Pengaruh Kerjasama tim dan kepemimpnan terhadap komitmen pada Unit SAHIVA USU

BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1

Pengertian Kerjasama tim

2.1.1

Definisi Kerjasama tim
Kerjasama dalam

tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan

keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang
memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam
kerjasama tim. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan memunculkan ide-ide
cemerlang. Kerjasama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang
dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan
kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan.
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini

memiliki 3 (tiga) komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua,
orang-orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang-orang
dalam sebuah tim memiliki tujuan yang sama.
Menurut Kohn dan O’Connel (2007: 43), tim adalah sekumpulan individu
yang tergantung satu sma lain dalam tugas, yang memiliki tanggung jawab
bersama untuk hasil, yang menganggap dirinya dan dipandang orang lain sebagai
entitas sosial yang padu yang dimasukkan dalam sistem sosial yang lebih besar
(misalnya unit bisnis atau korporasi) dan yang mengelola hubungan mereka
melebihi batas-batas organisasi. Sedangkan menurut Topchick (2007:7), tim ialah
kelompok individu yang menyelesaikan tujuan tertentu dengan bekerja secara

8
Universitas Sumatera Utara

inter-dependensi, berkomunikasi secara efektif, dan membuat keputusan yang
mempengaruhi pekerjaan.
Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerjasama
yang

dibangun


dengan

kesadaran

pencapaian

prestasi

dan

kinerja.

Dalamkerjasama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak
terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerjasama pada kerja tim
adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu
yang tergabung dalam kerja tim.
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Kelompok dan Tim
Kelompok

Tim
1. Memiliki pemimpin yang
ditunjuk
2. Akuntabilitas individual
3. Tujuan kelompok dan organisasi
sama
4. Hasil kerja individual
5. Mengadakan pertemuan–
pertemuan Efisien
6. Efektifitas secara tidak langsung
diukur oleh pengaruh bisnis
7. mendiskusikan, memutuskan,
mendelegasikan pekerjaan untuk
para individu
Sumber: West (2002:174)

1. Berbagi peran kepemimpinan
2. Akuntabilitas
mutual
dan

individu
3. Visi atau tujuan khusus tim
4. Hasil kerja kolektif
5. Pertemuan–
pertemuan
mendorong diskusi terbuka
6. Efektifitas secara langsung diukur
dengan menilai kerja kolektif
7. mendiskusikan,
memutuskan,
berbagi pekerjaan.

MenurutBull (2010: 24), kerjasama tim adalah kemampuan bekerja sama
mencapai visi bersama. Kemampuan mengarahkan pencapaian individu terhadap
tujuan organisasi. Kerjasama tim merupakan bahan bakar yang memungkinkan
orang biasa mencapai hasil yang luar biasa.
Didalam kerjasama tim, individu-individu sanggup mencapai prestasi yang
luar biasa dan sulit dipercaya. Di dalam tim, kita bergandengan tangan, menjalin

9

Universitas Sumatera Utara

ikatan jiwa, saling mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kita pun saling
menyemangati, memotivasi, menggandakan usaha dan kemampuan individu. Tim
yang dalam bahasa inggrisnya team merupakan akronim yang mencerminkan
kebenaran yang dahsyat, yaitu:

T (Together)

Bersama-sama

E (Every one)

Setiap orang

A (Achieves)

Mencapai

M (More/Miracle)


Lebih banyak/keajaiban

Gambar 2.1
Akronim Team
Sumber: Kaswan (2014:46)
Kerja tim menggambarkan seperangkat nilai yang mendorong menyimak
dan merespons secara konstruktif pandangan-pamdangan yang dikemukakan
orang lain, memberi orang lain manfaatnya keraguan, menyediakan dukungan dan
mengakui kepentingan dan prestasi orang lain. Nilai-nilai demikian itu membantu
tim bekerja dan nilai-nilai itu meningkatkan kinerja individu dan kinerja
organisasi.
2.1.2 Indikator Kerjasama tim
A.

Kerjasama
Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara

individual. Menurut West (2002:57) “Telah banyak riset membuktikan bahwa
kerja sama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih

baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan”.

10
Universitas Sumatera Utara

Selain keunggulan di atas, kerjasama juga dapat menstimulasi seseorang
berkontribusi dalam kelompoknya, sebagaimana yang dinyatakan Davis dalam
(Dewi, 2007:98) bahwa, ”Kerjasama adalah keterlibatan mental dan emosional
orang-orang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk
memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab
pencapaian tujuan”.
Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang
terintegrasi. Individu dikatakan bekerja sama jika upaya-upaya dari setiap
individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama.
Semakin besar integrasinya semakin besar tingkat kerja samanya.
Indikator-indikator Kerja Sama:
West (2002:61)menetapkan indikator-indikator kerja sama sebagai alat
ukurnya sebagai berikut :
1.


Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu
dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerjasama yang baik.

2.

Saling berkontribusi, yaitu

dengan saling berkontribusi baik tenaga

maupun pikiran akan terciptanya kerjasama.
3.

Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan
kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerjasama akan
lebih kuat dan berkualitas.

11
Universitas Sumatera Utara

B.


Kepercayaan
Maxwell (2002:88) menyatakan bahwa ”Kepercayaan (trust) adalah

keyakinan bahwa seseorang sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan dan
dilakukannya.
Kepercayaan lahir dari sikap yang dimunculkannya ketika berinteraksi
dengan orang lain, misalnya pemimpin dengan bawahan, bawahan dengan
pemimpin atau antaranggota organisasi di sebuah organisasi. Kepercayaan adalah
bentuk perlakuan diri kita kepada orang lain secara tulus. Kepemimpinan akan
sukses bila dilandasi adanya kepercayaan satu sama lain”.
Selanjutnya Sopiah (2008:155) memberikan definisi bahwa ”Kepercayaan
adalah suatu harapan positif bahwa orang tidak akan bertindak secara oportunistik.
Bila pengikut mempercayai pemimpinnya, mereka bersedia berkorban bagi
tindakan pimpinan, demikian pula sebaliknya pemimpin harus memberikan
kepercayaan atas kemampuan pengikutnya”.
Kerjasama tim yang berkinerja tinggi dicirikan oleh kepercayaan (trust)
timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Artinya para anggota
meyakini akan integritas, karakter dan kemampuan setiap anggotanya.
Kepercayaan sangat kuat di dalam sebuah organisasi, orang-orang tidak

akan berbuat terbaik jika mereka tidak percaya bahwa mereka akan diperlakukan
secara adil, tak ada kronisme dan setiap orang memiliki sasaran yang nyata. Satusatunya cara yang diketahui untuk menciptakan kepercayaan semacam itu adalah
dengan

menyusun

nilai-nilai

dan

kemudian

melakukan

apa

yang

telahdibicarakan.Artinya seseorang harus mengerjakan apa yang dikatakan akan
dilakukan, secara konsisten, sepanjang waktu.


12
Universitas Sumatera Utara

Maxwell (2002:93)mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan,
yaitu:
1.

Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan
rasa saling percaya.

2.

Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada anggota tim berarti
telah

memberikan

kepercayaan

bahwa

anggota

tim

mampu

melaksanakannya.
3.

Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap
sebenarnya (truthfulness) dalam bekerja.

C.

Kekompakan
Dewi (2007:114) memberikan defenisi bahwa kekompakan adalah bekerja

sama secara teratur dan rapi, bersatu padu dalam menghadapi suatu pekerjaan
yang biasanya ditandai adanya saling ketergantungan.
Selanjutnya Mangkuprawira (2009:64)menyatakan bahwa “Kekompakan
(cohesiveness) adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif yang ada dalam diri
seseorang terhadap kelompoknya”.
Kekompakan kelompok bukanlah senjata rahasia dalam pencarian untuk
peningkatan kinerja kelompok atau tim. Caranya agar berhasil adalah dengan
menjaga agar ukuran kelompok-kelompok tugas tetap kecil, menyakinkan
standar-standar kinerja dan sasaran-sasaran harus jelas dan dapat diterima,
mencapai beberapa keberhasilan awal dan mengikuti petunjuk-petunjuk praktis.
Tim kerja yang dipilih sendiri dimana orang-orang mengangkat teman satu timnya
sendiri dan cara-cara sosial selepas kerja dapat merangsang kekompakan sosioemosional. Membantu perkembangan kekompakan sosio-emosional perlu

13
Universitas Sumatera Utara

diseimbangkan dengan kekompakan tim. Jika sosio-emosional tidak disesuaikan
dengan kekompakan tim, hal ini dapat mengganggu kinerja dan prestasi tim, yang
pada akhirnya mengganggu prestasi-prestasi individu.
Pada dunia usaha, penggunaan team work seringkali merupakan solusi
terbaik untuk mencapai suatu kesuksesan. Kerjasama tim yang solid akan
memudahkan manajemen dalam mendelegasikan tugas-tugas organisasi. Namun
demikian untuk membentuk sebuah tim yang solid dibutuhkan komitmen yang
tinggi dari manajemen. Hal terpenting adalah bahwa kerjasama tim harus dilihat
sebagai suatu sumber daya yang harus dikembangkan dan dibina sama seperti
sumber daya lain yang ada dalam organisasi. Proses pembentukan, pemeliharaan
dan pembinaan kerjasama tim harus dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari tim
tersebut sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai suatu aktivitas
sebuah team work, meskipun pada kondisi tertentu manajemen dapat melakukan
intervensi (Mangkuprawira, 2004:34).
Dalam melihat bagaimana hubungan kekompakan terhadap kerjasama tim,
Dewi (2007:153) menetapkan indikator-indikator sebagai berikut :
1.

Saling ketergantungan tugas, yaitu saling ketergantungan pada tugas
menciptakan kekompakan.

2.

Saling ketergantungan hasil, yaitu anggota tim merasa hasil yang dicapai
bukanlah hasil secara individu, tetapi hasil kekompakan bersama dalam
bekerja.

3.

Komitmen yang tinggi, yaitu anggota tim dianggap memiliki komitmen
yang tinggi pada tujuan yang akan dicapai tim.

14
Universitas Sumatera Utara

2.2

Pengertian Kepemimpinan

2.2.1

Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan

dalam

konteks

hasil

penggunaan

peran

seseorang

berkaitan

dengan

kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Dalam bahasa
Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelpor, pembina,
panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua,
dan sebagainya. Pemimpin adalah suatu

lakon/peran dalam sistem tertentu;

karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan
kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Menurut

Kartono

(2011:10),kepemimpinan

merupakan

kekuatan

aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu
mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi
conform

dengan

keinginan

(2010:146),kepemimpinan
kelompok

kearah

pemimpin.

merupakan

pencapaian

tujuan.

Sedangkan

kemampuan

menurut

mempengaruhi

Kepemimpinan

merupakan

Robbin
suatu
proses

mempengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya (Rivai, 2005:2).Kepemimpinan telah didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Dalam esensinya, kepemimpinan merupakan upaya pencapaian
tujuan dengan dan melalui orang-orang. Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan
atau kelompok untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

15
Universitas Sumatera Utara

Pemimpin dalam suatu organisasi atau organisasi memiliki gaya atau tipe
kepemimpinan

yang

berbeda-beda.

Masing-masing

gaya

atau

tipe

kepemimpinandapat dipastikan akan mengakibatkan dampak yang berbeda kepada
para anggota organisasi atau bawahannya. Namun, yang patut diperhatikan oleh
setiap pemimpin adalah gaya atau tipe kepemimpinannya harus dapat memajukan
organisasi atau organisasi yang dipimpinnya, bukan sebaliknya.
2.2.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Thoha (2003:9), gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang
lain seperti yang ia lihat. Menurut Winardi (2000:78), gaya kepemimpinanadalah
suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan
dalam hubungan mana kita memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh
pemimpin tersebut.
Menurut Rivai (2005:122)ada tiga macam gaya kepemimpinan yang
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :
a.

Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.

Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus
dikerjakan, selanjutnya anggota organisasi menjalankan tugasnya sesuai dengan
yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode
pendekatan

kekuasaan

dalam

mencapai

keputusan

dan

pengembangan

strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
b.

Gaya Kepemimpinan Bebas

16
Universitas Sumatera Utara

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan,
struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama
pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta
bawahan.
c.

Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang

pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan
bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral
tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.
Kepemimpinan demokratis memiliki orientasi kepada manusia, dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan terhadap seluruh bawahan, dengan menekankan terhadap
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik (Kartono,
2013:86). Kekuatan kepemimpinan ini terletak pada dimana kesatuannya yang
menjadi kekuatan dalam menjalankan organisasi tersebut.
Kepemimpinan demokratis sangat menghargai potensi setiap individu
yang terlibat didalamnya mau mendengarkan nasihat dan sugesti terhadap
bawahan. Dan bersedia mengakui keahlian para special dengan bidangnya di
masing- masing aspek mampu memberikan manfaat kapasitas setiap anggota yang
sangat efektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Dengan kata lain
menurut

(Kartono,

2011:86)

bahwa

kepemimpinan

demokratis

adalah

kepemimpinan group developer.

17
Universitas Sumatera Utara

Kepemimpinan demokratis bisa dikatakan efektif menurut (Kartono,
2011:86) adalah dengan pertanda sebagai berikut:
1.

Organisasi dengan seluruh bagian- bagiannya berjalan lancar, sekalipun
pemimpin tersebut tidak ada dikantor.

2.

Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan semua orang menyadari
tugas serta kewajiban sehingga merasa puas dan aman menyandang
tugasnya.

3.

Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran
seluruh aspek dalam kelompok atau organisasi tersebut.

4.

Dengan keadaan seperti pemimpin demokratis bisa dikatakan sebgai
katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama demi mencapai
tujuan dengan jiwa kelompok dan situasi yang ada.
Bisa dikatakan kepemimpinan demokratis adalah menitikberatkan terhadap

aktivitas yang dilakukan kelompok menjadi sangat berpengaruh dalam mencapai
tujuan kelompok yang ditargetkan. Dengan ini juga bisa digambarkan kalau
pemimpin tersebut sadar bahwa pemimpin tersebut tidak bisa sendiri dalam
menjalankan organisasi tersebut. Pemimpin tersebut membutuhkan dukungan dan
partisipsi dari bawahan. Perlu dapat penghargaan dan dorongan dari atasan, dan
butuh mendapatkan support atau dukungan moral dari teman yang memiliki posisi
yang sama dengannya.
2.2.3 Indikator Kepemimpinan
Indikator kepemimpinan ada lima, yaitu:
A. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang

18
Universitas Sumatera Utara

tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
B. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
C. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
D. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya. (Hutauruk, 2013)
2.3 Komitmen
Menurut Sunarto (2005:25), komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan,
terdiri dari:
a.

Penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan

b.

Keinginan untuk tetap berada dalam organisasi

c.

Kesediaan untuk bekerja keras atas nama organisasi
Menurut Porter dalam Panggabean (2002:127), komitmen adalah kuatnya

pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu. Becker
dalam Panggabean (2002:127) menggambarkan komitmen sebagai kecenderungan

19
Universitas Sumatera Utara

untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menganggap adanya
biaya pelaksanaan yang lain (berhenti bekerja).
Menurut Meyer & Allen dalam Munandar (2004:75), komitmen organisasi
merupakan salah satu bentuk dari komitmen yang lain dan memiliki fokus
yangberbeda. Mowdy, Porter & Steer dalam Munandar (2004:75), komitmen
organisasi adalah sifat hubungan seorang individu dengan organisasi dengan
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a.

Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi

b.

Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya

c.

Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan organisasinya
Menurut Griffin & Bateman dalam Munandar (2004:75), menyebutkan

bahwa komitmen organisasi adalah :
a.

Dambaan pribadi untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi

b.

Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi

c.

Kemauan secara sadar untuk mencurahkan usaha demi kepentingan
organisasi.

2.3.1 Teori komitmen
Menurut Meyer & Allen dalam Munandar (2004:75) menjelaskan 3 bentuk
dari komitmen organisasi, yang keseluruhannya mempunyai implikasi terhadap
kelanjutan partisipasi individu dalam organisasi. Ketiga bentuk tersebut adalah:
a. Affective Commitment
Menunjukkan suatu kelekatan psikologis terhadap organisasi. Individu
bertahan di organisasi ini karena memang menginginkannya. Komitmen ini
berkaitan dengan pengalaman kerja.

20
Universitas Sumatera Utara

b. Normative Commitment
Komitmen ini ditunjukkan dengan perasaan “wajib” untuk tetap bertahan
dalam organisasi. Karyawan yang memiliki normative commitment yang tinggi
akan bertahan dalam organisasi karena mereka merasa harus melakukan hal
tersebut.

c. Continuance Commitment
Merupakan komitmen organisasi yang rasional. Komitmen ini berkaitan
dengan biaya jika ia keluar dari organisasi. Karyawan yang memiliki continuance
commitment tinggi akan bertahan dalam organisasi, karena membutuhkannya.
Menurut Stebbin dalam Munandar (2004:75) menyebutkan bahwa continuance
commitment adalah kesadaran akan ketidakmungkinan memilih identitas sosial
lain ataupun alternative tingkah laku lain karena adanya ancaman akan kerugian.
Menurut Becker dalam Munandar (2004:75) menyebutkan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi continuance commitment yaitu self investment, general
training, dukungan sosial dan kesempatan.
2.4Penelitian terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan dilakukannya
penelitian ini, penelitian – penelitian tersebut tersebut adalah sebagai berikut:

Penulis
Dian
Rakhmwati
2014

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Metode
Penelitian
Pengaruh gaya
Deskriptif
kepemimpinan
Kuantitatif
transformasional,
kepercayaan,
Dan kerjasama

Hasil Penelitian
1. Kinerja
Karyawan
dibangun dengan
meningkatkan
Komitmen

21
Universitas Sumatera Utara

Organisasi
2. Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
berperan dalam
meningkatkan
Kinerja
Karyawan, baik
secara langsung
(direct) maupun
secara tidak
langsung
(indirect) melalui
Komitmen
Organisasi
3. Kepercayaan
berperan dalam
meningkatkan
Kinerja Karyawan
melalui Komitmen
Organisasi
4. Kerjasama Tim
berperanmeningka
tkan Kinerja
Karyawan melalui
melalui Komitmen
Organisasi

tim terhadap
komitemen
organisasi
Untuk
meningkatkan
kinerja karyawan
(studi kasus di
perum perhutani
kesatuan bisnis
mandiri
Industri kayu
brumbung satu
jawa tengah)

Marudut
Marpaung
2014

Pengaruh
Kepemimpinan
dan Team Work
Terhadap Kinerja
Karyawan Di
Koperasi Sekjen
KEMDIKBUD
Senayan Jakarta

Deskriptif
Kuantitatif

1. Terdapat
pengaruh negatif
tidak signifikan
kinerja pegawai
koperasi di
Sekjen
Kemdikbud
Senayan Jakarta.
2. Terdapat
pengaruh positip
signifikan
teamwork
terhadap kinerja
pegawai
koperasi di
Sekjen
Kemdikbud
Senayan Jakarta.

22
Universitas Sumatera Utara

3. Kepemimpinan
dan teamwork
secara bersama–
sama
memberikan
kontribusi
terhadap
performans
pegawai
koperasi
Imeldi
Maria
Taroreh
2014

Analisa
Pengaruh
Motivasi Kerja,
Pelatihan,
Kepemimpinan,
Komunikasi Dan
Kerjsama Tim
Terhadap Kinerja
Para Suster Dina
ST.Yoseph Di
Indonesia

Asosiatif

Secara parsial
motivasi kerja,
pelatihan,
kepemimpinan,
komunikasi dan
kerja sama tim
berpengaruh
positif terhadap
kinerja para suster
Dina ST. Yoseph
di Indonesia.

2.5Kerangka Konseptual
Variabel bebas (X) dari peneitian ini adalah Kerjasama Tim (X1) dan
Kepemimpinan (X2). Variabel terikat (Y) dari penelitian ini adalah Komitmen.
Kerjasama tim merupakan sistem pekerjaan yang dikerjakan dua orang atau lebih
atau kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai tujuan organisasi sesuai
dengan yang diinginkan (Marpaung, 2014). Melalui kerjasama tim diharapkan
suatu pekerjaan akan berjalan dengan sukses. Begitu juga dalam Komitmen
anggota, kerjasama tim yang baik akan mendorong terciptanya rasa komitmen
dalam diri anggota.

23
Universitas Sumatera Utara

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi suatu organisasi dengan
tujuan memperbaiki kelompok tersebut sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan (Rivai, 2005:2). Dengan kepemimpinan yang baik dan terstruktur
diyakini akan menetukan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan.
Dalam komitmen, kepemimpinan yang baik akan berpengaruh besar terhadap
timbulnya komitmen setiap anggota, sehingga akan menghasilkan kader-kader
organisasi yang terbaik.
Berdasarkan kepada teori-teori dan pendapat para pakar yang telah
disajikan di atas maka dapat disusun sebuah kerangka pemikiran dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :

Kerjasama Tim

Komitmen
Kepemimpinan

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

24
Universitas Sumatera Utara

2.6 Hipotesis
1. Kerjasama timberpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pada
unit SAHIVA USU.
2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
pada unit SAHIVA USU.

3. Kerjasama tim dan kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap komitmen pada unit SAHIVA USU.

25
Universitas Sumatera Utara