sistem Kepartaian dan Pemilu di Indonesi

SISTEM KEPARTAIAN &
PEMILU INDONESIA
PARTAI POLITIK

 Partai Politik merupakan sarana bagi warga
negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan negara.
* Kelahiran partai politik di negara-negara
eropa barat hanya menjadi penghubung antara
rakyat dan pemerintah, seperti di Inggris dan
Prancis. Disini partai politik belum berperan
dalam proses politik kenegaraan.
** Kegiatan partai politik pada saat itu masih
bersifat elitis dan aristrokrasi, dimana hanya
mempertahankan kepentingan kaum
bangsawan terhadap tuntutannya kepada raja.

 Partai pada masa itu hanya mengutamakan
kemenangan pada pemilihan umum untuk
mendapatkan dukungan yang besar dalam parlemen,
sedangkan waktu diantara dua pemilu biasanya

kurang aktif. Kemudian partai tidak memiliki disiplin
partai yang ketat, dan pungutan iuran tidak
dipentingkan; oleh karena itu partai semacam ini
dinamakan patronage party (partai lindungan yang
dilihat dari patron-client relationship).
* Disini partai lebih mengandalkan kekuatan pada
jumlah massa sehingga dinamakan juga partai
massa, kemudian berkembang pada orientasi
memperjuangkan suatu program, seperti partai
Demokrat dan Republik di Amerika Serikat.

 Dalam perkembangannya, muncul partai
diluar parlemen, dimana partai-partai ini
bersandar pada ideologi atau Weltanschauung
tertentu seperti Sosialisme, Fasisme,
Komunisme, Kristen Demokrat, dsb. Di dalam
partai semacam ini Disiplin partai sangat ketat.
* Pimpinan partai biasanya akan sangat kuat
menjaga kemurnian doktrin politik yang
dianutnya dengan jalan mengadakan saringan

terhadap calon anggotanya dan memecat
anggotanya yang menyimpang dari garis atau
kebijakan partai yang telah ditetapkan.

 Partai dengan ideologi yang sangat kuat disebut
juga sebagai Partai kader, Partai Ideologis, atau
partai Asas (Sosialisme, Fasisme, Komunisme,
Sosial Demokrat), dimana ia memiliki pandangan
hidup yang digariskan dalam kebijakan partai dan
berpedoman pada disiplin partai yang ketat dan
mengikat.
* Pendidikan kader sangat diutamakan dalam
partai ini, dimana calon-calon anggota partai
disaring dengan berbagai persyaratan untuk
menjadi anggota partai; dalam mempertahankan
ikatan batin dan kemurnian ideologi maka
dipungut iuran secara teratur, dan partai kader
biasanya lebih kecil daripada partai massa.

 Daniel Bell (1960) dalam Meriam Budiarjo,

(dasar2 ilmu politik, 2008:402), mengatakan bahwa
“Di Barat, ada konsensus di antara para intelektual
tentang masalah politik, yaitu diterimanya negara
kesejahteraan (Welfare State); diidamkannya
desentralisasi kekuasaan; sebuah sistem ekonomi
campuran (mixed economy) dan pluralisme politik
(political pluralism); Dengan demikian masa
ideologi telah berakhir”. (In the western world,
therefore, there is a rough consensus among
intellectuals on political issue; the acceptance of a
Welfare State; the desirability of decentralized power; a
system of mixed economy and of political pluralism. In
that sense, too, the ideological age has ended).

 Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir
yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya
adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik dengan cara
konstitusional agar dapat melaksankan programnya

untuk kesejahteraan seluruh masyarakat / rakyat.
* Menurut Carl J. Friedrich, partai politik adalah
sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini,
memberikan perintah kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.

 Sigmund Neumann dalam bukunya Modern
Political Parties, mengemukakan bahwa Partai
Politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas
politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dengan
suatu golongan atau golongan-golongan lain
yang mempunyai pandangan yang berbeda.
* Menurut Giovanni Sartori, menyatakan bahwa
Partai Politik adalah suatu kelompok politik yang
mengikuti pemilihan umum dan, melalui

pemilihan umum itu, mampu menempatkan
calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan
publik.

 Di negara demokrasi partai relatif dapat
melaksanakan fungsinya sesuai harkatnya yaitu
sebagai wahana bagi warga negara untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan
bernegara dan memperjuangkan kepentingannya
dihadapan penguasa; sebaliknya di negara
otoriter, partai tidak dapat menunjukkan harkatnya
sebab lebih banyak menjalankan kehendak
penguasa semata.
* Fungsi-fungsi partai politik di negara demokrasi :
1. Sebagai sarana komunikasi politik.
2. Sebagai sarana sosialisasi politik.
3. Sebagai sarana rekruitmen politik.
4. Sebagai sarana Pengatur Konflik.

 Sebagai sarana Komunikasi Politik; dimana dalam

masyarakat modern banyak ragam pendapat dan
aspirasi yang berkembang, dimana dalam hal ini
ada proses interest aggregation atau
penggabungan kepentingan dan interest
articulation atau perumusan kepentingan.
* Fungsi aggregasi kepentingan dan artikulasi
kepentingan merupakan fungsi dalam komunikasi
politik, sebab komunikasi akan berjalan dengan
apabila kedua fungsi ini dapat berjalan dengan
lancar.
** Kemudian parpol juga memainkan peranan
penting sebagai jembatan penghubung antara
pemerintah (penguasa) dengan masyarakat (rakyat).

 Sebagai sarana Sosialisasi Politik; adalah sebagai
suatu proses yang melalui seseorang memperoleh
sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang
umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia
berada; dimana hal itu menetukan sikap politik
seseorang mengenai Nasionalisme, kelas sosial, suku

bangsa, ideologi, hak dan kewajiban.
* Proses sosialisasi politik adalah suatu proses yang
disampaikan kepada masyarakat berkaitan “budaya politik”
suatu masyarakat yaitu norma-norma, nilai-nilai, dari satu
generasi ke generasi berikutnya; kemudian hal ini sangat
berkaitan erat dengan pembelajaran (pendidikan) politik
terhadap suatu generasi secara terus menerus dan
berkelanjutan.
** Sosialisasi politik juga berguna untuk membentuk suatu
image bagi suatu partai politik.

 Sebagai sarana Rekruitmen Politik; adalah
suatu proses yang berkaitan pada masalah
seleksi kepemimpinan baik di internal partai
maupun di eksternal partai, termasuk untuk
menyeleksi anggota partai yang bergabung
kedalam partai.
* Rekruitmen politik menjamin kontinuitas dan
kelestarian partai, sekaligus merupakan salah
satu cara untuk menjaring dan melatih caloncalon pemimpin.

** Ada berbagai cara untuk melakukan
rekruitmen politik, yaitu melalui kontak pribadi,
persuasif ataupun cara mobilisasi terbuka.

 Sebagai sarana Pengatur Konflik (Conflict
Management); adalah peran partai politik dalam
menekan atau membantu mengatasi konflik, minimal
akibat dari konflik bisa ditekan seminimal mungkin;
disini elite partai politik harus dapat menumbuhkan
pengertian diantara pihak yang berkonflik dan secara
bersamaan meyakinkan pendukungnya.
* Disini partai politik diharapkan dapat sebagai
penghubung psikologis dan organisasional antara warga
negara dengan pemerintahnya, selain itu juga melakukan
konsolidasi dan artikulasi tuntutan-tuntutan beragam dan
yang berkembang di berbagai kelompok masyarakat.
** Menurut Lijphart bahwa “Perbedaan-perbedaan atau
perpecahan di tingkat massa bawah dapat diatasi oleh
kerjasama diantara elite-elite politik”.


 Klasifikasi sistem kepartaian:
1. Sistem Partai Tunggal, dimana di dalam suatu negara
hanya satu partai yang dominan yang mengatur seluruh
kehidupan bangsa, seperti di China, Negara-negara
Afrika, dan Kuba, serta Soviet (dahulu).
2. Sistem Dwi Partai, dimana ada dua partai politik yang
selalu dominan memenangkan dua tempat teratas
dalam pemilu secara bergiliran dan dengan demikian
memiliki kedudukan yang dominan, seperti : di Inggris,
Amerika Serikat, Filiphina, Kanada dan Selendia Baru.
3. Sistem Multi Partai, dimana terdapat banyak partai
politik yang memiliki dukungan politik yang tersebar
tanpa ada satu partai yang dominan menguasi sebagian
besar dukungan, sehingga dalam membentuk atau
menjalankan parlemen diperlukan koalisi.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25