HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS | Azhari | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4412 15847 2 PB

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN
ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN
KETEPATAN PENGEMALIAN SERANGAN SMASH
PADA PERMAINAN BULUTANGKIS
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Univeristas Pendidikan Indonesia, Jl Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung
firmanazhari144@gmail.com
nurindrirahayu1910@upi.edu
Abstrak (Times New Roman 10 Bold)
Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji apakah ada hubungan antara whole body reaction time
dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan
bulutangkis. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Untuk menganalisis data
menggunakan uji korelasi, agar diketahui hubungan hasil whole body reaction time dan
anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis.
Sampel pada penelitian ini adalah 20 orang atlet UKM bulutangkis UPI yang sudah mengikuti
kejuaraan tingkat nasional. Instrumen yang digunakan yaitu tes whole body reaction, anticipation
reaction dan pengembalian smash . Hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulan

dari penelitian ini bahwa whole body reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan
nilai presentase 19,9% dan begitupun anticipation reaction time memiliki hubungan yang
signifikan dengan nilai presentase 44,7%. Hubungan anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis lebih besar hubungannya
dibandingkan dengan hubungan whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian
serangan smash pada permainan bulutangkis, Rekomendasi Bagi peneliti selanjutnya agar lebih
mengembangkan variabel dan lebih teliti lagi dalam proses penelitian dengan instrument yang
digunakan, maupun diteliti seperti whole body reaction time dan anticipation reaction time dalam
penelitian ini, dengan menambahkan variabel lain yang berhubungan dengan meningkatkan
antisipasi pengembalian serangan smash lawan.
Kata kunci: bulutangkis, whole body reaction, anticipation reaction, ketepatan, return smash

PENDAHULUAN
Permainan Bulutangkis merupakan salah satu
jenis olahraga yang terkenal di dunia dari
kalangan usia dini bahkan sampai orangtua pun
mengetahuinya. Permainan bulutangkis ini
merupakan olahraga yang bisa kita mainkan di
dalam maupun di luar ruangan, dari kalangan
pria maupun wanita usia dini sampai usia lansia


produktif dapat memainkannya dari ajang
rekreasi, dan juga sebagai ajang prestasi.
“Permainan
bulutangkis
merupakan
permainan yang bersifat individual yang dapat
dilakukan dengan cara satu orang melawan satu,
atau dua orang melawan dua orang” (Icuk
Sugiarto, M.Furqon H; S. Khunto P, 2002).
Permainan ini mudah di laksanakan karena alat
pemukulnya ringan, bola mudah dipukul, tidak

49

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

membutuhkan lapangan yang luas, bahkan dapat

dimainkan oleh siapa saja. Oleh karena itu,
permainan bulutangkis dapat berkembang
dengan pesat.
Di
Indonesia,
olahraga
bulutangkis
mengalami perkembangan pesat karena tak
lepas dari kerja keras pelatih, atlet dan pengurus,
dalam pembinaan atlet bulutangkis. Hal ini
dapat dilihat dari prestasi yang diraih dalam
kejuaraan-kejuaraan yang di ikuti oleh atlet
Indonesia, seperti kejuaraan Thomas Cup, Uber
Cup, All England, Olimpiade, dan sebagainya.
Prestasi bulutangkis yang diraih bukanlah hal
yang cepat dan mudah, semua itu melalui proses
yang panjang, dan membutuhkan waktu yang
lama, mulai dari pemasalan, pembibitan, hingga
pembinaan secara terpadu , terarah, dan
berkelanjutan (Hadi Nugroho,2005).

Untuk menjadi pebulutangkis yang handal
berbagai macam persyaratan, salah satunya
adalah penguasaan teknik dasar permainan
bulutangkis.
Dalam
cabang
olahraga
bulutangkis terdapat bagaimana teknik dasar
diantaranya teknik service, smash, lob, drop,
dan foot work. Sebagaimana dikemukan Poole
(1986, hlm 10) bahwa, “Keterampilan dasar
olahraga bulutangkis dapat dalam tujuh bagian :
(1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan
(5) drop.” Kelima teknik dasar permainan
bulutangkis
tersebut
harus
dikuasai
pebulutangkis untuk menunjang atau mencapai
tujuan permainan.

Beberapa teknik dasar olahraga bulutangkis
yang banyak digunakan untuk mematikan
permainan lawan adalah smash. Menurut Poole
(1986, hlm 143) smash adalah “pukuluan
overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang
kuat, merupakan pukulan menyerang yang
utama.”
Namun dalam permainan bulutangkis tidak
hanya serangan smash yang dapat menghasilkan
poin, tetapi dalam pengembalian serangan
smash yang baik pun dapat menghasilkan poin.
Dari hasil observasi peneliti di UKM
Bulutangkis UPI pada kejuaraan-kejuaraan
bulutangkis tepatnya di Kota Bandung
mempunyai
kelemahan
pada
cara

mengantisipasi serangan lawan khususnya

serangan smash.
Peneliti khawatir jika
kelemahan tersebut dibiarkan maka akan
berpengaruh pada performa atlet pada saat
bertanding.
Menurut Hikmah Nindya (2013, hlm. 3)
dalam jurnal yang berjudul Analisis
Pertandingan Bulutangkis Final Tunggal Putra
Pada Olimpade Musim Panas XXX di London
2012, antara Lee Chong Wei melawan Lin Dan
yang menyatakan “dari hasil analisis tersebut
kegagalan pukulan Lee Chong Wei sebesar
53,27% dengan kegagalan pukulan terbanyak
yaitu Return smash”, dan menurut Brian Raka
Juang (2015, hlm. 7) Dalam jurnal yang berjudul
Analisis
Kelebihan
dan
Kelemahan
Keterampilan Teknik Bermain Bulutangkis

Pada Pemain Tunggal Putra Terbaik Indonesia
Tahun 2014, “kelemahan teknik pukulan
Tommy Sugiarto saat melawan Lee Chong Wei
adalah pukulan Return smash dan pukulan Flick.
Kedua pukulan ini paling banyak gagal
dilakukan Tommy daripada pukulan yang lain.
Tommy gagal melakukan pukulan Return smash
sebanyak 25 kali dan pukulan Flick sebanyak 6
kali”. Terkait dengan permasalahan ini menurut
peneliti pemenang bukan hanya yang mampu
menyerang, melainkan yang bisa bertahan
dengan serangan smash dan tepat menempatkan
pengembalian posisi shutllecock ke daerah
lawan. Adapun dalam buku Sejarah Olahraga
Bulutangkis Hetti R.A
(2010, hlm. 40)
menyatakan bahwa “Pengembalian smash yang
baik bisa menjadi serangan balik”. Selain itu ada
pula pernyataan Imanudin I (2008, hlm. 112)
Kecepatan reaksi ialah waktu dari terjadinya

rangsangan. Reaksi merupakan komponen yang
penting yang harus dimiliki oleh seorang atlet
karena dengan memiliki waktu reaksi yang baik
seseorang akan lebih cepat merespon sesuatu.
Hal ini sangat bermanfaat dalam berbagai
macam cabang olahraga, adapun dalam teori
menurut Gavkare dkk (2013) menyatakan
bahwa whole body reaction time merupakan
kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari
stimulus yang di berikan, dan Antisipasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

50

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

perhitungan terhadap hal – hal yang akan
(belum) terjadi. Secara umum antisipasi

merupakan sebuah tindakan yang akan diambil
sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Dalam
olahraga kemampuan antisipasi sangat lah
penting, teori menurut Bankosz Z dkk (2013)
According to many authors, the time of simple
reaction plays a pivotal role in badminton and
should be developed to the greatest possible
extent. Maka dari itu sangatlah penting pada
penelitian ini.
Oleh karena itu perlu adanya penelitian
mengenai hubungan whole body reaction time
dan anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash, yang bertujuan
untuk mengetahui apakah tedapat hubungan dari
hal tersebut.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif, dengan pendekatan
deskriptif korelasi.

Dalam penelitian ini populasi yang dipilih
adalah UKM Bulutangkis UPI, Sampel dari
penelitian ini adalah anggota bidang prestasi
UKM Bulutangkis UPI dengan jumlah (20)
orang. Dan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik purposive sampling.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
tes whole body reaction, tes
anticipation
reaction
time,
dan
test
pengembalian smash.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
korelasi
dilakukan

untuk
mengetahui hubungan antara variabel X1
(Whole Body Reaction Time) dengan variabel Y
(Ketepatan Pengembalian Serangan Smash),
dalam penelitian ini menggunakan rumus
Correlation Pearson Product Moment dengan
menggunakan bantuan SPSS 23, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,049 atau lebih kecil dari
0,05 (0,049 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara
whole body reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan

51

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat
dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,446
termasuk dalam kategori hubungan tingkat
sedang. diperoleh nilai R square sebesar 0,199.
Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat
dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara
manual adalah sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,199 x 100%
= 19,9%
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
hubungan/korelasi antara Whole Body Reaction
Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan
Smash pada permainan bulutangkis sebesar
19,9%. Sedangkan sisanya sebesar 80,1%
merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ketepatan pengembalian serangan smash yang
tidak diteliti dari penelitian ini.
Analisis
korelasi
dilakukan
untuk
mengetahui hubungan antara variabel X2
(Anticipation Reaction Time) dengan variabel Y
(Ketepatan Pengembalian Serangan Smash),
dalam penelitian ini menggunakan rumus
Correlation Pearson Product Moment dengan
menggunakan bantuan SPSS 23, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari
0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara
anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan
bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat
dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,668
termasuk dalam kategori hubungan tingkat kuat,
diperoleh nilai R square sebesar 0,447.
Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat
dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara
manual adalah sebagai berikut:
KD

= r2 x 100%

= 0,447 x 100%
= 44,7%
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
hubungan/korelasi antara anticipation reaction
time dengan ketepatan pengembalian serangan
smash pada permainan bulutangkis sebesar
44,7%. Sedangkan sisanya sebesar 55,3%

merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ketepatan pengembalian serangan smash yang
tidak diteliti dari penelitian ini.
Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan untuk melihat sebaran data apakah
berdistribusi normal. Penelitian ini
menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan
bantuan SPSS 23, diperoleh semua nilai
signifikansi untuk variabel whole body reaction
time dan anticipaton reaction time sebesar
0,200 dan untuk variabel ketepatan
pengembalian serangan smash sebesar 0,074,
karena semua nilai signifikansinya lebih besar
dari 0,05 (> 0,05) maka ketiga variabel tersebut
memiliki data berdistribusi normal. Uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan
Levene Statistics dengan bantuan SPSS 23,
diperoleh nilai signifikansi 0,099 dan 0,890
atau lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa datanya homogen.
Diskusi temuan ini menguraikan tentang
perihal permasalahan dan penemuan yang
muncul selama melakukan penelitian Dengan
hasil yang di dapat oleh peneliti maka di
kemukakan oleh peneliti terdapatnya hubungan
pada penelitian ini di sebabkan pada permainan
tunggal atlet memiliki jangkauan yang luas
pergerakan di lapangan untuk mengembalikan
serangan smash.
“Pengembalian smash yang baik bisa
menjadi serangan balik” (Hetti R.A, 2010, hlm.
40).
Untuk
mengembalikan
smash
membutuhkan teknik dasar bulutangkis seperti
return smash yang bagus dan mumpuni. Seperti
pengembalian pendek, pengembalian mendatar
atau drive, dan pengembalian panjang. Selain itu
dibutuhkan juga kecepatan respon terhadap
serangan smash lawan.
Whole body reaction time merupakan
kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari
stimulus yang diberikan (Gavkare dkk, 2013).
Gerakan respon yang baik diperlukan dalam
setiap olahraga apapun termasuk bulutangkis.
Olahraga bulutangkis merupakan permaian yang
mengandalkan kecepatan dan respon yang baik

52

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

dalam
memukul
atau
mengembalikan
shuttlecock dari serangan lawan. sehingga
adanya kombinasi teknik dasar yang baik dan
whole body reaction time dapat dengan baik
mengembalikan serangan smash lawan.
Whole body reaction time dengan
pengembalian serangan smash lawan pada
permainan bulutangkis mempunyai hubungan,
hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
whole body reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan
bulutangkis, meskipun tingkat hubungannya
dalam kategori sedang dengan besarnya
hubungan sebesar 19,9%.
Dua tipe pengukuran dari whole body
reaction time dalam penelitian ini yaitu visual
whole body reaction time. Dapat diartikan
bahwa jika seorang atlet atau pemain
bulutangkis mempunyai kemampuan whole
body reaction time yang bagus maka dapat
dengan baik pula mengembalikan serangan
smash dari lawan. Terlebih dalam permainan
bulutangkis seorang atlet atau pemain
bulutangkis memerlukan reaksi yang sangat baik
dalam visual, karena cabang olahraga permainan
bulutangkis pun memiliki stimulus dari lawan
maupun aba – aba dari pelatih.
Ketika
atlet
bulutangkis
dapat
memprediksi secara akurat sebuah kejadian dan
dapat mengatur pergerakan lanjutan, serta atlet
dapat memulai respon yang tepat lebih cepat
daripada bereaksi setelah menerima stimulus
akan meningkatkan kemampuan yang lebih baik
untuk mencapai sebuah performa maksimal
pada saat bertanding. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan menurut Dawes Jay dan Rozen
Mark, 2012,hlm 31 bahwa “When athletes can
accurately predict an event and organize their
movements in advance, they can initiate an
appropriate response more quickly than if they
had waited to react to a stimulus (Ketika atlet
dapat akurat memprediksi suatu kejadian dan
mengatur gerakan mereka, maka mereka dapat
melakukan respon yang tepat lebih cepat
daripada jika mereka telah menunggu untuk
bereaksi terhadap rangsangan)”.

Sehingga jika atlet atau pemain bulutangkis
mempunyai kemampuan anticipation reaction
time yang baik maka dia mampu untuk
mengantisipasi serangan dan tepat dalam
menempatkan shuttlecock dengan baik,
kemudian atlet bisa menjadikan itu serangan
balik, terutama mengantisipasi pukulan smash.
Karena
sebagaimana
diketahui
bahwa
anticipation
reaction
time
mempunyai
hubungan dengan pengembalian serangan
smash lawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anticipation
reaction
time
mempunyai
hubungan dengan ketepatan pengembalian
serangan smash lawan pada permaianan
bulutangkis dengan tingkat hubungan yang kuat.
Anticipation reaction time
mempunyai
hubungan dengan ketepatan pengembalian
serangan smash sebesar 44,7%. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa jika atlet atau pemain
bulutangkis
mempunyai
kemampuan
anticipation reaction time yang baik maka
ketepatan pengembalian serangan smashnya pun
akan baik pula.
Whole body reaction time dan anticipation
reaction time keduanya memiliki hubungan
dengan ketepatan pengembalian serangan smash
pada permainan bulutangkis, akan tetapi dalam
penelitian ini anticipation reaction time
hubungannya lebih besar daripada whole body
reaction time.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis
data dari lapangan, maka dapat ditarik
kesimpulan dari penelitian ini diantaranya:
bahwa terdapat hubungan antara whole body
reaction time dengan ketepatan pengembalian
serangan smash pada permainan bulu tangkis.
Hubungan antara whole body reaction time
dengan ketepatan pengembalian serangan smash
termasuk kategori sedang dengan sumbangan
hubungan sebesar 19,9%.

53

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

Selain itu terdapat hubungan antara
anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan
bulu tangkis. Hubungan antara anticipation
reaction time dengan ketepatan pengembalian
serangan smash termasuk kategori kuat dengan
sumbangan hubungan sebesar 44,7%.
Implikasi
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi pelaku olahraga khususnya dalam cabang
olahraga permainan bulutangkis.
Penelitian ini perlu dikembangkan dan
diperbaiki lagi dengan dukungan dari berbagai
pihak.
Rekomendasi
Rekomendasi dari penelitian ini bagi pelatih
bisa menambahkan kualitas whole body reaction
time dan anticipation reaction time dalam
program
latihannya,
terutama
dalam
memperbaiki
kelemahan
pengembalian
serangan smash lawan bagi atletnya. Atlet
bulutangkis hendaknya lebih meningkatkan
kemampuan whole body reaction time dan
anticipation reaction time melalui latihan yang
rutin dan baik, khususnya untuk meningkatkan

antisipasi pengembalian serangan smash lawan.
Peneliti selanjutnya agar lebih mengembangkan
variabel dan lebih teliti lagi dalam proses
penelitian dengan instrument yang digunakan,
maupun diteliti seperti whole body reaction time
dan anticipation reaction time dalam penelitian
ini, dengan menambahkan variabel lain yang
berhubungan dengan meningkatkan antisipasi
pengembalian serangan smash lawan

DAFTAR PUSTAKA
Adhi P. Karunia (2010). Pengaruh Rally (Pertukaran Melintasi Net) Terhadap
Pengembalian Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma
Sudjana GMP Tahun Pelajaran 2008-2009. Lampung: Universitas Lampung.
Anwar, D. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Amelia
Arikunto. (1991). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Bina
Aksara,
Bankosz Z, dkk (2013). Assessment of simple reaction time in badminton players. TRENDS
in Sport Science, 1 (20), 54 – 61.
Dawes Jay, dkk (2012). Developing Agility And Quickness. Amerika Serikat; National
Strenght And Conditioning Association.
M Ajay, Gavkare, dkk (2013). Auditory Reaction Time, Visual Reaction Time and Whole
Body Reaction Time in Athletes. Indian Medical Gazzete. Hlm. 214 – 218
Hetti.R.A (2010). Sejarah Olahraga Bulutangkis . Bogor : Quadra.

54

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
49-55
Muhamad Firman Azhari, Nur Indri Rahayu

Nindya.Hikmah (2013). Analisis Pertandingan Tunggal Putra Pada Olimpiade Musim
Panas XXX di London 2012. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Subarjah, H. (2009). Permainan Bulutangkis, Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Subarjah H, Hidayat Y. (2007). Modul mata kuliah Permainan Bulutangkis, Bandung FPOK
UPI
Suherman A, Indri Nur R. (2014) Modul Stastistika Ilmu Keolahragaan. Bandung: FPOK
UPI
Sugiyono,(2010). Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Alfabeta

Bandung :

Imanudin,Iman. (2014). Modul Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Olahraga.
FPOK UPI

Bandung:

Hendriawan,Irvan, (2014). Hubungan Whole Body Reaction Time Dengan Antisipasi
Penjaga Gawang Pada Saat Tendangan Penalty Dalam Olahraga Sepakbola.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Poole James (1982), Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir
Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Raka. Brian (2015). Analisis kelebihan dan kelemahan keterampilan teknik bermain
bulutangkis pada permainan tunggal putra terbaik 2014. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.

55

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

1 64 90

Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi Gummy Vitamin C Menggunakan Real -Time PCR Untuk Analisis Kehalalan

1 11 70

Perbandingan antara metode SYBR green dan metode hydrolysis probe dalam analisis DNA gelatin sapi dan DNA gelatin babi dengan menggunakan real time PCR

1 33 90

Analisis Kandungan Gelatin Babi dan Gelatin Sapi pada Cangkang Kapsul Keras yang Mengandung Vitamin A Menggunakan Real-Time Polymerase Chain Reaction

0 13 80

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DENGAN ANTISIPASI PENJAGA GAWANG PADA SAAT TENDANGAN PENALTY DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA.

8 19 29

KONTRIBUSI TINGKAT VO2MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS | Supriyatna | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8069 16189 2 PB

0 0 4

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH | Akbar | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8066 16184 2 PB

0 1 7

HUBUNGAN REACTION TIME DAN COORDINATION DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA ATLET UKM ANGGAR UPI | sarihudin | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4403 15845 2 PB

0 0 5

HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI | maulana | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4315 15834 2 PB

0 3 7

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KONSENTRASI DENGAN HASIL PENALTY STROKE PADA PERMAINAN HOKI FIELD | bakti | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4314 15835 2 PB

0 0 8