T B.IND 1402468 Chapter3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Syamsuddin dan Vismaia (2006, hlm. 169) menjelaskan bahwa
“penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis
untuk

melihat

kondisi-kondisi

yang

dikontrol

dengan

diteliti,

dengan


memanipulasikan suatu perlakuan, stimulus atau kondisi-kondisi tertentu,
kemudian mengamati pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh
manipulasi”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
kuasi eksperimen. Terdapat dua kelompok yang akan menjadi subjek penelitian
yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk kelompok eksperimen
diberi perlakuan khusus yaitu pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik pada proses
pembelajaran bercerita, kemudian dilakukan tes awal dan tes akhir pada kelas
tersebut untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan bercerita siswa. Pada
kelas kontrol, pembelajaran bercerita akan menggunakan model terlangsung
kemudian dilakukan juga tes awal dan tes akhir untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam bercerita.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, penelitian ini memiliki
variabel bebas dan variabel terikat. Fraenkel, dkk. (2012, hlm. 266)
mengemukakan bahwa “dalam sebuah studi eksperimental, para peneliti memiliki
efek setidaknya satu variabel bebas dan satu atau lebih variabel terikat”. Sejalan
dengan pendapat di atas Creswell (2012, hlm. 295) berpendapat bahwa
“eksperimen dilakukan ketika ingin mengetahui kemungkinan sebab dan akibat

antara variabel bebas dan variabel terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model kooperatif tipe bercerita berpasangan dan kecerdasan kinestetik,
sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan bercerita.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “The
Matching-Only Posttest-Only Control Group Design” (Fraenkel & Wallen, 2012,

54
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

hlm. 248). Untuk lebih jelasnya rancangan desain penelitian ini digambarkan
sebagai berikut.
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Eksperimen
Treatment Group
Control Group


M1
M2

O1
O2

X
C

Oa
Ob

Keterangan:
M1:

Sampel kelas eksperimen.

M2:

Sampel kelas kontrol.


O1:

Tes awal kelas eksperimen sebelum perlakuan.

O2:

Tes awal kelas kontrol sebelum perlakuan.

X:

Perlakuan pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan model
kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

C:

Perlakuan pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan model
terlangsung.

Oa:


Tes akhir kelas eksperimen setelah perlakuan.

Ob:

Tes akhir kelas kontrol setelah perlakuan.
Gambar 3.1. Pola Eksperimen Tes Awal dan Tes Akhir
A

O1

X

O2

B

O3

C


O4

R

Keterangan:
R:

Pemilihan sampel dengan teknik sampling purposive.

A:

Sampel kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe bercerita
berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

B:

Sampel kontrol menggunakan model terlangsung.

O1:


Tes awal kelas eksperimen.

O2:

Tes akhir kelas eksperimen.

O3:

Tes awal kelas kontrol.

O4:

Tes akhir kelas kontrol.

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


56

X:

Pembelajaran bercerita menggunakan model kooperatif tipe bercerita
berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

C:

Pembelajaran berbicara (bercerita) menggunakan model terlangsung.

Langkah-langkah rancangan desain penelitian sebagai berikut:
1.

memilih sampel dengan teknik purposive sampling;

2.

tes awal dilakukan sebelum proses pembelajaran, tes ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Tes ini diberikan pada kelas eksperimen

untuk memperoleh hasil O1 dan pada kelas kontrol untuk memperoleh hasil
O3;

3.

memberikan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen dan implementasi
pembelajaran dengan model terlangsung pada kelas kontrol;

4.

tes akhir (postest) dilakukan setelah seluruh pembelajaran selesai, tes ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes ini diberikan pada
kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O2 dan pada kelas kontrol untuk
memperoleh hasil O4;

5.

menghitung rata-rata (mean) kelas eksperimen dan kelas kontrol;

6.


menghitung rata-rata (uji t) kelas eksperimen O3 dan kelas kontrol O4;

7.

menentukan dasar taraf signifikan (α) yaitu 0,05;

8.

memeriksa t dari tabel pada taraf signifikan (α) dan dk = n-1;

9.

menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011, hlm. 80).
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Cikoneng. Populasi dalam penelitan ini

adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cikoneng pada tahun ajaran
2015/2016 yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah 261 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011, hlm. 81). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling purposive. Teknik sampling
purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Oleh

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

karena itu, peneliti akan menggunakan teknik sampling purposive untuk
menentukan dua kelas sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Adapun pertimbangan yang menjadi dasar penentuan sampel tersebut adalah:
1.

kemampuan setiap kelas berdasarkan nilai tes siswa yang diperoleh
sebelumnnya dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran
bercerita;

2.

jumlah siswa dalam setiap kelas.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 28 orang
dan kelas VII C berjumlah 28 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1.

Wawancara

Wawancara digunakan untuk menunjang atau mengecek data yang diperoleh
melalui teknik penelitian yang lain. Wawancara dilakukan terhadap guru bahasa
Indonesia dan siswa.
2.

Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh dua jenis data, yaitu:
a)

data tentang profil pembelajaran bercerita dengan model terlangsung;

b) data tentang proses pembelajaran (kegiatan guru dan siswa) dengan
menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik melalui video.
3.

Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap
penggunaan model koopertif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan
kinestetik.
4.

Tes

Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan kemampuan akhir
siswa dalam pembelajaran bercerita. Bentuk tes berbicara yaitu secara lisan,
penilaian ini dilakukan pada saat siswa bercerita. Aspek-aspek yang diukur adalah
bahasa cerita, isi cerita dan penampilan.

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011, hlm. 102).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen perlakuan dan
instrumen tes.
1.

Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan dalam penelitian ini merupakan alat yang digunakan

dalam proses pengujicobaan model pembelajaran kooperatif tipe bercerita
berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan kemampuan
bercerita. Bagian instrumen penelitian ini adalah rancangan model, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), wawancara, lembar observasi, dan angket.
a.

Rancangan Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis
Kecerdasan Kinestetik dalam Pembelajaran Bercerita

1) Rasional
Dalam pembelajaran bahasa salah satu yang harus dikuasai siswa adalah
keterampilan berbicara, melalui aktivitas ini seseorang mampu berkomunikasi
dengan manusia lain. Salah satu jenis pembelajaran berbicara yaitu keterampilan
bercerita, yang dilakukan seorang guru untuk melatih imajinasi, kreatifitas, dan
keterampilan siswa salah satunya dengan bercerita.
Dalam proses pembelajaran, siswa harus dilibatkan secara aktif berupa
kegiatan yang melibatkan banyak pancaindra sehingga dapat menambah
pengalaman siswa. Inilah pentingnya pemahaman guru tentang peran model atau
strategi pembelajaran dan penggunaan media dalam proses belajar. Penggunaan
model atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi belajar siswa dan
materi yang diajarkan, akan membantu guru untuk membuat siswa menjadi aktif.
Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan
kinestetik adalah salah satu model yang dirancang dalam penelitian ini. Model
pembelajaran ini mengutamakan kerjasama dan melibatkan aktivitas siswa secara
kinestetik dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

Kecerdasan kinestetik akan mempunyai pengaruh pada kecerdasan
intelektual siswa apabila guru mengarahkannya dengan tepat. Guru dapat
memfasilitasi siswa yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan
pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk
melibatkan kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran bercerita misalnya
mengajak siswa berlatih melenturkan tubuh, cara tesebut dilakukan untuk melatih
gestur siswa dalam bercerita. Garner & Hatch (1989) menjelaskan bahwa
“kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh
dalam menyampaikan ide dan perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan
untuk menciptakan atau mengubah suatu bentuk”.
2) Tujuan Penggunaan Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik.
Tujuan model model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik adalah untuk menumbuhkan sikap percaya diri dan berani
pada diri siswa dalam mengembangkan kemampuan bercerita yang dimilikinya
sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik. Joyce dkk. (2011, hlm. 302)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a)

sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan meningkatkan
motivasi yang jauh lebih besar daripada dalam lingkungan kompetitif
individual;

b) anggota-anggota kelompok kooperatif dapat saling belajar satu sama lain;
c)

interaksi

antaranggota

akan

menghasilkan

aspek

kognitif

misalnya

kompleksitas sosial, menciptakan sebuah aktivitas intelektual yang dapat
mengembangkan pembelajaran ketika dibenturkan pada pembelajaran
tunggal;
d) kerjasama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain,
menghilangkan

pengasingan

dan

penyendirian,

membangun

sebuah

hubungan, dan memberikan sebuah pandangan positif mengenai orang lain;
e)

kerjasama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui pembelajaran
yang terus berkembang, namun juga melalui perasaan dihormati dan dihargai
oleh orang lain dalam sebuah lingkungan;

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

f)

siswa yang mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekrjasama
dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif;

g) siswa, termasuk juga anak-anak bisa belajar dari beberapa latihan untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerjasama.
Dengan

adanya

kelompok-kelompok

kecil

diharapkan

dapat

meningkatkan rasa percaya diri siswa, saling menghargai, merasa dilibatkan,
fokus untuk bekerjasama, meningkatkan tanggung jawab pribadi dan saling
membantu ketika siswa lain mendapat kesulitan dalam pelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil pembelajaran dan keterampilan siswa. Ketika siswa
ditugaskan dalam kelompok yang lebih besar siswa sudah terbiasa dan bisa saling
menghargai pendapat temannya.
3) Elemen Dasar Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik.
Huda (2015, hlm. 46) mengemukakan bahwa ada beberapa elemen dasar
yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif yaitu sebagai berikut.
a)

Interpedensi Positif

Interpedensi

positif

atau

yang

sering

disebut

ketergantungan

positif.

Ketergantungan positif yaitu setiap anggota yang terlibat dalam kelompoknya
meyakini bahwa mereka adalah satu untuk bersama. Interpedensi positif dapat
membuat seseorang mempunyai tanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya.
Kualitas kerja sama sesama anggota sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil yang
maksimal.
b) Interaksi Promotif
Sesama anggota kelompok harus saling membantu anggota lain yang mendapat
kesulitan, saling bertukar informasi, memberikan masukan kepada teman yang
mungkin kurang baik, percaya satu sama lain, saling memberikan manfaat, dan
saling menjaga emosi antara sesama anggota supaya tetap tercipta suasana yang
nyaman.
c)

Akuntabilitas Individu

Akuntabilitas individu muncul ketika penampilan setiap anggota dinilai dan
mereka mendapatkan hasilnya. Dari hasil inilah, setiap siswa bisa merefleksikan

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

kembali apa yang telah dikerjakannya untuk meningkatkan penampilannya supaya
bisa berkontribusi dengan maksimal dalam kelompok tersebut.

d)

Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpersonal seseorang tidak muncul secara langsung ketika
dibutuhkan. Siswa harus mempelajari keterampilan sosial untuk bekerja sama dan
mendapatkan

motivasi

untuk

menerapkan

keerampilan

tersebut

dalam

kelompoknya.
e)

Pemrosesan Kelompok.

Pemrosesan kelompok terjadi ketika kelompok tersebut melakukan refleksi proses
kerja sama mereka.
4) Sintak Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis kecerdasan
kinestetik.
Tabel 3.2. Sintak Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik.
Kegiatan Pembelajaran Model
Kooperatif Tipe Bercerita
Berpasangan Berbasis
Kecerdasan Kinestetik
 Siswa dicek kesiapannya
oleh guru.
 Siswa
mengetahui
kompetensi dasar, tujuan, dan
manfaat yang akan dicapai.
 Siswa
memperoleh
memotivasi dari guru.
 Siswa memperoleh gambaran
pengetahuan tentang berbagai
bentuk
cerita
yang
disampaikan oleh guru.
 Siswa memperoleh pokok
bahasan dan langkah-langkah
pembelajaran
yang
dismpaikan oleh guru.
 Guru menyiapkan video
bercerita.

Tahap

Tingkah Laku

Tahap 1
Menyampaikan
Tujuan dan
Memotivasi Siswa

Guru menyampaikan tujuan
pelajaran yang akan dicapai
pada kegiatan pelajaran dan
menekankan pentingnya topik
yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar.

Tahap 2
Menyajikan
Informasi

Guru menyajikan informasi
atau materi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau
melalui bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada  Siswa membentuk kelompok
siswa bagaimana caranya
secara berpasangan atau

Tahap 3
Mengorganisasikan

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

Siswa ke dalam
Kelompokkelompok Belajar

Tahap 4
Membimbing
Kelompok Bekerja
dan Belajar

membentuk kelompok belajar
masing-masing
kelompok
dan membimbing setiap
terdiri atas dua orang.
kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan
efisien.
Guru
membimbing  Siswa memperhatikan dan
kelompok-kelompok belajar
mencermati video bercerita
pada saat mengerjakan tugas
yang ditayangkan guru.
mereka.
 Siswa dibimbing guru untuk
melakukan
tanya
jawab
seputar video bercerita yang
ditayangkan.
 Siswa dibimbing guru untuk
berlatih tentang pelafalan dan
intonasi dalam bercerita.
 Secara berkelompok siswa
berlatih cara meniru berbagai
suara, gestur, dan ekspresi
atau
mimik
dengan
memanfaatkan potensi gerak
tubuh meraka.
 Guru mempersilakan siswa
yang ingin menunjukkan
hasil latihannya di depan
kelas
 Siswa lain diarahkan untuk
memperhatikan.
 Guru membagi cerita yang
akan diberikan kepada siswa
menjadi dua bagian.
 Siswa membaca cerita yang
diberikan guru sesuai dengan
bagian masing-masing.
 Siswa
mencatat
dan
mendaftar pokok cerita yang
ada dalam bagian masingmasing.
 Siswa saling menukar pokok
cerita
dengan
pasangan
masing-masing.
 Sambil
mengingat-ingat
bagian yang dibaca masingmasing
siswa
berusaha
mengarang bagian lain yang
belum diaca.
 Versi karangan masingmasing siswa tidak harus
sama
dengan
bahan

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63

Tahap 5
Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masingmasing
kelompok
mempresentasikan
hasil
kerjanya.

Tahap 6
Memberikan
Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk
menghargai
baik
upaya
maupun hasil belajar individu
dan kelompok.

sebenarnya.
 Sebagai
latihan,
guru
mempersilakan
beberapa
siswa untuk bercerita secara
berkelompok di depan kelas.
 Kelompok lain mengamati
kemudian mencatat kelebihan
dan kekurangan kelompok
yang sedang bercerita.
 Guru memulai evaluasi untuk
melihat
sejauh
mana
pemahaman
dan
keterampilan siswa.
 Siswa memilih cerita.
 Secara
individu
siswa
bercerita di depan kelas.
 Setiap siswa diberi waktu
kurang lebih 3 menit untuk
bercerita.
 Siswa lain menilai kegiatan
bercerita siswa yang sedang
tampil pada lembar yang
sudah
disediakan
oleh
peneliti.
 Guru mengobservasi setiap
kelompok yang dirancang.
 Guru memeriksa hasil kerja
siswa secara individu dan
kelompok.
 Guru memberikan penguatan
dan merefleksi pembelajaran
yang telah berlangsung.
 Siswa diberi kesempatan
bertanya
atau
mengungkapkan pengalaman
ketika mengikuti proses
Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM).
 Guru menyampaikan rencana
pembelajaran
untuk
pertemuan berikutnya.

Sintak model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan
kinestetik yang digunakan dalam pembelajaran bercerita adalah sintak yang
dikembangkan dari Rusman (2014). Sintak kooperatif memiliki 6 tahap yaitu
sebagai berikut.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

Tahap 1 (Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa)
Tahap satu dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran. Pada tahap ini untuk
membuka pembelajaran dengan melakukan pengondisian terhadap siswa,
penyampaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, dan apersepsi.
Tahap 2 (Menyajikan Informasi)
Pada tahap ini guru memberikan materi pembelajaran yang harus dilakukan dan
dipahami siswa baik secara individu maupun kelompok, yaitu guru melatih vokal,
artikulasi, intonasi, dan gestur siswa dengan mengaktifkan gerakan tubuh dan
melibatkan semua panca indera.
Tahap 3 (Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok Belajar)
Pada tahap ini siswa dibentuk kelompok kecil untuk berdiskusi dan menjalin
keakraban dengan temannya.
Tahap 4 (Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar)
Pada tahap ini guru memberikan penjelasan tentang tugas apa yang harus
dikerjakan

siswa

selama

berkelompok

maupun

individu.

Guru

harus

mengobservasi setiap kelompok untuk mengetahui apakah ada siswa yang belum
mengerti mengenai tugas yang dikerjakannya.
Tahap 5 (Evaluasi)
Pada tahap ini siswa mengevaluasi kegiatan bercerita yang telah dilakukan secara
keseluruhan baik individu maupun kelompok.
Tahap 6 (Memberikan Penghargaan)
Pada tahap ini guru menilai hasil kerja siswa baik secara individu maupun
kelompok, kemudian memberi nilai tambah atau hadiah kepada beberapa siswa
yang proses dan hasil belajarnya terjadi peningkatan.
5) Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan model
kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik melalui
media video dalam meningkatkan kemampuan bercerita. penilaian ini dilakukan
terhadap proses dan hasil pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran dilakukan
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65

melalui observasi proses pembelajaran di kelas. Penilaian hasil pembelajaran
dilakukan dengan cara menilai performa siswa dalam bercerita yang berkaitan
dengan keruntutan pengungkapan, volume suara, pelafalan, intonasi, gestur, dan
mimik dengan berpedoman pada aspek-aspek bercerita yang dikemukakan oleh
Kosadi (1994).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP digunakan sebagai rambu-rambu dalam kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. RPP ini dibuat dengan mengacu pada silabus SMP Kelas VII
yang merupakan penjabaran dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Terdapat tiga tahapan dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan guru dan siswa selama proses pembelajaran bercerita. Ketiga
tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, ada tiga tahap pembelajaran yang dilakukan
yaitu sebagai berikut.
a)

Penelaahan materi pembelajaran

Penelaahan materi pembelajaran perlu dilakukan agar guru benar-benar
menguasai materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Materi
pembelajaran yang akan disampaikan meliputi:

 penjelasan secara singkat tentang pengertian cerita dan bercerita;

 pemaparan tentang bentuk-bentuk cerita secara umum;

 pemaparan tentang langkah-langkah bercerita;

 pemaparan tentang syarat-syarat bercerita yang baik;

 penjelasan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita.
b) Model pembelajaran
Setelah menelaah materi pembelajaran, selanjutnya menentukan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran bercerita. Dalam penelitian ini penulis telah menentukan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam bercerita. Model
yang dimaksud adalah model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik.
c)

Penentuan media pembelajaran

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66

Guru menentukan media yang cocok dengan materi pembelajaran dan
model yang digunakan. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk media audio visual yaitu berupa video bercerita.
d) Penyusunan rancangan pembelajaran
2) Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran bercerita dengan model kooperatif tipe bercerita
berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dilakukan dengan mengacu pada RPP
yang sebelumnya telah disusun. RPP yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator

Alokasi Waktu
a)

SMP Negeri 1 Cikoneng
Bahasa Indonesia
VII/1
Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan
bercerita.
Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang tepat.
 Bercerita dengan memperhatikan keruntutan
pengungkapan.
 Bercerita dengan memperhatikan kenyaringan
volume suara.
 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan
pelafalan.
 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan
intonasi.
 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur.
 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik.
2 × 40 menit (4 x Pertemuan)

Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami konsep bercerita yang dijelaskan oleh guru dan

mendiskusikannya secara berkelompok diharapkan siswa mampu bercerita dengan
memperhatikan keruntutan pengungkapan, kenyaringan volume suara, ketepatan
pelafalan, ketepatan intonasi, ketepatan gestur, dan ketepatan mimik.
b) Karakter Siswa yang Diharapkan

 Keaktifan

 Kesungguhan

 Partisipasi

 Keberanian
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

67
 Percaya Diri

 Kerjasama

c)

Materi Pembelajaran

 Pengertian cerita dan bercerita

 Jenis-jenis cerita

 Langkah-langkah bercerita

 Syarat-syarat bercerita yang baik

 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita
d) Metode Pembelajaran
Model : Kooperatif
Teknik : Bercerita Berpasangan berbasis Kecerdasan Kinestetik
Media : Video Becerita
e)

Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Awal (Apersepsi)

 Guru memberikan salam dan pertanyaan berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya.

 Guru menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan manfaat yang akan
diperoleh siswa dalam pembelajaran bercerita.

 Guru memberi memotivasi pada siswa secara komunikatif tentang manfaat
mempelajari kegiatan bercerita.

 Guru bertanya kepada siswa mengenai cerita dan kegiatan bercerita.

 Siswa memberikan ulasan mengenai berbagai bentuk cerita yang telah
diketahuinya.

 Guru mempersiapkan beberapa bentuk cerita untuk menstimulus pemikiran
siswa.

 Guru dan siswa bediskusi mengenai pembelajaran bercerita.
Kegiatan Inti

 Guru menyiapkan video bercerita.

 Siswa membentuk kelompok secara berpasangan atau masing-masing
kelompok terdiri atas dua orang.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

68
 Siswa memperhatikan dan mencermati video bercerita yang ditayangkan
guru.

 Siswa dibimbing guru untuk melakukan tanya jawab seputar video bercerita
yang ditayangkan.

 Siswa dibimbing guru untuk berlatih tentang pelafalan dan intonasi dalam
bercerita.

 Secara berkelompok siswa berlatih cara meniru berbagai suara, gestur, dan
ekspresi atau mimik dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka.

 Guru mempersilakan siswa yang ingin menunjukkan hasil latihannya di
depan kelas.

 Siswa lain diarahkan untuk memperhatikan.

 Guru membagi cerita yang akan diberikan kepada siswa menjadi dua bagian.

 Siswa membaca cerita yang diberikan guru sesuai dengan bagian masingmasing.

 Siswa mencatat dan mendaftar pokok cerita yang ada dalam bagian masingmasing.

 Siswa saling menukar pokok cerita dengan pasangan masing-masing.

 Sambil mengingat-ingat bagian yang dibaca masing-masing siswa berusaha
mengarang bagian lain yang belum dibaca.

 Versi karangan masing-masing siswa tidak harus sama dengan bahan
sebenarnya.

 Sebagai latihan, guru mempersilakan beberapa siswa untuk bercerita secara
berkelompok di depan kelas.

 Kelompok lain mengamati kemudian mencatat kelebihan dan kekurangan
kelompok yang sedang bercerita.

 Guru memulai evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman dan
keterampilan siswa.

 Secara individu siswa bercerita di depan kelas.

 Setiap siswa diberi waktu kurang lebih 3 menit untuk bercerita.

 Siswa lain menilai kegiatan bercerita siswa yang sedang tampil pada lembar
yang sudah disediakan oleh peneliti.


Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

69

Kegiatan Akhir

 Guru mengobservasi setiap kelompok yang dirancang.

 Guru memeriksa hasil kerja siswa secara individu dan kelompok.

 Guru memberikan penguatan dan merefleksi pembelajaran yang telah
berlangsung.

 Siswa diberi kesempatan bertanya atau mengungkapkan pengalaman ketika
mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

 Guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
3) Evaluasi
Evaluasi terhadap pelaksanaan dan pencapaian model kooperatif tipe
bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik harus dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa. Evaluasi tersebut mengacu pada
instrumen tes bercerita.
c.

Wawancara
Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia untuk memberikan

gambaran mengenai proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe bercerita
berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik. Pertanyaan yang diajukan kepada
guru adalah pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu pengetahuan dan kesiapan melaksanakan model
pembelajaran, manfaat model yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan
bercerita. Pedoman wawancara yang dibuat adalah sebagai berikut.
1) Apakah bapak/ibu menganggap model kooperatif tipe bercerita berpasangan
ini baik jika diterapkan dalam pembelajaran keterampilan bercerita?
2) Apakah bapak/ibu benar-benar memahami tahap-tahap pembelajaran model
kooperatif tipe bercerita berpasangan?
3) Apakah bapak/ibu menemukan hambatan pada saat melaksanakan model
kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam keterampilan bercerita?
4) Apakah bapak/ibu merasa mendapatkan manfaat dari diterapkannya model
kooperatif tipe bercerita berpasangan?
5) Apakah bapak/ibu menganggap bahwa model kooperatif tipe bercerita
berpasangan dapat dijadikan model alternatif dalam pembelajaran bercerita?

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

70

d. Observasi
Lembar observasi dalam penelitian adalah lembar observasi langkahlangkah pembelajaran model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik. Adapun lembar observasi langkah-langkah pembelajaran
adalah sebagai berkut.

Tabel 3.3. Observasi Proses Pembelajaran Bercerita dengan Model
Kooperatif tipe Bercerita Berpasangan Berbasis Kecerdasan Kinestetik
Sekolah

: SMP Negeri 1 Cikoneng

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/Semester

: VII/1

No.
1.
a.

b.
c.
d.
e.
2.
a.

3.
a.

4.

Kegiatan Pembelajaran
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Proses pembelajaran menanamkan secara langsung
sikap percaya dan yakin pada siswa bahwa mereka
dapat melaksanakan proses pembelajaran bercerita
dengan baik.
Siswa mengetahui kompetensi dasar, tujuan, dan
manfaat yang akan dicapai.
Proses pembelajaran menunjukkan motivasi kepada
siswa.
Siswa memperoleh gambaran pengetahuan tentang
berbagai bentuk cerita yang disampaikan oleh guru.
Siswa memperoleh pokok bahasan dan langkahlangkah pembelajaran yang dismpaikan oleh guru.
Menyajikan Informasi
Dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan
pengalaman baru tentang kegiatan bercerita yang
ditayangkan dari video.
Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompokkelompok Belajar
Dalam proses pembelajaran, siswa membentuk
kelompok secara berpasangan.

Deskripsi

Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
a. Siswa memperhatikan dan mencermati video bercerita
yang ditayangkan guru.
b. Siswa dibimbing guru untuk melakukan tanya jawab
seputar video bercerita yang ditayangkan.
c. Siswa dibimbing guru untuk berlatih tentang pelafalan
dan intonasi dalam bercerita.

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

71

5.

6.

d. Secara berkelompok siswa berlatih cara meniru
berbagai suara, gestur, dan ekspresi atau mimik
dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka.
e. Proses pembelajaran menunjukkan keaktifan siswa,
serta minat dan perhatian yang tercermin dengan
berani bercerita di depan kelas.
f. Dalam proses pembelajaran siswa harus saling
menghargai ketika ada temannya yang sedang tampil
bercerita.
g. Siswa membaca cerita yang diberikan guru sesuai
dengan bagian masing-masing.
h. Siswa mencatat dan mendaftar pokok cerita yang ada
dalam bagian masing-masing.
i. Siswa saling menukar pokok cerita dengan pasangan
masing-masing.
j. Sambil mengingat-ingat bagian yang dibaca masingmasing siswa berusaha mengarang bagian lain yang
belum diaca.
k. Versi karangan masing-masing siswa tidak harus sama
dengan bahan sebenarnya.
l. Sebagai latihan, guru mempersilakan beberapa siswa
untuk bercerita secara berkelompok di depan kelas.
m. Kelompok lain mengamati kemudian mencatat
kelebihan dan kekurangan kelompok yang sedang
bercerita.
Evaluasi
a. Secara individu siswa bercerita di depan kelas.
b. Siswa memilih cerita yang disediakan guru.
c. Setiap siswa diberi waktu kurang lebih 3 menit untuk
bercerita.
d. Siswa lain menilai kegiatan bercerita siswa yang
sedang tampil pada lembar yang sudah disediakan
oleh peneliti.
e. Dalam proses pembelajaran, penilaian dilaksanakan
sesuai dengan tuntutan aspek kompetensi yang telah
ditentukan.
Memberikan Penghargaan
a. Dalam proses pembelajaran penilaian dilakukan
dengan objekif dan adil.
b. Dalam proses pembelajaran, guru memperlihatkan
perhatian yang besar kepada siswa sehingga siswa
merasa dikenal dan dihargai.
c. Siswa
diberi
kesempatan
bertanya
atau
mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

72

b. Angket
Angket
mendapatkan

yang digunakan dalam penelitian ini
respon

siswa

mengenai

pembelajaran

bertujuan
bercerita

untuk
dengan

menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan
kinestetik. Adapun pernyataan dari angket tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran bercerita sangat penting.
2) Pembelajaran bercerita sangat bermanfaat bagi Saya.
3) Pembelajaran bercerita sangat menyenangkan.
4) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik
dapat membangkitkan motivasi dan rasa percaya diri dalam bercerita.
5) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik
yang digunakan guru membuat pembelajaran bercerita lebih menarik.
6) Langkah-langkah model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik mempermudah Anda menguasai kemampuan bercerita.
7) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik
dapat membantu Anda mengingat poin-poin penting dalam bercerita.
8) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik
dapat membuat Anda menghargai diri sendiri dan mengurangi perasaan malu,
kaku, dan kurang percaya diri ketika bercerita.
9) Bekerja sama dengan orang lain dapat memperluas wawasan dan
pengalaman.
10) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik
dapat menambah pengalaman kegiatan bercerita yang lebih baik.
2.

Instrumen Tes
Instrumen tes merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

utama hasil tes kemampuan bercerita. Instrumen tes ini yaitu pedoman penilaian
bercerita. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan untuk memperoleh
data mengenai perbedaan kondisi awal dan kondisi akhir kemampuan siswa dalam
bercerita. Berikut paparan pedoman penilaian kemampuan bercerita.
Tabel 3.4. Pedoman Penilaian Kemampuan Bercerita

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

73

Komponen yang Dinilai
Bahasa Cerita:
1. Lafal dan Intonasi
2. Pilihan Kata
3. Struktur Bahasa
4. Gaya Bahasa
Isi Cerita:
1. Hubungan Isi dengan Topik
2. Struktur Isi Cerita
3. Pengembangan Isi Cerita
4. Kualitas Isi Cerita
Penampilan
1. Gestur dan Mimik
2. Hubungan dengan Pendengar
3. Volume Suara
4. Jalannya Cerita
Jumlah

1

Skala yang Dinilai
2
3
4
5

Bobot Skor
2
1
2
1
3
2
1
1

2
2
1
2
20
Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994, hlm. 49)

Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Kemampuan Bercerita
No.
1.

2.

Aspek yang
Dinilai
Pelafalan dan
Intonasi

Pilihan Kata

Keterangan

Skor

Sangat Baik, pelafalan sangat jelas tanpa
adanya pengaruh bahasa daerah atau asing
dan intonasi sangat tepat.
Baik, pelafalan jelas tanpa adanya pengaruh
bahasa daerah dan intonasi mendekati
sempurna atau mendekati sangat tepat.
Cukup, pelafalan cukup jelas tetapi adanya
pengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi mendekati sempurna.
Kurang, pelafalan kurang jelas banyak
terpengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi kurang tepat.
Sangat Kurang, pelafalan tidak jelas
banyak terpengaruh bahasa daerah atau
asing dan intonasi tidak tepat.
Sangat Baik, penggunaan kata-kata dan
istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan
status pendengar, terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Baik, penggunaan kata-kata dan istilah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan status
pendengar, kurang terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Cukup, penggunaan kata-kata dan istilah

5

4

3

2

1

5

4

3

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

74

sesuai dengan situasi, kondisi, dan status
pendengar, tidak terdapat variasi dalam
pemilihan kata.

3.

4.

5.

Struktur
Bahasa

Gaya Bahasa

Hubungan Isi
dengan Topik

Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah kurang
sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar,
tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata.

2

Sangat Kurang, penggunaan kata-kata dan
istilah tidak sesuai dengan situasi, kondisi,
dan status pendengar, tidak terdapat variasi
dalam pemilihan kata
Sangat Baik, sangat cermat, tidak ada
penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku.
Baik, pada umumnya sudah cermat, tidak
ditemukan penyimpangan yang dapat
dianggap merusak kaidah bahasa Indonesia.
Cukup, ada beberapa kesalahan atau
penyimpangan, tetapi tidak terlalu merusak
bahasa Indonesia.
Kurang, terdapat cukup banyak kesalahan
yang dianggap merusak bahasa Indonesia.
Sangat Kurang, struktur bahasa Indonesia
kacau, mencerminkan ketidakpedulian.
Sangat Baik, gaya bahasanya sangat serasi
dengan isi cerita.
Baik, gaya bahasa pada umumnya baik dan
serasi tetapi ada beberapa gangguan.
Cukup, gaya bahasanya cukup baik
meskipun masih ada beberapa hal yang
kurang cocok.
Kurang, gaya bahasanya kurang cocok
dengan isi cerita
Sangat Kurang, tidak menggunakan gaya
bahasa.
Sangat Baik, isi cerita sangat cocok dengan
topik dan benar-benar mewakili topik.
Baik, ada sedikit hal yang kurang cocok
antara isi cerita dengan topik tetapi bukan
hal yang penting.
Cukup, ditemukan hal yang kurang cocok
antara isi cerita dengan topik tetapi secara
umum masih cukup baik dan lumayan.
Kurang, lebih banyak ditemukan hal-hal
yang tidak cocok sehingga ada kesan antara
isi dengan topik kurang cocok.
Sangat Kurang, benar-benar dirasakan
hampir tidak ada hubungan antara isi cerita
dengan topik, banyak sekali penyimpangan

1

5

4

3

2
1
5
4
3

2
1
5
4

3

2

1

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

75

isi dari topik.
6.

7.

8.

Sangat Baik, bagian-bagian cerita tersusun sangat
lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap
permasalahan, tahap puncak permasalahan, tahap
pelarian dan tahap penyelesaian.

5

Baik, bagian-bagian cerita tersusun lengkap
yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap
permasalahan, tahap pelarian dan tahap
penyelesaian.
Cukup, bagian-bagian cerita tersusun cukup
lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan,
tahap permasalahan, dan tahap penyelesaian.
Kurang, bagian-bagian cerita tidak tersusun
lengkap hanya ada 2 tahap saja.
Sangat Kurang, bagian-bagian cerita tidak
teratur dan kacau.
Pengembangan Sangat Baik, pengembangan ide dalam
Ide cerita
bercerita sangat kreatif (terdapat latar
tempat, waktu, dan penambahan dialog antar
tokoh pada cerita).
Baik, pengembangan ide dalam bercerita
kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan
menambahkan dialog antar tokoh pada
cerita).
Cukup, pengembangan ide dalam bercerita
cukup kreatif (tidak terdapat latar tempat,
waktu, namun menambahkan dialog antar
tokoh pada cerita).
Kurang, pengembangan ide dalam bercerita
kurang kreatif (terdapat latar tempat, waktu,
namun tidak menambahkan dialog antar
tokoh pada cerita).
Sangat Kurang, pengembangan ide dalam
bercerita tidak kreatif (tidak terdapat latar
tempat, waktu, dan tidak menambahkan
dialog antar tokoh pada cerita).
Kualitas Isi
Sangat Baik, isi cerita sangat bermakna,
Cerita
mudah dipahami, dan alur terkonsep dengan
jelas.
Baik, isi cerita bermakna, mudah dipahami,
dan alur terkonsep dengan jelas tapi belum
sampai tingkat istimewa.
Cukup, isi cerita cukup sesuai dan mudah
dipahami alur terkonsep dengan cukup jelas.
Kurang, isi cerita kurang sesuai, mudah
dipahami tetapi alur cerita kurang terkonsep.
Sangat Kurang, isi cerita tidak sesuai, sulit
dipahami, alur tidak

4

Struktur Isi
Cerita

3

2
1
5

4

3

2

1

5

4

3
2
1

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

76

9.

10.

11.

12.

Gestur dan
Mimik

Hubungan
dengan
Pendengar

Volume Suara

Kelancaran
Bercerita

terkonsep dengan sangat jelas.
Sangat Baik, gestur dan mimik tepat serta
sangat serasi dengan isi cerita, tingkah laku
wajar, tenang dan tidak grogi.
Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat
serasi dengan isi cerita, tingkah laku sesekali
tidak wajar, tenang dan tidak grogi.
Cukup, gestur dan mimik cukup serasi
dengan isi cerita, tingkah laku masih cukup
wajar walaupun ditemukan beberapa kali
tidak wajar, cukup tenang dan sedikit grogi.
Kurang, gestur dan mimik kurang tepat
dengan isi cerita, kurang tenang dan grogi.
Sangat Kurang, gestur dan mimik tidak
ditampilkan sehingga mengurangi daya tarik
bercerita, kurang tenang dan grogi.
Sangat Baik, seluruh perhatian pendengar
benar-benar tertuju pada pencerita.
Baik, sedikit sekali pendengar yang kurang
memperhatikan karena kurang tertarik
mengikuti alur ceritanya.
Cukup, pendengar cukup tertarik tetapi
tidak begitu antusias.
Kurang, pencerita kurang mampu menarik
perhatian pendengar.
Sangat Kurang, pencerita gagal menarik
perhatian pendengar. Kegiatan bercerita
berlangsung seperti tanpa pendengar.
Sangat Baik, volume suara sangat jelas dan
sangat cocok dengan kondisi, situasi, dan isi
cerita.
Baik, volume suara jelas hanya sesekali
ditemukan ketidakcocokan.
Cukup, volume suara cukup jelas tetapi
masih banyak perlu penyesuaian.
Kurang, volume suara kurang jelas,
pencerita tidak tahu bagaimana harus
mengatur suaranya.
Sangat Kurang, volume suara terlalu lemah
dan tidak jelas sehingga sulit untuk
mengikuti alur ceritanya karena tidak ada
penyesuaian suara.
Sangat Baik, bercerita sangat lancar dan
tidak ada hambatan.
Baik, bercerita lancar hanya ada beberapa
gangguan yang tidak berarti.

5

4

3

2
1

5

4

3
2
1

5

4
3
2

1

5
4

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

77

Cukup, bercerita cukup lancar walaupun
ada gangguan.

3

Kurang, bercerita kurang lancar dan agak sering
berhenti.

2

Sangat Kurang, bercerita tidak lancar
banyak diam dan gugup.

1

Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994, hlm. 51-54) dengan dimodifikasi seperlunya

F. Prosedur Penelitian
1.

Tahap perencanaan:

a.

studi pendahuluan dengan melakukan wawancara pada guru bahasa Indonesia
untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran bercerita,
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran bercerita serta cara
mengatasinya;

b.

melakukan pengkajian literatur dan survei kepustakaan yang relevan dengan
masalah penelitian berupa kemampuan bercerita. Langkah ini dilakukan
untuk memahami dengan benar secara teoretis tentang masalah penelitian
tersebut dan untuk memutuskan metode yang dirasa tepat;

c.

membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup:
1) mengidentifikasi dan menentukan variabel yang relevan;
2) memilih rancangan penelitian yang tepat;
3) menentukan populasi dan sampel;
4) membuat instrumen dan memvalidasi instrumen;
5) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, pengolahan data, dan
menentukan hipotesis.

2.

Tahap pelaksanaan:

a.

melakukan prates baik di kelas kontrol maupun eksperimen untuk melihat
kemampuan siswa dalam bercerita. Melakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis
kecerdasan kinestetik;

b.

melakukan pascates terhadap kedua kelas untuk melihat adakah perbedaan
hasil belajar antara kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

78

tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dengan kelas
kontrol yang menggunakan model terlangsung.
3.

Tahap akhir:

a.

mengolah data hasil penelitian;

b.

menganalisis data dan membahas semua temuan yang didapat dari penelitian;

c.

menginterpretasikan hasil dan merumuskan kesimpulan.

Masalah

Identifikasi Masalah

Penelitian Terdahulu

Kajian Teori Model Kooperatif
tipe Bercerita Berpasangan,
Kecerdasan Kinestetik,
Berbicara, Bercerita

Studi Lapangan,
Wawancara, Observasi,
Angket

Model Kooperatif tipe Bercerita Berpasangan
berbasis Kecerdasan Kinestetik

Penyususnan
Instrumen Penelitian

Model Pembelajaran
Terlangsung

Penentuan Populasi dan
Sampel Penelitian

Validasi Instrumen
Penelitian

Uji Coba Penggunaan Model Kooperatif
tipe Bercerita Berpasangan
berbasis Kecerdasan Kinestetik

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Analisis Data,
Interpretasi, dan
Simpulan
Bagan 3.1. Prosedur Penelitian

G. Analisis Data Penelitian
Pengolahan

data

dilakukan

dengan

cara

menghitung

dengan

menggunakan statistik, seperti uji persyaratan data dan uji hipotesis. Setelah hasil
statistik didapat selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan untuk ditafsirkan
maknanya. Data kuantitatif dalam penelitian ini diolah dengan bantuan program
software SPSS.16. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengolahan data dalam
penelitian.
1.

Hasil tulisan siswa yang telah dinilai, dicari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, nilai terendah (minimum), dan nilai tertinggi (maximum) setelah itu
dideskripsikan.

2.

Melakukan uji persyaratan data yang mencakup uji normalitas dan uji
homogenitas.

a.

Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu
berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji distribusi
Kolmogorov-Simirnov atau Saphiro Wilk, untuk dapat uji komparatif (uji-t)

maka data harus normal. Jika terdapat data yang tidak berdistribusi normal
maka pengujian dengan uji-t tidak dapat dilakukan. Hipotesis pengujian uji
normalitas adalah sebagai berikut.
H0: angka signifikan (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

H1: angka signifikan (sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Rumus Uji Normalitas Saphiro Wilk adalah sebagai berikut.
W=

(∑�
�= �� � � )
∑�
�= �� −�̅

Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

80

Keterangan:
n = jumlah sampel
� � = statistik tatanan x(1), x(2), ... x(n)

ai = konstanta yang dibangkitkan dari mean, variance, dan covariance sampel
statistik tatanan sebesar n dari tabel distribusi normal.
b.

Santoso (2003, hlm. 47) mengemukakan bahwa uji homogenitas pada
dasarnya untuk menguji apakah sebuah grup (kategori data) mempunyai
varian yang sama diantara grup tersebut. Tingkat homogenitas dapat
diketahui dengan membandingkan angka signifikan (sig) lebih besar dari �

(0,05) maka H0 ditolak, sebaliknya jika angka signifikan (sig) lebih kecil dari
� (0,05) maka H0 diterima. Hipotesis pengujian uji homogenitas adalah

sebagai berikut.

H0: sig > 0,05 maka kedua varian tidak homogen.
H1: sig < 0,05 maka kedua varian homogen.

Rumus Uji Homogenitas adalah sebagai berikut.
�.∑ � − ∑ �

c.

SX2 = √

� �−

Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas data, selanjutnya dipilih alat analisis yang
tepat untuk menguji pengaruh model kooperatif tipe bercerita berpasangan
berbasis kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan bercerita sesuai dengan
kesimpulan hasil uji normalitas. Apabila data tidak berdistribusi normal,
statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney test (uji nonparametrik), dan
apabila data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan uji-t dua
sampel independen (uji parametrik). Adapun hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H0: sig > 0,0