Pengembangan Produk Menembus Pasar Ekspo (1)
1
PENGEMBANGAN PRODUK
MENEMBUS PASAR GLOBAL
Oleh :
Abdillah Sani
Widyaiswara Madya
Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Juni 2014
2
DAFTAR ISI
Abstrak
Prakata.................................................................................................................. i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I
:
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
BAB II
:
Latar Belakang...............................................................
Identifikasi Masalah........................................................
Perumusan Masalah......................................................
Tujuan Penulisan...........................................................
KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Kepustkaan........................................................
B. Teori Pendukung..........................................................
C. Definisi operasional variabel dan indikator
yang digunakan............................................................
D. Deskripsi kerangka berpikir..........................................
BAB III
:
:
4
6
9
10
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
BAB IV
1
3
3
3
Pengungkapan masalah..............................................
Pembahasan fakta di lapangan...................................
AnalisisTinjauan..........................................................
Analisis atas fakta hasil kajian dikaitkan dengan
Teori...........................................................................
11
12
15
19
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................
B. Rekomendasi.............................................................
23
23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................
iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini telah menandatangani berbagai perjanjian multilateral
seperti AFTA, APEC, WTO, CAFTA dan lain-lain,
yang mau tidak mau akan
berimbas kepada kehidupan ekonomi masyarakat di dalam negeri. Bedasarkan
perjanjian-perjanjian tersebut,
Indonesia diharuskan membuka pasarnya dari
produk maupun jasa yang datang dari sesama negara penandatangan. Sejalan
dengan
itu
berbagai
peluang
dan
tantangan
pun
bermunculan,
yang
menyebabkan Indonesia harus segera melakukan pembenahan internal secara
menyeluruh dan integratif. Jika Indonesia tidak segera melakukan hal tersebut,
tidak mustahil negara ini hanya akan menjadi penonton saja di kancah pergaulan
internasional.
Dalam era globalisasi perdagangan ini, semua produk,
baik untuk
perdagangan domestik maupun ekspor harus mampu memenuhi persyaratan
yang diinginkan pembeli. Demikian juga dengan sektor jasa, termasuk jasa tenaga
kerja, harus bisa memenuhi keinginan para pengguna. Maka tidak mengherankan
jika kemudia persyaratan yang ditetapkan pun menjadi semakin tinggi dan sulit
dipenuhi. Globalisasi memang membawa dampak ketatnya persaingan di segala
bidang.
Khususnya bagi produk, apalagi dalam rangka ekspor, sederet persyaratan
yang harus dipenuhi oleh produsen maupun trader, sudah semakin berkembang
dan mencakup berbagai hal yang bahkan sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Misalnya tentang penelusuran asal bahan baku pembuatan produk, keselamatan
bahan baku atau bahan penolong, sampai kepada pengerahan tenaga kerja yang
dieksploitasi secara tidak wajar seperti anak-anak, kaum wanita dan para
narapidana, serta isu keselamatan lingkungan, menjadi isu-isu yang sering
dikaitkan dengan pengolahan produk untuk dijual ke pasar.
Demikian juga
4
dengan faktor estetika maupun jaminan kesehatan produk, tidak luput menjadi
sorotan dan ikut dipersyaratkan dalam perdagangan Semakin banyak faktor
menyangkut produk yang kini berimbas kepada daya jual dan dipermasalahkan,
termasuk masalah pengembangan produk dan kemasan. .
Pengembangan produk untuk keperluan ekspor, juga menjadi lebih
kompleks dibandingkan dengan keperluan perdagangan dalam negeri, oleh
karena produk harus mampu menembus selera konsumen yang notabene berlatar
belakang nilai budaya pembeli yang berbeda dengan nilai budaya pembuatnya di
Indonesia.
Produk dan kemasan juga tidak hanya terkait dengan masalah
promosi, tapi juga daya tahan produk dan kemudahan pengiriman, oleh karena
produk itu akan dibawa melintasi benua, menjelajahi ruang dan waktu yang tidak
mustahil harus ditempuh cukup lama. Karena itu, selain masalah daya tarik,
kemasan produk juga akan menyangkut masalah kekuatan produk itu sejak dari
pabrik pembuatan sampai ke tangan pembeli di negara tujuan ekspor.
Kemasan produk merupakan hal yang sangat penting dalam perdagangan,
karena berpengaruh kepada peningkatan harga jual produk, sehingga dapat
membuka peluang untuk meningkatkan volume ekspor dan keuntungan.
Sebaliknya, produk yang gagal akan mengakibatkan produk tersebut tidak terjual.
Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian.
Pengembangan produk yang baik, harus menyangkut 3 (tiga) aspek penting
yang sering disebut segi tiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah,
dan jadwal yang tepat. Segi tiga aspek produk tersebut harus dikembangkan
menjadi persyaratan-persyaratan dalam pengembangan, yaitu harus dapat dirakit,
didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta
waktu yang tepat. Untuk itu dalam menpengembangan suatu produk, harus
memperhatikan
secara
detail
tentang
fungsi-fungsi
dari
produk
yang
dikembangkan.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, Penulis tertarik untuk menuangkan
tulisan yang membahas soal pengembangan produk menembus pasar ekspor,
dengan harapan melalui tulisan ini baik Penulis maupun pembaca menjadi lebih
5
memahami bagaimana fungsi dari pengembangan suatu produk dalam kaitannnya
dengan daya saingnya di arena pasar global, baik domestik maupun ekspor.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian dalam latar belakang penulisan sebagaimana disampaikan di
atas, pembahasan tulisan ini akan memfokus pada identifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Pasar global, peluang dan tantangan
2. Pentingnya adaptasi produk sesuai perkembangan selera pasar
3. Pernasalahan pengembangan produk Indonesia
4. Daya saing produk Indonesia
5. Pengembangan produk
6. Pemasaran produk yang sudah dikembangkan
C. Perumusan Masalah
Bagaimana
permasalahan
menghadapi
persaingan
pengembangan
di
era
pasar
produk
global
di
serta
Indonesia
dalam
bagaimana
upaya
pengembangan yang harus dilakukan oleh para produsen?
D. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, Penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memberi gambaran tentang globalisasi perdagangan dan prospek produk
Indonesia
2. Memaparkan masalah pengembangan produk Indonesia
3. Merekomendasi strategi pengembangan produk Indonesia dalam rangka
menembus persaingan baik di pasar domestik maupun lokal.
4. Merekomendasi strategi pemasaran produk yang sudah dikembangkan.
6
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Kepustakaan
Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus
dipergunakan sehingga dapat membentuk suatu struktur pemikiran dan ide yang
baik dalam implementasi di lapangan.
Suatu teori yang baik namun hanya
disimpan dan tidak dipraktekkan, tidak akan ada manfaatnya, begitu pula
sebaliknya sebuah praktek yang baik harus ditopang oleh teori. Keduanya harus
saling mengisi untuk menghasilkan suatu karya cipta dan hasil kerja yang optimal.
Demikian pula halnya dalam pengembangan produk. Bagi seorang
produsen, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting, sebab
perencanaan pengembangan produk tidak seperti ilmu murni karena pada
dasarnya perencanaan pengembangan produk adalah kegiatan preskripif, bukan
deskriptif. Tujuan perencanaan pengembangan produk bukanlah sekedar untuk
menguraikan atau menjelaskan sesuatu,
tetapi untuk menggagas dan
mewujudkan perubahan produk ke arah yang lebih baik, berdaya saing dan laku di
pasar.
Rencana pengembangan produk memerlukan suatu pengakuan rasional
dan sosial: ia harus dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan
keputusan yang rasional pada berbagai masalah yang menyangkut produk.
Mengingat perencanaan adalah suatu aktivitas yang mempengaruhi nilai-nilai,
maka teori perencanaan pengembangan produk tidak dapat mengabaikan
masalah “ideologi”. Dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan haruslah
mencakup beberapa teori tentang suatu hal dimana perencanaan itu akan
dilembagakan.
Dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan daya saing produk Indonesia
di pasar global, produk yang ingin dikembangkan harus terlebih dulu dibuat
perencanaan yang matang berlandaskan dukungan data-data yang akurat dan
aktual, yang diperoleh dalam kegiatan riset pasar, sehingga apa yang akan
7
dikembangkan kemudian bukanlah suatu produk yang hanya ideal bagi produsen,
tapi mengacu kepada realitas keinginan pasar target sasaran produk tersebut.
Pengembangan produk
harus melalui serangkaian kegiatan sebagaimana
digambarkan pada bagan ilustrasi berikut:
Penjelasan
1. Rencana pengembangan produk dilakukan berdasarkan analisis bisnis atas
hasil penjualan, bagaimana realitas yang ada? apakah selama ini produk
yang dijual memiliki daya saing yang tinggi ataukah tidak?. Produk yang
laku tentu belum memerlukan pengembangan, kecuali terhadap aspekaspek lain seperti pemasaran, pelayanan, kualitas dan sebagainya dalam
rangka lebih mendongkrak penjualannya. Analisis biaya perlu dilakukan
untuk membuka peluang dipasarannya produk yang lebih murah, tanpa
menurunkan
kualitasnya.
Produk
yang
efiesien
dalam
pembuatannya, tentu akan mempengaruhi pula harga jual.
proses
Analisis
keuntungan dan proyeksi juga sangat penting dilakukan jika ke depan
produk dimaksud memiliki potensi untuk dikembangkan, guna meraih
pangsa pasar yang lebih besar.
8
2. Jika hasil kegiatan analisis menghasilkan kesimpulan bahwa kesemuanya
masih menunjukkan hasil yang positip dan prospek yang cukup cerah, maka
kegiatan pengembangan produk dianggap belum perlu. Artinya, dalam
upaya menembus pasar global produk tersebut dianggap masih dalam
posisi aman dan belum membutuhkan pengembangan.
3. Namun jika terjadi sebaliknya, hasil analisis memperlihatkan bahwa ke
depan produk tersebut akan terancam dan berada dalam posisi yang tidak
aman
serta
prospek
yang
kurang
menjanjikan,
maka
kegiatan
pengembangan produk menjadi keharusan dan tidak boleh ditunda-tunda
lagi.
B.
Teori pendukung
Dalam pengembangan produk, penggunaan teori perencanaan harus
didukung oleh teori pengembangan produk guna menghasilkan urutan dan
proses kerja yang lebih produktf, efisien dan efektif. Karena itu, teori-teori
pendukung akan Penulis coba jelaskan lebih dahulu untuk kemudian
dielaborasi
membentuk
suatu
kesatuan
pengertian
tentang
rencana
pengembangan produk yang bisa digunakan di dalam praktek.
Proses perencanaan yang menyangkut berbagai hal seperti jenis
pekerjaan, anggaran, program yang ingin dijalankan serta sasaran yang ingin
dicapai, juga melibatkan pengamatan atas komponen-komponen dalam proses
yang mencakup bentuk, tahapan dan hubungannya dengan konteks proses
perencanaan maupun keluaran.. Teori Perencanaan dan teori pengembangan
produk bersinergi membentuk alasan mengapa perencanaan pengembangan
produk itu diperlukan?
Berikut adalah beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:
1. Conyers Diana: Perencanaan adalah proses yang berjalan terus menerus
yang melibatkan (cyclical process decision-making) berbagai tahapan
skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau
dengan kata lain keputusan yang lebih rasional.
9
2. Anthony J. Catanese: Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal
manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan
pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai
alternatif yang ada.
3. Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi manajemen
pertama
yang
harus
dilakukan
oleh
setiap
manajer
dan
staf.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan
melibatkan
adalah
suatu
berbagai
proses
tahapan
pengambilan
skematik
dan
keputusan
berurutan
yang
dengan
mempertimbangkan berbagai batasan sehingga dapat menghasilkan
keputusan yang rasional.
Perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu,
1. Tingkatan
pertama
(tidak
ada
faktor
pembatas),
di
mana
suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Tingkatan
kedua
(ada
faktor
pembatas
internal),
dimana
suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah
memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut,
memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Tingkatan
ketiga
berpengaruh
(ada
dalam
faktor
pembatas
pencapaian
tujuan
internal,
eksternal
yang
tersebut),
dimana
suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah
memperlihatkan
pembatas
internal
dan
eksternal,
memilih
serta
menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal pengaruhnya
cukup besar serta kita tidak bisa mengendalikannya), di mana perencanaan
untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan
perkembangan
berbagai
faktor
non
controllable
yang
relevan,
memperkirakan faktor pembatas, menetapkan tujuan sasaran yang
diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah untuk mencapai tujuan
tersebut.
10
Unsur-Unsur Perencanaan
Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas
cakupan kegiatannya. Para ahli telah mendefinisikan kata perencanaan dengan
kalimat-kalimat berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan. Akan
tetapi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan biasanya mencakup pengertian
sebagai berikut.
a. Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
b.
Penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan
Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap
rencana paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu
1). Titik Tolak
Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun
rencana dan sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal
untuk melaksanakan rencana tersebut
2) Tujuan (Goal)
Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan
yang jelas akan mempermudah perencana dalam penyusunan
perencanaan.
3) Arah
Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan
cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu
rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan
tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.
Beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :
a. Whiseses (keinginan, cita-cita)
Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Perencana memiliki keinginan dalam hasil yang akan
dipacapai dan memiliki perencanaan yang sesuai keinginan trsebut.
b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)
Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mendukung
suatu
perencanaan.
Perencana
harus
mampu
mendayagunakan suber daya alam dengan kemampuan sumber daya
11
manusia yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam
pentusunan perencanan sebab, informasi yang valid memberikan
masukan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan.
c. Time, future oriented
Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi
juga berorientasi untuk masa yang akan datang (sustainable).
Tiga unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya wajib bagi setiap
rencana. Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana
menjadi tidak bermanfaat atau sulit dilaksanakan
Sementara itu, dalam hal pengembangan produk, teori yang akan digunakan
adalah yang dikemkakan oleh shatheeshl, yang antara lain menyebutkan
adanya beberapa penyebab mengapa diperlukan pengembangan produk,
yakni:
Salah perhitungan tentang ukuran pasar (Overestimation of Market Size)
Masalah-masalah pengembangan produk (Product Design Problems)
Kesalahan dalam memposisikan, penetapan harga dan promosi
produk
(Product Incorrectly Positioned, Priced or Advertised)
Biaya-biaya produk (Costs of Product Development)
Masalah persaingan (Competitive Actions)
Dengan demikian, masalah perencanaan pengembangan produk dalam tulisan
ini akan melandaskan pemikirannya pada pernyataan shatheeshl,
yang
menyebutkan bahwa : “ untuk menciptakan produk baru yang sukses,
perusahaan harus memahami konsumen, pasar dan para pesaingnya, serta
harus mengembangkan poduk yang memberikan nilai lebih kepada konsumen.”
(To create successful new products, the company must: understand it’s
customers, markets and competitors and develop products that deliver superior
value to customers)
C.
Definisi operasional variabel dan indikator yang digunakan
1. Definisi operasional variabel
12
Pengembangan produk adalah proses untuk meningkatkan berbagai hal
menyangkut produk, apakah itu kualitas, pengembangan, komposisi, bahan,
kemasan dan lain-lain, guna meningkatkan daya saingnya di pasar dalam
rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan ini dilakukan melalui
beberapa tahapan yang sudah disusun secara terencana.
2. variabel-variabel penulisan yang digunakan dalam pembahasan ini adalah
berbagai hal yang menyangkut proses pengembangan produk, mulai sejak
awal hingga akhir, melalui ramgkaian yang menunjukkan indikator-indikator
variabel sebagaimana gambar berikut:
D.
Deskripsi Kerangka Berpikir
Pengembangan produk merupakan proses bertahap, didasarkan atas suatu
perencanaan
yang
matang.
Dengan
demikian
keberhasilan
proses
pengembangan produk akan tergantung pada seberapa matang perencanaan
atas tiap variabel dan tahapan, dengan melihat hasil yang muncul pada tiap
indikator, yakni:
1. Hasil riset pasar dan identifikasi masalah
2. Konsep pengembangan yang ingin diterapkan
3. Pembuatan prototype
4. Test Pasar
5. Peluncuran produk.
13
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pengungkapan Masalah
Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean, di samping berbagai perjanjian
multilateral yang telah ditandatangani Indonesia akan memberikan kemudahan
dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN dan juga dengan negara-negara
penandatangan lainnya, serta meningkatkan transparansi dan mempercepat
penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik. Namun demikian,
berbagai hal berikut ini nampaknya masih merupakan permasalahan serius bagi
Indonesia, yakni:
1.
Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan
jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk
ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang
produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa
depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. Namun
sebaliknya, Indonesia bisa jadi hanya merupakan pasar yang empuk bagi
negara-negara penandatangan lain, baik untuk produk maupun jasa.
2.
Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi
negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih
tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN dan
di
ASEAN hanya sebesar 15%. Kondisi ini tentu saja membutuhkan
persyaratan yang lebih menguntungkan bagi investor agar mereka lebih
banyak lagi datang ke Indonesia, seperti dalam hal kemudahan prosedur,
prospek bidang yang bisa diinvestasi, perpajakan, keamanan, serta
jaminan-jaminan lain yang menarik. Jika tidak, jangankan menarik yang
baru, invstor yang lama pun bisa jadi akan hengkang dari Indonesia, pindah
ke negara lain yang lebih prospektif.
3.
Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor
Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN
berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk
14
meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju
peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan
impor dari intra-ASEAN. Syarat utama yang harus dipenuhi tentu saja
produk Indonesia
harus memiliki daya saing yang kuat agar bisa
memenuhi permintaan pasar.
4.
Liberalisasi perdagangan barang akan menjamin kelancaran arus barang
untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi karena hambatan tarif dan
non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas dengan
sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara
efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain.
Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif beragam yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah
sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar
yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan
keunggulan
komparatif
pada
sektor
berbasis
sumber
daya
alam,
berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut
di dalam negeri.
5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan
memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi.
Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara
lain, seperti dalam lingkup ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa
setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus
ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang
diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu
menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita
penduduk Indonesia.
B.
Pembahasan Fakta di lapangan
Meskipun tetap memiliki prospek yang baik, ekspor Indonesia sejauh ini masih
terkendala enam persoalan utama mulai dari infrastruktur hingga sumber daya
manusia. Enam masalah ini adalah
15
pertama masalahan regulated agent (RA) atau agen inspeksi. Beberapa
negara memang mensyaratkan keamanan perdagangan yang cukup ketat
seperti Amerika Serikat . Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, RA
masih menjadi masalah bagi pelaku ekspor dalam negeri. Seperti biaya yang
meroket karena kewajiban membayar uang pemeriksaan sebesar Rp 1.200 per
kilogram dan juga membayar biaya anggota sebesar Rp 25 juta per tahun
kepada salah satu operator RA.
Padahal, hingga kini jumlah operator RA masih amat terbatas sehingga proses
pemeriksaan berlangsung lambat. ''Ini artinya menghambat kelancaran arus
barang,'' paparnya. ''Apalagi Bagi perusahaan yang berada di kawasan berikat,
kontainer yang sudah disegel itu harus kembali dibuka sehingga sangat tidak
efisien.''
kedua masalah ketenagakerjaan. Mulai dari Upah Minimum Regional (UMR),
kualitas hingga masalah keterampilan sumber daya manusia. Begitu juga soal
peraturan yang melingkupi UMR. Masalah kualitas SDM secara langsung akan
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Demikian juga UMR yang
melampaui kemampuan para produsen akan menyebabkan produk tidak
memiliki harga yang berdaya saing. Amatlah tragis jika produk yang belum
memenuhi standar kualitas ekspor internasional malah mempunyai harga yang
tinggi akibat tekanan pemberian UMR kepada para pekerja.
Ketiga, peraturan iklim investasi dan izin usaha. Dalam catatan Kementerian
Perdagangan,
seringkali
Pemerintah
Daerah
menerbitkan
Perda
yang
menghambat iklim investasi dan usaha. Dalam hal ini, tidak adanya sinkronisasi
antar peraturan yang dikeluarkan instansi pusat dengan daerah juga menjadi
hambatan tersendiri terhadap pengembangan daya saing maupun proses
suatu produk yang dimodali investor, baik investor dalam maupun luar negeri.
Keempat,
masalah pajak daerah dan pungutan liar yang termasuk dalam
persoalan ekonomi biaya tinggi. Berdasarkan catatan Kemendag, beberapa
Pemerintah Daerah sering kali menerbitkan Perda sebagai sumber APBD
ditambah pungutan-pungutan liar.
Kelima
faktor keamanan barang dan jasa dimana seringkali bentuk
premanisme menjadi kendala proses produksi dan distribusi industri. Terakhir
ialah persoalan infrastrukur baik dalam hal transportasi dan sumber daya
energi.
16
Keenam,
kendala –kendala tersebut di atas, juga terkait dengan masalah
pengembangan produk, karena pada akhirnya timbulnya kelemahan dalam
masalah tersebut juga berimbas kepada masalah peningkatan daya saing
produk Indonesia dalam menembus pasar global.
Sementara
itu,
perencanaan
produk
yang
merupakan
proses
menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke
pasar, masih terkendala oleh tidak adanya strategi cadangan apabila produk
gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau
perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Padahal, Kesuksesan suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada
kemampuannya
dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian
secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut
dengan biaya yang rendah. Hal ini tentu saja bukan merupakan tanggung
jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian pengembangan
saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi
yang ada di perusahaan.
Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau
persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang baik,
karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk
tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang
investor pada perusahaan yang berorientasi laba, pengembangan produk
dapat dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan
menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan
langsung.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa
digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan
dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya
akan mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin
dibayar oleh pelanggan.
17
2.
Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit
disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa
besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan
harga penjualan tertentu.
3.
Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam
berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan
teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan
untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim
pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang
penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan
ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah
ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang
telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia,
kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan
produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan
pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap – tiap elemen suatu
produk mempunyai fungsi – fungsi sendiri. Diantara fungsi – fungsi satu dengan
yang lain ada saling keterkaitan, sehingga suatu fungsi komponen akan
menentukan fungsi komponen lainnya.
C.
Analisis Tinjauan
1) Penyusunan rencana
Dalam upaya menyusun perencanaan pengembangan produk, hal-hal
berikut perlu diperhatikan:
18
Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
Pengelompokan fungsi produk.
Proses
penyusunan
rencana
merupakan
urutan
langkah-langkah
pengubahan sekumpulan input menjadi sekumpulan output. Proses
Pengembangan produk adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan di
mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan
rencana peningkatan komersialisasi suatu produk. Pengembangan produk
adalah kegiatan interdisiplin yang membutuhkan kontribusi hampir semua
bagian di perusahaan, namun ada 3 bagian yang memegang peranan
penting, yaitu:
1. Marketing
Fungsi marketing menjadi jembatan antaraperusahaan dan pelanggan.
Marketing mengidentifikasi peluang sebuah produk, segmentasi pasar,
dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Marketing juga menentukan target
harga, memimpin peluncuran dan promosi produk.
2. Design
Fungsi pengembangan memainkan peranan utama dalam menentukan
bentuk fisik produk. Fungsi ini termasuk engineering design(mechanical,
electrical, software, dll) dan ndustrial design (aesthetics, ergonomics,
user interface, dan lain-lain)
3. Manufacturing
Fungsi manufaktur bertanggungjawab untuk menpengembangan dan
mengoperasikan sistem produksi untuk memproduksi produk. Temasuk
dalam fungsi ini adalah purchasing, distribution, dan instalasi.
Proses
perencanaan
produk
dilakukan
sebelum
suatu
proyek
pengembangan produk secara formal disetujui, sumber daya yang penting
dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar dibentuk.
Perencanaan produk merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan
portofolio suatu kegiatan, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan
menetukan bagian apa dari kegiatan yang akan diikuti selama periode
tertentu. Kegiatan
perencanaan
produk
menjamin
bahwa
proyek
19
pengembangan produk mendukung strategi bisnis perusahaan yang lebih
luas dan menentukan:
-
Kegiatan pengembangan produk apa yang akan dilakukan.
-
Kombinasi pengembangan produk (produk baru, produk platform, atau
produk turunan).
-
Keterkaitan antar kegiatan dalam suatu portofolio.
-
Waktu dan urutan kegiatan.
Setiap kegiatan terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini
harus mengetahui misi sebelum dimulai pengembangan. Misi setiap
kegiatan seharusnya memuat:
-
Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk merancang dan
mengembangkan produk.
-
Teknologi yang digunakan.
-
Target proyek secara finansial.
-
Anggaran dan deadline proyek.
Rencana
produk
mengidentifikasi
portofolio
produk-produk
yang
dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses perencanaan
mempertimbangkan
peluang-peluang
pengembangan
produk,
yang
diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran,
penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan
para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi
perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu
rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
-
Mengidentifikasi peluang
-
Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe proyek
pengembangan produk, yaitu:
a.) Produk baru.
b.) Turunan dari produk yang sudah ada.
c.) Perbaikan produk yang sudah ada.
o
Produk yang pada dasarnya baru.
o Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara:
20
o Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah ada.
o Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.
o Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis.
o Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan dalam
gaya idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang produk
ada dan peluang-peluang kategori produk baru.
2). Evaluasi dan prioritasi kegiatan
Empat
perspektif
dasar
yang
berguna
dalam
mengevaluasi
dan
memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk
yang sudah ada adalah:
a. Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar
dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing.
Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya
perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan
sebuah kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.Beberapa
strategi yang mungkin untuk diterapkan:
b. Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.
c. Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.
d. Fokus pelanggan.
e. Produk tiruan.
3) Segmentasi pasar
Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan
untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk
perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas.
Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam segmen-segmen
akan membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk yang
menyebabkan kelemahan lini produknya dan dan yang memanfaatkan
kelemahan dari penawaran pesaing.
21
4). Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaanyang
utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang
baru dalam lini produk.
5). Perencanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam
sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi
turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang setiap produk
memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama.
D. Analisis fakta dikaitkan dengan teori
Keputusan mengenai pengembangan produk dari perusahaan terkait dengan
teknik
untuk
mengkoordinasikan
pengembangan
teknologi
dengan
perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi
merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan masa
depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang
dipertimbangkan.
Mengaitkan kembali apa yang telah disampaikan pada bagian terdahulu
mengenai teori perencanaan dan teori pengembangan produk,
tentang
perlunya pentahapan dalam proses yang berlangsung, yakni:
- Riset pasar dan identifikasi masalah
- Konsep pengembangan
- Pembuatan prototype
- test pasar
- Peluncuran produk
Maka produk yang sudah dikembangkan juga harus melalui serangkaian
proses dalam rangka pengujian penerimaan pasar, seperti terlihat dalam bagan
berikut.
22
Penjelasan:
1) Standar tes pasar
Harus ditetapkan terlebih dahulu jenis dan standar test pasar yang akan
dijalankan serta hasil yang diharapkan sebagai hasil test ini. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara melakukan pemasaran di sejumlah pasar;
2) Kendali test pasar
Dalam tahap berikutnya test pasar bisa dilanjutkan dengan pengendalian
test pasar, yakni dengan penempatan produk di sejumlah tokok.
3) Simulasi Test Pasar
Untuk mengetahui bagaimana respon konsumen secara lebih luas, maka
perlu dilakukan simulasi yang dilakukan pada lingkungan penjualan
dengan sejumlah konsumen.
Dari ketiga jenis test tersebut di atas, diharapkan dapat diketahui bagaimana
respon pasar atas produk yang sudah dilakukan pengembangan.
Setelah diketahui bagaimana hasil dari tes pasar, maka kegiatan
berikutnya adalah melakukan kegiatan pemasaran secara intensif, sehingga
produk yang sudah dikembangkan dapat lebih diketahui oleh konsumen.
Terkait dengan hal tersebut matriks tentang strategi eskplorasi demand
berikut ini kiranya dapat memberi gambaran singkat tentang teknik dimaksud.
23
Jalan 1
: Produk dengan keberadaan yang sekarang (sebelum
dikembangkan) maka untuk membangun permintaan
dapat dilakukan dengan cara menjual lebih banyak
produk yang sudah ada, dalam rangka penetrasi pasar.
Jalani 2
: Berdasarkan letak geografis, dalam rangka memperluas
wilayah pasar, untuk meningkan penjualan produk yang
ada sekarang dengan cara memasukkan dan menjual
produk-produk di wilayah geografis sebanyak mungkin
(dalam rangka ekspansi geografis).
Jalaan 3
: Untuk suatu produk yang baru diluncurkan ke pasar,
dengan kondisi yang ada, disarankan untuk menjual
produk yang ada untuk jenis baru pelanggan dalam
rangka invasi segmen.
24
Jalan 4
: Dengan kondisi pasar yang ada sekarang tapi produk
sudah dilakukan modifikasi, disarankan untuk menjual
produk modifikasi tersebut lebih banyak.
Jalan 5
: Berdasarkan letak geografis, dalam rangka memperluas
wilayah pasar, untuk meningkan penjualan produk
modifikasi disarankan untuk menjual produk-produk di
wilayah geografis baru..
Jalan 6
: Untuk suatu produk yang sudah dimodifikasi, disarankan
untuk menjual produk tersebut kepada jenis pelanggan
baru dalam rangka memperluas segmen pasar.
:
Jalan 7
Produk dengan pengembangan yang baru (setelah
dikembangkan) untuk lebih membangun ketertarikan
pelanggan yang sudah ada.
Jalan 8
: Produk dengan pengembangan baru dipasarkan di
wilayah geografis lain dalam rangka memperluas wilayah
pasar,
Jalan 9
: Produk dengan pengembangan yang baru diluncurkan
untuk jenis baru pelanggan dalam rangka diversifikasi
segmen pasar.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan
produk
adalah
proses
menciptakan
ide
produk
dan
menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan
harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya.
Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan
harga dan promosi.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa
digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
2. Biaya Produk
3. Waktu Pengembangan Produk
4. Biaya Pengembangan
5. Kapabilitas Pengembangan.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi
perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu
rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
1. Mengidentifikasi peluang
2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
3. Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
4. Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
5. Merefleksikan hasil dengan proses
B. Rekomendasi
1. Persaingan yang timbul dalam kancah perdagangan global, baik lokal
maupun ekspor menjadi sangat ketat, sehingga dunia usaha, terutama
produsen dituntut selalu kreatif memikirkan bagaimana caranya agar produk
yang mereka jual senantiasa bisa memenuhi selera konsumen. Untuk itu
pengamatan terhadap pasar yang menyangkut trend produk, desain,
kemasan, dan sebagainya merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan
oleh mereka.
Kegagalan membaca selara pasar akan menyebabkan
produk tidak diminati pembeli, sehingga pada akhirnya dikhawatirkan akan
26
bangkrut. Pemerintah hendaknya memberikan dukungan berupa fasilitasi
yang mendorong dan memudahkan aktivitas bisnis bagi pengusaha
Nasional, melonggarkan regulasi dan mempercepat pelayanan publik bagi
dunia usaha.
2. Berdasarkan temuan dalam kegiatan pengamatan pasar, seorang produsen
harus melakukan analisis bagaimana kekuatan dan peluang, peluang dan
tantangan dari produknya untuk bisa bertahan atau malah melebarkan
sayap untuk meningkatkan pangsa pasar. Temuan- informasi seperti jenis
produk, trend selara, trend desain, kualitas, dan lain-lain, kiranya akan
menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah akan melakukan
pengembangan produk atau tidak.
Dalam kaitan dengan hal ini,
penempatan perwakilan Indonesia di negara-negara potensial tujuan ekspor
harus dioptimalkan, dengan cara menyebarluaskan informasi pasar,
mencarikan pembeli, melayani pertanyaan dunia usaha yang membutuhkan
dan membantu penyelesaian sengketa jika terjadi antara pengusaha
Nasional dengan pelaku usaha luar negeri.
3. Pengembangan
produk,
pengembangan
pasar
atau
pengembangan
segmen pasar tentu tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus
didasarkan pada suatu perencanaan yang matang.
Perencanaan inilah
yang akan menentukan masa depan suatu produk di pasar. Jika
perencanaan itu baik, tentu prospek produk akan baik, demikian juga
sebaliknya.
Pelaku usaha tidak boleh malas atau merasa segan untuk
meakukan konsultasi dengan berbagai pihak terkait mengenai berbagai
masalah yang dihadapinya.
4. Kegiatan pengembangan produk yang terencana harus dilakukan melalui
tahapan, demikian juga setelah produk dikembangkan harus dilakukan test
pasar. Setelah itu baru dilanjutkan lagi dengan upaya pengembangan minat
konsumen melalui sembilan jalan yang telah dijelaskan oleh Penulis pada
bagian akhir tulisan ini. Mentalitas main terabas dalam mencapai segala
sesuatu yang diinginkan dalam tempo cepat harus dihilangkan. Semua
harus dijalani tahap demi tahap penuh perencanaan matang, agar hasil
yang diperoleh bisa optimal.
Jakarta, 20 Juni 2014
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Govil, Manish, 1999, “Integrating product design and production : Designing for
time-to-market,” PhD Dissertation, University of Maryland, College Park, USA.
2. Taylor, D.G., J.R. English, and R.J. Graves, 1994, “Designing new products:
Compatibility with existing product facilities and anticipated product mix,”
Integrated Manufacturing Systems 5, no.4/5, pp 133. www.prodiindustrri.blogspot.com/perencanaan_pengembangan_industri.html
4. www.wordpresss.com/120310/perencanaan _produk.html
5. www.scribd.com/pengembangan _produk.html
6. www.google.com/150211/perencanaan-produk-baru.html
28
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
:
Abdillah Sani, SH, M.Si
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat Rumah
:
:
E-Mail Address
Nomor Telpon
:
:
Jakarta, 25 Januari 1961
Kp. Babakan No. 50 Rt 02/04
Kelurahan Binong, Kecamatan Curug,
Tangerang 15810, Banten
[email protected]
R)
021 5985566
HP) 081318262650
PIN BB : 232D06E0
Pendidikan
:
Status
:
Pekerjaan
:
Pengalaman kerja
1.
Sarjana Hukum, Universitas Indonesia, lulus tahun 1989
Jurusan Hukum Tata Negara
2. Magister Ilmu Komunikasi, Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, lulus 1997
Menikah
Istri : Suwarni, PNS, guru SDN di DKI Jakarta
Anak : 1. Dhika Arinanto
2. Dianis Putriani
1. Widyaiswara Ahli Madya pada Balai Besar Pendidikan dan
Pelatihan Ekspor Indonesia,
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
Kementerian Perdagangan RI
2. Staf Pengajar pada Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS),
Tangerang
1
Tahun
1982
:
2
1987
:
3
4
1990
1993
:
:
5
20102013
:
6
2013 Pebruari
2014
Pebruari
-April
2014
:
Biro Perencanaan, Setjen
Kemendag.
:
:
9.
April
2014sekaran
g
2011
Pusat Kajian Kebijakan
Perdagangan Dalam
Negeri, Badan Pengkajian
dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan,
Kemendag
Balai Besar Diklat Ekspor
Indonesia, Kemendag.
10.
2013
:
7
8
:
Unit kerja
Pusat Penelitian Koperasi,
Balitbangdagkop,
Depdagkop
Biro Humas Depdag
Pusdiklat Niaga
Pusat Pelatihan Ekspor
Indonesia
Balai Besar Diklat Ekspor
Indonesia.
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
Senat Universitas Islam
Syekh Yusuf, Tangerang
Posisi
Staf
Staf/penulis pada
Buletin Depdag.
Staf
Widyaiswara
(Instructor)
Kepala Bidang
Promosi dan
Kerjasama.
Kepala Bagian
Kerjasama dan
Bantuan Luar Negeri.
Kepala Bidang
Logistik, investasi dan
Fasilitasi Usaha.
(mengundurkan diri)
Widyaiswara
(Instructor)
Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi
Anggota
29
Pengalaman Mengajar
:
Pengalaman lain
Tahun
1 1987sekaran
g
Staf Pengajar (Dosen) pada Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS)
Tangerang.
Tahun
Fakultas
Mata kuliah
1 2001: Fakultas Ekonomi
1. Kewarganegaraan
sekaran
2. Kewirausahaan
3. Komunikasi Bisnis
g
4. Aspek Hukum
dalam Ekonomi.
5. Sosiologi Politik
2 2010: Fakultas Keguruan dan Ilmu 1. Kewarganegaraan
sekaran
Pendidikan (FKIP)
2. Kewirausahaan
g
3. Komunikasi Bisnis
3 2010: Fakultas Ilmu Sosial dan
1. Pengantar Ilmu
2012
Ilmu Politik (FISIP)
Komunikasi
2. Public Relations
3. Komunikasi Antar
Budaya
4. Komunikasi
Organisasi.
5. Pengantar Ilmu
Hukum.
2
3
4
5
6
Kegiatan
Keterangan
Mengikuti berbagai kegiatan 1. pembicara
dalam rangka seminar,
2. pengajar
pelatihan maupun
3. peserta
pendampingan ekspor di
4. moderator
berbagai daerah di
5. Pendamping
Indonesia.
6. Konsultan
Mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka seminar, pelatihan
maupun penggalangan kerjasama dengan lembaga internasional.
Kegiatan
Tahun
Negara
1.
Export Marketing Strategy
2004
Malaysia
2.
Export Training Method
2007
Thailand
3.
Export Training
2008
Jepang
4.
Export Training cooperation
2009
Australia
5.
Export Training
2010
Jepang
6.
Export Training cooperation
2011
Canada
7.
Export Training cooperation
2011
Jepang
8.
Export Training cooperation
2012
Jepang
9.
Foreign Aid Cooperation
2013
Netherland
11. Certificate of Origin (COO) seminar
2013
Jepang
12. South-south economic cooperation
2013
Timor Leste
1.
Buletin Departemen
1987-1992
Redaktur Pelaksana
Perdagangan
dan Penulis
2.
Buletin Pelatihan
2010-2012
Redaktur Pelaksana
Ekspor, PPEI
dan Penulis
3.
Jurnal Perencana,
2014Redaktur Pelaksana
Kementerian
sekarang
dan Penulis
Perdagangan.
Lead Coach pada Export Coaching
2010-sekarang
Program, PPEI
Anggota Tim Pembina Jabatan Fungsional ,2014 - sekarang
Perencana Kemendag
Asesor Lisensi pada Lembaga Sertifikasi
2010 - sekarang
Ekspor Impor Indonesia.
Jakarta, Juni 2014
:
Abdillah Sani, SH, M.Si
30
PENGEMBANGAN PRODUK
MENEMBUS PASAR GLOBAL
Oleh :
Abdillah Sani
Widyaiswara Madya
Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Juni 2014
2
DAFTAR ISI
Abstrak
Prakata.................................................................................................................. i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I
:
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
BAB II
:
Latar Belakang...............................................................
Identifikasi Masalah........................................................
Perumusan Masalah......................................................
Tujuan Penulisan...........................................................
KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Kepustkaan........................................................
B. Teori Pendukung..........................................................
C. Definisi operasional variabel dan indikator
yang digunakan............................................................
D. Deskripsi kerangka berpikir..........................................
BAB III
:
:
4
6
9
10
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
BAB IV
1
3
3
3
Pengungkapan masalah..............................................
Pembahasan fakta di lapangan...................................
AnalisisTinjauan..........................................................
Analisis atas fakta hasil kajian dikaitkan dengan
Teori...........................................................................
11
12
15
19
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................
B. Rekomendasi.............................................................
23
23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................
iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini telah menandatangani berbagai perjanjian multilateral
seperti AFTA, APEC, WTO, CAFTA dan lain-lain,
yang mau tidak mau akan
berimbas kepada kehidupan ekonomi masyarakat di dalam negeri. Bedasarkan
perjanjian-perjanjian tersebut,
Indonesia diharuskan membuka pasarnya dari
produk maupun jasa yang datang dari sesama negara penandatangan. Sejalan
dengan
itu
berbagai
peluang
dan
tantangan
pun
bermunculan,
yang
menyebabkan Indonesia harus segera melakukan pembenahan internal secara
menyeluruh dan integratif. Jika Indonesia tidak segera melakukan hal tersebut,
tidak mustahil negara ini hanya akan menjadi penonton saja di kancah pergaulan
internasional.
Dalam era globalisasi perdagangan ini, semua produk,
baik untuk
perdagangan domestik maupun ekspor harus mampu memenuhi persyaratan
yang diinginkan pembeli. Demikian juga dengan sektor jasa, termasuk jasa tenaga
kerja, harus bisa memenuhi keinginan para pengguna. Maka tidak mengherankan
jika kemudia persyaratan yang ditetapkan pun menjadi semakin tinggi dan sulit
dipenuhi. Globalisasi memang membawa dampak ketatnya persaingan di segala
bidang.
Khususnya bagi produk, apalagi dalam rangka ekspor, sederet persyaratan
yang harus dipenuhi oleh produsen maupun trader, sudah semakin berkembang
dan mencakup berbagai hal yang bahkan sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Misalnya tentang penelusuran asal bahan baku pembuatan produk, keselamatan
bahan baku atau bahan penolong, sampai kepada pengerahan tenaga kerja yang
dieksploitasi secara tidak wajar seperti anak-anak, kaum wanita dan para
narapidana, serta isu keselamatan lingkungan, menjadi isu-isu yang sering
dikaitkan dengan pengolahan produk untuk dijual ke pasar.
Demikian juga
4
dengan faktor estetika maupun jaminan kesehatan produk, tidak luput menjadi
sorotan dan ikut dipersyaratkan dalam perdagangan Semakin banyak faktor
menyangkut produk yang kini berimbas kepada daya jual dan dipermasalahkan,
termasuk masalah pengembangan produk dan kemasan. .
Pengembangan produk untuk keperluan ekspor, juga menjadi lebih
kompleks dibandingkan dengan keperluan perdagangan dalam negeri, oleh
karena produk harus mampu menembus selera konsumen yang notabene berlatar
belakang nilai budaya pembeli yang berbeda dengan nilai budaya pembuatnya di
Indonesia.
Produk dan kemasan juga tidak hanya terkait dengan masalah
promosi, tapi juga daya tahan produk dan kemudahan pengiriman, oleh karena
produk itu akan dibawa melintasi benua, menjelajahi ruang dan waktu yang tidak
mustahil harus ditempuh cukup lama. Karena itu, selain masalah daya tarik,
kemasan produk juga akan menyangkut masalah kekuatan produk itu sejak dari
pabrik pembuatan sampai ke tangan pembeli di negara tujuan ekspor.
Kemasan produk merupakan hal yang sangat penting dalam perdagangan,
karena berpengaruh kepada peningkatan harga jual produk, sehingga dapat
membuka peluang untuk meningkatkan volume ekspor dan keuntungan.
Sebaliknya, produk yang gagal akan mengakibatkan produk tersebut tidak terjual.
Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian.
Pengembangan produk yang baik, harus menyangkut 3 (tiga) aspek penting
yang sering disebut segi tiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah,
dan jadwal yang tepat. Segi tiga aspek produk tersebut harus dikembangkan
menjadi persyaratan-persyaratan dalam pengembangan, yaitu harus dapat dirakit,
didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta
waktu yang tepat. Untuk itu dalam menpengembangan suatu produk, harus
memperhatikan
secara
detail
tentang
fungsi-fungsi
dari
produk
yang
dikembangkan.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, Penulis tertarik untuk menuangkan
tulisan yang membahas soal pengembangan produk menembus pasar ekspor,
dengan harapan melalui tulisan ini baik Penulis maupun pembaca menjadi lebih
5
memahami bagaimana fungsi dari pengembangan suatu produk dalam kaitannnya
dengan daya saingnya di arena pasar global, baik domestik maupun ekspor.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian dalam latar belakang penulisan sebagaimana disampaikan di
atas, pembahasan tulisan ini akan memfokus pada identifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Pasar global, peluang dan tantangan
2. Pentingnya adaptasi produk sesuai perkembangan selera pasar
3. Pernasalahan pengembangan produk Indonesia
4. Daya saing produk Indonesia
5. Pengembangan produk
6. Pemasaran produk yang sudah dikembangkan
C. Perumusan Masalah
Bagaimana
permasalahan
menghadapi
persaingan
pengembangan
di
era
pasar
produk
global
di
serta
Indonesia
dalam
bagaimana
upaya
pengembangan yang harus dilakukan oleh para produsen?
D. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, Penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memberi gambaran tentang globalisasi perdagangan dan prospek produk
Indonesia
2. Memaparkan masalah pengembangan produk Indonesia
3. Merekomendasi strategi pengembangan produk Indonesia dalam rangka
menembus persaingan baik di pasar domestik maupun lokal.
4. Merekomendasi strategi pemasaran produk yang sudah dikembangkan.
6
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Kepustakaan
Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus
dipergunakan sehingga dapat membentuk suatu struktur pemikiran dan ide yang
baik dalam implementasi di lapangan.
Suatu teori yang baik namun hanya
disimpan dan tidak dipraktekkan, tidak akan ada manfaatnya, begitu pula
sebaliknya sebuah praktek yang baik harus ditopang oleh teori. Keduanya harus
saling mengisi untuk menghasilkan suatu karya cipta dan hasil kerja yang optimal.
Demikian pula halnya dalam pengembangan produk. Bagi seorang
produsen, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting, sebab
perencanaan pengembangan produk tidak seperti ilmu murni karena pada
dasarnya perencanaan pengembangan produk adalah kegiatan preskripif, bukan
deskriptif. Tujuan perencanaan pengembangan produk bukanlah sekedar untuk
menguraikan atau menjelaskan sesuatu,
tetapi untuk menggagas dan
mewujudkan perubahan produk ke arah yang lebih baik, berdaya saing dan laku di
pasar.
Rencana pengembangan produk memerlukan suatu pengakuan rasional
dan sosial: ia harus dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan
keputusan yang rasional pada berbagai masalah yang menyangkut produk.
Mengingat perencanaan adalah suatu aktivitas yang mempengaruhi nilai-nilai,
maka teori perencanaan pengembangan produk tidak dapat mengabaikan
masalah “ideologi”. Dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan haruslah
mencakup beberapa teori tentang suatu hal dimana perencanaan itu akan
dilembagakan.
Dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan daya saing produk Indonesia
di pasar global, produk yang ingin dikembangkan harus terlebih dulu dibuat
perencanaan yang matang berlandaskan dukungan data-data yang akurat dan
aktual, yang diperoleh dalam kegiatan riset pasar, sehingga apa yang akan
7
dikembangkan kemudian bukanlah suatu produk yang hanya ideal bagi produsen,
tapi mengacu kepada realitas keinginan pasar target sasaran produk tersebut.
Pengembangan produk
harus melalui serangkaian kegiatan sebagaimana
digambarkan pada bagan ilustrasi berikut:
Penjelasan
1. Rencana pengembangan produk dilakukan berdasarkan analisis bisnis atas
hasil penjualan, bagaimana realitas yang ada? apakah selama ini produk
yang dijual memiliki daya saing yang tinggi ataukah tidak?. Produk yang
laku tentu belum memerlukan pengembangan, kecuali terhadap aspekaspek lain seperti pemasaran, pelayanan, kualitas dan sebagainya dalam
rangka lebih mendongkrak penjualannya. Analisis biaya perlu dilakukan
untuk membuka peluang dipasarannya produk yang lebih murah, tanpa
menurunkan
kualitasnya.
Produk
yang
efiesien
dalam
pembuatannya, tentu akan mempengaruhi pula harga jual.
proses
Analisis
keuntungan dan proyeksi juga sangat penting dilakukan jika ke depan
produk dimaksud memiliki potensi untuk dikembangkan, guna meraih
pangsa pasar yang lebih besar.
8
2. Jika hasil kegiatan analisis menghasilkan kesimpulan bahwa kesemuanya
masih menunjukkan hasil yang positip dan prospek yang cukup cerah, maka
kegiatan pengembangan produk dianggap belum perlu. Artinya, dalam
upaya menembus pasar global produk tersebut dianggap masih dalam
posisi aman dan belum membutuhkan pengembangan.
3. Namun jika terjadi sebaliknya, hasil analisis memperlihatkan bahwa ke
depan produk tersebut akan terancam dan berada dalam posisi yang tidak
aman
serta
prospek
yang
kurang
menjanjikan,
maka
kegiatan
pengembangan produk menjadi keharusan dan tidak boleh ditunda-tunda
lagi.
B.
Teori pendukung
Dalam pengembangan produk, penggunaan teori perencanaan harus
didukung oleh teori pengembangan produk guna menghasilkan urutan dan
proses kerja yang lebih produktf, efisien dan efektif. Karena itu, teori-teori
pendukung akan Penulis coba jelaskan lebih dahulu untuk kemudian
dielaborasi
membentuk
suatu
kesatuan
pengertian
tentang
rencana
pengembangan produk yang bisa digunakan di dalam praktek.
Proses perencanaan yang menyangkut berbagai hal seperti jenis
pekerjaan, anggaran, program yang ingin dijalankan serta sasaran yang ingin
dicapai, juga melibatkan pengamatan atas komponen-komponen dalam proses
yang mencakup bentuk, tahapan dan hubungannya dengan konteks proses
perencanaan maupun keluaran.. Teori Perencanaan dan teori pengembangan
produk bersinergi membentuk alasan mengapa perencanaan pengembangan
produk itu diperlukan?
Berikut adalah beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:
1. Conyers Diana: Perencanaan adalah proses yang berjalan terus menerus
yang melibatkan (cyclical process decision-making) berbagai tahapan
skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik atau
dengan kata lain keputusan yang lebih rasional.
9
2. Anthony J. Catanese: Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal
manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan
pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai
alternatif yang ada.
3. Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi manajemen
pertama
yang
harus
dilakukan
oleh
setiap
manajer
dan
staf.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan
melibatkan
adalah
suatu
berbagai
proses
tahapan
pengambilan
skematik
dan
keputusan
berurutan
yang
dengan
mempertimbangkan berbagai batasan sehingga dapat menghasilkan
keputusan yang rasional.
Perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu,
1. Tingkatan
pertama
(tidak
ada
faktor
pembatas),
di
mana
suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.
Tingkatan
kedua
(ada
faktor
pembatas
internal),
dimana
suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah
memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut,
memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Tingkatan
ketiga
berpengaruh
(ada
dalam
faktor
pembatas
pencapaian
tujuan
internal,
eksternal
yang
tersebut),
dimana
suatu
perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah
memperlihatkan
pembatas
internal
dan
eksternal,
memilih
serta
menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal pengaruhnya
cukup besar serta kita tidak bisa mengendalikannya), di mana perencanaan
untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan
perkembangan
berbagai
faktor
non
controllable
yang
relevan,
memperkirakan faktor pembatas, menetapkan tujuan sasaran yang
diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah untuk mencapai tujuan
tersebut.
10
Unsur-Unsur Perencanaan
Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas
cakupan kegiatannya. Para ahli telah mendefinisikan kata perencanaan dengan
kalimat-kalimat berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan. Akan
tetapi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan biasanya mencakup pengertian
sebagai berikut.
a. Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
b.
Penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan
Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap
rencana paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu
1). Titik Tolak
Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun
rencana dan sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal
untuk melaksanakan rencana tersebut
2) Tujuan (Goal)
Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan
yang jelas akan mempermudah perencana dalam penyusunan
perencanaan.
3) Arah
Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan
cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu
rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan
tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.
Beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :
a. Whiseses (keinginan, cita-cita)
Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Perencana memiliki keinginan dalam hasil yang akan
dipacapai dan memiliki perencanaan yang sesuai keinginan trsebut.
b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)
Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mendukung
suatu
perencanaan.
Perencana
harus
mampu
mendayagunakan suber daya alam dengan kemampuan sumber daya
11
manusia yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam
pentusunan perencanan sebab, informasi yang valid memberikan
masukan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan.
c. Time, future oriented
Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi
juga berorientasi untuk masa yang akan datang (sustainable).
Tiga unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya wajib bagi setiap
rencana. Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana
menjadi tidak bermanfaat atau sulit dilaksanakan
Sementara itu, dalam hal pengembangan produk, teori yang akan digunakan
adalah yang dikemkakan oleh shatheeshl, yang antara lain menyebutkan
adanya beberapa penyebab mengapa diperlukan pengembangan produk,
yakni:
Salah perhitungan tentang ukuran pasar (Overestimation of Market Size)
Masalah-masalah pengembangan produk (Product Design Problems)
Kesalahan dalam memposisikan, penetapan harga dan promosi
produk
(Product Incorrectly Positioned, Priced or Advertised)
Biaya-biaya produk (Costs of Product Development)
Masalah persaingan (Competitive Actions)
Dengan demikian, masalah perencanaan pengembangan produk dalam tulisan
ini akan melandaskan pemikirannya pada pernyataan shatheeshl,
yang
menyebutkan bahwa : “ untuk menciptakan produk baru yang sukses,
perusahaan harus memahami konsumen, pasar dan para pesaingnya, serta
harus mengembangkan poduk yang memberikan nilai lebih kepada konsumen.”
(To create successful new products, the company must: understand it’s
customers, markets and competitors and develop products that deliver superior
value to customers)
C.
Definisi operasional variabel dan indikator yang digunakan
1. Definisi operasional variabel
12
Pengembangan produk adalah proses untuk meningkatkan berbagai hal
menyangkut produk, apakah itu kualitas, pengembangan, komposisi, bahan,
kemasan dan lain-lain, guna meningkatkan daya saingnya di pasar dalam
rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan ini dilakukan melalui
beberapa tahapan yang sudah disusun secara terencana.
2. variabel-variabel penulisan yang digunakan dalam pembahasan ini adalah
berbagai hal yang menyangkut proses pengembangan produk, mulai sejak
awal hingga akhir, melalui ramgkaian yang menunjukkan indikator-indikator
variabel sebagaimana gambar berikut:
D.
Deskripsi Kerangka Berpikir
Pengembangan produk merupakan proses bertahap, didasarkan atas suatu
perencanaan
yang
matang.
Dengan
demikian
keberhasilan
proses
pengembangan produk akan tergantung pada seberapa matang perencanaan
atas tiap variabel dan tahapan, dengan melihat hasil yang muncul pada tiap
indikator, yakni:
1. Hasil riset pasar dan identifikasi masalah
2. Konsep pengembangan yang ingin diterapkan
3. Pembuatan prototype
4. Test Pasar
5. Peluncuran produk.
13
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pengungkapan Masalah
Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean, di samping berbagai perjanjian
multilateral yang telah ditandatangani Indonesia akan memberikan kemudahan
dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN dan juga dengan negara-negara
penandatangan lainnya, serta meningkatkan transparansi dan mempercepat
penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik. Namun demikian,
berbagai hal berikut ini nampaknya masih merupakan permasalahan serius bagi
Indonesia, yakni:
1.
Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan
jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk
ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang
produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa
depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. Namun
sebaliknya, Indonesia bisa jadi hanya merupakan pasar yang empuk bagi
negara-negara penandatangan lain, baik untuk produk maupun jasa.
2.
Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi
negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih
tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN dan
di
ASEAN hanya sebesar 15%. Kondisi ini tentu saja membutuhkan
persyaratan yang lebih menguntungkan bagi investor agar mereka lebih
banyak lagi datang ke Indonesia, seperti dalam hal kemudahan prosedur,
prospek bidang yang bisa diinvestasi, perpajakan, keamanan, serta
jaminan-jaminan lain yang menarik. Jika tidak, jangankan menarik yang
baru, invstor yang lama pun bisa jadi akan hengkang dari Indonesia, pindah
ke negara lain yang lebih prospektif.
3.
Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor
Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN
berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk
14
meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju
peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan
impor dari intra-ASEAN. Syarat utama yang harus dipenuhi tentu saja
produk Indonesia
harus memiliki daya saing yang kuat agar bisa
memenuhi permintaan pasar.
4.
Liberalisasi perdagangan barang akan menjamin kelancaran arus barang
untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi karena hambatan tarif dan
non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas dengan
sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara
efisien sehingga mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain.
Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif beragam yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah
sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar
yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan
keunggulan
komparatif
pada
sektor
berbasis
sumber
daya
alam,
berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut
di dalam negeri.
5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan
memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi.
Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara
lain, seperti dalam lingkup ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa
setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus
ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang
diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu
menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita
penduduk Indonesia.
B.
Pembahasan Fakta di lapangan
Meskipun tetap memiliki prospek yang baik, ekspor Indonesia sejauh ini masih
terkendala enam persoalan utama mulai dari infrastruktur hingga sumber daya
manusia. Enam masalah ini adalah
15
pertama masalahan regulated agent (RA) atau agen inspeksi. Beberapa
negara memang mensyaratkan keamanan perdagangan yang cukup ketat
seperti Amerika Serikat . Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, RA
masih menjadi masalah bagi pelaku ekspor dalam negeri. Seperti biaya yang
meroket karena kewajiban membayar uang pemeriksaan sebesar Rp 1.200 per
kilogram dan juga membayar biaya anggota sebesar Rp 25 juta per tahun
kepada salah satu operator RA.
Padahal, hingga kini jumlah operator RA masih amat terbatas sehingga proses
pemeriksaan berlangsung lambat. ''Ini artinya menghambat kelancaran arus
barang,'' paparnya. ''Apalagi Bagi perusahaan yang berada di kawasan berikat,
kontainer yang sudah disegel itu harus kembali dibuka sehingga sangat tidak
efisien.''
kedua masalah ketenagakerjaan. Mulai dari Upah Minimum Regional (UMR),
kualitas hingga masalah keterampilan sumber daya manusia. Begitu juga soal
peraturan yang melingkupi UMR. Masalah kualitas SDM secara langsung akan
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Demikian juga UMR yang
melampaui kemampuan para produsen akan menyebabkan produk tidak
memiliki harga yang berdaya saing. Amatlah tragis jika produk yang belum
memenuhi standar kualitas ekspor internasional malah mempunyai harga yang
tinggi akibat tekanan pemberian UMR kepada para pekerja.
Ketiga, peraturan iklim investasi dan izin usaha. Dalam catatan Kementerian
Perdagangan,
seringkali
Pemerintah
Daerah
menerbitkan
Perda
yang
menghambat iklim investasi dan usaha. Dalam hal ini, tidak adanya sinkronisasi
antar peraturan yang dikeluarkan instansi pusat dengan daerah juga menjadi
hambatan tersendiri terhadap pengembangan daya saing maupun proses
suatu produk yang dimodali investor, baik investor dalam maupun luar negeri.
Keempat,
masalah pajak daerah dan pungutan liar yang termasuk dalam
persoalan ekonomi biaya tinggi. Berdasarkan catatan Kemendag, beberapa
Pemerintah Daerah sering kali menerbitkan Perda sebagai sumber APBD
ditambah pungutan-pungutan liar.
Kelima
faktor keamanan barang dan jasa dimana seringkali bentuk
premanisme menjadi kendala proses produksi dan distribusi industri. Terakhir
ialah persoalan infrastrukur baik dalam hal transportasi dan sumber daya
energi.
16
Keenam,
kendala –kendala tersebut di atas, juga terkait dengan masalah
pengembangan produk, karena pada akhirnya timbulnya kelemahan dalam
masalah tersebut juga berimbas kepada masalah peningkatan daya saing
produk Indonesia dalam menembus pasar global.
Sementara
itu,
perencanaan
produk
yang
merupakan
proses
menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke
pasar, masih terkendala oleh tidak adanya strategi cadangan apabila produk
gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau
perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Padahal, Kesuksesan suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada
kemampuannya
dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian
secara cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut
dengan biaya yang rendah. Hal ini tentu saja bukan merupakan tanggung
jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian pengembangan
saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi
yang ada di perusahaan.
Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau
persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang baik,
karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk
tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang
investor pada perusahaan yang berorientasi laba, pengembangan produk
dapat dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan
menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan
langsung.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa
digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan
dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya
akan mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin
dibayar oleh pelanggan.
17
2.
Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit
disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa
besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan
harga penjualan tertentu.
3.
Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam
berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan
teknologi dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan
untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim
pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang
penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan
ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah
ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang
telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia,
kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan
produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan
pembuatan dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap – tiap elemen suatu
produk mempunyai fungsi – fungsi sendiri. Diantara fungsi – fungsi satu dengan
yang lain ada saling keterkaitan, sehingga suatu fungsi komponen akan
menentukan fungsi komponen lainnya.
C.
Analisis Tinjauan
1) Penyusunan rencana
Dalam upaya menyusun perencanaan pengembangan produk, hal-hal
berikut perlu diperhatikan:
18
Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
Pengelompokan fungsi produk.
Proses
penyusunan
rencana
merupakan
urutan
langkah-langkah
pengubahan sekumpulan input menjadi sekumpulan output. Proses
Pengembangan produk adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan di
mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan
rencana peningkatan komersialisasi suatu produk. Pengembangan produk
adalah kegiatan interdisiplin yang membutuhkan kontribusi hampir semua
bagian di perusahaan, namun ada 3 bagian yang memegang peranan
penting, yaitu:
1. Marketing
Fungsi marketing menjadi jembatan antaraperusahaan dan pelanggan.
Marketing mengidentifikasi peluang sebuah produk, segmentasi pasar,
dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Marketing juga menentukan target
harga, memimpin peluncuran dan promosi produk.
2. Design
Fungsi pengembangan memainkan peranan utama dalam menentukan
bentuk fisik produk. Fungsi ini termasuk engineering design(mechanical,
electrical, software, dll) dan ndustrial design (aesthetics, ergonomics,
user interface, dan lain-lain)
3. Manufacturing
Fungsi manufaktur bertanggungjawab untuk menpengembangan dan
mengoperasikan sistem produksi untuk memproduksi produk. Temasuk
dalam fungsi ini adalah purchasing, distribution, dan instalasi.
Proses
perencanaan
produk
dilakukan
sebelum
suatu
proyek
pengembangan produk secara formal disetujui, sumber daya yang penting
dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar dibentuk.
Perencanaan produk merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan
portofolio suatu kegiatan, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan
menetukan bagian apa dari kegiatan yang akan diikuti selama periode
tertentu. Kegiatan
perencanaan
produk
menjamin
bahwa
proyek
19
pengembangan produk mendukung strategi bisnis perusahaan yang lebih
luas dan menentukan:
-
Kegiatan pengembangan produk apa yang akan dilakukan.
-
Kombinasi pengembangan produk (produk baru, produk platform, atau
produk turunan).
-
Keterkaitan antar kegiatan dalam suatu portofolio.
-
Waktu dan urutan kegiatan.
Setiap kegiatan terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini
harus mengetahui misi sebelum dimulai pengembangan. Misi setiap
kegiatan seharusnya memuat:
-
Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk merancang dan
mengembangkan produk.
-
Teknologi yang digunakan.
-
Target proyek secara finansial.
-
Anggaran dan deadline proyek.
Rencana
produk
mengidentifikasi
portofolio
produk-produk
yang
dikembangkan dan waktu pengenalan ke pasar. Proses perencanaan
mempertimbangkan
peluang-peluang
pengembangan
produk,
yang
diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran,
penelitian, pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan
para pesaing.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi
perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu
rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
-
Mengidentifikasi peluang
-
Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe proyek
pengembangan produk, yaitu:
a.) Produk baru.
b.) Turunan dari produk yang sudah ada.
c.) Perbaikan produk yang sudah ada.
o
Produk yang pada dasarnya baru.
o Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara:
20
o Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah ada.
o Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.
o Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis.
o Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan dalam
gaya idup, demografi dan teknologi untuk kategori yang produk
ada dan peluang-peluang kategori produk baru.
2). Evaluasi dan prioritasi kegiatan
Empat
perspektif
dasar
yang
berguna
dalam
mengevaluasi
dan
memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk
yang sudah ada adalah:
a. Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar
dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing.
Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya
perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan
sebuah kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.Beberapa
strategi yang mungkin untuk diterapkan:
b. Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.
c. Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.
d. Fokus pelanggan.
e. Produk tiruan.
3) Segmentasi pasar
Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan
untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk
perusahaan sekarang berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas.
Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam segmen-segmen
akan membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk yang
menyebabkan kelemahan lini produknya dan dan yang memanfaatkan
kelemahan dari penawaran pesaing.
21
4). Perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaanyang
utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang
baru dalam lini produk.
5). Perencanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam
sekumpulan produk. Platform yang efektif dapat memungkinkan variasi
turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang setiap produk
memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama.
D. Analisis fakta dikaitkan dengan teori
Keputusan mengenai pengembangan produk dari perusahaan terkait dengan
teknik
untuk
mengkoordinasikan
pengembangan
teknologi
dengan
perencanaan produk adalah peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi
merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang diharapkan dan masa
depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang
dipertimbangkan.
Mengaitkan kembali apa yang telah disampaikan pada bagian terdahulu
mengenai teori perencanaan dan teori pengembangan produk,
tentang
perlunya pentahapan dalam proses yang berlangsung, yakni:
- Riset pasar dan identifikasi masalah
- Konsep pengembangan
- Pembuatan prototype
- test pasar
- Peluncuran produk
Maka produk yang sudah dikembangkan juga harus melalui serangkaian
proses dalam rangka pengujian penerimaan pasar, seperti terlihat dalam bagan
berikut.
22
Penjelasan:
1) Standar tes pasar
Harus ditetapkan terlebih dahulu jenis dan standar test pasar yang akan
dijalankan serta hasil yang diharapkan sebagai hasil test ini. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara melakukan pemasaran di sejumlah pasar;
2) Kendali test pasar
Dalam tahap berikutnya test pasar bisa dilanjutkan dengan pengendalian
test pasar, yakni dengan penempatan produk di sejumlah tokok.
3) Simulasi Test Pasar
Untuk mengetahui bagaimana respon konsumen secara lebih luas, maka
perlu dilakukan simulasi yang dilakukan pada lingkungan penjualan
dengan sejumlah konsumen.
Dari ketiga jenis test tersebut di atas, diharapkan dapat diketahui bagaimana
respon pasar atas produk yang sudah dilakukan pengembangan.
Setelah diketahui bagaimana hasil dari tes pasar, maka kegiatan
berikutnya adalah melakukan kegiatan pemasaran secara intensif, sehingga
produk yang sudah dikembangkan dapat lebih diketahui oleh konsumen.
Terkait dengan hal tersebut matriks tentang strategi eskplorasi demand
berikut ini kiranya dapat memberi gambaran singkat tentang teknik dimaksud.
23
Jalan 1
: Produk dengan keberadaan yang sekarang (sebelum
dikembangkan) maka untuk membangun permintaan
dapat dilakukan dengan cara menjual lebih banyak
produk yang sudah ada, dalam rangka penetrasi pasar.
Jalani 2
: Berdasarkan letak geografis, dalam rangka memperluas
wilayah pasar, untuk meningkan penjualan produk yang
ada sekarang dengan cara memasukkan dan menjual
produk-produk di wilayah geografis sebanyak mungkin
(dalam rangka ekspansi geografis).
Jalaan 3
: Untuk suatu produk yang baru diluncurkan ke pasar,
dengan kondisi yang ada, disarankan untuk menjual
produk yang ada untuk jenis baru pelanggan dalam
rangka invasi segmen.
24
Jalan 4
: Dengan kondisi pasar yang ada sekarang tapi produk
sudah dilakukan modifikasi, disarankan untuk menjual
produk modifikasi tersebut lebih banyak.
Jalan 5
: Berdasarkan letak geografis, dalam rangka memperluas
wilayah pasar, untuk meningkan penjualan produk
modifikasi disarankan untuk menjual produk-produk di
wilayah geografis baru..
Jalan 6
: Untuk suatu produk yang sudah dimodifikasi, disarankan
untuk menjual produk tersebut kepada jenis pelanggan
baru dalam rangka memperluas segmen pasar.
:
Jalan 7
Produk dengan pengembangan yang baru (setelah
dikembangkan) untuk lebih membangun ketertarikan
pelanggan yang sudah ada.
Jalan 8
: Produk dengan pengembangan baru dipasarkan di
wilayah geografis lain dalam rangka memperluas wilayah
pasar,
Jalan 9
: Produk dengan pengembangan yang baru diluncurkan
untuk jenis baru pelanggan dalam rangka diversifikasi
segmen pasar.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan
produk
adalah
proses
menciptakan
ide
produk
dan
menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan
harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya.
Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan
harga dan promosi.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa
digunakan untuk menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
2. Biaya Produk
3. Waktu Pengembangan Produk
4. Biaya Pengembangan
5. Kapabilitas Pengembangan.
Rencana produk perlu diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi
perubahan dan perkembangan yang ada. Untuk mengembangkan suatu
rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan proses:
1. Mengidentifikasi peluang
2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
3. Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu
4. Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan
5. Merefleksikan hasil dengan proses
B. Rekomendasi
1. Persaingan yang timbul dalam kancah perdagangan global, baik lokal
maupun ekspor menjadi sangat ketat, sehingga dunia usaha, terutama
produsen dituntut selalu kreatif memikirkan bagaimana caranya agar produk
yang mereka jual senantiasa bisa memenuhi selera konsumen. Untuk itu
pengamatan terhadap pasar yang menyangkut trend produk, desain,
kemasan, dan sebagainya merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan
oleh mereka.
Kegagalan membaca selara pasar akan menyebabkan
produk tidak diminati pembeli, sehingga pada akhirnya dikhawatirkan akan
26
bangkrut. Pemerintah hendaknya memberikan dukungan berupa fasilitasi
yang mendorong dan memudahkan aktivitas bisnis bagi pengusaha
Nasional, melonggarkan regulasi dan mempercepat pelayanan publik bagi
dunia usaha.
2. Berdasarkan temuan dalam kegiatan pengamatan pasar, seorang produsen
harus melakukan analisis bagaimana kekuatan dan peluang, peluang dan
tantangan dari produknya untuk bisa bertahan atau malah melebarkan
sayap untuk meningkatkan pangsa pasar. Temuan- informasi seperti jenis
produk, trend selara, trend desain, kualitas, dan lain-lain, kiranya akan
menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah akan melakukan
pengembangan produk atau tidak.
Dalam kaitan dengan hal ini,
penempatan perwakilan Indonesia di negara-negara potensial tujuan ekspor
harus dioptimalkan, dengan cara menyebarluaskan informasi pasar,
mencarikan pembeli, melayani pertanyaan dunia usaha yang membutuhkan
dan membantu penyelesaian sengketa jika terjadi antara pengusaha
Nasional dengan pelaku usaha luar negeri.
3. Pengembangan
produk,
pengembangan
pasar
atau
pengembangan
segmen pasar tentu tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus
didasarkan pada suatu perencanaan yang matang.
Perencanaan inilah
yang akan menentukan masa depan suatu produk di pasar. Jika
perencanaan itu baik, tentu prospek produk akan baik, demikian juga
sebaliknya.
Pelaku usaha tidak boleh malas atau merasa segan untuk
meakukan konsultasi dengan berbagai pihak terkait mengenai berbagai
masalah yang dihadapinya.
4. Kegiatan pengembangan produk yang terencana harus dilakukan melalui
tahapan, demikian juga setelah produk dikembangkan harus dilakukan test
pasar. Setelah itu baru dilanjutkan lagi dengan upaya pengembangan minat
konsumen melalui sembilan jalan yang telah dijelaskan oleh Penulis pada
bagian akhir tulisan ini. Mentalitas main terabas dalam mencapai segala
sesuatu yang diinginkan dalam tempo cepat harus dihilangkan. Semua
harus dijalani tahap demi tahap penuh perencanaan matang, agar hasil
yang diperoleh bisa optimal.
Jakarta, 20 Juni 2014
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Govil, Manish, 1999, “Integrating product design and production : Designing for
time-to-market,” PhD Dissertation, University of Maryland, College Park, USA.
2. Taylor, D.G., J.R. English, and R.J. Graves, 1994, “Designing new products:
Compatibility with existing product facilities and anticipated product mix,”
Integrated Manufacturing Systems 5, no.4/5, pp 133. www.prodiindustrri.blogspot.com/perencanaan_pengembangan_industri.html
4. www.wordpresss.com/120310/perencanaan _produk.html
5. www.scribd.com/pengembangan _produk.html
6. www.google.com/150211/perencanaan-produk-baru.html
28
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
:
Abdillah Sani, SH, M.Si
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat Rumah
:
:
E-Mail Address
Nomor Telpon
:
:
Jakarta, 25 Januari 1961
Kp. Babakan No. 50 Rt 02/04
Kelurahan Binong, Kecamatan Curug,
Tangerang 15810, Banten
[email protected]
R)
021 5985566
HP) 081318262650
PIN BB : 232D06E0
Pendidikan
:
Status
:
Pekerjaan
:
Pengalaman kerja
1.
Sarjana Hukum, Universitas Indonesia, lulus tahun 1989
Jurusan Hukum Tata Negara
2. Magister Ilmu Komunikasi, Program Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, lulus 1997
Menikah
Istri : Suwarni, PNS, guru SDN di DKI Jakarta
Anak : 1. Dhika Arinanto
2. Dianis Putriani
1. Widyaiswara Ahli Madya pada Balai Besar Pendidikan dan
Pelatihan Ekspor Indonesia,
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
Kementerian Perdagangan RI
2. Staf Pengajar pada Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS),
Tangerang
1
Tahun
1982
:
2
1987
:
3
4
1990
1993
:
:
5
20102013
:
6
2013 Pebruari
2014
Pebruari
-April
2014
:
Biro Perencanaan, Setjen
Kemendag.
:
:
9.
April
2014sekaran
g
2011
Pusat Kajian Kebijakan
Perdagangan Dalam
Negeri, Badan Pengkajian
dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan,
Kemendag
Balai Besar Diklat Ekspor
Indonesia, Kemendag.
10.
2013
:
7
8
:
Unit kerja
Pusat Penelitian Koperasi,
Balitbangdagkop,
Depdagkop
Biro Humas Depdag
Pusdiklat Niaga
Pusat Pelatihan Ekspor
Indonesia
Balai Besar Diklat Ekspor
Indonesia.
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
Senat Universitas Islam
Syekh Yusuf, Tangerang
Posisi
Staf
Staf/penulis pada
Buletin Depdag.
Staf
Widyaiswara
(Instructor)
Kepala Bidang
Promosi dan
Kerjasama.
Kepala Bagian
Kerjasama dan
Bantuan Luar Negeri.
Kepala Bidang
Logistik, investasi dan
Fasilitasi Usaha.
(mengundurkan diri)
Widyaiswara
(Instructor)
Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi
Anggota
29
Pengalaman Mengajar
:
Pengalaman lain
Tahun
1 1987sekaran
g
Staf Pengajar (Dosen) pada Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS)
Tangerang.
Tahun
Fakultas
Mata kuliah
1 2001: Fakultas Ekonomi
1. Kewarganegaraan
sekaran
2. Kewirausahaan
3. Komunikasi Bisnis
g
4. Aspek Hukum
dalam Ekonomi.
5. Sosiologi Politik
2 2010: Fakultas Keguruan dan Ilmu 1. Kewarganegaraan
sekaran
Pendidikan (FKIP)
2. Kewirausahaan
g
3. Komunikasi Bisnis
3 2010: Fakultas Ilmu Sosial dan
1. Pengantar Ilmu
2012
Ilmu Politik (FISIP)
Komunikasi
2. Public Relations
3. Komunikasi Antar
Budaya
4. Komunikasi
Organisasi.
5. Pengantar Ilmu
Hukum.
2
3
4
5
6
Kegiatan
Keterangan
Mengikuti berbagai kegiatan 1. pembicara
dalam rangka seminar,
2. pengajar
pelatihan maupun
3. peserta
pendampingan ekspor di
4. moderator
berbagai daerah di
5. Pendamping
Indonesia.
6. Konsultan
Mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka seminar, pelatihan
maupun penggalangan kerjasama dengan lembaga internasional.
Kegiatan
Tahun
Negara
1.
Export Marketing Strategy
2004
Malaysia
2.
Export Training Method
2007
Thailand
3.
Export Training
2008
Jepang
4.
Export Training cooperation
2009
Australia
5.
Export Training
2010
Jepang
6.
Export Training cooperation
2011
Canada
7.
Export Training cooperation
2011
Jepang
8.
Export Training cooperation
2012
Jepang
9.
Foreign Aid Cooperation
2013
Netherland
11. Certificate of Origin (COO) seminar
2013
Jepang
12. South-south economic cooperation
2013
Timor Leste
1.
Buletin Departemen
1987-1992
Redaktur Pelaksana
Perdagangan
dan Penulis
2.
Buletin Pelatihan
2010-2012
Redaktur Pelaksana
Ekspor, PPEI
dan Penulis
3.
Jurnal Perencana,
2014Redaktur Pelaksana
Kementerian
sekarang
dan Penulis
Perdagangan.
Lead Coach pada Export Coaching
2010-sekarang
Program, PPEI
Anggota Tim Pembina Jabatan Fungsional ,2014 - sekarang
Perencana Kemendag
Asesor Lisensi pada Lembaga Sertifikasi
2010 - sekarang
Ekspor Impor Indonesia.
Jakarta, Juni 2014
:
Abdillah Sani, SH, M.Si
30