T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe TAI (Team Assisted ) Menggunakan Video Tutorial Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VI SD N 0103 Susuka

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe TAI (Team Assisted
Individualization) Menggunakan Video Tutorial Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK
Kelas VI SD N 01-03 Susukan Ungaran

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Kepada Program Studi Pendidikan Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi

Oleh:
Kartikaning Endah Setyorini
Nim : 702010061

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014


1

2

3

4

5

6

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe TAI (Team Assisted
Individualization) Menggunakan Video Tutorial Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK
Kelas VI SD N 01-03 Susukan Ungaran
1)

Kartikaning Endah Setyorini, 2) Hindriyanto D. Purnomo, ST., MIT., Ph.D, 3)
George J. L. Nikijuluw. S.Pd.

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
1)
Email : 702010061@student.uksw.edu, 2) Hindriyanto.Purnomo@staff.uksw.edu, 3)
George.Nikijuluw@staff.uksw.edu.

Abstract
Low ICT result study because of implements conventional learning methods can causes
the students being passive in the learning process. This research have purpose to see how
the application of cooperative learning type TAI using tutorial video in ICT improve
activity in the learning process. The method are used in this research is quasiexperimental design with non – equivalent design. The results reveals that cooperative
learning type TAI using tutorial video increase the student understanding and activity in
learning process.
Keywords : TAI application method , video learning , learning achievement.

Abstrak
Hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran TIK disebabkan karena penggunaan
metode ceramah yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa yang akan berpengaruh pada

hasil belajar siswa dengan menerapkan metode cooperative learning tipe TAI
mengunakan video agar siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian
ini menggunakan metode experiment dengan desain non-equivalent. Hasil dari penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode cooperative learning tipe TAI
menggunakan video dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.
Kata kunci: Penerapan metode TAI, video pembelajaran, hasil belajar.

1

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
3)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

7

1. Pendahuluan
Pembelajaran TIK sama seperti halnya pembelajaran yang lain,

membutuhkan variasi dengan cara pembelajaran sebagai alternatif dari
permasalahan-permasalahan yang ditemui oleh pengajar pada saat proses
pembelajaran [1]. Adapun permasalahan yang dijumpai saat observasi di SD N
01-03 Susukan Ungaran adalah siswa kurang memperhatikan dan pasif pada saat
pembelajaran serta ketika proses belajar mengajar berlangsung ada beberapa siswa
yang ramai dikelas, hal ini dapat dilihat dari kejenuhan siswa dan kurangnya
keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, masalah umum yang
sering muncul yaitu ketika beberapa siswa yang memiliki kemampuan lebih telah
selesai mengerjakan tugas. Siswa yang telah selesai mengerjakan tugas enggan
untuk membantu mengajari temannya yang belum selesai mengerjakan tugas.
Sehingga dalam hal ini penulis melihat kurangnya interaksi, kerja sama dan
solidaritas antar siswa. Dilihat dari beberapa permasalahan tersebut, menurunnya
keaktifan belajar siswa tentu akan berdampak pada hasil belajar siswa yang
menurun. Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut penerapan
metode belajar yang bervarasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam
proses belajar mengajar. Penerapan pembelajaran kolaboratif merupakan metode
yang efektif untuk meningkatkan keaktifan dan interaksi siswa [2]. Untuk
menerapkan pembelajaran tersebut, maka cara alternatif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode cooperative learning tipe
TAI (Team Assisted Individualization ) menggunakan video tutorial. Beberapa

alasan menggunakan metode cooperative learning tipe TAI diantaranya adalah
dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan tidak hanya mengharapkan bantuan
dari guru, serta siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, karena masingmasing anggota memiliki tugas yang setara. Dengan penggunaan media visualisai
berupa video pembelajaran maka siswa akan lebih tertarik untuk memahami dan
fokus terhadap materi yang disampaiakan.
TAI (Team Assisted Individualization ) adalah metode pembelajaran
cooperative yang dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara
individual. Perpaduan antara cara pembelajaran cooperative dan individual dapat
diperoleh dua keuntungan sekaligus, Cooperative learning merupakan
pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan
yang saling menguntungkan antar siswa[3]. Siswa dalam kelompok akan belajar
mendengar ide atau gagasan dari orang lain, berdiskusi dengan teman, serta dapat
menerima atau memberikan kritik yang membangun, dan siswa tidak merasa
terbebani apabila ada kekurangan dalam pengerjaan tugas. Selain dari hal tersebut,
dengan memberikan variasi pembelajaran dengan cara melakukan pengajaran
dengan bantuan video pembelajaran, tentu akan menarik minat siswa untuk
belajar. Disini manfaat dari videoa pembelajaran yaitu sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran. Secara umum manfaat yang diperoleh adalah proses
pembelajaran yang lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat
dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dengan perbaikan keaktifan

belajar siswa yang lebih baik [4]. Hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian latar belakang maka akan dilakukan

8

penelitian tentang penerapan metode cooperative learning tipe TAI (Team
Assisted Individualization) menggunakan video tutorial untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di SD N 01-03 Susukan Ungaran pada mata pelajaran TIK kelas VI.
2. Tinjuan Pustaka
Penelitian Terdahulu.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri pada tahun
2009 melakukan penelitian untuk meningkatkan prestasi siswa SMP pada
pelajaran Biologi dengan mengubah paradigma pembelajaran dengan sistem
teacher centered (proses pembelajaran yang berupa ceramah) menjadi sistem
student centered (proses pembelajaran dimana seluruh kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa). Dengan penerapan metode TAI, nilai tes siswa meningkat
hingga 15% dari nilai sebelum diterapkan metode TAI [5].
Penelitian selanjutnya oleh Asih, mahasiswa Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA UPI. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan desain time
series yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung semester genap

tahun ajaran 2009-2010 dengan menerapkan metode TAI berbasis multimedia
dengan media video animasi. Dari hasil pengolahan data, didapat bahwa hasil
belajar siswa sebelum menggunakan metode cooperative learning tipe TAI
berbasis multimedia masih rendah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan
perhitungan dengan uji Wilcoxon pada skor pretes dan postes, didapat nilai
signifikansi 0,000 pada tiap seri pembelajaran yang berarti lebih kecil dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang
signifikan setelah menggunakan metode cooperative learning tipe TAI berbasis
multimedia tersebut [6].
Persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti
peningkatan hasil belajar dengan penerapan metode metode cooperative learning
tipe TAI. Pada perancangan dan penerapan metode TAI ini dibagiakn soal pretes
dan diakhir pembelajaran diberikan soal postest untuk mengetahui hasil akhir
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK. Perbedaanya adalah
selain perbedaan tempat, objek dan waktu penelitian, terdapat perbedaan lain
dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Asih. Penelitian yang dilakukan
oleh Putri pada tahun 2009 hanya menerapkan metode TAI untuk meningkatkan
prestasi siswa, namun pada penelitian ini dilakukan penambahan media
pembelajaran untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dimana dengan

penayangan video, siswa dapat seolah-olah mereka berada atau turut serta dalam
suasana yang digambarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Asih memanfaatkan
media video animasi dan hanya mengunakan soal tes sebagai pengujian metode.
Penelitian ini menambahkan penggunaan instrumen penelitian berupa angket yang
dibagikan oleh siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap media dan lembar
observasi untuk melihat keaktifan siswa.

9

Pengertian Hasil Belajar.
Hasil belajar merupakan puncak dari proses pembelajaran yang digunakan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi. Hasil
belajar itu dikatakan sebagai perumpamaan apabila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif
(sikap),dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Hasil belajar didefinisikan
sebagai suatu proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang
dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan

ketrampilan [7].
Pengertian Metode TAI.
Metode TAI (Team Assisted Individualization ) adalah metode pembelajaran
kooperatif yang dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual.
Model ini mengkombinasikan keunggulan cooperative dan program pengajaran
individual, selanjutnya model ini dapat memberikan tekanan pada efek sosial dari
belajar kooperatif. TAI disusun untuk memecahkan masalah pada saat proses
belajar mengajar. Metode cooperative learning tipe TAI memiliki 8 komponen,
kedelapan komponen tersebut antara lain: Placement Test, Teams, Student
Creative, Team Teaching, Team study, Team Score and Team Recognitiaon, Fact
Test, Whole-Class Units [3].
Video Sebagai Multimedia Pembelajaran.
Secara umum multimedia pembelajaran yang berkenaan dengan apa yang
dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (gambar yang bergerak), proses
perekaman ataupun proses penayangannya yang tentunya melibatkan sebuah
teknologi. Selain itu multimedia pembelajaran merupakan media komunikasi yang
sangat cepat ditangkap informasinya oleh manusia karena tampilannya yang dapat
dibuat semenarik mungkin agar objek pembelajaran yang dituju (dalam hal ini
siswa) lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan lebih mudah
dimengerti [4].

Manfaat penggunaan media video dalam pembelajaran adalah Sangat
membantu tenaga pengajar dalam mencapai efektifitas pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran yang mayoritas praktek. Dapat merangsang minat siswa
untuk lebih mandiri dan siswa dapat belajar untuk lebih berkonsentrasi [8].
3. Metode Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi, tes, angket dan dokumentasi. Lembar observasi digunakan untuk
mengetahui perubahan sikap siswa selama treatment, tes (soal pretest dan postest)
bertujuan untuk mengukur pencapaian penguasaan materi yang diajarkan.
Pengolahan data angket menggunakan sekala likert dengan kriteria jawaban SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), RG (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat
Tidak Setuju) dengan bobot SS=5; S=4; RG=3; TS=2; STS=1. Besarnya
presentase tanggapan siswa dihitung dengan rumus [9]:

10

Banyaknya jawaban siswa ×100
Jumlah siswa x Jumlah butir
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan
desain non-equivalent. Dalam desain ini dilakukan dua seri pembelajran. Sebelum

pembelajaran, diberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa (pretes) dan
sesudah pelajaran diberikan tes untuk melihat hasil belajara siswa (postes). Desain
yang digunakan adalah sebagai berikut [10]:
Tabel 1. Prosedur quasi eksperimen non-equivalent

N1

O1

N2

O1

X

O2
O2

Keterangan:
O1 : Pretest
N1 : Kelas experiment
O2 : Posttest
N2 : Kelas control
X : Treatment (Pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning
tipe TAI menggunakan video)
Penelitian dilakukan di SD N 01-03 Susukan Ungaran, data diperoleh dari
hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan experiment, kelas VI a sebagai kelas
kontrol dengan jumlah siswa 34 orang dan kelas VI b sebagai kelas experiment
dengan jumlah siswa 34 orang.
Sebelum memberikan pretest dan posttest pada kedua kelas tersebut adalah
uji instrumen. Pengujian validitas instrumen yaitu kegiatan menguji aplikasi
instrumen yang sudah dibuat sebelum digunakan untuk mengumpulkan data yang
sebenarnya. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas
konstruksi (Construct Validity). Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat
evaluasi dalam mengukur. Dalam penelitian ini reliabilitas yang digunakan adalah
Alpha Cronbach. Tingkat kesulitan merupakan suatu pernyataan tentang seberapa
sulit atau seberapa mudah sebuah butir pernyataan bagi peserta [8].
Tahap pertama dari penelitian ini adalah tahap persiapan. Tahapan ini
meliputi membuat surat ijin penelitian, menyiapkan instrumen penelitian,
mengobservasi pembelajaran siswa didalam kelas, menanyakan kepada guru
mangenai materi pelajaran TIK, menyiapkan media pembelajaran.
Tahap kedua ialah identifikasi sarana dan prasarana. Ini dilakukan untuk
mengetahui apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian. Adanya fasilitas
komputer dan LCD maka akan sangat membantu dalam penerapan media belajar.
Tahap penelitian selanjutnya ialah mendesain strategi pelaksanaan. Desain
strategi pelaksanaan yang dibuat adalah dengan mendesain alur pembelajaran dan
membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Alur pembelajaran yang
digunakan pada kelas Treatment adalah sebagai berikut:

11

Placement

Teams

test

Student

Team

Creative

teaching

Pemecahan

Team Study

Diskusi

Pengerjaan

kelompok

latihan

Fast Test

Team
Score

maslah

Gambar 1. Bagan Alur Pembelajaran [3]

Pada proses pembelajaran TAI berbasis multimedia yang dilakukan ialah guru
memberikan terlebih dahulu pretest untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa,
selanjutnya guru membentuk kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5
siswa, setelah pembentukan kelompok siswa dipersilahkan duduk sesuai
kelompoknya dan melihat penayangan materi, guru memberikan penjelasan
mengenai tugas yang akan dikerjakan, dalam team study siswa berdiskusi dan
mengerjakan soal latihan bersama kelompokny, selanjutnya penilaian hasil
pekerjaan kelompok disambung dengan pemberian tes lisan kepada masingmasing individu, bagian akhir guru memberi pembelajaran dengan pemecahan
masalah.
Penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran di sekolah. Penelitian pada
saat pembelajaran di kelas meliputi observasi proses pembelajaran treatment class
dan control class. Berikut adalah perbandingan desain pembelajaran pada
Treatment Class dan Control Class.
Tabel 1. Perbandingan desain pembelajaran
Kegiatan belajar kelas

Kegiatan belajar kelas eksperiment

control

Pendahuluan

Pendahuluan

a.Apersepsi

a. Apersepsi

Ruang Kelas dipersiapkan seperti

Ruang Kelas dipersiapkan seperti

absensi, kebersihan dan

absensi, kebersihan dan

ketenangan.

ketenangan.

b. Memotivasi

b. Memotivasi

Peserta didik diberi penjelasan

Peserta didik diberi penjelasan

tentang metode metode TAI

tentang pokok bahasan,

(Team Assisted Individualization)

pengertian, contoh, pemahaman

menggunakan video, dan

materi yang akan dipelajari.

12

penjelasan tentang pokok
bahasan materi yang dipelajari.
Kegiatan Inti :

Kegiatan Inti :

Eksplorasi

Eksplorasi





Guru

pretest  Guru memberikan pretest

memberikan

(placement test)
Guru

membagi

kelompok

(teams)

Elaborasi

Elaborasi

 Guru

menayangkan

pembelajaran
mencatat

dan

video
siswa

menjelaskan

pelajaran

memberi

penjelasan

siswa

untuk

memperhatikan kedepan.

penting  Guru

poin-poin

(student creative)

 Guru

 Gurumeminta

dengan

materi
metode

ceramah

singkat mengenai tugas yang  Guru memberikan kesempatan
harus

dikerjakan

(team

teaching)

 Guru memberikan tugas untuk
dikerjakan

dan

didiskusikan

siswa untuk bertanya.

 Guru

meminta

siswa

untuk

mempraktekkan inti dari materi
dalam komputer masing-masing.

perkelompok (team study).

 Saat berdiskusi masing-masing
siswa bertanya jawab kepada

Konfirmasi

teman satu kelompok, saling  Guru bersama siswa melakukan
refleksi
bersama
terhadap
membantu memberi penjelasan,
pembelajaran
yang
sudah
dilakukan.
dan memecahkan masalah yang
telah mereka dapatkan dari hasil  Menarik kesimpukan
diskusi

selanjutnya,

mengerjakan tugas sesuai waktu
yang sudah ditentukan oleh guru
dan masing-masing siswa saling
membantu

pengerjaan

tugas

kelompoknya .

 Guru memeriksa dan menilai
pekerjaan tiap kelompok (team
score).

Konfirmasi

13

 Siswa diberikan tes lisan (fact
test)

Kegiatan Akhir


Guru

memberikan

Kegiatan Akhir
simpulan



Posttest

pertemuan hari ini dan memberi


penegasan (whole class unites).
Posttest secara individu dan
Pembagian angket untuk diisi
oleh siswa

Proses pembelajaran yang dilakukan pada Treatment Class dan Control
Class diawali dengan persiapan untuk proses pembelajaran. Mempersiapkan
ruang kelas yang digunakan untuk pembelajaran. Dalam kegiatan memotivasi
guru menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan. Pada Treatment Class
dijelaskan bahwa materi yang akan disampaikan adalah materi yang telah dikemas
kedalam media video pembelajaran. Dalam kegiatan inti pada Treatment Class
guru menayangkan video pembelajaran yang berisikan materi yang akan dibahas
pada waktu diskusi dan latihan soal yang akan dikerjakan oleh masing-masing
kelompok. Sehingga siswa sudah mempunyai bayangan tentang materi dan bisa
membantu siswa dalam pengerjaan latihan soal yang akan diberikan. Berbeda
dengan yang dilakukan dalam Control Class. Pada kegiatan inti guru hanya
menjelaskan materi dan meminta siswa untuk memperhatian.
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan penelitian, tahapan ini meliputi
pemberian pretest, pemberian perlakuan dan pemberian postest. Pemberian pretest
pada kelas kontrol dan experiment dengan bobot soal yang sama, kemudian
memberi perlakuan untuk kelas kontrol dikenai metode ceramah sedangkan kelas
experiment dikenai metode cooperative learning tipe TAI menggunakan video,
selanjutnya yaitu pemberian posttest pada kedua kelas kontrol dan experiment.
Tahapan akhir adalah evaluasi. Pengolahan data analisis observasi
keaktifan, tes dan angket. Analisis data tes dijadikan acuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Analisis data Angket pada kelas experiment ditujukan untuk
melihat respon siswa terhadap media pembelajaran berupa video. Berdasarkan
hasil jawaban respon siswa terhadap media pembelajaran dapat diketahui seberapa
besar ketertarikan siswa, rasa senang, dan minat siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan media tersebut, Serta efektifitas penggunaaan media
pembelajaran.
4. Hasil Pembahasan
Hasil penelitian ini meliputi: hasil pengamatan pembelajaran, analisis hasil
tes dan angket.

14

Penelitian dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas experiment dengan
jumlah siswa sebanyak 34 orang diberikan perlakuan dengan Penerapan metode
cooperative learning tipe TAI menggunakan video tutorial, sedangkan pada kelompok
kontrol sebagai kelompok pembanding dengan jumlah siswa 34 orang diberikan
perlakuan dengan dan metode pembelajaran konvensional.
Treatment yang akan dilakukan adalah pada kelas experiment. Treatment
kelas experiment disusun pada perangkat pembelajaran yaitu RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Treatment pada kelas eksperimen dilakukan sebanyak
3 kali pertemuan.
Pada pertemuan pertama akan dijelaskan gambaran yang terjadi saat
proses treatment. Kegiatan pertama adalah guru mengabsen siswa. Absensi siswa
menggunakan buku absen yang sudah tersedia. Kegiatan selanjutnya guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, peserta didik diberi penjelasan tentang
pokok bahasan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya pembelajaran dan
treatment akan dimulai.
Treatment kelas eksperimen dimulai dengan guru memberikan Pretest
mengenai materi yang akan dibahas sebelum treatment untuk mengukur
kemampuan awal siswa. Pretest telah dilakukan selanjutnya guru membentuk
kelompok hiterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Pemberian materi dengan
penggunaan media berupa video tutorial yang dikontrol oleh guru, saat
penayangan video aktifitas siswa yaitu duduk berkelompok, melihat dan
memperhatikan video serta mencatat poin-poin penting yang terdapat dalam
penjelasan materi. Penjelasan secara singkat oleh guru mengenai tugas yang harus
dikerjakan oleh kelompok sebelum mereka mulai berdiskusi. Kegiatan team study
ditambahkan dengan kegiatan diskusi kelompok agar siswa tidak hanya
mengerjakan tugas bersama teman kelompok saja. Kegiatan diskusi ini guru
meminta siswa menggali pengetahuan mengenai materi pengoprasian dasar
pengolah kata yang telah disampaikan dalam video sebelumnya saat berdiskusi
siswa juga membahas cara pengerjaan latihan soal, mengungkapkan pengetahuan
individu untuk dibagikan kepada kelompoknya. Pada saat diskusi kegiatan siswa
yaitu tanya jawab kepada teman satu kelomok, saling membantu memberi
penjelasan antara satu dengan yang lainnya dan memecahkan masalah yang
mereka diskusikan, dalam kegiatan diskusi ini siswa juga diawasi secara langsung
oleh guru. Kegiatan selanjutnya setelah siswa selsai berdiskusi ialah mengerjakan
tugas latihan yang diberikan oleh guru dengan batas waktu yang sudah ditentukan
oleh guru, masing-masing siswa dalam kelompok ikut serta dan saling membantu
dalam pembuatan tugas. Tahap selanjutnya guru memeriksa dan menilai hasil
pekerjaan masing-masing kelompok. Guru memberi pertanyaan secara lisan
kepada masing-masing individu untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa
setelah dilakukan diskusi, diharapkan pada saat berdiskusi siswa menjadi lebih
terbantu dalam memahami materi pembelajaran.
Kegiatan penutup, setelah kegiatan inti selesai selanjutnya guru bersama
siswa menyimpulkan materi, melakukan refleksi bersama terhadap pembelajaran
yang sudah di lakukan. Setelah dilakukan treatment yang pertama, selanjutnya
dilaksanakan treatment kedua yang mana kegiatan intinya sama namun dalam
proses kegiatan pembelajaran atau treatment kedua ini pada awal pembelajaran

15

tidak diberikan pretest akan tetapi pada pertemuan treatment kedua hal lain yang
membedakan yaitu pemberian materinya jika dipertemuan pertama materi yang
dibahas ialah materi tentang pengoperasian dasar program pengolah kata atau
ms.word pada pertemuan kedua ini menggunakan materi tentang cara membuat
kartu ucapan menggunakan program pengolah kata/ms.word. Gambaran proses
pembelajaran pada pertemuan kedua adalah langkah pertama guru menyuruh
siswa duduk sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya, siswa melaksanakan
perintah guru untuk duduk sesuai kelompok. Pemberian materi dengan
penggunaan media berupa video tutorial yang dikontrol oleh guru, materi yang
dipelajari pada pertemuan kedua ini ialah materi yang menggambarkan tentang
cara pembuatan kertu ucapan dengan menggunakan ms.word, saat penayangan
video aktifitas siswa yaitu duduk berkelompok, melihat dan memperhatikan video
serta mencatat poin-poin penting yang terdapat dalam penjelasan materi.
Penjelasan secara singkat oleh guru mengenai tugas yang harus dikerjakan oleh
kelompok sebelum mereka mulai berdiskusi, guru menjelaskan kepada siswa
bahwa setiap kelompok harus membuat kartu ucapan seperti yang dijelaskan
dalam video dengan catatan masing-masing kelompok menggunakan kemampuan
kreatifitas kelompok dalam membuat desain dan kalimat selanjutnya, dalam
Kegiatan team study ditambahkan dengan kegiatan diskusi kelompok sama
seperti pertemuan sebelumnya agar siswa tidak hanya mengerjakan tugas bersama
teman kelompok saja tetapi siswa benar-benar bisa menguasai materi
pembelajaran. Kegiatan diskusi ini guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang
pilihan desain dan kata-kata untuk membuat kartu ucapan, masing-masing siwa
harus mengeluarkan pendapat mereka. Setelah selesai berdiskusi saatnya
pengerjaan tugas kelompok dengan dibantu individu. Proses selanjutnya guru
memberi penilaian dari hasil pengerjaan tugas kelompok, penilian ini bersifat nilai
kelompok dan nilai individu ialah saat pemberian tes lisan kepada masing-masing
individu. Tes lisan dilakukan setelah penilaian tugas kelompok, untuk mengukur
tingkat pengetahuan siswa setelah dilakukan diskusi, diharapkan pada saat
berdiskusi siswa menjadi lebih terbantu dalam memahami materi pembelajaran.
Tahap akhir ialah guru melakukan refleksi bersama dengan siswa dan memberi
simpulan mengenai materi pertemuan kedua.
Setelah trearment kedua, selanjutnya dilakukan treatment ketiga dimana
dalam pertemuan ini hanya diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar
siswa pada akhir pembelajaran dan pemberian angket yang diisi oleh siswa
mengenai tanggapan siswa terhadap media video. Selain pretest dan posttest,
instrument lain yang digunakan dalam proses treatment adalah observasi yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur dan melihat keaktifan siswa didalam
kelas baik kelas treatment ataupun kelas kontrol.
Pada kelas kontrol treatment penerapan metode cooperative learning tipe
TAI dengan memanfaatkan video tidak diberikan karena kelas kontrol digunakan
sebagai pembanding untuk kelas yang tidak memakai metode cooperative
learning tipe TAI. Kelas kontrol memang tidak di berikan cooperative learning
tipe TAI dengan memanfaatkan video akan tetapi materi dijelaskan seperti
sebelum penelitian atau pembelajaran seperti biasa yaitu dengan metode
konvensional atau ceramah. Kelas kontrol disini juga diberikan pretest sebelum

16

pembelajaran dimulai untuk mengukur kemampuan awal siswa dan pemberian
posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Observasi juga dilakukan pada
kelas kontrol untuk mengukur dan melihat keaktifan siswa yang kemudian nanti
akan dibandingkan dengan observasi kelas eksperimen. Perbandingan tersebut
digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan/peningkatan keaktifan siswa
dengan penggunaan cooperative learning tipe TAI dengan kelas kontrol yang
tidak menggunakan cooperative learning tipe TAI.
Lembar Observasi.
Data yang diperoleh dari observasi aktivitas siswa (check list) akan dihitung
indikator presentasenya dengan rumus sebagai berikut [11]:
Presentase (%): n .100
N
Keterangan:
n: skor tiap indikator (jumlah siswa yang menunjukkan perilaku sesuai indikator)
N : jumlah seluruh siswa
Hasil observasi aktivitas belajar siswa ketika proses pembelajaran berlangsung
dihitung dengan menggunakan cek list jika siswa memenuhi aspek yang diamati maka
memperoleh nilai 1 dan jika tidak memenuhi kriteria memperoleh nila 0, cek list ini
dilakukan saat kegiatan belajar berlangsung. Hasil presentase observasi rata-rata keaktifan
siswa dapat dilihat pada gambar berikut:

Rata-rata aktivitas keaktifan kelas
eksperimen dan kontrol
keadaan awal
rata-rata aktivitas keaktifan pertemuan 1-3
68,86%

56,12%

49,17%

eksperimen

56,12%

kontrol

Gambar 3. Keaktifan siswa kelas kontrol dan experiment.

Terlihat pada gambar bahwa pada kelas ekperiment terjadi peningkatan
keaktifan belajar siswa dari keadaan awal 49,17% menjadi 68,86% (peningkatan
19,28%). Hal ini dibuktikan dari wawancara dengan beberapa siswa yang
memberikan hasil bahwa keaktifan siswa kurang karena pembelajaran sebelumnya
kurang menarik, membosankan dan siswa tidak memahami materi sehingga siswa
tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, serta siswa malas atau
malu untuk menanyakan materi yang belum dipahaminya. Akan tetapi setelah
dilakukan treatment diperoleh pernyataan dari beberapa siswa bahwa siswa tidak
mengobrol dengan temannya selama pembelajaran berlangsung karena merasa
tertarik untuk memperhatikan video pembelajaran yang dianggap sebagai hal baru
yang tidak pernah dilakukan guru sebelumnya, siswa juga tidak ingin tertinggal
17

materi pelajaran sehingga tidak keluar masuk kelas, siswa menjadi lebih paham
karena siswa fokus memperhatikan materi yang disampaikan melaui video
pembelajaran, siswa berani bertanya karena guru meninjau masing-masing
kelompok sehingga siswa tidak malu untuk bertanya dan siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru karena siswa memahami materi yang disampaikan melaui
video pembelajaran tersebut. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa
siswa menjadi lebih aktif karena siswa merasa tertarik, senang dengan
pembelajaran menggunakan metode TAI dengan memanfaatkan video, serta siswa
bisa saling berinteraksi dangan teman satu kelompok. Akan tetapi pada kelas
kontrol tidak terjadi peningkatan dari keadaan awal 56,12% tetap menjadi
56,12%. Hal ini dibuktikan dengan wawancara dari beberapa siswa yang
menghasilkan bahwa siswa kurang tertarik, siswa malu bertanya dihadapan
teman-teman sekelas, merasa bosan dengan pembelajaran yang dikarenakan
kurang pemahaman konsep siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga
siswa tidak mau bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Rendahnya keaktifan siswa sebelum penerapan merode TAI menggunakan
video dikarenakan penggunaan metode ceramah yang kurang bervariasi dalam
pembelajara sebelumnya. Guru pengampu mata pelajaran TIK hanya
menggunakan metode ceramah karena dianggap proses pembelajarannya lebih
mudah. Penerapan metode TAI menggunakan video memberikan pengaruh
terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa, penggunaan media video dan
penerapan model diskusi dan pemecahan masalah belum pernah dilakukan oleh
siswa, menjadikan siswa lebih tertarik sehingga siswa lebih fokus terhadap
pembelajaran. Jumlah siswa yang ramai dikelas, mengerjakan pekerjaan lain,
mengobrol dengan teman, dapat berkurang dengan penerapan metode TAI
menggunakan video ini, sehingga terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa yang
dapat dilihat melalui meningkatnya jumlah siswa yang mendengarkan,
memperhatikan, berani bertanya karena pembelajarannya santai dan
menyenangkan, bisa menjawab pertannyaan dari guru karena sebelumnya telah
dilakukan diskusi kelompok dimana siswa bisa bertanya dengan siswa lain dalam
kelompok serta mendapatkan pengetahuan, dapat mengerjakan tugas tepat waktu
karena pengerjaan tugasnya dilakukan bersama-sama dengan kelompok.
Analisis Hasil Tes
Data yang diujikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
Pengukuran hasil belajar menggunakan instrumen penelitian berupa tes yang telah
divalidasi dan reliabel pada setiap butir soalnya. Hasil uji coba instrumen tes
dilakukan sebelum soal pretest dan postest diberikan kepada siswa. Hasil uji coba
tes diberikan kepada kelas VII SMP N 1 Tuntang dengan jumlah responden 22
orang. Dari total 30 butir soal terdapat 10 soal tidak valid jadi soal yang dipakai
dalam pretest dan postest berjumlah 20 butir dan soal tersebut dinyatakan reliabel
sehingga layak dipakai untuk alat pengumpulan data.

18

Penerapan di SD N 01-03 Susukan Ungaran. Pretest dilakukan untuk
mengukur sejauh mana kemampuan siswa sebelum diberi treatment. Penelitian
dilakukan di dua kelas, yaitu kelas VI a untuk kelas kontrol dengan jumlah 34
siswa dan kelas VI b untuk kelas experiment dengan jumlah 34 siswa.
Hasil tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan data maka didapatkan hasil rata-rata nilai pretest
dan postest dari kelas kontrol dan kelas experiment. Hasil nilai pretest dan postest
dilihat dari gambar berikut:
Diagram Rata-rata Hasil Tes
Rata-rata pretest

Rata-rata postest

67,21%
57,50%

51,36%

kelas experiment

63,53%

kelas kontrol

Gambar 2. Diagram rata-rata hasil tes

Terlihat dari gambar bahwa pada kelas ekperiment mendapatkan presentase
rata-rata pretest 51,36% dan rata-rata postest mendapatkan presentase 67,21%
(peningkatan 16,24%) sedangkan dikelas kontrol mendapatkan presentase ratarata nilai pretest 57,50% dan rata-rata postest 63,53% (peningkatan 6%) sehingga
dapat disimpulkan bahwa penerapan motode cooperative learning tie TAI dengan
memanfaatkan video mendapatkan peningkatan hasil nilai tertinggi dibanding
dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini dikuatkan dengan wawancara dari
beberapa siswa kelas experiment bahwa mereka senang belajar dengan motode
cooperative learning tie TAI dengan memanfaatkan video karena dalam metode
TAI ini siswa bisa saling berinteraksi dan bisa menanyakan hal yang belum
mereka ketahui kepada teman kelompoknya tanpa ada rasa malu.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai
pretest kelas kontrol dan kelas experiment serta nilai postest kelas kontrol dan
experiment dilakukan uji beda rata-rata. Sebelum melakukan uji beda rata-rata,
dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan homogenitas data hasil pretest
diketahui bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen sehingga untuk
pengujian digunakan digunakan statistik uji parametrik yaitu uji Independent
Sample T-test. Sedangkan data hasil postest diketahui berdistribusi normal dan
memiliki homogenitas yang sama sehingga dapat dilaksanakan uji t. Adapun
untuk hasil uji t data posttest didapatkan hasil nilai thitung(6,687)>ttabel(1,693) maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas kontrol
dan experiment, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Adapun rumusan
hipotesis yang diuji adalah H0: Penerapan metode TAI dengan memanfaatkan
video sama dengan penggunaan metode ceramah dalam meningkatkan hasil
19

belajar siswa, dan H1: Rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
TAI berbasis multimedia lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar siswa yang
diajara dengan metode ceramah. Dalam pengujian hipotesis didapatkan hasil nilai
thitung (9,172)>ttabel (1,693) maka H1 diterima yang artinya rata-rata postes kelas
experiment lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode TAI dengan memanfaatkan video
mendapatkan rata-rata hasil belajar lebih tinggi dibanding dengan metode
konvensional.
Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran.
Untuk mengetahui respon/tangapan siswa terhadap penggunaan media
pembelajaran berupa video, peneliti membagikan angket kepada objek penelitian
yaitu siswa kelas VI b di SD N 01-03 Susukan Ungaran. Angket dibagikan untuk
mengetahui motivasi siswa terhadap penggunaan media video dan efektivitas
penggunaan video. Motivasi belajar siswa ditunjukkan dari rasa senang,
ketertarikan siswa untuk mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang
diberikan oleh guru, menunjukkan minat (rasa ingin tahu), ulet menghadapi
kesulitan dan selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin [12]. Dalam indikator
tanggapan siswa hal yang akan diukur adalah perhatian siswa, perasaan senang
ketika siswa belajar dengan bantuan video, rasa jenuh siswa dikelas, minat siswa
dan ketertarikan siswa terhadap media video. Indikator tanggapan siswa terhadap
media video dilihat dari butir pertanyaan nomer 1-6 dan 10-20. Perasaan senang
seorang siswa dapat dilihat dari perasaan suka terhadap pelajaran yang sedang
dipelajari sehingga sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari
bidang tersebut [13]. Rasa jenuh adalah perasaan bosan ketika mengikuti
pelajaran. Minat siswa adalah kecenderungan hati terhadap sesuatu hal.
Ketertarikan siswa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong siswa untuk
cenderung merasa tertarik pada benda, kagiatan atau bisa berupa pengalaman
efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri [14]. Efektivitas penggunaan
video pembelajara dapat dilihat dari ketercapaian tujuan dan makna yang didapat
oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran [15]. Indikator efektivitas
penggunaan media video dilihat dari butir pertanyaan nomer 7, 8, 9.
Berdasarkan analisis jawaban siswa dapat dilihat tanggapan siswa terhadap
penggunaan media pembelajaran berupa video pembelajaran untuk setiap
indikatornya. Untuk mengukur indikator Indikator tanggapan siswa terhadap
media video dapat dilihat dari butir pertanyaan nomor 1-6 dan 10-20. Dari
pertanyaan tersebut didapatkan hasil persentase 30,45% responden merasa sangat
setuju, presentase 54,84% merasa setuju dan tertarik menggunakan media video
pembelajaran, 7,79% responden merasa ragu-ragu, 5,19% siswa tidak setuju dan
1,73% merasa sangat tidak setuju dan tidak tertarik menggunakan media video
pembelajaran. Indikator tanggapan siswa terhadap penggunaan media video
pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:

20

Presentase Tanggapan Siswa

Indikator Minta Siswa Terhadap Media Video
54,84%

60,00%
50,00%
40,00%

30,45%

30,00%
20,00%
7,79%

10,00%

5,19%

minat siswa

1,73%

0,00%

Tanggapan Siswa

Gambar 4. Indikator Tanggapan Minat siswa Terhadap Penggunaan Media Video

Indikator kedua mengenai efektivitas penggunaan media video sebagai sarana
evaluasi pembelajaran dilihat dari jawaban siswa pada butir pertanyaan soal
nomer 18, 19, 20. Dari pertanyaan tersebut didapatkan hasil presentase 35,29%
responden merasa sangat setuju bahwa penggunaan media video efektif sebagai
alat bantu dalam proses pembelajaran, 57,89% responden merasa setuju media
video efektif digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, 3,92%
responden meragukan efektivitas penggunaan media video, 1,69% responden
merasa media video tidak efektif digunakan sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran dan 0,98% responden merasa sangat tidak setuju jika video
digunakan sebagai alat bantu dalamproses pembelajaran. Indikator efektivitas
terhadap penggunaan media video dapat dilihat pada gambar berikut:

Presentase Tanggapan Siswa

Indikator Tanggapan Siswa Terhadap Efektivitas
Video
70,00%

57,84%

60,00%
50,00%
40,00%

35,29%

30,00%
20,00%
3,92%

10,00%

1,96%

0,98%

tidak
setuju

sangat
tidak
setuju

0,00%
sangat
setuju

setuju ragu-ragu

efektivitas
penggunaan
video

Tanggapan Siswa

Gambar 5. Indikator Tanggapan Siswa Terhadap Efektivitas Media Video

Berdasarkan analisis terhadap penggunaan media pembelajaran berupa
video pembelajaran di atas, dapat dilihat bahwa siswa merasa senang dan antusias
selama proses penyampaian materi menggunakan video pembelajaran yang
digunakan sebagai alat pembelajaran. Dapat dilihat juga respon positif dari
responden yang menyatakan tingkat efektifitas penggunaan media belajaran
berupa video pembelajaran. Serta rasa senang dan minat siswa yang meningkat
saat mengukuti proses pembelajaran berlangsung.

21

5. Simpulan dan Saran
Permasalahan yang terjadi dalam pendidikan berkaitan dengan kurangnya
keaktifan dari siswa yang menyebabkan siswa menjadi pasif selama proses belajar
mengajar berlangsung, minat siswa saat mengikuti pembelajaran yang berubahubah. Serta kurangnya interaksi, kerja sama dan solidaritas antar siswa. Penerapan
model pembelajaran TAI berbasis multimedia digunakan untuk mengatasi
permasalahn-permasalahan tersebut. Dengan perpaduan antara cara pembelajaran
cooperative dan individual maka dapat diperoleh dua keutungan sekaligus.
Keuntungan dari pembelajaran cooperative adalah dapat meningkatkan interaksi
antar siswa, belajar dalam kelompok siswa dapat saling membantu untuk
menguasai materi dan keuntungan dari pembelajaran individu mendidik siswa
untuk belajar secara mandiri, tidak menerima pelajaran secara mentah dari guru.
Dengan menerapkan metode TAI siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan
pengalamannya sendiri dalam mempelajari materisehingga pemahaman siswa
terhadap materi semakin terasa bukan semata-mata hafalan yang didapat dari
guru. Model pembelajaran TAI diterapkan pada penelitian di SD N 01-03 Susukan
Ungaran, model penelitian yang digunakan adalah experiment dengan desain nonequivalent dan metode ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa. Peningkatan hasil belajar diperoleh dari perbandingan nilai postest dari
kelas experiment dan kontrol. Berasarkan uji hipotesis (independent Samples T
Test) didapatkan hasil thitung (9,172)>ttabel (1,693) yang artinya rata-rata hasil
belajar siswa yang diajar dengan metode TAI berbasis multimedia lebih tinggi
dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional.
Dengan demikian menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan metode TAI
berbasis multimedia lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan metode belajar
konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memberi saran untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran, bagi guru diharapkan dapat
menerapkan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe TAI berbasis
multimedia dalam proses belajar mengajar sebagai bentuk variasi pembelajaran
sehingga peserta didik dapat lebih bersemangat dan aktif dalam pembelajaran
serta sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa. Kepada siswa agar lebih meningkatkan keaktifitasan dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga
berdampak pada peningkatan hasil belajar. Bagi peneliti lain diharapkan dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi penelitian yang akan datang.
6. Daftar Pustaka
[1]
Widdiharto, R. (2006). Model – model Pembelajaran Matematika
SMP Yogyakarta : PPPG Matematika.
[2]
Johnson, R. T (1991). Active Learning: Cooperation in the collage
clasroom. Interaction book co. Edina, MN.
[3]
Slavin, R. E. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset, dan
praktik. Bandung:Nusa Media.
[4]
Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Penerbit PT.Citra
Aditya Bakti.

22

[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]

[12]

[13]
[14]

Putri, A (2009). Cooperative learning. Jakarta A: PT Gramedia
widiasarana Indonesia
Asih (2009). Penerapan Metode TAI. Jakarta: kencana prenada
media group.
Munir (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi dan komunikasi.
Bandung : alfabeta.
Sadiman, A.S, dkk. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Pers.
Sugiyono (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Bandung.
Alfabeta.
Raehmat, J (2009). Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja
Rosdajaya. Bandung.
Nafisah, S. (2010). Uapaya Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa
pada Mata Pealajaran Al-Quran Hadits pada siswakelas VII-H
MTSN 1 Semarang tahun Pelajaran 2009-2010. Skripsi.
Kuadrat, M dan Uno, H. B. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran:
Sebuah
Konsep
Pembelajaran
Berbasis
Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2008). Perhatian
Siswa. Bandung.
Nana, S. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Rosdakarya.
Johnson R T& Smith (1991). Active Learning: Cooperation in the
collage clasroom. Interaction book co. Edina, MN.

[15]

Asmani, J. M. 2011. Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, Menyenangkan) . Jogjakarta: Diva Press.

23

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45