Analisis Metode Perhitungan Margin Murabahah Pada Produk Piutang Murabahah (Studi Kasus BMT AL-Fath IKMI)

(1)

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

SHUFFAH NURUL QIYAMAH 108046100094

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS

METODE PERHITUNGAN

MARGIN MURABAHAH

PADA

PRODUK PIUTANG

MURABAHAH

(STUDI KASUS

BMT

AL.FATH

IKMI)

SKRIPSI

Diaiukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sa{ana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Shuffah Nurul Oivamah

I 08046100094

Dibawah bimbingan:

\,

24v2

,Y

Muh. Fudhail Rahman. Lc. M.A. NIP 19750810 200912

I

001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM

STUDI

MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

v

MURABAHAH STUDI KASUS BMT AL-FATH IKMI. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015.

BMT Al-Fath IKMI merupakan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berbentuk koperasi. Fungsi dari BMT sama seperti LKS pada umumnya, yaitu sebagai lembaga intermediasi untuk menghimpun dana, menyalurkan dana dan pelayanan jasa. Piutang murabahah merupakan salah satu produk dari kegiatan menyalurkan dana di BMT. Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya riba dan ketidakadilan. Oleh karena itu, BMT harus berhati-hati dalam memilih metode perhitungan margin. Fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012 dijadikan sebagai pedoman dalam praktik murabahah. Ada beberapa metode perhitungan margin yang bisa menjadi referensi dan dipakai oleh kalangan BMT.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan pihak BMT, dan data sekunder yang berupa kontrak akad, fatwa MUI serta kepustakaan. Objek dari penelitian ini adalah metode perhitungan margin murabahah di BMT terhadap kesesuaian fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada praktiknya, murabahah di BMT hampir sepenuhnya memenuhi ketentuan fatwa DSN-MUI. Meski begitu, masih ada sedikit yang perlu dievaluasi, hal ini mengenai penulisan judul dalam draft kontrak akad yang menggabungkan kata dari dua akad berbeda “Wakalah Murabahah” sehingga dikhawatirkan menimbulkan ketidakjelasan.


(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabiil ‘aalamin. Segala puji serta syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia, limpahan kasih sayang, serta kebahagiaan yang selalu mengiringi. Alhamdulillah atas segala izin dan ridho-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa pula senantiasa tercurah untuk Rasulullah saw, yang telah membawa kita semua keluar dari masa kegelapan.

Tak lupa pula penulis selama melaksanakan penelitian ini mendapat begitu banyak dukungan, doa, dan bantuan baik secara moril mau pun materiil dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat, ucapan terimakasih ingin penulis sampaikan kepada :

1. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D dan Dr. Euis Amalia, MA. Dekan dan wakil dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. AM. Hasan Ali, MA dan H. Abdurrauf, Lc, MA. Ketua dan sekretaris program studi Muamalat, atas waktu, ilmu dan kesempatan menimba ilmu kepada penulis.


(7)

vii

5. BMT Al-Fath IKMI, Bapak Suryadi selaku Kepala bagian operasional yang telah berbaik hati memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di BMT, serta telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas dalam mengajar dan berbagi ilmunya dengan penulis. Serta seluruh staff dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum yang sudah banyak membantu administrasi perkuliahan hingga selesai. Semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau dengan menjadikan semua kebaikan dan keikhlasan ini sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

7. Keluarga besar tercinta, Bapak Heri dan Mama Dida, orangtua terbaik di dunia yang sangat saya cintai. Adik-adikku, Madyana Nur Azizah dan Himayati Salamah. Terima kasih tak terbatas untuk kalian semua atas limpahan kasih sayang, kesabaran, dan pelajaran hidup yang amat berharga selama ini telah diberikan. Kalian semua yang terbaik untukku. Love you. 8. Sahabat-sahabat yang ku sayangi Mailani Hajrin, Siti Ma’muroh, Nur dyah,

Annisa Khaerani, Amalia Purdianty, Amelisha. Yang selalu memotivasi, yang selalu berbagi di kala suka dan suka. Kalian semua my besties.


(8)

viii

9. Keluarga besar PISCOK yang paling berkesan, terimakasih atas kenangan yang begitu indah selama masa perkuliahan. Teman-teman seperjuangan skripsi, terimakasih semuanya.

10.“Group Millionaire” yang sudah seperti keluarga baru bagi penulis, terimakasih atas semangat, inspirasi, pelajaran hidup dan banyak hal lainnya. Semua hal yang dilakukan bersama kalian selalu indah. Masih panjang perjalanan yang harus kita lalui, masih banyak tempat indah yang belum kita kunjungi, masih banyak hal yang harus kita hadapi di masa depan. Semoga kita bisa selalu menjadi sahabat dan menjaga silaturahmi. Love you all guys! 11.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini yang tidak

dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam hidup. Amin.

Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis dari karya ilmiah yang dibuat ini kelak dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Amin.

Jakarta, September 2015


(9)

ix LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pokok Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 9


(10)

x

2. Objek Penelitian ... 10

3. Jenis Data ... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ... 11

5. Teknik Analisis Data ... 12

6. Teknik Penulisan ... 13

E. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah ... 15

1. Pengertian Murabahah ... 15

2. Landasan Hukum ... 16

3. Rukun dan Syarat Murabahah ... 18

4. Jenis Murabahah... 20

5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia ... 22

B. Margin Keuntungan ... 25

1. Pengertian Margin ... 25

2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan ... 26

3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah ... 30

4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah ... 38


(11)

xi

A. Sejarah Singkat BMT Al-Fath IKMI ... 46

B. Produk dan Layana BMT ... 48

1. Penghimpun dana (Funding) ... 48

2. Penyaluran Dana (Lending) ... 51

C. Kegiatan BMT Al-Fath IKMI ... 53

D. Struktur Organisasi ... 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ... 58

B. Praktek Metode Pengakuan Keuntungan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ... 63

C. Relevansi Metode Penetapan Margin Murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 ... 72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 85


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Murabahah Tipe Pertama ... 22 Gambar 2.2 Skema Murabahah Tipe Kedua ... 23 Gambar 2.3 Skema Murabahah Tipe Ketiga ... 24


(13)

xiii 2. Tabel Margin Keuntungan Menurun 3. Tabel Margin Keuntungan Rata-Rata 4. Tabel Margin Keuntungan Annuitas 5. Surat Keterangan Penelitian

6. Draft Kontrak Akad Wakalah Murabahah 7. Draft Kontrak Akad Jual Beli Murabahah


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Umat Islam dengan ideologi keislamannya, senantiasa berupaya menerjemahkan nilai-nilai syariah ke dalam semua aspek kehidupannya tidak terkecuali dalam aktivitas ekonomi (muamalat) yang diyakini dapat membawa kepada keadilan dan kesejahteraan (maslahat). Kesadaran masyarakat muslim yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia terhadap kebutuhan jasa dan layanan keuangan berbasis syariah menjadi salah satu faktor berkembang pesatnya lembaga keuangan syariah saat ini.

Eksistensi lembaga keuangan syariah khususnya sektor perbankan menempati posisi yang strategis dalam menghubungkan antara pemilik dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah diantaranya produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Produk penyaluran dana atau pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yakni pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, dan pembiayaan dengan akad pelengkap1.

1

Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Kedua, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 87.


(15)

Seiring dengan hal tersebut, lembaga keuangan syariah yang ruang lingkupnya mikro yaitu Baitul mal wattamwil (BMT) juga semakin menunjukkan eksistensinya.

BMT dipandang sebagai lembaga keuangan alternatif yang mampu menjangkau sektor mikro dalam pembiayaan modal kerja jangka pendek.2

Untuk Indonesia, penelitian tentang microfinance syariah, salah satunya adalah, Awalil Rizky bekerja sama dengan PT Permodalan BMT telah melakukan penelitian terhadap sejumlah BMT di Jawa Tengah yang tergabung dalam BMT Center. Menurutnya, fakta yang paling menonjol dari BMT adalah keberhasilannya dalam usaha penyaluran dana pembiayaan kepada anggota atau nasabah. BMT berhasil menjangkau pihak-pihak yang selama ini dikatakan tak mempunyai akses kepada pembiayaan oleh perbankan (unbankable). Menurutnya, BMT saat ini bukan saja hanya sebuah komunitas yang dilandasi atas ideologi keislaman dan ghirah kejamaahan, tetapi telah menjadi sebuah lembaga keuangan profesional yang mampu menjangkau kelas ekonomi masyarakat paling bawah3.

BMT sebenarnya merupakan konsep aplikasi ekonomi Islam yang bersifat praktikal dalam mendorong ekonomi pada skala mikro. Dalam aturan hukum di Indonesia BMT dikelompokkan kedalam koperasi, dimana aturan hukumnya mengikuti UU koperasi no 17 tahun 2012, meskipun sebenarnya konsep BMT adalah

2

Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h. 28.

3

Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h. 28.


(16)

3

jauh lebih luas bagi masyarakat. Peran BMT yang beroperasi pada skala pembiayaan ekonomi mikro (pembiayaan dibawah 50 juta/yang tidak banyak mendapatkan perhatian dari perbankan pada umumnya), menjadikan karakteristik yang melekat pada institusi keuangan non-bank ini. Pemerintah Indonesia pada akhirnya menempatkan BMT sebagai bagian dari koperasi untuk memberikan peranan yang lebih maksimal pada sektor yang belum digarap oleh lembaga keuangan formal.4

Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT adalah melakukan penghimpunan (prinsip wadhiah dan mudharabah) dan penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah) kepada masyarakat. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna. Sedangkan murabahah sendiri merupakan akad yang paling dominan digunakan dalam transaksi jual beli. Pilihan ini karena tingkat perputaran modal lebih cepat, risiko rendah, dan margin keuntungan relatif besar5.

Dari beberapa hasil survey menunjukkan bahwa perbankan syariah menerapkan produk murabahah kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total kekayaan mereka. Bahkan bank Islam yang berada di luar Indonesia, seperti Dubai Islamic Bank dan Islamic Development Bank, ternyata juga menggunakan

4

http://bmtamber.co.id/bmt-sebagai-pendorong-ekonomi-kerakyatan-2/ diakses 8 maret 2015

5


(17)

pembiayaan dengan prinsip murabahah meliputi antara 73-82% dari total pembiayaan6.

Murabahah yang dipraktikkan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kontemporer dikenal dengan murâbahah lil amri bil Syira’, yaitu transaksi jual beli di mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikan sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas/barang tersebut secara murabahah, yakni sesuai harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan yang disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan pembayaran secara installment (cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki.7

Praktek murabahah pada perbankan syariah sempat menerima kritikan dari kalangan ulama. Sebagaimana dikutip oleh Rahmawaty, bahwa Sjahdeini menjelaskan munculnya kritikan didasarkan pada penerapan murabahah dalam perbankan syariah yang sama sekali tidak meniadakan bunga dan membagi resiko

6

Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam

Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 188-189.

7

Azharuddin, Ah Lathif, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Jurnal Anggota Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan Pengembangan Hukum Ekonomi MES), h.5, review buku Sâmi Hasan Hamûd, Tathwîr al-Amâl al-Mashrafiyah Bimâ Yattafiq al-Syarî’ah al-Islâmiyah (Aman: Mathba’ah al-Syarq, 1992), h.431


(18)

5

kepada nasabah, tetapi tetap mempraktekkan pembebanan bunga dengan

menggunakan label “produk Islami”.8

Murabahah dalam perspektif masyarakat sering dipersepsikan dengan anggapan bahwa praktik murabahah tidak berbeda dengan kredit berbasis fixed/flat rate pada Bank konvensional. Hal ini dilihat dari sifat margin murabahah yang fixed dan juga menurut penulis, besarnya margin yang dipatok bank syariah ternyata sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Maka dari itu, dalam penetapan tingkat margin akad pembiayaan murabahah di perbankan syariah seharusnya tidak hanya menggunakan rujukan suku bunga bank konvensional.9

Dalam perhitungan margin pada bank syariah diakui ataupun tidak sebenarnya masih mengikuti suku bunga dan inflasi. Suku bunga dan inflasi inilah yang menjadi benchmark-nya pada saat ini10. Hal ini dikarenakan perbankan syariah belum mempunyai acuan tersendiri untuk dijadikan sebagai pedoman penentuan tingkat margin, dengan kata lain masih mengikuti perbankan konvensional.

Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu

8

Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam

Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 189.

9

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2005), h. 126.

10

Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam

Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 189.


(19)

pihak, yaitu pembeli. Padahal, ketidakadilan kegiatan ekonomi merupakan salah satu aspek yang dilarang dalam Islam. Dalam Islam, harga harus ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak, yakni pihak penjual dan pihak pembeli. Harga yang dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak adalah yang tidak memberikan keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran bagi penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan pembeli.11

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah tentang bagaimanakah metode perhitungan margin akad pembiayaan murabahah yang ditetapkan oleh manajemen BMT Al-Fath IKMI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara atau metode yang diterapkan oleh manajemen BMT Al-Fath IKMI dalam perhitungan marjin keuntungan akad pembiayaan murabahah. Dengan mengangkat judul “Analisis Metode Perhitungan Margin Murabahah pada Produk Piutang Murabahah (Studi Kasus BMT Al-Fath IKMI)”

B. Pokok Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis akan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, yaitu :

11

Nuryadin, Birusman, Harga dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam: Mazahib. Vol. 4 No. 1, Juni 2007. h. 86-98.


(20)

7

a. Bagaimana contoh metode perhitungan pengakuan keuntungan secara proporsional dan secara anuitas?

b. Apa perbedaan dari metode perhitungan pengakuan keuntungan secara proporsional dan anuitas?

c. Apa saja yang menjadi faktor penentu besaran presentase margin murabahah di BMT?

d. Bagaimana akuntansi dalam metode perhitungan margin murabahah yang diterapkan BMT?

e. Apa perbedaan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai oleh BMT dengan metode perhitungan margin pada lembaga keuangan kovensional?

f. Apa kekurangan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai oleh BMT?

g. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT?

h. Apa saja syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan murabahah di BMT?

i. Bagaimana kedudukan hukum dari barang jaminan pembiayaan murabahah?

j. Apa kendala yang dihadapi saat pelaksanaan akad pembiayaan murabahah di BMT?


(21)

k. Apakah besaran margin murabahah dan metode perhitungan yang digunakan oleh BMT sudah sesuai dengan prinsip syariah yang mengacu kepada fatwa DSN-MUI?

2. Pembatasan Masalah

Untuk membuat skripsi ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu dilakukan. Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar kemana-mana penulis hanya meneliti tentang metode perhitungan margin yang digunakan pada produk piutang murabahah kesesuaian dengan fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012.

3. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dikaji secara spesifik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI?

b. Bagaimana metode perhitungan margin murabahah yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI?

c. Bagaimana relevansi praktek produk Piutang murabahah dengan prinsip syariah (ditinjau dari Fatwa DSN-MUI no. 84)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara/metode yang digunakan BMT dalam menentukan margin murabahah pada produk piutang murabahah.


(22)

9

2. Untuk mengetahui kesesuaian praktek piutang murabahah dengan prinsip syariah (Fatwa DSN-MUI).

3. Manfaat penelitian bagi akademisi

a. sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan penelitian-penelitian lain setelah ini, khususnya yang berkaitan dengan margin murabahah.

b. Mengenalkan praktek lembaga keuangan mikro syariah di dunia nyata.

4. Manfaat penelitian bagi praktisi

a. Bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh praktisi perbankan syariah.

b. Mampu memberikan pemahaman baru tentang cara penentuan margin murabahah pada produk piutang murabahah.

5. Manfaat bagi masyarakat

a. Menambah wawasan masyarakat mengenai KJKS/BMT, khususnya produk murabahah.

b. Sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan jasa perbankan syariah.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang menggambarkan dengan lebih jelas mengenai fenomena-fenomena sosial. Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering


(23)

menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya12. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono disebut juga dengan metode artistik karena proses penelitiannya yang lebih bersifat seni dan disebut metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan13.

Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Pendekatan ini dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok manusia, lingkungan hidup manusia, atau lembaga sosial14. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus karena penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisa untuk kemudian memahami dan menjelaskan konsep penentuan margin pada suatu transaksi akad murabahah pada BMT Al-Fath IKMI.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah BMT Al-Fath IKMI yang berlokasi di Jalan Aria Putra Nomor 7 Kedaung, Pamulang Tangerang Selatan. Penulis memilih BMT Al-Fath IKMI sebagai objek penelitian karena BMT Al-Fath

12

Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.24.

13

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), ( Bandung: CV Alfabeta, 2008), h. 13.

14


(24)

11

IKMI merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank yang cukup lama serta berpengalaman menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

3. Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu: a. Data primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis/wawancara di lokasi penelitian atau objek penelitian.15 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI Ciputat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan oleh penulis seperti, lembaga atau institusi tertentu.16

4. Teknik Pengumpulan Data

Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan beberapa teknik tertentu, yaitu:

15M. Burhan Bungin, “

Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122

16M. Burhan Bungin, “

Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122


(25)

a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur, dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi. b. Field Research (lapangan dan wawancara), yaitu teknis dalam upaya

menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian langsung dijawab oleh informan dengan bebas dan terbuka.

5. Teknik Analisis Data

Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun dari dokumen, gambar, dan foto-foto. Selanjutnya, peneliti mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang digunakan. Data yang diperoleh diklasifikasikan kembali apakah data yang didapat berhubungan dengan judul. Kemudian bandingkan data tersebut dengan melihat pada pendekatan yang digunakan. Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik analisanya adalah analisa kualitatif atau deskriptif analisis yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan keseuaian prinsip syariah dalam metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan menggunakan beberapa teori.


(26)

13

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2012.

E. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka peneliti akan menyusunnya menjadi beberapa bab yang terdiri dari sub bab yang menjelaskan isi dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan penelitian yang mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik analisis data dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang akad murabahah yang di dalamnya terdapat Pengertian Akad Murabahah, Landasan hukum tentang Murabahah, Mekanisme Akad Murabahah, Pengertian Margin, Mekanisme Penetapan Margin pada Produk Pembiayaan Murabahah.


(27)

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI

Pada bab ini penulis menguraikan tentang data penelitian yang berisi sejarah visi dan misi BMT Al-Fath IKMI, jaringan kerja lembaga, berbagai macam produk pembiayaan dan prosedur aplikasi akad murabahah di BMT Al-Fath IKMI.

BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, hasil observasi pengamatan terhadap prakteknya akad murabahah pada produk Piutang Murabahah, contoh perhitungan margin, dan analisa terhadap metode penetapan margin di BMT Al-Fath IKMI.

BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, dan hasil observasi pengamatan terhadap prakteknya akad murabahah pada produk piutang murabahah.


(28)

15 BAB II

LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai laba17. Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.18

Murabahah adalah suatu jasa/produk pembiayaan yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan syariah kepada nasabahnya yang membutuhkan dan memesan suatu barang tertentu. Fasilitas pembiayaan dengan mendasarkan pada pembelian barang tertentu yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh lembaga keuangan syariah tersebut dari pemasok barang. Setelah secara yuridis kepemilikan barang tersebut beralih dari tangan pemasok ke tangan lembaga keuangan syariah tersebut, maka selanjutnya lembaga keuangan syariah tersebut menjual barang tersebut kepada nasabah. Lembaga keuangan syariah yang bersangkutan menambahkan keuntungan (Mark-up/margin) tertentu diatas harga beli barang tersebut. Keuntungan tersebut

17

Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000

18

Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 113.


(29)

harus disepakati di awal antara lembaga keuangan syariah dan nasabah sebelum kedua belah pihak membuat akad/perjanjian.19

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah transaksi jual beli dimana penjual menginformasikan harga pokok dan keuntugan (margin) yang diharapkan secara transparan dan disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli), cara pembayarannya dapat secara tunai atau angsur. Karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menambahkan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.

2. Landasan Hukum a. Landasan Hukum Syariah

Landasan Hukum syariah tentang pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:

... اب لا ح عْي ْلا ها ّحأ ...

Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”. (QS Al-Baqarah (2) : 275).

ت ْ أ الإ ّطا ْلاب ْ ك ْيب ْ كلا ْ أ ا كْأت ال ا آ ي لا ا يأ اي

ْ كْ ضا ت ْ ع ً اجت ك

اً يح ْ كب اك ه لا إ ْ كسفْأا تْقت ال

19

Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2014), h.194.


(30)

17

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa (4) : 29)

Hadist : dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban).

b. Landasan Hukum Positif

Ada beberapa Fatwa DSN-MUI berkenaan dengan akad murabahah yang harus dipedomani untuk menentukan keabsahan akad murabahah. Fatwa-fatwa DSN-MUI yang menyangkut murabahah adalah sebagai berikut:20

a) Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

b) Fatwa DSN-MUI No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam Murabahah

c) Fatwa DSN-MUI No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah

d) Fatwa DSN-MUI No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah

e) Fatwa DSN-MUI No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah (Khashm Fi al-Murabahah)

20

Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana, 2014), h.195-200.


(31)

f) Fatwa DSN-MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar

g) Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah

h) Fatwa DSN-MUI No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Untuk terbentuknya akad pembiayaan murabahah dalam Islam harus lah memenuhi rukun dan syarat murabahah sebagai berikut:

a. Rukun Murabahah

Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang membentuk akad murabahah ada 5 yaitu21 :

1) Adanya penjual (ba’i) 2) Adanya pembeli (musytari)

3) Objek atau barang (mabi’) yang diperjual belikan.

4) Harga (Tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang.

5) Ijab kabul (sighat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh masing-masing pihak yang disebut ijab dan kabul.

21


(32)

19

b. Syarat Murabahah

Para ulama kontemporer mensyaratkan dalam praktik jual beli murabahah di lembaga keuangan syariah sebagai berikut:22

1) Jual beli murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan bunga, tetapi merupakan jual beli komoditas dengan harga tangguh termasuk margin keuntungan di atas biaya perolehan yang disetujui bersama. Dalam kaitan ini, bila harga tangguh lebih tinggi dari harga tunai maka sebelum para pihak berpisah, pilihan harga tersebut harus telah disepakati.

2) Pemberi pembiayaan dalam hal ini bank atau lembaga keuangan syariah lainnya, harus telah membeli komoditas/barang dan menyimpan dalam kekuasaannya, atau membeli melalui orang ketiga sebagai agennya sebelum dijual kepada nasabahnya. Bila tidak demikian maka akan terjadi bai’ al-madûm (menjual belikan sesuatu yang belum ada/dimiliki). Namun demikian, bila pembelian langsung ke pihak supplier tidak praktis, diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk memanfaatkan nasabah sebagai agen/wakil dengan menggunakan akad wakalah untuk membeli komoditas yang diperlukan atas nama pemberi pembiayaan. Dalam kasus seperti ini, selama barang tersebut belum dibelikan oleh nasabah sebagai agen

22

Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014): h. 9-10. review buku Muhammad Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance, (Pakistan: Maktaba Ma’ariful Qur’an, 2002)


(33)

maka tidak boleh dilakukan akad jual beli komoditas/barang antara nasabah dan pihak pemberi pembiayaan. Bahkan bila nasabah sudah membelikan komoditasnya pun, resiko atas rusak atau hilangnya barang masih ada pada pihak pemberi pembiayaan hingga dilakukan akad jual beli antara kedua belah pihak.

3) Pembelian komoditas tidak boleh dari nasabah sendiri (komoditas milik nasabah) dengan perjanjian buy back (pembelian kembali) karena model perjanjian seperti ini masuk kategori bai’ inah23 yang diharamkan oleh sebagian besar ulama.

4. Jenis Murabahah24

a. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak,ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait langung dengan ada tidaknya pembeli.

b. Murabahah berdasarkan pesanan.

Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang

23

Contoh: A menjual motor seharga Rp 10 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual motor tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 8 juta.

24


(34)

21

memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung pada atau terkait langsung atau pembelian barang tersebut.

5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia25

Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Namun demikian, dalam praktiknya tidak ada keseragaman model penerapan pembiayaan murabahah karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Ada beberapa tipe penerapan murabahah dalam praktik perbankan syariah yang kesemuanya dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Tipe Pertama

Tipe pertama penerapan murabahah adalah tipe konsisten terhadap fiqih muamalah. Keterangan:

a. Dalam tipe ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Kedua pihak melakukan negosiasi dan pihak bank menjelaskan persyaratan mengenai hal-hal yang terkait dengan pembiayan murabahah

25

Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014), h. 13-15.


(35)

sebelum terjadinya akad, contohnya tentang harga jual dan jangka waktu pembayaran.

b. Bank membeli dahulu barang yang akan dibeli oleh nasabah ke supplier.

c. Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual ke nasabah dengan harga perolehan ditambah margin keuntungan sesuai kesepakatan.

d. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe pertama dapat dilihat pada gambar alur berikut ini:

Gambar 2.1 : Murabahah Tipe Pertama

1. Negoisasi & Persyaratan

3. Akad Jual Beli

4. Bayar Angsuran

2. Akad Jual Beli

2. Tipe Kedua

Tipe kedua mirip dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan bank

Bank

Nasabah


(36)

23

langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir menerima barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan bank. Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini lebih dekat dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal. Dalam beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa mereka tidak berhutang kepada bank, tapi kepada pihak ketiga yang mengirimkan barang. Meskipun nasabah telah menandatangani perjanjian murabahah dengan bank, perjanjian ini kurang memiliki kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa nasabah menerima uang dari bank sebagai bukti pinjaman/hutang. Namun demikian, dari perspektif syariah model murabahah seperti ini tetap saja berpeluang melanggar ketentuan syariah jika pihak bank sebagai pembeli pertama tidak pernah menerima barang (qabdh) atas namanya tetapi langsung atas nama nasabah. Karena dalam prinsip syariah akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe kedua ini lihat alur gambar berikut ini:


(37)

3. Tipe Ketiga

Tipe ini yang paling banyak dipraktekkan oleh bank syariah. Bank melakukan perjajian murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad wakalah) kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya. Dana lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah menandatangi tanda terima uang. Tanda terima uang ini menjadi dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa nasabah tidak berhutang kepada bank karena tidak menerima uang sebagai sarana pinjaman. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe ketiga ini lihat alur gambar berikut ini:

Gambar 2.3 : Skema Murabahah Tipe Ketiga

1. Negosiasi & Persyaratan

2. Akad Wakalah untuk Beli Barang

3. Akad Jual Beli

4. Bayar Angsuran

Berbagai tipe praktek jual beli murabahah di atas dilatar belakangi motivasi yang bermacam-macam. Ada kalanya untuk lebih menyederhanakan prosedur sehingga bank tidak perlu repot-repot membeli barang yang dibutuhkan nasabah tetapi cukup dengan menunjuk atau menghubungi supplier agar menyediakan barang dan langsung mengirimkan ke nasabah sekaligus dengan atas nama nassabah (Tipe


(38)

25

II). Atau dengan cara bank langsung memberikan uang ke nasabah kemudian nasabah membeli sendiri barang yang dibutuhkan dengan melaporkan nota pembelian kepada pihak bank (tipe III).

B. Margin Keuntungan 1. Pengertian Margin

Pengertian margin berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

adalah sebagai berikut: “Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya

produksi dan harga jual di pasar”.26

Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan.

Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari me-megang aset yang mengalami pening-katan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Keuntun-gan juga bisa diperoleh dari peminda-han saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak

26

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, Edisi Revisi 2008), h.879


(39)

saling ter-gantung dengan pemegang saham, atau pemegang- pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.27

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan nilai dari biaya produksi dan harga jual.

2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan

Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat Asset/Liability Management Committee (ALCO) Bank Syariah. Tim ALCO berasal dari internal perusahaan itu sendiri dan hanya terdapat di kantor pusat, pejabat tim Alco terdiri dari Direktur Utama, Kepala Bagian Keuangan dan Akunting, Kepala Divisi Kredit, Manajer Investasi, Kepala Bagian Deposit dan fungsi liabilitas, ekonom dan supervisi kebijakan kredit.

Fokus manajemen aset & liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio aset/liabilitas bank dalam rangka memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kebutuhan likuiditas dan kehati-hatian.28 Secara umum, tanggung

27

Sri Dewi Anggadini, Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Pacet-Cianjur, Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 9, No. 2. h. 190

28 Muhammad syafi’i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Prkatek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.177-178, review buku Gerald O. Hatler, Bank Investment and Fund Management, (Washington DC: American Bankers Association, 1991), h.30-31


(40)

27

jawab ALCO adalah mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia likuiditas yang cukup, memaksimalkan profitabilitas, dan meminimalkan risiko.

Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:29

a. Direct Competitot’s Market Rate (DCMR)

Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin keuntungan bank syariah, tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat.

b. Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR)

Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang terdekat.

c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)

29

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2009), h.280-281.


(41)

Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga. d. Acquiring Cost

Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

e. Overhead Cost

Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

Ada faktor-faktor lain yang perlu ditetapkan dalam penetapan margin dan bagi hasil antara lain:30

a. Komposisi pendanaan

Bagi bank syariah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh dari dana giro dan tabungan, yang nota-bene nisbah nasabah tidak setinggi pada deposan (apalagi bonus untuk giro cukup rendah karena disarankan sepenuhnya pada kebijakan bank syariah yang bersangkutan), maka penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil bank) akan lebih kompetitif jika dibandingkan suatu bank yang pendanaannya porsi tebesar berasal dari deposito.

b. Tingkat persaingan

30


(42)

29

Jika tingkat kompetisi ketat, porsi keuntungan bank tipis, sedangkan pada tingkat persaingan masing-masing bank longgar dapat mengambil keuntungan lebih tinggi.

c. Risiko pembiayaan

Untuk pembiayaan yang berisiko lebih tinggi, bank dapat mengambil keuntungan lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang apalagi kecil.

d. Jenis nasabah

Yang dimaksud adalah nasabah prima dan nasabah biasa. Bagi nasabah prima misal usahanya besar dan kuat bank cukup mengambil keuntungan tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para nasabah biasa diambil keuntungan yang lebih tinggi.

e. Kondisi perekonomian

Siklus ekonomi meliputi kondisi: revival, boom/peak-puncak, resesi, dan depresi. Jika perekonomian secara umum berada pada dua kondisi pertama, dimana usaha berjalan lancar, maka bank dapat mengambil kebijakan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. Namun pada kondisi (resesi dan depresi) bank tidak merugi pun sudah bagus, keuntungan sangat tipis.


(43)

Secara kondisional, hal ini (spread bank) terkait dengan masalah keadaan perekonomian pada umumnya dan juga risiko atas suatu sektor pembiayaan, atau pembiayaan terhadap debitur yang dimaksud. Namun demikian, apapun kondisinya serta siapa pun debiturnya, bank dalam operasionalnya, setiap tahun tentu telah menetapkan berapa besar keuntungan yang dianggarkan. Anggaran keuntungan inilah yang akan berpengaruh pada kebijakan penentuan besarnya margin ataupun nisbah bagi hasil untuk bank.

3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah a. Metode Perhitungan Pengakuan Angsuran Harga Jual

Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan nagsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu:31

i. Metode Margin Keuntungan Menurun (Sliding)

Margin keuntungan menurun adalah perhitungan margin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan atau angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun.

31


(44)

31

Contoh

a. Nasabah dengan plafond , PLFN = Rp. 100,000,000.00 b. Jangka waktu pembiyaan 1 tahun

c. tingkat marjin keuntungan setahun. MRJ = 16%

Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :

*Angsuran harga pokok perbulan, APPB = (PLFN/12) = Rp. 8,333,333.33 *Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00

no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan

1. 05/04/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12 2. 05/05/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12 3. 05/06/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12 12. 05/04/2001 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12 Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan

Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka: APPB = Pokok = 8,333,333,.33

((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12) = Marjin keuntungan = ((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 1,222,222.22 Angsuran (2)

Angsuran Harga Pokok = RP. 8,333,333.33 Angsuran Marjin Keuntungan = Rp. 1,222,222.22 RP. 9,555,555.55


(45)

Angsuran (5)

APPB = Pokok = 8,333,333.33

((100,000,000-((5-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 888.888,88 Angsuran harga pokok = Rp. 8,333,333.33

Angsuran Marjin Keuntungan = Rp. 888,888,88 Rp. 9,222,222.22

ii. Metode Margin Keuntungan Rata-Rata

Margin Keuntungan Rata-Rata adalah margin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.

Contoh

*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00

*Jangka Waktu pembiyaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun. *Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%.

Maka jadwal angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :

*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00 *APPB = PLFN/12 (1Tahun - 12 Bulan)


(46)

33

no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan

1. 05/04/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12) 2. 05/05/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12) 3. 05/06/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12) 12. 05/04/2001 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12) Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan

Maka rumusnya adalah:

Angsuran (i) = Harga pokok (i) + Marjin Keuntungan (i), untuk i = 1 s/d JWK Angsuran harga pokok (i) = APPB = 100,000,000.00/12 = Rp. 8,333,333.33 Angsuran margin

keuntungan (i) =

((JWK + 1)/(2*JWK)) * PLFN * (MRJ/12) ((12+1)/(2*12)) *

100,000,000 * (0.16/12) = Rp. 720,000.00 Total = Rp. 9,053,333.33

iii. Metode Margin Keuntungan Flat

Margin Keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.


(47)

Contoh

*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00

*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun *Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%

*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya

Maka jadwal Angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut : *Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00 *APPB(k) = Harga Pokok (k) = PLFN/JWK

*APMB(k) = marjin keuntungan (k) = (PLFN/JWK)*(MRJ/12) Maka Angsuran ke 5 :

Angsuran harga pokok (5) = (100,000,000/12) = Rp. 8,333,333.33 Angsuran marjin keuntungan (5) = (100,000,000/12)*(0.16/12) =Rp. 444,444.44 Total =Rp. 8,777,777.77

iv. Metode Margin Keuntungan Annuitas

Margin Keuntungan Annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola


(48)

35

angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun.

Contoh

*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00

*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun *Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%

*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya

no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan 1. 05/04/2000 APPB(No) AMPB(No) 2. 05/05/2000 APPB(2) AMPB(No) 3. 05/06/2000 APPB(3) AMPB(3) 12. 05/04/2001 APPB(12) AMPB(12)

Di mana angsuran (k) =

APPB (k) = Harga Pokok (k) = (1+(MRJ/12))(k - 1) X PLFN X (MRJ/12)

(1+(MRJ/12))(JWK – 1)

AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) =

(1+(MRJ/12))(JWK) -1 X Harga Pokok (k) (1+(MRJ/12))(k – 1)


(49)

Angsuran Harga Pokok (3) =

(1+0.0133)(3 - 1) X 100,000,000.00 X 0.0133 = Rp. 7,948,478.09 (1+(0.133)(12 – 1)

Angsuran Margin Keuntungan (3) =

(1+0.0133)(12) - 1 X 7,948,478.09 = RP. 1,122,447.72 (1+0.0133)(3 - 1)

Total Angsuran ke-3 = RP. 9,070,925.81

b. Metode Perhitungan Margin Lain32

Dalam menentukan harga penjualan yaitu menjelaskan secara transparan berapa harga belinya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap komoditas serta berapa keuntungan wajar yang diinginkan, sehingga dalam menentukan harga jual barang pada akad murabahah hanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu harga dasar pembelian dari penyalur utama, biaya yang harus ditutupi, serta keuntungan wajar yang disepakati pihak bank dan nasabah.

Untuk menentukan harga jual (p) barang pada akad murabahah yang

dilakukan oleh perbankan syari’ah seharusnya hanya dipengaruhi oleh tiga faktor

32

Turmudi, Muhamad, Penentuan Margin Ba’i Al-murabahah Pada Program Pembiayaan

Perbankan Syari’ah di Indonesia, Jurnal Studi Ilmu Hukum Islam dan Pranata Sosial : Al-„Adl , Vol. 7 No. 1 Januari 2014, h.25-27

Harga Pokok + Margin Keuntungan


(50)

37

utama yaitu, harga dasar pembelian dari penyalur utama (x), biaya yang harus tertutupi (y), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z).

Biaya yang harus tertutupi (y), atau nilai yang dikeluarkan untuk menghadirkan barang tersebut sampai kepada nasabah, didapatkan dari perhitungan rasio antara harga dasar pembelian (x) dan total target pembiayaan tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syari’ah (v) yang kemudian dikalikan dengan biaya operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c). Besarnya nilai total target pembiayaan tahun berjalan (v) dan rata-rata biaya operasional tahun berjalan (c) bisa didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bank

syari’ah pada tahun terkait. Sehingga : P = x + x * c + z v

Berdasarkan rumusan tersebut di atas, margin (m) yang dapat diterima oleh bank adalah :

m = x * c + z v

Sehingga komponen yang mempengaruhi besar kecilnya margin yang akan diterima oleh bank (m) adalah harga dasar pembelian (x), total target pembiayaan

tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syari’ah (v), biaya operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z). Nilai v dan c adalah tetap selama tahun berjalan, dimana besarnya nilai v dan c didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan


(51)

Contoh :

Harga dasar pembelian (x) = Rp. 10.000.000,-

Biaya operasional rata-rata tahun berjalan (c) = Rp. 20.000.000,- Total target pembiayaan tahun berjalan (v) = Rp. 200.000.000,- Keuntungan yang disepakati (z) = 10 %

1) Perhitungan harga jual (P)

10.000.000 + ((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000 10.000.000 + 1.000.000 + 1.000.000

P = 12.000.000

2) Perhitungan Margin (m)

((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000 m = 2.000.000

4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan

Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah Pertama : Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

a) Metode Proporsional (Thariqah Mubasyirah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (atsman al-muhashshalah);


(52)

39

b) Metode Anuitas (Thariqah Hisab Tanazuliyyah/Thariqah al-Tanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah);

c) Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan;

d) At-Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada nasabah --setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara angsuran

e) Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan;

f) Al-Mashlahah (ashlah)adalah suatu keadaan yang dianggap paling banyak mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang sehat.

Kedua : Ketentuan Hukum

a) Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini.


(53)

Ketiga : Ketentuan Khusus

a) Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang; b) Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang

dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan LKS;

c) Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al- Murabahah pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS yang sehat;

d) Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas;

e) Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka waktu angsuran; keuntungan at-tamwil bi al-murabahah (pembiayaan murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang pembiayaan murabahah berakhir/lunas dibayar.


(54)

41

C. Kerangka Konseptual

Alur Kerangka Penelitian

D. Review Studi Terdahulu

Uraian berikut ini akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana posisi penelitian ini, relevan serta penting dilakukan.

1. Skripsi Tuti Hartanti, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2010. Dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah untuk Produk Pembiayaan Rumah (Studi Kasus BTN Syariah)”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda.

Analisis Metode Perhitungan Margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI

Teori-teori mengenai metode perhitungan margin murabahah sesuai prinsip syariah (DSN-MUI No. 84/DSN-MUI/XII/2012)

Tidak mengandung Bunga

Tidak keluar dari prinsip syariah Tidak mengandung

ketidakjelasan

Relevansi teori dengan metode perhitungan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI


(55)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penetapan margin murabahah. Dalam skripsi ini membahas empat faktor yang mempengaruhi penetapan margin yaitu biaya overhead, dana pihak ketiga, tingkat bunga dan profit target. Penentuan margin dalam hal ini ditujukan hanya pada produk pembiayaan kepemilikan rumah.

Hasil penelitian ini bahwa biaya overhead, dana pihak ketiga, tingkat bunga dan profit target secara bersama-sama mempengaruhi margin tetapi secara parsial hanya variabel tingkat bunga yang tidak berpengaruh.

2. Skripsi Ruri Siti Nurziah, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Kesesuaian Akad Murabahah ditinjau dari Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Terkait”. Jenis penelitian dari skripsi ini merupakan jenis kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian penerapan fatwa DSN-MUI dan peraturan terkait pada akad pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah.

Kesimpulan dari skripsi ini adalah masih terdapat ketidaksesuaian pada struktur kontrak yang dibuat oleh Bank BCA Syariah. Begitu pula pada prakteknya, pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah masih ada ketidaksesuaian dengan peraturan (Fatwa DSN-MUI dan PBI), hal ini terkait tentang denda dalam murabahah.

3. Skripsi Afni Nursepti Nauri, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Metode Penetapan Margin Murabahah


(56)

43

dalam Produk Implan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cikarang”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif normatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan murabahah dan mengetahui bagaimana tinjauan teori murabahah terhadap penetapan margin pada produk pembiayaan implan di Bank Syariah Mandiri KC Cikarang.

Kesimpulan dari skripsi ini, dalam prosedur pembiayaan Implan terlihat bahwa penggunaan dana pembiayaan yang diberikan oleh pihak Bank kepada nasabah tidak digunakan untuk pembelian suatu barang tetapi untuk pembiayaan multiguna seperti modal kerja/investasi, hal ini tidak sesuai dengan konsep murabahah yang sebenarnya karena model pembiayaan seperti ini sudah ada dalam konsep teori mudharabah dan qard/qardul hasan. Dalam penetapan margin, pihak Bank Syariah Mandiri telah menentukan sendiri besaran tingkat margin tanpa kesepakatan antara kedua belah pihak. Sedangkan menurut teori murabahah penetapan margin keuntungan dari produk murabahah adalah harus adanya kesepakatan margin antara pihak Bank dengan nasabah. Artinya, penetapan margin murabahah pada produk Implan di Bank Syariah Mandiri tidak sesuai dengan teori murabahah.

4. Skripsi Ria Meilani, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2014. Dengan judul skripsi “Analisis Kesesuain Aplikasi Pembiayaan Akad Murabahah dengan Prinsip Syariah pada PT. BPRS Mulia Berkah Abadi”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui penerapan


(57)

pembiayaan akad murabahah pada PT BPRS Berkah Mulia Abadi dan mengetahui kesesuaian akad pembiayaan murabahah dengan prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan akad murabahah di BPRS Mulia Berkah Abadi sebagian besar telah sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN No.04. namun terdapat beberapa penerapan yang belum sesuai pada pembiayaan murabahah tersebut, yaitu : mengenai syarat murabahah dalam kepemilikan barang, bahwa akad murabahah dilaksanakan sebelum barang secara prinsip menjadi milik penjual (bank). Akad murabahah dilaksanakan bersamaan dengan akad wakalah. Seharusnya akad murabahah dapat dilaksanakan setelah akad wakalah selesai dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi milik bank. Dengan kata lain, pembiayaan murabahah yang dilaksanakan oleh BPRS Mulia Berkah Abadi lebih tepat dikatakan sebagai akad pinjaman atau utang kepada nasabah untuk membantu nasabah menutup kekurangan atas modal awal.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menganalisis relevansi akad murabahah dengan prinsip-prinsip syariah serta mengetahui bagaimana penerapan akad murabahah dalam kegiatan operasional Lembaga Keuangan Syariah (LKS).

Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada perbedaan isu hukum. Pada penelitian sebelumnya menganalisis tentang


(58)

45

penerapan akad murabahah dalam kegiatan operasional LKS dan faktor-faktor yg berpengaruh terhadap penentuan margin murabahah, sedangkan dalam penelitian ini menganalisis relevansi metode perhitungan margin murabahah yang digunakan dalam kegiatan operasional LKS dengan prinsip-prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN-MUI.


(59)

46

Awal mula berdirinya koperasi BMT Al-Fath IKMI ini didasari oleh idealisme yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang bergerak di bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi pendapatan tidak merata.

Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih banyak di bidang dakwah sehingga diharapkan besar di masa mendatang sistem ekonomi yang Islami dapat diterapkan di Indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah koperasi BMT Al-Fath IKMI yang pada waktu itu terdiri oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri.

Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI mendapatkan legal hukum dengan nomor: 650/BH/kwk.10/IV/1998 dengan nama

“Koperasi Simpan Pinjam Pamulang”.

Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT Al-Fath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan


(60)

47

dengan nomor: 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath

IKMI”

Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pendiri ditambah sesuai dengan kesepakatan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 35 orang dan 2 lembaga mitra dari BMT Al-Fath IKMI yaitu TK/TPA Al-Fath dan IKMI (Ikatan Masjid Indonesia)33

Visi

Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.

Misi

Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.

Fungsi

Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afa.

33

Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni 2015, pukul 16:15


(61)

Tujuan

Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar (daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya.

B. Produk dan Layanan BMT34 1. Penghimpun dana (Funding)

a) Prinsip Titipan (Wadiah)

i) TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath) merupakan simpanan dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan ini menggunakan prinsip wadiah /titipan, dimana anggota menitipkan dananya. Dana anggota akan dijaga keamanannya. Dalam tabungan ini BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung. BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan kebijakan BMT AL FATH.

b) Prinsip Bagi Hasil

i) TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)

Merupakan tabungan/ investasi dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT),

34


(62)

49

6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40% (mitra): 60% (BMT).

ii) SIDIK (Simpanan Pendidikan)

Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

iii) Simpanan Idul Fitri

Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri seperti mudik. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

iv) Simpanan Qurban

Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga


(63)

akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

v) Simpanan Nikah

Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan pernikahan atau bagi anggota yang akan menikahkan putra/putrinya. Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

vi) Simpanan Haji

Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20% (mitra): 80% (BMT).

Untuk mendapatkan layanan produk-produk simpanan di BMT Al-Fath IKMI maka syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:

a) Mengisi formulir keanggotaan

b) Menyerahkan foto copy identitas diri yang masih berlaku c) Setoran awal minimal Rp 20.000,-


(64)

51

d) Administrasi buka tabungan Rp 5.000,-

e) Setoran selanjutnya minimal Rp 10.000,- kecuali Haji/Umroh minimal Rp 100.000,-

f) Untuk setoran Tabah minimal Rp 500.000,- g) Biaya tutup rekening Rp 10.000,-

h) Saldo minimal mengendap Rp 10.000,-

i) Saldo tabungan yang diperhitungkan bagi hasil adalah yang memiliki saldo rata-rata minimal Rp 100.000,-

2. Penyaluran Dana (Lending)

a) Pembiayaan Mudharabah

Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal) dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak.

b) Pembiayaan Musyarakah

Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.


(65)

Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL FATH dengan menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

d) Piutang Ijarah

Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL FATH dan mitra. BMT AL FATH menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.

Selain produk-produk diatas, BMT Al-Fath IKMI juga sudah menggunakan layanan online sistem. Hal ini memudahkan para Mitra/Nasabah untuk bertransaksi. Berbagai transaksi yang dapat BMT Al-Fath IKMI layani adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran listrik dan listrik token

2. Pembayaran telepon, Speedy, Telkom Vision 3. Transfer online antar Bank

4. Pembayaran angsuran motor; FIF, BAF, Mega Finance 5. Pembayaran asuransi Alianz dan Prudential


(66)

53

C. Kegiatan BMT Al-Fath IKMI35

1. Program Anak Asuh Baitul Maal BMT Al-Fath IKMI

BMT Al-Fath IKMI memberikan beasiswa sekolah kepada anak-anak sekolah setingkat SMP-SMA (bahkan ada beberapa yang merupakan mahasiswa/mahasiswi) yang ada di sekitar BMT Al-Fath. Hingga kini terdapat sekitar lima puluhan anak asuh yang mendapat beasiswa dari BMT Al Fath. Insya Allah jumlah ini akan bertambah lagi. Bukan hanya beasiswa, dalam acara tertentu Baitul Maal BMT Al-Fath IKMI juga memberikan santunan sembako kepada anak asuh, dan melakukan pembinaan kepada anak asuh seperti pengajian tiap Sabtu malam.

2. Program Pengobatan Massal

Dengan bantuan BAZNAS dan team medis dari Rumah Sehat Masjid

Sunda Kelapa, Baitul Maal telah dapat melaksanakan pengobatan massal untuk kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar wilayah, Ciputat,Kedaung dan Pamulang. Secara berkesinambungan setiap hari Selasa pekan Ke III, pelaksanaan pengobatan massal berlangsung sejak bulan Oktober 2011,yang awalnya diperuntukan untuk pasien penyakit umum dengan terget 100 (seratus) orang.

Untuk mengetahui effektivitas dan manfaat dari penyelenggaraan pengobatan massal tersebut, maka sejak bulan Juni 2011 pelaksanaan

35


(67)

pengobatan massal dikhususkan bagi para manula yang mengidap penyakit diabetes dan hypertensi.

Setiap pasien diberikan obat untuk 1(satu) bulan dan untuk mmengetahui kemajuan kesehatannya maka tiap pasien dibuatkan buku kontrol, dan buku tersebut harus dibawa setiap bulan pada ssat pasien menghadiri pengbobatan massal.

Pada tahun 2015, kegiatan ini masih berjalan dan tetap diadakan hari Selasa ke-3 setiap bulannya di Kantor Pusat BMT Al-Fath IKMI.

3. Bantuan Pembiayaan Usaha Kecil Mikro

Sejak tahun 2006, Baitul Maal BMT Al-Fath memberikan pembiayaan kepada beberapa orang mitra untuk tambahan modal usaha UKM.

4. Program Bantuan Langsung kepada Dhuafa

Selain memberikan pembiayaan, Baitul Maal BMT Al-Fath juga mempunyai program bantuan langsung kepada Dhuafa, yaitu dengan memberikan bantuan berupa uang atau barang sesuai dengan yang Dhuafa butuhkan. Pada tahun 2015 ini Baitul Maal memberikan bantuan uang kepada satu keluarga di Pamulang, nafkah dan biaya hidup mereka dari hasil menjaring ikan di empang, uang diberikan untuk membeli perahu supaya keluarga tersebut tidak perlu menyewa perahu lagi. Sebelum ini Baitul Maal BMT Al-Fath juga menyalurkan bantuan kaki palsu kepada penderita diabetes kronis supaya dapat kembali beraktivitas.


(68)

55

5. Khitanan Massal 2015

Berkat kerjasama dengan Yayasan Baitul Maal BRI Pusat, BRI Medika, serta bantuan dana dari para donatur, BMT AL-FATH IKMI telah dapat melaksanakan khitanan massal gratis bagi anak-anak kaum dhuafa disekitar wilayah Ciputat, Kedaung, Pamulang, Jombang, dan Serpong, pada hari Ahad tanggal 26 Juli 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 33 anak. Alhamdulillah acara khitanan massal berjalan dengan lancar. setiap anak yang dikhitan diberikan seperangkat santunan berupa : Tas Sekolah, Satu Stel baju koko, Celana Panjang, Peci, Sarung, Sajadah, dan terjemah Mushaf Al-Qur'an, berikut uang transport dan uang santunan sebesar Rp.200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah) ditambah dengan obat antibiotik dan obat pengurang rasa sakit.

D. Struktur Organisasi 2012-2015

Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI

Pendirian :13 Oktober 1996

Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998

Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005

NPWP : 02.021.735-2.411.000

SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000

Dewan Pengawas

Ketua : Drs. Mustakim Kurdi, MA


(69)

H. Kapsulani, SE, MM Dewan Pengurus

Ketua : Drs. Budiyono, M.Pd.

Wakil Ketua :

Bidang Pendanaan dan Umum : H. Z. Arifin Listanto Bidang Pembiayaan dan Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim

Sekretaris : Drs.Prastowo Sidhi,SH,MH

Bendahara : H. Djaelani, SE

Pengelola Kantor Pusat

Manager Tamwil : Saimin, SE

Manajer Maal : H.Imam Turmudzi Ms.

Kabag Operasional : Suryadi, ST

Kabag Marketing : Opan Sopyan Sauri, S.Ag

Account Officer : Naufal Safiq, SE Parjan

Toni Hidayat Sidik, SE.Sy Muhammad Erwin

Setyo Budi Utomo, S.Ag

Surveyor : Hedy Rusmantoro


(70)

57

Funding Officer : Aldiyansyah

Imron Rosadi

Abdurrahman Hakim

IT : Muhammad Yusuf S.Kom

Pembukuan : Neneng Syarifah, Amd

Head Teller : Harum Sulistio Rini, SE

Teller : Arum Setianingsih

Nuraini Customer Service : Silfia Herlena

Staff Adm Legal : Muhammad Saman

Staff Baitul Maal : Khosirun, SE Staff Administrasi : Aditya Saputra


(1)

1) Calon nasabah/mitra pembiayaan harus menjadi mitra/nasabah di BMT Al-Fath IKMI dengan membuka rekening tabungan awal.

2) Setelah menjadi nasabah/mitra BMT Al-Fath IKMI langkah selanjutnya adalah:

a. Nasabah menyampaikan tujuan meminta bantuan untuk membeli suatu barang yang dibutuhkan. Menjelaskan tujuan penggunaan barang tersebut serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. Disini nasabah bisa melakukan negosiasi dengan pihak BMT untuk mendapat kesepakatan harga barang yang dibutuhkan. Jadi, ada transaksi tawar menawar sebelum terjadinya akad murabahah.

b. Mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan dengan identitas lengkap nasabah. Serta melampirkan persyaratan-persyaratan yang telah disebutkan di atas.

c. Mengisi tabel RAB (Rencana Anggaran Belanja). Disini nasabah menuliskan rincian rencana penggunaan dana pembiayaan. Sekaligus melampirkan informasi barang yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, ukuran serta penjual atau supplier barang tersebut.

3) Selanjutnya Customer Service dan Account Officer BMT Al-Fath IKMI melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas.

a. Jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI mempersilakan mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu. b. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka

tim BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra. 4) Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan

melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan


(2)

berkas-berkas kelengkapan. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5-C.

5) Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk dibahas dalam rapat komite pembiayaan;

a. Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan.

b. Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya.

6) Kemudian bagian operasional menyiapkan akad pembiayaan dan jadwal pencairan dana.

7) Setelah jadwal pencairan dana dibuat maka pihak BMT Al-Fath IKMI menginformasikannya kepada nasabah

8) Nasabah datang sesuai jadwal yang ditentukan sambil menyerahkan jaminan. Disini jaminan di cek keasliannya apakah sudah sesuai dengan berkas yang dilampirkan pada saat pengajuan surat permohonan pembiayaan.

9) Setelah itu kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fath IKMI dan nasabah melakukan akad pembiayaan/pengikatan antara kedua belah pihak 10)Setelah ada pengikatan antara kedua belah pihak, kemudian BMT dan

nasabah melakukan transaksi jual beli barang. Dalam tahap pemesanan/pembelian barang ini dibagi menjadi 2 cara yaitu; a. Jika pemesanan barang dalam transaksi pembelian barang dapat

diwakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang diperlukan, maka BMT membayarkan dana kepada nasabah untuk pembelian barang tersebut kepada supplier (penjual barang). Disini nasabah harus menandatangani akad wakalah terlebih dahulu. b. Jika pemesanan barang langsung kepada supplier oleh BMT maka


(3)

melakukan pembayaran harga beli barang langsung kepada supplier.

c. Setelah menerima pembayaran, supplier akan menyerahkan tanda terima uang oleh supplier.

d. Supplier mengirimkan barang pada nasabah dengan melampirkan surat pengiriman barang pada nasabah.

11)Saat penerimaan barang;

a. Jika menggunakan akad wakalah terlebih dahulu, setelah menerima barang maka nasabah harus menyerahkan bukti pembelian barang dan penerimaan barang dari supplier kepada BMT.

b. Jika langsung dengan menggunakan akad murabahah, maka setelah barang diterima oleh nasabah harus menyerahkan pada BMT surat tanda terima barang.

12)Setelah menerima barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta, selanjutnya sesuai ketentuan dalam persetujuan murabahah pelunasan harga jual barang kepada BMT dilaksanakan oleh nasabah sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.

13)Nasabah melakukan pelunasan, baik sekaligus ataupun diangsur. 8. Langkah-langkah apa yang dilakukan BMT sebelum permohonan

pembiayaan tersebut disetujui?

Jawab : Hal ini masih masuk ke dalam tahapan prosedur permohonan pembiayaan, dengan cara :

a. Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra

menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Analisis


(4)

tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5-C.

b. Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk dibahas dalam rapat komite pembiayaan;

a) Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi kepada yang bersangkutan.

b) Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya.

9. Berapa persen margin yang diberikan BMT dalam pembiayaan murabahah? Adakah ketentuan tertentu sesuai besaran pinjaman atau barang pesanan (misal, kendaraan bermotor)?

Jawab : Margin kami per bulan nya 2%. Ketentuan tertentu tidak ada, tapi biasanya misalkan jangka waktu < 1 tahun, maka margin nya 2,3%. Kalau jangka waktu 2 tahun maka margin nya 2,2%. Semakin lama jangka waktu, maka persen margin nya kami kurangi, tapi memang meskipun > 3 tahun batas margin hanya 2%.

10.Bagaimana cara atau metode perhitungan margin yang diterapkan pada pembiayaan murabahah di BMT?bagaimana contoh perhitungannya? Jawab : Kami menggunakan perhitungan dengan metode angsuran tetap. Misalkan, nasabah memohon pembiayaan untuk membeli laptop seharga Rp. 10.000.000 dalam waktu 24 bulan. Maka : Margin = (harga beli – DP) x 2,3%. Harga pokok = (Harga beli – DP) / Jangka waktu.

Angsuran cicilan per bulan = Margin + Harga Pokok Harga beli laptop : Rp. 10.000.000

DP : Rp. 2.000.000 –

Jumlah yang BMT biayai :Rp. 8.000.000 (Harga Pokok)


(5)

Jumlah margin dalam 24 bulan (jangka waktu) = Rp. 4.416.000 Jumlah angsuran per bulan dari BMT Al-Fath IKMI:

Jumlah yang BMT biayai + jumlah margin dalam 24 bulan

Rp. 8.000.000 + Rp. 4.416.000 = Rp. 12.416.000 : 24 bulan = Rp. 517.333/ bulan

11.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan margin? Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi dan dipertimbangkan saat penerapan margin? Jawab : Jangka waktu, BI rate, dan persaingan pasar.

12.Apakah perhitungan penerapan margin murabahah mengacu pada rapat ALCO syariah?

Jawab : Iya, saat mengadakan rapat dengan Komite pembiayaan, tentang penerapan margin di sini (BMT) mengacu kepada referensi margin keuntungan yang ditetapkan ALCO syariah.

13.Apakah ada sistem negosiasi antara pihak BMT dan nasabah sebelum mendapatkan kesepakatan pembiayaan murabahah?

Jawab : Iya, ada negosiasi, tapi meskipun ada negosiasi, margin yang kami berikan 2% saja. dan penyebutan harga pokok dan harga jual (harga yang sudah ditambah dengan margin), jadi nasabah mengetahui besaran margin yang kami berikan.

14.Apakah ada penandatangan wakalah pada pembiayaan murabahah?

Jawab : “Iya, ada. Untuk beberapa kasus pembiayaan murabahah memerlukan akad wakalah dulu, seperti pembiayaan murabahah untuk modal membeli pakaian yang akan dijual nasabah, kalau kami yang membelikan pakaian „kan repot.” Kalau untuk permohonan pembiayaan barang yang diinginkan nasabah sudah tersedia pada kami, maka tidak perlu menggunakan akad wakalah terlebih dahulu.

15.Dari prosedur dan margin yang sudah diperhitungkan, apa kendala yang didapat BMT dalam pembiayaan murabahah?


(6)