfaction yaitu kepuasan terhadap
SLiMS serta kepuasan yang mendukung pengambilan keputusan. Dari wawancara
dengan Sdr. Moh. Kholid Abadi, ia mengatakan bahwa penggunaan SLiMS juga
turut berdampak pada pengambilan keputusan pustakawan Persipda dalam
mengelola pengunjung. Jika sebelumnya mereka belum bisa membedakan yang
mana yang anggota dan mana yang bukan, maka dengan menggunakan SLiMS,
dapat diketahui identitas setiap anggota yang memasuki perpustakaan dengan cara
memindai barcode pada kartu anggota.24
Yang dapat disimpulkan dari elemen Manusia adalah faktor System Use
dan User Satisfaction saling mempengaruhi. Puas atau tidaknya pengguna sistem
bergantung pada pengalaman setelah menggunakan SLiMS.

C. Organisasi
Terdapat dua dimensi yang dievaluasi dalam elemen organisasi. Yang pertama
adalah Structure. Struktur dalam sebuah organisasi diperlukan untuk memperjelas
jalannya instruksi maupun koordinasi mulai dari pimpinan hingga ke anggota pada
tiap-tiap bagian di dalam organisasi. Kepala Seksi Bina Perpusakaan dan
Kearsipan, Bpk. Rinaldi Anggoro Shakti25 mengatakan bahwa struktur organisasi
Persipda Salatiga adalah stuktur organisasi yang didasarkan pada fungsinya
(functional organization structure). Terdiri dari Kepala Kantor, Kelompok Jabatan
Fungsional, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perpustakaan, Seksi Arsip Daerah, dan
Seksi Bina Perpustakaan dan Kearsipan. Dalam mengelola informasi, Persipda
mempunyai beberapa bidang pekerjaan antara lain Pengadaan, Pengolahan, dan
Layanan.
Selanjutnya, dalam dimensi struktur terdapat beberapa faktor pendukung
lainnya yang dievaluasi, yaitu:
1. Planning and Strategy dalam organisasi. Dari hasil wawancara, diperoleh
informasi tentang strategi serta bagaimana organisasi melakukan perencanaan yang
berkaitan dengan pengadaan dan penggunaan SLiMS. Bpk. Rinaldi Anggoro

22

wawancara tanggal 11 Maret 2015
wawancara tanggal 11 Maret 2015
24
wawancara dengan 17 Maret 2015
25
wawancara dengan 24 Maret 2015

23

21

Shakti26 menjelaskan, pengadaan SLiMS diagendakan oleh Seksi Perpustakaan
dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan perencanaan dari Sub Bagian Tata
Usaha. Setiap tahun ada pustakawan yang dikirim untuk mengikuti pelatihan
bersama komunitas pengguna SLiMS agar Persipda bisa mengikuti
perkembangannya. Meskipun begitu, tidak ada SDM khusus TI di Persipda yang
menangani SLiMS. Terealisasikannya SLiMS di Persipda adalah berkat kerjasama
dengan tenaga TI Bagian Humas Pemerintah Kota Salatiga. Perencanaan
pengadaan SLiMS juga tidak secara gamblang atau tertulis jelas namun
pengendaliannya dilakukan melalui laporan dari Seksi Perpustakaan berkaitan
dengan penggunaannya, untuk mengetahui cocok atau tidaknya sistem tersebut.
2. Communication dan Management saling berkaitan karena satu sama lainnya.
Komunikasi memegang peranan penting dalam menciptakan kelancaran proses
manajemen. Baik dari manajemen di tingkatan tertinggi hingga terendah harus
menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi miss-understanding dengan para
staf di bawahnya. Dari hasil wawancara dengan Bpk. Rinaldi Anggoro Shakti
dapat diketahui bagaimana Persipda melakukan komunikasi dan manajemen dalam
berorganisasi, seperti berikut: “Komunikasi dan pengelolaan organisasi dilakukan
baik secara formal maupun informal. Informasi juga disampaikan lewat rapat
bulanan untuk semua staf, atau apel pagi dan sore. Komunikasi menjadi lebih
intens ketika ada even tertentu seperti bazaar misalnya, institusi akan mengadakan
persiapan dan gladiresik.”27
3. Leadership, Top Management Support and Mediator . Kepemimpinan, dukungan
dari jajaran manajemen tertinggi, dan peran mediator dalam organisasi sangat
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan maupun menengahi masalah yang
ada. Penyelesaian masalah dalam organisasi di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga tergantung kompleksitas masalahnya. Hal itu diungkapkan
oleh Kepala Seksi Perpustakaan, Bpk. Heru Susanto: “Semuanya menjalankan
fungsinya, kalau ada masalah ya mulai ditangani dari kepala seksi. Jika masih
tidak dapat diatasi, masalah tersebut dibawa ke Sub Bagian Tata Usaha. Terus
kalau solusi masih belum ditemukan, masalah langsung ditengahi oleh Kepala
Kantor.”28
Dimensi yang kedua adalah Environment. Lingkungan yang dimaksud di sini
adalah lingkungan diluar Persipda Salatiga yang tidak berhubungan langsung
namun memiliki peran dalam sistem. Faktor-faktor yang dievaluasi antara lain:
1. Government. Faktor ini menjelaskan seberapa jauh peranan pemerintah
dalam pembangunan organisasi demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Bpk.
Rinaldi Anggoro Shakti29 mengatakan bahwa pemerintah berperan dalam
pembangunan gedung baru pada tahun 2012 hingga selesai pada tahun 2013
gedung ditempati. Ini termasuk pengorbanan pemerintah yang cukup besar dari
segi pembiayaan, yang belum tentu dilakukan pemerintah kabupaten kota lain. Hal
26

wawancara tanggal 24 Maret 2015
wawancara tanggal 24 Maret 2015
28
wawancara tanggal 24 Maret 2015
29
wawancara tanggal 24 Maret 2015

27

22

tersebut tentu saja dapat direalisasikan karena adanya dukungan, kemauan dan niat
baik pemerintah. Selain itu perpustakaan bukanlah institusi yang dapat
memberikan income secara keuangan bagi pendapatan daerah. Namun
perpustakaan berkontribusi langsung dalam hal memberikan informasi dan
pengetahuan bagi masyarakat demi mendukung predikat kota Salatiga sebagai kota
pendidikan.
2. Financing Source. Faktor ini ingin menjelaskan bagaimana organisasi
memperoleh sumber pembiayaan sarana dan prasarana, yang salah satunya adalah
SLiMS. Sumber keuangan untuk pengadaan sarana-prasarana bergantung
sepenuhnya kepada Pemerintah Kota Salatiga. Dari hasil observasi dan
wawancara, ditemukan bahwa Persipda memberikan pelayanan sepenuhnya kepada
masyarakat tanpa memungut biaya apapun. Denda keterlambatan juga bukan
berupa uang, namun sanksi yang diberikan adalah penundaan peminjaman buku
sebanyak waktu keterlambatan. Sementara masalah pengadaan perangkat lunak
yang dipakai dalam hal ini SLiMS, Persipda mempercayakan Seksi Perpustakaan
untuk menanganinya.30 Instisuti mengirim pustakawan sebagai perwakilan yang
diberikan tugas tambahan karena kelebihanya memahami teknologi, untuk
mengikuti perkembangan aplikasi tersebut walaupun itu sebenarnya bukan
jobdesk-nya. Kemudian pemerintah juga membiayai pengadaan server baru yang
dibutuhkan kantor.
3. Faktor yang terakhir yaitu Inter-organizational relationship and External
communication. Bpk. Heru Susanto31 mengungkapkan bahwa hubungan interorganisasi dan komunikasi eksternal terjalin lewat komunikasi formal baik secara
langsung maupun tidak langsung misalnya dengan surat-menyurat, rapat kerja atau
dalam sebuah forum. Persipda juga malakukan kerja sama dengan institusi lain
secara lebih intens untuk mengirim personil atau data yang diperlukan saat
mangadakan event tertentu.
Berdasarkan penjelasan tiap faktor-faktor pada elemen Organisasi, dapat
disimpulkan bahwa Persipda telah berupaya melakukan yang terbaik untuk
memenuhi kebutuhan informasi dan teknologi bagi organisasi dan masyarakat.
Namun masih terdapat kekurangan pada faktor perencanaan dan strategi mengenai
penerapan, pengelolaan SLiMS.
D. Net-Benefit
Maksud dari Net-Benefit di sini adalah manfaat yang dirasakan oleh
individu, maupun organisasi yang dapat diidentifikasi dari kesesuian antara elemen
human, organization, dan technology. Hubungan yang dapat peneliti kaitkan dari
satu elemen ke elemen lainnya adalah;
Pertama, kesesuaian antara manusia dan teknologi (fit between human and
technology) yaitu adanya perbedaan yang signifikan, dirasakan oleh pustakawan
Persipda sebelum dan sesudah menggunakan SLiMS. Besar manfaat SLiMS
30
31

wawancara tanggal 24 Maret 2015
wawancara tanggal 24 Maret 2015

23

menjadikannya sebagai tumpuan untuk menyelesaikan tugas-tugas di Seksi
Perpustakaan.
Kedua, kesesuaian antara manusia dengan organisasi (fit between human and
organization) dapat dilihat dari hubungan antara seluruh staf yang bekerja pada
masing-masing bidang, dengan Kepala Bagian, maupun Kepala Bagian dengan
Kepala Kantor. Ada sinergi dan kerjasama yang terjalin sehingga bermanfaat untuk
mendukung berjalannya aktivitas organisasi dalam melayani masyarakat.
Yang ketiga, kesesuaian antara teknologi dengan organisasi (fit between
technology and organization) belum begitu optimal. Penyebabnya yaitu karena
dalam mengikuti perkembangan teknologi, organisasi masih harus menyesuaikan
dengan kebijakan dan peraturan pemerintah yang ada. Ini tidak dipandang sebagai
kekurangan dalam organisasi, namun dianggap sebagai implikasi organisasi di
dalam stuktur pemerintahan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil evaluasi penerapan SLiMS pada Persipda dengan menggunakan HOT-Fit
Model menyimpulkan bahwa 1). Kualitas Informasi yang dihasilkan bergantung
pada pada Kualitas Sistem dan Kualitas Pelayanan. Jika SLiMS mudah digunakan,
selalu tersedia, efisien dan dapat diandalkan, serta menjamin adanya
penindaklanjutan layanan, dan dukungan teknis, maka informasi yang dihasilkan
menjadi lebih relevan, lengkap, aktual, dan akurat; 2). Puas atau tidaknya
pengguna sistem bergantung pada pengalaman setelah menggunakan SLiMS; 3).
Pengetahuan/keahlian setiap pusakawan tidak berada pada tingkat yang sama,
karena tidak ada pelatihan secara formal dan menyeluruh; 4). Tidak ada
perencanaan dan strategi secara tertulis yang diagendakan Persipda terkait
penerapan SLiMS; 5).Tidak ada standar serta bagian dalam organisasi yang khusus
untuk menangani pengauditan/pemeriksaan sistem untuk mengetahui apakah
sistem sudah berjalan dengan baik, dan apakah sistem telah mendukung
tercapainya visi dan misi.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak jumlah key informan
dan menggunakan mix method agar hasil wawancara dan observasi dapat
memperkuat data yang diperoleh dari angket atau kuesioner. Model evaluasi lain
juga disarankan untuk digunakan agar memperdalam pemahaman terhadap
penerapan sistem informasi.

24

DAFTAR PUSTAKA
[1]
LASA HS. 2005, Manajemen Perpustakaan / Lasa HS, Yogyakarta: Media
Gama
[2]
Yusof, M. M. An evaluation framework for Health Information Systems:
human, organization and technology-fit factors (HOT-fit) International
Journal
of
Medical
Informatics,
(http://www.researchgate.net/publication/5880959_An_evaluation_framew
ork_for_Health_Information_Systems_human_organization_and_technolo
gy-fit_factors_(HOTfit) /file/72e7e51628e644818f.pdf;diakses 03 Maret
2014)
[3]
Widiatmoko, Wisnu Agung., Haryani, Endang., Edi, Sri Winarso Martyas.
2012. Evaluasi Implementasi Anjungan Layanan Akademik Mahasiswa
(ALAM)
Universitas
Kristen
Satya
Wacana.
(http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/2848.pdf; diakses 25
November 2014)
[4]
Meirani, Ayu Kusumawati,. Fanida, Eva Hany. 2014. Evaluasi Sistem
Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Melalui “HOT-FIT” Model di
Kantor Regional II Badan Kepegawaian Negawa Surabaya.
(ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/6588/baca-artikel
diakses 03 Maret 2014)
[5]
Cahyono, Jefri Eko. 2013. Analisis Pemanfaatan Senayan Library
Management System (SLiMS) Di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Salatiga.
(fib.undip.ac.id/diglib/home/fib.undip.ac.id/files/e_book/SKRIPSI_Analisis
_pemanfaatan_SLiMS_di_KPAD_Kota_Salatiga.pdf; diakses 12 Maret
2014)
[6]
Basuki, Sulistyo. 1994, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
[7]
Nazir, Mohammad. 1988, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia
[8]
Basuki, Sulistyo. 2006, Metodologi Penelitian, Jakarta: Wedatama Widya
Sastra.
[9]
Sugiyono. 2012. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
[10] Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
[11] Lasa Hs. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius
[12] Herlambang, Soendoro, dan Harianto Tanuwijaya. 2005. Sistem Informasi:
konsep, teknologi, dan manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

25

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24