Konstruksi Berita Layanan Publik Dalam Program “Sumut Dalam Berita” Televisi Republik Indonesia (Tvri) Sumatera Utara Periode Januari - Maret 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kehidupan masyarakat saat ini tidak dapat dilepaskan dari arus
informasi yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan. Kebutuhan
akan informasi dipenuhi melalui berbagai media yang kini menawarkan
kecepatan, akurasi dan kelengkapan informasi, salah satunya melalui media
massa.
Media massa tentunya juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dengan keunggulannya masing-masing dalam menyampaikan informasi,
namun nampaknya televisi masih menjadi primadona dengan kekuatan audio
dan visualnya. Dalam perkembangannya saat ini di Indonesia, stasiun televisi
berlomba-lomba merebut hati pemirsa dengan menciptakan program yang
memenuhi kebutuhan penonton akan informasi, terutama lewat tayangan
berita.
Salah satu yang menjadi pertanyaan cukup penting adalah informasi
seperti apa yang didistribusikan oleh media massa kepada masyarakat. Pada
kenyataannya tidak semua informasi yang disebarkan oleh media massa
merupakan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Media massa membanjiri
masyarakat setiap harinya dengan berbagai informasi secara luas dengan

alasan untuk memberikan pilihan pada masyarakat. Mc Quail (2010 : 28)
menyatakan bahwa media massa merupakan window of event and experience,
yaitu jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi
di luar sana, namun media massa juga dipandang sebagai gatekeeper yang
1
Universitas Sumatera Utara

2

memilih dan menyeleksi berbagai hal yang diberikan perhatian. Masyarakat
dipilihkan isu yang akan dikonsumsi. Media massa memiliki kekuasaan untuk
menentukan informasi seperti apa yang akan didistribusikan kepada khalayak.
Undang-Undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan
bahwa lembaga penyiaran di Indonesia terdiri atas lembaga penyiaran publik,
lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga
penyiaran berlangganan (UU No 32 Tahun 2012 Tentang Penyiaran).
Menurut data Dewan Pers hingga tahun 2015 tercatat ada 523 stasiun televisi
yang beroperasi di Indonesia (Data Pers Nasional 2015). Jumlah yang cukup
banyak tersebut tentu berimplikasi pada timbulnya persaingan untuk
mendapatkan penonton yang banyak.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) menjadi satu-satunya televisi
publik yang mengudara di tanah air. TVRI bersama dengan Radio Republik
Indonesia (RRI) merupakan lembaga penyiaran publik yang merupakan
lembaga berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat
independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk
kepentingan masyarakat
TVRI pun memiliki rangkaian siaran berita yang ditayangkan secara
reguler, baik siaran nasional maupun siaran berjaringan yang dilakukan oleh
stasiun-stasiun lokal TVRI di masing-masing propinsi. Program berita
memiliki nama yang berbeda-beda pada setiap stasiun di setiap propinsi,
misalnya saja TVRI Sumatera Utara memiliki “Sumut Dalam Berita”, Jambi
memiliki “Jambi Dalam Berita”, dan Bali memiliki “Warta Bali”.

Universitas Sumatera Utara

3

Hasil riset terbaru yang dilakukan oleh TVRI Sumatera Utara dan
Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara tahun 2013
menyebutkan bahwa program Sumut Dalam Berita menjadi tayangan yang

paling banyak diketahui dan disukai penonton dari seluruh program acara
TVRI Sumatera Utara. TVRI Sumatera Utara sendiri bersama stasiun di tiap
propinsi mengudara selama 4 jam dalam sehari, mulai pukul 15.00 sampai
dengan 19.00. Sumut Dalam Berita ditayangkan selama 60 menit dengan
mengangkat berita-berita lokal di Sumatera Utara. Namun bila dibandingkan
dengan tayangan yang ditayangkan televisi lain pada jam yang sama, posisi
TVRI Sumatera Utara masih sangat lemah. Penelitian pun menghasilkan
saran adanya peningkatan kualitas dalam tayangan TVRI Sumatera Utara
termasuk dalam segi konten, kualitas gambar, audio dan jangkauan siar (Riset
Penonton dan Program TVRI Sumatera Utara, 2013).
Sebagai lembaga penyiaran publik, seluruh rancangan program TVRI
Sumatera Utara haruslah berorientasi pada kepentingan khalayaknya untuk
mendapatkan informasi (right to know) dan hak untuk menyatakan pendapat
(right to express). Lembaga model ini mempunyai visi untuk memperbaiki
kualitas kehidupan publik, kualitas kehidupan suatu bangsa dan juga kualitas
hubungan antarbangsa pada umumnya, serta mempunyai misi untuk menjadi
forum diskusi, artikulasi dan pelayanan kebutuhan publik. Lembaga
penyiaran publik memberikan pengakuan secara signifikan kepada peran
supervisi dan evaluasi oleh publik dalam posisinya sebagai khalayak dan
partisipan yang aktif. Tanggung jawab lembaga penyiaran publik tentu lebih

berat karena sifatnya yang independen dari kepentingan negara dan

Universitas Sumatera Utara

4

kepentingan komersial, serta pembiayaan yang dibebankan kepada pengguna,
dalam hal ini TVRI menggunakan anggaran dari APBN dan APBD.
Mantan Wakil Ketua Dewan Pers, Sabam Leo Batubara (2012)
menyatakan bahwa keberpihakan negara kepada TVRI sebagai lembaga
penyiaran publik sudah diamanatkan dalam Pasal 31 UU No 32 tahun 2002
tentang Penyiaran. Ayat (2) menyebut: “Lembaga penyiaran publik dapat
menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau
seluruh wilayah negara Republik Indonesia.” Ayat (3): “Lembaga penyiaran
swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan
jangkauan wilayah terbatas.” Artinya TVRI sudah memiliki keuntungan dari
segi regulasi dan infrastruktur jaringan di seluruh wilayah Indonesia
dibandingkan televisi swasta (UU 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran).
Ketika saat ini sejumlah program berita pada beberapa stasiun televisi
swasta kerap mendapat tudingan tidak bebas nilai dan berpihak pada

kepentingan ekonomi politik kelompok tertentu, lembaga penyiaran publik
harus hadir sebagai penyedia informasi alternatif bagi khalayak. Dalam
konteks berdemokrasi, bagi televisi yang bersiaran secara lokal, tentunya
konten lokal menjadi komoditi utama untuk ditayangkan. Tayangan yang
berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal memberi manfaat besar bagi
pendidikan, hiburan, menjadi media pengikat kedekatan dengan khalayak dan
berperan dalam membangun perekonomian daerah.
Tanggungjawab akan visi tayangan lembaga penyiaran publik yang
bersiaran secara lokal ini tentulah harus direncanakan dengan baik dan
matang. Peneliti memiliki kesempatan mengamati langsung aktivitas redaksi

Universitas Sumatera Utara

5

TVRI Sumatera Utara dalam kapasitas sebagai reporter dan presenter paruh
waktu (freelance) sejak akhir tahun 2013. Setiap harinya dalam agenda
liputan di redaksi Sumut Dalam Berita terdapat tim peliputan yang khusus
meliput kegiatan harian Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Kota Medan
maupun Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Berita-berita ini disiarkan

karena TVRI Sumatera Utara menjalin kerjasama dalam hal penyiaran dengan
pemerintah lokal.
TVRI Sumatera Utara mengemas berita-berita seperti ini di Sumut
Dalam Berita dalam segmen khusus yakni segmen „Klasifikasi Seremonial‟.
Mayoritas isi segmen ini adalah aktivitas harian Kepala Daerah baik
Gubernur maupun Walikota yang bersifat seremonial. Dalam satu tahun,
TVRI Sumatera Utara harus menyediakan waktu untuk menyiarkan kegiatan
harian Kepala Daerah dan jajaran SKPD sesuai dengan jumlah yang telah
disepakati. TVRI pun mendapatkan kompensasi atas jasa penyiaran ini.
Nilai berita yang cukup utama dalam sebuah lembaga penyiaran
publik tentu berkaitan dengan kepentingan publik, dalam konteks TVRI
Sumatera Utara berarti masyarakat Sumatera Utara. Pesan-pesan yang
disampaikan melalui tayangan Sumut Dalam Berita idealnya dirancang untuk
menjadi sumber informasi utama bagi publik dan demi kebaikan publik. Pada
prakteknya tidak semua aktivitas harian Kepala Daerah yang disiarkan TVRI
memiliki bobot nilai beirta yang sama pentingnya bagi publik.
Masalah besar juga kini dihadapi oleh lembaga penyiaran publik.
Menciptakan program-program ataupun berita yang bermanfaat bagi
masyarakat ternyata tak cukup, program-program tersebut haruslah ditonton.


Universitas Sumatera Utara

6

Sebuah tayangan yang sangat bagus dan memiliki nilai edukasi tinggi namun
bila hanya disaksikan oleh segelintir orang saja maka manfaatnya secara
sosial tak akan tercapai. Sebelum tahun 1980-an akhir, TVRI berjaya
memonopoli penyiaran tanah air, masyarakat tidak memiliki pilihan lain
dalam tayangan televisi selain TVRI.
Namun saat ini kondisinya berbeda. Masyarakat punya banyak sekali
pilihan dalam tayangan televisi, baik yang free to air maupun televisi
berbayar. Direktur Eksekutif The Independent Television Commission (ITC)
Richard Eyre mengatakan „Free school doesn‟t work when the kids go and
buy Coca-Cola because it‟s available and they prefer it and they can afford
it. So public service broadcasting will soon be dead‟ (Weeds, 2013). Artinya
lembaga penyiaran publik menghadapi dua tantangan besar jika ingin
mencapai tujuannya. Pertama, program siaran yang dirancang haruslah
mendekati masyarakat sebagai khalayak, sehingga masyarakat akan memilih
menyaksikan tayangan lembaga penyiaran publik daripada tayangan lain.
Kedua, mengingat besarnya jumlah masyarakat yang beralih ke media baru

(internet) untuk memperoleh informasi dan hiburan, lembaga penyiaran
publik haruslah mengikuti tren tersebut jika tak ingin ditinggalkan.
Salah satu kesempatan emas yang bisa dimanfaatkan oleh TVRI
adalah ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemberitaan televisi swasta
akhir-akhir ini yang sarat akan tumpangan kepentingan. Salah satu contoh
yang paling nyata adalah terbelahnya media massa saat pelaksanaan
Pemilihan Presiden 2014. MetroTV yang dimiliki oleh politisi Partai Nasdem
Surya Paloh dan TVOne yang dimiliki oleh politisi Partai Golkar Aburizal

Universitas Sumatera Utara

7

Bakrie memberitakan masing-masing pasangan calon dengan porsi yang tidak
berimbang.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan surat teguran untuk
kedua stasiun televisi tersebut. KPI menekankan adanya pelanggaran atas
perlindungan kepentingan publik dan netralitas isi program siaran jurnalistik
terkait dua pasang calon. Penilaian KPI didasarkan pada durasi, frekuensi dan
tone kecenderungan pemberitaan yang mengarah kepada salah satu pihak

saja. Layar MetroTV didominasi pemberitaan mengenai Jokowi dan TVOne
didominasi pemberitaan Prabowo. Tindakan tersebut oleh KPI dinilai
melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Penyiaran
(SPS) tahun 2012 (www.bbc.com).
Selain kasus dalam penyelenggaraan kampanye Pilpres 2014, Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) juga mencatat sejumlah pelanggaran terhadap
siaran berita sejumlah stasiun televisi dalam beberapa tahun terakhir, antara
lain :
a) Program siaran jurnalistik Satu Meja Kompas TV dengan tema
Prostititusi Terbuka di Dunia Maya dinilai KPI Pusat melanggar
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Melalui surat
teguran tertulis pada 24 April 2015, KPI menyebutkan tayangan
investigatif tersebut menampilkan dialog-dialog yang bisa menimbulkan
ketidaknyamanan di masyarakat karena dianggap terlalu vulgar. Dialog
yang dipandu host Ira Koesno itu menghadirkan narasumber dua orang
pelaku prostitusi online. Sesuai aturan seharusnya tayangan tersebut
disiarkan di atas pukul 11 malam. (www.kpi.go.id)

Universitas Sumatera Utara


8

b) Program berita Metro Hari Ini pada stasiun Metro TV diberi sanksi oleh
KPI saat memberitakan peristiwa jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik
TNI AU di Medan, Sumatera Utara pada Juli 2015. Metro TV memutar
salah satu video amatir warga yang menunjukkan gambar korban Ahmad
Fahri tergeletak di jalan sesaat setelah musibah terjadi secara close-up.
KPI menilai tayangan ini melanggar prinsip-prinsip jurnalistik dalam
peliputan bencana. (www.kpi.go.id)
c) Program Siaran Jurnalistik Breaking News pada stasiun TV One dianggap
melakukan pelanggaran saat menayangkan tragedi kecelakaan pesawat
Air Asia QZ8501 pada Desember 2014. TV One menayangkan proses
evakuasi dimana terlihat kondisi korban mengapung di laut tanpa
mengenakan busana lengkap secara close up tanpa diedit atau diblur
dengan durasi lebih kurang 10 menit. Tayangan tersebut dinilai tidak
santun dan telah menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat
khususnya keluarga korban. (www.kpi.go.id)
d) Program Siaran Jurnalistik Reportase Sore pada stasiun Trans TV
mendapat peringatan KPI atas tayangan 24, 28 dan 29 Oktober 2015
yang dianggap tidak memperhatikan perlindungan anak-anak dan remaja.

Program tersebut menayangkan adegan seorang pria yang wajahnya
dikerumuni oleh lebah, yang oleh KPI dianggap menampilkan muatan
berbahaya. Program tersebut juga memberitakan kekerasan seksual
dengan mewawancarai keluarga korban dengan wajah yang tidak
disamarkan. Selain itu Reportasi Sore juga menayangkan secara eksplisit

Universitas Sumatera Utara

9

aksi anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa dengan memukuli dan
melempari mobil dengan batu. (www.kpi.go.id)
Hasil survei indeks kualitas program siaran televisi yang dilakukan
oleh KPI pada November-Desember 2015 untuk siaran berita tanah air, secara
umum masih menunjukkan angka di bawah standar yang ditetapkan oleh KPI.

Gambar 1.1
Perbandingan Indeks Kualitas Program Berita Tahun 2015

Sumber : www.kpi.go.id

Grafik memperlihatkan indeks kualitas program berita meningkat
mulai dari periode 1 sampai periode 4 tahun 2015, namun pada periode ke 5
sedikit menurun menjadi 3,70. Program siaran berita masih belum mencapai
standar yang ditetapkan KPI yaitu 4. Beberapa indikator yang digunakan KPI
untuk menyusun indeks kualitas program berita dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1.1
Indeks Kualitas Program Berita Berdasarkan Indikator
INDIKATOR

INDEKS

Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa

3,56

Informatif

4,16

Universitas Sumatera Utara

10

Edukatif

3,83

Pengawasan

3,73

Menghormati nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antar

3,63

golongan
Menghormati nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan

3,65

Menghormati kehidupan pribadi

3,58

Melindungi kepentingan anak-anak dan/atau remaja

3,59

Melindungi orang atau kelompok masyarakat tertentu

3,59

Tidak bermuatan seksual

3,67

Tidak bermuatan kekerasan

3,59

Tidak bermuatan mistik, horor, supranatural

3,80

Tidak bermuatan rokok, napza dan minuman beralkohol

3,79

Tidak bermuatan praktek perjudian

3,83

Menyajikan berita yang akurat, berimbang, adil

3,66

Melindungi kepentingan publik

3,68

Menghormati narasumber

3,73

Faktual

3,85

Melakukan verifikasi, cek dan ricek

3,66

Independen

3,49
Indeks Kualitas Program Berita

3,70

Sumber : www.kpi.go.id

Lembaga penyiaran publik idealnya hadir dalam posisi yang berbeda
dengan lembaga penyiaran swasta karena terdapat sejumlah perbedaan
mendasar antara kedua jenis lembaga tersebut (lihat lampiran). Melihat tabel
tersebut, maka terlihat jelas perbedaan antara lembaga penyiaran publik dan
lembaga penyiaran komersil (swasta), sementara secara prinsip dasar terdapat
sedikit kesamaan antara lembaga penyiaran publik dengan lembaga penyiaran
komunitas. Terkait program pemberitaan, maka semestinya terdapat

Universitas Sumatera Utara

11

perbedaan juga dalam konten dan kemasan berita milik lembaga penyiaran
publik dan lembaga penyiaran swasta dikarenakan tidak ada beban
kepentingan ekonomi maupun beban politik dari pihak manapun.
Merujuk pada regulasi dalam Undang-undang Penyiaran No 32 tahun
2002, seharusnya TVRI yang sudah memiliki infrastruktur di seluruh wilayah
Indonesia memiliki kelebihan yang tidak bisa disaingi oleh lembaga
penyiaran swasta. Konten pemberitaan TVRI di setiap daerah pastilah
berbeda dengan konten televisi swasta yang disiarkan dari pusat ibukota
Jakarta. Informasi yang dihadirkan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik
pastilah lebih melayani kepentingan publik di masing-masing daerah. Nilai
berita (news value) pada masing-masing wilayah tentunya berbeda, apa yang
menjadi penting bagi masyarakat Jakarta, belum tentu penting bagi
masyarakat di Kalimantan Timur. Celah inilah yang seharusnya dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin oleh TVRI.
Sistem penyiaran di Indonesia saat ini bersifat sentralistis. Stasiunstasiun televisi swasta yang memiliki induk jaringan berada di Jakarta
bersiaran dari Jakarta. Sentralisasi menghasilkan apa yang dikatakan Ade
Armando dalam Televisi Jakarta di Atas Indonesia sebagai ketidakadilan
ekonomi, politik dan budaya. Secara ekonomi, ratusan miliar bahkan triliunan
rupiah belanja iklan televisi beredar di Jakarta. Rumah produksi dan industri
iklan sebagian besar tumbuh subur di Jakarta. Hasilnya lapangan pekerjaan
dalam industri televisi hanya tumbuh dengan sehat di Jakarta.
Pengaruhnya dari segi konten pun sangat terasa. Konten yang
dihadirkan oleh mayoritas televisi swasta saat ini tidak mendukung sistem

Universitas Sumatera Utara

12

demokrasi nasional. Misalnya saat hajatan pemilihan kepada daerah, banyak
masyarakat di berbagai belahan Indonesia tidak mendapatkan peliputan yang
memadai terkait pesta demokrasi di wilayahnya. Di sejumlah tempat, televisi
tidak hadir bagi publik yang membutuhkan informasi dalam kontestasi
demokrasi. Berita-berita politik, ekonomi dan budaya lokal dari luar daerah
Jakarta yang dikirimkan oleh kontributor di daerah, harus bersaing dengan
berbagai berita nasional dari Jakarta. Pada saat yang bersamaan, budaya
metropolitan merembes masuk ke ruang publik masyarakat di berbagai daerah
dan mendesak budaya lokal. Budaya masyarakat seakan-akan menjadi
homogen karena bersumber dari budaya Jakarta, atau dalam istilah saat ini
sudah dimodifikasi menjadi wilayah Jabodetabek. Ruang sosiokultural
Jakarta kini telah melebar hingga Bekasi, Tangerang, Depok dan Bogor.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Remotivi bekerjasama dengan
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran tahun 2012 menghitung
daerah asal berita dalam siaran berita di televisi dengan mengelompokkan
hasilnya dalam Jabodetabek dan non-Jabodetabek. Dengan pendekatan
convenience sampling, 2.638 item berita dijadikan sampel dari 20 judul
program berita yang tayang sore dan malam hari. Hasilnya Jabodetabek
mendominasi daerah asal berita berdasarkan frekuensi dengan angka
mencapai 40%, sementara daerah asal berita dari luar Jabodetabek
memperoleh angka 45%, yang artinya persentase ini menggambarkan angka
untuk 32 propinsi lain di Indonesia. Begitupun dari segi durasi, maka beritaberita Jabodetabek mendominasi layar nasional hingga 48%, berita non
Jabodetabek sebesar 38%, berita internasional 7% dan berita kompilasi

Universitas Sumatera Utara

13

sebesar 7% (Heychael dan Wibowo, 2014). Walau tidak bisa menjadi satusatunya tolok ukur relevansi sebuah berita bagi khalayaknya, namun hasil
penelitian ini menggambarkan minimnya unsur „jarak‟ dalam nilai berita bagi
khalayak di seluruh wilayah Indonesia.
Ruang redaksi sebagai „otak‟ dari segala aktivitas jurnalisme tentu
memiliki kebijakan untuk mengatasi dan mengantisipasi segala keterbatasan
TVRI dalam hal pemberitaan, terutama tarik-menarik berbagai kepentingan
yang dapat mempengaruhi kerja jurnalistiknya. Meskipun sebuah karya
jurnalistik merupakan karya tim peliputan yang terdiri dari reporter dan juru
kamera, namun hasil akhir hingga berita disiarkan harus melalui proses
pengolahan yang merupakan kerja kolektif keredaksian. Baik reporter,
redaktur, hingga TVRI secara organisasi tentu memberi andil dalam
membentuk setiap berita yang akhirnya disiarkan kepada masyarakat.
Sejumlah penelitian terdahulu mengenai TVRI sebagai lembaga
penyiaran publik, banyak berfokus pada kajian yang melihat eksistensi TVRI
sebagai sebuah institusi penyiaran publik, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Lisa Adhrianti (2005) dan Satya Rahariska (2011). Begitupun dengan
sejumlah penelitian lain yang mengkaji mengenai bagaimana proses produksi
sebuah program acara di TVRI seperti penelitian Sapta Sari (2014) dan
Haulah Citra Kusuma Wardhani (2013).
Penelitian ini mengambil celah yang belum dikaji secara luas dalam
penelitian-penelitian sebelumnya yakni mengenai konstruksi pemberitaan
mengenai layanan publik di TVRI. Kajian mengenai pemberitaan pun tak bisa
dilepaskan dengan aktivitas jurnalistik yang dilakukan TVRI untuk

Universitas Sumatera Utara

14

memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Setidaknya penelitian ini dapat
memperkaya ruang keilmuan mengenai televisi publik di Indonesia.
Peneliti tertarik memilih lokasi penelitian di TVRI Sumatera Utara
karena sejumlah pertimbangan. Stasiun TVRI Sumatera Utara merupakan
stasiun daerah TVRI pertama di Pulau Sumatera yang berdiri tahun 1970 dan
merupakan stasiun TVRI daerah kedua di Indonesia setelah stasiun TVRI
Yogjakarta. Selain itu TVRI Sumatera Utara memiliki jangkauan siaran
seluas 50.950 km2 atau mencakup 71,08% wilayah Propinsi Sumatera Utara
dengan jangkauan penduduk sebanyak 80,85%. Angka ini merupakan yang
terbesar di Pulau Sumatera (www.docnetters.wordpress.com). Artinya
tayangan TVRI Sumatera Utara berdampak pada masyarakat dalam jumlah
besar dan wilayah yang luas. Stasiun TVRI Sumatera Utara juga masuk
dalam stasiun kelas A yang merupakan tingkat tertinggi dalam bentuk
organisasi TVRI.
Penelitian ini akan melihat bagaimana konstruksi berita layanan
publik dalam program “Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara secara
khusus pada periode Januari-Maret 2016. Penelitian ini diharapkan dapat
menjawab bagaimana proses di dalam redaksi Sumut Dalam Berita yang
melibatkan berbagai unsur di dalam dan luar redaksi sehingga menghasilkan
berita-berita mengenai layanan publik seperti yang disaksikan khalayak
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

15

1.2 FOKUS MASALAH
Bagaimana konstruksi berita layanan publik dalam program “Sumut Dalam
Berita” TVRI Sumatera Utara periode Januari – Maret 2016?

1.3 TUJUAN PENELITIAN
(1) Untuk mengetahui gambaran berita layanan publik dalam program
“Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara periode Januari – Maret
2016.
(2) Untuk mengetahui konstruksi berita layanan publik dalam program
“Sumut Dalam Berita” TVRI Sumatera Utara periode Januari – Maret
2016 dilihat dari 5 tingkatan pengaruh isi media.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
(1) Aspek teoritis (keilmuan) :
memperkaya kajian ilmu komunikasi terutama mengenai kajian
jurnalistik pada Lembaga Penyiaran Publik
(2) Aspek praktis :
menjadi masukan bagi TVRI Sumatera Utara dalam menjalankan
aktivitas jurnalistik dan keredaksiannya sebagai Lembaga Penyiaran
Publik

Universitas Sumatera Utara