Optimalisasi Pengembangan Pasar Klewer s

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Perencanaan

Semakin meningkatnya dinamika kehidupan masyarakat di Kota Surakarta telah menimbulkan berbagai kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan berkembangnya kemampuan produksi barang dan jasa baik dari segi kualitas, kuantitas, waktu pelayanan yang sesingkat mungkin, serta tuntutan masyarakat konsumen. Di Kota Surakarta sektor perdagangan dan jasa menjadi sektor andalan. Pada tahun 2005 sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 23,82 persen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor tersebut menghasilkan 1,2 triliun rupiah yang mayoritas berasal dari perdagangan besar dan eceran. Kegiatan ini merupakan pendukung sektor perdagangan yang menjadi penyumbang PAD terbesar. Pasar tradisional sebagai salah satu bentuk kegiatan perekonomian merupakan penyumbang PAD yang cukup besar, sekitar 9 miliar rupiah pada tahun 2005. Pasar-pasar tradisional yang pada umumnya telah memiliki lokasi yang strategis dengan aksesibilitas yang terjangkau.

Pasar Klewer adalah pusat perdagangan sandang terbesar di Jawa Tengah. Sejarah Pasar Klewer bermula dari ramainya tempat yang dikunjungi orang yang menjual barang dagangan berupa kain dengan cara diletakkan di bahu. Karena barang dagangannya diletakkan di bahu, susunannya menjadi tidak beraturan yang dalam Bahasa Jawa diistilahkan dengan "kleweran". Dimulai dari bentuk tersebut kemudian berkembang menjadi pasar sandang besar yang dikenal dengan nama Pasar Klewer. Pasar Klewer pada awalnya terletak di sebelah Timur Pasar Legi Surakarta kemudian pindah ke Pasar Slompretan yang terletak di Kampung Slompretan. Pasar Sandang di Kampung Slompretan berkembang sejak tahun 1947 dan sejak tahun 1950 lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Pasar Klewer hingga saat ini. Mulai tahun 1968 mulai dibangun pasar yang representatif dengan arsitektur sesuai dengan gaya Kota Surakarta. Pada tahun 1971 Pasar Klewer diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai pusat grosir sandang terbesar di Jawa Tengah. Keberadaan industri batik yang banyak terdapat di Kota Surakarta menunjang perkembangan Pasar Klewer sebagai pusat penjualan sandang terutama produk batik. Sebagai pasar tradisional kontribusi Pasar Klewer untuk PAD Kota Surakarta cukup besar, mengingat perputaran uang yang terjadi dipasar ini berkisar 3 miliar rupiah per hari.

Saat ini kondisi Pasar Klewer mengalami penurunan. Intensitas aktivitas yang meningkat tidak dapat diimbangi dengan penyediaan fasilitas. Kondisi bangunan tampak kurang terawat ditambah dengan semakin berjubelnya pedagang kaki lima yang berjualan di depan kios, lorong pasar, dan sepanjang jalan, selain itu kondisi parkir yang tidak teratur. Kemacetan lalu lintas kerap terjadi akibat dari luapan aktivitas dari pasar ini. Kondisi Pasar Klewer yang telah melampaui kapasitas karena kelebihan beban menunjukkan bahwa pangsa pasar (demand) yang ada masih menjanjikan. Kesempatan ini dibaca oleh pengembang properti dengan mendirikan pusat perbelanjaan sandang baru untuk membidik pangsa pasar yang belum atau kurang terlayani oleh Pasar Klewer.

Keadaan Pasar Klewer yang demikian menimbulkan aktivitas perdagangan yang tidak nyaman. Ditakutkan banyak pengunjung yang beralih pada pasar modern dan mematikan aktivitas perdagangan di Pasar Klewer. Sangat disayangkan apabila Pasar Klewer mengalami penurunan perekonomian karena Pasar Klewer menyumbang PAD terbesar dalam sektor perdagangan. Oleh karena itu diperlukan optimalisasi pengembangan Pasar Klewer sebagai basis perdagangan yang bernilai budaya untuk tetap mempertahankan serta meningkatkan perekonomian Pasar Klewer.

2. Isu Stategis

Masalah yang ditimbulkan oleh aktivitas perekonomian Pasar Klewer baik di dalam ataupun di luar pasar sangatlah kompleks. Rendahnya daya saing Pasar Klewer dibanding pasar modern, manajemen pasar yang rendah, dan tidak terawatnya bangunan bersejarah yang memuat nilai budaya sekaligus ekonomi dimana dapat dikatakan tidak optimalnya pengembangan ekonomi di Pasar Klewer. Selain itu belum adanya perbaikan banguanan Pasar Klewer yang tetap mempertahankan kekhasan budaya bangunan dan kurang koordinasi antar Pemerintah Kota Surakarta dengan pedagang dan HPPK. Berbagai kelebihan dan kekurangan Pasar Klewer dari beberapa karakteristik yang dimiliki namun belum adanya optimalisasi pengembangannya. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kurang optimalisasi pengembangan Pasar Klewer sebagai basis perdagangan yang bernilai budaya merupakan isu strategis dari kasus ini.

3. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Optimalisasi Pengembangan Pasar Klewer sebagai Basis Perdagangan yang Bernilai Budaya Pada Tahun Rencana 2013-2033.

b. Sasaran

  1. Mengoptimalkan pengembangan ekonomi Pasar Klewer.

  2. Memperbaiki fisik bangunan dan infrastruktur Pasar Klewer dengan sentuhan nilai budaya.

  3. Meningkatkan koordinasi pihak yang terkait (Pemkot, DPP, HPPK).

4. Ruang Lingkup Rencana

Ruang Lingkup Wilayah :

Ruang lingkup wilayah perencanaan adalah kawasan perdagangan Pasar Klewer yang terletak di Jalan dr. Radjiman, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Ruang lingkup tidak hanya membatasi pada bangunan pasar itu saja, melainkan juga pada kawasan di sekitarnya sebagai wilayah eksternal atau pendukung. Hal ini dikarena Pasar Klewer berdekatan dengan banyak objek wisata lain, seperti Masjid Agung Surakarta, alun-alun, dan Keraton Kasunanan Surakarta yang dapat membantu pengembangan Pasar Klewer. Pada laporan kali ini juga disinggung tentang lokasi pusat perbelanjaan pasar modern di dekat Pasar Klewer yaitu Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC) yang menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi pasar.

Batas-batas spasial wilayah perencanaan :

Utara : Kelurahan Kauman

Selatan : Kelurahan Baluwarti

Barat : Kelurahan Gajahan

Timur : Kelurahan Baluwarti

Berikut peta lokasi perencanaan yang diambil :

Gambar I.1. Peta Lokasi Perencanaan Pasar Klewer

Sumber : Hasil Buatan Kelompok 3 PTP, 2013

Ruang Lingkup Substansi :

Ruang lingkup substansi perencanaan yang dibahas adalah optimalisasi pengembangan Pasar Klewer sebagai basis perdagangan yang bernilai budaya. Pembahasan dilakukan dengan menjabarkan karakter-karakter Pasar Klewer baik potensi maupun kelemahan yang dimiliki. Perencanaan yang dilakukan adalah untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki Pasar Klewer seperti nilai budaya serta ikon ekonomi yang melekat pada pasar tekstil terbesar di Jawa Tengah tersebut supaya Pasar Klewer dapat menjadi basis perdagangan yang unggul dan berbudaya. Di samping itu juga dilakukan perencanaan untuk mengatasi limitasi seperti kondisi fisik bangunan yang tidak menarik pengunjung, dibuat suatu perencanaan untuk mengatasi limitasi tersebut supaya tidak mematikan keberadaan Pasar Klewer.

5. Sistematika Laporan

Laporan ini disusun dalam lima bab yaitu pendahuluan pada bab pertama, metode perencanaan pada bab kedua, gambaran wilayah perencanaan pada bab ketiga, konsep perencanaan bab keempat, dan bab terakhir rencana dan program. Secara garis besar sistematika laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama terdiri dari latar belakang perencanaan, isu strategis, tujuan dan sasaran, ruang lingkup rencana, dan sistematika laporan. Latar Belakang merupakan deskripsi tentang alasan melakukan tindak perencanaan, biasanya membahas tentang fenomena yang terjadi dan memaparkan masalah-masalah perencanaan yang terjadi. Isu Strategis berisi deskripsi singkat mengenai isu strategis yang diangkat. Ruang Lingkup Perencanaan biasanya terdiri atas Ruang Lingkup Wilayah dimana membahas area mana yang direncanakan dan Ruang Lingkup Substansi lebih berisi tentang pertimbangkan dan rencana dalam penyusunan dokumen rencana.

BAB II METODE PERENCANAAN

Bab ini berisi tentang cara kerja yang dilakukan dalam penyusunan rencana terdiri atas Pendekatan Perencanaan, Data Perencanaan, Teknik Pengumpulan Data, Proses Analisis, Teknik Analisis, dan Alur Perencanaan. Pendekatan Perencanaan menerangkan pendekatan yang digunakan dalam penyusunan rencana. Pada data perencanaan berisi tentang data apa yang digunakan dalam proses perencanaan dan disertai pemaparan datanya. Teknik pengumpulan datanya membahas tentang bagaimana cara data didapat. Proses Analisis merupakan pemaparan bagaimana rencana itu didapat, berawal dari analisis sektoral, identifikasi SWOT, kemudian muncullah isu strategis dan tercetuslah tujuan, sasaran sampai pemilihan alternatif. Semua proses perencanaan digambarkan dalam alur perencanaan.

BAB III GAMBARAN WILAYAH PERENCANAAN

Berisi tentang karakteristik spesifik wilayah perencanaan yang disertai dengan data penunjang, seperti peta wilayah dan foto.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN

Bab ini berisi tentang konsep rencana, dimulai dari Isu Perencanaan, Tujuan dan Sasaran, Pemilihan Alternatif. Isu Perencanaan dijelaskan melalui pohon isu yang diulas dengan baik. Tujuan dan Sasaran berisikan tentang tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan tersebut beserta sasarannya. Pemilihan Alternatif dijabarkan pada setiap tingkatan dan memasukkan perhitungan yang merujuk pada alternatif terpilih.

BAB V RENCANA DAN PROGRAM

Berisi alternatif terpilih dari Konsep, Skenario, Strategi, Rencana, dan Program yang diulas setiap tingkatan dengan menunjukkan hubungan antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya.

BAB II

METODE PERENCANAAN

1. Pendekatan Perencanaan

Pengertian perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan menurut Siagian (1994).

Pendekatan perencanaan adalah cara pandang, fokus, metode umum, seringkali di pengaruhi oleh peraturan dan latar belakang perencana dan karakteristik objek. Dalam proses penyusunan rencana yang bertujuan untuk “Optimalisasi Pengembangan Pasar Klewer sebagai Basis Perdagangan yang Bernilai Budaya” menggunakan pendekatan komprehensif berdasarkan kompleksitas isu. Pendekatan komprehensif ini memasukkan seluruh isu dari seluruh elemen kehidupan yang ada di dalam maupun di luar Pasar Klewer. Isu-isu tersebut diambil dari berbagai karakteristik yang meliputi kebijakan pembangunan, fisik dasar, ekonomi, infrastruktur dan transportasi, demografi sosial budaya, tata guna lahan, dan pembiayaan pembangunan. Pendekatan perencanaan yang digunakan berdasarkan proses perencanaan yaitu perencanaan top-down di mana pemerintah adalah pemeran utama dalam mengintervensi rencana renovasi Pasar Klewer. Dalam kasus ini Pemerintah Kota Surakarta memonitoring proses renovasi Pasar Klewer serta membantu pendanaan proses renovasi. Selain menggunakan pendekatan perencanaan top-down, juga menggunakan pendekatan perencanaan berdasarkan cara berpikir yaitu pendekatan teknokratis dimana rencana berisi penyediaan wadah yang lebih besar sehingga produktifitas meninggat untuk aktivitas (perdagangan). Sedangkan menurut bentuk intervensi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intervensi spasial yang menyediakan wadah (pasar) untuk menumbuhkan aktivitas perdagangan.

2. Data Perencanaan

Dalam penyusunan rencana ini menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Berikut penjabaran mengenai data yang digunakan:

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian lapangan (Field Reseach) melalui wawancara langsung dan observasi lapangan yang bertempat di kawasan Pasar Klewer. Berikut daftar informasi yang didapat mengenai Pasar Klewer:

Jenis Data

Informasi

Teknik Pengumpulan Data

Sumber

Observasi

Wawancara

Studi

Dokumen

Data Primer

Gambaran umum mengenai keadaan Pasar Klewer


  1. Sukidi (pedagang asongan)

  2. Rukmini (pedagang kios)

  3. Siska (wisatawan)

  4. Abdul Kadir (Ketua HPPK)

Gambaran perekonomian Pasar Klewer



  1. Abdul Kadir (Ketua HPPK)

  2. Subagiyo (Ketua DPP Klewer)

Informasi mengenai kabar akan diadakan revitalisasi Pasar Klewer



  1. Sukidi (pedagang asongan)

  2. Rukmini (pedagang kios)

  3. Siska (wisatawan)

  4. Abdul Kadir (Ketua HPPK)

  5. Subagiyo (Ketua DPP Klewer)

Alasan pedagang tidak mau diadakannya revitalisasi Pasar Klewer



  1. Sukidi (pedagang asongan)

  2. Rukmini (pedagang kios)

  3. Abdul Kadir (Ketua HPPK)

  4. Subagiyo (Ketua DPP Klewer)


Tabel 2. 1. Jenis Data Primer

Sumber : Hasil Buatan Kelompok 3 PTP, 2013

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara tidak langsung dengan menggunakan data yang sudah ada pada instansi tertentu. Data yang digunakan antara lain:

Jenis Data

Informasi

Teknik Pengumpulan Data

Sumber

Observasi

Wawancara

Studi

Dokumen

Data Sekunder

Gambaran umum mengenai keadaan Pasar Klewer



  1. Profil Kota Solo (e-book)

  2. Solo Kota Kita (website)

  3. Profil Surakarta (website)

  4. Perda Kota Surakarta No. 1-2 Tahun 2010

  5. PP RI No. 5 Tahun2010

Gambaran perekonomian Pasar Klewer



  1. Bapeda (Dok. APBD)

  2. Solo Kota Kita (website)


Informasi mengenai kabar akan diadakan revitalisasi Pasar Klewer



  1. Solo Kota Kita (website)

Tabel 2. 1. Jenis Data Sekunder

Sumber : Hasil Buatan Kelompok 3 PTP, 2013

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulan data. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara dan observasi. Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber. Dalam wawancara terkait dengan pengumpulan data menggunakan sistem sampel dari pedagang, pembeli, tukang parkir, dan beberapa orang yang berada dalam lingkup Pasar Klewer seperti Ketua HHPK dan Ketua DPP Klewer. Dalam data primer digunakan juga metode observasi yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara terjun langsung kelapangan dan mengamati langsung serta mengabadikan dalam bentuk foto.

Data Sekunder didapat dari membaca dokumen beberapa instansi terkait antara lain Pemerintah Kota Surakarta, data jumlah pedagang dari HPPK, dan beberapa data didapat dari buku elektronik yaitu Profil Kota Surakarta serta beberapa website yang menunjang seperti wikipedia dan website Pemerintah Kota Surakarta serta Solo Kota Kita.

4. Proses Analisis

1. Mendiskripsikan karakteristik spesifik wilayah

Tahap awal dari proses analisis adalah membuat diskripsi aspek wilayah perencanaan (Pasar Klewer). Pasar Klewer merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di Kota Surakarta. Pasar yang letaknya bersebelahan dengan Keraton Surakarta ini merupakan pusat perbelanjaan kain batik terlengkap sehingga menarik para wisatawan untuk mengunjungi Pasar Klewer. Jika dilihat dari gaya arsitekturnya, bangunan Pasar Klewer terdiri dari dua lantai yang dihubungkan dengan tangga. Keistimewaan lainnya ialah letaknya bersebelahan dengan Keraton Surakarta. Sehingga selain berbelanja, wisatawan dapat juga menengok keindahan Keraton Surakarta. Keberadaan Pasar Klewer dan pasar-pasar tradisional lain yang selalu memberikan konstribusi retrebusi kedua terbesar setelah pajak penerangan jalan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaan Pasar Klewer sekarang, pengunjung yang datang jumlahnya tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya bahkan mengalami penurunan yang signifikan. Keadaan Pasar klewer yang sekarang tidak seperti dahulu lagi. Berbagai masalah timbul di lokasi Pasar Klewer mulai dari kemacetan, pedagang kaki lima yang menempatkan lapak dagangan di bahu jalan, kondisi bangunan yang tidak terawat, dan lahan parkir yang sempit. Hal tersebut yang mendorong Pemerintah Kota Surakarta untuk mengoptimalkan kembali Pasar Klewer sebagai basis perdagangan yang memiliki nilai budaya. Dari gambaran wilayah tersebut diperoleh aspek aspek yang meliputi kebijakan pembangunan, fisik dasar, ekonomi, infrastruktur, demografi sosial budaya, tata guna lahan dan pembiayaan pembangunan yang akan dibuat karakteristik spesifik. Tiap-tiap aspek tersebut dianalisa satu persatu kemudian dari beberapa aspek tersebut disusun karakteristik spesifiknya dengan identifikasi karakteristik spesifik berupa empat elemen (S-W-O-T). Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) inilah yang menjadi output dalam proses analisis. Tiap aspek-aspek wilayah di identifikasi dengan menggunakan tabel (S-W-O-T).

2. Merumuskan Isu Strategis

Setelah membuat matriks (S-W-O-T) yang memuat karakteristik spesifik dari beberapa aspek, barulah menentukan isu strategis pada wilayah perencanaan. Isu strategis dirumuskan dengan membuat pohon isu dari hasil identifikasi tabel SWOT. Dimana yang berada pada tingkat atas merupakan sebab yang menjadi isu strategis pada wilayah perencanaan (Pasar Klewer), sedangkan yang berada pada tingkat bawahnya merupakan sub isu strategis. Dari rumusan isu strategis tersebut dapat menjadi acuan dalam penyusunan tujuan dan sasaran, tujuan berfungsi sebagai penyelesaian isu strategis dan sasaran merupakan tahapan guna mencapai penyelesaian isu strategis.

3. Menyusun Alternatif

Setelah ditemukan isu strategis kemudian menyusun alternatif perencanaan dengan membuat tabel penyusunan alternatif yakni perkawinan karakteristik spesifik internal (Strength dan Weakness) dan karakteristik spesifik eksternal (Opportunity dan Threaths). Pemilihan alternatif dipilih berdasarkan kombinasi SWOT yang telah dianalisis. Kombinasi SWOT yang terdiri dari (Strenghts+Opportunity) akan menghasilkan alternatif yang bersifat optimis, (Weakness+Opportunity) akan menghasilkan alternatif yang bersifat oportunis, (Strenghts+Threat) akan menghasilkan alternatif yang bersifat kreatif, dan (Weakness+Threat) akan menghasilkan alternatif yang bersifat survival.

Apabila faktor kekuatan dikaitkan dengan peluang, maka akan dapat dilihat 3 kemungkinan:

  1. Faktor kekuatan lebih besar dari peluang yang ada. Pada situasi ini program atau kegiatan dapat mengkonsentrasikan diri pada pemantapan program dan menghindari penurunan kualitas.

  2. Faktor kekuatan lebih kecil dari peluang. Disini program atau kegiatan dapat memanfaatkan peluang dengan mengadakan penyeragaman garis program dan penganekaragaman mutu program. Sehingga peluang-peluang yang terbuka dapat dimanfaatkan.

  3. Faktor kekuatan sama dengan faktor peluang. Dalam situasi ini program/ kegiatan memfokuskan diri pada peningkatan kualitas dan mencari peluang yang baru.

Apabila kekuatan dikaitkan dengan tantangan, situasi yang dihasilkan akan menggambarkan:

  1. Fakor kekuatan lebih besar dari faktor tantangan. Di sini program atau kegiatan dapat memperkenalkan program-program baru karena tidak akan ada hambatan yang berarti.

  2. Faktor kelemahan lebih sedikit dari faktor tantangan. Pada situasi ini program atau kegiatan akan memperhemat programnya agar mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

  3. Faktor kekuatan sama dengan faktor tantangan. Di sini dapat diperkenalkan program baru, karena tantangan harus dikendalikan dengan program-program yang berkualitas.

Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan peluang ditemukan juga beberapa kemungkinan yang akan terjadi:

  1. Faktor kelemahan lebih menonjol dan peluang. Disini program/kegiatan harus berusaha mengurangi kalau tidak dapat menghapuskan kelemahan-kelemahan yang ada, dengan cara meneliti dimana sebenarnya kelemahan tersebut, kemudian diperbaiki. Perbaikan dapat dengan cara tambal sulam atau mengganti dengan yang baru yang lebih mampu memanfaatkan peluang

  2. Faktor kelemahan lebih kecil dari peluang. Disini peluang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sambil memperkuat program

  3. Faktor kelemahan sama dengan kuatnya peluang. Disini seluruh kekuatan harus dikerahkan untuk memperkuat program agar peluang dapat dimanfaatkan.

Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan tantangan, juga akan ditemukan keadaan sebagai berikut:

    1. Faktor kelemahan lebih kuat dari faktor tantangan. Di sini harus ada penggantian program.

    2. Faktor kelemahan lebih kecil dari tantangan. Dalam keadaan ini faktor tantangan harus dihilangkan, kecuali dapat diubah atau dimanfaatkan menjadi peluang.

    3. Faktor kelemahan sama kuatnya dengan tantangan. Dalam situasi ini kelemahan harus segera diperangi.

Selanjutnya menyusun bagan pemilihan alternatif yang masing-masing terdiri dari dua konsep, dua skenario, dua strategi, dua rencana, dan dua program yang akan dipilih salah satunya untuk menjadi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan melalui evaluasi konsep pengembangan. Evaluasi pengembangan dipilih dengan pembobotan dengan beberapa kriteria. Setelah itu hasil pembobotan yang terbanyak menjadi alternatif terpilih

4. Menyusun Detail Implementasi

Setelah alternatif terbaik terpilih barulah menyusun detail implementasi. Detail implementasi disusun berdasarkan alternatif yang dipilih dan dianalisis sebelumnya. Detail implementasi meliputi waktu, tempat, pelaksana, target atau indikator keberhasilan, biaya. Waktu adalah yang ditargetkan sesuai rencana-rencana yang ada pada pengembangan alternatif. Tempat adalah lokasi yang ditargetkan dalam wilayah perencanaan. Pelakasana terdiri dari pelaksana formal dan pelaksana pendamping. Pelaksana formal meliputi instansi yang memiliki anggaran program, pelaksana pendamping meliputi masyarakat. Indikator keberhasilan merupakan target yang diukur untuk kepentingan evaluasi kinerja program.

5. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif, yaitu salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Pada umumnya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat (Best, 1982:119).

Secara lebih lanjut, teknik analisis yang digunakan adalah dengan deskripsi wilayah, matriks SWOT, Pohon Isu, Tujuan dan Sasaran, serta skoring alternatif. Berikut penjabaran mengenai teknik analisis yang digunakan:

1. Pendeskripsian karakteristik dasar wilayah studi

Sebelum melakukan deskripsi terlebih dulu dilakukan survei untuk memperoleh data yang akan dideskripsikan, baik survey secara primer maupun menggunakan data sekunder. Karakter-karakter dasar yang dimiliki oleh Pasar Klewer tersebut kemudian dideskripsikan ke dalam enam karakteristik dasar yaitu Kebijakan dan Kelembagaan, Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan, Ekonomi, Infrastuktur dan Transportasi, Demografi Sosial Budaya, dan Pembiayaan.

2. Perumusan SWOT berdasarkan deskripsi karakteristik dasar

Karakteristik dasar telah disusun kemudian dianalisa dan dimasukkan ke dalam matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) sesuai sifatnya masing-masing. Tahap selanjutnya adalah menyilangkan keempat kategori dalam matriks yaitu S-O; S-W; W-T; dan W-O sehingga diperoleh kriteria-kriteria baru yang bersifat optimis, oportunis, kreatif, dan survival.

3. Penyusunan Pohon Isu sesuai matriks SWOT

Dari penyilangan SWOT tersebut dapat disusun sebuah Pohon Isu. Dari berbagai macam masalah yang muncul, dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa kelompok yang mempunyai banyak kemiripan, begitu seterusnya sampai hanya ditemukan satu isu strategis yang merangkum semua masalah yang muncul. Isu Strategis merupakan satu masalah utama yang mencakup semua masalah-masalah di bawahnya. Isu Strategis dan Sub Isu Strategis inilah yang mendasari penentuan Tujuan dan Sasaran dalam proses perencanaan.

4. Penentuan tujuan dan sasaran perencanaan

Tujuan perencanaan ditentukan berdasarkan isu strategis yang muncul, tujuan merupakan kebalikan dari isu strategis. Sedangkan sasaran perencanaan ditentukan berdasarkan sub-sub isu strategis yang muncul. Sasaran merupakan langkah untuk mencapai tujuan, yang merupakan lawan dari sub-sub isu strategis. Dari tujuan kemudian dapat dibuat tahapan perencanaan selanjutnya yaitu Konsep, Skenario, Strategi, Rencana, dan Program.

5. Penilaian alternatif dengan sistem skoring

Sistem skoring dilakukan pada empat tahapan rencana mulai dari konsep, skenario, strategi, dan rencana. disusun perhitungan terhadap empat kriteria evaluasi. Dimulai dari pembuatan kriteria evaluasi setiap tahapan rencana berdasarkan tingkatan di atasnya, pemberian bobot nilai dengan bobot tertinggi untuk prioritas utama, serta penentuan indikator penilaian yang disesuaikan dengan masing-masing kriteria. Tahapan rencana dengan skor jumlah paling tinggilah yang akan dipilih.

6. Alur Perencanaan

Alur perencanaan dimulai dari penggambaran karakteristik spesifik wilayah Pasar Klewer yang didasari oleh aspek-aspek kebijakan pembangunan, fisik dasar, ekonomi, infrastruktur, demografi sosial budaya, tata guna lahan dan pembiayaan pembangunan. Setelah didapatkan karakter-karakter spesifik tersebut kemudian merumuskan isu strategis yang dibuat menggunakan pohon isu. Isu strategis tersebut menjadi dasar dalam perumusan tujuan dan sasaran, yang mana tujuan merupakan sebagai penyelesaian isu strategis dan sasaran merupakan tahapan guna mencapai penyelesaian isu strategis. Dalam merumuskan tujuan harus mewakili dari keseluruhan masalah-masalah yang timbul dalam wilayah perencanaan , sehingga masalah utama dapat terselesaikan dengan sasaran-sasaran yang dibuat. Setelah itu menyusun alternatif-alternatif yang masing-masing terdiri dari dua konsep, dua skenario, dua strategi, dua rencana, dan dua program yang akan dipilih salah satunya untuk menjadi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan melalui evaluasi konsep pengembangan. Evaluasi konsep pengembangan dilakukan dengan memberikan skoring atau penilaian terhadap alternatife-alternatif yang disusun, jumlah skore yang paling banyak akan menjadi alternatife terbaik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Berikut gambar diagram alir proses perencanaan :

Gambar II. 1. Alur Perencanaan

Sumber : Hasil Buatan Kelompok 3 PTP, 2013

BAB III

GAMBARAN WILAYAH PERENCANAAN

Pasar Klewer salah satu pasar tekstil terbesar di Indonesia. Pasar Klewer yang terletak di Jalan dr. Radjiman, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Gambaran Pasar Klewer setiap aspek sebagai berikut:

1. Kebijakan dan Kelembagaan

Pemerintah Kota Surakarta dalam melakukan pengembangan Pasar Klewer telah dilakukan sejak diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1971 sebagai pusat grosir sandang terbesar di Jawa Tengah. Lokasi Pasar Klewer yang berdekatan dengan Keraton Kasunanan dan masih termasuk dalam lingkungan budaya keraton menjadi dasar Pemerintah Kota Surakarta untuk mempromosikan Pasar Klewer sebagai salah satu tempat pariwisata. Pemerintah Daerah Surakarta mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Dalam Perda Pengelolaan dan Perlindungan Pasar tradisional diantaranya mengatur tentang kios-kios di pasar tradisional yang tidak dapat dimonopoli oleh pemilik modal besar. Dengan adanya peraturan daerah ini pasar tradisional tetap mampu bersaing dengan pasar modern yang sedang berkembang cukup pesat di Surakarta sekarang ini.

Pasar Klewer merupakan lahan untuk mencari rejeki bagi para pedagang, tukang gledek, tukang becak, pedagang kaki lima (PKL), supir angkot bahkan pengamen, dan juga pencopet. Terdapat 2024 kios yang dimiliki oleh 1270 pedagang, terdistribusi kedalam 22 blok. Selain pedagang kios, terdapat juga “oprokan” (PKL dalam Pasar Klewer) yang terdistribusi dalam 16 kelompok dengan jumlah anggota 777 orang dan setiap kelompok beranggotakan 29 sampai 30 orang. Buruh angkut sekitar 108 orang yang terdistribusi kedalam 9 kelompok. Di Pasar Klewer terdapat paguyuban bagi para pedagang yaitu Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK). Ada juga paguyuban buruh panggul atau angkut dengan nama SPTI-PUK (Serikat Pekerja Transport Indonesia Pengurus Unit Kerja) yang kenggotaan dan wilayah kerjanya adalah Pasar Klewer. Selain iru Dinas Pengelola Pasar yang berada dibawah naungan Pemerintah Kota Surakarta yang bertugas untuk mengelola pasar juga termasuk dalam kelembagaan Pasar Klewer.

2. Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan

Pasar Klewer yang terletak di Jalan dr. Radjiman, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Berada di sebelah Barat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, selain berbelanja pelancong dapat juga menengok keindahan keraton itu. Pasar Klewer memiliki luas lahan 12.950m2. Area parkir terbagi menjadi dua yaitu area perkir mobil yang terletak didepan Alun-alun Utara sedangkan area parkir sepeda motor terletak disebagian Supit Urang dan sebelah barat pendopo Keraton Kasunanan Surakarta.

3. Ekonomi

Pasar Klewer dikenal dengan basi perdagangan dengan komoditi yang paling banyak diperdagangkan adalah tekstil dan batik selain itu kegiatan sekundernya berupa perdagangan yang mendukung kegiatan utama dengan komoditi aksesoris pakaian, barang klontong, makanan ataupun minuman, dan buah-buahan. Sedangkan jenis kegiatan bila diukur dari jumlah transaksi adalah perdagangan grosir dan pedagang eceran. Pasar Klewer sebagai pusat keramaian dengan penyalur retribusi tertinggi dari 38 pasar yang ada di Kota Surakarta, Pasar Klewer memberikan kontribusi pada Pemerintah Kota Surakarta terbesar disektor perdagangan. Perputaran uang saat aktifitas perdagangan Pasar Klewer sebesar 3 miliar rupiah setiap harinya.

Gambar II. 1. Aktifitas Perdagangan Pasar Klewer

Sumber : Hasil Foto Kelompok 3 PTP, 2013

Gambar II. 2. Beragam Produk Batik

Sumber : Hasil Foto Kelompok 3 PTP, 2013

4. Infrastuktur dan Transportasi

Pasar Klewer memiliki luas lahan 12.950m2. Pada bangunan Pasar Klewer terdiri dari dua lantai dengan tangga penghubung yang cukup lebar serta memuat 2024 kios yang berukuran kurang lebih 9m2 setiap kios. Sarana penunjang aktifitas ekonomi seperti tempat ibadah berupa musola, kanti, dan toilet sudah tersedia di Pasar Klewer. Namun keadaan Pasar Klewer sekarang ini sungguh mengenaskan. Kadang terjadi pemadaman listrik oleh PLN pada siang hari sehingga ruangan dalam Pasar Klewer menjadi gelap gulita dan sumpek. Kalaupun listriknya menyala, tetap saja dikatakan kurang terang karena cahaya sinar matahari kurang masuk dalam pasar tersebut. Selain itu kios-kios yang ada di dalam Pasar Klewer sesak dan berjejalan antar yang satu dengan yang lain sehingga jalan untuk pembeli di sela-sela kios itu menjadi amat sempit.

Gambar II. 3 Area Tangga Pasar Klewer Gambar II. 4. Kondisi Kios Pasar Klewer

Sumber : Hasil Foto Kelompok 3 PTP, 2013

Pada luar bangunan Pasar Klewer terdapat beberapa sarana seperti area parkir, tempat ibadah (Masjid Agung Surakarta), rumah makan, dan beberapa bank seperti BRI dan Bapeda Jateng. Selain itu adanya jalur khusus untuk pemberhentian bus Damri dan angkot jurusan 01A serta beberapa deretan tukang becak memenuhi sarana transportasi. Akses jalan untuk ke Pasar Klewer kadang pada waktu tertentu menjadi macet karena arus kendaraan yang begitu padat sedangkan jalannya sempit serta ada yang rusak. Tempat parkir yang kurang baik, parkir sepeda motor berada pada lahan tanah yang tidak beratap dan parkir mobilnya di lapangan. Selain itu bahu jalan dipenuhi dengan pedagang buah-buahan dan makanan khas Kota Solo sehingga terkadang mengganggu transportasi. Jasa angkut atau gledekan yang kurang teratur mengakibatkan kesemrawutan jalan sehingga mengganggu transportasi di kawasan Pasar Klewer. Jalan yang sempit serta peraturan pengendara jalur satu arah tidak mengurangi kemacetan dan kesemrawutan Pasar Klewer pada waktu-waktu tertentu.

Gambar II. 5. Area Parkir Becak Pasar Klewer

Sumber : Hasil Foto Kelompok 3 PTP, 2013

5. Pembiayaan

Pembiayaan kelangsungan Pasar Kewer telah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta. Renovasi Pasar Klewer telah dianggarkan oleh Badan Pemerintah Daerah Kota Surakarta dimana dananya diambil dari APBD Kota Surakarta. Selain itu Menteri Perdagangan telah menganggarkan dana 1 triliun rupiah untuk pembangunan pasar-pasar tradisional di Indonesia. Revitalisasi Pasar Klewer yang memakan biaya paling banyak, yakni lebih dari 28 miliar rupiah sedang dikaji.

6. Demografi Sosial Budaya

Pertumbuhan kegiatan Pasar Klewer sendiri mengalami penurunan untuk perdagangan jenis komoditi utama (batik) dan mengalami peningkatan untuk jenis komoditas perdagangan sekunder seperti konveksi, tekstil, dan asesoris. Pergeseran jenis komoditas perdagangan ini disebabkan oleh gaya hidup berpakaian dalam masayarakat yang cenderung praktis dan berkembang secara cepat serta munculnya anggapan bahwa pakaian jenis batik hanya dipakai untuk kegiatan resmi. Sebagai satu simbol kota tua Surakarta, Pasar Klewer juga menjadi bukti sejarah keberadaan batik dikota ini. Disetiap gambaran batik motif yang ditawarkan para pedagang menunjukkan era kreatifitas dan perkembangan batik dari hari ke hari sesuai trend dan selera konsumen. Keunikan lainnya, para pedagang yang berjualan disini juga merupakan generasi turun-temurun. Tidak bisa dipungkiri, batik nyatanya menjadi warisan dan jaminan hidup para pengrajin dan pedagang batik di Pasar Klewer.

Gambar II. 6. Wajah Pasar Klewer

Sumber : Hasil Foto Kelompok 3 PTP, 2013

Berdasarkan gambaran umum peraspek yang ada pada Pasar Klewer, maka untuk mempermudah penyususnan alternatif diperlukan analisa SWOT untuk menghasilkan karakteristik spesifik. Analisis SWOT merupakan metode digunakan untuk mengevaluasi Strengths (potensi), Weakness (masalah dan limitasi), Opportunities (peluang), dan Threats (tantangan) dalam suatu proyek. Proses ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung maupun yang tidak mendukung dalam menentukan suatu tujuan dari rencana. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan menganalisis dan mengidentifikasi berbagai hal yang mengacu pada keempat faktor tersebut kemudian menerapkannya dalam gambar matriks SWOT. Masing-masing asal alternatif tersebut memiliki ciri khusus, diantaranya: strengths dan weaknesses biasanya berasal dari dalam wilayah terkait, sedangkan opportunities dan threats berasal dari luar wilayah terkait. Berikut gambar matriks SWOT :

Berdasarkan matriks SWOT yang paparkan diatas, dapat dikelompokkan menjadi strength (potensi), weakness (masalah dan limitasi), opportunities (peluang), dan threats (tantangan). Dalam kasus Pasar Klewer kali ini, pengelompokan karakteristik spesifiknya adalah sebagai berikut :

a. Strenghts (Potensi)

      1. Adanya kebijakan pemerintah termuat dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pasar Tradisional.

      2. Letak strategis tengah kota (dekat pusat kebudayaan Keraton Kasunanan Surakarta).

      3. Termasuk bangunan pasar yang kokoh dan menunjukan berarsitektur Jawa.

      4. Perdagangan di Pasar Klewer berkembang pesat.

      5. Pasar Klewer mampu menampung berbagai jenis pedagang baik pedagang kaki lima, lapak, dan kios.

      6. Pasar Klewer merupakan penyumpbang PAD terbesar di sektor pasar.

      7. Pasar Klewer sudah mempunyai fasilitas penunjang seperti MCK, kantin, dan mesin ATM) yang telah tersedia di dalam pasar.

      8. Sudah adanya moda transportasi yang melewati tepat di kawasan Pasar Klewer seperti bus Damri, angkutan kota jalur 01A, dan becak.

      9. Pasar Klewer merupakan simbol identitas pariwisata ekonomi di Kota Surakarta.

      10. Alokasi dana untuk renovasi Pasar Klewer sudah ada dari APBD dan APBN.

b. Weaknesses (Masalah dan Limitasi)

      1. Terjadi miss komunikasi anatara pemerintah dengan pedagang (HPPK).

      2. Sistem pengelolaan pasar (HPPK dan Dinas Pengelola Pasar) yang tidak optimal.

      3. Luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah pedagang sehinggga terkesan sempit, padat, kumuh, dan panas.

      4. Kuantitas pembelinya menjadi semakin berkurang.

      5. Belum memadai fasilitas umum seperti tempat parkir, jalan, dan toilet.

      6. Munculnya tanda atau kode sosial yang menganggap bahwa mereka yang berbelanja di pasar tradisional adalah golongan menengah ke bawah.

      7. Tingkat keamanan pasar yang rendah.

      8. APBD Surakarta tidak mencukupi untuk melakukan renovasi bangunan pasar dan pengembangan lingkungan.

c. Opportunities (Peluang)

      1. Kebijakan yang memperbolehkan investor untuk ikut andil dalam pengembangan Pasar Klewer.

      2. Sinergis dengan objek wisata lain yaitu Keraton Kasunanan Surakarta.

      3. Pasar Klewer mempunyai kemampuan untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

      4. Adanya moda transportasi lain yang melewati jalan di dekat Pasar Klewer.

      5. Adanya fasilitas penunjang kegiatan ekonomi yaitu fasilitas ibadah (Masjid Agung) dan Bank BNI.

      6. Pencitraan diri Kota Surakarta sebagai kota budaya dengan mengususng brand “Eco Cultural City”.

      7. Adanya kucuran dana dari investor yang mau membantu pembangunan Pasar Klewer.

      1. Threats (Tantangan):

  1. Adanya peraturan yang membatasi pemugaran bangunan cagar budaya (BCB).

  2. Lokasi Pasar Klewer yang dekat dengan lokasi pergadangan modern yaitu PGS dan BTC.

  3. Persaingan dunia usaha (dekat dengan PGS dan BTC).

  4. Timbul kemacetan di kawasan Pasar Klewer akibat tidak teraturnya jumlah pedagang dan pembeli yang sangat banyak.

  5. Memudarnya nilai-nilai sosial akibat globalisasi..

  6. Tertahannya bantuan dana APBN karena ketidak setujuan dari HPPK (Himpunan Pedagang Pasar KLewer) dan IKAPPI (Ikatan Pedagang Pasar Indonesia).

BAB IV

KONSEP PERENCANAAN

1. Isu Perencanaan

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dilakukan di wilayah studi yaitu Pasar Klewer, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, ditemukan beberapa masalah yang dipengaruhi oleh kurangnya optimalnya pengembangan dalam sektor perdagangan yang dimiliki oleh Pasar Klewer. Dari berbagai macam masalah yang muncul, dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa kelompok yang mempunyai banyak kemiripan, begitu seterusnya sampai hanya ditemukan satu isu strategis yang merangkum semua masalah yang muncul.

Dari pohon isu dapat dilihat bahwa dari begitu banyak masalah yang ada, dapat dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu : rendahnya daya saing Pasar Klewer dengan pasar modern, manajemen pasar yang rendah, fisik bangunan pasar yang mempunyai nilai sejarah dan ekonomi, letak Pasar Klewer yang strategis, infrastruktur penunjang yang sudah tersedia, sistem koordinasi antar pengelola pasar yang buruk, serta pengembangan pasar yang sudah dilengkapi sarana prasarana. Dari penggolongan 7 kelompok tersebut kemudian dapat disempitkan lagi menjadi 3 kategori yang disebut sebagai Sub Isu Strategis, yaitu :

a. Sub Isu 1 : Tidak optimalnya pengembangan ekonomi.

Terdiri dari poin rendahnya daya saing Pasar Klewer dengan pasar modern, manajemen pasar yang rendah, serta fisik bangunan pasar yang termasuk mempunyai nilai sejarah dan ekonomi.

b. Sub Isu 2 : Belum adanya perbaikan bangunan pasar.

Terdiri dari poin letak Pasar Klewer yang strategis dan infrastruktur penunjangyang sudah tersedia.

c. Sub Isu 3 : Kurangnya koordinasi antara Pemkot, pedagang, dan HPPK.

Terdiri dari poin sistem koordinasi antar pengelola pasar yang buruk dan pengembangan pasar yang sudah dilengkapi sarana prasarana.

Akhirnya dari ketiga Sub Isu Strategis tersebut dapat ditarik satu isu utama yang disebut sebagai Isu Strategis, yaitu Kurangnya Optimalisasi Pengembangan Pasar Klewer sebagai Basis Perdagangan yang Bernilai Budaya. Berikut gambarannya dalam bentuk Pohon Isu :

2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan perencanaan adalah sesuatu yang ingin dicapai atau diwujudkan sebagai penyelesaian dari masalah utama yang muncul. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tujuan perencanaan yang diambil dalam rencana ini berdasarkan Isu Strategis yang timbul adalah Optimalisasi Pengembangan Pasar Klewer sebagai Basis Perdagangan yang Bernilai Budaya Pada Tahun Rencana 2013 – 2033.

Sasaran perencanaan merupakan suatu rangkaian langkah atau tindakan yang dilakukan dalam upaya mewujudkan tujuan perencanaan yang telah dibuat. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, sasaran perencanaan yang dibuat berdasarkan Sub Isu Strategis yang timbul antara lain :

  1. Mengoptimalkan pengembangan ekonomi

  2. Memperbaiki fisik bangunan dan infrastruktur pasar dengan sentuhan nilai budaya

  3. Meningkatkan koordinasi antar pihak terkait (Pemkot, DPP, HPPK)

2. Penilaian Alternatif

Berdasarkan pada pengelompokkan asal alternatif, verifikasi isu, dan verifikasi tujuan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dapat disusun beberapa alternatif dengan mengombinasikan karakteristik kawasan yaitu S-O, W-O, S-T, dan W-T. Keempat kombinasi itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. S-O (Optimis) = Mengoptimalkan potensi untuk menangkap peluang

  2. W-O (Oportunis) = Menggunakan peluang untuk mengatasi masalah dan limitasi

  3. S-T (Kreatif) = Mengoptimalkan potensi untuk mengatasi tantangan

  4. W-T (Survival) = Menjaga masalah agar tidak bertambah dan supaya tantangan tidak memperburuk kondisi.

Berikut merupakan kombinasi antar karakteristik kawasan :

OPTIMIS

S2 – O2 : Perpaduan paket wisata lain yaitu Keraton Kasunanan

Alasan : Perpaduan letak yang strategis di tengah kota dan dekat dengan Keraton dan pusat kebudayaan sehingga memungkinkan dibuat paket wisata

S10 – O6 : Peningkatan ekonomi yang berbudaya

Alasan : Adanya pencitraan Klewer sebagai ikon pariwisata ekonomi yang didukung brand Eco Cultural City

S8 – O3 : Aksesbilitas mudah yang megakibatkan pengunjung tertarik untuk datang

Alasan : Adanya moda transportasi yang melewati Pasar Klewer memudahkan wisatawan untuk datang ke pasar Klewer

S11 – O1 : Fasilitas dana dan birokrasi

Alasan : Adanya kemudahan dalam birokrasi sehingga melancarkan kucuran dana

S7 – O3 : Fasilitas Penunjang yang dimiliki sehingga menarik wisatawan

Alasan : Karena terpenuhinya sarana prasarana di Pasar Klewer menjadi daya tarik kenyamanan tersendiri bagi pengunjung

S5 – O3 : Keberagaman produk yang ditawarkan sehingga menarik wisatawan

Alasan : Karena Pasar Klewer mampu menampung banyak pedagang berakibat pada keragaman produk yang dijual, hal tersebut menjadi daya tarik wisatawan

S9 – O6 : Mengoptimalkan kesejarahan budaya sebagai peningkatnya perekonomian

Alasan : Daya dukung nilai kesejarahan Pasar Klewer dan kesesuaian dengan brand Eco Cultural City yang menarik pengunjung untuk datang, sehingga perekonomian meningkat.

OPORTUNIS

W7 – O2 : Menjamin keamanan bagi wisatawan.

Alasan : Dengan tingkat keamanan yang terjamin sehingga menjadi kenyamanan bagi wisatawan.

W2 – O3 : Optimalisasi pengelolaan sebagai objek wisata belanja.

Alasan : Tuntutan terhadap kenyamanan objek wisata belanja sehingga menjadi tanggung jawab dan komitmen para pengelola untuk berkoordinasi dengan baik.

W3 – O3 : Meningkatkan kualitas bangunan sebagai koridor wisata.

Alasan : Karena dengan diperluasnya bangunan Pasar Klewer menjadikan daya tarik bagi pengunjung.

W4 – O4 : Perbaikan atau pengoptimalan moda transportasi di dekat Pasar Klewer.

Alasan : Karena dengan adanya keanekaragaman moda transportasi yang melewati Pasar Klewer akan menumbuhkan keinginan pengunjung untuk berbelanja ke Pasar Klewer.

W5 – O5 : Memperbaiki fasilitas penunjang yang ada, tapi dalam kondisi yang layak guna atau menambahkan armada transportasi yang ada.

Alasan : Dengan memperbaiki fasilitas yang sudah ada didalam Pasar Klewer serta menambah fasilitas lain di sekitar Pasar Klewer menjadi kenyamanan tersendiri bagi Pasar Klewer sebagai objek wisata yang menunjang kegiatan ekonomi Pasar Klewer.

KREATIF

S8 – T6 : Menata atau mengoptimalkan tata guna lahan untuk kepentingan transportasi.

Alasan : Karena dengan memperbaiki penggunaan lahan seperti tempat parkir, lapak pedagang, dan lainnya akan memudahkan moda transportasi seperti becak,bus mini, motor, mobil untuk melewati Pasar Klewer tanpa menimbulkan kemacetan.

S1 – T2 : Memberi nilai tambah bagi pasar tradisional dengan pengendalian harga yang dapat dijangkau.

Alasan : Dengan adanya dukungan perda tentang pasar tradisional serta letak Pasar Klewer yang dekat pusat perdagangan lainnya menyebabkan pengendalian harga di pasar klewer agar bisa dijangkau masyarakat.

S2 – T3 : Letak strategis yang dapat dimanfaatkan dalam ekonomi.

Alasan : Karena letak Pasar Klewer yang dekat dengan pusat perbelanjaan lainnya seperti BTC dan PGS berimplikasi pada meningkatkanya perekonomian sebagai basis perdagangan.

S4 – T1 : Membangun perekonomian yang selaras dengan budaya akan tetapi tetap mempertahankan bangunan yang ada.

Alasan : Dengan perdagangan di Pasar Klewer yang berkembang pesat tanpa harus menghilangkan kekhasan atau nilai budaya di Pasar Klewer.

S9 – T2 : Mengoptimalkan nilai kesejarahan untuk nilai perekonomian (agar bersaing antara pasar tradisional dan modern).

Alasan : Karena Pasar Klewer memiliki nilai kesejarahan yang tinggi diharapkan bersaing dengan pasar modern untuk meningkatkan perekonomian para pedangang.

SURVIVAL

W2 – T3 : Pengembangan model pengelolaan dan pemasaran yang dinamis.

Alasan : Menyelaraskan kinerja pengelola pasar dengan pedagang supaya dapat bersaing dengan pusat perbelanjaan modern di sekitarnya.

W3 – T6 : Pengembangan bangunan dan lingkungan sekitar Pasar Klewer dengan baik dan benar.

Alasan : Penataan bangunan dan jumlah pedagang serta lingkungan untuk menghindari kemacetan dan memberi tambahan kenyamanan.

W7 – T3 : Meningkatkan keamanan di sekitar kawasan pasar demi kenyamanan pelanggan.

Alasan : Karena persaingan dunia usaha (pasar modern) di sekitarnya ditambah tingkat keamanan pasar yang rendah, dikhawatirkan akan mengurangi jumlah pengunjung.

W6 – T4 : Mengemas pasar tradisional yang menarik untuk menghilangkan label pasar tradisional sebagai kalangan bawah.

Alasan : Munculnya globalisasi dan adanya tanda sosial mengancam eksistensi pasar tradisional, sehingga pasar harus dikemas secara menarik untuk menghindari menyusutnya pengunjung.

W4 – T2 : Adanya kebijakan pemerintah untuk pasar tradisional dengan pasar modern (untuk sama-sama maju).

Alasan : Keberadaan pasar modern di dekat pasar mengancam penurunan pembeli, karena itu diperlukan kebijakan untuk mengatur hal ini supaya tidak mematikan pasar tradisional.

W1 – T5 : Adanya FGD diikuti Pemkot, pengelola pasar, dan HPPK serta beberapa pedagang.

Alasan : Melakukan koordinasi antar pihak terkait supaya tidak ada miss komunikasi dan dapat dilaksanakan kebijakan yang tidak merugikan pihak manapun.

Dari persilangan tersebut dapat dibuat Pohon Konsep sebagai berikut :

Berdasarkan penyusunan alternatif di atas, disusun perhitungan terhadap 4 kriteria evaluasi. Dimulai dari kriteria evaluasi skenario, kriteria evaluasi konsep, kriteria evaluasi strategi, dan kriteria evaluasi rencana. Kriteria evaluasi dibuat berdasarkan kebutuhan penilaian data, kemudian diberi pembobotan pada masing-masing kriteria dengan jumlah total bobot adalah 100 (untuk memudahkan persentase). Bobot paling tinggi diberikan pada kriteria evaluasi yang sekiranya mempunyai peran atau prioritas paling penting pada setiap tahapan perencanaan.

Tahap berikutnya adalah penentuan indikator penilaian. Pada laporan kali ini, pada setiap tahapan rencana digunakan 3 skala indikator penilaian yaitu skala 0, skala 1, dan skala 2, dengan penjelasan sebagai berikut :

  • Indikator 0  kondisi negatif dari kategori.

Kondisi negatif yang dimaksud adalah kondisi yang bertentangan atau tidak diharapkan. Diberi nilai skala 0 yang berarti tidak mempunyai nilai kontribusi apapun dalam pembobotan.

  • Indikator 1  kondisi netral dari kategori.

Kondisi netral yang dimaksud adalah kondisi yang tidak bertentangan namun juga tidak diharapkan, atau hanya memberikan sedikit kontribusi saja. Diberi nilai skala 1 yang berarti kondisi apa adanya, memberikan nilai tambah hanya sejumlah nilai itu sendiri tidak ada perkalian.

  • Indikator 2  kondisi positif dari kategori.

Kondisi positif yang dimaksud adalah kondisi yang sangat sesuai atau yang diharapkan. Diberi nilai skala 2 yang berarti memberikan nilai kontribusi dua kali lipat dalam proses pembobotan.

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel kriteria evaluasi beserta pembobotannya untuk setiap tahapan rencana dimulai dari konsep, skenario, strategi, dan rencana.

1. Kriteria Evaluasi Untuk Konsep

Kriteria Evaluasi untuk Konsep

Bobot

Indikator Penilaian

SDM pelaku pasar yang unggul dalam aktifitas pasar dan kreatif dalam produksi

25

0 = Belum unggul dan belum kreatif

1 = Unggul namun belum kreatif

2 = Unggul serta kreatif

Persaingan dunia usaha dengan pasar modern

20

0 = Hanya mementingkan daya saing pasar modern

1 = Hanya mementingkan keunggulan Pasar Klewer

2 = Mementingkan keunggulan Pasar Klewer dan daya saingnya dengan pasar modern

Pengaruh nilai tradisi dalam upaya pengembangan pasar

25

0 = Melupakan nilai tradisi

1 = Hanya sedikit mengaplikasikan nilai tradisi

2 = Menggunakan nilai tradisi sebagai senjata utama

Infrastruktur pasar sebagai penunjang kegiatan ekonomi

15

0 = Tidak ada infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi

1 = Sudah ada infrastruktur namun belum memadai

2 = Sudah ada infrastruktur dan cukup memadai

Sarana dan prasarana transportasi di kawasan Pasar Klewer

15

0 = Sarana prasarana transportasi tidak mencukupi

1 = Sarana prasarana transportasi mencukupi

2 = Sarana prasarana transportasi sangat mencukupi

Tabel 4. 1. Kriteria Evaluasi Untuk Konsep

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3 PTP, 2013

Kriteria evaluasi untuk konsep didasrkan pada satu tingkat pada tahapan di atas konsep, yaitu tujuan perencanaan. Bobot tertinggi diberikan kepada kriteria evaluasi “SDM pelaku pasar yang unggul dalam aktifitas pasar dan kreatif dalam produksi” serta “Pengaruh nilai tradisi dalam upaya pengembangan pasar” yaitu masing-masing 25 poin. Pertimbangannya adalah karena tujuan perencanaan adalah mengoptimalkan potensi Pasar Klewer sebagai basis perdagangan dan jasa yang berbudaya, maka diprioritaskan SDM pelaku pasar serta pengaruh nilai tradisi yang diunggulkan terlebih dulu.

Konsep 1: Mengoptimalkan peningkatan ekonomi Pasar Klewer yang unggul, nyaman, dan memegang prinsip tradisi.

Didukung oleh kombinasi S10-O6; S8-O3; S9-O6; W7-O2; dan W2-O3.

Konsep 2: Mengoptimalkan potensi budaya dan nilai sejarah Pasar Klewer yang dikemas secara kreatif serta berdaya saing dengan pasar modern.

Didukung oleh kombinasi W7-T3 dan W6-T4.

KRITERIA EVALUASI

KONSEP 1

KONSEP 2

SDM pelaku pasar yang unggul dalam aktifitas pasar dan kreatif dalam produksi (25)

25 x 1 = 25

Pada konsep 1 disebutkan “Pasar Klewer yang unggul” tapi belum menyebutkan kata kreatif

25 x 2 = 50

Pada konsep 2 disebutkan “dikemas secara kreatif” sebagai salah satu cara menunggulkan pasar

Persaingan dunia usaha dengan pasar modern (20)

20 x 1 = 20

Pada konsep 1 hanya mementingkan keunggulan pasar Klewer dan tidak memikirkan persaingan pasar modern

20 x 2 = 40

Pada konsep 2 mementingkan keunggulan pasar Klewer itu sendiri serta persaingannya dengan pasar modern

Pengaruh nilai tradisi dalam upaya pengembangan pasar (25)

25 x 2 = 50

Pada konsep 1 disebutkan bahwa pengembangan potensi Pasar Klewer tetap memegang prinsip tradisi dan budaya

25 x 2 = 50

Pada konsep 2 disebutkan bahwa pengembangan potensi Pasar Klewer tetap memegang prinsip tradisi dan budaya

Infrastruktur pasar sebagai penunjang kegiatan ekonomi (15)

15 x 2 = 30

Pada konsep 1 meninginkan pasar yang unggul, yaitu pasar yang mempunyai infrastruktur yang memadai

15 x 2 = 30

Pada konsep 2 meninginkan pasar yang unggul, yaitu pasar yang mempunyai infrastruktur yang memadai

Sarana dan prasarana transportasi di kawasan Pasar Klewer (15)

15 x 2 = 30

Pada konsep 1 meninginkan pasar yang unggul, yaitu pasar yang mempunyai sarana prasarana transportasi yang memadai

15 x 2 = 30

Pada konsep 2 meninginkan pasar yang unggul, yaitu pasar yang mempunyai sarana prasarana transportasi yang memadai

SKOR

155

200

Tabel 4.2. Pembobotan Konsep

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3 PTP, 2013

Setelah dilakukan hasil perhitungan seperti pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang memiliki nilai tertinggi adalah Konsep 2 yaitu : Mengoptimalkan potensi budaya dan nilai sejarah Pasar Klewer yang dikemas secara kreatif serta berdaya saing dengan pasar modern. Konsep terpilih ini kemudian menjadi dasar untuk penilaian alternatif tahapan rencana selanjutnya, yaitu skenario.

2. Kriteria Evaluasi untuk Skenario

Kriteria Evaluasi untuk Skenario

Bobot

Indikator Penilaian

Sinergitas dengan objek wisata lain berdasarkan letak pasar

25

0 = Dekat dengan objek wisata lain tetapi tidak bersinergi

1 = Dekat dengan objek wisata lain dan sedikit bersinergi

2 = Dekat dengan objek wisata lain dan bersinergi

Keberagaman produk yang dijual di Pasar Klewer

20

0 = Produk monoton dan tidak kreatif

1 = Produk sedikit beragam dan cukup kreatif

2 = Produk sangat beragam jenis dan asal serta sangat kreatif

Ikon pariwisata ekonomi dan budaya di Kota Solo

20

0 = Tidak menunjukkan ikon ekonomi dan budaya

1 = Kurang menunjukkan ikon ekonomi dan budaya

2 = Sangat menunjukkan ikon ekonomi dan budaya

Kinerja HPPK, DPP, dan Pemkot (SDM pelaku pasar)

20

0 = Kinerja yang tidak terkoordinasi

1 = Kinerja yang kurang terkordinasi

2 = Kinerja yang terkoordinasi

Arsitektur bangunan Pasar Klewer

15

0 = Tidak menunjukkan arsitektur Jawa

1 = Kurang menunjukkan arsitektur Jawa

2 = Sangat menunjukkan arsitektur Jawa

Tabel 4.3. Kriteria Evaluasi untuk Skenario

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 3 PTP, 2013

Bobot tertinggi diberikan pada kriteria evaluasi “Sinergitas dengan objek wisata lain berdasarkan letak pasar” yaitu 25 poin. Menyesuaikan dengan konsep terpilih yaitu mengoptimalkan potensi budaya dan nilai sejarah Pasar Klewer yang dikemas secara kreatif serta berdaya saing dengan pasar modern, maka sinergitas dengan objek wisata lain diperlukan sebagai pendongkrak potensi Pasar Klewer ini. Sementara bobot terendah adalah kriteria evaluasi “Arsitektur bangunan Pasar Klewer” dengan pertimbangan pada konsep terpilih hanya menekankan pada kreatifitas dan daya saing, maka bentuk arsitektur pasar tidak terlalu menjadi prioritas utama.

Skenario 1: Mewujudkan Pasar Klewer yang kreatif, berbudaya, dan mandiri.

Didukung oleh kombinasi S10-O6; S2-T3; dan S9-O6

Skenario 2: Mewujudkan Pasar Klewer yang kreatif, berbudaya, dan bersinergi dengan objek wisata lain.

Didukung oleh kombinasi S2-O2; S10-O6; S9-O6; W4-O4; S1-T2; S9-T2; W2-T3; S5-O3

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

RESISTENSI PAGUYUBAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEMBANGUNAN MALL DINOYO CITY (Studi di Paguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang)

10 89 45

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Pengembangan infrastruktur jaringan clint-server Kelurahan Bintaro

17 108 114

Pengembangan lembar kegiatan siswa kimia berbasis keterampilan proses pada materi hidrolisis garam

6 60 352

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Analisis Orientasi Pembelajaran Dan Orientasi Pasar Terhadap Keunggulan Bersaing Pada IKM Sepatu Di Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Bandung

9 87 167

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64