T B.IND 1402468 Appendix
                                                                                RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA
DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN
BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK
Sekolah
: SMPN 1 Cikoneng
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 1 s.d. 4
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (4 x Pertemuan)
Standar Kompetensi
: Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita.
Kompetensi Dasar
: 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
A. Indikator Pembelajaran
1.
Bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan.
2.
Bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara.
3.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan.
4.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi.
5.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur.
6.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami konsep bercerita yang dijelaskan oleh guru dan
mendiskusikannya secara berkelompok diharapkan siswa mampu:
1.
bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan;
2.
bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara;
3.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan;
4.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi;
5.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur;
6.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Karakter Siswa yang Diharapkan
1.
Keaktifan
2.
Kesungguhan
3.
Partisipasi
4.
Keberanian
5.
Percaya Diri
6.
Kerjasama
D. Materi Ajar
1.
Materi Pokok
a.
Pengertian cerita dan bercerita
b.
Langkah-langkah bercerita
c.
Syarat-syarat bercerita yang baik
d.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita
2.
Uraian Materi
a.
Pengertian Cerita dan Bercerita
Cerita merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki
keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak
maupun orang dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama
baik. Cerita adalah salah satu karya sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar
oleh orang yang tidak bisa membaca. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa
yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran,
kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh
orang lain.
Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam
cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan,
dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman
yang diperolehnya. Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu keterampilan
berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan
cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan
apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b.
Langkah-langkah Bercerita
Bercerita membutuhkan strategi khusus. Pendongeng perlu menguasai
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam bercerita. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Membangun Suasana Dialogis
Membangun suasana dialogis yaitu membangun suasana yang menarik ketika
bercerita sehingga pendengar tidak bosan mendengar cerita yang disampaikan,
pendongeng harus mengajak pendengar seolah-oleh ikut andil dalam proses
menyelesaikan penyampaian cerita.
2) Melibatkan Pendengar
Dalam bercerita pendongeng harus melibatkan pendengar, hal itu dimaksudkan
supaya penyampaian cerita lebih menarik dan peristiwa mendongeng menjadi
lebih hidup.
3) Tanggap terhadap Situasi dan Kondisi
Pendongeng harus cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi, pendongeng harus
peka terhadap situasi dan kondisi ketika kegiatan bercerita berlangsung. Misalnya
apabila penonton banyak, maka pendongeng harus memaksimalkan atau
mengeraskan suaranya agar terdengar dari berbagai sudut.
4) Mengakhiri dengan Membuat Penasaran
Ketika cerita akan berakhir, pendongeng harus membuat pendengar penasaran
terhadap cerita yang disampaikan tetapi cerita tersebut harus disampaikan secara
utuh. Pendongeng yang kreatif harus menimbulkan rasa ingin tahu pendengarnya
sehingga pendengar ingin cerita tersebut dilanjutkan.
5) Memahami Pendengar
Pendongeng harus memahami kondisi pendengar, cerita yang disampaikan harus
sesuai dengan kemampuan berfikir pendengar sehingga pesan yang disampaikan
sesuai dengan kapasitas pendengar.
c.
Syarat-syarat Bercerita yang Baik
Dalam mempersiapkan materi, pendongeng jangan menghapalkan jalan cerita
saja, tetapi harus menguasai jalan cerita serta memahami pesan yang terkandung
didalamnya. Ada beberapa syarat bercerita yang baik, antara lain sebagai berikut.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Menguasai berbagai macam karakter
Pendongeng harus menguasai berbagai macam karakter ketika bercerita, dengan
memunculkan berbagai macam karakter, cerita yang disampaikan akan terasa
lebih hidup. Tokoh yang dimunculkan dalam cerita pasti berbeda misalnya ada
seorang kakek yang sedang berbicara, pendongeng harus berbicara seolah-olah dia
adalah kakek tersebut.
2) Konsentrasi
Ketika bercerita, pendongeng harus berkonsentrasi untuk memusatkan fikirannya
pada materi yang disampaikan dan kemudian diarahkan kepada pendengar.
3) Bersikap rileks
Selain berkonsentrasi pendongeng juga harus bersikap rileks, dalam bercerita
pendongeng jangan terlihat tegang dan dibuat-buat lakukan saja semuanya sesuai
dengan dorongan dalam hati. Berdiri, duduk, dan melangkah dapat membuat
rileks, ekspresi dan gerakan yang muncul adalah dorongan dari dalam jadi tidak
terlihat kaku.
4) Membangun suasana akrab
Pendongeng harus membangun suasana yang akrab misalnya membangun kontak
dengan pendengar. Tersenyum sesekali bisa dijadikan interaksi dengan pendengar.
Ketika sudah menemukan posisi yang tepat, tenangkan diri sejenak, tebarkan
senyum dan pandanglah pendengar. Dengan paras yang bersahabat, tenang, dan
menghibur akan membuat pendengar tertarik mendengar cerita.
5) Teknik muncul
Pendongeng juga bisa melakukan teknik muncul ketika membuka cerita dengan
kalimat yang bervariasi. Jika setiap pembukaan selalu dengan kalimat “Pada suatu
hari”, maka pembukaan tersebut tidak akan menarik minat pendengar untuk
mengikuti lanjutan ceritanya. Beberapa teknik pembukaan untuk mendongeng
adalah menyanyi, menangis, tertawa, dan lain sebagainya.
d.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bercerita
Damani (2012, hlm. 6) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang
dapat membantu anak untuk membangun konsep pemahaman, empati terhadap
tokoh cerita, atau keterlibatan terhadap cerita yaitu sebagai berikut:
a. gestur; mimik muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh orang dewasa
ketika membacakan buku;
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. intonasi; irama, tempo, dan jeda, volume, yang menggambarkan
karakter dan tokoh, juga muatan emosi dalam cerita (apakah cerita
tersebut sedih, gembira, atau menegangkan);
c. komentar sisipan penutur saat cerita dibacakan membantu pemahaman
anak dan mengembangkan emosinya.
Damani (2012, hlm. 14) menjelaskan bahwa “inti dari mendongeng adalah sejauh
mana Anda bisa memodifikasi sebuah cerita dengan intonasi, gestur, dan
dramatisasi untuk memikat pendengar”.
E. Metode Pembelajaran
Model
: Kooperatif
Teknik
: Bercerita Berpasangan berbasis Kecerdasan Kinestetik
Media
: Video Becerita
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Sintaks
Kegiatan
Awal
(Apersepsi)
Kegiatan
Inti
Langkah-langkah
Model Kooperatif
Menyampaikan
Tujuan dan
Memotivasi Siswa
Menyajikan
Informasi
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1. Guru memberikan salam dan
pertanyaan berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran
sebelumnya.
2. Guru menyampaikan
kompetensi dasar, tujuan, dan
manfaat yang akan diperoleh
siswa dalam pembelajaran
bercerita.
3. Guru memberi memotivasi pada
siswa secara komunikatif
tentang manfaat mempelajari
kegiatan bercerita.
4. Guru bertanya kepada siswa
mengenai cerita dan kegiatan
bercerita.
5. Siswa memberikan ulasan
mengenai berbagai bentuk cerita
yang telah diketahuinya.
6. Guru mempersiapkan beberapa
bentuk cerita untuk menstimulus
pemikiran siswa.
7. Guru dan siswa bediskusi
mengenai pembelajaran
bercerita.
8. Guru menyiapkan video
bercerita.
10’
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengorganisasikan
Siswa ke dalam
Kelompokkelompok Belajar
Membimbing
Kelompok Bekerja
dan Belajar
9. Siswa membentuk kelompok
secara berpasangan atau masingmasing kelompok terdiri atas
dua orang.
10. Siswa memperhatikan dan
mencermati video bercerita yang
ditayangkan guru.
11. Siswa dibimbing guru untuk
melakukan tanya jawab seputar
video bercerita yang
ditayangkan.
12. Siswa dibimbing guru untuk
berlatih tentang pelafalan dan
intonasi dalam bercerita.
13. Secara berkelompok siswa
berlatih cara meniru berbagai
suara, gestur, dan ekspresi atau
mimik dengan memanfaatkan
potensi gerak tubuh meraka.
14. Guru mempersilakan siswa yang
ingin menunjukkan hasil
latihannya di depan kelas
15. Siswa lain diarahkan untuk
memperhatikan.
16. Guru membagi cerita yang akan
diberikan kepada siswa menjadi
dua bagian.
17. Siswa membaca cerita yang
diberikan guru sesuai dengan
bagian masing-masing.
18. Siswa mencatat dan mendaftar
pokok cerita yang ada dalam
bagian masing-masing.
19. Siswa saling menukar pokok
cerita dengan pasangan masingmasing.
20. Sambil mengingat-ingat bagian
yang dibaca masing-masing
siswa berusaha mengarang
bagian lain yang belum diaca.
21. Versi karangan masing-masing
siswa tidak harus sama dengan
bahan sebenarnya.
22. Sebagai latihan, guru
mempersilakan beberapa siswa
untuk bercerita secara
berkelompok di depan kelas.
23. Kelompok lain mengamati
60’
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Evaluasi
Memberikan
Penghargaan
Kegiatan
Akhir
kemudian mencatat kelebihan
dan kekurangan kelompok yang
sedang bercerita.
24. Guru memulai evaluasi untuk
melihat sejauh mana
pemahaman dan keterampilan
siswa.
25. Secara individu siswa bercerita
di depan kelas.
26. Setiap siswa diberi waktu
kurang lebih 3 menit untuk
bercerita.
27. Siswa lain menilai kegiatan
bercerita siswa yang sedang
tampil pada lembar yang sudah
disediakan oleh peneliti.
1. Guru mengobservasi setiap
kelompok yang dirancang.
2. Guru memeriksa hasil kerja
siswa secara individu dan
kelompok.
3. Guru memberikan penguatan
dan merefleksi pembelajaran
yang telah berlangsung.
4. Siswa diberi kesempatan
bertanya atau mengungkapkan
pengalaman ketika mengikuti
proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
5. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
10
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1.
Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII
2.
Buku Cerita
3.
Video Bercerita
Suryono, Bimo. (2014). Dongeng islami untuk anak, dokter yang baik hati.
[Online]. Diakses dari: https://www.youtube.com/watch?v=xNvuhzhdNms.
Suryono, Bimo. (2014). Anak Desa dan Anak Kota. [Online]. Diakses dari:
https://www.youtube.com/watch?v=92fohtofyA8.
H. Penilaian
1.
Jenis Tagihan : Praktik Bercerita
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.
Bentuk : Unjuk Kerja
3.
Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita
Pedoman Penilaian Kemampuan Bercerita
Skala yang Dinilai
Komponen yang Dinilai
1
2
3
4
5
Bahasa Cerita:
1. Lafal dan Intonasi
2. Pilihan Kata
3. Struktur Bahasa
4. Gaya Bahasa
Isi Cerita:
1. Hubungan Isi dengan Topik
2. Struktur Isi Cerita
3. Pengembangan Isi Cerita
4. Kualitas Isi Cerita
Penampilan
1. Gestur dan Mimik
2. Hubungan dengan Pendengar
3. Volume Suara
4. Jalannya Cerita
Jumlah
Bobot Skor
2
1
2
1
3
2
1
1
2
2
1
2
20
Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994)
Rubrik Penilaian Kemampuan Bercerita
No
.
1.
2.
Aspek yang
Dinilai
Pelafalan dan
Intonasi
Pilihan Kata
Keterangan
Skor
Sangat Baik, pelafalan sangat jelas tanpa
adanya pengaruh bahasa daerah atau asing
dan intonasi sangat tepat.
Baik, pelafalan jelas tanpa adanya pengaruh
bahasa daerah dan intonasi mendekati
sempurna atau mendekati sangat tepat.
Cukup, pelafalan cukup jelas tetapi adanya
pengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi mendekati sempurna.
Kurang, pelafalan kurang jelas banyak
terpengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi kurang tepat.
Sangat Kurang, pelafalan tidak jelas banyak
terpengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi tidak tepat.
Sangat Baik, penggunaan kata-kata dan
istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan
status pendengar, terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Baik, penggunaan kata-kata dan istilah sesuai
5
4
3
2
1
5
4
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.
4.
5.
Struktur
Bahasa
Gaya Bahasa
Hubungan Isi
dengan Topik
dengan situasi, kondisi, dan status pendengar,
kurang terdapat variasi dalam pemilihan kata.
Cukup, penggunaan kata-kata dan istilah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan status
pendengar, tidak terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah
kurang sesuai dengan situasi, kondisi, dan
status pendengar, tidak terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Sangat Kurang, penggunaan kata-kata dan
istilah tidak sesuai dengan situasi, kondisi,
dan status pendengar, tidak terdapat variasi
dalam pemilihan kata
Sangat Baik, sangat cermat, tidak ada
penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku.
Baik, pada umumnya sudah cermat, tidak
ditemukan penyimpangan yang dapat
dianggap merusak kaidah bahasa Indonesia.
Cukup, ada beberapa kesalahan atau
penyimpangan, tetapi tidak terlalu merusak
bahasa Indonesia.
Kurang, terdapat cukup banyak kesalahan
yang dianggap merusak bahasa Indonesia.
Sangat Kurang, struktur bahasa Indonesia
kacau, mencerminkan ketidakpedulian.
Sangat Baik, gaya bahasanya sangat serasi
dengan isi cerita.
Baik, gaya bahasa pada umumnya baik dan
serasi tetapi ada beberapa gangguan.
Cukup, gaya bahasanya cukup baik meskipun
masih ada beberapa hal yang kurang cocok.
Kurang, gaya bahasanya kurang cocok
dengan isi cerita
Sangat Kurang, tidak menggunakan gaya
bahasa.
Sangat Baik, isi cerita sangat cocok dengan
topik dan benar-benar mewakili topik.
Baik, ada sedikit hal yang kurang cocok
antara isi cerita dengan topik tetapi bukan hal
yang penting.
Cukup, ditemukan hal yang kurang cocok
antara isi cerita dengan topik tetapi secara
umum masih cukup baik dan lumayan.
Kurang, lebih banyak ditemukan hal-hal
yang tidak cocok sehingga ada kesan antara
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6.
7.
8.
Struktur Isi
Cerita
Pengembangan
Ide cerita
Kualitas Isi
Cerita
isi dengan topik kurang cocok.
Sangat Kurang, benar-benar dirasakan
hampir tidak ada hubungan antara isi cerita
dengan topik, banyak sekali penyimpangan isi
dari topik.
Sangat Baik, bagian-bagian cerita tersusun
sangat lengkap yaitu terdapat tahap
perkenalan, tahap permasalahan, tahap
puncak permasalahan, tahap pelarian dan
tahap penyelesaian.
Baik, bagian-bagian cerita tersusun lengkap
yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap
permasalahan, tahap pelarian dan tahap
penyelesaian.
Cukup, bagian-bagian cerita tersusun cukup
lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan,
tahap permasalahan, dan tahap penyelesaian.
Kurang, bagian-bagian cerita tidak tersusun
lengkap hanya ada 2 tahap saja.
Sangat Kurang, bagian-bagian cerita tidak
teratur dan kacau.
Sangat Baik, pengembangan ide dalam
bercerita sangat kreatif (terdapat latar tempat,
waktu, dan penambahan dialog antar tokoh
pada cerita).
Baik, pengembangan ide dalam bercerita
kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan
menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).
Cukup, pengembangan ide dalam bercerita
cukup kreatif (tidak terdapat latar tempat,
waktu, namun menambahkan dialog antar
tokoh pada cerita).
Kurang, pengembangan ide dalam bercerita
kurang kreatif (terdapat latar tempat, waktu,
namun tidak menambahkan dialog antar tokoh
pada cerita).
Sangat Kurang, pengembangan ide dalam
bercerita tidak kreatif (tidak terdapat latar
tempat, waktu, dan tidak menambahkan
dialog antar tokoh pada cerita).
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Sangat Baik, isi cerita sangat bermakna, mudah
dipahami, dan alur terkonsep dengan jelas.
Baik, isi cerita bermakna, mudah dipahami, dan
alur terkonsep dengan jelas tapi belum sampai
tingkat istimewa.
5
Cukup, isi cerita cukup sesuai dan mudah
dipahami alur terkonsep dengan cukup jelas.
Kurang, isi cerita kurang sesuai, mudah
3
4
2
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9.
Gestur dan
Mimik
10. Hubungan
dengan
Pendengar
11. Volume Suara
12. Kelancaran
dipahami tetapi alur cerita kurang terkonsep.
Sangat Kurang, isi cerita tidak sesuai, sulit
dipahami, alur tidak
terkonsep dengan sangat jelas.
Sangat Baik, gestur dan mimik tepat serta
sangat serasi dengan isi cerita, tingkah laku
wajar, tenang dan tidak grogi.
Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat
serasi dengan isi cerita, tingkah laku sesekali
tidak wajar, tenang dan tidak grogi.
Cukup, gestur dan mimik cukup serasi
dengan isi cerita, tingkah laku masih cukup
wajar walaupun ditemukan beberapa kali
tidak wajar, cukup tenang dan sedikit grogi.
Kurang, gestur dan mimik kurang tepat
dengan isi cerita, kurang tenang dan grogi.
Sangat Kurang, gestur dan mimik tidak
ditampilkan sehingga mengurangi daya tarik
bercerita, kurang tenang dan grogi.
Sangat Baik, seluruh perhatian pendengar
benar-benar tertuju pada pencerita.
Baik, sedikit sekali pendengar yang kurang
memperhatikan karena kurang tertarik
mengikuti alur ceritanya.
Cukup, pendengar cukup tertarik tetapi tidak
begitu antusias.
Kurang, pencerita kurang mampu menarik
perhatian pendengar.
Sangat Kurang, pencerita gagal menarik
perhatian pendengar. Kegiatan bercerita
berlangsung seperti tanpa pendengar.
Sangat Baik, volume suara sangat jelas dan
sangat cocok dengan kondisi, situasi, dan isi
cerita.
Baik, volume suara jelas hanya sesekali
ditemukan ketidakcocokan.
Cukup, volume suara cukup jelas tetapi
masih banyak perlu penyesuaian.
Kurang, volume suara kurang jelas, pencerita
tidak tahu bagaimana harus mengatur
suaranya.
Sangat Kurang, volume suara terlalu lemah
dan tidak jelas sehingga sulit untuk mengikuti
alur ceritanya karena tidak ada penyesuaian
suara.
Sangat Baik, bercerita sangat lancar dan
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bercerita
tidak ada hambatan.
Baik, bercerita lancar hanya ada beberapa
gangguan yang tidak berarti.
Cukup, bercerita cukup lancar walaupun ada
gangguan.
Kurang, bercerita kurang lancar dan agak
sering berhenti.
Sangat Kurang, bercerita tidak lancar
banyak diam dan gugup.
4
3
2
1
Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994, hlm. 51-54) dengan dimodifikasi seperlunya
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP NEGERI 1 CIKONENG
Sekolah
: SMPN 1 Cikoneng/Ciamis
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 1 s.d. 3
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit (3× Pertemuan)
Standar Kompetensi
: Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita.
Kompetensi Dasar
: 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat
Pertemuan Kedua
 Peserta didik berlaih cara bercerita yang baik sesuai dengan pelafalan
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat
Pertemuan Ketiga
 Peserta didik dapat bercerita menarik
B. Karakter siswa yang diharapkan:
1. Dapat dipercaya
2. Rasa hormat dan perhatian
3. Tekun
4. Tanggung jawab
5. Berani
6. Ketulusan
C. Materi Ajar
Penyampaian Cerita
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Metode Pembelajaran
1. Pemodelan
2. Tanya jawab
3. Inkuiri
4. Demonstrasi
E. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
Apersepsi:
a. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik
berdasarkan persediaan buku di perpustakaan
Motivasi:
b. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang cerita yang
menarik
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi:
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang tepat;
b. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
c. menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
d. memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik antara peserta
didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya;
e. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
f. memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,
suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
Elaborasi:
Dalam kegiatan elaborasi:
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. guru memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
b. guru
memberi
kesempatan
untuk
berfikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
c. guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
d. peserta didik membaca cerita;
e. peserta didik memilih cerita yang menarik;
f. peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita;
g. peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita
menjadi urutan cerita yang baik dan menarik;
h. guru memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
i. guru memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
j. guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
k. guru memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
l. guru
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi:
Dalam kegiatan konfirmasi:
a. guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik;
b. guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber;
c. guru
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
refleksi
untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar sebagai berikut.
1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar.
2) Membantu menyelesaikan masalah.
3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi.
4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.
5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup:
a. guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman atau simpulan pelajaran;
b. guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. guru
memberikan
umpan
balik
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran;
d. guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remidi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas
baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik;
e. guru
menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya;
f. peserta didik mendapat tugas untuk berlatih bercerita.
F. Media Pembelajaran
1. Perpustakaan
2. Buku-buku yang berisi cerita
3. Buku teks
4. Alat peraga
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
 Mampu menentukan
pokok-pokok cerita
 Mampu merangkai
pokok-pokok cerita
menjadi urutan
cerita yang baik dan
menarik
 Mampu bercerita
dengan urutan yang
baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat
Teknik
Penilaian
Tes Tertulis
Tes Praktik/
Kinerja
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Uraian
 Tulislah pokopokok cerita yang
Uji Petik
terdapat di dalam
Kerja
buku cerita yang
kamu baca!
 Rangkailah pokokpokok cerita itu
menjadi urutan
cerita!
 Berceritalah dengan
urutan yang baik
serta suara, lafal,
intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat.
Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerita ini!
No
1.
Kegiatan
Peserta didik dapat menentukan unsur instrinsik
Skor
cerita:
2.
a. Tokoh utama dalam cerita.
1
b. Watak tokoh utama.
1
c. Tokoh antagonis dalam cerita.
1
d. Watak tokih utama pendukung.
1
e. Alur cerita.
1
f. Setting cerita dan tempat.
2
Rangkailah pokok-pokok cerita menjadi urutan
cerita:
a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok
5
cerita menjadi urutan cerita yang baik dan
menarik.
b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahasa
4
yang menarik tetapi urutannya kurang baik.
c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi
3
urutannya kurang baik dan bahasanya kurang
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menarik.
d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi
2
tidak lengkap.
e. Peserta didik tidak mengerjakan.
0
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kejujuran Seorang Pedagang
Pada zaman dahulu ada seorang pedagang perhiasan bernama Yunus bin
Ubaid. Pada suatu hari, Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga
kedainya karena ia akan mengerjakan sholat. Ketika itu datanglah seorang Baduy
yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadilah transaksi jual beli
antara orang Baduy itu dengan penjaga toko, saudara Yunus. Satu perhiasan
permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Sebenarnya Yunus
telah memberitahu saudaranya bahwa perhiasan itu harganya dua ratus dirham.
Perhiasan tersebut akhimya dibeli oleh orang Baduy itu dengan harga empat ratus
dirham.
Ditengah jalan, orang baduy itu bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Yunus
bin Ubaid mengenali perhiasan yang dibawa oleh si Baduy itu, dan tahu barang itu
dibeli dari tokonya.
"Berapakah harga perhiasan ini kamu beli?" tanya Yunus kepada orang
Baduy.
“Empat ratus dirham." jawab orang Baduy.
"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham. Mari kembali ke toko
saya. Agar dapat kukembalikan uang kelebihannya kepada saudara." kata Yunus
lagi.
"Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan
harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling
murah lima ratus dirham." bilang si Baduy.
Tetapi Yunus itu tidak membiarkan orang Baduy itu pergi. Didesaknya
lagi agar orang Baduy itu kembali ke tokonya dan akan dikembalikan
kelebihannya. Namun si Baduy itu tetap tak mau.
"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas
perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" Yunus berkata
dengan marah kepada saudaranya ketika orang Baduy itu telah pergi.
"Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus
dirham." saudaranya mencoba menjelaskan bahwa dirinya dipihak yang benar.
"Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan
saudara kita seperti memperlakukan diri kita sendiri," kata Yunus lagi.
Anonim
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ayam Jago Yang Sombong
Di sebuah peternakan, tinggalah dua ekor ayam jantan. Mereka menjadi
pejantan untuk semua ayam betina yang ada di peternakan itu. Tapi sayangnya,
ayam jantan yang satunya selalu bersikap serakah. Dia ingin menjadi satu-satunya
yang menguasai daerah itu. Sedangkan ayam jantan yang ke dua bersikap lebih
sabar. Walaupun dia sering di hina, di caci, dan di perlakukan dengan semenamena oleh ayam jantan yang satunya, dia tak mudah terpancing.
Hingga pada suatu hari, terjadilah sebuah kejadian yang luar biasa. Ketika
sedang asik mencari makan di pekarangan peternakan, tiba-tiba ayam jantan
kedua di terjang oleh ayam jantan serakah yang pertama. Untuk membela diri,
ayam jantan kedua pun mencoba malakukan perlawanan sekuat tenaga. Tapi
karena sifatnya yang cinta damai dan tak suka berkelahi, ahirnya dia pun lari
untuk mengalah dan bersembunyi di balik tumpukan jerami.
Melihat lawannya berlari, ayam jantan yang sombong tersebut merasa
sangat puas. Apalagi mereka dilihat oleh ayam betina yang dari tadi mencari
makan di sekitar mereka. Hal tersebut membuat ayam jantan yang sombong itu
menjadi besar kepala dan semakin membanggakan dirinya.
“Tak ada yang bisa mengalahkan aku di sini. Aku adalah ayam terkuat
yang patut menguasai dan menjadi raja di sini..cukkurukuuukkk..” katanya sambil
berkokok.
Tak puas hanya dengan hal itu, dia berniat mengumumkan kemenanganya
agar di ketahui oleh seuruh penghuni peternakan. Dengan sombongnya dia
mengepakan sayap dan melompat ke atap. Dari atap peternakan, dia berteriakteriak menyombongkan diri dan menantang siapa saja yang berani melawanya.
Sifat sombong telah membuat dia lupa, bahwa di atas langit masih ada langit.
Ternyata secara tak sengaja, ada seekor elang yang sedang mencari mangsa lewat
di atas peternakan itu.
Melihat si ayam jago yang berteriak-teriak sombong di atas atap, memberi
kesempatan untuk si elang menyambar dan membawa ayam jago itu ke sarangnya
menjadi santapan anak-anaknya yang tengah lapar. Berakhir sudah riwayat ayam
jago yang sombong itu. Sedangkan ayam jago yang satunya kini menjadi ayam
jago tunggal yang menguasai daerah peternakan. Sifatnya yang suka mengalah
dan cinta damai, ternyata mampu menyelamatkan dia dari bahaya. Dan mendapat
kedudukan yang sebelumya tak pernah dia bayangkan. Dan itu adalah balasan
bagi orang-orang yang mau bersabar.
Muhammad Rifa’i
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Burung Elang Dan Burung Gagak
Pada suatu hari, ada seekor burung gagak yang sangat sombong. Dia selalu
menyombongkan diri akan kekuatanya pada seluruh penghuni hutan. Karena
warna tubuh dan suaranya yang menyeramkan, tak ada penghuni hutan yang
berani denganya. Dengan bebasnya burung gagak itu menyombongkan diri,
bahwa tak ada yang lebih kuat melebihi dirinya. Tanpa sengaja, ada seekor burung
elang yang tengah lewat di area hutan itu. Burung elang tersebut tinggal di
kawasan gunung di tebing-tebing lembah. Secara tak sengaja waktu lewat
kawasan hutan itu, dia mendengar burung gagak yang sedang menyombongkan
diri.
Burung elang pun kemudian turun menghampiri burung gagak.
“Apakah benar engkau sehebat itu kawanku?”. Tannya burung elang
merendah.
“Oh, tentu saja benar. Aku adalah mahluk terkuat di sini dan tak ada yang
mampu menandingi kekuatan ku. Lalu, siapa kau ini?” Kata si gagak.
“Aku adalah elang, rumahku ada di tebing di lembah gunung. Tadi tak
sengaja aku lewat sini. Kalau kau memang sekuat kata-katamu, maukah kau
berlomba dengan ku?”. Tanya burung elang lagi.
“Tentu saja, apa yang harus aku takutkan?”. Kata gagak.
“Kalau begitu, ayo ikut aku. Jika kau dapat melakukan seperti apa yang ku
lakukan, maka kau memang kuat seperti ucapan mu. Dan aku akan melayani mu
sepanjang hidup ku”. Kata burung elang kemudian terbang. Mendengar perkataan
elang itu, si gagak menjadi merasa tertantang. Sifat sombongnya telah menutupi
akalnya untuk berfikir. Padahal dia belum tahu apa yang akan di lakukan elang
untuk dia tiru.
Muhammad Rifa’i
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keluargaku
Zaki dan Fatimah sore itu menunggu kakeknya datang dari desa.
“Kak, sudah 4 jam kita menunggu kakek dan nenek di serambi ini, tapi
kakek dan nenek belum datang juga ya. Aku khawatir terjadi apa-apa di jalan”.
“Sssst, jangan berkata begitu, itu akan menambah kakak juga khawatir
lho”.
“Iya, kita berdoa saja ya mudah-mudahan tidak ada apa-apa”.
“Naaah, itu lebih baik”.
“Terus bagaimana?”
“Daripada menunggu lama-lama, dan tidak ada kerjaan yuuk kita
bersihkan kamar, bersihkan halaman, supaya nanti kakek lihat senang karena
tempatnya bersih dan sehat, bukankah kakek nenek suka kebersihan dan
kesehatan?”
“Benaaar ya... pantaaas mereka sehat-sehat meskipun sudah tuaa. Iya kan
kaa?”
“Iyaa, ayo kita laksanakan”.
“Naaah yang ini usul yang benaar.. aku akan menyapu lantai dan kakak
yang bersihkan kamar yaa”.
“Ayoo kita lakukan”.
Daripada menunggu tidak tentu maka Zaki dan Fatimah pun bersihkan
ruangan, halaman, bahkan taman. Supaya kakek dan nenek mereka bahagia
melihat rumah mereka yang rapi, tertib, dan sehat. Tak lama kemudian dari
kejauhan terdengar suara sepeda motor yang semakin mendekat.
“Siapa yaa?” (Berbunyi suara motor)
“Haaah,, kakak ayah pulang”
“Ayaaah,, pulaaaang”
“Ayaaaaaah”
Fatimah pun berlari menuju pintu dan membuka pintu.
(Suara membuka pintu)
“Ayaaah aku sudah menunggu lama Yah...”
Kemudian Fatimah pun mendekati ayahnya dan segera mencium
tangannya.
“Bagaimana kabarmu?”
“Baik yah”.
“Kakek sudah datang?”
“Belum Yah,, itu yang buat kami khawatir”
“Mana kakak kamu?”
“Itu Yah,, Kak dipanggil ayah”.
“Iya Yah kakek belum datang juga, kami sudah lam menunggu”.
Tak berapa lama kemudian tampak dari kejauhan sebuah becak berjalan
dengan sangat pelan, siapa penumpangnya. Oooh rupanya merekalah kakek dan
nenek Zaki dan Fatimah.
“Hmmm, lambat sekali tukang bejak ini. Cepatlah tukang becak, jangan
lama-lama, kangen sama cucuku”.
Tampak wajah tukang becak yang kelelahan.
(Ekspresi tukang becak yang kelelahan)
“Kakeeeek,,,,, neneeeeekk,,,”
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Fatimaaaaah, Zakii,,, kakek datang”
“Cucuku Zaki,, nenek kangen, ini nenek bawakan oleh-oleh pepes mujair
kesukaanmu kan”
“Neneek,, alhamdulillah sampai juga ya nek”
“Iya nak kita kumpul dengan cucu kesayangan kakek dan nenek”.
Hari itu keluarga Zaki dan Fatimah sangat bahagia dengan kedatangan
keluarga yang mereka cintai, kakek dan nenek mereka. Aaaah alangkah
bahagianya.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Si Pelit
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat
yang dirahasiakannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur
emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk
memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan
hal itu sehingga ada seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa
yang disembunyikan oleh si pelit itu. Suatu malam, secara diam-diam pencuri itu
menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih
dan putus asa. Dia meraung-raung sambil menarik-narik rambutnya. Seorang
pengembara lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa yang
terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si pelit, "seseorang telah merampok emas
saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana?
Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat
dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si pelit dengan marah.
"Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak
pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan
marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan
melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "Tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama
dengan hartamu yang telah hilang!"
AESOP
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kucing Dan Tikus Tua Yang Berpengalaman
Di suatu masa, ada seekor kucing yang sangat awas dan sigap sehingga
tikus-tikus takut memperlihatkan dirinya karena takut dimangsa oleh sang kucing.
Kucing tersebut selalu siap-siaga dengan cakarnya, siap untuk menerkam.
Akhirnya tikus-tikus tersebut tidak berani berkeliaran terlalu jauh dari sarang
mereka, sehingga sang kucing harus menggunakan akalnya untuk menangkap
mereka. Suatu hari sang kucing naik ke atas rak, menggantungkan dirinya dengan
satu kakinya pada tali, dengan kepala menghadap ke bawah, seolah-olah telah
meninggal.
Saat tikus-tikus melihat posisi kucing seperti itu, mereka menyangka
bahwa sang kucing di gantung seperti itu karena melakukan kesalahan. Dengan
hati-hati, mereka mengeluarkan kepala mereka dari sarang dan mengendus-endus
kesana-kemari. Karena tidak terjadi apa, mereka akhirnya melompat keluar dari
sarang dan menari-nari dengan gembira untuk merayakan kebebasan mereka.
Saat itulah sang kucing tiba-tiba melepaskan pegangannya pada tali, dan
sebelum tikus-tikus tersebut tersadar dari rasa terkejut mereka, sang kucing telah
menangkap tiga sampai empat ekor tikus.
Sekarang tikus-tikus makin berhati-hati. Tetapi sang kucing yang selalu
ingin menangkap tikus, membuat tipuan yang lain. Mengguling-gulingkan
tubuhnya ke tempat terigu hingga tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh terigu, lalu
sang kucing berbaring diam-diam dengan satu mata terbuka.
Yakin bahwa keadaan aman, tikus-tikus mulai keluar kembali dari sarang.
Saat sang kucing yang berbaring diam, telah siap-siap untuk menerkam tikus-tikus
tersebut, seekor tikus tua yang berpengalaman dengan tipuan sang Kucing, dan
pernah kehilangan ekornya akibat kecerobohannya di masa muda, berdiri sambil
menjaga jarak di dekat sarang mereka.
"Hati-hati!" teriaknya.
"Mungkin terigu itu kelihatan seperti tumpukan makanan yang lezat, tetapi
sepertinya itu adalah tipuan dari sang kucing. Apapun itu, lebih baik kalian semua
berhati-hati dan menjaga jarak yang aman."
Anonim
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tiga Buah Cermin
Alkisah tiga buah cermin yang bertemu dalam suatu etalase perabot rumah
tangga. Mereka bernama cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.
Masing-masing cermin saling membanggakan diri mereka masing-masing.
Cermin cekung, “Ah apa sih kelebihanmu kok kamu beraninya masuk ke
etalase ini”.
Cermin cembung, “Saya sih akan membuat senang karena setiap orang
yang memandangku akan terlihat jelas, yang kecil-kecil jadi tampak nyata”.
Cermin cekung, “Kalau saya sangat menyenangkan bagi orang-orang yang
gemuk karena mereka yang memakaiku pasti akan terlihat langsing”.
Cermin datar yang sejak tadi diam saja akhirnya ikut dalam perbincangan.
Cermin datar, “Ah kalian mengapa tidak memberikan informasi yang
sejujurnya saja, bukankah cermin itu sangat bermanfaat sekali bila informasi yang
diberikan jujur dan tidak mengada-ada, kalau gemuk ya gemuk, kurus ya kurus
jangan kurus jadi gemuk atau sebaliknya”.
Cermin cembung, “Ah kau datar, kamu ngomong begitu kan memang
bisanya begitu tidak mempunyai kelebihan apa-apa”.
Cermin cekung, “Iya, paling datar ini memang tidak suka aneh-aneh
karena penggemarnya hanya memakai untuk hiasan saja bukan sesuatu yang
berjasa, jadi harganya murah”.
Cermin cembung, “Coba lihat saya, banyak sekali yang membutuhkan,
terutama pengusaha retail dan orang-orang perumahan. Kalau tidak ada saya,
mereka pasti banyak kecurian barang, karena tidak adanya alat untuk memantau
seperti saya”.
Tiba-tiba seorang anak kecil masuk mengikuti kedua orang tuanya yang
sedang berbelanja dengan setengah berlari tanpa sengaja menabrak Cermin
Cembung.
Prakkkk.
Cermin cembung yang sombong itu pecah, berkeping-keping.
Cermin datar, “Ah cembung yang malang mengapa juga harus sombong.
Toh kita cuma cermin yang setiap saat bisa pecah dan menjadi barang yang tidak
berguna”.
AESOP
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keledai Pembawa Garam
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di
pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam di
punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan
teriknya.
“Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi,” kata
keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. “Ah, ada sungai! Lebih baik aku
berhenti sebentar,” kata keledai dengan gembira.
Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur! Keledai itu
terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil.
Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di
dalam air, ia merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai
itu bisa berdiri lagi.
“Ya ampun, garamnya habis!” kata tuannya dengan marah.
“Oh, maaf! garamnya larut di dalam air ya?” kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa
garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya.
“Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana,” kata keledai dalam hati.
Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan
sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya menjadi larut di
dalam air. Bebannya menjadi ringan.
“Asyik! Jadi ringan!” kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai
melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah.
“Dasar keledai malas!” kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia
berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagilagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.
Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali.
Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai
harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan
sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat
dipunggungnya.
Anonim
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Anak Desa Dan Anak Kota
Fatoni anak baru di kampung itu. Saat ia berjalan dan berjumpa dengan
anak-anak kampung. Anak-anak itu mengatakan.
“Haaai anak kampung, haii anak udik, anak desaaa”
Fatoni sangat tersinggung tapi dia tetap melanjutkan perjalannya ke rumah
Umayah.
“Assalamualaikum.. Tok, tok, tok”
“Waalaikumsalam.. tunggu yah”
(Suara pintu terbuka)
“Siapa kamu, dan ada apa?”
“Namaku Fatoni, aku anak yang tinggal di rumah sana yang paling baru
itu”
“Ooh jadi rumah baru itu rumah mu yah?”
“Iya... tujuanku kesini mau berkunjung silaturahim”
“Oh berkunjung ya?, Mmmm silahkan masuk teman”
Lalu ia duduk di kursi, setelah Umayah mempersilahkannya masuk rumah.
“Aku bernama Umayah, aku tinggal bersama orang tuaku dan kakaku
Imam, tapi siapa nama kamu?”
“Namaku Ahmad Fatoni”
“Fatoni, darimana asalmu?”
“Rumahku dari desa, aku diutus ayahku ke kota untuk sekolah belajar ilmu
pertanian, agar suatu hari nanti semakin maju. Begitu ceritanya”.
“Mmmm,, aku heran ya di kota ini”
“Kenapa?”
“Mobil-mobil padat dijalanan dan terkadang macet membuat ku terlambat
ke sekolah”
“ Ini kan di kota Fatoni, jadi sering macet”
“Fatoni,, kalau di desamu apa sih pekerjaan orang dewasa?”
“Biasanya mereka bertani atau beternak,,, hehehehe”
“Kalau disini, kebanyakan orang-orang menjadi pengusaha, buruh, atau
pegawai”
“Petani jarang yah”
“Yaa jarang, makanya lihat disini sudah tidak ada sawah lagi iya kan?”
“Oooh iya... tetapi disini aku sering sedih”
“Kenapa sedih?”
“Anak-anak kota sering mengatakanku anak udik dan kampung. Padahal
aku tahu orang-orang desa itu sangat banyak jasanya bagi orang kota”
“Maksudmu?”
“Hehehe..Maaf ya,, bukankah yang menyediakan nasi, sayur mayur, lauk
pauk itu dari desa. Jadi orang kota makan atas kiriman orang desa, iya kan?..
hehehe”
“Benar juga yaa... aku jadi ingat kata kakek dulu seperti ini”
“Tahu tidak Umayah, karena orang-orang di desa merawat hutannya
dengan baik maka di kota tidak banjir, justru orang-orang kotalah yang
menyerang desa, menebang pohon-pohon sehingga banjir kotanya. Aku juga ingat
bahwa banyak orang-orang yang jadi presiden banyak dari orang desa, jadi orang
desa banyak jasanya bagi kita” begitu kata kakeku dulu.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lagi”
“Iyaa kan benar. Jadi aku sebagai orang desa tidak ingin dispelekan”
“Iya aku akan bilang pada teman-teman yang nakal itu untuk minta maaf”
“Tidak perlu, lama-lama mereka juga akan tahu”
“Tidak apa-apa Fatoni supaya mereka tidak mengatakan kamu anak udik
“Terima kasih Umayah, terima kasih sekali”
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Si Kancil dan Buaya
Di sebuah hutan, hiduplah si cerdik kancildengan buaya. Seperti biasanya,
setelah kenyang menyantap makanan si kancil selalu minum di sungai. Ia
melenggang santai menuju sungai sambil besiul-siul.
“Hari ini aku benar-benar puas! Aku kenyang setelah makan mentimun pak
tani itu. Masak, tanamannya berkurang dia tidak tahu!”
“Besok aku akan kesana lagi menyantap mentimun sekenyang-kenyangnya.
Aku akan memilih yang masih muda. Memang sungguh memikat mentimun yang
masih muda itu”.
Kancil tidak menyadari sepasang mata terus mengawasi gerak geriknya.
Tiba-tiba cap! Kancil terserentak dalam lamunannya. Si raja air telah menangkap
kaki depannya.
“Kena kamu sekarang, penipu!” bentak buaya.
“Lho, kamu ini bagaimana sih ! saya justru mencari kamukesana kemari,
tetapi tidak ketemu. Eee.... tak tahunya malah di sini!”
“Kamu tidak bisa menipuku, hai kancil licik!” bentak buaya.
Kancil memutar otak mencari cara untuk membebaskan dirinya dari
cengkraman mulut. Akhirnya ia menemukan strategi yang jitu untuk mengelabui
si raja air itu.
“Buaya, saya membawa kabar gembira!”
“Kabar apa i
                PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERCERITA
DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN
BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK
Sekolah
: SMPN 1 Cikoneng
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 1 s.d. 4
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (4 x Pertemuan)
Standar Kompetensi
: Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita.
Kompetensi Dasar
: 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
A. Indikator Pembelajaran
1.
Bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan.
2.
Bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara.
3.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan.
4.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi.
5.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur.
6.
Bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami konsep bercerita yang dijelaskan oleh guru dan
mendiskusikannya secara berkelompok diharapkan siswa mampu:
1.
bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan;
2.
bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara;
3.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan;
4.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi;
5.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur;
6.
bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Karakter Siswa yang Diharapkan
1.
Keaktifan
2.
Kesungguhan
3.
Partisipasi
4.
Keberanian
5.
Percaya Diri
6.
Kerjasama
D. Materi Ajar
1.
Materi Pokok
a.
Pengertian cerita dan bercerita
b.
Langkah-langkah bercerita
c.
Syarat-syarat bercerita yang baik
d.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita
2.
Uraian Materi
a.
Pengertian Cerita dan Bercerita
Cerita merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki
keindahan dan kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak
maupun orang dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama
baik. Cerita adalah salah satu karya sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar
oleh orang yang tidak bisa membaca. Bercerita merupakan kegiatan berbahasa
yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran,
kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh
orang lain.
Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam
cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan,
dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman
yang diperolehnya. Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu keterampilan
berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan
cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan
apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b.
Langkah-langkah Bercerita
Bercerita membutuhkan strategi khusus. Pendongeng perlu menguasai
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam bercerita. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Membangun Suasana Dialogis
Membangun suasana dialogis yaitu membangun suasana yang menarik ketika
bercerita sehingga pendengar tidak bosan mendengar cerita yang disampaikan,
pendongeng harus mengajak pendengar seolah-oleh ikut andil dalam proses
menyelesaikan penyampaian cerita.
2) Melibatkan Pendengar
Dalam bercerita pendongeng harus melibatkan pendengar, hal itu dimaksudkan
supaya penyampaian cerita lebih menarik dan peristiwa mendongeng menjadi
lebih hidup.
3) Tanggap terhadap Situasi dan Kondisi
Pendongeng harus cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi, pendongeng harus
peka terhadap situasi dan kondisi ketika kegiatan bercerita berlangsung. Misalnya
apabila penonton banyak, maka pendongeng harus memaksimalkan atau
mengeraskan suaranya agar terdengar dari berbagai sudut.
4) Mengakhiri dengan Membuat Penasaran
Ketika cerita akan berakhir, pendongeng harus membuat pendengar penasaran
terhadap cerita yang disampaikan tetapi cerita tersebut harus disampaikan secara
utuh. Pendongeng yang kreatif harus menimbulkan rasa ingin tahu pendengarnya
sehingga pendengar ingin cerita tersebut dilanjutkan.
5) Memahami Pendengar
Pendongeng harus memahami kondisi pendengar, cerita yang disampaikan harus
sesuai dengan kemampuan berfikir pendengar sehingga pesan yang disampaikan
sesuai dengan kapasitas pendengar.
c.
Syarat-syarat Bercerita yang Baik
Dalam mempersiapkan materi, pendongeng jangan menghapalkan jalan cerita
saja, tetapi harus menguasai jalan cerita serta memahami pesan yang terkandung
didalamnya. Ada beberapa syarat bercerita yang baik, antara lain sebagai berikut.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Menguasai berbagai macam karakter
Pendongeng harus menguasai berbagai macam karakter ketika bercerita, dengan
memunculkan berbagai macam karakter, cerita yang disampaikan akan terasa
lebih hidup. Tokoh yang dimunculkan dalam cerita pasti berbeda misalnya ada
seorang kakek yang sedang berbicara, pendongeng harus berbicara seolah-olah dia
adalah kakek tersebut.
2) Konsentrasi
Ketika bercerita, pendongeng harus berkonsentrasi untuk memusatkan fikirannya
pada materi yang disampaikan dan kemudian diarahkan kepada pendengar.
3) Bersikap rileks
Selain berkonsentrasi pendongeng juga harus bersikap rileks, dalam bercerita
pendongeng jangan terlihat tegang dan dibuat-buat lakukan saja semuanya sesuai
dengan dorongan dalam hati. Berdiri, duduk, dan melangkah dapat membuat
rileks, ekspresi dan gerakan yang muncul adalah dorongan dari dalam jadi tidak
terlihat kaku.
4) Membangun suasana akrab
Pendongeng harus membangun suasana yang akrab misalnya membangun kontak
dengan pendengar. Tersenyum sesekali bisa dijadikan interaksi dengan pendengar.
Ketika sudah menemukan posisi yang tepat, tenangkan diri sejenak, tebarkan
senyum dan pandanglah pendengar. Dengan paras yang bersahabat, tenang, dan
menghibur akan membuat pendengar tertarik mendengar cerita.
5) Teknik muncul
Pendongeng juga bisa melakukan teknik muncul ketika membuka cerita dengan
kalimat yang bervariasi. Jika setiap pembukaan selalu dengan kalimat “Pada suatu
hari”, maka pembukaan tersebut tidak akan menarik minat pendengar untuk
mengikuti lanjutan ceritanya. Beberapa teknik pembukaan untuk mendongeng
adalah menyanyi, menangis, tertawa, dan lain sebagainya.
d.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Bercerita
Damani (2012, hlm. 6) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang
dapat membantu anak untuk membangun konsep pemahaman, empati terhadap
tokoh cerita, atau keterlibatan terhadap cerita yaitu sebagai berikut:
a. gestur; mimik muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh orang dewasa
ketika membacakan buku;
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. intonasi; irama, tempo, dan jeda, volume, yang menggambarkan
karakter dan tokoh, juga muatan emosi dalam cerita (apakah cerita
tersebut sedih, gembira, atau menegangkan);
c. komentar sisipan penutur saat cerita dibacakan membantu pemahaman
anak dan mengembangkan emosinya.
Damani (2012, hlm. 14) menjelaskan bahwa “inti dari mendongeng adalah sejauh
mana Anda bisa memodifikasi sebuah cerita dengan intonasi, gestur, dan
dramatisasi untuk memikat pendengar”.
E. Metode Pembelajaran
Model
: Kooperatif
Teknik
: Bercerita Berpasangan berbasis Kecerdasan Kinestetik
Media
: Video Becerita
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Sintaks
Kegiatan
Awal
(Apersepsi)
Kegiatan
Inti
Langkah-langkah
Model Kooperatif
Menyampaikan
Tujuan dan
Memotivasi Siswa
Menyajikan
Informasi
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1. Guru memberikan salam dan
pertanyaan berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran
sebelumnya.
2. Guru menyampaikan
kompetensi dasar, tujuan, dan
manfaat yang akan diperoleh
siswa dalam pembelajaran
bercerita.
3. Guru memberi memotivasi pada
siswa secara komunikatif
tentang manfaat mempelajari
kegiatan bercerita.
4. Guru bertanya kepada siswa
mengenai cerita dan kegiatan
bercerita.
5. Siswa memberikan ulasan
mengenai berbagai bentuk cerita
yang telah diketahuinya.
6. Guru mempersiapkan beberapa
bentuk cerita untuk menstimulus
pemikiran siswa.
7. Guru dan siswa bediskusi
mengenai pembelajaran
bercerita.
8. Guru menyiapkan video
bercerita.
10’
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengorganisasikan
Siswa ke dalam
Kelompokkelompok Belajar
Membimbing
Kelompok Bekerja
dan Belajar
9. Siswa membentuk kelompok
secara berpasangan atau masingmasing kelompok terdiri atas
dua orang.
10. Siswa memperhatikan dan
mencermati video bercerita yang
ditayangkan guru.
11. Siswa dibimbing guru untuk
melakukan tanya jawab seputar
video bercerita yang
ditayangkan.
12. Siswa dibimbing guru untuk
berlatih tentang pelafalan dan
intonasi dalam bercerita.
13. Secara berkelompok siswa
berlatih cara meniru berbagai
suara, gestur, dan ekspresi atau
mimik dengan memanfaatkan
potensi gerak tubuh meraka.
14. Guru mempersilakan siswa yang
ingin menunjukkan hasil
latihannya di depan kelas
15. Siswa lain diarahkan untuk
memperhatikan.
16. Guru membagi cerita yang akan
diberikan kepada siswa menjadi
dua bagian.
17. Siswa membaca cerita yang
diberikan guru sesuai dengan
bagian masing-masing.
18. Siswa mencatat dan mendaftar
pokok cerita yang ada dalam
bagian masing-masing.
19. Siswa saling menukar pokok
cerita dengan pasangan masingmasing.
20. Sambil mengingat-ingat bagian
yang dibaca masing-masing
siswa berusaha mengarang
bagian lain yang belum diaca.
21. Versi karangan masing-masing
siswa tidak harus sama dengan
bahan sebenarnya.
22. Sebagai latihan, guru
mempersilakan beberapa siswa
untuk bercerita secara
berkelompok di depan kelas.
23. Kelompok lain mengamati
60’
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Evaluasi
Memberikan
Penghargaan
Kegiatan
Akhir
kemudian mencatat kelebihan
dan kekurangan kelompok yang
sedang bercerita.
24. Guru memulai evaluasi untuk
melihat sejauh mana
pemahaman dan keterampilan
siswa.
25. Secara individu siswa bercerita
di depan kelas.
26. Setiap siswa diberi waktu
kurang lebih 3 menit untuk
bercerita.
27. Siswa lain menilai kegiatan
bercerita siswa yang sedang
tampil pada lembar yang sudah
disediakan oleh peneliti.
1. Guru mengobservasi setiap
kelompok yang dirancang.
2. Guru memeriksa hasil kerja
siswa secara individu dan
kelompok.
3. Guru memberikan penguatan
dan merefleksi pembelajaran
yang telah berlangsung.
4. Siswa diberi kesempatan
bertanya atau mengungkapkan
pengalaman ketika mengikuti
proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
5. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
10
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1.
Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII
2.
Buku Cerita
3.
Video Bercerita
Suryono, Bimo. (2014). Dongeng islami untuk anak, dokter yang baik hati.
[Online]. Diakses dari: https://www.youtube.com/watch?v=xNvuhzhdNms.
Suryono, Bimo. (2014). Anak Desa dan Anak Kota. [Online]. Diakses dari:
https://www.youtube.com/watch?v=92fohtofyA8.
H. Penilaian
1.
Jenis Tagihan : Praktik Bercerita
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.
Bentuk : Unjuk Kerja
3.
Pedoman Penilaian Keterampilan Bercerita
Pedoman Penilaian Kemampuan Bercerita
Skala yang Dinilai
Komponen yang Dinilai
1
2
3
4
5
Bahasa Cerita:
1. Lafal dan Intonasi
2. Pilihan Kata
3. Struktur Bahasa
4. Gaya Bahasa
Isi Cerita:
1. Hubungan Isi dengan Topik
2. Struktur Isi Cerita
3. Pengembangan Isi Cerita
4. Kualitas Isi Cerita
Penampilan
1. Gestur dan Mimik
2. Hubungan dengan Pendengar
3. Volume Suara
4. Jalannya Cerita
Jumlah
Bobot Skor
2
1
2
1
3
2
1
1
2
2
1
2
20
Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994)
Rubrik Penilaian Kemampuan Bercerita
No
.
1.
2.
Aspek yang
Dinilai
Pelafalan dan
Intonasi
Pilihan Kata
Keterangan
Skor
Sangat Baik, pelafalan sangat jelas tanpa
adanya pengaruh bahasa daerah atau asing
dan intonasi sangat tepat.
Baik, pelafalan jelas tanpa adanya pengaruh
bahasa daerah dan intonasi mendekati
sempurna atau mendekati sangat tepat.
Cukup, pelafalan cukup jelas tetapi adanya
pengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi mendekati sempurna.
Kurang, pelafalan kurang jelas banyak
terpengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi kurang tepat.
Sangat Kurang, pelafalan tidak jelas banyak
terpengaruh bahasa daerah atau asing dan
intonasi tidak tepat.
Sangat Baik, penggunaan kata-kata dan
istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan
status pendengar, terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Baik, penggunaan kata-kata dan istilah sesuai
5
4
3
2
1
5
4
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.
4.
5.
Struktur
Bahasa
Gaya Bahasa
Hubungan Isi
dengan Topik
dengan situasi, kondisi, dan status pendengar,
kurang terdapat variasi dalam pemilihan kata.
Cukup, penggunaan kata-kata dan istilah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan status
pendengar, tidak terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah
kurang sesuai dengan situasi, kondisi, dan
status pendengar, tidak terdapat variasi dalam
pemilihan kata.
Sangat Kurang, penggunaan kata-kata dan
istilah tidak sesuai dengan situasi, kondisi,
dan status pendengar, tidak terdapat variasi
dalam pemilihan kata
Sangat Baik, sangat cermat, tidak ada
penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku.
Baik, pada umumnya sudah cermat, tidak
ditemukan penyimpangan yang dapat
dianggap merusak kaidah bahasa Indonesia.
Cukup, ada beberapa kesalahan atau
penyimpangan, tetapi tidak terlalu merusak
bahasa Indonesia.
Kurang, terdapat cukup banyak kesalahan
yang dianggap merusak bahasa Indonesia.
Sangat Kurang, struktur bahasa Indonesia
kacau, mencerminkan ketidakpedulian.
Sangat Baik, gaya bahasanya sangat serasi
dengan isi cerita.
Baik, gaya bahasa pada umumnya baik dan
serasi tetapi ada beberapa gangguan.
Cukup, gaya bahasanya cukup baik meskipun
masih ada beberapa hal yang kurang cocok.
Kurang, gaya bahasanya kurang cocok
dengan isi cerita
Sangat Kurang, tidak menggunakan gaya
bahasa.
Sangat Baik, isi cerita sangat cocok dengan
topik dan benar-benar mewakili topik.
Baik, ada sedikit hal yang kurang cocok
antara isi cerita dengan topik tetapi bukan hal
yang penting.
Cukup, ditemukan hal yang kurang cocok
antara isi cerita dengan topik tetapi secara
umum masih cukup baik dan lumayan.
Kurang, lebih banyak ditemukan hal-hal
yang tidak cocok sehingga ada kesan antara
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6.
7.
8.
Struktur Isi
Cerita
Pengembangan
Ide cerita
Kualitas Isi
Cerita
isi dengan topik kurang cocok.
Sangat Kurang, benar-benar dirasakan
hampir tidak ada hubungan antara isi cerita
dengan topik, banyak sekali penyimpangan isi
dari topik.
Sangat Baik, bagian-bagian cerita tersusun
sangat lengkap yaitu terdapat tahap
perkenalan, tahap permasalahan, tahap
puncak permasalahan, tahap pelarian dan
tahap penyelesaian.
Baik, bagian-bagian cerita tersusun lengkap
yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap
permasalahan, tahap pelarian dan tahap
penyelesaian.
Cukup, bagian-bagian cerita tersusun cukup
lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan,
tahap permasalahan, dan tahap penyelesaian.
Kurang, bagian-bagian cerita tidak tersusun
lengkap hanya ada 2 tahap saja.
Sangat Kurang, bagian-bagian cerita tidak
teratur dan kacau.
Sangat Baik, pengembangan ide dalam
bercerita sangat kreatif (terdapat latar tempat,
waktu, dan penambahan dialog antar tokoh
pada cerita).
Baik, pengembangan ide dalam bercerita
kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan
menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).
Cukup, pengembangan ide dalam bercerita
cukup kreatif (tidak terdapat latar tempat,
waktu, namun menambahkan dialog antar
tokoh pada cerita).
Kurang, pengembangan ide dalam bercerita
kurang kreatif (terdapat latar tempat, waktu,
namun tidak menambahkan dialog antar tokoh
pada cerita).
Sangat Kurang, pengembangan ide dalam
bercerita tidak kreatif (tidak terdapat latar
tempat, waktu, dan tidak menambahkan
dialog antar tokoh pada cerita).
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Sangat Baik, isi cerita sangat bermakna, mudah
dipahami, dan alur terkonsep dengan jelas.
Baik, isi cerita bermakna, mudah dipahami, dan
alur terkonsep dengan jelas tapi belum sampai
tingkat istimewa.
5
Cukup, isi cerita cukup sesuai dan mudah
dipahami alur terkonsep dengan cukup jelas.
Kurang, isi cerita kurang sesuai, mudah
3
4
2
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9.
Gestur dan
Mimik
10. Hubungan
dengan
Pendengar
11. Volume Suara
12. Kelancaran
dipahami tetapi alur cerita kurang terkonsep.
Sangat Kurang, isi cerita tidak sesuai, sulit
dipahami, alur tidak
terkonsep dengan sangat jelas.
Sangat Baik, gestur dan mimik tepat serta
sangat serasi dengan isi cerita, tingkah laku
wajar, tenang dan tidak grogi.
Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat
serasi dengan isi cerita, tingkah laku sesekali
tidak wajar, tenang dan tidak grogi.
Cukup, gestur dan mimik cukup serasi
dengan isi cerita, tingkah laku masih cukup
wajar walaupun ditemukan beberapa kali
tidak wajar, cukup tenang dan sedikit grogi.
Kurang, gestur dan mimik kurang tepat
dengan isi cerita, kurang tenang dan grogi.
Sangat Kurang, gestur dan mimik tidak
ditampilkan sehingga mengurangi daya tarik
bercerita, kurang tenang dan grogi.
Sangat Baik, seluruh perhatian pendengar
benar-benar tertuju pada pencerita.
Baik, sedikit sekali pendengar yang kurang
memperhatikan karena kurang tertarik
mengikuti alur ceritanya.
Cukup, pendengar cukup tertarik tetapi tidak
begitu antusias.
Kurang, pencerita kurang mampu menarik
perhatian pendengar.
Sangat Kurang, pencerita gagal menarik
perhatian pendengar. Kegiatan bercerita
berlangsung seperti tanpa pendengar.
Sangat Baik, volume suara sangat jelas dan
sangat cocok dengan kondisi, situasi, dan isi
cerita.
Baik, volume suara jelas hanya sesekali
ditemukan ketidakcocokan.
Cukup, volume suara cukup jelas tetapi
masih banyak perlu penyesuaian.
Kurang, volume suara kurang jelas, pencerita
tidak tahu bagaimana harus mengatur
suaranya.
Sangat Kurang, volume suara terlalu lemah
dan tidak jelas sehingga sulit untuk mengikuti
alur ceritanya karena tidak ada penyesuaian
suara.
Sangat Baik, bercerita sangat lancar dan
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bercerita
tidak ada hambatan.
Baik, bercerita lancar hanya ada beberapa
gangguan yang tidak berarti.
Cukup, bercerita cukup lancar walaupun ada
gangguan.
Kurang, bercerita kurang lancar dan agak
sering berhenti.
Sangat Kurang, bercerita tidak lancar
banyak diam dan gugup.
4
3
2
1
Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994, hlm. 51-54) dengan dimodifikasi seperlunya
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP NEGERI 1 CIKONENG
Sekolah
: SMPN 1 Cikoneng/Ciamis
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VII/1
Pertemuan Ke-
: 1 s.d. 3
Alokasi Waktu
: 6 × 40 menit (3× Pertemuan)
Standar Kompetensi
: Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita.
Kompetensi Dasar
: 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
A. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat
Pertemuan Kedua
 Peserta didik berlaih cara bercerita yang baik sesuai dengan pelafalan
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat
Pertemuan Ketiga
 Peserta didik dapat bercerita menarik
B. Karakter siswa yang diharapkan:
1. Dapat dipercaya
2. Rasa hormat dan perhatian
3. Tekun
4. Tanggung jawab
5. Berani
6. Ketulusan
C. Materi Ajar
Penyampaian Cerita
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Metode Pembelajaran
1. Pemodelan
2. Tanya jawab
3. Inkuiri
4. Demonstrasi
E. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
Apersepsi:
a. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik
berdasarkan persediaan buku di perpustakaan
Motivasi:
b. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang cerita yang
menarik
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi:
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang tepat;
b. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
c. menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
d. memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik antara peserta
didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya;
e. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
f. memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,
suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
Elaborasi:
Dalam kegiatan elaborasi:
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. guru memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
b. guru
memberi
kesempatan
untuk
berfikir,
menganalisis,
menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;
c. guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
d. peserta didik membaca cerita;
e. peserta didik memilih cerita yang menarik;
f. peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita;
g. peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita
menjadi urutan cerita yang baik dan menarik;
h. guru memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
i. guru memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
j. guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
k. guru memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
l. guru
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi:
Dalam kegiatan konfirmasi:
a. guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik;
b. guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber;
c. guru
memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
refleksi
untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. guru memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar sebagai berikut.
1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar.
2) Membantu menyelesaikan masalah.
3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi.
4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.
5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup:
a. guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman atau simpulan pelajaran;
b. guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. guru
memberikan
umpan
balik
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran;
d. guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remidi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas
baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik;
e. guru
menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya;
f. peserta didik mendapat tugas untuk berlatih bercerita.
F. Media Pembelajaran
1. Perpustakaan
2. Buku-buku yang berisi cerita
3. Buku teks
4. Alat peraga
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
 Mampu menentukan
pokok-pokok cerita
 Mampu merangkai
pokok-pokok cerita
menjadi urutan
cerita yang baik dan
menarik
 Mampu bercerita
dengan urutan yang
baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat
Teknik
Penilaian
Tes Tertulis
Tes Praktik/
Kinerja
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Uraian
 Tulislah pokopokok cerita yang
Uji Petik
terdapat di dalam
Kerja
buku cerita yang
kamu baca!
 Rangkailah pokokpokok cerita itu
menjadi urutan
cerita!
 Berceritalah dengan
urutan yang baik
serta suara, lafal,
intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat.
Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerita ini!
No
1.
Kegiatan
Peserta didik dapat menentukan unsur instrinsik
Skor
cerita:
2.
a. Tokoh utama dalam cerita.
1
b. Watak tokoh utama.
1
c. Tokoh antagonis dalam cerita.
1
d. Watak tokih utama pendukung.
1
e. Alur cerita.
1
f. Setting cerita dan tempat.
2
Rangkailah pokok-pokok cerita menjadi urutan
cerita:
a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok
5
cerita menjadi urutan cerita yang baik dan
menarik.
b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahasa
4
yang menarik tetapi urutannya kurang baik.
c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi
3
urutannya kurang baik dan bahasanya kurang
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menarik.
d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi
2
tidak lengkap.
e. Peserta didik tidak mengerjakan.
0
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kejujuran Seorang Pedagang
Pada zaman dahulu ada seorang pedagang perhiasan bernama Yunus bin
Ubaid. Pada suatu hari, Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga
kedainya karena ia akan mengerjakan sholat. Ketika itu datanglah seorang Baduy
yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadilah transaksi jual beli
antara orang Baduy itu dengan penjaga toko, saudara Yunus. Satu perhiasan
permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Sebenarnya Yunus
telah memberitahu saudaranya bahwa perhiasan itu harganya dua ratus dirham.
Perhiasan tersebut akhimya dibeli oleh orang Baduy itu dengan harga empat ratus
dirham.
Ditengah jalan, orang baduy itu bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Yunus
bin Ubaid mengenali perhiasan yang dibawa oleh si Baduy itu, dan tahu barang itu
dibeli dari tokonya.
"Berapakah harga perhiasan ini kamu beli?" tanya Yunus kepada orang
Baduy.
“Empat ratus dirham." jawab orang Baduy.
"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham. Mari kembali ke toko
saya. Agar dapat kukembalikan uang kelebihannya kepada saudara." kata Yunus
lagi.
"Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan
harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling
murah lima ratus dirham." bilang si Baduy.
Tetapi Yunus itu tidak membiarkan orang Baduy itu pergi. Didesaknya
lagi agar orang Baduy itu kembali ke tokonya dan akan dikembalikan
kelebihannya. Namun si Baduy itu tetap tak mau.
"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas
perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" Yunus berkata
dengan marah kepada saudaranya ketika orang Baduy itu telah pergi.
"Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus
dirham." saudaranya mencoba menjelaskan bahwa dirinya dipihak yang benar.
"Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan
saudara kita seperti memperlakukan diri kita sendiri," kata Yunus lagi.
Anonim
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ayam Jago Yang Sombong
Di sebuah peternakan, tinggalah dua ekor ayam jantan. Mereka menjadi
pejantan untuk semua ayam betina yang ada di peternakan itu. Tapi sayangnya,
ayam jantan yang satunya selalu bersikap serakah. Dia ingin menjadi satu-satunya
yang menguasai daerah itu. Sedangkan ayam jantan yang ke dua bersikap lebih
sabar. Walaupun dia sering di hina, di caci, dan di perlakukan dengan semenamena oleh ayam jantan yang satunya, dia tak mudah terpancing.
Hingga pada suatu hari, terjadilah sebuah kejadian yang luar biasa. Ketika
sedang asik mencari makan di pekarangan peternakan, tiba-tiba ayam jantan
kedua di terjang oleh ayam jantan serakah yang pertama. Untuk membela diri,
ayam jantan kedua pun mencoba malakukan perlawanan sekuat tenaga. Tapi
karena sifatnya yang cinta damai dan tak suka berkelahi, ahirnya dia pun lari
untuk mengalah dan bersembunyi di balik tumpukan jerami.
Melihat lawannya berlari, ayam jantan yang sombong tersebut merasa
sangat puas. Apalagi mereka dilihat oleh ayam betina yang dari tadi mencari
makan di sekitar mereka. Hal tersebut membuat ayam jantan yang sombong itu
menjadi besar kepala dan semakin membanggakan dirinya.
“Tak ada yang bisa mengalahkan aku di sini. Aku adalah ayam terkuat
yang patut menguasai dan menjadi raja di sini..cukkurukuuukkk..” katanya sambil
berkokok.
Tak puas hanya dengan hal itu, dia berniat mengumumkan kemenanganya
agar di ketahui oleh seuruh penghuni peternakan. Dengan sombongnya dia
mengepakan sayap dan melompat ke atap. Dari atap peternakan, dia berteriakteriak menyombongkan diri dan menantang siapa saja yang berani melawanya.
Sifat sombong telah membuat dia lupa, bahwa di atas langit masih ada langit.
Ternyata secara tak sengaja, ada seekor elang yang sedang mencari mangsa lewat
di atas peternakan itu.
Melihat si ayam jago yang berteriak-teriak sombong di atas atap, memberi
kesempatan untuk si elang menyambar dan membawa ayam jago itu ke sarangnya
menjadi santapan anak-anaknya yang tengah lapar. Berakhir sudah riwayat ayam
jago yang sombong itu. Sedangkan ayam jago yang satunya kini menjadi ayam
jago tunggal yang menguasai daerah peternakan. Sifatnya yang suka mengalah
dan cinta damai, ternyata mampu menyelamatkan dia dari bahaya. Dan mendapat
kedudukan yang sebelumya tak pernah dia bayangkan. Dan itu adalah balasan
bagi orang-orang yang mau bersabar.
Muhammad Rifa’i
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Burung Elang Dan Burung Gagak
Pada suatu hari, ada seekor burung gagak yang sangat sombong. Dia selalu
menyombongkan diri akan kekuatanya pada seluruh penghuni hutan. Karena
warna tubuh dan suaranya yang menyeramkan, tak ada penghuni hutan yang
berani denganya. Dengan bebasnya burung gagak itu menyombongkan diri,
bahwa tak ada yang lebih kuat melebihi dirinya. Tanpa sengaja, ada seekor burung
elang yang tengah lewat di area hutan itu. Burung elang tersebut tinggal di
kawasan gunung di tebing-tebing lembah. Secara tak sengaja waktu lewat
kawasan hutan itu, dia mendengar burung gagak yang sedang menyombongkan
diri.
Burung elang pun kemudian turun menghampiri burung gagak.
“Apakah benar engkau sehebat itu kawanku?”. Tannya burung elang
merendah.
“Oh, tentu saja benar. Aku adalah mahluk terkuat di sini dan tak ada yang
mampu menandingi kekuatan ku. Lalu, siapa kau ini?” Kata si gagak.
“Aku adalah elang, rumahku ada di tebing di lembah gunung. Tadi tak
sengaja aku lewat sini. Kalau kau memang sekuat kata-katamu, maukah kau
berlomba dengan ku?”. Tanya burung elang lagi.
“Tentu saja, apa yang harus aku takutkan?”. Kata gagak.
“Kalau begitu, ayo ikut aku. Jika kau dapat melakukan seperti apa yang ku
lakukan, maka kau memang kuat seperti ucapan mu. Dan aku akan melayani mu
sepanjang hidup ku”. Kata burung elang kemudian terbang. Mendengar perkataan
elang itu, si gagak menjadi merasa tertantang. Sifat sombongnya telah menutupi
akalnya untuk berfikir. Padahal dia belum tahu apa yang akan di lakukan elang
untuk dia tiru.
Muhammad Rifa’i
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keluargaku
Zaki dan Fatimah sore itu menunggu kakeknya datang dari desa.
“Kak, sudah 4 jam kita menunggu kakek dan nenek di serambi ini, tapi
kakek dan nenek belum datang juga ya. Aku khawatir terjadi apa-apa di jalan”.
“Sssst, jangan berkata begitu, itu akan menambah kakak juga khawatir
lho”.
“Iya, kita berdoa saja ya mudah-mudahan tidak ada apa-apa”.
“Naaah, itu lebih baik”.
“Terus bagaimana?”
“Daripada menunggu lama-lama, dan tidak ada kerjaan yuuk kita
bersihkan kamar, bersihkan halaman, supaya nanti kakek lihat senang karena
tempatnya bersih dan sehat, bukankah kakek nenek suka kebersihan dan
kesehatan?”
“Benaaar ya... pantaaas mereka sehat-sehat meskipun sudah tuaa. Iya kan
kaa?”
“Iyaa, ayo kita laksanakan”.
“Naaah yang ini usul yang benaar.. aku akan menyapu lantai dan kakak
yang bersihkan kamar yaa”.
“Ayoo kita lakukan”.
Daripada menunggu tidak tentu maka Zaki dan Fatimah pun bersihkan
ruangan, halaman, bahkan taman. Supaya kakek dan nenek mereka bahagia
melihat rumah mereka yang rapi, tertib, dan sehat. Tak lama kemudian dari
kejauhan terdengar suara sepeda motor yang semakin mendekat.
“Siapa yaa?” (Berbunyi suara motor)
“Haaah,, kakak ayah pulang”
“Ayaaah,, pulaaaang”
“Ayaaaaaah”
Fatimah pun berlari menuju pintu dan membuka pintu.
(Suara membuka pintu)
“Ayaaah aku sudah menunggu lama Yah...”
Kemudian Fatimah pun mendekati ayahnya dan segera mencium
tangannya.
“Bagaimana kabarmu?”
“Baik yah”.
“Kakek sudah datang?”
“Belum Yah,, itu yang buat kami khawatir”
“Mana kakak kamu?”
“Itu Yah,, Kak dipanggil ayah”.
“Iya Yah kakek belum datang juga, kami sudah lam menunggu”.
Tak berapa lama kemudian tampak dari kejauhan sebuah becak berjalan
dengan sangat pelan, siapa penumpangnya. Oooh rupanya merekalah kakek dan
nenek Zaki dan Fatimah.
“Hmmm, lambat sekali tukang bejak ini. Cepatlah tukang becak, jangan
lama-lama, kangen sama cucuku”.
Tampak wajah tukang becak yang kelelahan.
(Ekspresi tukang becak yang kelelahan)
“Kakeeeek,,,,, neneeeeekk,,,”
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Fatimaaaaah, Zakii,,, kakek datang”
“Cucuku Zaki,, nenek kangen, ini nenek bawakan oleh-oleh pepes mujair
kesukaanmu kan”
“Neneek,, alhamdulillah sampai juga ya nek”
“Iya nak kita kumpul dengan cucu kesayangan kakek dan nenek”.
Hari itu keluarga Zaki dan Fatimah sangat bahagia dengan kedatangan
keluarga yang mereka cintai, kakek dan nenek mereka. Aaaah alangkah
bahagianya.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Si Pelit
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat
yang dirahasiakannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur
emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk
memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan
hal itu sehingga ada seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa
yang disembunyikan oleh si pelit itu. Suatu malam, secara diam-diam pencuri itu
menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih
dan putus asa. Dia meraung-raung sambil menarik-narik rambutnya. Seorang
pengembara lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa yang
terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si pelit, "seseorang telah merampok emas
saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana?
Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat
dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si pelit dengan marah.
"Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak
pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan
marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan
melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "Tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama
dengan hartamu yang telah hilang!"
AESOP
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kucing Dan Tikus Tua Yang Berpengalaman
Di suatu masa, ada seekor kucing yang sangat awas dan sigap sehingga
tikus-tikus takut memperlihatkan dirinya karena takut dimangsa oleh sang kucing.
Kucing tersebut selalu siap-siaga dengan cakarnya, siap untuk menerkam.
Akhirnya tikus-tikus tersebut tidak berani berkeliaran terlalu jauh dari sarang
mereka, sehingga sang kucing harus menggunakan akalnya untuk menangkap
mereka. Suatu hari sang kucing naik ke atas rak, menggantungkan dirinya dengan
satu kakinya pada tali, dengan kepala menghadap ke bawah, seolah-olah telah
meninggal.
Saat tikus-tikus melihat posisi kucing seperti itu, mereka menyangka
bahwa sang kucing di gantung seperti itu karena melakukan kesalahan. Dengan
hati-hati, mereka mengeluarkan kepala mereka dari sarang dan mengendus-endus
kesana-kemari. Karena tidak terjadi apa, mereka akhirnya melompat keluar dari
sarang dan menari-nari dengan gembira untuk merayakan kebebasan mereka.
Saat itulah sang kucing tiba-tiba melepaskan pegangannya pada tali, dan
sebelum tikus-tikus tersebut tersadar dari rasa terkejut mereka, sang kucing telah
menangkap tiga sampai empat ekor tikus.
Sekarang tikus-tikus makin berhati-hati. Tetapi sang kucing yang selalu
ingin menangkap tikus, membuat tipuan yang lain. Mengguling-gulingkan
tubuhnya ke tempat terigu hingga tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh terigu, lalu
sang kucing berbaring diam-diam dengan satu mata terbuka.
Yakin bahwa keadaan aman, tikus-tikus mulai keluar kembali dari sarang.
Saat sang kucing yang berbaring diam, telah siap-siap untuk menerkam tikus-tikus
tersebut, seekor tikus tua yang berpengalaman dengan tipuan sang Kucing, dan
pernah kehilangan ekornya akibat kecerobohannya di masa muda, berdiri sambil
menjaga jarak di dekat sarang mereka.
"Hati-hati!" teriaknya.
"Mungkin terigu itu kelihatan seperti tumpukan makanan yang lezat, tetapi
sepertinya itu adalah tipuan dari sang kucing. Apapun itu, lebih baik kalian semua
berhati-hati dan menjaga jarak yang aman."
Anonim
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tiga Buah Cermin
Alkisah tiga buah cermin yang bertemu dalam suatu etalase perabot rumah
tangga. Mereka bernama cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.
Masing-masing cermin saling membanggakan diri mereka masing-masing.
Cermin cekung, “Ah apa sih kelebihanmu kok kamu beraninya masuk ke
etalase ini”.
Cermin cembung, “Saya sih akan membuat senang karena setiap orang
yang memandangku akan terlihat jelas, yang kecil-kecil jadi tampak nyata”.
Cermin cekung, “Kalau saya sangat menyenangkan bagi orang-orang yang
gemuk karena mereka yang memakaiku pasti akan terlihat langsing”.
Cermin datar yang sejak tadi diam saja akhirnya ikut dalam perbincangan.
Cermin datar, “Ah kalian mengapa tidak memberikan informasi yang
sejujurnya saja, bukankah cermin itu sangat bermanfaat sekali bila informasi yang
diberikan jujur dan tidak mengada-ada, kalau gemuk ya gemuk, kurus ya kurus
jangan kurus jadi gemuk atau sebaliknya”.
Cermin cembung, “Ah kau datar, kamu ngomong begitu kan memang
bisanya begitu tidak mempunyai kelebihan apa-apa”.
Cermin cekung, “Iya, paling datar ini memang tidak suka aneh-aneh
karena penggemarnya hanya memakai untuk hiasan saja bukan sesuatu yang
berjasa, jadi harganya murah”.
Cermin cembung, “Coba lihat saya, banyak sekali yang membutuhkan,
terutama pengusaha retail dan orang-orang perumahan. Kalau tidak ada saya,
mereka pasti banyak kecurian barang, karena tidak adanya alat untuk memantau
seperti saya”.
Tiba-tiba seorang anak kecil masuk mengikuti kedua orang tuanya yang
sedang berbelanja dengan setengah berlari tanpa sengaja menabrak Cermin
Cembung.
Prakkkk.
Cermin cembung yang sombong itu pecah, berkeping-keping.
Cermin datar, “Ah cembung yang malang mengapa juga harus sombong.
Toh kita cuma cermin yang setiap saat bisa pecah dan menjadi barang yang tidak
berguna”.
AESOP
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keledai Pembawa Garam
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di
pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam di
punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan
teriknya.
“Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi,” kata
keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. “Ah, ada sungai! Lebih baik aku
berhenti sebentar,” kata keledai dengan gembira.
Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur! Keledai itu
terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil.
Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di
dalam air, ia merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai
itu bisa berdiri lagi.
“Ya ampun, garamnya habis!” kata tuannya dengan marah.
“Oh, maaf! garamnya larut di dalam air ya?” kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa
garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya.
“Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana,” kata keledai dalam hati.
Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan
sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya menjadi larut di
dalam air. Bebannya menjadi ringan.
“Asyik! Jadi ringan!” kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai
melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah.
“Dasar keledai malas!” kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia
berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagilagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.
Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali.
Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai
harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan
sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat
dipunggungnya.
Anonim
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Anak Desa Dan Anak Kota
Fatoni anak baru di kampung itu. Saat ia berjalan dan berjumpa dengan
anak-anak kampung. Anak-anak itu mengatakan.
“Haaai anak kampung, haii anak udik, anak desaaa”
Fatoni sangat tersinggung tapi dia tetap melanjutkan perjalannya ke rumah
Umayah.
“Assalamualaikum.. Tok, tok, tok”
“Waalaikumsalam.. tunggu yah”
(Suara pintu terbuka)
“Siapa kamu, dan ada apa?”
“Namaku Fatoni, aku anak yang tinggal di rumah sana yang paling baru
itu”
“Ooh jadi rumah baru itu rumah mu yah?”
“Iya... tujuanku kesini mau berkunjung silaturahim”
“Oh berkunjung ya?, Mmmm silahkan masuk teman”
Lalu ia duduk di kursi, setelah Umayah mempersilahkannya masuk rumah.
“Aku bernama Umayah, aku tinggal bersama orang tuaku dan kakaku
Imam, tapi siapa nama kamu?”
“Namaku Ahmad Fatoni”
“Fatoni, darimana asalmu?”
“Rumahku dari desa, aku diutus ayahku ke kota untuk sekolah belajar ilmu
pertanian, agar suatu hari nanti semakin maju. Begitu ceritanya”.
“Mmmm,, aku heran ya di kota ini”
“Kenapa?”
“Mobil-mobil padat dijalanan dan terkadang macet membuat ku terlambat
ke sekolah”
“ Ini kan di kota Fatoni, jadi sering macet”
“Fatoni,, kalau di desamu apa sih pekerjaan orang dewasa?”
“Biasanya mereka bertani atau beternak,,, hehehehe”
“Kalau disini, kebanyakan orang-orang menjadi pengusaha, buruh, atau
pegawai”
“Petani jarang yah”
“Yaa jarang, makanya lihat disini sudah tidak ada sawah lagi iya kan?”
“Oooh iya... tetapi disini aku sering sedih”
“Kenapa sedih?”
“Anak-anak kota sering mengatakanku anak udik dan kampung. Padahal
aku tahu orang-orang desa itu sangat banyak jasanya bagi orang kota”
“Maksudmu?”
“Hehehe..Maaf ya,, bukankah yang menyediakan nasi, sayur mayur, lauk
pauk itu dari desa. Jadi orang kota makan atas kiriman orang desa, iya kan?..
hehehe”
“Benar juga yaa... aku jadi ingat kata kakek dulu seperti ini”
“Tahu tidak Umayah, karena orang-orang di desa merawat hutannya
dengan baik maka di kota tidak banjir, justru orang-orang kotalah yang
menyerang desa, menebang pohon-pohon sehingga banjir kotanya. Aku juga ingat
bahwa banyak orang-orang yang jadi presiden banyak dari orang desa, jadi orang
desa banyak jasanya bagi kita” begitu kata kakeku dulu.
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lagi”
“Iyaa kan benar. Jadi aku sebagai orang desa tidak ingin dispelekan”
“Iya aku akan bilang pada teman-teman yang nakal itu untuk minta maaf”
“Tidak perlu, lama-lama mereka juga akan tahu”
“Tidak apa-apa Fatoni supaya mereka tidak mengatakan kamu anak udik
“Terima kasih Umayah, terima kasih sekali”
Mela Amelia, 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASANGAN BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK DALAM PEMBELAJARAN BERCERITA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Si Kancil dan Buaya
Di sebuah hutan, hiduplah si cerdik kancildengan buaya. Seperti biasanya,
setelah kenyang menyantap makanan si kancil selalu minum di sungai. Ia
melenggang santai menuju sungai sambil besiul-siul.
“Hari ini aku benar-benar puas! Aku kenyang setelah makan mentimun pak
tani itu. Masak, tanamannya berkurang dia tidak tahu!”
“Besok aku akan kesana lagi menyantap mentimun sekenyang-kenyangnya.
Aku akan memilih yang masih muda. Memang sungguh memikat mentimun yang
masih muda itu”.
Kancil tidak menyadari sepasang mata terus mengawasi gerak geriknya.
Tiba-tiba cap! Kancil terserentak dalam lamunannya. Si raja air telah menangkap
kaki depannya.
“Kena kamu sekarang, penipu!” bentak buaya.
“Lho, kamu ini bagaimana sih ! saya justru mencari kamukesana kemari,
tetapi tidak ketemu. Eee.... tak tahunya malah di sini!”
“Kamu tidak bisa menipuku, hai kancil licik!” bentak buaya.
Kancil memutar otak mencari cara untuk membebaskan dirinya dari
cengkraman mulut. Akhirnya ia menemukan strategi yang jitu untuk mengelabui
si raja air itu.
“Buaya, saya membawa kabar gembira!”
“Kabar apa i