Konstruksi Berita Layanan Publik Dalam Program “Sumut Dalam Berita” Televisi Republik Indonesia (Tvri) Sumatera Utara Periode Januari - Maret 2016

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN TELEVISI KOMERSIAL (SWASTA), PUBLIK
DAN KOMUNITAS
Aspek
Definisi

Khalayak
Visi

Jangkauan
area siaran

Televisi
Komersial
Televisi
yang
didirikan di atas
prinsip-prinsip

pencapaian
keuntungan
ekonomi
(komersial)

Televisi
Komunitas
Televisi yang
Televisi yang
memberikan
memberikan
pengakuan secara pengakuan secara
signifikan
signifikan
terhadap peran
terhadap
supervisi dan
supervisi dan
evaluasi publik
evaluasi oleh

melalui sebuah
anggota
lembaga supervisi komunitasnya
khusus yang
melalui sebuah
didirikan untuk
lembaga
tujuan tersebut.
supervisi yang
didirikan khusus
untuk tujuan
tersebut
Umum,
terbuka, Umum, lebih dari Satu komunitas
lebar
satu komunitas
tertentu saja
Memberikan
Meningkatkan
Meningkatkan

hiburan, informasi kualitas
hidup kualitas hidup
dan pendidikan,
publik.
anggota
namun semua visi
Meningkatkan
komunitasnya
pada
apresiasi
secara khusus
implementasinya
terhadap
menjadi televisi
khususnya untuk
keanekaragaman
yang
bersifat
produksi dan
ditangan

dari, oleh dan
pemasaran tetap
masyarakat
untuk komunitas.
diperhitungkan
dengan harapan
berdasarkan
menciptakan
prinsip-prinsip
kehidupan yang
pencapaiaan
harmonis diantara
keuntungan
berbagai
ekonomi
komunitas
yang
(komersil)
berbeda (living in
colors).

Umumnya luas,
Bersifat nasional
Terbatas,
lebih dari 1
(misal TVRI dan umumnya dalam
propinsi. Namun
RRI). Tetap
radius 6 km.
memiliki batasan
mengemban misi Karena itu sering
tertentu. Misalnya
meningkatkan
juga disebut low
tidak boleh lebih
aspirasi terhadap
power
dari “X” persen
identitas dan
broadcasting.
Televisi Publik


Universitas Sumatera Utara

Ukuran
kesuksesan

Pemilik /
pendiri

pemirsa nasional
(mis. 40 %)
dihitung dari
jumlah rumah
tangga (house
hold) yang dapat
menerima
siarannya. Tidak
diperkenankan
adanya stasiun
TV komersial

dengan cakupan
siaran nasional.
Rating untuk
masing-masing
program dan
pemasukan iklan
(karena rating
program yang
tinggi akan
menarik para
pemasang iklan)
Umumnya
berbentuk PT,
sebagian jadi
PT.Tbk (dengan
menjual saham
dibursa saham
pada publik).

Pengambil

keputusan
tertinggi

Pemilik modal/
para komisaris
dalam RUPS
(Rapat Umum
Pemegang
Saham).
Manajemen
operasional akan
tunduk pada garis
besar ini.

Sumber
pemasukan

Iklan dalam arti
luas, mencakup,
hard selling

(penjualan
langsung),
sponsorship

integrasi
nasional. Namun
TVRI tetap
mendorong untuk
mengembangkan
program lokalnya
hingga 70%.
Sedangkan bagi
televisi publik
daerah, luas
jangkauannya
maksimal 1
propinsi.
Kepuasan publik

Negara atau

pemerintah.
(menurut UU
Penyiaran No. 32
memang hanya
pemerintah yang
boleh mendirikan
TV publik).
Lembaga
Supervisi
bersama-sama
dengan
manajemen
operasional. Jika
TV publik
didirikan oleh
Pemda atau PT,
maka lembaga
supervisinya harus
tetap independen.
APBN untuk

TVRI dan APBD
untuk televisi
publik daerah.
Juga dari iklan
dengan proporsi

Kepuasan
anggota
komunitas

Badan hukum
Non-komersial.
Biasanya
berbentuk
yayasan.

Lembaga
supervisi
komunitasnya
bersama-sama
dengan
manajemen
operasional.

Iuran anggota
komunitas,
hibah,
sumbangan, dll.

Universitas Sumatera Utara

untuk suatu
program atau
acara, dll.
Terbuka
luas, 20%
Kriteria
jumlah dan dari keseluruhan
materi iklan jam tayang.

yang sedikit.

Tidak boleh
menerima iklan
hard selling.
Biasanya hanya
sponsor
program.
Maksimal 15 %
dari keseluruhan
jam tayang.

Iklan layanan
masyarakat
(public
service
announcement).
Bukan iklan hard
selling. Biasanya
berupa sponsor
program.
Maksimal
10 % dari
keseluruhan jam
tayang.

Sumber : Effendi Gazali dkk (dalam Apriyanti, 2012)

Universitas Sumatera Utara

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

No
1.

Topik
Kebijakan Redaksi

Pertanyaan

 Pendapat mengenai kualitas tayangan SDB
selama ini?

 Bagaimana bentuk komunikasi rutin dengan
manajemen dan tim peliputan lapangan?

 Apa saja kebijakan-kebijakan yang berlaku di
redaksi SDB yang harus dipatuhi?

 Anda ingin SDB dipersepsi seperti apa oleh
publik?

 Secara kongkrit, bagaimana peran anda sebagai
Kepala Seksi dalam pembuatan kebijakan redaksi
SDB?

 Bagaimana peran Kepala Bidang dalam
mengarahkan angle berita yang diliput oleh tim
liputan?

 Sejauh mana inisiatif tim peliputan diberi ruang?

 Pernahkah ada kasus pelanggaran kebijakan
redaksi yang berakibat cukup serius?

 Sejauh mana kebijakan-kebijakan ini mengikat
anggota redaksi dan tim peliputan?

2.

Penyiaran Publik

 Apakah setiap anggota redaksi dan tim peliputan
paham mengenai konsep penyiaran publik?

 Aspek mana dari penyiaran publik yang harus
diperhatikan anggota redaksi?

 Unsur-unsur apa yang seharusnya membedakan
tayangan berita TVRI dengan berita televisi lain?

3.

Ruang Publik

 Siapa publik yang disasar TVRI?

 Seperti apa konsep ruang publik melalui SDB?

Universitas Sumatera Utara

 Sudahkah SDB menjadi ruang publik
sesungguhnya?

 Apa kesulitan mewujudkan ruang publik dalam
siaran SDB?

4.

Nilai Berita

 Apa yang menjadi nilai berita yang digunakan
TVRI dalam menentukan sebuah isu / peristiwa
layak diliput?

 Apakah isu nasional juga dijadikan berita di
SDB?

 Ceritakan tentang MOU dengan pihak walikota
dan gubernur tentang peliputan?

 Apa yang biasanya menyebabkan sebuah berita
tidak bisa ditayangkan?

 Apakah semua undangan peliputan pasti
diterima? Faktor apa yang mempengaruhi?

 Pendapat anda mengenai segmen Klasifikasi
Seremonial?

 Pendapat anda mengenai berita yang membayar
biaya produksi?

 Adakah persentase berita berbayar dalam setiap
tayangan?

 Bagaimana penyusunan berita yang membayar
biaya produksi terkait angle dan tone
pemberitaan?

5.

Proses Produksi
Berita

 Bagaimana menentukan agenda liputan setiap
hari?

 Mengapa tidak dilakukan rapat redaksi?

 Efektifkah komunikasi melalui grup Whatsapp?
Cukup menggantikan rapat redaksi?

 Siapa yang bertugas menentukan isu yang akan
disoroti setiap hari?

Universitas Sumatera Utara

 Pihak mana saja yang setidaknya mempengaruhi
isi siaran SDB?

 Siapa yang menjadi gatekeeper setiap berita
yang masuk setiap hari?

 Apa sebenarnya fungsi dan peran desk editor?
 Apa kriteria yang harus dimiliki seorang desk
editor ?

 Apa kriteria yang harus dimiliki seorang reporter
dan kameramen?

 TVRI menggunakan VJ, siapa yang layak
menjadi VJ? Adakah pendidikan khusus?

 Sejauh mana tanggung jawab reporter?
Kameramen? Editor? Redaksi?

 Apakah TVRI Sumut memberikan pendidikan
khusus bagi reporter / kameramen?

 Mengapa editor seringkali menentukan petikan
wawancara yang digunakan dalam berita?

 Siapa yang melakukan kontrol kualitas gambar
dan isi liputan sampai akhirnya tayang?

 Apakah dilakukan evaluasi atas kualitas hasil
tayang SDB?

6.

Jurnalistik dan berita

 Sudahkah SDB memenuhi kaidah jurnalistik
yang baik dan benar?

 Apakah yang masuk dalam kategori berita?

 Sudahkah SDB melakukan verifikasi atau cover
both side atas setiap pemberitaan? Teknisnya

disiarkan di hari yang sama?

 Bagaimana pemberitaan SDB selama ini
terhadap pemimpin daerah?

 Apakah SDB juga menyoroti isu-isu politik
lokal? Contohnya?

Universitas Sumatera Utara

 Apakah SDB menyoroti kinerja ataupun
kebijakan yang dihasilkan gubernur / walikota /
bupati? Bagaimana tone pemberitaannya?

 Apakah SDB menyoroti kinerja anggota DPRD?
Bagaimana tone pemberitaannya?

 Pernahkah muncul keberatan dari pihak-pihak
tertentu terkait isi pemberitaan SDB?

 Sumber-sumber berita mana yang bisa dijadikan
sebagai data valid bagi berita SDB?

7.

Konten Lokal

 Apa saja konten-konten lokal yang diangkat di
SDB?

 Apakah porsi semua daerah di Sumut sama
meratanya dalam pemberitaan SDB?

8.

Shoemaker and
Reese

 Apakah latar belakang pengalaman reporter /
kameramen mempengaruhi berita yang
diliputnya?

 Apakah nilai atau kepercayaan yang dianut
reporter / kameramen mempengaruhi liputannya?

 Apakah kepentingan pribadi tim peliputan /

redaksi mempengaruhi berita yang diliputnya?

 Bagaimana penyusunan berita dalam satu

tayangan SDB? Adakah kategori / segmen?

 Adakah narasumber langganan yang sering
dipakai dalam SDB?

 Apakah ada permintaan-permintaan khusus dari
pihak luar TVRI terkait isi berita?

Universitas Sumatera Utara

TRANSKRIP WAWANCARA I
INFORMAN I

DATA INFORMAN
NAMA
JABATAN
TANGGAL
WAKTU
LOKASI
KONFIRMASI

: ZAINUDDIN LATUCONSINA
: KEPALA STASIUN TVRI SUMATERA UTARA
: 24 MEI 2016
: 11.00 WIB – SELESAI
: RUANGAN KEPALA STASIUN TVRI SUMUT
:

Sejauh ini, bagaimana penilaian Bapak terhadap SDB, dari segi kualitas dan
teknis?
Ya kalau teman-teman yang diberi khusus untuk SDB dari sisi isi berita sudah
memenuhi syarat. Syaratnya apa? Pertama berita yg aktual, berita yang akurat,
berita yang penting juga ada, berita seremonial pun ada di situ, dan semuanya itu
memenuhi 5W+1H.
Jadi kalau dibilang memuaskan, memuaskan ga, Pak?
Kalau memuaskan itu dari mana dulu?
Penilaian Bapak dengan nilai, mungkin dari sisi jurnalistik, penyiaran
publik yang bapak pahami.
Kalau isi siaran kan tadi kan sudah memenuhi 5W+1H, kemudian tidak
melanggar kaidah-kaidah jurnalistik. Masih tetep mengacu pada kode etik
jurnalistik, Undang-Undang Dasar. Kalaupun pemilu kita tetap mengacu pada
aturan-aturan yang berlaku, misalnya pemilu kita harus berimbang, dari sisi itu
memenuhi syarat memang siaran kita, khusus untuk Sumatera Utara.
Seberapa sering Bapak berbicara dengan pihak redaksi, entah itu Kabid,
Kasie atau bahkan ke reporter dan kameramen?
Jadi di sini kan kita ada sistem kerja. Sistem kerja setiap minggu itu kita evaluasi
hasil siaran. Dua kami seminggu. Hari Senin saya rapat dengan staf untuk
mengevaluasi hasil kerja selama satu minggu yang lalu, kemudian hari Rabu rapat
dengan Kepala Bidang, Kepala Seksi kemudian para redaktur kalau misal
dibutuhkan pada saat itu. Kita rapat untuk mengevaluasi hasil kegiatan, apakah
ada kesalahan kah ada kekurangan kah atau ada apa. Ada masalah apa yang
dihadapi, setiap minggu ada dua kali kita, itu yang sudah pasti, yang rutin. Belum
juga ada masalah yang timbul saat itu, langsung. Jadi lebih dari dua kali setiap
minggu.
Itu yang dibahas apa biasanya, Pak?
Mengevaluasi hasil siaran mulai dari berita, program acara, kemudian pendukungpendukung siaran berita selama 1 minggu yang lalu. Apakah itu SDM-nya,
keuangannya, peralatan sudah pasti.

Universitas Sumatera Utara

Jadi itu biasanya mereka yang memberikan laporan atau Bapak juga
mengawasi selama siaran?
Untuk mengevaluasi itu kan setiap siaran kita tugaskan Pengarah Acara Umum,
PD umum. Ada masalah yang timbul di situ, misalnya satu kamera terlambat, kita
evaluasi persoalannya apa. Berita terlambat 2 menit, kita bahas. Kalau under ,
kenapa under . Dan harus memenuhi 1 jam misalnya kalau SDB. Kita evaluasi
semua, penyiar terlambat masalahnya apa, persoalannya apa. Itu yang kita
evaluasi setiap dua kali seminggu kita bahas.
Kalau masalah kontennya, Bapak ikut mempertanyakan juga ga?
Setiap saat konten saya pantau, misalnya semalam saya memantau di situ ada
kunjungan Menteri Sosial. Langsung kalau ada masalah : Oh korbannya berapa? 9
korban 7 meninggal? Apakah itu benar? Saya langsung evaluasi dan telepon.
Kepala Seksi Berita maupun Kepala Bidang, pada saat itu juga. Jadi bukan hanya
dua kali seminggu, setiap saat saya pantau. Kemarin kita SPI (Semangat Pagi
Indonesia) ke Jakarta, saya langsung pantau TV streaming, “ini kenapa seperti ini,
kenapa gambarnya masih.. padahal itu belum on”, jadi kita langsung evaluasi.
Kalau ke kameramen dan reporter langsung Bapak sering ada komunikasi
juga ga?
Ini kan sistem kerja, semestinya saya itu hanya sampai di Kepala Bidang, tidak
sampai pada Kepala Seksi. Tapi untuk lebih cepat saya sering ke Kepala Bidang
sekaligus Kepala Seksi, nanti Kepala Seksi ke bawah. Saya tetap mengacu pada
sistem itu, supaya suara Kepala Seksi itu langsung dihargai. Karena apa yang
disampaikan oleh Kepala Seksi itu merupakan suara Kepala Stasiun atau Kepala
Bidang.
Pasti sudah mewakili itu, Pak?
Iya kalaupun salah, itu masalah. Nanti kita dengar persoalannya apa. Kalau itu
tidak, langsung saya tegor kenapa seperti itu.
Kalau non formal pernah ga Pak ke bawah?
Sering, misalnya ada beberapa orang yang tidak digunakan padahal dia ahli di
bidangnya. Saya ambil contoh, pada saat saya masuk pertama pada rapat redaksi
berita, ada yang tidak digunakan. Pandia misalnya. Saya langsung perintahkan
untuk pergunakan dia. Evaluasi berikutnya setelah struktur baru muncul, saya
langsung pesan “gunakan orang ini ini ini”. Ternyata saat ini kan Pandia sudah
menjadi produser. Tuti sudah menjadi Produser dan Pengarah Acara. Itu yang
saya pantau langsung. Saya instruksikan “tidak boleh ada karyawan yang
potensial diabaikan, yang tidak digunakan”. Sekarang ini kan hampir semua,
walaupun masih ada satu dua yang tidak kerja. Itu pantauan secara langsung.
Kalau dari pembahasan di evaluasi selama ini, keterbatasan yang dihadapi
SDB apa, Pak? Fasilitas atau SDM.
Ada juga SDM, ada juga peralatan. Misalnya SDM kita ambil contoh dalam
minggu kemarin dan sampai hari ini. Kita musibah kan beruntun, Jakarta
butuhkan berita setiap saat sampai malam hari, sementara editor di hari-hari

Universitas Sumatera Utara

Minggu itu kan ada kalanya juga susah dihubungi, akhirnya kerja keras. Itulah
yang kita hadapi pada saat.. editor yang kita pakai hanya 2 orang, ada yang minta
ijin, ada juga pada saat-saat tertentu bermasalah. Itu langsung disampaikan pada
kita. Kita kan normalnya bekerja sampai jam 7 jam 8 sudah tutup, sementara
berita-berita yang hangat yang penting dibutuhkan di Jakarta kita harus langsung
kirim, saat itu juga kita harus kirim. Kita ambil contoh minggu kemarin sampai
dengan 2 minggu yang lalu. Kita livecross berita-berita yang dari Sumut
ditayangkan di Jakarta untuk kemarin saja hari Senin ada 7 item. Lima item di
pagi hari sampai siang hari itu ada sekian item. Berarti kan harus disiapkan di
malam hari. Dua hari Kepala Seksi tidak tidur mulai dari hari Jumat sampai
Minggu karena dia update berita ke Jakarta.
Kalau dari segi isi SDB, pernahkah ada pihak-pihak luar yang datang ke
Bapak meminta peliputan yang arahnya seperti ini, ya permintaanpermintaan khusus lah. Ada ga, Pak?
Ada, misalnya seremonial. Acara-acara kita kepantau karena kita TV publik.
Menyampaikan hasil-hasil pembangunan yang terjadi. Misalnya ada acara hari
ulang tahun BKN. Mereka telepon ya kita bantu. Karena termasuk kan beritaberita seremonial kita menyampaikan hasil-hasil pembangunan mulai dari
instansi-instansi vertikal atau dari mana saja termasuk masyarakat kecil.
Itu semua yang meminta ke Bapak pasti diluluskan ga pak? Pertimbangan
Bapak apa?
Harus menggunakan pertama surat. Kalau untuk berita-berita seremonial itu harus
berbayar. Kenapa? Karena itu tidak masuk dalam berita hangat, itu termasuk
dalam berita seremonial. Kalau pun itu seremonial kita bebankan satu item berita
seremonial harus membayar 500 ribu. Adapun juga masyarakat kecil misalnya ada
kegiatan keagamaan, ini kegiatan keagamaan bolehkah diliput? Yang penting ada
surat. Surat itu ada isinya mohon ada bantuan, ya kita mengakomodir itu semua.
Berarti selama semua permintaan memenuhi unsur itu bisa kita liput, Pak?
Atau kita memperhatikan acaranya?
Ya kegiatan itu kan memenuhi unsur 5W+1H kan, apa kegiatannya, kapan
kemudian waktunya kapan apa tujuannya. Kan semuanya memenuhi syarat. Berita
itu kan ada hardnews ...
Misalnya gini Pak, ada organisasi-organisasi yang niatnya sebenarnya mau
mendirikan misalnya Negara Islam. Nah mereka minta diliput, kita akan
memenuhi itu juga ga sih Pak? Tapi mereka memenuhi unsur surat-surat,
berbayar juga.
Ada beberapa, tidak hanya itu. Kalau itu kan baru pada saat mereka mau muncul
dan menghilang. Tidak pernah mereka.. berita.. apa namanya.. yang dilarang itu,
tidak pernah ada yang langsung meminta. Tapi pernah mereka audiensi. Mereka
audiensi ya kita terima..
Organisasi apa pak?
Apa pengurus apa namanya itu.. pengurus lokal sini, mereka audiensi kita terima.
Kita tahu itu organisasi sosial, mereka bersurat, kita memenuhi. Karena kita ini

Universitas Sumatera Utara

kan melayani publik. Tapi selama mereka berkegiatan kita tidak pernah meliput
kegiatan mereka. Dan tidak lama setelah itu langsung booming organisasi itu.
Tapi ada organisasi juga yang dilarang oleh pemerintah itu. TVRI Pusat pun
pernah ditegur oleh SPI. Itu kita perhatikan, mana organisasi yang dilarang oleh
pemerintah tetap kita perhatikan, tidak boleh meliput kegiatan mereka. Kalaupun
ada bisa diliput, kita perhatikan, selama tidak bertentangan dengan pemerintah,
kita bisa siarkan.
Tapi sejauh ini belum ada ya Pak yang minta peliputan dari organisasiorganisasi seperti itu?
Yang dilarang belum, yang dilarang sampai hari ini belum.
Instansi pemerintahan dan swasta bisa ya, Pak?
Kan itu publik, kalau publik itu mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat,
masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke bawah kita akomodir
semua. Misalnya kegiatan-kegiatan ke-Islaman di daerah ini. Mereka butuh diliput
tapi tidak punya anggaran. Oke boleh, yang penting ada surat yang menyatakan
bahwa „kami tidak punya anggaran‟, ya kita meliput.
Oo itu bisa juga ya, Pak?
Bisa, yang penting ada surat. Karena kita setiap ada kegiatan seremonial disiarkan
terus tidak ada pembayaran, kenapa? Kan ada surat, selama ada surat kita.. karena
kita TV publik.
Kalau yang kerjasama resmi punya berapa sekarang, Pak?
Yang resmi secara tertulis ada dua. Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah
Propinsi dalam hal ini Dinas Kominfo Propinsi.
Perjanjiannya kita bertugas menyiarkan apa saja dari mereka, Pak?
Itu kan luas, bukan hanya berita, juga ada dialog. Kalau menyangkut berita, semua
kegiatan Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekda itu kita liput kegiatannya. Di luar
itu tidak. Kalau Kepala Dinas silahkan bersurat untuk kita liput tapi berbayar.
Kalau di pemerintah kota Walikota, Wakil Walikota dan Sekda.
Berarti apapun acara mereka..
Apapun kegiatan mereka, asalkan mereka telepon „tolong ini ada kegiatan untuk
menerima tamu kehormatan atau ada kegiatan apa‟ itu kita liput.
Itu dalam kapasitas mereka terkait dengan jabatan publiknya ya, kalau
pribadi enggak ya?
Kalau pribadi tidak. Kegiatan Pemerintah Kota, kegiatan-kegiatan apa, tapi hanya
bertiga itu.
Kenapa sejauh ini hanya dua, Pak?
Bisa, kita masih kasih peluang untuk daerah yang lain, tapi dari yang lain kan
belum mau ikat diri, seperti itu. Kita ingin juga, masih ada pendekatan ke arah
sana.

Universitas Sumatera Utara

Di SDB kan ada segmen klasifikasi seremonial yang isinya berita-berita yang
membayar biaya produksi. Tanggapan Bapak terkait segmen itu?
Makanya karena untuk melayani semua pihak karena kita ini TV publik, kita
menerima itu. Dan kalaupun harus masuk, itu berbayar, kita muatkan dalam
aturan. Boleh.
Itu memang ada aturan khusus dari pusat ya Pak untuk berita berbayar
biaya produksi ini?
Itu secara nasional sejak tahun 90-an. Ada surat dari Direktur bahwa setiap
kegiatan seremonial dari pemerintah pada tahun 80-an saja setiap item berita
dibayar 100 ribu. Tapi dengan perkembangan ekonomi, perkembangan nilai uang
saat ini kita muatkan dalam Satuan Kerabat Kerja aturan-aturan daerah. SKK.
Setiap item berita seremonial harus dibayar 500 ribu.
Sebenarnya penggunaan dana biaya produksi itu seberapa persen sih Pak
dari posisi seluruhnya anggaran kita?
Jauh, nol koma nol nol sekian persen dari anggaran yang dibutuhkan untuk
membiayai TVRI Sumatera Utara.

Alokasinya untuk pemberitaan lagi dananya atau..
Tidak, semua uang yang masuk itu langsung disetor ke keuangan, termasuk salah
satu sumber penerimaan non APBN.
Itu ada ditarget ga, Pak?
Ga bisa ditarget, karena tidak diwajibkan berita itu harus berbayar. Kalau kita
targetkan hanya ada berita-berita tertentu yang tidak bisa disiarkan. Semestinya
berita itu kan tidak berbayar. Tapi berita seremonial yang tidak memenuhi unsur
berita yang sangat penting hanya kita boleh, sebagai TV publik, kita terima untuk
melaporkan kegiatan-kegiatan pembangunan, hasil-hasil pembangunan lah seperti
itu.
Seharusnya dalam siaran satu jam idealnya berapa banyak klasifikasi
seremonial itu, Pak?
Sangat kecil, dari satu jam yang kita alokasikan untuk berita sangat kecil
Kalau misalnya dalam satu tayangan ada 30 item, kira-kiranya berapa
berita?
Satu hari paling kalau lima itu kita bersyukur, tapi rata-rata kan tidak cukup lima
kan untuk yang berbayar itu. Katakanlah kalau kita targetkan satu hari lima berita
saja, dalam 1 tahun 5 kali 350 hari, banyak sekali. Ternyata kan tidak memenuhi
syarat kan. Jadi kita tidak targetkan untuk berita.
Dalam satu siaran SDB sebenarnya unsur-unsur apa saja yang
mempengaruhi?
Unsur-unsur berita itu kan ada 5W+1H, kemudian berita itu aktual, jadi ada
hardnews ada berita yang soft. Bisa juga features juga masuk dalam berita itu
selama 1 minggu. Jadi semua masuk.

Universitas Sumatera Utara

Tapi kalau kepentingan, misal gini pak, tokoh-tokoh yang mungkin cukup
dekat, punya hubungan baik dengan TVRI, apakah mungkin konten berita
kita mengarah atau condong mendukung kepentingan tertentu atau
seseorang?
TVRI selama ini, dan itu merupakan aturan, kalaupun mau angkat seseorang figur
boleh, tapi harus seimbang.
Seimbangnya seperti apa?
Misalnya seseorang yang ingin jauh-jauh hari ingin siap-siap untuk mencalonkan
diri sebagai salah satu calon gubernurlah, kemudian kita tahu ada juga yang lain
juga, jadi boleh kita angkat yang satu, yang lain juga kita angkat. Tapi syaratnya
harus memenuhi 5W+1H.
Jadi kalau misalnya baru muncul satu namalah pak di tataran lokal kita ya,
kita ga akan angkat dia?
Boleh-boleh saja, dari sisi mana dulu. Prinsipnya harus seimbang. Kalau hanya
dia sendiri terus orang tahu bahwa dia adalah tokoh boleh-boleh saja, sebagai
tokoh. Apakah tokoh politik, tokoh masyarakat, pemerintah, boleh. Karena berita
itu kan seorang tokoh boleh, tokoh di daerah. Dia sebagai tokoh politik di daerah,
dia sebagai tokoh ilmuwan di daerah, boleh kita angkat.
Itu ga akan jadi tendensius? Publik menilai terlalu..
Tidak, dari sisi mana dulu kita angkat. Kalau hanya pribadi, tidak bisa.

Maksudnya hanya profil dia, kegiatan dia, ga bisa?
Ini tujuannya untuk apa dulu. Kan harus tujuannya untuk apa. Profil dia untuk
persiapan calon Gubernur misalnya, orang kan belum tahu. Kalau dia sebagai
tokoh, tokoh masyarakat orang tahu ya silakan saja, tokoh politik boleh-boleh
saja, kan itu berita juga.
Itu bisa kita lakukan atas inisiatif TVRI atau itu dilakukan kalau ada
permintaan dari tokoh itu, Pak?
Itu tergantung. Kalaupun dia mau minta, dan itu unsur pribadi, untuk apa itu?
Tidak perlu. Apakah memenuhi syarat unsur berita? Kita kan bicara tentang
berita. Profil ya kita masukkan dalam item yang lain, kan tidak bisa masuk dalam
item berita.
Jadi menurut Bapak dari unsur-unsur yang macam-macam tadi porsi mana
yang paling besar? Porsi bisnis? Dalam arti pemasukan secara ekonomi kita
pertimbangan juga?
Tidak tujuannya, yang penting berita itu kita lihat apa yang topik yang menarik
pada saat itu. Kalau saat itu politik ya kita angkat yang terpenting, berita-berita
yang terpenting, dan unsur-unsur yang memenuhi kriteria yang kita utamakan.
Misalnya pada saat pemilihan, kita angkat yang politik. Saat ini misalnya, 2
minggu yang lalu, musibah kan yang kita angkat. Kalau tidak ada musibah kan
tidak mungkin kita angkat yang musibah.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Bapak semua anggota redaksi misalnya Kabid, Kasie, reporter
kameramen sudah memahami konsep itu belum, Pak?
Seorang reporter kameramen harus punya dasar-dasar itu. Pertama sebuah berita
itu kan harus memenuhi 5W+1H. Kaidah-kaidah jurnalistik, kita masih tetap
menggunakan kode etik jurnalistik itu masih ada. Kita masih menggunakan UU
No 32, masih ada. Kita harus memenuhi syarat itu. Dan setiap reporter, kalau kita
masuk itu harus ada diklat dulu jurnalistik. Itu yang diajarkan. Tidak boleh
melanggar. Pada saat pemilu, kita harus baca dulu UU Pemilu. Tidak boleh
memihak, harus netral. Kita lihat hasil pemilu, secara nasional TVRI tetap masih
netral dan mendapat penghargaan dari KPI untuk tahun 2015. Kalau TV swasta
kan masih berpihak. Kita lihat kalau TV One, dia mengarah ke siapa. Metro, ke
siapa. TVRI masih tetap, dan mendapat penghargaan dari pemerintah, khususnya
KPI Pusat, KPI Award untuk berita TVRI yang dapat.
Masih perlu ga sih Pak semua tim redaksi diberikan penyegaran secara
rutin, diingatkan lagi? Karena kan ga semua menjalani diklat. Giliran kan..
Iya kalau setiap tahun itu kan ada penyegaran, saya yakin untuk berita saat ini
hampir semua untuk pegawai tetap, karena semua pegawai tetap sudah mengikuti
dasar-dasar jurnalistik. Hanya kemarin kita kirim yang belum jadi pegawai tetap
pun kita kirim karena dia belum pernah ikut. Keri misalnya kemarin baru kembali,
kita kirim. Yang lain yang tua-tua itu sudah tahu, sudah mengikuti dasar-dasar
jurnalistik. Itu diajarkan, mulai dari kode etik, aturan-aturan. Setiap tahun itu ada
rapat tentang pembahasan, misalnya menjelang pemilu, harus memenuhi syarat,
aturan-aturan pemilu.
Tapi Bapak pernah mengarahkan secara khusus tone pemberitaan? “Coba
jangan ini yang dibahas, coba kalian lebih ke sininya lagi” gitu pernah ga,
Pak?
Saya koordinasi dengan Kepala Bidang. Misalnya 3 hari yang lalu, setelah kita
kirim berita-berita tentang gempa, kemudian satu pihak lagi ada penyerangan
kapal-kapal, pembakaran kapal-kapal, kita arahkan ke sana. Ada 8 kapal yang
menyelundup barang-barang ilegal, 2 ditangkap, 8 yang ... mereka juga tembak
menembak, kita arahkan ke sana. Sama-sama saya dengan Kepala Bidang samasama kita “ayo yang tindak lanjut 8 kapal ini seperti apa”. Penembakan terhadap
petugas bea cukai, kita arahkan ke sana.
Jadi Bapak mengingatkan juga ya?
Iya sama-sama dengan Pak Kabid.
Acuan tetap regulasi ya, Pak?
Iya regulasi, dan tidak diregulasi itu kita harus menjaga. Misalnya pemilihan
walikota. Ada berapa calon? 3 katakanlah. Itu kan tidak diatur, tapi instruksi
pimpinan khusus tetap harus berimbang beritanya, selalu mendampingi para
calon-calon itu
Kalau terkait misalnya isu-isu ekonomi Pak, kita punya kebijakan khusus
ga?

Universitas Sumatera Utara

Kalau memang ekonomi pada saat itu dia muncul, kita angkat yang panas pada
saat itu, misalnya menjelang pada puasa harga-harga naik, ya kita angkat.
Kalau misalnya Pak, pemerintah secara nasional membuat keputusan terkait
masalah BBM atau tarif dasar listrik. Nah posisi kita gimana nih Pak?
Sementara publik resah. Kita lebih pro publik atau tetap menetralisir
keputusan pemerintah atau gimana, Pak?
Kita tidak pro pada siapa-siapa, kita seimbang. Katakanlah kita ada aturan–aturan
pemerintah, ya kita angkat pemerintah, wawancara pemerintah. Kita angkat lagi
masyarakat tanggapan masyarakat seperti apa. Itu artinya berimbang.
Kita tidak berposisi ya, Pak?
Tidak berposisi pada siapa pun. Kalau masyarakat yang resah kita angkat
masyarakat kembali, tanggapan pemerintah seperti apa. Itulah posisi TVRI seperti
itu.
Tapi kita masih mungkin mengkritisi pemerintah ga sih, Pak?
Masih sejak UU No. 32 muncul, materi berita tidak lagi kita
pertanggungjawabkan ke pemerintah. Kita pertanggungjawabkan ke KPID. Sejak
saat itu juga kita tidak lagi takut pada pemerintah. Kalau saatnya kita kritik, kita
kritik karena berita kita buat salah, bukan lagi pemerintah yang langsung tegor
kita tapi KPID, aturannya seperti itu. Kalau sebelum tahun 2002, sebelum UU
Penyiaran itu muncul kita masih patuh pada pemerintah, harus liput ini, harus
tidak boleh seperti itu. Itulah pada saat itu posisi TVRI sebagai tv pemerintah.
Sejak UU No. 32 Tahun 2002 kemudian Peraturan Pemerintah No 13 tentang LPP
TVRI kita tidak lagi tergantung pada pemerintah. Kita dibiayai oleh negara, TVRI
adalah tv negara, kita bertanggungjawab kepada presiden yang langsung
mengangkat direksi kita, tanggung jawab tentang berita siaran itu ada pada KPID,
tanggung jawab keuangan ada pada Departemen Keuangan. Pemerintah kita
kerjasama.
Kalau misalnya di tataran lokal Pak kita kan kerjasama dengan gubernur,
kita punya MOU dengan walikota, selama ini bisa enggak sih kita juga
mengkritisi kerja mereka sementara kita punya kerjasama dengan mereka?
Tidak pengaruh, kerjasama kan tidak mempengaruhi untuk mengkritisi mereka.
Pernah ada keberatan enggak sih Pak dari pihak-pihak yang kita kerjasama
itu?
Sampai hari ini belum. Karena kita menyiarkan berita itu memenuhi syarat
5W+1H tadi. Kita menyampaikan hal-hal unsur-unsur pembangunan, kritik pun
masih ada di dalamnya. Kita kritik pun tidak hanya melalui berita. Ada acara
TVRI yang lain yang bisa mengkritik pemerintah. Kita lihat acara Kelepon
Keluhan Lewat Telepon, itu kritik pemerintah semua itu. Apakah pemerintah
tegur kita? Kan tidak. Jadi acara TVRI kalau berita itu kan menyampaikan hal-hal
yang memenuhi unsur 5W+1H, tapi siaran TVRI itu luas, kita ada berita-berita
atau acara-acara kita yang bisa kritik pemerintah melalui Kelepon, melalui Bukan
Bongak itu kritik pemerintah semua itu. Itu siaran TVRI kan banyak.

Universitas Sumatera Utara

Kalau terkait misalnya ada kasus-kasus, kasus hukumlah yang melibatkan
tokoh-tokoh yg selama ini dekat dengan TVRI, kita berani siarkan juga gak,
Pak?
Bukan hanya berani kita siarkan, kita kan tidak tergantung pada… Kita lihat
Gubernur Gatot, kan kita dekat. Kita kerjasama dengan pemerintah tapi siaran
tetap. DPR, kita siarkan bukan hanya lokal, nasional itu tergantung. Menyangkut
berita, tidak tergantung pada siapa pun. Selama berita mengandung unsur 5W+1H
dan berimbang itu siarkan. Kita tidak pernah menyoroti hanya satu pihak misalkan
pemerintah. Kalau itu kaitannya dengan masyarakat kita harus juga dengan
masyarakat, berimbang. Pemerintah, wawancara. Harus ambil juga masyarakat,
swasta.
Sebenarnya Pak dari segi jurnalistik, gimana membedakan hasi tayangan
kita dengan hasil tayangan tv-tv lain? Yang membedakan sebagai LPP.
Kita masih mengakomodir semua unsur. Kita masih siarkan berita-berita yang
hangat pada saat itu, apakah itu politik hukum bencana atau apa. Tapi kita juga
masih menyiarkan siaran-siaran seremonial, tapi tetap seimbang. Kalau secara
nasional kita mau lihat, maupun di daerah, kita tetap seimbang. Kita mencontoh
menjelang pemilu, TVOne kalau kita lihat tentang Golkar ya TVOne lah, kalau
bicara tentang .. itu bukan rahasia lagi. Dan kenapa TVRI mendapat penghargaan
secara keseluruhan? Seluruh Indonesia, TVRI masih seimbang sampai hari ini.
Jadi itu yang membedakan?
Itulah yang membedakan.
Apakah SDB sudah memenuhi aspek-aspek penyiaran publik itu, Pak?
Sudah memenuhi syarat.
Apa kita sudah mewakili semua kepentingan ya, Pak? SDB sudah tercover
semua ga sih, Pak? Etnis agama, kelompok?
Kalau mau jujur, tidak. Kita lihat dari sisi wilayah saja, TVRI Sumatera Utara
mestinya harus ditonton oleh seluruh masyarakat Sumatera Utara sampai dengan
Nias. Nias itu ada 3 Kabupaten, mereka belum pernah melihat siaran TVRI
Sumatera Utara seperti apa. Berarti kan belum. Karena kita kan TVRI Sumatera
Utara, bukan TVRI Medan. Dari situ aja belum. Tapi kita berupaya terus untuk
menyampaikan hasil-hasil kegiatan baik itu kejadian bencana, politik maupun ...
Kita tetap menyiarkan, dengan cara apa? Kita mengirimkan atau kita kerjasama
dengan kontributor di daerah, untuk menyampaikan berita-berita yang terjadi di
sana. Dari sisi siaran TVRI Sumatera Utara, kita masih buatkan kegiatan-kegiatan
atau paket-paket pembangunan di sana, paket Negeriku di daerah-daerah yang
tidak terjangkau, belum mendapat siaran TVRI Sumatera Utara, kita siarkan di
Jakarta. Karena siaran TVRI Sumatera Utara tidak hanya disiarkan di sini, di
Jakarta setiap bulan itu ada 4-5 paket yang disiarkan. Itupun paket-paket non
berita. Berita kita siap, kita setiap saat. Kita jujur bahwa secara areal kita belum,
masih 34% wilayah Sumatera Utara mendapat siaran TVRI Sumatera Utara,
berarti masih ada 64 persen wilayah yang belum terjangkau. Tapi dari sisa
penduduk, kita sudah 63% penduduk menikmati siaran TVRI Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Dari tadi bicara publik, publik siapa yang disasar TVRI?
Publik itu kan mulai dari pemerintah, kita bicara tentang Sumatera Utara publik
itu gubernur, swasta, masyarakat, masyarakat menengah ke atas, masyarakat
menengah ke bawah. Itulah publik, kita sasar semua.
Golongan juga, Pak?
Iya, itulah publik.
Etnis?
Termasuk. Masyarakat menengah ke bawah, masyarakat yang terabaikan, etnis,
kecil-kecil, agama, kita seimbang. Itulah masyarakat. Agama? Mimbar agama
Islam, Kristen, Katolik, Budha, Konghucu, ada 6 agama kita. Itulah masyarakat.
Orang dewasa? Anak-anak?
Orang dewasa, anak-anak tapi bukan di berita, di siaran TVRI Sumatera Utara.
Kita lihat dari acara-acara hiburan, ada acara anak-anak, remaja, ada budaya, ada
lagu remaja juga, anak-anak juga ada. Itu siaran TVRI, karena tv publik kita.
Kalau menurut evaluasi Bapak kita sudah benar-benar bisa jadi ruang
publik ga sih Pak TVRI Sumatera Utara? Sudahkah ini bisa jadi tempat
semua pihak bersuara tanpa melihat kelasnya?
Walaupun tidak semua, tapi kita berupaya untuk memenuhi semua. Karena semua
tergantung pada anggaran, jadi anggaran yang tersedia yang masih katakanlah
terbatas, kita akomodir dan kita melibatkan semua unsur itu masuk, untuk acaraacara siaran, bukan berita.
Kalau pengaruh keterbatasan anggaran ke berita ada ga, Pak?
Untuk pemberitaan sampai hari ini belum. Kita masih alokasikan sesuai
kebutuhan, walaupun secara keseluruhan anggaran masih terbatas. Kita masih
mengandalkan APBN, kerjasama itu tambahan. Apalagi berita itu tidak pengaruh,
nol koma nol sekian persen dari anggaran TVRI, jadi tidak mempengaruhi. Tidak
dibayarkan pun, tidak mempengaruhi kami, karena banyak yang kita bayar.
Jadi ga ada pun sebenarnya gapapa?
Ga ada pun ga masalah.
Kesulitannya mewujudkan ini apa, Pak? Lebih ke fasilitas mungkin?
SDM-nya. SDM-nya kita lihat rata-rata SDM secara keseluruhan di atas 40 tahun.
Itu sangat pengaruh?
Sangat pengaruh. sangat pengaruh. Satu pihak ada aturan tidak boleh kita
merekrut pegawai. Di lain pihak, tenaga setiap saat, setiap tahun pensiun. Berarti
dirata-rata di atas 45-50 tahun pegawai yang ada disini.
Kalau di pemberitaan, terasa juga ga Pak pengaruh SDM yang senior?
Sangat terasa, kita andalkan saat ini editor hanya berapa orang, tapi saya salut
untuk teman-teman kerja masih bertanggungjawab, walaupun sudah tua.

Universitas Sumatera Utara

TRANSKRIP WAWANCARA II
INFORMAN I
DATA INFORMAN
NAMA
JABATAN
TANGGAL
WAKTU
LOKASI
KONFIRMASI

: ZAINUDDIN LATUCONSINA
: KEPALA STASIUN TVRI SUMATERA UTARA
: 22 JULI 2016
: 13.30 WIB – SELESAI
: RUANGAN KEPALA STASIUN TVRI SUMUT
:

Pak, ini kemarin kan berdasarkan wawancara dengan Kasie dan Kabid, ada
beberapa hal yang saya simpulkan. Pertama, memang mereka mengakui
bahwa dari segi sumber daya manusia SDB kondisinya saat ini masih
kuranglah gitu Pak, dalam hal misalnya kualitasnya, kualitas DE, masingmasing profesi DE, reporter kameramen, teknis pembuatan naskah, editing.
Menurut Bapak gimana Pak?
Kurangnya itu dilihat dari mana, sisi mana. Dibandingkan dengan yang mana. Di
stasiunkah, atau dibandingkan secara nasional. Kalau dibandingkan secara stasiun,
Sumut paling banyak dan berkualitas semua. Kalau dibandingkan dengan stasiun
yang lain, misalnya tipe B atau tipe A lah Aceh, Medan termasuk yang besar dan
masih banyak. Ini kan mesti dilihat dari sisi yang mana dulu kalau kurang itu. Kita
lihat, stasiun B Riau dia punya jam tayangnya cukup tinggi. Tapi sumber daya
manusianya kurang dari 100. 50 sekian. Mereka all out, semua kerja. Transmisi
pun mereka kerja, kita 230, katakanlah di satuan transmisi 70 berarti masih ada
100 lebih. Tenaga saya yakin masih banyak, hanya kurang dioptimalkan, seperti
itu.
Kalau dari segi kualitas Pak? Misalnya DE ini kan dia punya fungsi sentral
di SDB setiap harinya, dia menentukan berita masuk keluar, mana yang
tayang, susunannya seperti apa. Tapi mungkin dari segi kinerja kadang
dianggap masih kuang jeli, atau mungkin banyak yang bisa di-press yang
tidak penting. Terus dari segi reporter masalah pembuatan naskah misalnya
Pak. Kalau dari segi kualitas gimana?
Kalau kualitas dilihat dari sisi pendidikan cukup tinggi. Cukup besar. Ini saya
bandingkan dengan stasiun yang lain, bukan secara nasional. Di sini paling
banyak, paling pendidikannya udah ikut diklat, tinggi. Tapi mungkin karena
rutinitas dan saya bandingkan dengan yang lain cukup potensi
Tapi masalah rutinitas ini kan Pak ternyata memang karena mungkin
mereka terjebak dengan rutinitas tiap hari ya Pak, udah biasa, bangun pagi
pergi meliput ini udah begitu terus tiap hari, akhirnya menjadi agak susah
untuk rubah misalnya Pak. Mau diperbaiki jadi "sudahlah, sudah biasa
kayak gini kita".
Itu karena manusianya.

Universitas Sumatera Utara

Bapak mengakui itu terjadi ya Pak?
Kalau mau mengakui saya lihat kalau lihat dari layar ya, 1 jam ya 1 jam penuh.
Itu persoalannya. Stasiun yang lain berita 1 jam ya ada kalanya syukur-syukur
kalau 45 menit. Mau bandingkan dengan yang mana. Stasiun A di sini juga
beritanya cukup bagus-bagus.
Jadi maksudnya kalau penilaian bapak sebenarnya..
Ini kita bandingkan dengan yang mana dulu. Mau stasiun Medan dibandingkan
dengan stasiun nasional atau Jakarta, itu persoalan.
Kalau misalnya dari segi jurnalistik secara profesional Pak? Maksudnya
kaidah-kaidah jurnalistik.
Mereka udah paham, yang DE itu semua kan udah ikut pendidikan diklat
jurnalistik. Mereka tahu dan udah terlalu lama mereka udah tahu. Saya kan mau
lihat dari stasiun yang lain kita pendidikan cukup tinggi dan berkualitas. Yang
persoalannya mereka yang ada di sini kan udah umurnya di atas 40, beda dengan
dibawah 30.
Itu mempengaruhi ga Pak SDM yang sudah senior-senior?
Bisa pengaruhi juga, tapi kan secara layar masih tetap terjaga dan masih full 1
jam. Tidak kurang
Berarti Bapak mengukurnya dari segi produktivitasnya bagus?
Saya kan lihat di layar dengan jumlah yang ada, dengan jam tayang yang 1 jam,
terpenuhi 1 jam penuh. Kualitas mereka berpendidikan semua, dan senior. Jadi
kita bandingkan yang mana. Kalau secara nansional ya beda. Karena muda-muda
dan penerimaan jalan terus. Kita kan memanfaatkan yang saat ini, pertama tidak
bisa menambah pegawai untuk pada saat ini. Kita manfaatkan kerjasama dengan
kontributor. Dan di layar masih 1 jam beritanya tidak mengecewakan dan masuk
nasional dihitung. Itu persoalannya di situ.
Pak idealnya siapa yang menentukan agenda liputan setiap hari Pak?
Apakah Kasie ataukah Kasie koordinasi dengan DE atau ... kita mau
memainkan apa misalnya.
Yang pasti itu setiap yang akan diliput itu diketahui oleh Kepala Bidang.
Sampai Kepala Bidang itu harus tahu ya?
Harus tahu. Operasional kan Kepala Seksi.
Lebih ke teknis gitu ya.
Iya. Kepala Seksilah yang harus mengatur liputan-liputan apa untuk besok.
Tapi topik apa yang mau dimainkan itu ...
Bersama-sama. Dari topik yang muncul pada hari itu.
Jadi Kabid Kasie dan ...
Desk pada hari itu.

Universitas Sumatera Utara

Kabid boleh terjun teknis ga Pak?
Boleh.
Teknis maksudnya langsung mengatur ke bawah misalnya gitu?
Boleh tergantung dari kebutuhan. Tergantung dari kebutuhan pegawai di situ.
Kalau dibawah masih bisa kerja yang baik ya ngapain juga Kepala Bidang harus
turun, tetapi kalau tidak memungkinkan ya Kepala Bidang harus turun. Ini kan
saya lihat ada kepala di stasiun B jumlah pegawai untuk pemberitaan itu 7 orang.
Itu sudah termasuk Kepala Seksi.
Di SDB ini kan reporter atau tim liputan bebas, mereka punya inisitif sendiri
untuk mencari berita, nah padahal mungkin sense of journalism-nya kan
ketajamannya beda-beda kan Pak? Itu mengatasinya gimana Pak? Kuncinya
di DE atau gimana?
Sebenarnya kalau bebas sih saya tidak ijinkan untuk bebas. Yang bilang bebas itu
siapa.
Dalam arti kan inisiatif pribadi itu diberi ruang kan Pak?
Tidak bisa, semuanya harus terkoordinir. Kemarin rapat berapa kali saya kasih
tahu bahwa yang seharusnya itu semua berita yang mau diliput itu harus diketahui
oleh Kepala Seksi. Kenyataannya Kepala Seksi ini kan masih baru dan mereka
sudah punya jalur sendiri-sendiri dan mereka jalan sendiri-sendiri. Bukan berarti
kita restui, saya tidak mau untuk jalan sendiri. Boleh kalau punya jalur, udah
telepon, tapi semua yang mau diliput itu harus diketahui oleh Kepala Seksi dan
Kepala Bidang. Kemarin rapat dua kali saya sampaikan seperti itu. Kalau bebas
saya tidak mengakui untuk bebas.
Jadi misalnya gini, kalau malam semuanya melaporkan dulu ya „kak besok
saya rencana mau ngambil ini ya‟?
Iya, harus. Berapa kali mereka kan bebas, dan berapa orang yang masih maunya
jalan sendiri. Tidak bisa, ini kan kantor, coba katakanlah misalnya ada satu
momen di sana, Feby dapat info akan ke sana, kemudian Mela juga akan ke sana.
Dan bisa 3 orang turun ke situ. Itu persoalannya di situ. Tidak boleh jalan sendiri.
Harus dikoordinir, „oke saya mau ke sini‟. „O itu kan sudah ada orang di sana,
kenapa turun lagi ke situ‟. Dia tidak bisa bebas, kalau bebas saya tidak mengakui
itu kebebasan, semuanya harus diketahui oleh Kepala Seksi.
Jadi kalau ada ide mau meliput apa besok ...
Harus dilaporkan.
Kan selama ini prakteknya udah ngambil baru lapor.
Itu yang saya tidak mau, tapi masih jalan seperti itu. Kita kan benahi pelan-pelan.
Berapa kali rapat pertemuan saya tidak bebaskan untuk mau jalan sendiri. Karena
memang kalau udah punya jalur, punya telepon udah ke sana. Harus lapor dulu
besok saya mau liput kegiatan ini.
Terkait dengan berita BP sebenarnya. Ini kan kadang dia masuk ke dalam
berita seremoni kan Pak. Menurut Bapak sebenarnya gimana mengolah

Universitas Sumatera Utara

berita seremoni ini supaya tidak jadi berita yang gambarnya cuma orang
duduk, cuma seminar gitu. Biar lebih menarik. Kesannya ga berita dudukduduk aja Pak.
Kalau berita itu tidak dibayar ya tidak boleh yang duduk-duduk. Nah kalau
namanya seremonial makanya karena ada duduk-duduk bayarlah. Orang juga kan
mau serah terima, kalau swasta kan tidak di bayar. Makanya diambil aja dari
sudut-sudut yang lain. Duduk-duduk, paling wawancara terus ambil gambar yang
lain sesuaikan dengan ...
Maksudnya dari segi layar biar lebih menarik gitu Pak.
Tergantung, semestinya tidak boleh seperti itu duduk-duduk. Tapi kan orang
bayar orang juga mau tampil, kelihatan, makanya dibayar. Kalau tidak dibayar ya
tidak bisa seperti itu.
Karena berbayar itu ya Pak.
Makanya dikelompokkan tersendiri kan.
Pak, ini kan selain misalnya kalau berita yang berbayar mereka kan bayar
biaya produksi resmi masuk ke kantor, kan kadang ada juga uang untuk kru
lagi Pak di lapangan.
Itu kan tergantung apa yang orang lapangan. Kan boleh-boleh saja. Kiranya
swasta itu tidak dapat dari di lapangan. Kita ini kan sama-sama reporter.
Tapi dari segi kebijakan tidak ada diatur ya Pak?
Tidak. Tidak diatur.
Jadi, kalau kayak gitu Pak misalnya berarti ga masalah ya.
Ga masalah, kita tidak teror orang untuk harus bayar. Yang bayar ya resmi 500
itu. Ada dalam aturan kita, yang di luar itu silahkan aja kalau senang mau kasih
silahkan, kalau tidak senang ya ...
Tapi itu kan mempengaruhi isi beritanya ga Pak?
Ya isi berita itu yang 500 itu.
Karena sudah bayar itu ya Pak. Kemarin dari hasil wawancara juga, dari
segi pendanaan kan masih sangat tergantung dari APBN, APBD.
Bukan tergantung, salah satu sumber pendapatan itu APBN.
Oke, nah seindependen apa TVRI kalau misalnya kita mungkin masih
sumber pendapatannya dari APBN?
Dari sisi mana?
Dari segi jurnalistiknya.
Jurnalistik gini ...
Tidak diintervensi.
Kita tidak diintervensi. Kita mempertanggungjawabkan anggaran itu ke
pemerintah. Dalam hal ini Departemen Keuangan. Untuk isi beritanya kita kan
bukan pertanggungjawaban kepada pemerintah, kepada KPI. Bebaslah kita. Yang

Universitas Sumatera Utara

menegur bukan pemerintah. Kalau pada masa pemerintahan dulu, masih Deppen,
itu kalau salah berita salah gambar langsung ditegur dan bisa dikasih hukuman,
sekarang ini kan kita bebas.
Walaupun pun dengan sumber pemasukan APBN, dari segi isi berita kita
tidak dikontrol.
APBN itu kan uang rakyat, makanya publik, uang pajak masyarakat. Bukan punya
pemerintah, itu uang negara. Itulah mempengaruhi. Salah satu karena ini tv
publik, tv pemerintah, tv negara istilahnya, sekarang ini UU kan bukan dulu tv
pemerintah, sekarang ini tv negara. Kita dibiayai oleh masyarakat oleh publik.
Publik yang mana, melalui pajak, pajak masyarakat. Itulah yang sebagian dikasih
kepada TVRI. Jadi kita tidak tergantung kepada pemerintah. Tetap kita boleh
kritik pemerintah, apapun boleh kita asal jangan fitnah. Fitnah kan nanti ditegur
oleh KPI bukan oleh pemerintah. Sama dengan swasta, salah sama-sama ditegur.
Berarti menjamin kita tetap bisa independen.
Independen, kita tidak bertanggungjawab liputan ini ke pemerintah. Kita kan
dibayai oleh negara. Kita tv negara. Kalau fitnah ya siapapun ya melanggar.
Terakhir Pak. Kepentingan pribadi tim peliputan seringkali mempengaruhi
beritanya. Misalnya dia udah punya hubungan baik sama Humas, atau dia
sudah punya hubungan baik dengan yang punya tempat. Atau misalnya
anaknya ujian nasional di sini, dia meliputnya di sekolah anaknya, atau
gerejanya ada acara dia ngambilnya itu. Nah itu gimana Pak?
Itu kan seremoni ya?
Misalnya kalau kayak UN gitu kan enggak.
UN secara nasional boleh. Tapi kalau kegiatan sekolah kan itu dia dari apa dulu,
gereja itu kan seremoni ya.
Tapi sampai mempengaruhi objektivitas mereka ga sih pak kalau sejauh ini
Bapak lihat dari hasilnya?
Enggak, normal-normal saja, tidak pengaruh. Kalau emosional ya kan boleh-boleh
asal tidak melanggar daripada aturan-aturan yang ada. Aturannya apa? Kalau itu
seremonial ya harus bayar, dan itu kelompoknya seremonial. Orang tau kalau
seremonial kan tahu „Oh berita duduk-duduk‟.
Misalnya gini pak, ini kan dalam rangka UN. Bang Keri ngambil : ah karena
sepupuku di situ, di situ ajalah kuambil, padahal di situ misalnya .. dia ga
mencari apa yang masalah di UN ini, entah soal terlambat atau.. dia hanya
karena gampang aja sepupunya di situ.
Enggaklah, berarti kan tidak mengandung unsur berita. Bukan dia liputkan
sepupunya, kan beritanya bukan sepupunya.
Iya dia menceritakan UN di sekolah itu.
Boleh-boleh saja yang penting isinya itu tentang UN. Soal gambar ya silahkan aja
mau pakai gambar yang mana, kan bukan bicara tentang keponakannya atau
adeknya. Kan tidak. Beritanya kan bukan seperti itu. Dia ambil di situ karena

Universitas Sumatera Utara

momen nasional. Silahkan dimana-mana nasional berita tentang UN, gambarnya
boleh-boleh saja. Tidak mempengaruhi, yang penting isinya, isi berita itu kalau
tidak memenuhi 5W+1H berarti kan bukan berita. Kalau ponakan dia ceritakan isi
berita itu tentang keponakan, anaknya atau .. itu kan berarti tidak berita, tidak
masuk dalam berita. Kalau gambarnya boleh, gambar apa saja boleh.
Sejauh ini enggak mengganggu ya Pak?
Enggaklah, yang penting momennya. Nasional ya nasional. Seremonial
seremonial.

Universitas Sumatera Utara

TRANSKRIP WAWANCARA III
INFORMAN I
DATA INFORMAN
NAMA
JABATAN
TANGGAL
WAKTU
LOKASI
KONFIRMASI

: ZAINUDDIN LATUCONSINA
: KEPALA STASIUN TVRI SUMATERA UTARA
: 1 AGUSTUS 2016
: 14.30 WIB – SELESAI
: RUANGAN KEPALA STASIUN TVRI SUMUT
:

Tujuan kita menjalin kerjasama dalam hal publikasi dengan Pemko dan
Pemprov itu lebih kemana tujuannya?
Pertama TVRI ini kan tv publik Sumatera Utara dan tujuan utamanya adalah
untuk menyiarkan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah. Itu tujuan
utamanya. Apapun kegiatannya harus diekspos. Syukur karena salah satu sumber
pendapatan TVRI itu adalah APBN dan APBD. Sementara ada aturan tertentu
yang mengatur Pemerintah Daerah tidak bisa memberikan bantuan secara ini
kepada TVRI, yang berpeluang itu adalah kerjasama program dan berita. Yang
cocok itulah yang kita kerjasamakan dengan Pemerintah Daerah.
Itu termasuk yang APBD itu ada di luar APBD itu, atau maksudnya APBD
yang kerjasama itu?
Iya, kerjasama itu APBD itu. Untuk Pemerintah Daerah tidak bisa memberikan
hibah kepada TVRI, yang bisa itu adalah kerjasama program dan berita, publikasi.
Sebenarnya kalau dari sisi kebutuhannya kita lebih butuh mereka dalam hal
mengisi konten kita atau mereka yang ...
Sama-sama, pertama kita mempublikasikan kegiatan-kegiatan pembangunan dan
pemerintah daerah, baik di daerah maupun di pusat, kita publikasikan. Kemudian
kita juga butuh biaya, dengan sumbangan itu kan menguntungkan kita karena
APBN yang kita peroleh saat ini kan masih terbatas, perlu ada bantuan. Jadi
karena sumber-sumber pendapatan TVRI itu ada lima, pertama iuran tapi sampai
hari ini kan tidak jalan, APBN dan APBD itu kan undang-undang yang mengatur
tentang itu. Kerjasama program, iklan dan sumbangan yang sah. Itu diatur dalam
UU No 32 Tahun 2002 itu.
Jadi kalau persentasenya dari hasil kerjasama ini membantu kita dalam
keuangan kita berapa persen?
Nol koma sekian persen, nol koma nol nol sekian persen.
Jadi paling besar porsi kita dari mana pak?
APBN.

Universitas Sumatera Utara

Berarti hanya nol koma sekian persen pak?
Hitung-hitungannya dari APBN yang saat ini kan 27 koma miliar itu Cuma berapa
ratus juta selama setahun. Itu juga dari pendapatan yang lain masih ada.
Dari hasil evaluasi bapak, hasil liputannya sudah sesuai dengan harapan
belum pak tentang kegiatan-kegiatan pembangunan?
Iya minimal pertama dari sisi berita ga melesetlah, masih punya nilai beritanya.
Kalau bapak memantau apa yang membedakan hasil liputan reporter yang
satu dengan reporter yang lain?
Saya ga bisa menjawab itu karena ga setiap hari saya pantau secara detail siapa
yang meliput acara ini dan naskahnya saya tidak periksa.
Berdasarkan pengalaman, sebenarnya yang mempengaruhi si A memilih isu
ini hasil naskahnya seperti ini, faktor apa pak?
Kalau secara formalnya kan pertama diklat, pendidikan baik formal maupun non
formal, yang kedua nanti baru pengembangan diri, apakah dia memenuhi
pendidikan formalnya tinggi, diklat non formalnya itu banyak, tapi tergantung dia
kembangkan diri, apakah dia kembangkan diri sesuai dengan perkembangan
teknologi atau tidak.
Kalau misal unsur agama atau rasnya mempengaruhi ga pak?
Kalau itu tidak, orang berita it