Iklim Komunikasi dan Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi terhadap Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara)

(1)

Universitas sumatera Utara

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP

EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA USU

(Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

DZIKRA MAULA OCTORIANSYAH

090904083

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP

EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA USU

(Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

DZIKRA MAULA OCTORIANSYAH

090904083

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Dzikra Maula Octoriansyah NIM : 090904083

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judu l Skripsi. :Iklim Komunikasi dan Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi terhadap Efektivitas Kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara)

Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Dewi Kurniawati, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196505241989032001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(4)

Universitas Sumatera Utara

Kata Pengantar

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan KaruniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyususnan skripsi yang berjudul “Iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva USU ” di tengah tengah kesibukan yang padat. Penyusunan skipsi ini merupakan salah satu syarat agar peneliti memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada yang tercinta orang tua papa Pendi Yulizar dan mama Nelly Adibah yang senantiasa memanjatkan doa dan juga tiada hentinya mengingatkan dan menyemangati selama proses penyususnan skipsi. Begitu juga kepada adik adik yang selalu menjadi motivasi peneliti selama penyusunan skripsi Nizar Ilman, Azmi Roqi, Mohammad Nabil Hilmy.

Banyak hambatan dan rintangan selama mengerjakan skripsi ini. Waktu menjadi hal yang sangat berharga mengingat kesibukan dan kegiatan yang banyak membuat pengerjaanya yang sedikit tidak tepat waktu. Belum lagi masalah penyelesaian penelitian, yang kemudian peneliti mendapat banyak masukan, saran dan juga bimbingan dari berbagai pihak.

Kemudian peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A dan juga Dra. Dayana, M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang banyak sekali membantu bukan hanya dalam penyelesaian skripsi namun juga selama peneliti menjalani proses perkuliahan.

3. Ibu Dra. Dewi Kurniati selaku dosen pembimbing yang banyak memberi arahan, masukan maupun waktunya untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan segalanya dari awal perkuliahan hingga keluar sebagai sarjana.


(5)

Universitas Sumatera Utara 5. Kak puan yang sepertinya tidak bosan waktunya diganggu untuk

penyelesaian penelitian skripsi ini.

6. Teman teman Ilmu Komunikasi yang luar biasa Maulana, Desy, Joi, Cesil, Graha, Dedy, Josep, Nalom, Handian, Suryadi, Amir, Johnvic, Sevi, Disa, Chyntia, Jordan, Hengki, Ais serta seluruh teman yang tidak bisa disebutka satu satu yang telah berbagi, mendukung dan mengingatkan. 7. Seluruh staf Unit Sahiva USU yang mengizinkan penelitian ini dilakukan,

Ibu Linda, Bang Ben, Bang Ripa

8. Seluruh relawan Sahiva yang menjadi responden maupun tim inti yang selalu memberi dukungan bang Lutfi, Martin, Harun, Oji, Kirun, Putri, Fany, Sepka, Uma,Pardi, Sausan dan semua yang ada hingga akhirnya skripsi pun dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semuanya bekali kali lipat dan senantiasa mencurahkan Rahmat dan perlindunganNya atas segala yang telah diberikan selama ini. Peneliti sepenuhnya menyadari tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga saran dan masukan senantiasa penelti harapkan demi kebaikan kedepannya.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Medan, Februari 2014 Peneliti


(6)

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasilkarya saya sendiri, semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya

dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan

pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan

hukum yang berlaku

Nama : Dzikra Maula Octoriansyah

NIM : 090904083

Tanda Tangan :

Tanggal : Februari 2014


(7)

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda angan di bbawah ini :

Nama : Dzikra Maula Octoriansyah NIM : 090904083

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non eklsklusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA USU

Studi Korelasional pengaruh iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya atanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Februari 2014 Yang Menyatakan


(8)

Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Penelitian ini berjudul Pengaruh Iklim Komunikasi terhadap Efektivitas Keja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah ada pengaruh iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja pada Unit Sahiva USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teori yang mendukung seperti teori komunikasi organisasi, komunikasi kelompok, komunikasi antar pribadi, teori hubungan manusia dan self disclosure. Responden dalam penelitian ini berjumlah 35, dan uji hipotesis menggunakan Pearson

Product moment dengan hasil 0,407 yang membuat hipotesis yang diterima yaitu

Ha, yaitu “terdapat pengaruh antara iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva USU”. Hal tersebut menunjukkan iklim komunikasi yang terjalin antara pengurus dengan relawan berjalan dengan cukup baik.

Kata kunci : Komunikasi organisasi, Iklim komunikasi, Efektivitas kerja, Unit Sahiva


(9)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL DALAM LEMBER PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 URAIAN TEORITIS 2 .1 Kerangka Teori ... 8

2. 1.1 Komunikasi Organisasi ... 8

2.1.2 Komunikasi kelompok ... 11

2.1.3 Komunikasi Antar Pribadi ... 14

2. 1.4 Iklim Komunikasi ... 15

2. 1.5 Tingkat Efektivitas Kerja ... 17

2. 1.6 Teori Hubungan Manusia ... 20

2.1.7 Teori Pengungkapan diri ... 22

2. 2 Kerangka Konsep ... 25


(10)

Universitas Sumatera Utara

2. 3.1 Operasional variabel ... 26

2.4 Definisi Operasional Variabel ... 27

2. 5 Hipotesis ... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Metode Penelitian ... 29

3. 2 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

3. 3 Populasi ... 31

3.4 Sampel ... 32

3. 5 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3. 6 Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Analisis deskriptif ... 36

4. 2 Analisis Tabel Tunggal ... 36

4 .3 Analisis Tabel Silang ... 59

4. 4 Uji Hipotesis ... 61

4. 5 Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan ... 66

5. 2 Saran ... 67

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN


(11)

Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Penelitian ini berjudul Pengaruh Iklim Komunikasi terhadap Efektivitas Keja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah ada pengaruh iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja pada Unit Sahiva USU. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teori yang mendukung seperti teori komunikasi organisasi, komunikasi kelompok, komunikasi antar pribadi, teori hubungan manusia dan self disclosure. Responden dalam penelitian ini berjumlah 35, dan uji hipotesis menggunakan Pearson

Product moment dengan hasil 0,407 yang membuat hipotesis yang diterima yaitu

Ha, yaitu “terdapat pengaruh antara iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva USU”. Hal tersebut menunjukkan iklim komunikasi yang terjalin antara pengurus dengan relawan berjalan dengan cukup baik.

Kata kunci : Komunikasi organisasi, Iklim komunikasi, Efektivitas kerja, Unit Sahiva


(12)

Universitas Sumatera Utara BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dan keperluan yang dapat dikatakan primer dan sangat fundamental bagi setiap orang dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sifat manusia yang cenderung ingin menyampaikan segala keinginannya dan mengetahui setiap hasrat orang lain merupakan langkah awal yang menjadi motivasi manusia terampil dalam berkomunikasi. Praktik komunikasi tersebut dilakukan melalui lambang-lambang ataupun isyarat yang kemudian akan dilanjutkan dengan pemahaman dan pemberian makna terhadap setiap lambang-lambang tersebut dalam bentuk bahasa verbal.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Melalui komunikasi setiap orang dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam rumah tangga, tempat pekerjaan maupun dimana saja manusia tersebut berada, sehingga dalam kenyataannya tidak ada manusia yang tidak terlibat komunikasi.

Komunikasi telah mendekatkan jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha untuk menjembatani antara pikiran, perasaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi mengkonstruksi hubungan-hubungan manusia dengan menunjukkan keberadaaan dirinya dan berusaha memahami keinginan, sikap maupun perilaku orang lain. Melalui komunikasi dimensi cakrawala seseorang akan bertambah luas.

Komunikasi bukan hanya sekedar alat yang menggambarkan pikiran, namun komunikasi adalah pikiran dan merupakan pengetahuan. Suatu dunia tertentu diciptakan dalam komunikasi, dan setiap penafsiran komunikasi tersebut harus mempertimbangkan konteks yang memungkinkan terjadinya praktik-praktik komunikasi (Sutrisno, 2010 :48).

Komunikasi organisasi merupakan salah satu objek kajian dari komunikasi. Pada tataran ini komunikasi memegang kendali yang sangat krusial


(13)

Universitas Sumatera Utara dan teramat penting dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh aspek maupun bagian serta aktivitas di dalam organisasi, dalam konteks ini adalah pekerjaan. Hubungan komunikasi dengan pekerjaan ditunjukkan dengan banyaknya waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam perkerjaan tersebut.

Dalam pencapaian tujuan, suatu organisasi baik yang berorientasi untuk mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non profit) haruslah menjalankan empat fungsi komunikasi dalam organisasi, Fungsi-fungsi komunikasi tersebut berupa : fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif (Bungin, 2006: 272).

Terdapat berbagai definisi maupun persepsi mengenai komunikasi organisasi sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi organisasi. Menurut pandangan Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi interpersonal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horisontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, ketrampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program (Arni, 2009: 65).

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi pada intinya meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Redding menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. Kopelman, Brief, dan Guzzo membuat


(14)

Universitas Sumatera Utara suatu hipotesis yang menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas (Dalam Mulyana, 2005: 148 ).

Iklim komunikasi sebuah organisasi penting karena dapat mempengaruhi bagaimana cara hidup kita, kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang telah kita capai dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. (Mulyana,2005:148). Sehinga dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai andil yang sangat besar dalam suatu lingkup organisasi. Iklim komunikasi yang positif akan dapat meningkatkan kinerja dan mendukung komitmen setiap individu pada organisasinya yang pada akhirnya akan berujung kepada pencapaian tujuan yang lebih baik. Sebaliknya jika iklim komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan dengan baik maka tingkat produktivitas maupun kinerja individu akan berlangsung dengan tidak baik yang pada akhirnya tujuan organisasi tidak tercapai dengan baik pula.

Unit Sahiva USU berdiri pada tanggal 7 oktober 1998 yang dimana pencetus awalnya merupakan gagasan dari badan Perserikatan Bangsa- bangsa (PBB) yang bernama United Nations Develepment Program (UNDP) untuk membuat sebuah pusat informasi mengenai virus HIV dan AIDS di provinsi sumatera utara. Niat tersebut disambut oleh dr. Linda T. Maas MPH yang mengusulkan pembentukan pusat informasi tersebut di institusi pendidikan yaitu Universitas Sumatera Utara. Dalam proses pembentukan Unit Sahiva USU, dr. Linda juga dibantu oleh Gita Kencana Dalimunthe, S.KM, MPH dan juga Filia Dina Anggaraeni, S.Sos, M.Pd yang membuat mereka bertiga dikenal sebagai 3 orang pendiri Sahiva USU.

Pada awalnya Sahiva merupakan kependekan dari Sadar HIV AIDS namun seiring perkembangan zaman nama tersebut berubah menjadi Sadar Hidup Ini Vital Adanya karena Sahiva tidak hanya terfokus pada HIV dan AIDS namun melebar ke pencegahan Napza/ Narkoba dan kesehatan reproduksi serta belakangan ini juga mengarah pada kegiatan Pertolongan pertama pada


(15)

Universitas Sumatera Utara kecelakaan (p3k) dan siaga bencana. Kegiatan Sahiva pun banyak berkembang seiring munculnya divisi baru dalam organisasi, yang membuat para relawan memiliki banyak ilmu dan kesempatan belajar disiplin ilmu yang bervariasi juga. Kegiatan sosial kemanusiaan menjadi tujaun Sahiva berdiri dengan HIV dan AIDS tetap menjadi porsi utama di dalamnya.

Selama hampir 15 tahun berdiri, Unit Sahiva USU tidak memiliki Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi yang dijadikan peraturan dasar dalam segala aspek keorganisasian. Hal ini menjadi menarik sebab yang dijadikan landasan dasar Sahiva dalam mengambil keputusan mutlak dari hasil rapat dan diskusi antar relawan namun tetap dapat menjaga budaya organisasi yang telah ada sejak dulu. Konflik yang terjadi antar relawan dalam menyikapi sebuah masalah akibat tiadanya peraturan dasar tidak membuat Sahiva bubar. Budaya organisasi yang ada langsung ditanamkan sejak relawan baru memasuki lingkungan organisasi sehingga jalannya organisasi tetap baik walaupun tanpa AD/ART.

Unit Sahiva USU menjalin kemitraan yang sangat dekat dengan badan pemerintah seperti Badan Kependudukan dan Keluarga berencana Nasional (Bkkbn) dan juga Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) dalam menyediakan para fasilitator/penyuluh ke daerah-daerah di provinsi sumatera utara dan juga pemberdayaan komunitas yang dekat/beresiko terhadap terinfeksi virus HIV dan AIDS. Jadi Unit Sahiva USU selalu berhasil melaksanakan regenerasi kader yang baik dalam internal organisasinya yang juga membuat para relawan Unit Sahiva USU tidak pernah absen dalam jambore antar organisasi serupa di seluruh Indonesia tingkat nasional.

Unit Sahiva memiliki banyak prestasi diantaranya juara 1 Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK- R) tingkat provinsi dan juara 3 tingkat nasional pada tahun 2008 yang kemudian secara otomatis membuat Unit Sahiva USU menjadi

Center of Excellent (CoE) pusat informasi dan konseling provinsi sumatera utara.

Selain itu atas dedikasi yang baik atas penyebarluasan informasi HIV dan AIDS, Unit Sahiva USU mendapat piagam penghargaan langsung dari walikota Medan, Drs. Rahudman Harahap pada peringatan Hari AIDS sedunia yang dipusatkan di


(16)

Universitas Sumatera Utara lapangan benteng kota medan 1 Desember 2012 dan piagam dari anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia DR. H Rahmat Shah.

Berdasarkan pengamatan dan asumsi peneliti, Unit Sahiva USU memiliki iklim komunikasi yang cukup baik dimana interaksi yang terjalin antar relawan berlansung intens dan tanpa ada jarak antar relawan muda dengan relawan inti. Unit Sahiva USU yang merupakan salah satu unit kerja di USU yang mempunyai basis kemahasiswaan yang kuat sudah seharusnya memiliki iklim komunikasi yang baik. Dengan seluruh anggotanya yang masih berstatus mahasiswa yang masing masing memiliki kesibukan perkuliahan, maka komunikasi menjadi bagian yang penting sebagai penengah antara kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi. Terlebih lagi, Unit Sahiva USU bergerak dalam hal penyuluhan yang mana komunikasi merupakan ujung tombak dalam menjalankan tugas keorganisasian.

Unit Sahiva USU memiliki program kerja rutin berupa pelatihan yang mengajarkan para relawannya menjadi seorang fasilitator dalam bidang pencegahan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Kemudian Unit Sahiva USU juga sering mengadakan diskusi rutin dengan kalangan LSM dan pihak lain yang memiliki kesamaan identitas dengan Sahiva untuk sama sama menjalin kerjasama atau hanya saling tukar pengalaman dan pikiran untuk memajukan kegiatan di kemudian hari. Menjalin jaringan yang luas dengan dunia luar juga baik bagi USU sendiri karena hal tersebut bisa menjadi pencitraan yang baik ke dunia luar.

Namun selama ini belum pernah diteliti bagaimana iklim komunikasi yang berkembang padaUnit Sahiva USU, apakah berjalan dengan baik atau tidak. Demikian juga belum pernah diteliti bagaimana tingkat efektivitas kerja para relawan Unit Sahiva USU serta bagaimana keterkaitan antara iklim komunikasi dengan efektivitas relawan tersebut. Karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah ini dengan judul “Iklim komunikasi terhadap Efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara“.


(17)

Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh iklim komunikasi terhadap efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional

2. Variabel x yang akan menjadi bahan penelitian merupakan Iklim komunikasi yang terdapat di Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara 3. Variabel y yang akan menjadi bahan penelitian merupakan Efektivitas

kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara

4. Objek penelitian ini adalah relawan Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi relawan minimal selama 6 bulan dan sudah mengikuti kegiatan keorganisasian sebanyak minimal 5 kali.

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan menganalisis bagaimana hubungan iklim komunikasi dengan tingkat efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana iklim komunikasi Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara

2. Mengetahui tingkat efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara

3. Mengetahui pengaruh iklim komunikasi dengan tingkat efektivitas kerja Unit Sahiva Universitas Sumatera Utara


(18)

Universitas Sumatera Utara 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoretis, penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu komunikasi. Temuan-temuan empiris dari hasil penelitian ini juga menjadi sumbangan berharga sekaligus sebagai pengkayaan materi dalam pengembangan khazanah keilmuan komunikasi.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Unit Sahiva USU dalam upaya peningkatan iklim komunikasi yang kondusif maupun peningkatan efektivitas kerja di kalangan relawan sehingga nantinya diharapkan mereka dapat membantu menjalankan visi misi Unit Sahiva USU.

3. Penelitian ini juga berguna bagi para peneliti lain yang berminat pada kajian komunikasi organisasi, terutama relevan dengan variabel-variabel yang dibahas, yakni iklim komunikasi dan tingkat efektivitas kerja.


(19)

Universitas Sumatera Utara BAB 2

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori merupakan suatu orientasi, teori membatasi jumlah fakta yang perlu dipelajari. Setiap masalah dapat dikaji dengan berbagai cara yang berbeda. Teori mempedomani cara-cara mana yang dapat memberikan hasil terbaik. Teori akan memberikan sistem mana yang hendak dipakai peneliti untuk mengartikan data agar dapat dikelompokan dalam cara yang paling bermakna (Umar, 2002: 56).

Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif amat penting, sesuai dengan sifat penelitian kuantitatif yang umumnya bersifat deduktif, yaitu berawal dari suatu teori yang kemudian teori tersebut diuji pada unit-unit analisis yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu kesimpulan (Kholil, 2006: 27). Pada penelitian ini, teori-teori yang diangap relevan untuk digunakan adalah komunikasi organisasi, Komunikasi Antar Pribadi, teori hubungan manusia dan teori Pengungkapan Diri.

2.1.1 Komunikasi Organisasi

Istilah komunikasi yang dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin yaitu communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (dalam Uchjana, 1984: 11-12).

Komunikasi Organisasi menurut Wayne adalah suatu pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Umar, 2002: 8-9).


(20)

Universitas Sumatera Utara Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan, ide-ide atau sikap dalam suatu organisasi, seperti institusi pemerintahan, swasta maupun pendidikan. Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau sikap ini terjadi antara pimpinan, pegawai dan teman sejawat yang juga dapat menggunakan media informasi. Adapun pembagian atau pertukaran pesan-pesan tersebut melalui proses dua arah agar makna pesan yang disampaikan dapat dan diterima dengan baik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada individu-individu yang terlibat dalam suatu organisasi. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor apa yang menjadi penghambat dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan (Suherman, 2012: 17).

Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Masing-masing dari arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas kebawah ini adalah (dalam Sendjaja, 1994: 133-134):

1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction)

2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job rationale)

3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku


(21)

Universitas Sumatera Utara 4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

2. Penyampaian informasi mengenai persoalan-persoalan perkerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

4. Penyampaian keluhan dari bawahan mengenai dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindakan komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah:

1. Memperbaiki koordinasi tugas 2. Upaya pemecahan masalah 3. Saling berbagi informasi 4. Upaya memecahkan konflik

5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama (Sendjaja, 1994: 133-134). Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Pengkajian mengenai peranan komunikasi dalam organisasi oleh para ahli semakin berkembang, karena pengaruh dari komunikasi dalam organisasi dipandang dapat meningkatkan sumber daya manusia dan produktivitas dalam organisasi dengan terciptanya hubungan antar individu dalam organisasi tersebut (Kholil , 2011: 86).


(22)

Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah melakukan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Charles Horton Cooley tahun 1909 mengatakan ada 2 jenis kelompok yaitu primer dan sekunder. kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Kelompok tersebut dapat dibedakan berdasarkan karakteristik komunikasinya, yaitu (dalam Rakhmat, 1994) :

1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang


(23)

Universitas Sumatera Utara menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi : 1. Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

2. Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi


(24)

Universitas Sumatera Utara sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

3. Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

(http://adiprakosa.blogspot.com)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok :

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. ukuran kelompok 2. .jaringan komunikasi. 3. kohesi kelompok.


(25)

Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi atau biasanya juga disebut komunikasi interpersonal merupakan suatu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. De Vito (1997) mengatakan bahwa Komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang (Komunikator) dan diterima oleh orang lain (Komunikan) dengan efek dan umpan balik (balasan dari komunikan) yang langsung didapatkan oleh didapatkan. Berdasarkan interaksinya, komunikasi antar pribadi memiliki defenisi yang mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi dilakukan dengan cara tatap muka, seperti halnya yang diungkapkan oleh Rogers & Tan (Dalam Liliweri, 1997 : 12) komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar sua orang atau lebih. Kemudian Effendy menjelaskan komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif ataupun paling berhasil dalam hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubungan prosesnya yang dialogis.

Komunikasi antar pribadi memiliki karakteristik yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II (Dalam Budyatna & Ganiem, 2011 : 15) yaitu :

1. komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang

2. memiliki umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi hampir selalu mendapatkan umpan balik langsung yang biasanya segera, nyata dan berkesinambungan.

3. Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah berbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu penting. Tapi, Weaver juga mengatakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan lewat media tidaklah ideal, walaupun komunikasi antar pribadi tanpa kehadiran fisik seperti bermedia dikarenakan jarak yang jauh masih dimungkinkan.

4. Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran, ketika seseorang. Orang orang itu mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang


(26)

Universitas Sumatera Utara dilakukannya merupaka sebagai isyarat isyarat yang dapat mempengaruhi anda.

5. Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect. Pengaruh atau efek disini tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi suatu komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun memiliki pengaruh. 6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata kata. Komunikasi antar

pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan kata kata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal.

7. Dipengaruhi oleh konteks. Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi harapan - harapan partisipan meliputi : jasmaniah, sosial, sejarah, jiwa dan kultur yang diperoleh para partisipan dan perilaku mereka selanjutnya. 8. Kegaduhan atau noise. Kegaduhan/ kebisingan dapat bersifat external,

internal atau semantik. 2.1.4 Iklim Komunikasi

Wayne Pace mendefinisikan iklim komunikasi “ The communication climate is a composite of human behaviors, perceptions of events, responses of employees to one another, expectations, interpersonal conflicts, and opportunities for growth in organization” (Pace, 1983: 124). Yang berarti iklim komunikasi adalah gabungan dari perilaku manusia, persepsi terhadap peristiwa, tanggapan dari satu individu terhadap individu lainnya, harapan, konflik interpersonal, dan peluang untuk berkembang dalam organisasi. Iklim komunikasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan (tataran manajemen) organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku yang pada pengertian kali ini berupa mahasiswa. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik perlu memahami hal tersebut serta keadaan mahasiswa.

Istilah iklim dalam konteks organisasi dimaksudkan bagaimana pengaruh keseluruhan sistem dari kelompok manusia atau organisasi, mencakup perasaan dan sikap sebagai suatu sisem, sub sistem, sistem pribadi, tugas-tugas, prosedur atau konsep-konsep. Iklim bermula pada hubungan dalam satu situasi sebagaimana pengaruh daripada pengalaman kepada orang-orang dalam situasi tertentu berinteraksi dengan orang lain. Berlangsungnya komunikasi interpersonal


(27)

Universitas Sumatera Utara yang baik dalam suatu organisasi akan mencipatakan hubungan atau iklim yang baik pula dalam pencapaian tujuan organisasi.

Penelitian yang dilakukan Redding menunjukan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Reding (Goldhabber,1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut.

1. Suppotiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi

mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.

2. Partisipasi membuat keputusan.

3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan

5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi (Dalam Arni, 2009: 85).

Iklim komunikasi mencakup bagaimana kepuasan organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukan bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi dari siapa datangnya, bagaimana penyebarluasannya, penerimaan, diproses dan apa respon orang yang menerima. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi oleh persepsi individu dalam organisasi yang dapat memuaskan tuntutan pribadinya.

Redding mengungkapkan bahwa, iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup mengenai organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercaya dan terus terang dari anggota organisasi dan memberi penyuluhan kepada para anggota


(28)

Universitas Sumatera Utara organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi (Dalam Mulyana, 2005: 154 ).

2.1.5 Efektivitas Kerja

Efektivitas kerja merupakan suatu masalah yang kompleks. Pentingnya efektivitas kerja dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi merupakan kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut para ahli pengertian efektivitas kerja adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas kerja adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindai ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya (Etzioni dalam Tangkilisan,2005:139).

2. Efektivitas kerja adalah keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi konsep tingkat efektivitas menunjukkan pada tingkat seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada (Argris dalam Tangkilisan, 2005:139). 3. Efektivitas kerja adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuajn-tujuan itu mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan organisasi (Kusdi, 2009:94).

Berdasarkan defenisi yang dikemukakan para ahli dalam uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan baik dan benar, sehingga pencapaian tujuan perusahaan berjalan sesuai yang direncanakan. Indikator dari efektivitas kerja (Hasibuan, 2003 : 105) yaitu:


(29)

Universitas Sumatera Utara 1. Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar efektivitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh Karena itu, suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap karyawannya memiliki moral kerja yang tinggi.

2. Kualitas Kerja

Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan pekerjaan.

3. Pemanfaatan Waktu

Pemanfaatan waktu adalah pengggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang ditetapkan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya sangat diperlukan guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap karyawan sudah sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektivitas kerja mereka melalui berbagai tahapan usaha secara maksimal salah satunya dengan desain organisasi, sehingga pemanfaatan sumber daya manusia akan lebih berpotensi dan akan lebih mendukung keberhasilan perusahaan

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh Richard M. Steers (1980:9), yaitu:

1. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber


(30)

Universitas Sumatera Utara daya manusia struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud tehnologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran.

2. Karakteristik Lingkungan

Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.

3. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan tehnologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.

4. Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya lingkungan maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.:

Menurut Richard dan M. Steers (1980:192) Alat Ukur Efektivitas Kerja meliputi unsur kemampuan menyesuaikan diri / prestasi kerja dan kepuasan kerja :


(31)

Universitas Sumatera Utara 1. Kemampuan menyesuaikan diri

Kemampuan manusia terbatas dalam sagala hal, sehingga dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat Ricard M. Steers yang menyatakan bahwa kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian tujuan. Setiap organisasi yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja ang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 2001:94). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman, kesungguhan waktu yang dimiliki oleh pegawai maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

3. Kepuasan kerja

Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.

2.1.6 Teori Hubungan Manusia

Manusia sebagai anggota organisasi merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi. Misanya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu faktor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan.


(32)

Universitas Sumatera Utara Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah human

relations theory (Teori Hubungan Manusia) yang bersumber dari Mayo (Dalam

Kholil, 2006:24). Mayo menekankan kepada betapa pentingnya aspek hubungan manusia dalam lembaga atau organisasi. Menurut Mayo, manusia pada prinsipnya senantiasa patuh, senang diajari, tidak suka mengkritik dan memerlukan pimpinan. Manusia mempunyai hasrat untuk bersatu dan keinginan agar hidup mereka lebih bermakna. Mayo menolak pemikiran ahli tradisional yang memandang bahwa motif utama seseorang untuk bekerja adalah untuk memperoleh ganjaran yang bersifat finansial semata.

Mayo menolak pemikiran ahli tradisional yang mengatakan bahwa motif utama seorang pegawai adalah untuk memperoleh ganjaran keuangan semata-mata. Tetapi Mayo berpendapat bahwasanya manusia juga ingin bekerjasama, bersaing dengan rekan sejawat dan ingin hidup secara berkelompok. Kepentingan ekonomi tidak selamanya menjadi motif yang utama, itu hanyalah motif sampingan. Sikap yang demikian bukan hanya di kalangan bawah, tetapi juga di kalangan pimpinan. Karena itu perlu diwujudkan saling pengertian dan kerja sama di antara mereka.

Salah seorang ahli teori organisasi yang berusaha menetapkan pandangan Mayo ialah Barnard (Dalam Kholil, 2006: 21). Dia merupakan ahli teori organisasi yang pertama mengatakan bahwa organisasi merupakan suatu sistem kerja sama. Sikap bekerja sama antara pimpinan dan bawahan mesti lahir secara spontan dan bukan didorong oleh motif keuntungan. Beliau juga menegaskan bahwa konflik harus diredam agar suasana kerjasama tersebut dapat hidup dan berkembang. Sikap kerja sama ini lahir karena hasrat bersama untuk memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak.

Dalam hubungan organisasi atau lembaga diperlukan perhatian kepada aspek sosial melalui hubungan manusiawi atau interaksi antar individu yang terdapat di dalam lingkup suatu organisasi. Pimpinan atau tataran manajemen harus mempunyai tanggung jawab untuk membuat para mahasiswa merasa dirinya berguna sewaktu melaksanakan kegiatan pembelajaran mereka. Organisasi atau lembaga harus membuka saluran komunikasi ke atas agar mahasiswa dapat


(33)

Universitas Sumatera Utara mengetahui perkembangan organisasi dengan lebih jelas serta bagaimana pandangan ataupun tanggapan mereka terhadap informasi maupun organisasi itu sendiri dapat lebih muda sampai kepada manajemen. Barnard (Dalam Kholil, 2006: 24) berpandangan bahwa organisasi atau lembaga harus dilihat sebagai suatu sistem sosial yang mempunyai dwi-fungsi utama, yaitu menghasilkan, menciptakan serta melahirkan kepuasan di kalangan pekerja (mahasiswa) dalam lembaga.

Suatu hubungan dikatakan sebagai hubungan manusiawi (human relations) apabila hubungan tersebut adalah suatu interaksi sosial. Terjadi proses saling pengaruh-mempengaruhi dan usaha saling merubah sikap maupun tingkah laku. Untuk kemudian berkahir dengan saling merasakan adanya kepuasan hati.terjadi bisa pada segala bidang kehidupan sosial maupun kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu (Pratikto, 1983:116).

Ahli teori hubungan manusia pada umunya berpendapat bahwa seriap bimbingan dan pengarahan yang berorientasikan kemanusiaan, akan meningkatkan kepuasan, karena ia dapat memenuhi kebutuhan psikologi manusia. Apabila mereka (mahasiswa) merasa puas dengan apa yang mereka lakukan dan peroleh, tidak mustahil dan secara tidak langsung usaha dan kemampuan mereka akan meningkat. Yang pada gilirannya organisasi tersebut akan mengalami kemajuan.

2.1.7 Pengungakapan Diri (Self Disclosure)

Menurut Johnson pengungkapan diri merupakan raeksi atau tanggapan kita tehadap situsai yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memehami tanggapan kita di masa kini tersebut. Membuka diri berarti mengungkapkan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan yakni perasaan kita terhadap kejadian- kejadian yang baru saja dialami atau disaksikan (Supratiknya, 1995: 14) beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri (De Vito, 1997 : 62) :


(34)

Universitas Sumatera Utara 1. Besar kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok

kecil ketimbang dalam kelompok besar.

2. Perasaan menyukai. Seseorang membuka diri kepada orang orang yang disukai atau dicintainya.

3. Efek diadik. Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat seseorang menjadi aman dan dapat memperkuat perilaku pengungkapan diri seseorang.

4. Kompetensi. Orang yang kompeten lebih banyak melakukan pengungkapan diri ketimbang orang yang kurang kompeten.

5. Kepribadian. Orang orang yang pandai bergaul dan okstrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul. Perasaaan gelisah juga mempengaruhi pengungkapan diri. Rasa gelisah ada kalanya meningkatkan pengungkapan diri dan kali lain menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani berbicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri ketimbang mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi.

6. Topik. Seseorang cenderung lebih membuka dirinya tentang topik tertentu yang mereka sukai.

7. Jenis kelamin. Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengungkapan diri. Umumnya, wanita lebih terbuka ketimbang pria.

Josep luft (Dalam Sendjaja 1994: 79) menyatakan teori pengungkapan diri yang lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut jendela johari. Menurut Luft orang hanya memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, hanya diketahui orang lain, diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak diketahui oleh siapapun. Idealnya kuadran 1 yang mencerminkan keterbukaan akan semakin membesar/ meningkat. Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing masing ke dalam kuadran ‘terbuka’.


(35)

Universitas Sumatera Utara Kuadran 4 sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui kegiatan seperti refleksi diri dan mimpi.

Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan memiliki batasnya. Artinya kita perlu pertimbangkan kembalai apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita pada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negatif terhadap hubungan seperti yang dikemukakan oleh Shirley gilbert (dalam Sendjaja 1994: 80) bahwa kepuasan dalam hubungan dan disclosure memiliki hubungan kurvalinier, yaitu tingkat kepuasan mencaoai titik tertinggi pada tingkat

disclosure yang sedang (moderate)

Jendela Johari. Sumber : Sendjaja, 1994: 79 Tidak diketahui diri sendiri

Diketahui diri sendiri

Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang lain

1 TERBUKA

2 BUTA

4

TIDAK DIKETAHUI 3


(36)

Universitas Sumatera Utara 2.2 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56). Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas (X)

1. Variabel Bebas ( X )

Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam penelitian ini adalah iklim komunikasi.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel dependent atau terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat efektivitas kerja Unit saHIVa USU.

3. Karakteristik Responden

karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik tersebut meliputi lamanya seorang menjadi seorang relawan dan berapa frekuensi relawan tersebut mengikuti kegiatan keorganisasian.

Variabel X

Iklim Komunikasi

Variabel Y


(37)

Universitas Sumatera Utara 2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka agar mempermudah penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut:

Variabel teoritis pada penelitian ini adalah iklim komunikasi (X) dan tingkat kepuasan (Y). Variabel operasional pada variabel X (iklim komunikasi) diklasifikasikan berdasarkan lima dimensi iklim komunikasi yang dikemukakan oleh Redding. Variabel Y (tingkat efektivitas) diklasifikasikan berdasarkan hasil penelitian yang diidentifikasikan oleh Hasibuan. Pemaparan yang lebih terperinci mengenai variabel teoritis dan variabel operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

2.3.1 Operasional Variabel

Tabel 1

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Iklim Komunikasi

- Keterbukaan dan keterusterangan dalam Komunikasi - Tingkat kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat - menyimpan rahasia

- Keputusan partisipatif - Komunikasi keatas (upward) - Tujuan kinerja

Variabel Terikat (Y) Tingkat Efektivitas Kerja Relawan

- Kuantitas Kerja - Kualitas Kerja - Pemanfaatan waktu - Karakteristik organisasi - Karakteristik lingkungan - Karakteristik Pekerja


(38)

Universitas Sumatera Utara Karakteristik Responden - Jenis Kelamin

- Usia - Suku - Asal daerah - Agama - Angkatan

- Berapa lama menjadi relawan

- Berapa kali mengikuti kegiatan organisasi

2.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep yang dikelompokan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional yang merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

1. Variabel bebas (X) yaitu iklim komunikasi terdiri dari :

1. Keterbukaan dalam komunikasi yaitu bagaimana pihak relawan inti/ pengurus bersifat terbuka dalam melakukan proses komunikasi dengan pihak relawan baru.

2. Tujuan Kinerja merupakan sejauh mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas ke semua anggota

3. Tingkat kepercayaan merupakan sifat saling percaya antara komunikator dengan komunikan atas pesan maupun informasi yang diterima.

4. Keputusan partispatif yaitu bagaimana keterlibatan setiap anggota/ relawan dalam pengambilan keputusan.

5. Komunikasi ke atas (upward) yaitu bagaimana interaksi yang dilakukan relawan baru kepada pihak relawan inti/ pengurus.


(39)

Universitas Sumatera Utara 2. Variabel Terikat (Y) yaitu tingkat Efektivitas:

1. Kuantitas Kerja, yaitu seberapa besar volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal.

2. Kualitas Kerja, yaitu hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan

3. Pemanfaatan Waktu, yaitu menggunakan waktu kerja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan organisasi

4. Karakteristik organisasi merupakan mekanisme sebuah organisasi berjalan untuk mengubah sesuatu masukan menjadi keluaran.

5. Karakteristik lingkungan merupakan diamana lingkungan tempat organisasi tersebut berdiri

6. Karakterisrik pekerja merupakan sejauh mana anggota organisasi berperan dalam memajukan organisasi

7. Karakteristik kebijaksanan dan praktek manajemen merupakan kemampuan pengurus dalam mengatur segala sesuatu yang ada dalam organisasi demi kebaikan.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena sifatnya masih dugaan atau jawaban sementara (Kholil, 2006:82). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh atara Iklim Komunikasi terhadap Tingkat efektivitas kerja relawan Unit Sahiva USU

Ho : Tidak terdapat pengaruh atara Iklim Komunikasi terhadap Tingkat efektivitas kerja Unit Sahiva USU.


(40)

Universitas Sumatera Utara BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek dan subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah keabsahannya (Ruslan, 2003:24). Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tujuan tertentu, pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah baik kualitatif maupun kuantitatif (Sukmadinata, 2005:5)

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian . Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari yang sangat kuantitatif hingga yang sangat kualitatif (Mulyana, 2001: 145).

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional atau cara yang masuk akal, empiris ataupun orang lain selain peneliti dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan dan sistematis ataupun menggunakan langkah yang bersifat logis yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012: 3). Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Variabel X dalam penelitian ini adalah iklim komunikasi dan variabel Y adalah tingkat efektivitas kerja. (http://davinplus.blogspot.com)


(41)

Universitas Sumatera Utara Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Fraenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dalam Syamsuddin 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikua ntitatifkan.

Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut : (http://bintangkecilungu.wordpress.com)

1.Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.

2.Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.

3.Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.


(42)

Universitas Sumatera Utara 3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Unit Sahiva USU jalan universitas no. 22 kampus USU Medan

3.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat berupa manusia, wilayah geografis, waktu, organisasi, kelompok, lembaga, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki objek yang diteliti (Kholil, 2006:68).

Sejak tahun 2012 sampai 2013 Unit Sahiva usu telah melakukan 7x penerimaan relawan baru dengan rincian sebagau berikut :

Tabel 2

NO Nama Angkatan Jumlah Relawan 1 28 Kesehatan Reproduksi 24 Orang

2 28 Siaga Bencana 20 Orang 3 29 Siaga Bencana 25 Orang 4 30 Gelombang 1 24 Orang 5 30 Gelombang 2 20 Orang 6 30 Gelombang 3 20 Orang 7 31 Gelombang 1 25 Orang Jumlah 158 Orang Sumber : Pengurus Sahiva USU

Menurut Sugiyono(2011:62) sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.sedangkan pengertian dari populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut pengertian yang disampaikan Sugiyono di atas, Unit Sahiva USU memiliki 158 orang yang masuk sebagai relawan, namun tidak semua layak memenuhi karakteristik sebagai responden


(43)

Universitas Sumatera Utara karena tidak aktif selama waktu yang ditentukan pengurus Sahiva USU serta tidak mengikuti kegiatan keorganisasian yang juga ditetapkan oleh pengurus Sahiva USU, maka dengan data yang didapat dari pengurus Unit Sahiva USU bahwa relawan yang masih aktif dan telah mengikuti kegiatan sebanyak minimal 5kali selama minimal 6 bulan berjumlah 35 orang maka yang menjadi populasi dijadikan sumber responden berjumlah 35 orang.

3.4 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi/total sampling (Arikunto, 1998:117). Mengingat jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian (total sampling,). Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan

Pengumpulan data yang dilakukan di lapangan dengan menggunakan instrument atau alat, yaitu kuesioner atau daftar pertanyaan. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang akan dijawab oleh responden juga secara tertulis.

2. Penelitian Kepustakan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur sumber bacaan yang relevan dan mendukung kegiatan penelitian. Dalam hal ini, kepustakan dilakukan melalui buku, laporan penelitian terdahulu, jurnal dan sebagainya.


(44)

Universitas Sumatera Utara 3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih muda dibaca dan diimplementasikan (Singarimbun, 1987: 263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahapan, yaitu:

1. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupkan analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel ke dalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis ini langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu jumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1987: 267).

2. Analisis Tabel Silang

Anaisis tabel silang merupakan teknik yang digunakan guna menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lain, kemudian dapat diketahui nilai positif atau negative pada variabel tersebut (Singarimbun, 1987: 273).

3. Uji Hipotesis

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun metode yang digunakan adalah Korelasi Pearson Product Moment.

4. Koefisien Korelasi Product Moment.

Analisis korelasi ini berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan kekuatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung pada variabel lain (Umar, 2002: 169).

Cara perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut: ��� =

N∑xy−(∑x)(∑y)


(45)

Universitas Sumatera Utara Dengan keterangan:

��� : Koefisien korelasi yang dicari

N : Populasi

X : Nilai variabel bebas Y : Nilai variabel terikat.

Untuk hubungan antara kedua variabel tersebut maka, dapat dirumuskan sebagai berikut:

jika, nilai ��� > 0, artinya telah terjadi hubungan linier positif, yaitu semakin besar nilai variabel X (independen), semakin besar pula nilai variabel Y (dependen) atau sebaliknya, semakin kecil nilai variabel X (independen), maka semakin kecil pula nilai variabel Y (dependen).

Jika, nilai ��� < 0, artinya telah terjadi hubungan linier negatif, yaitu semakin kecil nilai variabel X (independen), maka semakin besar nilai variabel Y (dependen) atau sebaliknya, semakin besar nilai variabel X (independen) maka semakin kecil pula nilai variabel Y (dependen).

Jika, nilai ��� = 0, artinya tidak terdapat hubungan sama sekali antara variabel X (independen) dengan variabel Y (dependen) (Umar, 2002: 170).

Pedoman untuk pemberian interpretasi koefisien korelasi

INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat


(46)

Universitas Sumatera Utara 5. Koefisien Determinan

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai Koefisien Korelasi Product Moment (���) dan dikalikan dengan 100%.

KD = ( ��� )2 x 100% Keterangan :

KD = Koefisien Determinan

��� = Koefisien Korelasi Product Moment antara X dan Y (Suherman, 2012:


(47)

Universitas Sumatera Utara BAB 4

Hasil dan Pembahasan

4.1 Analisis deskriptif

Analisis dekriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara membagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisis ini terdiri dari beberapa kolom frekuensi. Data yang disajikan dan dibahas dalam tabel tunggal penelitian ini masing-masing sebagai berikut:

4.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 3

Usia

Dari tabel 3 kita dapat melihat usia 20 tahun paling dominan dengan 13 orang (37,1 %) disusul dengan yang berumur 21 tahun (34,3 %). Kemudian relawan dengan usia 19 tahun dengan 17,1 %. Hal ini sesuai dengan batasan masalah dimana relawan yang berhak menjadi responden adalah yang sudah ada sejak 2 tahun terakhir dengan sudah beberapa kali mengikuti kegiatan sehingga relawan yang sudah senior yang sedikit banyak memahami iklim komunikasi di dalam.

Frekuensi Persen

18 2 5.7

19 6 17.1

20 13 37.1

21 12 34.3

22 2 5.7


(48)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4

Jenis Kelamin

Tabel 4 menunjukkan jumlah laki laki dan perempuan hampir berimbang dengan presentase laki laki sebanyak 54,3 % (19 orang) dan perempuan 45,7 % (16 orang) yang membentuk iklim komunikasi di Unit Sahiva USU tidak memiliki dominasi jenis kelamin.

Tabel 5 Suku

Frekuensi Persen

Aceh 2 5.7

Batak 16 45.7

Jawa 9 25.7

Maluku Campuran 1 2.9

Melayu 6 17.1

Minang 1 2.9

Total

35 100.0

Tabel 5 menunjukkan suku yang memang dominan mendiami kota medan sepeti batak (45,7 %), jawa (25,7 %), melayu (17,1 %). Dengan heterogennya suku yang ada di Sahiva menunjukkan iklim komunikasi yang baik di dalamnya.

Frekuensi Persen

Laki Laki 19 54.3

Perempuan 16 45.7


(49)

Universitas Sumatera Utara Tabel 6

Angkatan

Tabel 6 menunjukkan asal angkatan para relawan di Sahiva USU ketika masuk menjadi relawan. Angkatan 28(42,9 %) dengan 15 orang mendominasi karena angkatan yang paling senior yang masuk karakteristik responden disusul angkatan 31(25,7 %) dengan 9 orang dikarenakan angkatan yang paling muda sehingga masih bersemanagat. Kemudian angkatan 30(22,9 %) dengan 8 orang dan yang terakhir angkatan 29(8,6 %). Angkatan 29 paling sedikit bukan karena relawannya yang ‘melempem’ melainkan karena penerimaan relawan angkatan 29 hanya sekali sedangkan angkatan lain 2 atau bahkan 3 kali.

Frekuensi Persen

28 15 42.9

29 3 8.6

30 8 22.9

31 9 25.7


(50)

Universitas Sumatera Utara Tabel 7

Asal Daerah

Tabel 7 bisa kita lihat darimana saja asal daerah dari relawan dengan presentase terbanyak yaitu di Medan (40 %) dengan 14 orang dan sisanya yang berasal dari berbagai daerah di pulau Sumatera. Namun yang menarik dari data, relawan yang berasal dari luar kota medan mendominasi jumlah relawan yang ada di Sahiva. Hal itu dikarenakan relawan yang tinggal di asrama/kos merasa memiliki keluarga baru di dalam organisasi dan merasa sangat betah.

Frekuensi Persen

Aceh 3 8.6

Inalum 1 2.9

Jambi 1 2.9

Tanah Karo 1 2.9

Labusel 1 2.9

Medan 14 40.0

Palembang 1 2.9

Rantau prapat 2 5.7

Riau 4 11.4

Samosir 1 2.9

Siantar 1 2.9

Sidikalang 1 2.9

Tapsel 2 5.7

Tapteng 1 2.9

Tarutung 1 2.9


(51)

Universitas Sumatera Utara Tabel 8

Agama

Tabel 8 menunjukkan agama yang dominan adalah agama Islam dengan 30 orang (85,7 %) dan agama Kristen 5 orang (14,3 %)

Tabel 9

Berapa lama menjadi relawan

Tabel 9 menunjukkan lamanya waktu responden menjadi relawan di Sahiva USU. Responden yang paling lama menjadi relawan adalah 2 tahun dengan 18 orang (51,4 %) kemudian yang baru 1 tahun (25,7 %) dan yang 1,5 tahun (22,9 %). Disini terlihat proses regenerasi Sahiva sedikit mengalami kemunduran walaupun tidak signifikan. Namun secara keseluruhan masih cukup banyak relawan yang aktif dari berbagai angkatan yang bisa memperbaiki regenerasi ke depannya.

Frekuensi Persen

Islam 30 85.7

Kristen 5 14.3

Total 35 100.0

Frekuensi Persen

1 tahun 9 25.7

1,5 tahun 8 22.9

2 tahun 18 51.4


(52)

Universitas Sumatera Utara Tabel 10

Berapa kali mengikuti kegiatan organisasi

Tabel 10 menunjukkan frekwensi relawan mengikuti kegiatan. Relawan yang mengikuti 6-10 kegiatan ada 15 orang (42,9 %) kemudian 11-15 kegiatan dengan 11 orang (31,4 %) dan diatas 15 kegiatan dengan 9 orang (25,7 %). Hal ini tidak mengherankan mengapa relawan yang mengikuti banyak kegiatan paling sedikik karena hanya relawan yang senior yang berhak untuk mengikuti kegiatan undangan dari instansi lain, sedangkan relawan baru hanya mengikuti kegiatan yang dibuat Sahiva maupun yang sifatnya pameran/ membuka Stand.

Frekuensi Persen

11-15 11 31.4

6-10 15 42.9

Diatas 15 9 25.7


(53)

Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Variabel Iklim Komunikasi

Tabel 11

Kelancaran Proses Komunikasi

Tabel 11 menunjukkan kelancaran proses komunikasi antar relawan yang menyatakan bahwa 25 responden (71,4 %) menyatakan lancar dan 8 responden (22,9 %) menyatakan sangat lancar. Sedangkan yang menyatakan kurang lancar hanya 2 (5,7 %) dimana tidak ada seorang responden pun menyatakan tidak lancar. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada batasan antar relawan dalam berkomunikasi satu dengan yang lain. Menjadi indikator baiknya iklim komunikasi yang terjalin.

Frekuensi Persen

Tidak Lancar Kurang lancar

0 2

0 5.7

Lancar 25 71.4

Sangat lancar 8 22.9


(54)

Universitas Sumatera Utara Tabel 12

Kebebasan menyatakan pendapat

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa antar relawan sangat menghargai pendapat yang berbeda dengan 25 orang (71,4 %) meyatakan bebas dan bahkan ada 9 orang (25,7 %) menyataka sangat bebas dimana hanya 1 orang (2.9 %) yang menyatakan kurang bebas. Kemudian tidak ada satu orang pun yang menyatakan tidak bebas.

Tabel 13

Kejujuran Pengurus

Tabel 13 menunjukkan 26 orang (74,3 %) menyatakan pengurus Sahiva USU jujur dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan 8 orang (22,9 %) menyatakan sangat bebas dan sisanya (2,9 %) menyatakan kurang jujur. Tingkat kejujuran sangat berpengaruh terhadap modal utama dalam membangaun

Frekuensi Persen

Tidak bebas Kurang bebas

0 1

0 2.9

Bebas 25 71.4

Sangat bebas 9 25.7

Total 35 100.0

Frekuensi Persen

Tidak Jujur Kurang jujur

0 1

0 2.9

Jujur 26 74.3

Sangat jujur 8 22.9


(55)

Universitas Sumatera Utara hubungan yaitu kepercayaan, dimana jika kepercayaan sudah timbul maka tim akan menjadi semakin solid.

Tabel 14

Kejujuran sesama relawan

Tabel 14 menunjukkan kejujuran antar relawan Sahiva dimana 28 orang (80 %) menjawab jujur dan 4 orang (11,4 %) menjawab sangat jujur dan 3 orang (8,6 %) menjawab kurang jujur. Ketika sesama relawan sudah menganggap satu sama lain tidak jujur maka tidak akan ada kerjasama yang baik di dalamya yang juga sangat berimbas pada hasil kerja yang dapt dihasilkan oleh Sahiva

Frekuensi Persen

Tidak Jujur Kurang jujur

0 3

0 8.6

Jujur 28 80.0

Sangat jujur 4 11.4


(56)

Universitas Sumatera Utara Tabel 15

Tingkat kepercayaan sesama relawan

Tabel 15 menunjukkan bagaimana para relawan dalam mempercayai rekan mereka sesama relawan dimana 26 orang (74,3 %) menyatakan percaya rekan sesama relawan dan 9 orang (25,7 %) menyatakan sangat percaya dan tidak ada 1 pun yang menyatakan kurang percaya dan tidak percaya. Menurut pengamatan peneliti, keterbukaan antar relawan sangat baik sehingga mereka juga sangat dekat secara pribadi. Hal ini juga berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan mereka karena mereka sangat mengetahui kredibilitas rekan mereka secara mendalam dan personal.

Tabel 16

Kejelasan tujuan sebuah kegiatan

Tabel 16 menunjukkan 22 orang (62,5 %) menjawab jelas dengan 12 orang (34,3 %) dan 1 orang (2,9 %) menjawab kurang jelas. Penjelasan yang baik

Frekuensi Persen

Tidak Percaya Kurang Percaya Percaya

0 0 26

0 0 74.3 Sangat percaya 9 25.7

Total 35 100.0

Frekuensi Persen Tidak jelas

Kurang jelas

0 1

0 2.9

Jelas 22 62.9

Sangat jelas 12 34.3


(57)

Universitas Sumatera Utara akan latar belakang sebuah kegiatan akan membuat para relawan semakin termotivasi untuk mensukseskan acara tersebut karena para relawan sudah tau apa yang akan menjadi tujuan mereka.

Tabel 17

Keterbukaan menerima masukan

Tabel 17 menunjukkan 25 orang (71,4 %) menyatakan pengurus Sahiva terbuka menerima masukan yang diberikan oleh para relawan dan 10 orang (28,6 %). Dan tidak ada yang menyatakan kurang terbuka dan tidak terbuka menerima masukan. Keterbukaan menerima masukan membuat jarak antara relawan dan pengurus semakin dekat, tidak ada jarak.

Tabel 18

Diskusi sebelum memutuskan kegiatan

Tabel 18 menunjukkan 22 orang (62,9 %) menyatakan pengurus melakukan diskusi terlebih dahulu, 11 orang (31,4 %) menyatakan sangat

Frekuensi Persen Tidak terbuka

Kurang terbuka Terbuka

0 0 25

0 0 71.4

Sangat terbuka 10 28.6

Total 35 100.0

Frekuensi Persen Tidak berdiskusi

Kurang berdiskusi

0 2

0 5.7

Berdiskusi 22 62.9

Sangat berdiskusi 11 31.4


(58)

Universitas Sumatera Utara berdiskusi dan 2 orang (5,7 %) menyatakan kurang berdiskusi. Persetujuan dan juga ide dari tiap relawan sangat penting demi kelancaran acara agar semua elemen relawan dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga demi kesuksesan acara.

Tabel 19

Proses komunikasi antar relawan dan pengurus

Tabel 19 kita dapat melihat 23 orang (65,7 %) menyatakan komunikasi antar relawan dan pengurus berjalan baik, 10 orang (28,6 %) menyatakan sangat baik dan 2 orang (5,7 %) menyatakan kurang baik. Bukan hanya komunikasi antar relawan namun antar relawan dan pengurus juga harus baik demi relawan tetap bisa nyaman tetap berada di Sahiva berjuang bersama sama, dan pengurus pun tahu bahwa di belakang mereka selalu ada relawan yang siap berjalan bersama.

Frekuensi Persen

Tidak baik Kurang baik

0 2

0 5.7

Baik 23 65.7

Sangat baik 10 28.6


(1)

Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PENELITIAN I. Pengantar

Saya Dzikra Maula Octoriansyah, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi FISIP USU, dalam rangka penyelesaian skripsi akan melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA UNIT SAHIVA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA“. Hasil penelitian ini selain untuk memenuhi tugas akhir juga diharapkan memperkaya khasanah penelitian ilmiah di bidang ilmu komunikasi, serta sebagai masukan bagi Unit Sahiva USU. Khususnya, dalam meningkatkan efektivitas kerja.

Untuk kelancaran proses penelitian diatas sudilah kiranya saudara/i meluangkan waktu untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada kuesioner. Penelitian ini murni untuk kepentingan ilmiah oleh karena itu diharapkan jawaban yang jujur dari saudara, dan saya menjamin kerahasiaan atas jawaban yang diberikan. Atas kerja sama saudara, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2014 Peneliti


(2)

Universitas Sumatera Utara

II. Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda ceklist ( √ ) pada pilihan jawaban yang dianggap paling tepat

dan sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan yang saudara rasakan. Tidak ada jawaban yang dianggap salah.

III. 1 Profil Responden

1. Usia :

2. Jenis Kelamin :

3. Suku :

4. Angkatan :

5. Asal Daerah :

6. Agama :

7. Berapa lama menjadi relawan :

8. Berapa kali mengikuti kegiatan organisasi :

III. 2. Iklim Komunikasi

A. Keterbukaan dan keterusterangan Dalam Berkomunikasi

1. Menurut saudara apakah proses komunikasi antar relawan berjalan

dengan lancar?

4. Sangat lancar 2. Kurang lancar

3. Lancar 1. Tidak lancar

2. Apakah saudara bebas untuk menyatakan pendapat dalam

berorganisasi?

4. Sangat bebas 2. Kurang bebas

3. Bebas 1. Tidak bebas

B. Tingkat Kepercayaan

3. Menurut saudara apakah pengurus Sahiva USU memberikan

informasi yang saudara perlukan dengan jujur?

4. Sangat jujur 2. Kurang jujur


(3)

Universitas Sumatera Utara

4. Apakah teman sesama relawan Sahiva USU jujur dalam

memberikan informasi?

4. Sangat jujur 2. Kurang jujur

3. Jujur 1. Tidak jujur

5. Apakah saudara mempercayai rekan sesama relawan Sahiva USU?

4. Sangat percaya 2. Kurang percaya

3. percaya 1. Tidak percaya

C. Tujuan kinerja

6. Menurut saudara apakah pengurus Sahiva USU sudah memberikan

penjelasan yang jelas tentang tujuan dari sebuah kegiatan?

4. Sangat jelas 2. Kurang jelas

3. Jelas 1. Tidak jelas

D. Keputusan Partisipatif

7. Menurut saudara apakah pengurus Sahiva USU terbuka dalam

menerima saran/masukan dari anggotanya?

4. Sangat terbuka 2. Kurang terbuka

3. Terbuka 1. Tidak terbuka

8. Apakah Sahiva USU melakukan diskusi terlebih dahulu ketika

akan membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan kerelawanan ?

4. Sangat berdiskusi 2. Kurang berdiskusi

3. Berdiskusi 1. Tidak berdiskusi

E. Komunikasi Keatas (Upward)

9. Menurut saudara apakah proses komunikasi antara relawan dengan

pengurus berjalan dengan baik?

4. Sangat baik 2. Kurang baik

3. baik 1. Tidak baik

10. Selama ini kalau ada waktu senggang apakah pengurus dan relawan menggunakannya dengan diskusi?


(4)

Universitas Sumatera Utara

4. Sangat menggunakan 2. Kurang menggunakan

3. Menggunakan 1. Tidak menggunakan

III.3 Efektivitas Kerja A. Kuantitas Kerja

1. Apakah anda merasa kegiatan yang dilaksanakan Sahiva USU

tergolong banyak?

4. Sangat banyak 2. Kurang banyak

3. banyak 1. Tidak banyak

2. Selama ini apakah anda merasa keberatan dengan banyaknya tugas

yang dibebankan kepada anda ?

4. Tidak keberatan 2. Keberatan

3. Sedikit keberatan 1. Sangat keberatan

B. Kualitas kerja

3. apakah anda pernah melalaikan tugas yang pernah diberikan

kepada anda ?

4. Sering 2. jarang

3. cukup sering 1. Tidak pernah

4. apakah saudara puas dengan hasil kerja saudara selama ini?

4. Sangat puas 2. Kurang puas

3. puas 1. Tidak puas

C. Pemanfaatan waktu

5. Selama ini apakah anda merasa keberatan dengan waktu untuk

melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan sambil kuliah ?

4. Tidak keberatan 2. Keberatan

3. Sedikit keberatan 1. Sangat keberatan

6. Apakah anda merasa waktu untuk melaksanakan kegiatan cukup


(5)

Universitas Sumatera Utara

4. Sangat banyak 2. Kurang banyak

3. banyak 1. Tidak banyak

D. Karakteristik organisasi

7. Menurut anda apakah pembagian tugas yang dilakukan selama ini

proporsional?

4. Sangat proporsional 2. Kurang proporsioanl

3. proporsioanl 1.Tidak proporsioanal

8. Menurut saudara apakah Sahiva USU memiliki mekanisme

pemecahan masalah yang baik ?

4. Sangat baik 2. Kurang baik

3. Baik 1. Tidak baik

E. Karakteristik lingkungan

9. Menurut saudara apakah Sahiva USU berada di lingkungan yang

mendukung kegiatan keorganisasiannya?

4. Sangat mendukung 2. Kurang mendukung

3. Mendukung 1. Tidak Mendukung

F. Karakteristik pekerja/relawan

10. Menurut anda apakah rekan anda sesama relawan merupakan orang yang berkompeten ?

4. Sangat berkompeten 2. Kurang berkompeten

3. Berkompeten 1. Tidak berkompeten

11. Apakah menurut anda rekan sesama relawan merupakan pribadi yang membantu dalam menjalankan tugas ?

4. Sangat membantu 2. Kurang membantu


(6)

Universitas Sumatera Utara

G. Karakteristik kebijaksanaan dan praktek manajemen 12. Apakah kebijakan dari pengurus Sahiva USU mempermudah

saudara dalam menjalankan program kerja ? 4. Sangat membantu 2. Kurang membantu

3. Membantu 1. Tidak membantu

13. Apakah pengurus Sahiva USU bijaksana dalam memimpin para relawan ?

4. Sangat bijaksana 2. Kurang bijaksana

3. Bijaksana 1. Tidak bijaksana

IV. 4. Saran


Dokumen yang terkait

Iklim Komunikasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Kerja Karyawan PT. CIMB Niaga Auto Finance Cabang Medan II)

0 46 112

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Medan

2 66 142

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja(Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara)

6 45 143

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja ( Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara )

1 28 143

Peranan Fasilitas Kerja Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Diploma III Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 50 43

Pengaruh Program Variabel Bayaran Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Pada PT PLN (PERSERO) Wilayah II Sumatera Utara - Medan

0 17 70

KONTRIBUSI PENDELEGASIAN WEWENANG DAN IKLIM KOMUNIKASI TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI ADMINISTRASI IAIN SUMATERA UTARA.

0 0 16

Unit Studi: Iklim

0 0 13

PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI LINGKUNGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROPINSI SUMATERA UTARA

0 0 87

Iklim Komunikasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Kerja Karyawan PT. CIMB Niaga Auto Finance Cabang Medan II)

0 0 13