Faktor risiko mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosa anak

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah utama kesehatan global yang
menyebabkan morbiditas jutaan orang di dunia. Salah satu target dari
Millennium Development Goals adalah menurunkan insidensi TB pada tahun
2015 setengah dari insidensi di tahun 1990.1,2
Pasien-pasien TB yang tidak diobati 1% hingga 2%

akan

berkembang menjadi meningitis tuberkulosa.3,4 Meningitis TB merupakan
penyakit inflamasi non supuratif dari meninges duramater dan sumsum tulang
belakang yang disebabkan oleh basil tuberkel.5
Insidensi meningitis TB masih tinggi di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, sekitar 5% sampai 15% tuberkulosis ekstrapulmoner

melibatkan susunan saraf pusat (SSP). Meningitis TB merupakan salah satu
TB ekstrapulmoner terbanyak dengan keterlibatan SSP dan 70% dari
tuberkulosis SSP.6
Laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, dijumpai
9.6 juta kasus tuberkulosis baru, satu juta di antaranya adalah anak-anak dan
15%

dari

pasien-pasien

ini

dengan

TB

ekstrapulmoner.1,7,8Laporan

Kementrian Kesehatan tahun 2014 proporsi kejadian tuberkulosis anak di

Indonesia dan provinsi Sumatera Utara adalah 7% dan 2% dari total pasien
tuberkulosis yang diobati.8

Universitas Sumatera Utara

2

Meningitis TB merupakan komplikasi terberat dari tuberkulosis.
Mortalitas tertinggi pada masa kanak-kanak awal karena tingginya insidensi
dari tuberkulosis diseminata pada populasi ini.9 Diagnosis biasanya
ditegakkan saat kerusakan neurologik yang irreversible telah terjadi.10
Penegakan diagnosis meningitis TB masih cukup sulit. Baku emasnya
adalah isolasi organisme melalui hasil kultur Cairan Serebro Spinal (CSS)
atau

dijumpainya

Mycobacterium

tuberculosis


pewarnaan.11

pada

Pewarnaan positif pada kurang dari 10% kasus meningitis tuberkulosa,
sementara kultur membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar

delapan

minggu dan hasilnya lebih sering negatif. Hal ini menyebabkan terlambatnya
penegakan diagnosis meningitis TB. Penegakan diagnosis umumnya
dilakukan berdasarkan kriteria klinis, laboratorium dan radiologis. 3,7,12
Meningitis TB menyebabkan angka mortalitas yang tinggi pada bayi
dan anak, komplikasi neurologis merupakan hal yang umum terjadi.
Diagnosis dini dan pengobatan yang spesifik untuk tuberkulosis merupakan
usaha yang sangat penting dalam mencegah terjadinya gejala sisa dan
luaran yang buruk.7,13,14 Meningitis TB dapat diobati dengan sempurna
melalui diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat, namun 1/3 pasien
meninggal karena pengobatan yang terlambat.7

Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi luaran pasien-pasien
dengan

meningitis

tuberkulosa,

seperti

usia,

stadium,

dijumpainya

hidrosefalus dari pencitraan, hasil analisa CSS yang mendukung dan adanya
komorbiditas dengan penyakit lain terutama infeksi Human Immunodeficiency

Universitas Sumatera Utara


3

Virus (HIV).15,16 Penelitian di China pada tahun 2015 melaporkan bahwa usia
yang lebih tua, dijumpainya TB milier, penurunan kesadaran, skor Glasgow
Coma Scale (GCS) yang rendah saat masuk dan hidrosefalus berhubungan
dengan prognosis yang buruk, sehingga perlu diketahui faktor-faktor
prognostik apa saja baik dari klinis, laboratorium maupun pencitraan yang
dapat mempengaruhi luaran tersebut. Pengetahuan dan pemahaman yang
lebih baik tentang faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi luaran, dapat
menjadi acuan untuk melakukan intervensi segera yang pada akhirnya dapat
mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas, serta dapat memberikan
gambaran dan ekspektasi yang lebih realistis untuk pasien maupun
keluarganya, dan dapat menjadi data yang sangat berguna dalam meneliti
modalitas diagnostik dan pengobatan yang baru.5,17-19 Sampai saat ini
penelitian tentang faktor risiko mortalitas pada pasien meningitis tuberkulosa
anak belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan faktor-faktor risiko apa saja yang menyebabkan mortalitas pada
anak dengan meningitis tuberkulosa?

Universitas Sumatera Utara

4

1.3. Hipotesis
Tidak ada faktor risiko yang menyebabkan mortalitas pada anak dengan
meningitis tuberkulosa

1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai faktor risiko mortalitas pada anak
dengan meningitis tuberkulosa

1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi: memberikan kontribusi ilmiah
di bidang neurologi anak dan RSHAM mengenai faktor-faktor risiko
mortalitas pada pasien-pasien meningitis tuberkulosa anak sehingga
dapat diambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya mortalitas

maupun gejala sisa yang berat yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
anak
2. Di bidang kedokteran: dapat menjadi data dasar dalam meneliti modalitas
diagnostik dan pengobatan yang baru untuk meningitis TB
3. Masyarakat: dapat menjadi acuan dalam pemberian informed consent
kepada orang tua mengenai prognosis anak dengan meningitis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, radiologis dan laboratorium.

Universitas Sumatera Utara