Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral (1)
MAKALAH
Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan
Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral di Indonesia
Disusun Oleh :
Ismail Halim
270110130158
GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga tulisan ini bisa selesai. Shalawat serta salam juga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta umat islam hingga akhir zaman. Ucapan
terima kasih juga penulis berikan kepada kedua orang penulis karena tanpa keduanya penulis
takkan bisa berada di tempat penulis sekarang menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini, Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral di Indonesia, akan
membicarakan mengenai pengaruh kegiatan pertambangan dengan lingkungan sekitar yang
dieksploitasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat kedepannya serta dalam tulisan ini pula kritik dan saran diterima agar
penulis sendiri juga dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Bandung, 18 November 2014
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................3
Bab 1. Pendahuluan...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................4
1.3 Sistematika Penulisan.....................................................................................4
Bab 2. Pembahasan....................................................................................................5
2.1 Kegiatan Pertambangan....................................................................... .......... 5
2.2 Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral di Indonesia.............................17
Bab 3. Penutup............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................................................20
3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa decade terakhir, Kegiatan industri mineral telah menjadi tulang
punggung perekenomian Indonesia baik dalam bidang pemasokan energy maupun dalam
bentuk kegiatan perputaran uang di dalamnya. Indonesia dikenal baik dengan potensi sumber
daya alamnya yang melimpah dan sangat banyak baik di Indonesia barat maupun Indonesia
timur. Bahkan terkhusus untuk batubara, Indonesia menjadi pengekspor kedua terbesar kedua
di dunia setelah Australia (Kementrian ESDM, 2014). Dalam segi perekonomian, tak dapat
dipungkiri peran besar industry mineral untuk Indonesia.
Namun, perlu diketahui bahwasanya efek yang ditimbulkan dari kegiatan industry
mineral (terutama bagian eksplorasi) sangat merusak lingkungan. Untuk kegiatan
pertambangan saja, kegiatan eksplorasi nya dilakukan dengan pembukaan lahan serta
pengerukan yang otomatis menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai dampak lingkungan apa saja yang
diakibatkan oleh kegiatan industry mineral di Indonesia serta bagaimana kemungkinan untuk
menanggulanginya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Mengetahui kegiatan pertambangan secara umum
2. Mengetahui dampak lingkungan dalam industry mineral di Indonesia
3. Memenuhi tugas Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan.
1.3 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan yang meliputi: BAB I :
PENDAHULUAN meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan; BAB II : PEMBAHASAN membahas tentang kegiatan pertambangan secara
umum, mengetahui dampak lingkungan dalam industry mineral Indonesia. BAB III :
PENUTUP meliputi kesimpulan.
4
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,
batubara, panas bumi, migas).
Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep Pertambangan
yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :
Penyelidikan Umum (prospecting)
Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
Persiapan produksi (development, construction)
Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan (mineral dressing)
Pemurnian / metalurgi ekstraksi
Pemasaran
Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengakhiran Tambang (Mine Closure)
5
Untuk detil kegiatan pertambangan sendiri akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Prospeksi
Prospeksi merupakan tahapan awal dalam mencari bijih-bijih metal atau mineral
berharga lainnya (batubara atau nonmetal). Mineral mineral berharga ini berada dibawah
permukaan bumi oleh karena itu diperlukan cara-cara tertentu untuk menemukannya. Metode
pencariannya terbagi menjadi dua yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Untuk metode langsung biasanya terbatas pada cadangan permukaan (singkapan
ditemukan). Berdasarkan dari penglihatan atau pengamatan langsung, singkapan cadangan
atau dari pecahan-pecahan lepas yang mengalami pelapukan dari singkapan tersebut. Pada
metode langsung biasanya dilakukan studi geologi beberapa data tambahan dari foto udara
maupun peta topograpi daerah tersebut.
Untuk metode tidak langsung yang mana bahan galiannya tersebunyi biasanya
digunakan berupa metode geofisika. suatu metode yang mendeteksi kejanggalan-kejanggalan
yang disebabkan adanya cadangan mineral dibawah permukaan bumi. Metode ini biasanya
menggunakan analisa gravitasi, seismik magnetik, elektrik, elektromagnetik dan ukuran
radiometrik.
6
Prospeksi Merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan endapan
mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data
geologi, geokimia dan geofisika. Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai
dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini
mempunyai resiko yang sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi.
Pada saat memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan
tahapan studi kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai diperkecil.
Kegiatan eksplorasi menurut UU No. 11 tahun 1967 berupa penyelidikan geologi
pertambangan, yang berarti suatu penerapan ilmu geologi terhadap operasi penambangan.
Dasar suatu operasi penambangan ialah kepastian geologi dan ekonomi tentang adanya suatu
kuantitas (tonase atau volume) bahan galian, yang disebut sebagai cadangan.
Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan dengan :
1. Keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian,
2. Perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi, dan
3. Kemungkinan geologinya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar letakan yang
sudah diketahui.
Sedangkan kepastian ekonomi, yang datanya berdampak terhadap ongkos
penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian dipermukaan
maupun bawah-permukaan, variasi kuantitas terhadap kualitas, keanekaragaman sifat teknis
batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung batuan terhadap limbah. Komoditas
sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditas sumberdaya mineral, merupakan
barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan dapat diukur dengan nilai
uang.
Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan barang nyata, meskipun
informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan, dan tidak termasuk komoditas
sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral diambil dari kedudukan alaminya, maka ia
menjadi komoditas sumberdaya mineral. Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya
ialah logam aluminium, batubara bersih yang telah ditambang.
7
Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam UU tahun 1967 didahului oleh
adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum ini
disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan,
dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau
menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian
yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap
eksplorasi.
2. Eksplorasi Tambang
Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :
1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan
mencari prospek,
2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan, dan
3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan,
lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang
mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral.
Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini
bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan
prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah
8
eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai
mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi.
Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan
kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.
Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta
geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan
endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi
skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan
yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapansingkapan yang penting.
9
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung),
yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen
(jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut
harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer,
altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat
penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan
sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran.
Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur,
teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan
utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung
dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (
Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan
Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral di Indonesia
Disusun Oleh :
Ismail Halim
270110130158
GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga tulisan ini bisa selesai. Shalawat serta salam juga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta umat islam hingga akhir zaman. Ucapan
terima kasih juga penulis berikan kepada kedua orang penulis karena tanpa keduanya penulis
takkan bisa berada di tempat penulis sekarang menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini, Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral di Indonesia, akan
membicarakan mengenai pengaruh kegiatan pertambangan dengan lingkungan sekitar yang
dieksploitasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat kedepannya serta dalam tulisan ini pula kritik dan saran diterima agar
penulis sendiri juga dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Bandung, 18 November 2014
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................3
Bab 1. Pendahuluan...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................4
1.3 Sistematika Penulisan.....................................................................................4
Bab 2. Pembahasan....................................................................................................5
2.1 Kegiatan Pertambangan....................................................................... .......... 5
2.2 Dampak Lingkungan dalam Industri Mineral di Indonesia.............................17
Bab 3. Penutup............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................................................20
3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa decade terakhir, Kegiatan industri mineral telah menjadi tulang
punggung perekenomian Indonesia baik dalam bidang pemasokan energy maupun dalam
bentuk kegiatan perputaran uang di dalamnya. Indonesia dikenal baik dengan potensi sumber
daya alamnya yang melimpah dan sangat banyak baik di Indonesia barat maupun Indonesia
timur. Bahkan terkhusus untuk batubara, Indonesia menjadi pengekspor kedua terbesar kedua
di dunia setelah Australia (Kementrian ESDM, 2014). Dalam segi perekonomian, tak dapat
dipungkiri peran besar industry mineral untuk Indonesia.
Namun, perlu diketahui bahwasanya efek yang ditimbulkan dari kegiatan industry
mineral (terutama bagian eksplorasi) sangat merusak lingkungan. Untuk kegiatan
pertambangan saja, kegiatan eksplorasi nya dilakukan dengan pembukaan lahan serta
pengerukan yang otomatis menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai dampak lingkungan apa saja yang
diakibatkan oleh kegiatan industry mineral di Indonesia serta bagaimana kemungkinan untuk
menanggulanginya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah:
1. Mengetahui kegiatan pertambangan secara umum
2. Mengetahui dampak lingkungan dalam industry mineral di Indonesia
3. Memenuhi tugas Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan.
1.3 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan yang meliputi: BAB I :
PENDAHULUAN meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan; BAB II : PEMBAHASAN membahas tentang kegiatan pertambangan secara
umum, mengetahui dampak lingkungan dalam industry mineral Indonesia. BAB III :
PENUTUP meliputi kesimpulan.
4
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,
batubara, panas bumi, migas).
Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep Pertambangan
yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :
Penyelidikan Umum (prospecting)
Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
Persiapan produksi (development, construction)
Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
Pengolahan (mineral dressing)
Pemurnian / metalurgi ekstraksi
Pemasaran
Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengakhiran Tambang (Mine Closure)
5
Untuk detil kegiatan pertambangan sendiri akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Prospeksi
Prospeksi merupakan tahapan awal dalam mencari bijih-bijih metal atau mineral
berharga lainnya (batubara atau nonmetal). Mineral mineral berharga ini berada dibawah
permukaan bumi oleh karena itu diperlukan cara-cara tertentu untuk menemukannya. Metode
pencariannya terbagi menjadi dua yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Untuk metode langsung biasanya terbatas pada cadangan permukaan (singkapan
ditemukan). Berdasarkan dari penglihatan atau pengamatan langsung, singkapan cadangan
atau dari pecahan-pecahan lepas yang mengalami pelapukan dari singkapan tersebut. Pada
metode langsung biasanya dilakukan studi geologi beberapa data tambahan dari foto udara
maupun peta topograpi daerah tersebut.
Untuk metode tidak langsung yang mana bahan galiannya tersebunyi biasanya
digunakan berupa metode geofisika. suatu metode yang mendeteksi kejanggalan-kejanggalan
yang disebabkan adanya cadangan mineral dibawah permukaan bumi. Metode ini biasanya
menggunakan analisa gravitasi, seismik magnetik, elektrik, elektromagnetik dan ukuran
radiometrik.
6
Prospeksi Merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan endapan
mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data
geologi, geokimia dan geofisika. Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai
dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini
mempunyai resiko yang sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi.
Pada saat memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan
tahapan studi kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai diperkecil.
Kegiatan eksplorasi menurut UU No. 11 tahun 1967 berupa penyelidikan geologi
pertambangan, yang berarti suatu penerapan ilmu geologi terhadap operasi penambangan.
Dasar suatu operasi penambangan ialah kepastian geologi dan ekonomi tentang adanya suatu
kuantitas (tonase atau volume) bahan galian, yang disebut sebagai cadangan.
Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan dengan :
1. Keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian,
2. Perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi, dan
3. Kemungkinan geologinya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar letakan yang
sudah diketahui.
Sedangkan kepastian ekonomi, yang datanya berdampak terhadap ongkos
penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian dipermukaan
maupun bawah-permukaan, variasi kuantitas terhadap kualitas, keanekaragaman sifat teknis
batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung batuan terhadap limbah. Komoditas
sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditas sumberdaya mineral, merupakan
barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan dapat diukur dengan nilai
uang.
Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan barang nyata, meskipun
informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan, dan tidak termasuk komoditas
sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral diambil dari kedudukan alaminya, maka ia
menjadi komoditas sumberdaya mineral. Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya
ialah logam aluminium, batubara bersih yang telah ditambang.
7
Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam UU tahun 1967 didahului oleh
adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum ini
disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan,
dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau
menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian
yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap
eksplorasi.
2. Eksplorasi Tambang
Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu
secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari :
1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan
mencari prospek,
2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan, dan
3. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan,
lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang
mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral.
Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini
bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan
prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah
8
eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai
mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi.
Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan
kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.
Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan
peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan
temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta
geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan
endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi
skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan
topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat
menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan
yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapansingkapan yang penting.
9
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung),
yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen
(jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut
harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer,
altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat
penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan
sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran.
Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur,
teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan
utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung
dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (