Sub Tim Kerja ICT Tim Kerja Konek3vitas

Republik Indonesia

  INDONESIA BROADBAND PLAN

Connect. Innovate. Transform.

Sub Tim Kerja ICT, Tim Kerja Konek3vitas Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

  -­‐ Juni 2013 -­‐

  Sub Tim Kerja ICT

© Pemerintah Republik Indonesia, 2013

  disusun oleh: Sub Tim Kerja ICT, Tim Kerja Konektivitas Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI)

  Sub Tim Kerja ICT

Penyusunan Rencana Pembangunan Pita Lebar Indonesia atau Indonesia Broadband Plan (IBP) merupakan penugasan dari Tim

Kerja Konektivitas KP3EI yang disampaikan oleh Wamen PPN

  Waka BAPPENAS selaku Ketua Tim Kerja Konektivitas dalam pertemuan awal ( kick off) tanggal 31 Juli 2012 di BAPPENAS.

  IBP terdiri dari dua bagian yaitu Dokumen Kebijakan yang memuat kebijakan dan strategi, serta Rencana Implementasi yang memuat rencana tindak pembangunan broadband nasional.

  IBP disusun melalui kolaborasi antara Pemerintah dan dunia usaha yang dilakukan sejak Agustus 2012.

  Kementerian PPN

  Kementerian

  BAPPENAS

  Koordinator Bidang

  Perekonomian

  Sub Tim Kerja ICT

  Pembangunan broadband nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi untuk meningkatkan daya saing bangsa dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dengan demikian, IBP merupakan bagian dari rencana dan strategi pembangunan nasional.

IBP merupakan elaborasi rencana pembangunan broadband nasional yang tetap mengacu kepada visi pembangunan nasional sebagaimana

  tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-­‐2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-­‐2025.

  Sebagaimana rencana pembangunan nasional, konsep IBP perlu dikonsultasikan kepada publik untuk mendapatkan masukan dari seluruh pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan kesepahaman, kesepakatan, dan komitmen dalam pembangunan broadband nasional.

  Dokumen IBP akan diterbitkan pada akhir tahun 2013. Pokok pikiran pada IBP akan dimasukkan dalam formulasi Rencana

  Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019.

  OUTLINE

  Sub Tim Kerja ICT

BAGIAN PERTAMA: DOKUMEN KEBIJAKAN

  Broadband sebagai Strategi untuk Meningkatkan Daya

  Saing Bangsa Pemetaan Ekosistem Broadband Indonesia Saat Ini

  Konsep Pengembangan Broadband Indonesia: Kebijakan

  dan Strategi

BAGIAN KEDUA: RENCANA IMPLEMENTASI

  4 Rincian Rencana Aksi

  5 Proyek Infrastruktur Broadband

  6 Penutup

  Locally Integrated, Globally Connected

BAGIAN PERTAMA INDONESIA BROADBAND PLAN: DOKUMEN KEBIJAKAN ( POLICY DOCUMENT)

  Locally Integrated, Globally Connected

BROADBAND SEBAGAI STRATEGI

1 UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA

  KONTEKS GLOBAL

  Sub Tim Kerja ICT

  §  P e n a m b a h a n 1 0 p e n e t r a s i

  §  Dalam kurun waktu lima tahun, rata-­‐

  broadband memicu pertumbuhan

  rata pertumbuhan ekonomi per tahun

  ekonomi 1,38 di negara berkembang

  negara yang berada di urutan lima

  dan 1,12 di negara maju (Sumber:

  teratas broadband lebih tinggi 2,2 Bank Dunia, 2009) dari negara di urutan lima terbawah

  broadband (Sumber: OECD, 2009)

  §  Penambahan 10 penetrasi broadband dalam setahun berkorelasi dengan peningkatan 1,5

  produktivitas tenaga kerja dalam 5 tahun (Sumber: Booz Company)

  KONTEKS GLOBAL (2)

  Sub Tim Kerja ICT

  Sebagaimana terlihat pada gambar di samping, penetrasi Fixed broadband sangat berkorelasi dengan tingkat daya saing suatu negara.

  Semakin tinggi penetrasi broadband, semakin tinggi indeks daya saing.

  Indonesia tidak terlihat pada gambar karena penetrasi Fixed broadband masih sekitar 1.

  KONTEKS GLOBAL (3)

  Sub Tim Kerja ICT

  Broadband Commission (ITU dan UNESCO)

  Target tahun 2015: §  Semua negara harus sudah memiliki rencana pembangunan broadband atau strategi untuk

  memasukkan broadband sebagai bagian dari universal access; §  40 rumah tangga terjangkau layanan broadband ; §  Harga layanan broadband harus terjangkau (affordable) yaitu kurang dari 5 pendapatan

  bulanan; §  Pengguna internet di negara berkembang mencapai 50.

  UN Conference on Sustainable Development

  ASEAN Masterplan on Connectivity:

  (Rio+20), June 2012

  Target untuk ICT antara lain:

  We recognize that information and

  §  Pembangunan ASEAN Broadband

  communication technology (ICT) is facilitating

  Corridor pada 2014;

  the Flow of information between governments

  §  Percepatan penggelaran internet

  and the public. In this regard, it is essential to

  broadband ke sekolah pada 2015;

  work toward improved access to ICT,

  §  Reformasi kebijakan kewajiban

  especially broad-­‐band network and services,

  pelayanan universal ( universal

  and bridge the digital divide, recognizing the

  service obligation) untuk

  contribution of international cooperation in

  mengakomodasi pembangunan

  this regard.

  broadband pada 2015.

KONTEKS INDONESIA

  Sub Tim Kerja ICT

  MP3EI bertujuan untuk mentransformasikan Indonesia ke peringkat ke-­‐12 dunia tahun 2025. Transformasi tersebut harus didukung broadband.

  PDB ~ US 700 Miliar Pendapatankap US 3.000

  PDB: US 4,0 – 4,5 Triliun Pendapatankap: US 14.250 –

  Terbesar ke-­‐17 besar dunia

  PDB: US ~ 1,2 Triliun

  15.500 (high income country)

  Pendapatankap: US ~ 4.800

  Terbesar ke-­‐12 dunia

  Kekuatan ekonomi 14 besar dunia 1.  Setiap peningkatan 10 penetrasi broadband akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar

  0,8-­‐0,9 (Sumber: Nathan Associates Inc dalam paparan Cisco Systems, September 2012)

  a si

  2.  Setiap peningkatan 1 penetrasi broadband rumah tangga, pertumbuhan pengangguran akan

  one

  berkurang 8,6 poin (Sumber: Katz et al dalam Laporan Broadband Commission, September 2012)

  Ind 3.  Pengembangan mobile broadband di pita 700 MHz diperkirakan akan meningkatkan produktivitas

  ks sebesar 0,4 di industri jasa dan 0,2 di manufakturing dengan total penambahan lapangan kerja

  sebanyak 327.000 (Sumber: GSMA, Boston Consulting Group dalam Laporan Broadband Commission,

  nte

  September 2012)

  Ko

  4.  Setiap penambahan 10 sambungan dari setiap 100 sambungan 3G (2008-­‐2011) meningkatkan PDB

  per kapita sebesar 1,5 (Sumber: Deloitte –GSMA, 2011)

KONTEKS INDONESIA (2)

  Sub Tim Kerja ICT

  AGENDA ICT DALAM MENDUKUNG KONEKTIVITAS Sumber: MP3EI, 2011

  STRATEGI

  NASIONAL DI MP3EI

  Mendukung

  Pembangunan

  1.  Mempercepat penyelesaian pembangunan jaringan

  konektivitas

  infrastruktur baru

  backbone serat optik Palapa Ring wilayah timur

  internasional, dalam

  ( Asset Creation)

  Indonesia

  antar pulauKE

  Optimalisasi Mendukung

  2.  Pengaturan pemanfaatan ICT Fund

  3.  Mengintegrasikan sistem komunikasi dan informasi

  konektivitas antar

  ( Value Creation)

  instansi pemerintah

  instansi pemerintah

KONTEKS INDONESIA (3)

  Sub Tim Kerja ICT

  LOCALLY INTEGRATED, GLOBALLY CONNECTED:

  Pengem-

  STRATEGI ICT bangan

Wilayah

  Dalam PulauKoridor Ekonomi §  Pembangunan jaringan ekstension backbone hingga ke

  pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama §  Pemerataan akses infrastruktur TIK hingga ke pusat

  pertumbuhan dan pusat kegiatan utama beserta

  Sistem

  penguatan jaringan backhaul

  ICT Transpor-

  §  Pengembangan jaringan broadband terutama Fixed

  Nasional

  broadband

  §  Pengalokasian spektrum frekuensi radio yang memadai §  Implementasi infrastructure sharing termasuk untuk

  infrastruktur pasif dengan operator non telekomunikasi §  Penggunaan green technology equipment untuk

  Sistem

  mendukung penyediaan listrik di wilayah non komersial

  Logistik

  §  Pembangunan Nusantara Internet Exchange di pusat-­‐

  Nasional

  pusat pertumbuhan

  Antar PulauKoridor Ekonomi

  Internasional

  §  Pengintegrasian multi moda backbone (serat optik, §  Membuka linkinternational gateway baru untuk

  satelit, microwave)

  layanan telekomunikasi ke luar negeri sebagai

  §  Penguatan infrastruktur backbone serat optik

  alternatif link yang ada

  §  Penerapan TIK untuk memfasilitasi perdagangan dan §  Pembangunan international internet exchange di

  pengembangan sistem inaportnet pada pelabuhan

  pusat pertumbuhan

  disiapkan oleh BAPPENAS regional

KONTEKS INDONESIA (4)

  Sub Tim Kerja ICT

  12 Pilar Daya Saing

  Factor-­‐Driven Economies

  EfFiciency-­‐Driven Economies

  Innovation-­‐Driven Economies

  §  Institutions

  §  Higher Education and Training

  §  Infrastructure

  §  Goods Market EfFiciency

  §  Macroeconomic

  §  Labor Market EfFiciency

  §  Business Sophistication

  Environment

  §  Financial Market Development

  §  Innovation

  §  Health and Primary

  §  Technological Readiness

  Education

  §  Market Size

  Peringkat

  Negara

  Tahapan Pengembangan

  2010-­‐2011

  2011-­‐2012

  2012-­‐2013

  26 21 25 Transisi Tahap 2 ke 3

  Brunei

  Transisi Tahap 1 ke 2

  85 75 65 Transisi Tahap 1 ke 2

  Sumber: World Economic Forum, 2012

KONTEKS INDONESIA (5)

  Sub Tim Kerja ICT

  Kamboja

  85 Mobile BB

  Fixed BB

  Mobile Subs

  Fixed Line

  Sumber: The Global Competitiveness Report 2012-­‐2013, World Economic Forum

  §  Infrastruktur ICT belum berkontribusi secara optimal terhadap peningkatan daya saing nasional.

  Walaupun Indonesia berada pada posisi ke-­‐50 dan termasuk dalam kelompok efFiciency-­‐driven dengan kompetensi kompetisi yang lebih maju, subindeks terkait ICT justru tergolong rendah.

  §  Dengan densitas Fixed line dan seluler masing-­‐masing mencapai 15,9 dan 97,7, serta densitas

  Fixed dan mobile broadband masing-­‐masing mencapai 1,1 dan 22,2, di tingkat ASEAN Fixed line dan mobile broadband Indonesia termasuk tiga teratas, sedangkan Fixed broadband dan seluler berada pada tiga terbawah.

  §  Di tingkat global, ICT Indonesia berada pada kelompok peringkat 78-­‐99 dari 144 negara, kecuali

  mobile broadband yang berada pada peringkat ke 43.

  Locally Integrated, Globally Connected

2 PEMETAAN EKOSISTEM BROADBAND SAAT INI

  KONDISI EKSISTING ICT NASIONAL

  Sub Tim Kerja ICT

  INDEKS KOMPOSIT ICT PURA

  KOMPONEN INDEKS KOMPOSIT ICT PURA

  PAPUA5MALUKU

  BALI5NUSATENGGARA

  TE RA JAWA ARA NT AN

  KA LIMA

  BALI5 NUSATENGGARA

  KALIMANTAN

  SULAWESI PAPUA5MALUKU

  Impact

  Usability( Usability

  Readiness Capability

  2.26 2.56 1.89 2.69 2.37 Sumber: ICT Pura, Kemkominfo dan Detiknas, 2012

  Sub Tim Kerja ICT

  §  Indeks agregat ICT Pura baru mencapai 2,37 dari skala 5,0.

  Ø  Dimensi Usability yang menggambarkan peranan pemerintah dalam mengelola ICT di

  daerahnya merupakan indeks dengan nilai terendah (1,89). Ø  Dimensi Readiness yang terkait dengan kesediaan infrastruktur mempunyai indeks

  terendah kedua (2,26). Ø  Dimensi Capability yang terkait dengan kemampuan komunitas dalam menggunakan

  ICT memiliki indeks tertinggi kedua (2,56). Ø  Dimensi Impact yang terkait dengan manfaat ICT yang dirasakan oleh masyarakat

  memiliki indeks tertinggi (2,69).

§  Dari rincian hasil pemetaan per Koridor Ekonomi (KE) MP3EI, Jawa dan

  Kalimantan masing-­‐masing merupakan KE dengan indeks tertinggi pertama dan kedua. KE Papua Maluku perlu mendapat dukungan dan perhatian yang lebih besar agar dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan ICT.

  Keterangan: ICT Pura merupakan pemetaan kondisi dan kesiapan ICT di 165 kabkota Indonesia pada tahun 2011 yang dilakukan

  oleh Kementerian Kominfo dan Dewan TIK Nasional. Dimensi yang dipetakan adalah ICT Use (Intensity), ICT Readiness (Infrastructure), ICT Capability (Skills), dan ICT Impact (Outcomes). Penilaian diberikan dalam skala 0 – 5.

  Sub Tim Kerja ICT

  BROADBAND NASIONAL

  Pembangunan broadband Indonesia masih tertinggal: 1,1 terhadap

  populasi ( Fixed) dan 22,2 (wireless) (Sumber: World Economic Forum, 2012).

  Ketersediaan backbone serat optik belum merata: baru 69,6 kab kota terjangkau jaringan backbone serat optik, belum menjangkau Maluku dan Papua (Sumber: PT Telkom, 2012).

  Masih tingginya harga layanan broadband: sekitar 7,4 PDBkapita,

  Permasalahan dan

  sedangkan di negara maju kurang dari 3 (Sumber: Kemkominfo

  Tantangan

  2012, Intel Corp 2011). Masih besarnya potensi pertumbuhan sektor komunikasi: pertumbuhan

  Potensi dan Peluang kontribusi terhadap PDB secara konsisten double digit.

  Pasar yang besar: populasi keempat terbesar dunia, pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil dengan masyarakat pengguna layanan ICT terbesar dunia seperti facebook (4 dunia) dan twitter (5).

  Potensi penduduk produktif: bonus demograni dengan proporsi penduduk usia 10-­‐24 tahun lebih dari 20 sebagai teknologi adaptor.

  Potensi peningkatan konektivitas antar pulau: kondisi geogranis kepulauan sulit bagi pembangunan infrastruktur nisik, tetapi dimungkinkan melalui infrastruktur komunikasi (virtual).

JARINGAN BACKBONE SERAT OPTIK

  Sub Tim Kerja ICT

  Jumlah Kabupaten Jumlah KabupatenKota

  Koridor Ekonomi

  Jumlah Provinsi

  Kota

  Dijangkau Serat Optik (2012)

  Bali – Nusa Tenggara

  Maluku -­‐ Papua

  Sumber: Kementerian Kominfo, PT Telkom, 2013

  INFRASTRUKTUR: AKSES

  Sub Tim Kerja ICT

  Line Unit

  Line Unit

  Line Unit

  Teledensitas 100 orang

  (Sumber: Mastel, ICT Outlook 2012)

  perkiraan

  Akses ICT Indonesia sangat bergantung kepada spektrum frekuensi

  INFRASTRUKTUR: AKSES (2)

  Sub Tim Kerja ICT

  Sumber: AT Kearney GSMA, 2011

  §  Akses broadband Indonesia juga sangat bergantung kepada spektrum frekuensi. §  Dengan tingginya pertumbuhan komunikasi data dan menurunnya komunikasi suara,

  kebutuhan akan spektrum semakin meningkat sedangkan pertumbuhan pendapatan operator seluler mengalami penurunan.

  §  Saat ini Indonesia sudah mengalami krisis spektrum akibat kenaikan tranik mobile

  broadband.

  INFRASTRUKTUR: AKSES (3)

  Sub Tim Kerja ICT

  Sumber: ITU, 2012

§  Indikasi perbandingan wilayah regional dan internasional menunjukkan

  terdapat perbedaan kecepatan akses. §  Kualitas broadband Indonesia yang berdasar kepada kecepatan download

  berada pada peringkat rendah bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam, dan hanya lebih tinggi dari Laos dan Filipina.

  UTILISASI

  Sub Tim Kerja ICT

  Pengadaan BarangJasa Instansi Pemerintah §  KementerianLembaga diwajibkan mengadakan pengadaan barang

  jasa secara elektronik pada tahun 2012 sebesar 75 (pemerintah pusat) dan 40 (pemda) dan meningkat menjadi 100 sejak 2013.

  §  Saat ini tersedia 534 Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang

  melayani 731 instansi di seluruh Indonesia. §  Pada tahun 2012, sebanyak 90.420 paket dilelang secara elektronik

  dengan nilai sekitar Rp 148 Triliun dan penghematan sebesar Rp 13 Triliun.

  Pendidikan §  Penggunaan ICT untuk pendidikan meliputi penyediaan koneksi internet

  untuk kegiatan administrasi dan pembelajaran, serta pengembangan aplikasi dan konten pembelajaran.

  §  Penggelaran jaringan pendidikan nasional dimulai sejak 2006, hingga

  tahun 2011 baru menjangkau 23.017 dari 234.833 sekolah (9,8). Layanan untuk Masyarakat, antara lain:

  E-­‐KTP, e-­‐passport, pajak online

  Layanan untuk Bisnis, antara lain: National Single Window, e-­‐perizinan

  UTILISASI (2)

  Sub Tim Kerja ICT

  E-­‐Government §  Indeks e-­‐government nasional tahun 2012 baru mencapai 2,3 dari skala

  4,0 dengan rincian indeks KementerianLembaga mencapai 2,5 sedangkan indeks Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabKota masing-­‐masing mencapai 2,2.

  §  Indeks ditargetkan meningkat menjadi 2,7 pada tahun 2013. Adapun

  sasaran RPJMN 2010-­‐2014 adalah 3,0 pada akhir tahun 2014. §  Perencanaan dan kebijakan merupakan dua dimensi dengan nilai

  terendah baik di tingkat pusat maupun daerah (provinsi dan kabkota).

  Berdasarkan jenis layanan Berdasarkan operating Berdasarkan aplikasi yang

  LinuxOpen Source

  §  Sample: 45 KementerianLembaga §  38 merupakan layanan publik (G2C dan G2B), sisanya untuk

  Sumber : Detiknas 2012

  kepentingan internal pemerintah (G2G dan G2E)

  G2G: Government to Government, G2C: Government to Citizen, G2B: Government to Business, G2E: Government to Employee

  REGULASI

  Sub Tim Kerja ICT

  ISU YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT

  ISU YANG MENJADI KEWENANGAN

  ASPEK

  PEMDA

  SEKTOR ICT

  DI LUAR SEKTOR ICT

  Infrastruktur

  §  Kesepakatan deninisi

  §  Sewa right of way BUMN (Jasa

  §  Pembangunan (penentuan

  broadband

  Marga, KAI, dsb) yang

  lokasi) menara dilakukan

  §  Keterbatasan spektrum

  memberatkan (setara dengan

  tanpa berkoordinasi dengan

  frekuensi

  nilai investasi)

  Kominfo dan operator

  §  RUU Konvergensi

  §  Sumber daya energi (listrik)

  §  Perijinan (galian right of way,

  sebagai pengganti UU

  yang terbatas sehingga

  IMB menara) memerlukan

  Telekomunikasi belum

  kebutuhan investasi yang harus

  waktu yang cukup lama

  mengakomodasi

  disediakan operator ICT

  §  Perijinan yang sebetulnya tidak

  broadband secara

  menjadi lebih besar

  diperlukan tetapi

  spesinik §  Keamanan infrastruktur ICT

  dipersyaratkan oleh pemda

  menghadapi aksi vandalisme

  (amdal, operasional)

  Utilisasi dan

  Program USO untuk

  Kebutuhan penggunaan broadband Pemanfaatan ICT broadband

  Adopsi

  pemberdayaan masyarakat

  di sektor lain (sebagai user) belum

  belum menjadi prioritas dalam

  guna peningkatan literasi

  diketahui secara pasti

  pembangunan Koridor Ekonomi

  digital masih terbatas

  Pendanaan

  Pemanfaatan Dana USO

  Skema Kerjasama Pemerintah dan

  Retribusi setiap daerah yang

  untuk broadband belum

  Swasta (KPS) selain perijinan untuk berbeda (tidak standar) dan optimal pembangunan broadband belum

  memberatkan dengan sikap pemda berjalan “ take it or leave it”

  Kerangka Regulasi Peran Detiknas dalam

  Kelembagaan yang mengatur dan

  Perda yang bertentangan dengan

  dan Kelembagaan pembangunan broadband

  mengelola broadband nasional

  peraturan pemerintah pusat

  belum optimal

  belum ada

  PENDANAAN

  Sub Tim Kerja ICT

  §  Pembangunan infrastruktur broadband hingga saat ini sebagian besar dilakukan dan didanai

  oleh penyelenggara telekomunikasi. Hal ini sejalan dengan UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang menghilangkan peran Pemerintah selaku agent of development.

  §  Dalam rangka percepatan pembangunan broadband, Pemerintah akan menggunakan saldo

  kas Dana Universal Service Obligation (USO) untuk pembangunan serat optik termasuk jaringan ekstension ke 51 kabkota yang terletak di wilayah non komersial (Proyek Palapa Ring).

  Proyeksi Pendapatan, Pembiayaan dan Saldo Kas Dana USO (sumber, BP3TI, §  Dari proyeksi Dana USO terlihat

  bahwa saldo kas tahun 2011 masih

  Pendapatan Pembiayaan Saldo Kas

  Rp 3 Triliun. Pada akhir 2015,

  diproyeksikan pembayaran proyek

  USO selesai dan investasi Palapa Ring dilakukan sehingga saldo kas

  menyusut menjadi Rp 565 M.

  Dengan demikian harus ada

  prioritas penggunaan Dana USO.

  §  Dana USO menjadi yang utama dalam pengembangan broadband

  tetapi bukan sumber dana satu-­‐

  Pendapatan 1,593,715,4 1,624,480,4 1,659,182,4 1,675,397,8 1,696,124,4

  satunya. Eksplorasi sumber

  Pembiayaan 1,593,715,4 2,476,222,1 2,497,910,6 2,503,179,9 2,101,356,7 Saldo Kas

  pendanaan lainnya krusial

  dilakukan.

  (dalam juta Rupiah)

  Sub Tim Kerja ICT

  IMPLEMENTASI MP3EI (2011-­‐2012) -­‐ ICT

PERENCANAAN PENDANAAN PEMBANGUNAN

  Pembangunan broadband yang didanai oleh

  Sangat terbatasnya permintaan

  APBN masih berorientasi belanja modal. Model

  pembangunan infrastruktur ICT

  bisnis yang tidak berorientasi aset dan tidak

  dari Koridor Ekonomi dalam

  membebankan pengelolaan risiko teknologi

  pengembangan Kawasan Perhatian

  kepada Pemerintah seharusnya menjadi pilihan

  Investasi (KPI). Diperkirakan

  utama.

  karena belum adanya pemahaman dan apresiasi yang memadai

  Implementasi infrastructure sharing belum

  tentang potensi pemanfaatan ICT.

  berjalan. Pembangunan jaringan serat optik backbone (antar pulau) dan ekstension (antar kabupatenkota) sangat padat modal, yaitu sekitar 70 dari total investasi. Perlu

  Perencanaan pembangunan

  penggunaan infrastruktur bersama berbasis

  infrastruktur ICT yang berjalan

  open access agar tidak duplikasi investasi.

  saat ini sebagian besar merujuk kepada rencana pembangunan

  Implementasi skema Kerjasama Pemerintah

  penyelenggara telekomunikasi

  Swasta (KPS) untuk sektor ICT masih terbatas

  yang belum tentu mendukung

  perizinan ( licensing). Perlu dieksplorasi

  pengembangan KPI.

  kemungkinan implementasi model KPS lainnya.

  Locally Integrated, Globally Connected

KONSEP PENGEMBANGAN BROADBAND INDONESIA: KEBIJAKAN DAN STRATEGI

  LATAR BELAKANG IBP

  Sub Tim Kerja ICT

§  Pembangunan broadband nasional sudah dimulai namun perlu dipercepat

  untuk merealisasikan potensi broadband dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

§  Pemerintah perlu segera menata ulang strategi pembangunan broadband

  nasional melalui sinkronisasi, sinergi, dan koordinasi lintas sektor wilayah untuk mendorong pembangunan dan pemanfaatan broadband.

§  Untuk itu, diperlukan upaya bersama, komitmen nasional yang kuat dan

  konsisten, serta langkah terobosaninovasi. §  Sebagai langkah awal, Pemerintah berkolaborasi dengan dunia usaha

  menyusun Rencana Pembangunan Pita Lebar Indonesia ( Indonesia Broadband Plan).

§  IBP bertujuan untuk memberikan arah dan panduan bagi percepatan

  perluasan pembangunan broadband nasional yang komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan sumber daya secara enisien.

  DEFINISI BROADBAND

  Sub Tim Kerja ICT

Broadband dalam dokumen Indonesia Broadband Plan dideninisikan sebagai akses internet dengan jaminan

  konektivitas selalu tersambung ( always-­‐on) dan memiliki kemampuan tripple-­‐play dengan kecepatan minimal 1 Mbps.

  Walaupun broadband dideninisikan secara teknis, keberhasilan pengembangan broadband tidak saja dinilai dari penyediaan infrastruktur, tetapi juga dari kualitas adopsi dan pemanfaatan broadband dalam mendukung pertumbuhan pembangunan nasional, daya saing Indonesia di tingkat global, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

  ALUR PIKIR IBP

  Sub Tim Kerja ICT

  MP3EI

  Broadband

  UUD

  Commission

  MDG’s

  RPJMs

  Asean ICT

  Masterplan

Berisi rencana aksi dan target yang jelas dalam

  pengembangan

  IBP

  IBP

  ekosistem broadband

  Perkuatan TIK

  Broadband

  Setiap negara sudah

  Nasional sebagai

  Commission

  harus punya NBP

  – G20

  perkuatan

  selambatnya pada

  konektivitas tahun 2015 nasional

  Sub Tim Kerja ICT

  PERENCANAAN

  Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

  (RPJPN) 2005 -­‐ 2025

  MP3EI 2011-­‐2025

  Medium Term Nat. Plan Medium Term Nat. Plan Rencana Pembangunan

  Jangka Menengah Nasional (Pres.Regulations)

  (Pres.Regulations)

  (RPJMN)

  Indonesia Broadband Plan

  Arah serta Kebijakan dan Strategi pengembangan broadband

  Medium Term Nat. Plan Medium Term Nat. Plan

  Rencana Kerja (Pres.Regulations) Rencana pembangunan yang

  (Pres.Regulations) Pemerintah (RKP)

  memerlukan dukungan anggaran pemerintah (APBN)

  §  Indonesia Broadband Plan mengelaborasi rencana pembangunan broadband nasional untuk mencapai visi pembangunan nasional sebagaimana dituangkan dalam RPJPN dan MP3EI.

  §  Arah pembangunan, kebijakan dan strategi IBP disusun dengan memperhatikan RPJMN dan sebaliknya juga digunakan untuk memperkaya penyusunan RPJMN periode selanjutnya.

  §  Pengalokasian APBN untuk mendukung pembangunan broadband (bila diperlukan)

  dilakukan melalui mekanisme RKP dan RAPBN.

  KERANGKA DISAIN IBP

  Sub Tim Kerja ICT

  VISI Mewujudkan

  masyarakat Indonesia

  INDONESIA

  yang mandiri, maju, adil,

  dan makmur Mendukung transformasi

  VISI

  Indonesia menjadi negara maju

  BROADBAND

  melalui pengembangan dan

  INDONESIA

  pemanfaatan broadband sebagai

  meta-­‐infrastructure

  1. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan

  TUJUAN

  peningkatan daya saing bangsa

  BROADBAND

  2. Mendukung peningkatan kualitas

  INDONESIA

  pembangunan manusia Indonesia

  3. Menjaga kedaulatan bangsa INFRA-­‐

  PILAR

  ADOPSI DAN

  STRUKTUR

  LEGISLASI DAN

  UTAMA PENDANAAN

KREATIF KEAMANAN

  PRINSIP DASAR

  Prinsip dasar dan persyaratan pengembangan broadband nasional

  PRINSIP DASAR

  Sub Tim Kerja ICT

  1.  Universal. Layanan broadband harus dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan

  masyarakat tanpa diskriminasi. 2.  Ekosistem. Pengembangan broadband nasional berorientasi kepada ekosistem yang

  mencakup seluruh aspek baik penyediaan infrastruktur, utilisasi dan adopsi, maupun pengembangan sumber daya manusia secara komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan sumber daya (spektrum, tiang, right of way) dan pendanaan secara enisien.

  3.  Kolaborasi dan inklusif. Pengembangan broadband melibatkan seluruh pemangku

  kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah maupun dunia usaha dan masyarakat. Pengembangan broadband nasional juga harus mengoptimalkan potensi dalam negeri dan berorientasi kepada pemberdayaan masyarakat agar pemanfaatan broadband memiliki arti (meaningful).

  4.  Inovasi. Pola pembangunan dan pendanaan yang inovatif dengan model bisnis yang

  berorientasi kepada keberlanjutan ( sustainable) sangat diperlukan untuk mempercepat pengembangan broadband nasional. Tanpa adanya terobosan, Indonesia akan mengalami potential loss yang besar karena ketidakmampuan berkompetisi dengan negara lain.

  5.  Intervensi Pemerintah. Pengembangan broadband nasional diharapkan masih dipimpin

  oleh dunia usaha. Pemerintah akan melakukan intervensi untuk mempercepat pengembangan dalam bentuk regulasideregulasi guna menekan regulatory cost danatau pendanaan yang bersifat Fill in the gap dan debottlenecking tanpa mengambil alih peran atau berkompetisi dengan penyelenggara.

  PRASYARAT

  Sub Tim Kerja ICT

  Pengembangan broadband Indonesia akan dilakukan secara bertahap dan menjadi bagian yang tidak terpisah dari strategi pembangunan nasional.

  Untuk merealisasikan potensi broadband, beberapa prasyarat harus dipenuhi, yaitu adanya:

1.  Kepemimpinan Pemerintah (government leadership) dalam

  memberikan arah dan panduan; 2.  Komitmen nasional untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan

  program pengembangan broadband nasional; 3.  Koordinasi dan sinergi multi sektor untuk menjamin harmonisasi

  program dan penggunaan sumber daya secara enisien. 4.  Kerjasama Pemerintah (pusat dan daerah) dan dunia usaha sesuai

  dengan tugas pokok, kewenangan, dan kapasitas masing-­‐masing.

  Sub Tim Kerja ICT

  BROADBAND NASIONAL

  Infrastruktur: Percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur broadband

  untuk memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan layanan dengan berorientasi locally integrated, globally connected

  Pemanfaatan: Perluasan adopsi dan peningkatan kualitas utilisasi broadband baik

  di sektor pemerintahan, ekonomi, pertahanan dan keamanan, maupun sosial budaya

  Kerangka Regulasi: Regulasi (sektor dan lintas sektor) yang memfasilitasi pengembangan pasar dan menekan regulatory cost sehingga memungkinkan dunia usaha untuk menjadi aktor utama dalam pengembangan broadband nasional

  Pendanaan: Pendanaan pemerintah digunakan untuk akselerasi, fungsi Fill in the

  gap, dan debottlenecking pembangunan broadband tanpa mengambil alih peran atau berkompetisi dengan penyelenggara

  STRATEGI UTAMA

  Sub Tim Kerja ICT

PEMBANGUNAN BROADBAND NASIONAL

  1.  Aspek SupplyInfrastruktur:

  2.  Aspek DemandUtilisasi dan Adopsi:

  availability, accessibility, affordability

  awareness dan ability

  §  Kompetisi dalam penyelenggaraan

  §  Literasi digital (e-­‐literacy)

  wireline broadband

  §  Aggregating demand, antara lain:

  §  Optimalisasi pemanfaatan spektrum

  Ø  E-­‐government

  §  Optimalisasi pemanfaatan right of ways

  Ø  E-­‐education

  §  Infrastructure sharing

  Ø  E-­‐health

  §  Teknologi netral

  Ø  E-­‐procurement

  §  Open access

  Ø  E-­‐logistic

  §  Keamanan jaringan dan sistem

  §  Green ICT dan Green with ICT

  didukung oleh:

  3. Aspek Pendanaan

  §  Optimalisasi penggunaan Dana USO dan PNBP sektor ICT §  Kerjasama pemerintah dan swasta (public private partnership) §  Perencanaan dan pendanaan ICT dalam APBN yang lebih enisien dan efektif

  4. Aspek Kerangka Regulasi dan Kelembagaan

  §  Kebijakan dan kerangka regulasi untuk menciptakan iklim investasi dan berusaha yang kondusif §  Kelembagaan pengawas dan pelaksana implementasi Indonesia Broadband Plan

TAHAPAN

  Sub Tim Kerja ICT

  TARGET 2014

  100 wilayah USO dijangkau layanan telepon dan internet

  Visi RPJPN 2025:

  §  88 kabkota dijangkau layanan broadband §  Tingkat penetrasi broadband: 30 populasi

  RPJMN 2020-­‐2025:

  Masyarakat Indonesia

  TRANSFORM

  Tingkat penetrasi TV digital: 35 populasi

  yang mandiri,

  Indeks e-­‐government nasional: 3,0 dari 4,0

  maju, adil, dan makmur

  RPJMN 2015-­‐2019: INNOVATE

  §  Menyelesaikan penggelaran broadband ke kab

  kota, sekolah, dan fasilitas publik; §  Upgrade fasilitas USO menjadi broadband;

  RPJMN 2010-­‐2014:

  §  Menyelesaikan migrasi ke TV digital dan

  memanfaatkan CONNECT digital dividend;

  §  Mengintegrasikan fasilitas data dan informasi

  pemerintah;

  Menutup blank spot

  §  Menyelesaikan agenda digital literacydigital

  inclusion.

  TARGET 2013 -­‐ 2017

  Sub Tim Kerja ICT

  Infrastruktur

  Infrastruktur (minimal)

  Fixed broadband :

  Fixed broadband :

  15 rumah tangga (1Mbps) , 30

  40-­‐75 rumah tangga (2Mbps),

  gedung (100 Mbps), dan 5

  50-­‐80 gedung (1 Gbps), dan 25

  populasi;

  populasi;

  Mobile broadband :

  Mobile broadband :

  12 populasi (512 kbps)

  75 populasi (1 Mbps)

  Prioritas UtilisasiAdopsi: e-­‐Government; e-­‐pendidikan; e-­‐kesehatan; e-­‐logistik, e-­‐procurement

  TARGET 2013 – 2017 (2)

  Sub Tim Kerja ICT

  Broadband Akses perumahan

  Akses Gedung

  Penetrasi Fixed

  ( Fixed to pops) Penetrasi mobile

  Rumah Sakit

  Dinas pemerintah

  NA

  daerah Kantor polisi

  NA

  Ruang Publik , seperti Bandara,

  NA

  Pusat Perbelanjaan, Taman Hijau dll

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  Menyusun ulang deninisi dan ruang lingkup 1 Universal Service

  Mentransformasi

  Kewajiban Obligation (USO) untuk mengakomodasi broadband Pelayanan

  Melakukan reformulasi kebijakan penggunaan USO yang lebih

  Universal

  berorientasi kepada ekosistem broadband (tidak hanya untuk

  Universal Service penyediaan infrastruktur dan tidak hanya pada daerah perdesaan)

  Obligation) menjadi Memperkuat kelembagaan pengelola Dana USO broadband-­‐ready

Mengoptimalkan Melakukan 2 spectrum refarming (penataan ulang) alokasi frekuensi

  pemanfaatan

  seenisien dan seoptimal mungkin dengan prinsip netralitas teknologi

  spektrum

  Optimalisasi frekuensi dan jaringan infrastruktur wireless instansi

  frekuensi radio

  Pemerintah eksisting dengan implementasi konsep government

  dan orbit satelit radio network (GRN) sebagai sumber

  Konsolidasi infrastruktur dan spektrum bagi penyelenggara jaringan

  daya terbatas

  bergerak seluler, FWA, dan BWA maupun lembaga penyiaran dengan memperhatikan kebijakan dan regulasi kompetisi yang fair

  Memastikan migrasi TV analog ke digital sesuai jadwal yang telah ditetapkan

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  Mengoptimalkan Mempercepat ketersediaan spektrum di sub-­‐ 1 GHz termasuk alokasi

2 frekuensi pemanfaatan digital dividend yang memadai untuk mempercepat

  distribusi broadband

  spektrum frekuensi radio

  Mendorong penggunaan spektrum frekuensi secara dinamis dan

  dan orbit satelit

  nleksibel: spectrum sharing, spectrum consolidation, mobile virtual

  sebagai sumber

  network operator (MVNO)

  daya terbatas

  Memfasilitasi netralitas teknologi agar industri dapat menggunakan

  (lanjutan)

  teknologi wireless yang paling enisien dengan ekosistem yang mendukung dengan memperhatikan enisiensi spektrum

  Melakukan optimalisasi dan konsolidasi sumber daya satelit nasional termasuk frekuensi maupun slot orbit, mendorong kerjasama dengan industri satelit global, dengan memperhatikan kepentingan nasional dan enisiensi spektrum

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI (2)

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  3 Mendorong pembangunan dan penggunaan bersama infrastruktur

  Mendorong

  pasif seperti pembangunan dark Fiber, duct, tiang, menara, right of way, fasilitas

  pusat data ( data center) dan pemulihan data (data recovery

  Fixedwireline

  center)

  broadband

  Mendorong peran aktif Pemerintah Daerah dan BUMD dalam pembangunan infrastruktur pasif yang dikoordinasikan dengan penyelenggara telekomunikasi

  Memastikan tidak terjadinya perilaku monopoli dalam penyelenggaraan infrastruktur yang berstruktur monopoli alamiah

  Memastikan open access Mendorong pemanfaatan teknologi netral

  Mendorong terjadinya kompetisi Mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan ( renewable

  energy) sebagai sumber energi terutama di daerah yang belum dialiri listrik PLN

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI (3)

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  4 Menciptakan iklim berusaha yang kondusif melalui pengaturan

  Mendorong dunia

  usaha sebagai aktor yang jelas, konsisten, berkelanjutan (tidak disruptive), dan utama dalam transparan termasuk berkemampuan untuk mengantisipasi

  perkembangan teknologi baru

  pembangunan broadband

  Mengoptimalkan bauran teknologi ( technology mix) serta multi moda backbone dan akses yang memungkinkan penggunaan berbagai teknologi baik berbasis Fixed maupun spektrum termasuk satelit

  Menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dengan memperhatikan ketepatan pengelolaan risiko

  Menyederhanakan perizinan Memberikan insentif untuk mendorong pembangunan

  infrastruktur broadband ke daerah marginal Pemerintah tidak melaksanakan fungsi operasi untuk keperluan

  komersial

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI (4)

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  Membangun jaringan 5 broadband sebagai sabuk pengaman

  Membangun

  infrastruktur

  informasi di daerah perbatasan negara melalui kerjasama dengan

  penyedia broadband di right of way sektor lain seperti jalan, tiang listrik daerah perbatasan

Membangun hubsimpul sebagai opsi negara gateway internasional

  Memberikan

  Memastikan pemenuhan komitmen pembangunan penyelenggara

  perlindungan kualitas dan

  Memastikan pemenuhan tingkat layanan yang diperjanjikan

  keamanan

  penyelenggara

  informasi kepada

  Memastikan terlindunginya aset strategis seperti infrastruktur

  pengguna layanan

  serat optik dari segala bentuk gangguan (bencana, vandalisme) serta data pengguna dari penyalahgunaan

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI (5)

  Membangun Ekosistem Broadband Nasional

  Membangun Infrastruktur Broadband Nasional

  Meningkatkan Ketersediaan Akses Broadband Nasional

  Mengurangi Ketergantungan Link Internasional

  Mendorong Content Development

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  Menetapkan Masterplan e-­‐Government Nasional sebagai rujukan

1 Mempercepat

  bagi pengembangan e-­‐government di seluruh instansi pemerintah

  implementasi e-­‐ government

  Melakukan moratorium pembangunan fasilitas pusat data dan

  dengan

  pusat pemulihan data oleh instansi pemerintah untuk kemudian

  mengutamakan bermigrasi ke pusat data bersama prinsip keamanan, Mendorong pengembangan e-­‐government yang berbasis kemitraan

  interoperabilitas, baik antar instansi pemerintah maupun dengan badan usaha dan cost effective Menerapkan prinsip penggunaan bersama ( sharing):

  §  Membangun infrastruktur bersama yaitu jaringan komunikasi

  pemerintah yang aman ( secured government network) serta fasilitas pusat data dan pusat pemulihan data yang terkonsolidasi

  §  Menggunakan aplikasi umum yang telah ada dan terbukti berjalan baik untuk interoperabilitas dan mempercepat roll out aplikasi §  Menyimpan aplikasi dalam repositori bersama sehingga dapat

  digunakan, didistribusikan, dikustomisasi untuk kepentingan e-­‐ government

  Memastikan keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, serta keutuhan data dan informasi dalam penyelenggaraan e-­‐government

  Memastikan adanya unit kerja di setiap instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan e-­‐government

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI (2)

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

  Mengkoordinasikan potensi 2 demand penggunaan ICT di sektor

  Pemerintah

  sebagai fasilitator

  pemerintah

  untuk mendorong

  Memastikan terselenggaranya layanan publik berbasis elektronik

  penggunaan

  ( e-­‐government) di seluruh instansi pemerintah

  broadband

  Memastikan penggunaan pengadaan berbasis elektronik ( e-­‐ procurement) di seluruh instansi pemerintah

  Memastikan sinkronisasi kebijakan, peraturan, dan program ICT pemerintah lintas sektor

  Memfasilitasi tersedianya dukungan ICT untuk mendukung pengembangan sektor prioritas seperti pendidikan dan kesehatan

  Memfasilitasi penyediaan akses ICT sebagai fasilitas publik

  Sub Tim Kerja ICT

  KEBIJAKAN DAN STRATEGI (3)

  KEBIJAKAN

  STRATEGI

Mendorong tingkat Memastikan aparatur pemerintah dan siswa Indonesia paham ICT 3

  literasi ICT

  Memastikan terciptanya digital inclusion antara lain melalui pelatihan, sosialisasi, dan edukasi untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat luas di bidang ICT

  Mendorong inovasi 4 Mendorong tumbuhnya inovasi ICT di masyarakat melalui kegiatan

  penelitian dan pengembangan dengan mengoptimalkan penggunaan PNBP di sektor ICT

  Mengoptimalkan penggunaan Dana USO untuk mendukung pengembangan aplikasi

  AKSELERASI BROADBAND INDONESIA

  Sub Tim Kerja ICT

  §  Agar pengembangan broadband nasional

  Intervensi Pemerintah

  mampu mengubah potensi menjadi

  untuk mempercepat

  manfaat nyata, beberapa persyaratan pertumbuhan harus dipenuhi seperti tersedianya

  broadband Indonesia

  infrastruktur, terjangkaunya harga layanan, tersedianya konten, dan cukupnya tingkat literasi masyarakat.

  §  Intervensi Pemerintah diperlukan untuk akselerasi, Fill in the gap, dan membuka sumbatan ( debottlenecking) sehingga percepatan pertumbuhan broadband

2012 nasional dapat terwujud. 2015 2025

  §  Intervensi Pemerintah dapat berbentuk:

1.  KebijakanRegulasi; danatau 2.  Pendanaan

  §  Intervensi Pemerintah diberikan tidak hanya untuk percepatan dan pemerataan

  penggelaran infrastruktur tetapi juga untuk agregasi demand, serta peningkatan kualitas utilisasiadopsi.

  Sub Tim Kerja ICT

  INSTRUMEN AKSELERASI

§  Sebagai instrumen akselerasi, kebijakan dan regulasi bersifat stimulan

  dan katalisator bagi pengembangan broadband nasional. Kebijakan dan regulasi yang tepat menjadi sangat penting karena pengembangan broadband nasional sebagian besar bertumpu kepada dunia usaha.

§  Harmonisasi dan sinkronisasi antara satu kebijakanregulasi dengan

  yang lain baik yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah juga penting.

§  Kebijakan dan regulasi pengembangan broadband nasional

  dimaksudkan untuk memastikan layanan broadband dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, tanpa diskriminasi, dengan harga terjangkau.

§  Kebijakan dan regulasi tersebut dapat bersifat sektoral (pengaturan

  dalam sektor ICT), lintas sektor (pengaturan oleh sektor lain), maupun regional (pengaturan oleh pemerintah provinsikabupatenkota).

  Sub Tim Kerja ICT

  INSTRUMEN AKSELERASI (2)

§  Secara spesinik, kebijakan dan regulasi pengembangan broadband

  nasional ditetapkan untuk:

1.  Menciptakan iklim berusaha yang kondusif dengan menekan regulatory

  cost dan menciptakan insentif; 2.  Menciptakan kompetisi, open access, mencegah terjadinya perilaku

  monopoli, dan menghilangkan barrier to entry; 3.  Memastikan pengalokasian dan penggunaan sumber daya (infrastruktur,

  spektrum frekuensi) secara efektif dan enisien, serta memastikan tidak terjadinya pemusatan sumber daya terbatas;

4.  Memungkinkan penggunaan berbagai teknologi dengan mendorong

  teknologi netral; 5.  Mendukung pengembangan aplikasi, konten, dan industri ICT dalam

  negeri serta penggunaannya; 6.  Memberikan perlindungan konsumen atas keamanan datainformasi dan

  kualitas layanan.

  Sub Tim Kerja ICT

  INSTRUMEN AKSELERASI (3)

  Infrastruktur bersama

  Interkoneksi

  §  Managed services

  Reformasi Frekuensi

  §  Asymmetric tariff vs.

  §  MVNO

  §  Frequency sharing

  Symmetric tariff

  §  Teknologi netral

  §  Interkoneksi IP

  §  Penataan ulang

  Penomoran

  Ø  Formula

  §  Refarming

  §  Enisiensi nomor

  Ø  Tarif

  Ø  Manajemen

  Lisensi

  penomoran

  Antisipasi tren teknologi

  §  Penyederhanaan

  •  Database

  dan model bisnis ke depan

  layer lisensi

  •  Prosedur

  §  Cloud

  §  Skema besar Modern

  alokasi

  §  Over The Top

  Ø  Biaya alokasi §  Smart pipe framework

  Licensing

  §  Uji Laik Operasi

  penomoran

  §  Migrasi lisensi

  §  Implementasi IPv6

  Perlindungan konsumen

  §  Number portability

  §  Registrasi prabayar

  Infrastruktur Pasif

  §  Spam §  Data pelanggan

  Tarif

  Merger dan Akuisisi

  §  Tarif retail Jasa

  Sanksi Denda terhadap

  International Roaming

  Multimedia

  Standar Kualitas Layanan

  §  Price cap

  Sub Tim Kerja ICT

  INSTRUMEN AKSELERASI (4)

  Sub Tim Kerja ICT

  INSTRUMEN AKSELERASI

  dalam miliar USD

  §  Investasi pemerintah dalam pengembangan broadband bukan suatu hal baru. Beberapa

  negara seperti Irlandia, Jerman, Colombia, dan Brazil bahkan memasukkannya sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi.

  §  Negara yang memberikan dukungan anggaran baik untuk pengembangan infrastruktur

  maupun demand terbukti mempunyai tingkat penetrasi broadband yang lebih tinggi (Sumber: Booz Company)

  §  Pengembangan broadband di Indonesia bertumpu kepada mekanisme pasar yang berbasis

  investasi dunia usaha (swastaBUMN). Untuk upaya percepatan dan pemerataan diperlukan dukungan dana Pemerintah dengan tetap memperhatikan kemampuan APBN terutama karena dukungan pendanaan diperlukan secara konsisten dan kontinu.

  Sub Tim Kerja ICT

  INSTRUMEN AKSELERASI (2)

  Potensi Sumber Pendanaan

  1. Dana Pemerintah

  2. Mobilisasi Dana di Luar Pemerintah

  APBN dapat dialokasikan melalui:

  Investasi swastaBUMN dalam bentuk:

  Mata Anggaran Kem.

  Di luar Mata Anggaran

  Investasi swasta

  Kerjasama Pemerintah

  Kominfo:

  Kementerian Kominfo:

  BUMN melalui:

  dan Swasta (KPS):

  §  Rupiah Murni

  Investasi Pemerintah

  Perizinan investasi swasta yang

  §  Pinjaman Luar

  melalui Pusat Investasi

  dimungkinkan untuk

  ( licensing)PMA

  Negeri (PLN) mendapatkan

  Pemerintah (BLU di

  dan PMDN

  bawah Kementerian

  Dukungan Pemerintah

  §  PNBP Non BLU

  Keuangan)

  dalam bentuk niskal

  §  PNBP BLU (Dana

  danatau non niskal

  USO)

  Berbasis program,

  Berbasis proyek

  Berbasis program

  kecuali PLN

  Kunci utama: kondisi investasi dan lingkungan

  Kunci utama: ketersediaan APBN

  berusaha yang kondusif

  Bentuk intervensi Pemerintah: anggaran dalam

  Bentuk intervensi Pemerintah: regulasi dan

  bentuk investasi penuh (belanja modal) dan

  anggaran untuk KPS (bersifat leverage)

  subsidi

  PENDANAAN: KEBIJAKAN Sub Tim Kerja ICT

§  Sebagai salah satu bentuk intervensi, pendanaan Pemerintah

  dimaksudkan untuk membuka sumbatan dalam rangka percepatan pertumbuhan dan adopsi broadband .

  §  Dukungan pendanaan Pemerintah diberikan dengan memperhatikan:

1.  Kondisi dan kapasitas keuangan negara. Pemberian dukungan pendanaan

  diutamakan berasal dari PNBP sektor ICT seperti Dana USO dan BHP Frekuensi.

2.  Kemampuan pasar. Pembangunan broadband dilakukan melalui

  kolaborasi antara Pemerintah dan dunia usaha. Dengan demikian, Pemerintah tidak mengambil alih peran dan tidak bersaing dengan penyelenggara. Pemberian dukungan pendanaan Pemerintah harus dipastikan tidak menimbulkan kegagalan pasar.

3.  Skema pendanaan yang sesuai yaitu tepat sasaran (efektif), tanpa

  duplikasi investasi (enisien), dan menjamin keberlanjutan. 4.  Inovasi model bisnis dengan pengelolaan risiko yang proporsional dan

  tidak hanya berbasis aset. Sesuai dengan trend global yang beralih dari belanja modal (capex) ke belanja operasional (opex) menuntut Pemerintah untuk teliti dalam melakukan investasi.

  PENDANAAN: STRATEGI Sub Tim Kerja ICT

  OPTIMALISASI

  EFISIENSI

  MOBILISASI DANA

  PEMANFAATAN APBN

  PEMANFAATAN APBN

  DI LUAR APBN

  Ruang lingkup: internal KL

  Ruang lingkup: lintas KL

  Ruang lingkup: nasional

  §  Transformasi pengelolaan dan

  §  Implementasi co-­‐Financing

  §  Implementasi Proyek

  penggunaan Dana USO menjadi

  dan infrastructure sharing

  Kerjasama Pemerintah

  broadband-­‐ready yang berorientasi

  misal: pembangunan

  Swasta (KPS). APBN

  pengembangan ekosistem termasuk

  pusat data e-­‐government

  digunakan sebagai

  aplikasi dan capacity building.

  secara terpadu;

  Dukungan Pemerintah

  §  Optimalisasi penggunaan BHP

  pembangunan duct umum

  untuk meningkatkan

  Frekuensi terutama untuk

  yang dapat digunakan

  kelayakan proyek.

  pengembangan mobile broadband.

  untuk berbagai

  §  Menciptakan kondisi

  infrastruktur (kabel

  §  Model bisnis yang lebih efektif dan

  investasi dan berusaha

  listrik, telepon, dsb);

  enisien (tidak terpaku kepada belanja

  yang kondusif dengan

  penggunaan right of way

  modal) dengan memperhatikan

  menekan regulatory cost

  infrastruktur lain seperti

  mitigasi risiko dan keberlanjutan.

  yang disebabkan antara

  tiang listrik, jalan tol.

  §  Mendorong pergeseran pola belanja

  lain oleh tidak konsisten

  modal ( capex) menjadi belanja

  §  Sinkronisasi APBN

  dan tidak sinkronnya

  operasional ( opex).

  KementerianLembaga

  berbagai peraturan

  untuk belanja ICT untuk

  termasuk peraturan

  §  Pembentukan ICT Fund yang bersifat

  menghindari duplikasi.

  daerah.

  jangka panjang.

  TINDAK LANJUT 2013

  Sub Tim Kerja ICT

§  Penyusunan Indonesia Broadband Plan dijadwalkan untuk selesai pada

  pertengahan tahun 2013 untuk dikonsultasikan ke publik dan menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-­‐2019.

  §  Timeline pekerjaan sebagai berikut.

  Penyusunan Dokumen:

  Perbaikan dokumen

  Kebijakan dan

  termasuk melalui diskusi

  Rencana Pembangunan

  dengan sektor lain dan

  (2013-­‐2017)