HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH | Akbar | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8066 16184 2 PB

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN
ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN
PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Heraman Subarjah
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Setiabudi No. 229, Bandung 40132, Jawa Barat, Indonesia
malikiakbar@student.upi.edu
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji apakah ada hubungan antara whole body reaction time
dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan
bulutangkis. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Untuk menganalisis data
menggunakan uji korelasi, agar diketahui hubungan hasil whole body reaction time dan
anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis.
Sampel pada penelitian ini adalah 20 orang atlet UKM bulutangkis UPI ang sudh mengikuti
kejuaraan tingkat nasional. Instrumen yang digunakan yaitu tes whole body reaction, anticipation
reaction dan pengembalian smash . Hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulan dari
penelitian ini bahwa whole body reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai
presentase 19,9% dan begitupun anticipation reaction time memiliki hubungan yang signifikan

dengan nilai presentase 44,7%. Hubungan anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis lebih besar hubungannya dibandingkan
dengan hubungan whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada
permainan bulutangkis.
Kata kunci : bulutangkis, ketepatan, return smash

PENDAHULUAN
Beberapa teknik dasar olahraga bulutangkis
yang banyak digunakan untuk mematikan
permainan lawan adalah smash. Menurut Poole
(1986, hlm 143) smash adalah “pukuluan
overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang
kuat, merupakan pukulan menyerang yang
utama.” Dari hasil observasi peneliti di UKM
Bulutangkis UPI pada kejuaraan-kejuaraan
bulutangkis tepatnya di Kota Bandung
mempunyai
kelemahan
pada
cara

mengantisipasi serangan lawan khususnya
serangan smash.
Peneliti khawatir jika
kelemahan tersebut dibiarkan maka akan
berpengaruh pada performa atlet pada saat
bertanding. Menurut Hikmah Nindya (2013,

hlm. 3) dalam jurnal yang berjudul Analisis
Pertandingan Bulutangkis Final Tunggal Putra
Pada Olimpade Musim Panas XXX di London
2012, antara Lee Chong Wei melawan Lin Dan
yang menyatakan “dari hasil analisis tersebut
kegagalan pukulan Lee Chong Wei sebesar
53,27% dengan kegagalan pukulan terbanyak
yaitu Return smash”. Menurut Brian Raka
Juang (2015, hlm. 7) Dalam jurnal yang
berjudul Analisis Kelebihan dan Kelemahan
Keterampilan Teknik Bermain Bulutangkis
Pada Pemain Tunggal Putra Terbaik Indonesia
Tahun 2014, “kelemahan teknik pukulan

Tommy Sugiarto saat melawan Lee Chong Wei
adalah pukulan Return smash dan pukulan
Flick. Kedua pukulan ini paling banyak gagal
dilakukan Tommy dari pada pukulan yang lain.

301

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

Tommy gagal melakukan pukulan Return
smash sebanyak 25 kali dan pukulan Flick
sebanyak 6 kali”. Adapun dalam buku Sejarah
Olahraga Bulutangkis Hetti R.A (2010, hlm.
40) menyatakan bahwa “Pengembalian smash
yang baik bisa menjadi serangan balik”.
Imanudin I (2008, hlm. 112) Kecepatan reaksi
ialah waktu dari terjadinya rangsangan. Reaksi
merupakan komponen yang penting yang harus

dimiliki oleh seorang atlet karena dengan
memiliki waktu reaksi yang baik seseorang
akan lebih cepat merespon sesuatu.
Dalam olahraga kemampuan antisipasi
sangat lah penting, teori menurut Bankosz Z
dkk (2013) According to many authors, the
time of simple reaction plays a pivotal role in
badminton and should be developed to the
greatest possible extent. Maka dari itu
sangatlah penting pada penelitian ini.
Terkait dengan permasalahan ini menurut
peneliti pemenang bukan hanya yang mampu
menyerang, melainkan yang bisa bertahan
dengan serangan smash dan tepat menempatkan
pengembalian posisi shutllecock ke daerah
lawan.
Oleh karena itu perlu adanya penelitian
mengenai hubungan whole body reaction time
dan anticipation reaction time dengan
ketepatan pengembalian serangan smash, yang

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan dari hal tersebut.

menggunakan alat yang berada di laboratorium
FPOK Universitas Pendidikan Indonesia
sedangkan untuk mengetahui ketepatan return
smash akan di lakukan di lapangan bulutangkis.

Anticipation Reaction Time Test
Tujuan Mengukur kecepatan reaksi
antisipasi setelah stimulus diberikan. Nama alat
Speed Anticipation Time. Pelaksanaan :
1) Subyek duduk di depan alat.
2) Tempatkan dagu diatas penahan
dagu senyaman mungkin.
3) Subyek akan memerhatikan cahaya
yang akan melintas di hadapan mata
subyek.
4) Setelah cahaya tersebut menghilang,
subyek

memperkirakan
waktu
cahaya tersebut untuk kembali
muncul dengan menekan tombol
merah.
5) Lakukan sebanyak 5 kali.
d. Skor Diambil std. deviasi dari 5 kali
pengambilan skor.
Whole Body Reaction Time
Pelaksanaan
1)

METODE
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif, dengan pendekatan
korelasi. Pada penelitian ini mencoba mencari
hubungan antara variabel bebas (independen)
yang terdiri dari whole body reaction time dan
anticipation reaction time, sedangkan variabel
terikat (dependen) pada penelitian ini yaitu

ketepatan pengembalian smash. Sampel dari
penelitian ini adalah anggota bidang prestasi
UKM Bulutangkis UPI dengan jumlah (20)
orang. Untuk mengetahui hasil whole body
reaction time dan anticipation reaction time,

:

a.

Subyek berdiri di atas matras yang
terbuat dari karet dan di dalamnya
terdapat sensor dengan posisi kaki
menekuk sedikit lututnya agar tidak
menjadi hambatan ketika bereaksi
setelah stimulus diberikan.
2) Ketika tester menekan tombol, maka
akan keluar stimulus berupa cahaya
dan subyek melompat dari pijakan
karet yang terdapat sensor.

3) Lakukan sebanyak 5 kali.
Skor
: Catat waktu dari 5 kali
kesempatan kemudian diambil nilai
terbaik dari std.deviasi nya.

Ketepatan return smash/Test pengembalian
smash

302

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

a. Pelaksanaan :
1) smasher melakukan smash ke arah
testee,
2) testee yang sudah bersiap segera
menerima smash dan langsung

melakukan pengembalian smash.
3) Shuttlekock yang dikembalikan oleh
testee akan jatuh ke daerah poin.
4) Pelaksanaan tes ini dilakukan satu
orang testee sebanyak 3 kali
kesempatan.
b. Skor : catat skor atau poin terbaik dari 3
kali kesempatan tersebut.

menggunakan SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 21.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan yang Signifikan Antara Whole
Body Reaction Time dengan Ketepatan
Pengembalian Serangan Smash pada
Permainan Bulutangkis
Analisis korelasi dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel X1
(Whole Body Reaction Time) dengan variabel Y
(Ketepatan Pengembalian Serangan Smash),

dalam penelitian ini menggunakan rumus
Correlation Pearson Product Moment dengan
menggunakan bantuan SPSS 23, hasilnya
sebagai berikut:

Tabel

Gambar. Tes Pengembalian Smash
Dalam skripsi Adhi P.Karunia (2010),
mengadaptasi Herman Tarigan (2003)
Keterangan :
S : Smasher
R : Pengembali smash
: Arah jatuhnya kok
: Arah rally
O1
: Pencatat nilai
O1
: Pencatat nilai
Angka-angka yang tertera dalam

lapangan bulutangkis adalah poin yang di dapat
oleh testee sesuai dimana jatuhnya shuttlecock.
Analisis Data
Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan
data dari sampel, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah analisis data. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini

Hasil Uji Korelasi antara Whole Body
Reaction Time dengan Ketepatan
Pengembalian Serangan Smash
Varia
bel
Whole
Body
Reacti
on
Time

Pearson
Correla
tion
0,446

Sig

Keteran
gan

Kesimp
ulan

0,0
49

Ho
ditolak

Terdapat
hubunga
n

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,049 atau lebih kecil
dari 0,05 (0,049 < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau
korelasi antara whole body reaction time
dengan ketepatan pengembalian serangan
smash pada permainan bulutangkis. Keeratan
hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson

303

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

Correlation sebesar 0,446 termasuk dalam
kategori hubungan tingkat sedang.
Koefisien Determinasi (KD)
Untuk melihat besarnya hubungan dari
keduanya dapat dilakukan melalui uji koefisien
determinasi, hasilnya sebagai berikut:
Tabel
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Variabel
Whole Body
Reaction Time

R
0,446

��
0,199

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh
nilai R square sebesar 0,199. Koefisien
determinasi merupakan nilai kuadrat dari
korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara
manual adalah sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,199 x 100%
= 19,9%
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
hubungan/korelasi antara Whole Body Reaction
Time
dengan
Ketepatan
Pengembalian
Serangan Smash pada permainan bulutangkis
sebesar 19,9%. Sedangkan sisanya sebesar
80,1%
merupakan
faktor
lain
yang
mempengaruhi
ketepatan
pengembalian
serangan smash yang tidak diteliti dari
penelitian ini.
Hubungan
yang
Signifikan
Antara
Anticipation
Reaction
Time
dengan
Ketepatan Pengembalian Serangan Smash
pada Permainan Bulutangkis
Analisis korelasi dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel X2
(Anticipation Reaction Time) dengan variabel
Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash),
dalam penelitian ini menggunakan rumus
Correlation Pearson Product Moment dengan
menggunakan bantuan SPSS 23, hasilnya
sebagai berikut:
Tabel

Hasil Uji Korelasi antara Anticipation
Reaction Time dengan Ketepatan
Pengembalian Serangan Smash

Variab
el
Anticip
ation
Reactio
n Time

Pearso
n
Correla
tion
0,668

Sig

Ketera
ngan

Kesimp
ulan

0,0
01

Ho
ditolak

Terdapa
t
hubunga
n

Berdasarkan tabel diatas,diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari
0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara
anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan
bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat
dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,668
termasuk dalam kategori hubungan tingkat
kuat.
Koefisien Determinasi
Untuk melihat besarnya hubungan dari
keduanya dapat dilakukan melalui uji koefisien
determinasi, hasilnya sebagai berikut:

Tabel
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Variabel
Anticipation
Reaction Time

R
0,668

��
0,447

Berdasarkan table di atas, diperoleh
nilai R square sebesar 0,447. Koefisien
determinasi merupakan nilai kuadrat dari
korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara
manual adalah sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,447 x 100%
= 44,7%
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
hubungan/korelasi antara anticipation reaction

304

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

time dengan ketepatan pengembalian serangan
smash pada permainan bulutangkis sebesar
44,7%. Sedangkan sisanya sebesar 55,3%
merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ketepatan pengembalian serangan smash yang
tidak diteliti dari penelitian ini.
Pembahasan Penelitian
Hubungan yang Signifikan Antara Whole
Body Reaction Time dengan Ketepatan
Pengembalian Serangan Smash pada
Permainan Bulutangkis
Dengan hasil yang di dapat oleh
peneliti maka di kemukakan oleh peneliti
terdapatnya hubungan pada penelitian ini di
sebabkan pada permainan tunggal atlet
memiliki jangkauan yang luas pergerakan di
lapangan untuk mengembalikan serangan
smash.
“Pengembalian smash yang baik bisa
menjadi serangan balik” (Hetti R.A, 2010, hlm.
40).
Untuk
mengembalikan
smash
membutuhkan teknik dasar bulutangkis seperti
return smash yang bagus dan mumpuni. Seperti
pengembalian pendek, pengembalian mendatar
atau drive, dan pengembalian panjang. Selain
itu dibutuhkan juga kecepatan respon terhadap
serangan smash lawan.
Whole body reaction time merupakan
kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari
stimulus yang diberikan (Gavkare dkk, 2013).
Gerakan respon yang baik diperlukan dalam
setiap olahraga apapun termasuk bulutangkis.
Olahraga bulutangkis merupakan permaian
yang mengandalkan kecepatan dan respon yang
baik dalam memukul atau mengembalikan
shuttlecock dari serangan lawan. sehingga
adanya kombinasi teknik dasar yang baik dan
whole body reaction time dapat dengan baik
mengembalikan serangan smash lawan.
Whole body reaction time dengan
pengembalian serangan smash lawan pada
permainan bulutangkis mempunyai hubungan,
hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
whole body reaction time dengan ketepatan

pengembalian serangan smash pada permainan
bulutangkis, meskipun tingkat hubungannya
dalam kategori sedang dengan besarnya
hubungan sebesar 19,9%.
Dua tipe pengukuran dari whole body
reaction time dalam penelitian ini yaitu visual
whole body reaction time. Dapat diartikan
bahwa jika seorang atlet atau pemain
bulutangkis mempunyai kemampuan whole
body reaction time yang bagus maka dapat
dengan baik pula mengembalikan serangan
smash dari lawan. Terlebih dalam permainan
bulutangkis seorang atlet atau pemain
bulutangkis memerlukan reaksi yang sangat
baik dalam visual maupun auditory, karena
cabang olahraga permainan bulutangkis pun
memiliki stimulus dari lawan maupun aba – aba
dari pelatih.
Hubungan
yang
Signifikan
Antara
Anticipation
Reaction
Time
dengan
Ketepatan Pengembalian Serangan Smash
pada Permainan Bulutangkis
Ketika atlet bulutangkis dapat
memprediksi secara akurat sebuah kejadian dan
dapat mengatur pergerakan lanjutan, serta atlet
dapat memulai respon yang tepat lebih cepat
daripada bereaksi setelah menerima stimulus
akan meningkatkan kemampuan yang lebih
baik untuk mencapai sebuah performa
maksimal pada saat bertanding. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan menurut Dawes Jay
dan Rozen Mark, 2012,hlm 31 bahwa “When
athletes can accurately predict an event and
organize their movements in advance, they can
initiate an appropriate response more quickly
than if they had waited to react to a stimulus
(Ketika atlet dapat akurat memprediksi suatu
kejadian dan mengatur gerakan mereka, maka
mereka dapat melakukan respon yang tepat
lebih cepat daripada jika mereka telah
menunggu
untuk
bereaksi
terhadap
rangsangan)”.
Sehingga jika atlet atau pemain
bulutangkis
mempunyai
kemampuan
anticipation reaction time yang baik maka dia
mampu untuk mengantisipasi serangan dan
tepat dalam menempatkan shuttlecock dengan

305

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

baik, kemudian atlet bisa menjadikan itu
serangan balik, terutama mengantisipasi
pukulan smash. Karena sebagaimana diketahui
bahwa anticipation reaction time mempunyai
hubungan dengan pengembalian serangan
smash lawan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anticipation
reaction
time
mempunyai
hubungan dengan ketepatan pengembalian
serangan smash lawan pada permaianan
bulutangkis dengan tingkat hubungan yang
kuat. Anticipation reaction time mempunyai
hubungan dengan ketepatan pengembalian
serangan smash sebesar 44,7%. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa jika atlet atau pemain
bulutangkis
mempunyai
kemampuan
anticipation reaction time yang baik maka
ketepatan pengembalian serangan smashnya
pun akan baik pula.
Whole body reaction time dan
anticipation reaction time keduanya memiliki
hubungan dengan ketepatan pengembalian
serangan smash pada permainan bulutangkis,
akan tetapi dalam penelitian ini anticipation
reaction time hubungannya lebih besar
daripada whole body reaction time.

reaction time dengan ketepatan pengembalian
serangan smash pada permainan bulu tangkis.
Hubungan antara whole body reaction time
dengan ketepatan pengembalian serangan
smash termasuk kategori sedang dengan
sumbangan hubungan sebesar 19,9%.
Selain itu terdapat hubungan antara
anticipation reaction time dengan ketepatan
pengembalian serangan smash pada permainan
bulu tangkis. Hubungan antara anticipation
reaction time dengan ketepatan pengembalian
serangan smash termasuk kategori kuat dengan
sumbangan hubungan sebesar 44,7%.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan
analisis data dari lapangan, maka dapat ditarik
kesimpulan dari penelitian ini diantaranya:
bahwa terdapat hubungan antara whole body

306

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
301-307
Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Herman Subarjah

DAFTAR PUSTAKA
Adhi P. Karunia (2010). Pengaruh Rally (Pertukaran Melintasi Net) Terhadap Pengembalian
Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana GMP Tahun
Pelajaran 2008-2009. Lampung: Universitas Lampung.
Anwar, D. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Amelia
Arikunto. (1991). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Bina Aksara,
Bankosz Z, dkk (2013). Assessment of simple reaction time in badminton players. TRENDS in
Sport Science, 1 (20), 54 – 61.
Dawes Jay, dkk (2012). Developing Agility And Quickness. Amerika Serikat; National Strenght
And Conditioning Association.
M Ajay, Gavkare, dkk (2013). Auditory Reaction Time, Visual Reaction Time and Whole Body
Reaction Time in Athletes. Indian Medical Gazzete. Hlm. 214 – 218
Hetti.R.A (2010). Sejarah Olahraga Bulutangkis . Bogor : Quadra.
Nindya.Hikmah (2013). Analisis Pertandingan Tunggal Putra Pada Olimpiade Musim Panas XXX
di London 2012. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Subarjah, H. (2009). Permainan Bulutangkis, Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Subarjah H, Hidayat Y. (2007). Modul mata kuliah Permainan Bulutangkis, Bandung FPOK UPI
Suherman A, Indri Nur R. (2014) Modul Stastistika Ilmu Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI
Sugiyono,(2010). Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Imanudin,Iman. (2014). Modul Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Hendriawan,Irvan, (2014). Hubungan Whole Body Reaction Time Dengan Antisipasi Penjaga
Gawang Pada Saat Tendangan Penalty Dalam Olahraga Sepakbola. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Poole James (1982), Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir
Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia
Raka. Brian (2015). Analisis kelebihan dan kelemahan keterampilan teknik bermain bulutangkis
pada permainan tunggal putra terbaik 2014. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

307

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode Hydrolysis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapi dan DNA Gelatin Babi dengan Menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR)

1 64 90

Deteksi DNA Gelatin Sapi Dan Gelatin Babi Pada Simulasi Gummy Vitamin C Menggunakan Real -Time PCR Untuk Analisis Kehalalan

1 11 70

Perbandingan antara metode SYBR green dan metode hydrolysis probe dalam analisis DNA gelatin sapi dan DNA gelatin babi dengan menggunakan real time PCR

1 33 90

Analisis Kandungan Gelatin Babi dan Gelatin Sapi pada Cangkang Kapsul Keras yang Mengandung Vitamin A Menggunakan Real-Time Polymerase Chain Reaction

0 13 80

Effects of truncation on reaction time a

0 5 47

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DENGAN ANTISIPASI PENJAGA GAWANG PADA SAAT TENDANGAN PENALTY DALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA.

8 19 29

HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN HASIL SHOOTING CABANG OLAHRAGA FUTSAL | Kurniawan | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 7996 16139 2 PB

0 0 6

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS | Azhari | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4412 15847 2 PB

0 0 7

HUBUNGAN REACTION TIME DAN COORDINATION DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA ATLET UKM ANGGAR UPI | sarihudin | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4403 15845 2 PB

0 0 5

HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI | maulana | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 4315 15834 2 PB

0 3 7