Peningkatan Literasi Statistis, Representasi Matematis, dan Self Concept Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar Melalui Model Collaborative Problem Solving

PENINGKATAN LITERASI STATISTIS, REPRESENTASI MATEMATIS
DAN SELF CONCEPT MAHASISWA CALON GURU SD MELALUI
MODEL COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
(Author: Johannis Takaria)

Pendahuluan
Dalam abad pengetahuan (knowledge age) dan teknologi sekarang ini matematika dan
statistika memegang peranan penting dalam berbagai aktivitas manusia. Terkait peranan tersebut,
maka dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi kedua bidang ini sudah mendapat
perhatian khusus. Berdasarkan konten dan kesulitan materi pelajaran tidak dapat dipungkiri
bahwa sebagian siswa, bahkan mahasiswa berpandangan matematika dan statistika sulit dan
kurang menyenangkan.
Pandangan ini, sebagaimana diidentifikasi Verhoeven (2006), bahwa adanya phobia
terhadap matematika dan statistika, berakibat kurangnya minat untuk mempelajari kedua
pelajaran tersebut. Hal ini disebabkan kekuatiran yang berlebihan terhadap abstraknya materi
pelajaran, sehingga menimbulkan kecemasan (anxiety) yang berakibat terhadap perkembangan
motivasi dan kesenangan dalam belajar.
Statistika dalam kurikulum pembelajaran sekolah merupakan salah satu materi pelajaran
yang terintegrasi di dalam matematika. Best dan Khan (1995) dalam bukunya Research in
Education mengungkapkan bahwa statistika merupakan bagian dari teknik matematika, terkait
dengan proses pengumpulan, pengorganisasian, analisis, dan interpertasi data numerik.

Sesungguhnya penguasaan konsep statistika mensyaratkan bahwa siswa harus memiliki
kemampuan matematis yang baik. Di perguruan tinggi, statistika diajarkan terpisah tidak
terintegrasi dalam matematika, namun peranan matematika sangat menentukan keberhasilan
mahasiswa dalam menguasai konsep statistika.
Statistika merupakan rangkaian fenomena yang menarik dan memungkinkan kita untuk
mengerti situasi-situasi di dunia terkait pengambilan keputusan dan pembuatan kesimpulan.
Statistika adalah indikator dalam melakukan perubahan dan memungkinkan kita memiliki
keterampilan dan kemampuan untuk melakukan perbandingan yang berarti (BPS, 2011).
Ditegaskan bahwa untuk membuat suatu kesimpulan yang berarti, sangatlah penting bagi kita
untuk dilengkapi dengan pengetahuan dan kemampuan melakukan perencanaan, penelitian, dan
pengambilan suatu keputusan.
Dalam melakukan perencanaan, penelitian, dan pengambilan keputusan, maka statistika
dipandang penting untuk diaplikasikan dalam berbagai bidang, diantaranya: bidang sosial,
ekonomi, industri, pendidikan, dan bidang-bidang lainnya. Dalam proses pengembangan
pendidikan terkait dengan mutu pendidikan, statistika perlu dilibatkan sehingga lebih umum
dikenal dengan istilah statistika untuk penelitian pendidikan yang terkait dengan teknik
pengumpulan data, penyajian, pengolahan, analisis, dan penarikan kesimpulan terhadap data
pendidikan.
Sesungguhnya statistika sudah diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai sekolah
menengah umum, namun masih ditemukan berbagai permasalahan terhadap kemampuan


statistika yang dimiliki siswa. Hal tersebut sebagaimana diidentifikasi oleh Garfield & Ahlgren
(1988); dan Tishkovskaya & Lancaster, (2010) yaitu adanya kekurangan pengetahuan statistika
dasar yang dimiliki siswa. Temuan lain diidentifikasi Garfield (1995), bahwa dalam
pembelajaran statistika siswa tidak diberdayakan untuk menerapkan aspek-aspek pengetahuan
statistika untuk memecahkan masalah umum yang timbul dari konteks tertentu. Permasalahanpermasalahan ini, jika tidak disikapi akan berdampak terhadap kemampuan statistika di
perguruan tinggi.
Kondisi yang demikian mengindikasikan adanya kesenjangan antara pentingnya peran
statistika dengan kemampuan yang dimiliki siswa bahkan mahasiswa. Penelitian yang dilakukan
Takaria, (2010) mengidentifikasi bahwa kemampuan statistika yang dimiliki siswa pada salah
satu sekolah dasar (SD) di kota Ambon belum mencapai hasil yang diharapkan. Temuan ini
mengindikasikan bahwa kemampuan statistika yang dimiliki mahasiswa calon guru SD perlu
dikembangkan, agar kelak mereka dapat mengajarkan statistika dengan baik, serta diharapkan
menghasilkan siswa yang berkompeten.
Kompetensi dasar yang diharapkan dalam pembelajaran statistika adalah: 1) kesadaran
terhadap pentingnya pemahaman tentang data; 2) memahami konsep dasar statistika dan
terminologinya; 3) memiliki pengetahuan tentang cara pengumpulkan data dan
mendeskripsikannya; 4) memiliki keterampilan menginterpretasi; dan 5) sebagai dasar
komunikasi (Rumsey, 2002). Kompetensi-kompetensi inilah yang perlu dimiliki mahasiswa
calon guru, sehingga mereka dapat memahami dan menyikapi berbagai informasi terkait dengan

statistika, serta dapat memberi makna dan menemukan solusi dari permasalahan yang
dimunculkan melalui informasi yang termuat dalam teks di berbagai media.
PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah studi literasi yang
dirancang untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam memahami bermacam ragam
bacaan. Penilaiannya difokuskan pada dua tujuan membaca yang sering dilakukan, yaitu
membaca cerita/karya sastra dan membaca untuk memperoleh serta menggunakan informasi.
Membaca untuk mendapatkan informasi bertujuan untuk: 1) memahami bahan bacaan, yaitu
mencari informasi yang dinyatakan secara eksplisit; 2) menarik kesimpulan secara langsung; 3)
mengintegrasikan gagasan dari informasi yang dimunculkan; dan 4) menilai, menelaah isi bacaan
(Yusuf, 2006).
Selaras dengan gagasan tersebut, maka UNESCO (2004) mengungkapkan bahwa literasi
(melek) adalah kemampuan untuk memahami informasi, mengidentifikasi, menafsirkan,
mengkomunikasikan, dan menghitung melalui sumber yang diperoleh dari media cetak dan
mampu menulis dalam berbagai konteks (Farmer & Stricevic, 2011). Sejalan dengan
perkembangan pengetahuan, maka pengertian dan pemahaman literasi terus dikembangkan dan
diaplikasikan pada berbagai bidang, diantaranya: literasi di bidang informasi lebih dikenal
dengan literasi informasi, literasi media, literasi sains, literasi matematis, dan literasi statistis
(melek statistik).
Literasi statistis sebagaimana didefinisikan Garfield (1999), “The understanding of
statistical language: words, symbols, and terms. Being able to interpret graphs and tables. Being

able to read and make sense of statistics in the news, media, polls, etc.”. Pandangan lain
diungkapkan Snell (Gal, 2002) bahwa “statistical literacy is the ability to understand statistical
concepts and reason at the most basic level”. Literasi statistis juga sangat diperlukan dalam
menafsirkan dan mengevaluasi secara kritis, informasi statistik dan data berbasis argumen yang
muncul di berbagai media, serta kemampuan dalam membahas argumen tersebut (Gal, 2002).
Penelitian yang dilakukan Watson (2003), mengidentifikasi bahwa literasi statistis sangat penting

dan menjadi bagian dari kurikulum. Menurutnya beberapa faktor yang memberikan kontribusi
terhadap pentingnya pengembangan literasi statistis di sekolah-sekolah dikarenakan beberapa
hal; diantaranya 1) harapan untuk berpartisipasi sebagai warga negara dalam mengakses
informasi yang terkait dengan data; 2) didorong pentingnya kemampuan dan ketrampilan dalam
setiap kemungkinan pengambilan keputusan terhadap data.
Mengacu pada pendapat-pendapat tersebut, peneliti berpandangan bahwa literasi statistis
dapat dimaknai sebagai suatu kemampuan dalam membaca dan menulis (tabel, grafik, simbol
statistik), berhitung dan analisis (level dasar), serta kemampuan dalam menginterpretasi tabel,
grafik, dan data berbasis argumen dari informasi-informasi statistik yang termuat dalam berbagai
media.
Untuk tujuan memicu kemampuan literasi statistis, maka dapat digunakan media cetak,
media elektronik, jurnal, internet, dan media-media lainnya yang memuat informasi statistik, dan
dapat digunakan mahasiswa sebagai sumber pembelajaran. Tujuannya melatih kemampuan

mahasiswa dalam membaca dan menulis (tabel, grafik, simbol statistik), analisis, serta dapat
memberi makna terhadap informasi statistik tersebut.
Literasi statistis membutuhkan suatu keterampilan dalam pemecahan masalah yaitu,
cekatan atau terampil dalam membaca, menulis, mendengar, dan berbicara (Bidgood, et al.
2010). Keterampilan literasi statistis dalam perkuliahan statistika dipandang penting bagi
mahasiswa dalam memahami data kuantitatif maupun kualitatif, sehingga dalam proses
penyajian data, pengolahan, analisis, dan interpretasi, tidak terjadi salah penafsiran terhadap data.
Hal ini sebagaimana diidentifikasi Aoyama (2003), bahwa kemampuan literasi statistis yang
dimiliki mahasiswa dapat membantu mereka dalam mengekstrak informasi kualitatif dari
informasi kuantitatif.
Teridentifikasi pula, bahwa kurangnya kemampuan literasi statistis disebabkan
ketidakmampuan siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka
(Tishkovskaya & Lancaster, 2010; Verhoeven, 2006; Schield, 2004; dan Gal, 2002).
Selain keterampilan literasi statistis, mahasiswa calon guru SD perlu dilengkapi dengan
kemampuan komunikasi yang baik, sehingga diharapkan mereka dapat mengkomunikasikan ideide kreatif dalam pembelajaran. Kemampuan komunikasi yang dimiliki mahasiswa perlu
ditunjang dengan sikap kritis dalam mengkomunikasikan gagasan-gagasan statistika. Sejalan
dengan penjelasan ini, Bidgood, et al. (2010) mengemukakan bahwa salah satu komponen dalam
literasi statistis adalah disposisi, terkait dengan sikap kritis yang ditunjukan dalam mengenali,
mengkonstruksi, mengevaluasi, menantang, dan mengkomunikasikan gagasan atau ide-ide
statistik.

Terhadap pentingnya literasi statistis, maka dipandang perlu meningkatkan kemampuan
mahasiswa calon guru SD. Hal ini dikarenakan:1) kemampuan literasi statistis yang dimiliki
mahasiswa dapat membantu mereka dalam membaca grafik dan tabel, serta dapat menulis tabel,
grafik, dan simbol statistik secara benar; 2) dapat digunakan untuk mengolah data nilai siswa; 3)
dapat membantu mahasiswa calon guru SD dalam penyelesaian tugas akhir; 4) dapat membantu
mahasiswa untuk terlibat aktif dalam menyikapi berbagai permasalahan statistik di masyarakat.
Kemampuan mahasiswa dalam perkuliahan statistika hendaknya ditunjang dengan
kemampuan awal matematis (KAM) yang baik, sehingga mereka dapat terlibat aktif dalam
menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan, terutama masalah-masalah statistik yang
menantang. Kemampuan matematis yang dianggap penting bagi mahasiswa calon guru sekolah
dasar adalah; kemampuan pemecahan masalah matematis, penalaran matematis, komunikasi

matematis, dan representasi matematis. Salah satu kemampuan matematis yang berperan dalam
pembelajaran statistika di perguruan tinggi adalah representasi matematis.
Representasi merupakan suatu model dalam bentuk yang luas dan beragam di mana suatu
konsep dapat dipahami dan dikomunikasikan, misalnya suatu masalah atau problem dapat
dinyatakan dalam bentuk verbal, persamaan matematis, atau menggunakan simbol khusus
(Meltzer, 2000). Selaras dengan pendapat tersebut, Sabirin (2014) berpendapat bahwa
representasi adalah bentuk interpretasi pemikiran terhadap suatu masalah, yang digunakan
sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Bentuk-bentuk representasi

matematis dapat berupa kata-kata, tulisan, gambar, tabel, grafik, benda konkrit, simbol matematis
dan bentuk-bentuk lain yang dapat direpresentasikan.
Pendapat lain terhadap representasi diungkapkan Hall (Bawias, 2005) bahwa representasi
adalah bagaimana seseorang dapat mengartikan apa saja yang diperoleh dan dimaknai melalui
gambar dalam bentuk apapun atau melalui kata-kata dimana orang dapat mengatakan apa saja
yang ingin dikatakan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
representasi matematis dalam pembelajaran statistika dapat dimaknai sebagai suatu kemampuan
dalam menyampaikan ide atau gagasan matematis dengan berbagai bentuk (tabel, grafik, simbol,
pemaknaan kata-kata, dan persamaan matematis) dari apa yang dilihat atau diamati melalui
informasi statistik yang diperoleh, serta dapat memberikan makna terhadap informasi tersebut.
Kemampuan representasi matematis yang dimiliki mahasiswa dalam pembelajaran
statistika bertujuan mempermudah mahasiswa dalam menyajikan ide-ide mereka terhadap
berbagai permasalahan yang terkait dengan statistika, diantaranya: 1). dapat menyajikan
informasi dari tabel ke dalam bentuk grafik atau sebaliknya merepresentasikan grafik dalam
bentuk tabel; 2) menulis simbol dan mengartikan istilah; 3) menggunakan prosedur matematika
secara benar dalam pemecahan masalah statistika; 4) membuat argumen-argumen secara
matematis pada situasi kontekstual yang terkait dengan statistika; 5) menggunakan variabel,
membuat persamaan dan perhitungan; dan 6) menggunakan representasi matematis dalam bentuk
lainnya untuk menyelesaikan permasalahan statistika.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan peneliti sebagai dosen pengampuh mata kuliah

Pendidikan Matematika I, Pendidikan matematika II, dan Statistika Pendidikan pada program
studi PGSD yang digunakan sebagai salah satu acuan studi awal penelitian, terdapat beberapa
temuan yang secara kontinu perlu diberikan penguatan terkait dengan kemampuan matematis
dan statistis mahasiswa, di antaranya: 1) perlunya penguatan kemampuan dasar matematika 2)
kemampuan statistika, dalam hal ini terkait dengan kesanggupan membaca grafik dan
penggunaan simbol-simbol statistika; serta 3) kemampuan analisis dan interpertasi hasil analisis.
Kemampuan dasar analisis dan interpretasi yang dimiliki mahasiswa dipandang penting
untuk ditingkatkan, terutama kemampuan dalam memahami informasi statistik, membaca dan
menulis (grafik dan tabel), serta dapat dapat mengiterpretasinya secara benar. Hal utama yang
sering diabaikan mahasiswa adalah tidak menuliskan judul dan sumber dari tabel dan grafik.
Sebagai gambaran dari studi awal penelitian, maka perlu dijelaskan bahwa mahasiswa calon guru
SD pada lokasi penelitian berasal dari berbagai latar belakang bidang ilmu yaitu, SMA (IPA, IPS,
Bahasa) dan SMK, yang berbaur menjadi satu. Keberagaman ini berpengaruh terhadap proses
transformasi ide dalam perkuliahan statistika diantara mahasiswa. Melalui interviu yang
dilakukan peneliti terdadap beberapa mahasiswa terungkap bahwa: 1) mahasiswa terkadang
merasa dirinya tidak mampu dalam perkuliahan statistika dan matematika; 2) mahasiswa sering
mengalami kesulitan menyelesaikan tugas-tugas statistika yang diberikan; 3) mahasiswa merasa

kesulitan mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi,
sikap belajar, dan konsep diri (self concept) mahasiswa dalam perkuliahan statistika.

Perasaan seperti ini mengindikasikan adanya penilaian terhadap keterbatasan kemampuan
diri dalam perkuliahan. Menurut Marsh (Mwangi & Githua, 2003) bahwa pandangan terhadap
ketidakmampuan dari diri tentang harapan mencapai kesuksesan dan kepercayaaan diri dalam
belajar statistika dan matematika menunjukan self concept negatif, sehingga akan berdampak
pada motivasi belajar dan kecemasan yang berlebihan sebelum mengikuti pelajaran.
Self concept merupakan proses multi-dimensi yang mengacu pada persepsi individu dari “diri”
dalam kaitannya dengan sejumlah karakteristik seperti: penampilan fisik, tujuan, nilai-nilai, dan
harga diri (Maurent & Margareth, 2012; Mars, et al, 1992). Pandangan ini menunjukkan bahwa
self concept sangat mempengaruhi bagaimana mahasiswa merasa tentang diri mereka sendiri,
terhadap kemampuan dan keputusan yang mereka buat terkait pendidikan mereka.
Self concept dalam perkuliahan statistika dapat terbentuk melalui interaksi belajar
mengajar, di mana dosen dapat menciptakan suasana dan anggapan mahasiswa terhadap konsep
dirinya, baik konsep diri positif maupun negatif. Pendidik yang profesional hendaknya dapat
memunculkan konsep diri positif yang dimiliki mahasiswa. Misalnya menghargai pendapat
mereka, memberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan pujian dengan kata-kata (reward)
yang dapat memotivasi belajar, dan tindakan-tindakan lain yang dapat membentuk self concept
positif.
Bertolak dari beberapa temuan dan pandangan yang diuraikan, maka diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep statistika secara baik dan dapat mencari solusi terhadap
suatu permasalahan melalui kemampuan literasi dan representasi yang dimiliki. Kedua

kemampuan ini dipandang penting dalam memunculkan self concept positif mahasiswa,
sehingga dapat menghasilkan mahasiswa calon guru SD yang berkualitas.
Pembentukan self concept mahasiswa dalam perkuliahan dapat dilakukan dengan menerapkan
model pembelajaran kelompok yang inovatif. Hal ini membuat mahasiswa dapat terlibat aktif
dalam berinteraksi, mampu berargumentasi dan bekerjasama, serta dapat mengeksplorasi ide-ide
kreatif yang dimiliki.
Clair dan Chirara (2012) menggambarkan bahwa belajar dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil sangat bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam mencari solusi
terhadap suatu permasalahan, di mana cara seperti ini akan memicu keaktifan mahasiswa dalam
proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan menggunakan model Team-Based Learning
dalam melatih mahasiswa untuk belajar statistika, khususnya literasi statistis, terungkap bahwa:
1) adanya peningkatan motivasi mahasiswa; 2) dari 50 responden, 94% menyukai format
pembelajaran dengan model TBL pada literasi statistis; 3) pembelajaran literasi statistis dengan
menggunakan model TBL lebih baik dari pembelajaran dengan non TBL.
Belajar kelompok dapat menciptakan lingkungan belajar yang mampu memfasilitasi
mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu bentuk belajar
kelompok yang dipandang efektif untuk diterapkan dalam perkuliahan statistika adalah model
kolaboratif. Menurut Department of Education Training And Employment (2000) berkolaborasi
dapat memfasilitasi belajar siswa yang berbeda dalam berbagai aspek.
Smith dan MacGregor (1992) mengungkapkan bahwa pembelajaran kolaboratif melibatkan

upaya intelektual secara bersama untuk saling mencari pemahaman, solusi, makna, dan
menghasilkan sesuatu produk berdasarkan kesepakatan bersama. Pendapat lain dikemukakan
Sato (Widjayanti, 2011) bahwa pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan
dalam kelompok, tetapi tujuan utamanya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui

kegiatan kelompok, namun para siswa dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam
pendapat atau ide yang dikeluarkan oleh setiap individu dalam kelompok.
Melalui kajian referensi-referensi dan analisis yang dilakukan dalam pemilihan model
pembelajaran, maka model collaborative problem solving (CPS) di pandang memiliki
keunggulan dan dapat memfasilitasi peningkatan literasi statistis, representasi matematis, dan
self concept (LiReS) mahasiswa. Pemilihan model CPS dilandasi pemikiran bahwa model ini
merupakan suatu bentuk belajar kelompok yang tujuan utamanya membentuk mahasiswa
menjadi individu yang tangguh dalam pemecahan masalah-masalah statistika.
Model CPS membutuhkan keterampilan dalam pemecahan masalah dan mengelola
perbedaan, yang terimplementasi melalui proses eksplorasi ide, transformasi, interpretasi, dan
refleksi. Berkolaborasi juga dapat memfasilitasi mahasiswa untuk mengkonstruksi ide-ide kreatif
dalam menyimak informasi yang dimunculkan melalui media literasi dan mampu menganalisis
informasi tersebut untuk menemukan ide utama dari teks, melihat hubungan dan perbedaan
melalui tabel, grafik, simbol-simbol statistika, dan informasi lainnya.
Berkolaborasi juga dapat membantu mahasiswa untuk terlibat aktif dalam berinteraksi
dan bekerjasama sebagai suatu struktur dalam membangun ide secara individu maupun
kelompok dalam memecahkan masalah. Mahasiswa yang memiliki keberagaman pola pikir dapat
saling melengkapi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam berkolaborasi adalah bagaimana dosen
bertindak sebagai fasilitator dalam mengarahkan dan mengontrol mahasiswa saat berkolaborasi,
sehingga proses kolaborasi dapat berjalan secara optimal dan keberagaman pendapat melalui idede konstruktif yang ditransformasikan dapat ditemukan solusi dari permasalahan yang diberikan,
serta terbentuknya sikap dan kemampuan mahasiswa secara individu.
DAFTAR PUSTAKA
Agbulu, O, N., & Idu, E, E. (2008). The Impact of Participatory and Expository Approaches on
Learning of Agricultural Science in Senior Secondary Schools in Benue State. Journal. Social.
Sciens., 16(3): 245-249 (2008).
Anastasiadou, S. (2009). Greek Student’s Ability in Probability Problem Solving. Proceedings of
CERME 6, Lyon France.
Aoyama, K., & Stephen, M. (2003). Graph Interpretation Aspects of Statistical Literacy: A
Japanese Perspective. Mathematics Education Research Journal, Vol 15, No 3.
Asia e Learning University. (2011) Learning Theories-Cognitive Learning Theories. (Online).
(Tersedia: http://peoplelearn.homestead.com /beduc/ chapter_5.pdf . diakses, 5-2-2015).
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara Jakarta.
Badan Pusat Statistik Bali (2011). Mengerti Statistik. (Online). (Tersedia:
http://bali.bps.go.id/index.php. diakses, 15-12-2014).
Barreiro, P. L., & Albandoz, J. P. (2001). Population and sample. Sampling techniques.

Management Mathematics for European Schools University of Seville.
Bawias, M. F. (2005). Violence Representation Content Analysis in Cartoon Film South Park.
Artikel Jurnal Ilmiah Universitas Kristen Petra Surabaya
Beheshtifar, M, D,, & Neshad, Z. R. (2013). Role of Self-Concept in Organizations. European
Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 44
Beier, M. E., dan Rittmayer, M. A. (2008). Motivasional Factors In STEM: Interest and Self
Concept. Rice University, Houston, TX.
Bergmann, M., Morris, C., & Ridlin, S. (2000). Developing a veloping a Positive ositive SelfConcept Self-Concept. Rutgers Cooperative Extension New Jersey Agricultural Experiment
Station.
Best, J. W,, & Khan, J. V. (1995). Research in Education Seventy Edition. Prentice Hall of India.
Bidgood, P., Hunt, N., Joliffe, F. (2010). Assessment Methods in Statistical Education An
International Perspective. Wiley and Sons, Publication.
Boss, J. M., Gyamfi, K. A., & Cheetham, M. (2011). Translations Among Mathematical
Representations: Teacher Beliefs and Practices. School Science and Mathematics Journal.
Buckingham, S., & Deakin Crick, R. (2012). Learning Dispositions and Transferable
Competencies: Pedagogy, Modelling and Learning Analytics. International Conference on
Learning Analytics & Knowledge, (29 Apr-2 May, Vancouver, BC). ACM Press: New York
Byrne, B. M. (2002). Validating the measurement and structure of selfconcept: Snapshots of past,
present, and future research. American Psychologist, 57, 897–909
Chamberlin, J. (2013). A Working Definition of Empowerment. National Empowerment Center –
Articles.
Clair, K.S., & Chirara, L. (2012). Team-Based Learning in a Statistical Literacy Class. Carleton
College. Journal of Statistics Education Volume 20 (1). P. 10
Cooper, D., & Thatcher, M. B. (2010). Identification in Organizations: The Role of Self-Concept
Orientations and Identification Motives. Academy of Management Review.Vol 35 (4).
Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka
Pelajar Edisi Ketiga
Departement of Education Training And Employment. (2000). Drug Education R-12 Teacher
Support Package. Hyde Park Press, South Australia ISBN 0730876691
Depdiknas. (2004). Keterampilan Dasar untuk Hidup. Literasi Membaca, Matematika, & Sains.

Laporan Program for International Student’s Assessment. Jakarta. Pusat Penilaian Pendidik.
Drews, D. (2007). Do resources matter in primary mathematics teaching and learning?. published
in 2007 by Learning Matters Ltd
Edwards, S. (1998). Managing effective teaching of mathematics 3–8. London: Paul Chapman.
Elizabeth, B., K & Copeland, S, R. (2011). What Is Literacy? The Power of a Definition.
Research & Practice for Persons with Severe Disabilities 2011, Vol. 36, No. 3Y4, 92–99
Farmer , L., & Stricevic, I. (2011): Using research to promote literacy and reading in libraries:
Guidelines for librarians. International Federation of Library Associations (IFLA).
Fauzi, R. (2009). Konsep Vygotsky. (Online). (Tersedia: http://rifqie-yupss.com /
20/09/03/konsep-vygotsky-tentang-perkembangan, diakses 13-2-2015].
Fernandes. (2005). Understandings of Literacy. Education for All Global Monitoring Report
Canada.
Fransisco, J. S & Maria, D. S. (2003). Secondary School Guidance Conselors Almeria Spanyol
Relationships Between Self-Concept and Academic Achievment In Primary Students. Electronic
Journal Of Psychology And Psychopedagogy vol 1.
Fuji, A, N. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran Ekspositori Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pokok Bahasan Ayat Jurnal. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JIIP)
Universitas Tanjung Pura.
Gal, I. (2002). Adults' Statistical Literacy: Meanings, Components, Responsibilities, in Statistical
Review Revue Internationale de Statistique volume70.
Garfield, J. (1995). How students learn statistics. International Statistical Review, 63(1), 25-34.
Garfield, J. (1999). Thinking about Statistical Reasoning, Thinking, and Literacy. Paper
presented at First Annual Roundtable on Statistical Thinking, Reasoning, and Literacy.
Garfield, J., & Ahlgren, A. (1988). Diffieculties in Learning Basic Concepts in Probability and
Statistics: Implications for Research. Journal for research in mathematics Education Vol 19 No 1.
Githua, B. N., & Mwangi, J, G. (2003). Students’ mathematics self-concept and motivation to
learn mathematics: relationship and gender differences among Kenya’s secondary-school
students in Nairobi and Rift Valley provinces. International Journal of Educational Development
23 (2003) 487–499
Golparvar, M., Noori, A., & Khaksar, S., (2007), “Intremediate Role of Perceived Organizational
Justice about Relation between Employees’ Self-Concept and Their Satisfaction”. Danesh &
Pazhoohesh in Psychology.34

Golub, J. (1998). Focus on Collaborative Learning. Urbana, IL: National Council of Teachers of
English.
Goodwin, L, D., & Leech, N, L (2006). Understanding Correlation: Factors That Affect the Size
of r. The Journal of Experimental Education, 2006, 74(3), 251–266.
Halloluwa, H, et al. (2011). Smart Interactive Comprehensive Learning Aid: Practical
Application of Bruner’s Theories in Primary Education. International Journal of Scientific &
Engineering Research Vol 2, Issue 11 November-2011 ISSN 2229-5518.
Harjasuganda, D. (2008). Pengembangan Konsep Diri Yang Positif Pada Siswa Sebagai Dampak
Penerapan Umpan Balik (Feedback) Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar No 9.
Hays, W. L. (1976). Quantification in Psychology. New Delhi: Prentice Hall.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2009). Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana
Prenada Media Group Jakarta.
Hiebert, J., & Carpenter, T. P. (1992). Learning and teaching with understanding. In D. A.
Grouws (Ed.), Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp. 65-97). New
York: Mcmillan
Hurlock, E . B. (1992). Developmental Psycology: A Life Span Approach, fifth edition. Mc Graw
Hill.
Hwang, W.Y., Chen, N.S., Dung, J.J., & Yang, Y.L. (2007). Multiple Representation Skills and
Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System.
Journal Educational Technology & Society, Vol (10), 2. 191-212.
Hudiono, B. (2005). Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi Terhadap Pengembangan
Kemampuan Matematis dan Daya Representasi Pada Siswa SLTP. Bandung. Disertasi. (Tidak
dipublikasikan).
Janvier, C., Girardon, C., & Morand, J. (1993). Mathematical symbols and representations. In P.
S. Wilson (Ed.), Research ideas for the classroom: High school mathematics (pp. 79102). Reston,
VA: NCTM. Krutetskii, V. (1976). The psychology of mathematical abilities in schoolchildren.
Chicago: University of Chicago Press.
Jacob, C. (2009). Belajar Kolaboratif Lawan Kooperatif: Suatu Perbandingan Dua Konsep yang
Dapat Membantu Kita Mengerti Ciri Utama Belajar Interaktif. (Online). (Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/ Jur._ Pend._ Matematika /194507161976031- Kolaboratif_
Lawan Kooperatif. Pdf.
Jarnawi, A. D. (2010). Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika. (Online).

(Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ FPMIPA/JUR.Pend. matematika //Perencanaan
_Pembelajaran _Matematika /open -ended_3.pdf, diakses 20-1-2015).
Kawulich, B. B. (2005). Participant Observation as a Data Collection Method. Forum Qualitative
Social Research, Vol 6, No 2.
Kern, R. (2000). Literacy and Language Teaching. Oxford: Oxford University Press
Koedinger, K. R., & Nathan, M. J. (2004). The real story behind story problems: Effects of
representations on quantitative reasoning. The Journal of the Learning Sciences, 13(2).
Kurniawan, B. (2013). Model Pembelajaran Kolaborasi (Collaborative Learning). (Online).
(Tersedia: https:// kurniawan bud i04. http://wordpress.com/2013/ 05/27/ collaborative –
learning, diakses 12-2-2015).
Kurniawan, D. (2008). Uji T 2-Sampel Independen (Independent 2-Sample T-Test). R
Development Core Team (2008). R: A language and environment for statistical computing. R
Foundation for Statistical Computing.
Larsen, J. (2013). Attitude in Mathematics: A Thematic Literature Review. (Online). (Tersedia:
http://www.peterliljedahl.com/wp-content/uploads/Sample-Lit-Larsen.pdf, diakses 15-6-2015).
Lesser, L. M., & Tchoshanov. (2005). The Effect of Representation and Representational
Sequence on Stufents Understanding. Proceedings of the 27th Annual Meeting of PME-NA,
Virginia Tech.
Leonard., & Supardi, U. S. (2010). Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa Pada Matematika, Dan
Kecemasan Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Cakrawala Pendidikan, November 2010,
Th. XXIX, No. 3
MacGregor, M., & Price, E. (1999). An exploration of aspects of language proficiency and
algebra learning. Journal for Research in Mathematics Education, 30, 449-467
Martadiputra, B. A. P. (2010). Kajian Tentang Kemampuan Melek Statistis (Statistical Literacy),
Penalaran Statistis (Statistical Reasoning), dan Berpikir Statistis (Statistical Thinking) Guru
SMP/SMA (Studi Terhadap Guru SMP/SMA yang mengikut kegiatan PPM Dosen Jurdikamat
UPI di Kab. Subang dan peserta PLPG Sertifikasi Guru Guru Matematika SMP di BMI
Lembang). Jurnal Pemas Pendidikan UPI.
Marshall, C., & Rossman, G, B. (1995). Designing qualitative research. Newbury Park, CA:
Sage.
Marsh, H.W., Byrne, B.M., & Shavelson, R. (1992). A multi-dimensional, hierarchical selfconcept. NY State University of New York Press

Maureen, T. D., & Margaret, M. (2012) Self-concept and tacit knowledge: Differences between
cooperative and non-cooperative education students. St. Jerome's University/University of
Waterloo, Canada. Asia-Pacific Journal of Cooperative Education, vol 13.
Meltzer, D. E. (2000). Student Learning Of Physics Concept: Efficacy Of Verbal And Written
Form Of Expression In Comparison To Other Representational Modes. Departement Of Physics
And Astronomy, IOWA State University.
Meltzer, D. E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible "Hidden Variable" in Diagnostic Pretest Scores. American
Journal of Physics. v70 n12 p1259-68
Moyer, P. (2001) Are we having fun yet? How teachers use manipulatives to teach mathematics.
Education Studies in Mathematics, 47(2): 175–197.
Murni, A. (2013). Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP Melalui
Pembelajaran Metakognitif dan Pembelajaran Metakognitif Berbasis Soft Skill. Jurnal
Pendidikan , vol 4. No 2
National Council of Teachers of Mathematic NCTM. (2000). Principles and Standards for School
Mathematics. Reston; Virginia: NCMT.
Nurdianto, E., & Suryanto, E. (2010). Pembelajaran literasi Bahasa Indonesia Pada Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia Jilid 13 No 2.
Nurjannah, A. (2013). Pendekatan Pembelajaran Ekspositori. (Online). (Tersedia: https://
amalianurjannah. http://files.com/2013/05/11- pendekatan-pembelajaran ekspositori. pdf, diakses
1-1-2015).
OECD. (2011). Literacy For Life. Further Results From The Adulty Literacy And Life Skills
Survey. OECD Statistics Canada.
Pambudi, P. S., & Wijayanti, D. Y. (2012). Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Akademik
pada Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 , hal 149 – 156
Pape, S., & Tchoshanov, M. (2001). The role of representation(s) in developing mathematical
understanding. Theory into Practice, 40(2), 118-127.
Quitana, C., Reiser, B. J., Davis, E. A., Krajcik, J., Fretz, E., Duncan, R. G., Kyza, E., Edelson,
D. C., & Soloway, E. (2004). A scaffolding design framework for software to support science
inquiry. The Journal of the Learning Sciences, Vol 13 (3).
Reid. (2004). Enhancing Student thinking through Collaboration Learning. (Online). (Tersedia:
http//.ed.gov/database/ERIC_Digest/, diakses 2-5-2014)
Reyes, L. H. (1984). Affective Variables and Mathematics Education. Elementary School

Journal, vol 84, 558-581.
Rofiq, Z. (2008) Collaborative Learning: Promising Learning Model. Yogyakarta
StateUniversity.(Online).(Tersedia:http://staf.uny.ac.id/sites/default/files/Promising, diakses 3-22017).
Rosenberg, M. (1979). Conceiving the self. New York: Basic.
Rumsey, D. J. (2002). Statistical literacy as a goal for introductory statistics courses. Journal of
statisties education, vol 10. Ohio state university.
Sabandar, J. (2010). Thinking Classroom Dalam Pembelajaran Di Sekolah. (Online), (Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/Jur_Pend_Matematika, diakses 12-2-2014).
Sabirin, M. (2014). Representasi Dalam Pembelajaran Matematika. JPM IAIN Antasari Vol. 01
No. 2.
Sanjaya, W. (2008). Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada
Media Group.
Saomah, A. (2011). Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi. [Online]. Tersedia:
http://www.google.com Implikasi+Teori+Belajar+Terhadap +Pendidikan +Literasi.[3 – 3 - 2014]
Scorepak. (2005). Item Analysis. Educational Assessment University of Washington
See Cheng, L. (2006). On varying the difficulty of test items. A paper presented at the 32nd
Annual Conference of the International Association for Educational Assessment, Singapore.
Shavelson, R.J., Hubner, J. J., & Stanton, G. C. (1976). Self-Concept: Validation of Construct
Interpretations. Review of Educational Research 46.3: 407–41.
Smith, B. L., dan MacGregor, J. (1992). Collaborative Learning: A Sourcebook for Higher
Education.University Park, PA: National Center on Postsecondary Teaching, Learning and
Assessment (NCTLA).
Somakim. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematik Siswa
Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi
Doktor pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.
SSC. (2000). Informative Presentation of Tables, Graphs and Statistics. Biometrics Advisory and
Support Service to DFID.
Suhendra, Y. (2008). Perbandingan Gender DalamPrestasi Literasi Siswa Indonesia. Perspektif
Literasi. Bandung: Literacy Institute

Tailor, R. (1990). Interpretation of the Correlation Coefficient: A Basic Review.Journal of
Diagnostic Madical Sonography.
Takaria, J. (2010). Penerapan RME dalam pembelajaran statistika berbasis budaya Lease
Maluku. Prosiding Seminar Nasional PGSD FKIP Unpatti.
Takaria, J. (2014). Peningkatan Self Concept Statistika Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar
Melalui Model Collaborative Problem Solving (CPS). Prosiding Seminar Nasional PGSD FKIP
Unpatti.
Teale, W. H., dan Sulzby. (1986). Emergent Literacy. Norwood, NJ: Ablex.
Tishkovskaya, S & Lancaster , A.G. (2010). Teaching Strategies To Promote Statistical Literacy:
Reviu and Implementation. Lancaster University United Kingdom. International Association of
Statistical Education (IASE).
Turuk, M. C. (2008). The Relevance And Implications Of Vygottsky’s Sociocultural Theory In
The Second Language Classroom. ARECLS, 2008, Vol.5, 244-262.
Tun, Y, B, U., & Yates, S, M. (2007) A Rasch analysis of the Academic Self-Concept
Questionnaire. International Education Journal, 2007, 8(2), 470-484.
Utomo, D. Y. (2002). Model Pembelajaran Kooperatif; Teori Yang Mendasari dan Prakteknya
Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan. Scientific jurnal Universitas
Muhammadiyah Malang
Verhoeven, P. (2006). Statistics education in the Netherlands and Flanders: An outline of
introductory courses at Universities and Colleges. In ICOTS-7 Conference Proceedings.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung: UPI.
Watson, J. M. (2003). Statistical Literacy at the School Level:What Should Students Know and
Do?. University of Tasmania, Faculty of Education, Australia
Widjajanti, D. B. (2011). Mengembangkan kecakapan matematis Mahasiswa Calon Guru
Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Yatmoko, S. F. (2010). Model Pembelajaran Ekspositori. (Online). (Tersedia: http//www.
susilofy. http://wordpress.com /2010/10/17/ model-pembelajaran - ekspositori/, diakses 8 – 3 –
2013).
Yusuf, S. (2006). Perbandingan Gender Dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia. Perspektif
Literasi. Bandung: Literacy Institute.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24