ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA DI KECAMATAN HELVETIA MEDAN | Aidha,S.Kep., M.Kes | JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian K
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA
DI KECAMATAN HELVETIA MEDAN
Zuhrina Aidha
Staff Pengajar FKM UINSU Medan
zuhrina87@yahoo.com
ABSTRACT
Malnutrition and severe malnutrition among children under five is one of the health
problems currently receive enough attention. An estimated 15% of children under five in the world
were underweight. Various strategies have been developed to prevent and handle this nutritional
problem by comprehensive approach, which prioritizes health promotion and by teartment and
recovery.
The purpose of the study was to analyze the implementation of health promotion strategies
and its effect on community participation in the prevention of malnutrition in children under five in
the area of the Helvetia health center Medan in 2014. This research used a mixed methods
approach is combined with qualitative in-depth interviews to the 5 informants, and quantitative
approach by interviewing 95 respondents.
The result of the research show that the implementation of advocacy activities is good
enough with the commitment of the chief areas for prevention and handle of malnutrition, but based
on the survey 76.8% of the public opinion on community empowerment activities are in the category
of no good and there is a relationship between community empowerment with community
participation in the prevention of malnutrition in children under five. Empowerment variables are
variables that most influence on community participation (odds ratio value of 4.439).
It is recommended that the local government increase the activity of advocacy so that
political support, especially policy support in the farm or Government Regulation, can be obtained.
It is also recommended that favorable atmosphere development for people through media should be
activated and established community empowerment should be improved.
Keywords: Implementation, Health Promotion Strategy, Community Empowerment,
Community Participation, Severe Malnutrition
rehabilitatif. Dengan demikian program
PENDAHULUAN
Mencapai tujuan pembangunan
kesehatan
dikembangkan
penting dalam pembangunan kesehatan
paradigma pembangunan kesehatan yang
dan penopang utama bagi setiap program
lebih
kesehatan (Depkes RI, 2008).
promotif
tersebut,
promosi kesehatan mendapat peran yang
mengutamakan
dan
mengabaikan
preventif
upaya
upaya-upaya
tanpa
harus
kuratif
dan
Promosi kesehatan adalah upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 31
masyarakat melalui pembelajaran dari,
yaitu menjadi 131 orang balita. Kasus
oleh dan untuk bersama masyarakat, agar
terbanyak
dapat menolong dirinya sendiri, mampu
Medan Helvetia yaitu sebanyak 13 kasus.
berperilaku
mencegah
masalah-masalah
gangguan
Salah satu masalah atau gangguan
yang
di
kecamatan
strategi
telah
dikembangkan untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi kurang dan
kesehatan. (Depkes RI, 2008).
kesehatan
Berbagai
timbulnya
dan
ditemukan
cukup
mendapat
gizi buruk yang ditemukan yaitu dengan
dilaksanakannya
upaya
pencegahan
perhatian saat ini adalah masalah gizi
melalui pendekatan komprehensif, yang
kurang dan gizi buruk pada balita.
mengutamakan
Diperkirakan
(advokasi,
memiliki
15%
balita
kekurangan
di
berat
dunia
badan,
promosi
bina
kesehatan
suasana
dan
pemberdayaan masyarakat) dan upaya
dibeberapa negara, tercatat 1 dari 3 anak
penanggulangan
meninggal
pengobatan dan pemulihan bagi penderita
setiap
tahunnya
akibat
buruknya kualitas gizi (Anonim, 2013).
berupa
kegiatan
gizi buruk.
Berdasarkan uraian di atas, maka
Prevalensi kurang gizi secara
Riset
dirasa perlu untuk melakukan penelitian
Kesehatan Daerah (Riskesda) tahun 2010
mengenai analisis implementansi strategi
adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi
promosi kesehatan yang telah dilakukan
buruk dan 13,0% gizi kurang. (Depkes
di Kota Medan selama ini (advokasi, bina
RI, 2008).
suasana, dan pemberdayaan masyarakat)
nasional
berdasarkan
hasil
Propinsi Sumatera Utara (2010),
dan pengaruhnya terhadap partisipasi
prevalensi gizi buruk sebesar 7,8%, dan
masyarakat dalam pencegahan gizi buruk
gizi kurang 13,5%, hal ini menunjukkan
pada
bahwa prevalensi gizi buruk di Sumatera
Helvetia Kota Medan tahun 2014.
balita
di
wilayah
Puskesmas
Utara masih lebih tinggi atau sekitar dua
kali prevalensi gizi buruk nasional. Untuk
Kota Medan, pada tahun 2012 ditemukan
PERMASALAHAN
Bagaimana
implementasi
sebanyak 124 kasus gizi buruk, dan
pemberdayaan masyarakat dalam promosi
mengalami peningkatan pada tahun 2013
kesehatan dan apakah ada pengaruhnya
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 32
terhadap partisipasi masyarakat dalam
pengetahuan
bidang
pencegahan gizi buruk pada balita di
promosi kesehatan.
manajemen
wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan
tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian
metode
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis
implementasi
ini
kuantitatif.
menggunakan
Penelitian
ini
dilakukan di Kecamatan Medan Helvetia
yang
merupakan
wilayah
kerja
pemberdayaan masyarakat dalam promosi
Puskesmas Helvetia Kota Medan, pada
kesehatan dan bagaimana pengaruh dari
bulan Januari sampai dengan Juli tahun
strategi
tersebut
2015. Populasi dalam penelitian ini
terhadap partisipasi masyarakat dalam
adalah semua keluarga yang mempunyai
pencegahan gizi buruk pada balita di
balita, dengan jumlah sampel sebanyak
wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan
95 orang.
promosi
kesehatan
Metode analisis data kuantitatif
tahun 2014.
dianalisis dengan uji uji chi-square untuk
MANFAAT PENELITIAN
melihat
1. Sebagai bahan informasi dan masukan
kesehatan terhadap partisipasi masyarakat
dalam perencanaan strategi promosi
dan uji regresi logistik untuk melihat
kesehatan bagi Pemerintah Daerah.
variabel
2. Masukan
kebijakan
dalam
promosi
pengembangan
kesehatan
dan
program pembinaan gizi masyarakat.
3.
Bagi puskesmas hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai tindakan
pengaruh
yang
strategi
paling
promsi
berpengaruh
terhadap partisipasi masyarakat dengan
tingkat
kepercayaan
95%.
Pendeskriptifkan secara berdampingan
antara sumber data yang satu dengan
sumber data lainnya
korektif terhadap perkembangan dan
4.
tuntutan masyarakat akan peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
program pembinaan gizi.
Analisis
Implementasi Pemberdayaan
Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap
Pencegahan Gizi Buruk bagi Balita
Diharapkan dapat memberi masukan
dalam pengembangan konsep dan
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 33
Berdasarkan
dengan
hasil
informan,
wawancara
dalam
melaksanakan
terealisasi,
tugasnya
tidak
kader
gizi
sehingga
diketahui
bahwa
dilaksanakan
untuk
masyarakat yang sudah dibentuk tersebut
pemberdayaan
tidak aktif melaksanakan tugasnya. Untuk
masyarakat adalah pembinaan posyandu,
pos gizi di Kota Medan terdapat 67 pos
pembentukan kader gizi masyarakat dan
gizi.
pembinaan pos gizi. Bentuk pembinaan
merupakan tempat atau rumah yang
posyandu
yang
pelatihan
dan
kegiatan
yang
meningkatkan
gerakan
Pada
awalnya
pos
gizi
ini
dilaksanakan
berupa
digunakan untuk mengadakan kegiatan
pendampingan
kader.
pemulihan dan pendidikan gizi yang aktif
Untuk Kota Medan, kegiatan pemetaan
melaksanakan kegiatannya karena di
terhadap
tidak
fasilitatori tenaga gizi dari puskesmas dan
dilaksanakan, tetapi yang ada berupa
memperoleh dana stimulant dari salah
pelaporan tentang balita yang mempunyai
satu lembaga swadaya masyarakat. Pada
masalah gizi baik gizi kurang dan gizi
konsepnya
buruk.
pelaksanaan pos gizi tersebut berasal dari
indikator
kadarzi
seharusnya
dana
untuk
Selain kegiatan tersebut, salah
partisipasi masyarakat, bukan sepenuhnya
satu wujud pemberdayaan masyarakat
berasal dari dana stimulant yang ada.
untuk Kota Medan adalah dibentuk dan
Menyebabkan setelah dana stimulant
dilatihnya
tidak ada lagi atau kerjasama dengan
sebanyak
kader
100
gizi
orang.
masyarakat
Kader
gizi
lembaga
swadaya
memberikan
dana
selama
masyarakat itu sendiri, yang diharapakan
stimulant berhenti, maka kegiatan pos
mempunyai
gizipun tidak aktif lagi, atau tidak
untuk
pemberian
informasi tentang gizi dan pendampingan
keluarga dalam pemenuhan gizi serta
aktif
yang
masyarakat ini diambil dari lingkungan
tugas
ini
masyarakat
digunakan oleh masyarakat.
Bentuk
pemberdayaan
lainnya
menjadi kader yang aktif melaporkan jika
adalah posyandu. Untuk Kota posyandu
ditemukan masalah gizi di masyarakat.
merupakan
Namun karena keterbatasan anggaran
pemberdayaan masyarakat yang cukup
dana operasional yang sedianya direncana
berhasil karena masih aktif melaksanakan
untuk operasional kader gizi masyarakat
kegiatannya. Di Kota Medan terdapat
salah
satu
wujud
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 34
1396 posyandu yang aktif dan hampir
81,1% masyarakat beranggapan bahwa
terdapat disetiap lingkungan yang ada di
posyandu merupakan sarana yang sangat
Kota Medan dan mempunyai sarana dan
bermanfaat dalam pemberian informasi
prasarana
tentang
yang
makanan
sehat
dan
bergizi
cukup
untuk
kegiatannya,
karena
seimbang untuk membantu ibu mencegah
adanya kegiatan revitalisasi posyandu
terjadinya gizi buruk pada balita ibu.
yang
Sikap
melaksanakan
cukup
rutin
berjalan
dan
masyarakat
yang beranggapan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah
bahwa posyandu merupakan tempat yang
seperti penyediaan dana transport untuk
sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam
setiap kader, pemberian PMT, penyedian
pencegahan gizi buruk pada balitanya,
timbangan dacin, balok SKDN dll :
namun tidak didukung dengan tingginya
“Revitalisasi posyandu sebagai salah
partisipasi
satu bentuk pemberdayaan masyarakat
mengunjungi posyandu untuk membawa
masih
balitanya agar ditimbang setiap bulan, hal
terus
berjalan,
bentuk
masyarakat
dalam
kegiatannya berupa pemberian PMT
ini
dan reward bagi kader, sehingga
masyarakat untuk rutin membawa balita
kader
setiap bulan ke posyandu untuk timbang
tetap
aktif
melaksanakan
kegiatan di posyandu, baik berupa
terlihat
dari
tingkat
partisipasi
berat badannya hanya 47,4%.
aktif dalam kegiatan penimbangan
Dari
informasi
dari
informan
ataupun aktif melakukan kunjungan
tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan
kerumah,
ada
sistem kewaspadaan pangan dan gizi
peningkatan sarana dan prasarana
untuk Kota Medan cukup berjalan dengan
posyandu berupa pemberian dacin,
baik dan sudah melibatkan kerjasama
kalau dana operasional posyandu
antar lintas program dan lintas sektor.
selain
itu
juga
tidak ada.”
Kemitraan dengan dengan LSM
Hal ini sejalan dengan dari hasil
atau organisasi masyarakat lainnya dalam
yakni
pencegahan gizi buruk di Kota Medan
83,5% responden menyatakan bahwa di
cukup baik salah satu contohnya adalah
lingkungan ibu terdapat posyandu yang
adanya
aktif
dengan salah satu lembaga swadaya
wawancara
dengan
melaksanakan
responden
kegiatannya
dan
program
NICE
bekerjasama
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 35
masyarakat, dimana bentuk kerjasama
dalam program pencegahan gizi buruk
tersebut berupa kegiatan perbaikan gizi
misalnya CSR perusahaan yang harus
masyarakat
dikeluarkan
melalui
pemberdayaan
perusahaan
yang
sangat
masyarakat, salah satunya dalam bentuk
banyak dimanfaatkan pemerintah dalam
pemberian paket gizi masyarakat (dana
program pencegahan gizi buruk.
stimulant) yang dikelola oleh kelompok
Jika dilihat secara keseluruhan
gizi masyarakat yang dibentuk, selain itu
hasil dari wawancara dengan responden
ada juga kerjasama dengan organisasi
dikaetahui bahwa sebagian besar (76,8%)
kemasyarakatan atau perusahaan dalam
responden menyatakan bahwa kegiatan
bentuk insidentil atau tidak rutin, salah
pemberdayaan
satunya dalam bentuk CSR yang sangat
dilaksanakan berada dalam kategori tidak
membantu
baik.
program-program
strategi
masyarakat
yang
Dan jika dilihat dari dari hasil
promosi kesehatan yang dilaksanakan
tabulasi
oleh pemerintah daerah. Dari sini terlihat
pemberdayaan
bahwa pemerintah daerah cukup terbuka
partisipasi masyarakat dalam pencegahan
untuk membuka kerjasama dengan pihak-
gizi buruk pada balita, diketahui bahwa
pihak yang ingin membantu pemerintah
kegiatan
dalam pencegahan gizi buruk, serta
secara signifikan mempunyai pengaruh
pemerintah
terhadap
daerah
cukup
baik
memanfaatkan perusahaan atau organisasi
silang
pengaruh
tersebut
pemberdayaan
partisipasi
kegiatan
terhadap
masyarakat
masyarakat
(p=0,005).
masyarakat untuk membantu pemerintah
Tabel 3. Pengaruh Pemberdayaaan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat
dalam Pencegahan Gizi Buruk pada Balita
No
1
2
Pemberdayaan
Masyarakat
Baik
Tidak Baik
Partisipasi Masyarakat
Baik
Tidak Baik
n
%
n
%
16
72,7
6
28,3
28
38,4
45
61,6
Total
N
22
73
%
100,0
100,0
P
0,005
dengan
dilaksanakan yaitu posyandu, pos gizi,
strategi
kader gizi masyarakat, kemitraan dengan
pemberdayaan masyarakat yang sudah
organisasi kemasyarakat dan LSM, tidak
Hasil
informan,
wawancara
tentang
berbagai
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 36
membuat partisipasi masyarakat dalam
dan kemudian dilepas untuk mandiri,
pencegahan gizi buruk berada dalam
meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh
kategori
lagi. Untuk Kota Medan, walaupun telah
baik,
bahkan
cenderung
penilaian masyarakat bahwa kegiatan
banyak
pemberdayaan
yang
pemberdayaan masyarakat dalam upaya
kurang
pencegahan gizi buruk, namun karena
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
kegiatan tersebut perencanaannya berasal
Hal
kegiatan
dari pembuat program tanpa melibatkan
yang
masyarakat kemudian setelah berjalan,
masyarakat
dilaksanakan
pemerintah
ini
dikarenakan
pemberdayaan
masyarakat
dilaksanakan
kegiatan
dilaksanakan tidak berjalan aktif atau
pembinaan
bersifat musiman, dan terkesan hanya
pelaksanaan program dalam rangka untuk
kegiatan
pada
pemeliharaan semangat, kondisi, dan
konsep
kemampuan supaya tidak mengalami
yang
masyarakat,
sehingga
pemberdayaan
merupakan
dipaksakan
yang
program
seharusnya
pelibatan
dan
peningkatan partisipasi masyarakat, yang
berpangkal
dan
berbasis
kemunduran
sehingga
menerus
lagi,
terhadap
tidak
proses
dilakukan
pemberdayaan
masyarakat jarang berhasil.
masyarakat
karena sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasi mereka, program yang berasal
1. Analisis
masyarakatlah
Tingkat
Partisipasi
Masyarakat
dari bawah (bottom up planning) yang
berarti
terus
Berdasarkan
laporan
tahunan
yang
Puskesmas Helvetia diketahui bahwa
mengusulkannya, serta program yang
cakupan tingkat partisipasi masyarakat
bersifat advokasi karena peran orang luar
(D/S) sebesar 77,4%. Cakupan D/S
hanya
tersebut
sebatas
memberikan
mendampingi
alternatif
dan
pemecahan
memenuhi
standar
nasional yaitu 80%.
Jika
masalah kepada masyarakat.
Menurut Sumodiningrat (2004)
belum
dilihat
dari
pengukuran
langsung pada masayarakat yaitu dari
pemberdayaan masyarakat memang tidak
hasil
kuesioner diperoleh bahwa tingkat
bersifat selamanya, melainkan sampai
partisipasi
target masyarakat mampu untuk mandiri,
(46,3%) :
masyarakat
juga
rendah
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 37
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Partisipasi Masyarakat dalam
Pencegahan Gizi Buruk pada Balita
No
Partisipasi Masyarakat
n
%
1
Baik
44
46,3
2
Tidak Baik
51
53,7
Jumlah
95
100,0
Jika
dilihat
dari
rincian
diketahui
atau
tidak
terpantaunya
pertanyaannya diketahui bahwa sebagian
pertumbuhan berat badan balita oleh
besar responden tidak rutin membawa
petugas
balitanya setiap bulan ke posyandu
posyandu. Sebagian besar masyarakat
(55,8%)
beranggapan bahwa posyandu atau sarana
dan
sebagian
besar
juga
kesehatan
kesehatan
badan balitanya setiap bulan (55,8%).
tempat imunisasi pada balitanya, sehingga
Kedua
tersebut
jika telah selesai masa imunisasi (9 bulan)
menunjukkan hasil yang sejalan yaitu
maka tidak ada kewajiban lagi untuk
tingkat partisipasi masyarakat baik dari
membawa balitanya untuk ditimbang dan
cakupan program maupun dari hasil
dibawa
pengukuran
kesehatan lainnya.
penelitian
terhadap
masyarakat
ke
hanya
kader
responden tidak rutin menimbang berat
hasil
lainnya
ataupun
posyandu
merupakan
atau
sarana
menunjukkan hasil yang sama yaitu
Kurangnya pengetahuan ibu tentang
tingkat partisipasi masyarakat berada di
manfaat pemantauan status gizi balita
bawah standar nasional yang ditetapkan
melalui penimbangan rutin balita juga
yaitu 80%. Yang dapat disimpulkan
merupakan
bahwa apabila cakupan D/S dibawah 80%
rendahnya tingkat partisipasi masyarakat.
maka dikatakan partisipasi masyarakat
Rendahnya pengetahuan ibu tersebut
untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan
karena kurang dilakukannya kegiatan
dan perkembangan berat badan sangatlah
bina
rendah. Hal ini akan berakibat tidak
langsung
salah
suasana
satu
terhadap
yang
penyebab
maasyarakat
bertujuan
untuk
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 38
meningkatkan pengetahuan masyarakat
aktif
tentang manfaat menimbang balita di
menciptakan kondisi yang kondusif pada
posyandu.
proses
Hasil
ini
sejalan dengan
dalam
masyarakat
pembangunan
untuk
mengisyaratkan
penelitian Gultom, P. yang menyatakan
belum berdayanya sebagian masyarakat
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh
kita.
terhadap partisipasi dalam penimbangan
balita (D/S) di posyandu Desa Binjai
KESIMPULAN DAN SARAN
Kecamatan Medan Denai Kota Medan
Kesimpulan
tahun 2010
1. Implementasi kegiatan advokasi dalam
(p= 0,000).
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian
Hati
menunjukkan
S.
(2008),
bahwa
yang
variabel
pencegahan gizi buruk pada balita
belum maksimal. Kegiatan advokasi
yang
dirasakan
dan
diterima
pemberdayaan masyarakat ( B= 0,104)
masyarakat berada dalam kategori
merupakan salah satu dari tiga variabel
tidak baik
strategi promosi kesehatan yang paling
kegiatan advokasi yang dilaksanakan
besar
dengan baik akan berpeluang untuk
pengaruhnya
terhadap
tingkat
dan secara signifikan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
mempengaruhi
pada tatanan rumah tangga di Kecamatan
partisipasi
Patumbak
pencegahan gizi buruk pada balita.
Kabupaten
Deli
Serdang.
masyarakat
dalam
2. Implementasi kegiatan bina suasana
Penelitian.
Salah satu kunci yang paling
berpengaruh
mengingkatnya
dalam
menumbuhkan
dalam pencegahan gizi buruk pada
balita
belum
maksimal
karena
partisipasi masyarakat adalah dengan
pelaksanaan promosi kesehatan pada
meningkatkan kegiatan pemberdayaaan
masyarakat secara langsung, jarang
masyarakat. Craig dan Mayo dalam
dilaksanakan. Kegiatan bina suasana
Yustina
mengatakan
yang dirasakan masyarakat berada
Empowerment is road to participation.
dalam kategori tidak baik dan secara
Pemberdayaan merupakan syarat bagi
signifikan kegiatan bina suasana yang
terciptanya
dilakukan
dengan
berpeluang
untuk
(2003),
suatu
partisipasi
dalam
masyarakat. Belum adanya partisipasi
baik
akan
mempengaruhi
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 39
meningkatnya partisipasi masyarakat
lainnya
dalam pencegahan gizi buruk pada
suasana.
balita.
yaitu advokasi
dan bina
Saran
3. Implementasi kegiatan pemberdayaan
Dinas Kesehatan Kota Medan
masyarakat dalam pencegahan gizi
1. Perlu meningkatkan kegiatan advokasi
buruk pada balita sudah dilaksanakan
tentang pencegahan gizi buruk pada
tetapi belum maksimal karena bentuk-
balita
bentuk
pemberdayaan
sehingga lebih memperoleh dukungan
masyarakat yang dilaksanakan tidak
politik, terutama dukungan kebijakan
berjalan aktif. Kegiatan pemberdayaan
dalam bentuk peraturan daerah
kegiatan
masyarakat
yang
dirasakan
kepada
pemerintah
daerah
oleh
2. Dinas Kesehatan Kota Medan untuk
masyarakat berada dalam kategori
meningkatkan alokasi dana sehingga
tidak baik
mencukupi untuk kegiatan promosi
dan secara signifikan
kegiatan pemberdayaan masyarakat
kesehatan
yang dilakukan dengan baik akan
buruk dari pada penanggulangan gizi
berpeluang
buruk.
untuk
mempengaruhi
untuk
pencegahan
gizi
meningkatnya partisipasi masyarakat
3. Lebih meningkatkan kegiatan bina
dalam pencegahan gizi buruk pada
suasana dengan sasaran masyarakat
balita.
langsung,
4. Cakupan
tingkat
partisipasi
4. Lebih
meningkatkan
masyarakat (D/S) masih rendah yaitu
terhadap
cakupan program sebesar 77,4% dan
masyarakat yang sudah terbentuk, agar
pengukuran
terus aktif melaksanakan kegiatannya
tingkat
partisipasi
kegiatan
pembinaan
pemberdayaan
5. Lebih menggalang kemitraan dengan
masyarakat sebesar 46,3%.
5. Variabel pemberdayaan masyarakat
organisasi kemasyarakat, LSM dalam
merupakan variabel yang paling besar
peningkatan kegiatan pencegahan gizi
pengaruhnya
buruk.
terhadap
partisipasi
masyarakat dalam pencegahan gizi
buruk pada balita (nilai odds ratio
4,439) dibanding dengan variabel
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 40
Puskesmas Helvetia
1. Lebih aktif melaksanakan kegiatan
peningkatan keluarga sadar gizi.
2. Meningkatkan
upaya
pembinaan
terhadap tokoh masyarakat, sehingga
kegiatan
dibebankan
operasi
timbang
yang
kader
dapat
kepada
berjalan lebih aktif.
3. Lebih melakukan pembinaan secara
langsung
terhadap
kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah
terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Maternal, newborn, child
and adolescent health- Malnutrition,
www.who.int, Akses tanggal 15
Januari 2014.
Anonim, 2013, Statistics by AreaMalnutrition,
www.childinfo.org,
Akses tanggal 13 September 2013.
_________, 2008, Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
_________,
2008.
Perkembangan
Penanggulangan Gizi Buruk di
Indonesia Tahun 2005. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara, 2006, Pedoman Rencana Aksi
Nasional
Pencegahan
dan
Penanggulangan Gizi Buruk 20062010.
Hati, S., 2008, Pengaruh Strategi Promosi
Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku
Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) pada
Tatanan Rumah Tangga d Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang,
Medan : Tesis S-2 Pascasarjana IKM
USU
Notoatmodjo,
S,
2007.
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta
: Penerbit Rineka Cipta.
______________,
2010,
Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Tashakkori, A., Teddlie, C., 2010, Mixed
Methodology, Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Belajar.
Yustina dan A. Sudradjat, 2003,
Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan: Didedikasikan kepada
Prof. Dr. H. R. Margono Slamet,
Bogor: IPB Press.
Zairina, 2008, Pengaruh Kesempatan,
Kemauan dan Kemampuan Ibu
Terhadap
Partisipasi
dalam
Pencegahan
Penyakit
Demam
Berdarah Dengue di Kecamatan
Baiturrahman Kota Banda Aceh,
Medan: Tesis S-2 Pascasarjana IKM
USU
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 41
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA
DI KECAMATAN HELVETIA MEDAN
Zuhrina Aidha
Staff Pengajar FKM UINSU Medan
zuhrina87@yahoo.com
ABSTRACT
Malnutrition and severe malnutrition among children under five is one of the health
problems currently receive enough attention. An estimated 15% of children under five in the world
were underweight. Various strategies have been developed to prevent and handle this nutritional
problem by comprehensive approach, which prioritizes health promotion and by teartment and
recovery.
The purpose of the study was to analyze the implementation of health promotion strategies
and its effect on community participation in the prevention of malnutrition in children under five in
the area of the Helvetia health center Medan in 2014. This research used a mixed methods
approach is combined with qualitative in-depth interviews to the 5 informants, and quantitative
approach by interviewing 95 respondents.
The result of the research show that the implementation of advocacy activities is good
enough with the commitment of the chief areas for prevention and handle of malnutrition, but based
on the survey 76.8% of the public opinion on community empowerment activities are in the category
of no good and there is a relationship between community empowerment with community
participation in the prevention of malnutrition in children under five. Empowerment variables are
variables that most influence on community participation (odds ratio value of 4.439).
It is recommended that the local government increase the activity of advocacy so that
political support, especially policy support in the farm or Government Regulation, can be obtained.
It is also recommended that favorable atmosphere development for people through media should be
activated and established community empowerment should be improved.
Keywords: Implementation, Health Promotion Strategy, Community Empowerment,
Community Participation, Severe Malnutrition
rehabilitatif. Dengan demikian program
PENDAHULUAN
Mencapai tujuan pembangunan
kesehatan
dikembangkan
penting dalam pembangunan kesehatan
paradigma pembangunan kesehatan yang
dan penopang utama bagi setiap program
lebih
kesehatan (Depkes RI, 2008).
promotif
tersebut,
promosi kesehatan mendapat peran yang
mengutamakan
dan
mengabaikan
preventif
upaya
upaya-upaya
tanpa
harus
kuratif
dan
Promosi kesehatan adalah upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 31
masyarakat melalui pembelajaran dari,
yaitu menjadi 131 orang balita. Kasus
oleh dan untuk bersama masyarakat, agar
terbanyak
dapat menolong dirinya sendiri, mampu
Medan Helvetia yaitu sebanyak 13 kasus.
berperilaku
mencegah
masalah-masalah
gangguan
Salah satu masalah atau gangguan
yang
di
kecamatan
strategi
telah
dikembangkan untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi kurang dan
kesehatan. (Depkes RI, 2008).
kesehatan
Berbagai
timbulnya
dan
ditemukan
cukup
mendapat
gizi buruk yang ditemukan yaitu dengan
dilaksanakannya
upaya
pencegahan
perhatian saat ini adalah masalah gizi
melalui pendekatan komprehensif, yang
kurang dan gizi buruk pada balita.
mengutamakan
Diperkirakan
(advokasi,
memiliki
15%
balita
kekurangan
di
berat
dunia
badan,
promosi
bina
kesehatan
suasana
dan
pemberdayaan masyarakat) dan upaya
dibeberapa negara, tercatat 1 dari 3 anak
penanggulangan
meninggal
pengobatan dan pemulihan bagi penderita
setiap
tahunnya
akibat
buruknya kualitas gizi (Anonim, 2013).
berupa
kegiatan
gizi buruk.
Berdasarkan uraian di atas, maka
Prevalensi kurang gizi secara
Riset
dirasa perlu untuk melakukan penelitian
Kesehatan Daerah (Riskesda) tahun 2010
mengenai analisis implementansi strategi
adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi
promosi kesehatan yang telah dilakukan
buruk dan 13,0% gizi kurang. (Depkes
di Kota Medan selama ini (advokasi, bina
RI, 2008).
suasana, dan pemberdayaan masyarakat)
nasional
berdasarkan
hasil
Propinsi Sumatera Utara (2010),
dan pengaruhnya terhadap partisipasi
prevalensi gizi buruk sebesar 7,8%, dan
masyarakat dalam pencegahan gizi buruk
gizi kurang 13,5%, hal ini menunjukkan
pada
bahwa prevalensi gizi buruk di Sumatera
Helvetia Kota Medan tahun 2014.
balita
di
wilayah
Puskesmas
Utara masih lebih tinggi atau sekitar dua
kali prevalensi gizi buruk nasional. Untuk
Kota Medan, pada tahun 2012 ditemukan
PERMASALAHAN
Bagaimana
implementasi
sebanyak 124 kasus gizi buruk, dan
pemberdayaan masyarakat dalam promosi
mengalami peningkatan pada tahun 2013
kesehatan dan apakah ada pengaruhnya
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 32
terhadap partisipasi masyarakat dalam
pengetahuan
bidang
pencegahan gizi buruk pada balita di
promosi kesehatan.
manajemen
wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan
tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian
metode
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis
implementasi
ini
kuantitatif.
menggunakan
Penelitian
ini
dilakukan di Kecamatan Medan Helvetia
yang
merupakan
wilayah
kerja
pemberdayaan masyarakat dalam promosi
Puskesmas Helvetia Kota Medan, pada
kesehatan dan bagaimana pengaruh dari
bulan Januari sampai dengan Juli tahun
strategi
tersebut
2015. Populasi dalam penelitian ini
terhadap partisipasi masyarakat dalam
adalah semua keluarga yang mempunyai
pencegahan gizi buruk pada balita di
balita, dengan jumlah sampel sebanyak
wilayah Puskesmas Helvetia Kota Medan
95 orang.
promosi
kesehatan
Metode analisis data kuantitatif
tahun 2014.
dianalisis dengan uji uji chi-square untuk
MANFAAT PENELITIAN
melihat
1. Sebagai bahan informasi dan masukan
kesehatan terhadap partisipasi masyarakat
dalam perencanaan strategi promosi
dan uji regresi logistik untuk melihat
kesehatan bagi Pemerintah Daerah.
variabel
2. Masukan
kebijakan
dalam
promosi
pengembangan
kesehatan
dan
program pembinaan gizi masyarakat.
3.
Bagi puskesmas hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai tindakan
pengaruh
yang
strategi
paling
promsi
berpengaruh
terhadap partisipasi masyarakat dengan
tingkat
kepercayaan
95%.
Pendeskriptifkan secara berdampingan
antara sumber data yang satu dengan
sumber data lainnya
korektif terhadap perkembangan dan
4.
tuntutan masyarakat akan peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
program pembinaan gizi.
Analisis
Implementasi Pemberdayaan
Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap
Pencegahan Gizi Buruk bagi Balita
Diharapkan dapat memberi masukan
dalam pengembangan konsep dan
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 33
Berdasarkan
dengan
hasil
informan,
wawancara
dalam
melaksanakan
terealisasi,
tugasnya
tidak
kader
gizi
sehingga
diketahui
bahwa
dilaksanakan
untuk
masyarakat yang sudah dibentuk tersebut
pemberdayaan
tidak aktif melaksanakan tugasnya. Untuk
masyarakat adalah pembinaan posyandu,
pos gizi di Kota Medan terdapat 67 pos
pembentukan kader gizi masyarakat dan
gizi.
pembinaan pos gizi. Bentuk pembinaan
merupakan tempat atau rumah yang
posyandu
yang
pelatihan
dan
kegiatan
yang
meningkatkan
gerakan
Pada
awalnya
pos
gizi
ini
dilaksanakan
berupa
digunakan untuk mengadakan kegiatan
pendampingan
kader.
pemulihan dan pendidikan gizi yang aktif
Untuk Kota Medan, kegiatan pemetaan
melaksanakan kegiatannya karena di
terhadap
tidak
fasilitatori tenaga gizi dari puskesmas dan
dilaksanakan, tetapi yang ada berupa
memperoleh dana stimulant dari salah
pelaporan tentang balita yang mempunyai
satu lembaga swadaya masyarakat. Pada
masalah gizi baik gizi kurang dan gizi
konsepnya
buruk.
pelaksanaan pos gizi tersebut berasal dari
indikator
kadarzi
seharusnya
dana
untuk
Selain kegiatan tersebut, salah
partisipasi masyarakat, bukan sepenuhnya
satu wujud pemberdayaan masyarakat
berasal dari dana stimulant yang ada.
untuk Kota Medan adalah dibentuk dan
Menyebabkan setelah dana stimulant
dilatihnya
tidak ada lagi atau kerjasama dengan
sebanyak
kader
100
gizi
orang.
masyarakat
Kader
gizi
lembaga
swadaya
memberikan
dana
selama
masyarakat itu sendiri, yang diharapakan
stimulant berhenti, maka kegiatan pos
mempunyai
gizipun tidak aktif lagi, atau tidak
untuk
pemberian
informasi tentang gizi dan pendampingan
keluarga dalam pemenuhan gizi serta
aktif
yang
masyarakat ini diambil dari lingkungan
tugas
ini
masyarakat
digunakan oleh masyarakat.
Bentuk
pemberdayaan
lainnya
menjadi kader yang aktif melaporkan jika
adalah posyandu. Untuk Kota posyandu
ditemukan masalah gizi di masyarakat.
merupakan
Namun karena keterbatasan anggaran
pemberdayaan masyarakat yang cukup
dana operasional yang sedianya direncana
berhasil karena masih aktif melaksanakan
untuk operasional kader gizi masyarakat
kegiatannya. Di Kota Medan terdapat
salah
satu
wujud
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 34
1396 posyandu yang aktif dan hampir
81,1% masyarakat beranggapan bahwa
terdapat disetiap lingkungan yang ada di
posyandu merupakan sarana yang sangat
Kota Medan dan mempunyai sarana dan
bermanfaat dalam pemberian informasi
prasarana
tentang
yang
makanan
sehat
dan
bergizi
cukup
untuk
kegiatannya,
karena
seimbang untuk membantu ibu mencegah
adanya kegiatan revitalisasi posyandu
terjadinya gizi buruk pada balita ibu.
yang
Sikap
melaksanakan
cukup
rutin
berjalan
dan
masyarakat
yang beranggapan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah
bahwa posyandu merupakan tempat yang
seperti penyediaan dana transport untuk
sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam
setiap kader, pemberian PMT, penyedian
pencegahan gizi buruk pada balitanya,
timbangan dacin, balok SKDN dll :
namun tidak didukung dengan tingginya
“Revitalisasi posyandu sebagai salah
partisipasi
satu bentuk pemberdayaan masyarakat
mengunjungi posyandu untuk membawa
masih
balitanya agar ditimbang setiap bulan, hal
terus
berjalan,
bentuk
masyarakat
dalam
kegiatannya berupa pemberian PMT
ini
dan reward bagi kader, sehingga
masyarakat untuk rutin membawa balita
kader
setiap bulan ke posyandu untuk timbang
tetap
aktif
melaksanakan
kegiatan di posyandu, baik berupa
terlihat
dari
tingkat
partisipasi
berat badannya hanya 47,4%.
aktif dalam kegiatan penimbangan
Dari
informasi
dari
informan
ataupun aktif melakukan kunjungan
tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan
kerumah,
ada
sistem kewaspadaan pangan dan gizi
peningkatan sarana dan prasarana
untuk Kota Medan cukup berjalan dengan
posyandu berupa pemberian dacin,
baik dan sudah melibatkan kerjasama
kalau dana operasional posyandu
antar lintas program dan lintas sektor.
selain
itu
juga
tidak ada.”
Kemitraan dengan dengan LSM
Hal ini sejalan dengan dari hasil
atau organisasi masyarakat lainnya dalam
yakni
pencegahan gizi buruk di Kota Medan
83,5% responden menyatakan bahwa di
cukup baik salah satu contohnya adalah
lingkungan ibu terdapat posyandu yang
adanya
aktif
dengan salah satu lembaga swadaya
wawancara
dengan
melaksanakan
responden
kegiatannya
dan
program
NICE
bekerjasama
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 35
masyarakat, dimana bentuk kerjasama
dalam program pencegahan gizi buruk
tersebut berupa kegiatan perbaikan gizi
misalnya CSR perusahaan yang harus
masyarakat
dikeluarkan
melalui
pemberdayaan
perusahaan
yang
sangat
masyarakat, salah satunya dalam bentuk
banyak dimanfaatkan pemerintah dalam
pemberian paket gizi masyarakat (dana
program pencegahan gizi buruk.
stimulant) yang dikelola oleh kelompok
Jika dilihat secara keseluruhan
gizi masyarakat yang dibentuk, selain itu
hasil dari wawancara dengan responden
ada juga kerjasama dengan organisasi
dikaetahui bahwa sebagian besar (76,8%)
kemasyarakatan atau perusahaan dalam
responden menyatakan bahwa kegiatan
bentuk insidentil atau tidak rutin, salah
pemberdayaan
satunya dalam bentuk CSR yang sangat
dilaksanakan berada dalam kategori tidak
membantu
baik.
program-program
strategi
masyarakat
yang
Dan jika dilihat dari dari hasil
promosi kesehatan yang dilaksanakan
tabulasi
oleh pemerintah daerah. Dari sini terlihat
pemberdayaan
bahwa pemerintah daerah cukup terbuka
partisipasi masyarakat dalam pencegahan
untuk membuka kerjasama dengan pihak-
gizi buruk pada balita, diketahui bahwa
pihak yang ingin membantu pemerintah
kegiatan
dalam pencegahan gizi buruk, serta
secara signifikan mempunyai pengaruh
pemerintah
terhadap
daerah
cukup
baik
memanfaatkan perusahaan atau organisasi
silang
pengaruh
tersebut
pemberdayaan
partisipasi
kegiatan
terhadap
masyarakat
masyarakat
(p=0,005).
masyarakat untuk membantu pemerintah
Tabel 3. Pengaruh Pemberdayaaan Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat
dalam Pencegahan Gizi Buruk pada Balita
No
1
2
Pemberdayaan
Masyarakat
Baik
Tidak Baik
Partisipasi Masyarakat
Baik
Tidak Baik
n
%
n
%
16
72,7
6
28,3
28
38,4
45
61,6
Total
N
22
73
%
100,0
100,0
P
0,005
dengan
dilaksanakan yaitu posyandu, pos gizi,
strategi
kader gizi masyarakat, kemitraan dengan
pemberdayaan masyarakat yang sudah
organisasi kemasyarakat dan LSM, tidak
Hasil
informan,
wawancara
tentang
berbagai
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 36
membuat partisipasi masyarakat dalam
dan kemudian dilepas untuk mandiri,
pencegahan gizi buruk berada dalam
meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh
kategori
lagi. Untuk Kota Medan, walaupun telah
baik,
bahkan
cenderung
penilaian masyarakat bahwa kegiatan
banyak
pemberdayaan
yang
pemberdayaan masyarakat dalam upaya
kurang
pencegahan gizi buruk, namun karena
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
kegiatan tersebut perencanaannya berasal
Hal
kegiatan
dari pembuat program tanpa melibatkan
yang
masyarakat kemudian setelah berjalan,
masyarakat
dilaksanakan
pemerintah
ini
dikarenakan
pemberdayaan
masyarakat
dilaksanakan
kegiatan
dilaksanakan tidak berjalan aktif atau
pembinaan
bersifat musiman, dan terkesan hanya
pelaksanaan program dalam rangka untuk
kegiatan
pada
pemeliharaan semangat, kondisi, dan
konsep
kemampuan supaya tidak mengalami
yang
masyarakat,
sehingga
pemberdayaan
merupakan
dipaksakan
yang
program
seharusnya
pelibatan
dan
peningkatan partisipasi masyarakat, yang
berpangkal
dan
berbasis
kemunduran
sehingga
menerus
lagi,
terhadap
tidak
proses
dilakukan
pemberdayaan
masyarakat jarang berhasil.
masyarakat
karena sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasi mereka, program yang berasal
1. Analisis
masyarakatlah
Tingkat
Partisipasi
Masyarakat
dari bawah (bottom up planning) yang
berarti
terus
Berdasarkan
laporan
tahunan
yang
Puskesmas Helvetia diketahui bahwa
mengusulkannya, serta program yang
cakupan tingkat partisipasi masyarakat
bersifat advokasi karena peran orang luar
(D/S) sebesar 77,4%. Cakupan D/S
hanya
tersebut
sebatas
memberikan
mendampingi
alternatif
dan
pemecahan
memenuhi
standar
nasional yaitu 80%.
Jika
masalah kepada masyarakat.
Menurut Sumodiningrat (2004)
belum
dilihat
dari
pengukuran
langsung pada masayarakat yaitu dari
pemberdayaan masyarakat memang tidak
hasil
kuesioner diperoleh bahwa tingkat
bersifat selamanya, melainkan sampai
partisipasi
target masyarakat mampu untuk mandiri,
(46,3%) :
masyarakat
juga
rendah
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 37
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Partisipasi Masyarakat dalam
Pencegahan Gizi Buruk pada Balita
No
Partisipasi Masyarakat
n
%
1
Baik
44
46,3
2
Tidak Baik
51
53,7
Jumlah
95
100,0
Jika
dilihat
dari
rincian
diketahui
atau
tidak
terpantaunya
pertanyaannya diketahui bahwa sebagian
pertumbuhan berat badan balita oleh
besar responden tidak rutin membawa
petugas
balitanya setiap bulan ke posyandu
posyandu. Sebagian besar masyarakat
(55,8%)
beranggapan bahwa posyandu atau sarana
dan
sebagian
besar
juga
kesehatan
kesehatan
badan balitanya setiap bulan (55,8%).
tempat imunisasi pada balitanya, sehingga
Kedua
tersebut
jika telah selesai masa imunisasi (9 bulan)
menunjukkan hasil yang sejalan yaitu
maka tidak ada kewajiban lagi untuk
tingkat partisipasi masyarakat baik dari
membawa balitanya untuk ditimbang dan
cakupan program maupun dari hasil
dibawa
pengukuran
kesehatan lainnya.
penelitian
terhadap
masyarakat
ke
hanya
kader
responden tidak rutin menimbang berat
hasil
lainnya
ataupun
posyandu
merupakan
atau
sarana
menunjukkan hasil yang sama yaitu
Kurangnya pengetahuan ibu tentang
tingkat partisipasi masyarakat berada di
manfaat pemantauan status gizi balita
bawah standar nasional yang ditetapkan
melalui penimbangan rutin balita juga
yaitu 80%. Yang dapat disimpulkan
merupakan
bahwa apabila cakupan D/S dibawah 80%
rendahnya tingkat partisipasi masyarakat.
maka dikatakan partisipasi masyarakat
Rendahnya pengetahuan ibu tersebut
untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan
karena kurang dilakukannya kegiatan
dan perkembangan berat badan sangatlah
bina
rendah. Hal ini akan berakibat tidak
langsung
salah
suasana
satu
terhadap
yang
penyebab
maasyarakat
bertujuan
untuk
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 38
meningkatkan pengetahuan masyarakat
aktif
tentang manfaat menimbang balita di
menciptakan kondisi yang kondusif pada
posyandu.
proses
Hasil
ini
sejalan dengan
dalam
masyarakat
pembangunan
untuk
mengisyaratkan
penelitian Gultom, P. yang menyatakan
belum berdayanya sebagian masyarakat
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh
kita.
terhadap partisipasi dalam penimbangan
balita (D/S) di posyandu Desa Binjai
KESIMPULAN DAN SARAN
Kecamatan Medan Denai Kota Medan
Kesimpulan
tahun 2010
1. Implementasi kegiatan advokasi dalam
(p= 0,000).
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian
Hati
menunjukkan
S.
(2008),
bahwa
yang
variabel
pencegahan gizi buruk pada balita
belum maksimal. Kegiatan advokasi
yang
dirasakan
dan
diterima
pemberdayaan masyarakat ( B= 0,104)
masyarakat berada dalam kategori
merupakan salah satu dari tiga variabel
tidak baik
strategi promosi kesehatan yang paling
kegiatan advokasi yang dilaksanakan
besar
dengan baik akan berpeluang untuk
pengaruhnya
terhadap
tingkat
dan secara signifikan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
mempengaruhi
pada tatanan rumah tangga di Kecamatan
partisipasi
Patumbak
pencegahan gizi buruk pada balita.
Kabupaten
Deli
Serdang.
masyarakat
dalam
2. Implementasi kegiatan bina suasana
Penelitian.
Salah satu kunci yang paling
berpengaruh
mengingkatnya
dalam
menumbuhkan
dalam pencegahan gizi buruk pada
balita
belum
maksimal
karena
partisipasi masyarakat adalah dengan
pelaksanaan promosi kesehatan pada
meningkatkan kegiatan pemberdayaaan
masyarakat secara langsung, jarang
masyarakat. Craig dan Mayo dalam
dilaksanakan. Kegiatan bina suasana
Yustina
mengatakan
yang dirasakan masyarakat berada
Empowerment is road to participation.
dalam kategori tidak baik dan secara
Pemberdayaan merupakan syarat bagi
signifikan kegiatan bina suasana yang
terciptanya
dilakukan
dengan
berpeluang
untuk
(2003),
suatu
partisipasi
dalam
masyarakat. Belum adanya partisipasi
baik
akan
mempengaruhi
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 39
meningkatnya partisipasi masyarakat
lainnya
dalam pencegahan gizi buruk pada
suasana.
balita.
yaitu advokasi
dan bina
Saran
3. Implementasi kegiatan pemberdayaan
Dinas Kesehatan Kota Medan
masyarakat dalam pencegahan gizi
1. Perlu meningkatkan kegiatan advokasi
buruk pada balita sudah dilaksanakan
tentang pencegahan gizi buruk pada
tetapi belum maksimal karena bentuk-
balita
bentuk
pemberdayaan
sehingga lebih memperoleh dukungan
masyarakat yang dilaksanakan tidak
politik, terutama dukungan kebijakan
berjalan aktif. Kegiatan pemberdayaan
dalam bentuk peraturan daerah
kegiatan
masyarakat
yang
dirasakan
kepada
pemerintah
daerah
oleh
2. Dinas Kesehatan Kota Medan untuk
masyarakat berada dalam kategori
meningkatkan alokasi dana sehingga
tidak baik
mencukupi untuk kegiatan promosi
dan secara signifikan
kegiatan pemberdayaan masyarakat
kesehatan
yang dilakukan dengan baik akan
buruk dari pada penanggulangan gizi
berpeluang
buruk.
untuk
mempengaruhi
untuk
pencegahan
gizi
meningkatnya partisipasi masyarakat
3. Lebih meningkatkan kegiatan bina
dalam pencegahan gizi buruk pada
suasana dengan sasaran masyarakat
balita.
langsung,
4. Cakupan
tingkat
partisipasi
4. Lebih
meningkatkan
masyarakat (D/S) masih rendah yaitu
terhadap
cakupan program sebesar 77,4% dan
masyarakat yang sudah terbentuk, agar
pengukuran
terus aktif melaksanakan kegiatannya
tingkat
partisipasi
kegiatan
pembinaan
pemberdayaan
5. Lebih menggalang kemitraan dengan
masyarakat sebesar 46,3%.
5. Variabel pemberdayaan masyarakat
organisasi kemasyarakat, LSM dalam
merupakan variabel yang paling besar
peningkatan kegiatan pencegahan gizi
pengaruhnya
buruk.
terhadap
partisipasi
masyarakat dalam pencegahan gizi
buruk pada balita (nilai odds ratio
4,439) dibanding dengan variabel
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 40
Puskesmas Helvetia
1. Lebih aktif melaksanakan kegiatan
peningkatan keluarga sadar gizi.
2. Meningkatkan
upaya
pembinaan
terhadap tokoh masyarakat, sehingga
kegiatan
dibebankan
operasi
timbang
yang
kader
dapat
kepada
berjalan lebih aktif.
3. Lebih melakukan pembinaan secara
langsung
terhadap
kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah
terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Maternal, newborn, child
and adolescent health- Malnutrition,
www.who.int, Akses tanggal 15
Januari 2014.
Anonim, 2013, Statistics by AreaMalnutrition,
www.childinfo.org,
Akses tanggal 13 September 2013.
_________, 2008, Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
_________,
2008.
Perkembangan
Penanggulangan Gizi Buruk di
Indonesia Tahun 2005. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara, 2006, Pedoman Rencana Aksi
Nasional
Pencegahan
dan
Penanggulangan Gizi Buruk 20062010.
Hati, S., 2008, Pengaruh Strategi Promosi
Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku
Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) pada
Tatanan Rumah Tangga d Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang,
Medan : Tesis S-2 Pascasarjana IKM
USU
Notoatmodjo,
S,
2007.
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta
: Penerbit Rineka Cipta.
______________,
2010,
Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi,
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Tashakkori, A., Teddlie, C., 2010, Mixed
Methodology, Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Belajar.
Yustina dan A. Sudradjat, 2003,
Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan: Didedikasikan kepada
Prof. Dr. H. R. Margono Slamet,
Bogor: IPB Press.
Zairina, 2008, Pengaruh Kesempatan,
Kemauan dan Kemampuan Ibu
Terhadap
Partisipasi
dalam
Pencegahan
Penyakit
Demam
Berdarah Dengue di Kecamatan
Baiturrahman Kota Banda Aceh,
Medan: Tesis S-2 Pascasarjana IKM
USU
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 2, 2017 | 41