Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NAMA

: Anita Wulandari

NIM

: 110904098

PEMBIMBING

:Drs. Humaizi, M.A

NO TGL.PERTEMUAN

PARAF

PEMBIMBING

PEMBAHASAN

1

21 januari 2015

Seminar Proposal

2

26 Januari 2015

Menyerahkan Revisi Proposal

3

23 Februari 2015


Menyerahkan dan diskusi bab 1

4

3 Maret 2015

Menyerahkan perbaikan bab 1

5

10 Maret 2015

Diskusi bab 1 – bab 3

6

16 Maret 2015

Menyerahkan
dan

pedoman wawancara

7

28Maret 2015

8

5 Oktober 2015

Menyerahkan bab 1 – bab 4

12 Oktober 2015

Menyerahkan Revisi bab 1 –
bab 5

9

diskusi


Acc pedoman wawancara

Catatan:

Universitas Sumatera Utara

Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Pedoman Wawancara
Isu Utama
Komunikasi
Persuasif
adalah
bentuk
komunikasi
yang
mempunyai
tujuan
khusus dan

terarah
untuk
mengubah
perilaku
komunikan
sebagai
sasaran
komunikasi.

Sub Isu

Pertanyaan



Kredibilitas

Sudah berapa lama Anda memediasi masalah
perceraian?




Pesan

Apakah Anda menggunakan pendekatan yang
berbeda pada setiap pasangan yang akan
bercerai?



Fear Appeals



Rute sentral



Rute Eksternal




Komponen
kognitif




Komponen
afektif

Apakah Anda memberi informasi serta
dampak yang akan dialami setelah
perceraian?
Apakah Anda memberi nasihat kepada
pasangan suami istri?
ApakahAnda memperhatikan suasana hati
pasangan suami istri saat memediasi?

Apakah setelah melakukan mediasi pasangan

suami istri menjadi tahu inti masalah rumah
tangga mereka?
Apakah setelah mediasi terjadi perubahan
sikap pada pasangan suami istri?
Setelah melakukan mediasi apakah hubungan
suami istri tersebut terlihat membaik?

Komponen
konatif
Bagaimana cara Anda meredam konflik pada
saat mediasi?

Hambatan Komunikasi
Persuasif
• Noise factor


Semantic factor




Kepentingan

Apakah pernah terjadi kesalah pahaman atau
salah pengertian karena perbedaan
pemaknaan kata atau pesan?
Apakah perbedaan kepentingan dalam
mediasi menyebabkan perbedaan penerimaan
dan tanggapan terhadap nasihat yang anda
berikan?

Apakah perbedaan persepsi dari pasangan
suami istri juga menjadi salah satu hambatan?
Apakah perbedaan prasangka pasangan suami

Universitas Sumatera Utara

Mediasi
Masalah
Perceraian




Persepsi



prasangka



Peran mediator

Apakah hakim turut mambantu menemukan
jalan keluar dari masalah bagi pasangan
suami istri?



fungsi mediator


Apakah hakim menawarkan atlernatif lain
selain bercerai?



Pengambilan
keputusan

Faktor apa yang menjadi bahan acuan hakim
bahwa mediasi tersebut berhasil, gagal atau
mediasi akan dilanjutkan untuk memberi
waktu berfikir?

istri merupakan hambatan bagi hakim dalam
melakukan mediasi?

Universitas Sumatera Utara

Wawancara Informan I
A

: Sudah berapa lama Anda memediasi masalah perceraian?

B
: setiap hakim yang sudah di angkat menjadi hakim, sejak saat itulah dia
menjadi mediator. Kalau saya sendiri sudah sejak tahun 2010 sudah menjadi
hakim, menerima SK Hakim maka sejak saat itu saya menjadi mediator. Untuk
perkara perceraian sudah sejak 2010 saya memediasi maslah perceraian, sekarang
kurang lebih sudah 5 tahun. Tidak hanya perkara perceraian, setiap perkara
perdata yang masuk ke pengadilan jika kedua belah pihak hadir maka wajib
dilakukan mediasi sesuai Perma No. 1 Tahun 2008, jika tidak dilakukan mediasi
maka putusannya batal demi hukum jadi mediasi itu memang wajib untuk
dilakukan.
A
: Apakah Anda menggunakan pendekatan yang berbeda pada setiap
pasangan yang akan bercerai?
B
: Ya berbeda setiap pasangan yang bercerai. Cara kita menyampaikan
berbeda jadi ketika kita terima berkas dari hakim kita baca sekilas apa
masalahnya, lalu mediator menanyakan langsung bukan tanya jawab. Jadi mediasi
semacam curhat sehingga ketika berbicara tidak seperti di ruang sidang, kalau
mediasi lebih santai namun tetap menjaga kesopanan. Jadi kami sebagai mediator
bersikap sebagai penengah tujuannya hanya mendamaikan bagaimana para pihak
tidak jadi bercerai.
Kalau saya pribadi saya terapkan berbeda, watak orang kan berbeda beda ya,
kalau misalkan saya lihat sekilas dan saya merasa mereka bisa di ajakn berbicara
bertiga maka ya akan bicara bertiga. Namun jika saya lihat wataknya keras maka
saya memanggil pihaknya satu persatu, jika seperti itu namanya kaukus. Kita
tanya masing masing dulu apa yang terjadi masalahnya apa dan keluhannya apa,
nah setelah itu baru kita panggil pihaknya bersama sama baru kita sampaikanapa
apa yang harus kita sampaikan, solusinya apa, jalan keluarnya apa, dampaknya
dan manfaatnya.
Jadi tanggapan dari setiap pasangan itu berbeda, tergantung bagaimana cara
mediatornya dan setiap mediator berbeda caranya, karena tidak ada pedoman baku
untuk melakukan mediasi ya jadi bisa bisa sendiri. Ya mananya orang lagi ada
masalah jadi pandai pandai mediatornya biar suasananya nyaman tenang dan
tidak emosi, tidak jarang juga pasangan yang di mediasi itu emosi.
A

: Jadi ketika pasangannya emosi apa yang ibuk lakukan?

Universitas Sumatera Utara

B
: Pernah saya dapat pasangan yang seperti itu maka mediator juga tidak
bisa ikut keras juga, jadi jika pihaknya sudah keras kita gak boleh keras. Kita
tenangkan dulu kita berikan masukan masukan di dengarnya juga kita.
Jadi kalau saya terima berkas, kadang saya kesampingkan dulu saya tanya
langsung ke pihaknya. “ada apa buk / pak, coba di ceritakan masalahnya apa, apa
yang ibuk rasakan”, biasanya begitu cara membuka pembicaraan. Nah, dari situlah
dia mulai bercerita, suaminya dengar, bapak dengar aja dulu jangan di jawab
jangan di potong. Nanti setelah itu baru kita tanya ke bapaknya “apa yang bapak
rasain selama berumah tangga sama ibuk”, tapi kalau kita tanya gimana pak bener
apa gak begitu nah nanti yang ada malah debat, jadi gak ada jalan keluar jadi
tergantung mediatorlah bagaimana menanyakan pertanyaan yang baik dan
berkomunikasi yang baik sehingga yang mendengarkan menerimanya baik juga.
Jadi kalau kita menanyakan bener gak pak/ buk pasti akan ada bantahan dari
pihaknya ya suasananya udah jadi seperti sidang. Banyak bantahan jadi tambah
panjang masalahnya, mediatornya juga jadi bingung.

A
: Apakah Anda memberi informasi serta dampak yang akan dialami
setelah perceraian?
B
: Ya pasti kami member informasi, terutama ketika pasangan itu punya
anak. Bagaimana anak yang broken home. Kadang kita kasih pandangan juga ke
mereka “jangan dikira kami yang kerja di pengadilan rumah tangganya aman –
aman aja, jadi kita imbas ke kita sendiri jadi mereka berfikir ‘oh iya ya ibuk ini
juga begini rumah tangganya”. Jadi kita kasih tau saya punya anak juga, ibuk juga
punya anak jadi pikirkan lagi buk gimana anak anak kita nanti. Sama semua
rumah tangga sama. Jadi kita memeberi masukan bukan seperti mengajari tetapi
saing berbagi pengalaman jadi dengan begitu mereka akan menyadari bahwa
keadaan seperti itu bukan dia sendiri yang mengalami. Sehingga nanti berubah
pendiriannya.
A

: Menurut ibuk lebih mudah mempersuasuif suami atau istrinya?

B
: Kalau saya pribadi lebih mudah saya memediasi perkara cerai talaq yaitu
suami yang mengajukan, kalau suami lebih mudah dia lluhnya lebih cepat
luluhnya, dia vcepat memerima gak emosi. Asalkan ya kita buat semacam si ibuk
kita bilang juga udah buk bapak udah mau menerima, ibuk mnta maaf mau
suaminya terima kalau kayak gtu. Tapi kalau cerai cerai gugat susah, karena pada
prinsipnya kalau wanita yang mengajukan itu emosinya tingginya, kadang kalau
masalah seperti itu mediasi gak cukjup sekali, kadang kita bilang ibuk sama
bapak pulang dulu tenangkan diri dulu nanti kita atur jadwal untuk mediasi lagi.
A

: Biasanya ibuk berapa kali melakukan mediasinya?

Universitas Sumatera Utara

B
: Itu tergantung dalam aturan perma di berikan wkatu 30 hari klau gak
cukup ada tambahan 15 hari lagi, tapi di pengadilan ini di tetapkan tanggal nanti
di taur lagi biasanya 2 minggu. Di situlah waktu kita unutk mementukan mediasi
bisa sekali bisa dua kali. Nanti di mediasi ada blangkonya ya kita isi kalau sudah
tuntas ya di isi sudah tuntas kalau blom yaudah d tulih belom tuntas. Dan di dalam
laporan Cuma 2 gagal atau berhaasil.
Ya jadi kita wajib memberi tahu efek setelah bercerai itu apa, pandangan
kedepannya itu apa dan bagaimana. Biar bagaimana pun jika kita menyandang
status janda atau duda maka yang kita lakukan akan di nilai negatif jika
berhubungan dengan orang lain. Kita punya adat ketimuran janda dan duda itu kan
image yang sedikit kurang baik.
A

: Apakah Anda memberi nasihat kepada pasangan suami istri?

B
: Iya pasti kita kasih nasehat, memberi nasehat bukan menyalahkan,
nasehatnya bukan memojokkan bukan menyalahkan, kita hanya bilang ya baik
baiklah berumah tangga atur dengan baik, tidak semua rumah tangga bagus,
semuanya mengalami bertengakar. Begitu nasehat yang enak di terima bukan
mengajari tapi dia bisa terima dengan baik sebab kita gak memojokkan juga gak
juga kita bilang kita ngejuudge orang, sebab takutnya nanti tersinggung, sebabkan
sensitive orang yang lagi bermasalah.
A
: ApakahAnda memperhatikan suasana hati pasangan suami istri saat
memediasi?
B
: Iya pasti kita ketika berhadapan dengan orang lain kita perhatikan juga
kondisinya bagaimana, kalau kondisinya tenang boleh juga kita lanjutkan
obrolannya lbagaomana. Meurut sya mediasi itu hanya sebuah obrolan. Jadi kalau
kita liat keadaan tidak memungkinkan tidak bisa kita lakukan mediasinya karena
percuma nanti apa yang kita sampaikan menolak dia gak masuk ke hatinya.

A
: Apakah setelah melakukan mediasi pasangan suami istri menjadi tahu
inti masalah rumah tangga mereka?
B
: Iya, tapi tergantung juga mediator nya cara mengorek masalahnya gimna,
jadi cara kita berkomunikasi dengan pihak itu bgaimana. Kami para mediator juga
gak tau bagaimana cara mediator lainnya. Kami ada pelatihan pelatihan mediasi
ada, Cuma kalau saya pribadi kita harus tau apa inti masalah nya kan jadi
pihaknya juga tau oh rupanya maunya begini maunya begini langkah baiknya
begini, jadi kita ambil jalan tengahnya. Jadi kalau kita gak tau inti masalahnya pa
kita gak tau cara mencari jalan kluarnya bagaimana. Dan setelah mediasi mereka
jadi tau oh ternyata selama ini begini yang dia rasain..

Universitas Sumatera Utara

A

: Apakah pasangan suami istri jadi lebih terbuka?

B
: Kita sebagai mediator harus bisa membawa diri masuk ke lingkungan
mereka supaya mereka terbuka, kalau mediatornya susah utk berkomunikasi
mencari bagaimana mereka bisa terbuka kepada kita jadi gak ketemu juga inti
masalahnya, jadi yang ada gagal aja. Kebanyakan masalah cerai ini gagal hasilnya
karena butuh seni dalam mediasi. Awal2 saya menjadi hakim banyak perkara
mediasi yang berhasil saya buat, artinya mereka saling memafkan akhirnya
pihaknya mencabut perkara hingga mereka damai.
Boleh buk damai sama suami saya asalkan ada surta perjanjian, oh boleh saja kita
buat perjanjian kami bisa bantu, misalkan saya mau balikan sama suami saya
asalkan suami saya begini begini. Anda tanda tangan mediator juga. Itu aja
pegangannya nanti di sampaikan ke majelis hakim. Kami ingin damai ingin cabut
perkara, ini utk buat tenang si pihak aja.
A
istri?

: Apakah setelah mediasi terjadi perubahan sikap pada pasangan suami

B
: Ya kadang kadang, tidak semua pihak yang kita mediasi sikapnya
berubah. Kadang tetap berthan mau cerai kadang ada yang mau damai. Ketika kita
mendapat perkara yang harus kita mediasi itulah waktu kita mediasi sebelum
sidang apakah mediasi itu gagal atau berhasil , kalau gagal berarti perkara di
lanjutkan,
Setelah mediasi kami tidak tau lagi mereka membaik atau tidak, yang kami tau
setelah mediasi mereka berdamai atau tidak kalau mereka berdamai berarti ada
perubahan sikap. Yang tadinya mau cerai tetapi gak jadi cerai berarti kan mereka
membaik. Kadang ada juga kita membuta laporan berhasil tau tau di sidang nanti
berubah lagi keputusannya mau lanjut. Kadang kita mengeluarka gagal tidak
mencapai kesepakatan . pada intinya siapa yang mengajukan itu juga yang
mencabut gugatan. Kita setelah mediasi tidak betemu lagi sama pihak itu, lepas
tanggung jawab kita ketika laporan di blangko sudah kita serahkan.
Pada intinya kita tidak tau perubahan sikapnya seperti apa kita gak tau karena
pertemuannya Cuma sekali atau duakali setelah itu sudah tidak ada hubungannya
lagi.
A
: Setelah melakukan mediasi apakah hubungan suami istri tersebut terlihat
membaik?
B
: Ya tergantung baik tidaknya ketika mediasi aja, ketika kita berhadapan
dengan pihak aja. Mediator gak cukup sekali kalau lama waktunya. Pertemuan
pertama kita dengar apa keluhan mereka, nanati kita tunda lagi pertemuan kedua.,

Universitas Sumatera Utara

jadi gak boleh bertabrakan dengan hari sidang juga. Nanti di pertemuan kedua kita
tanya kembali bagaima sudah di pikir2 blom
Kalau suami yang mengajukan perkara cerai ke pengadilan agak susah di
bandingkan yang mengajukan pihak istri, memang iya kalau cerai gugat sidangnya
2 atau 3 kali tapi kalau cerai talak ada sidang ikrar juga jadi mengucapkan ikrar k
majelis hakim, kalai cerai talaq istri bisa menuntut nafkahnya yang harus d penuhi
suami, jadi beban buat suami makanya lebih banyak wanita yang mengajukan.
Tapi tidak semua perkara di terima, kalau tidak sesuai denga hokum ya gak bisa di
terima ataau masalah yang d ajukan tidak bisa d buktikan jadi tidak bisa di terima
perkaranya.
A

: Bagaimana cara anda merdam konflik dalam mediasi?

B
: Ya kitanya sebagai mediator harus tenang menghadapi orang, kalau kita
tidak tenang tidak sabar ya kacau juga ya, semuanya pada emosi jadinya makanya
ruang mediasi itu di desain sebagus mungkin ada ruang berbeda, dekornya juga
berbeda yang buat adem hati , nyaman jadi ketika dia masuk ke ruangan itu
hatinya jadi enak sedikit rileks jadi bagaimana caranya kita mediator
meredamnya, jangan kita ikut ikutan emosi jangan kita menampakkan kekuasaan
kita sebagai mediator, bisa aja sebernya tapi inikan bukan sidang, ini tujuannya
kan mendamaikan. kalau ada masalah pribadi sebisa mungkin ya di kesampingkan
gak boleh di campur adukkan,kita harus professional karena ini pekerjaan. Jangan
sampai konflik pribadi kita jangan sampai kena ke mereka. Kadang kalau
hakimnya perempuan kesel juga kita liat pihak yang misalkan suaminya mabuk di
siksa segala macam kebawa juga kita kesal, tapi sebenarnya gak boleh, gak boleh
kita memojokkan atau berpihak pada satu orang tetap aja kita harus sama
perasaan kita ke mereka.
A

: Apakah perbedaan kepentingan?

B
: Paling kalau sikap meraka seperti itu ya kita juga harus ambil sikap mau
di apakan perkara ini.
Jika perkara cerai gugat yang lebih mudah menerima informasinya ya suaminya.
Tergugat lebih mudah di persuasi karena mereka tidak terima dan jarang yang
terima di kalau penggugat maunya itu ya itu, tetap di pertahankan maunya itu,
kecuali slama ,mediasi itu dapat merubah sikapnya.
Kalau dalam kondisi sudah mengajukan perceraian susah sekali membalikkan
hatinya,. Makanya saya lebih suka mediasi cerai talaq daraipada cerai gugat, karna
banyak keberhasilan mediasi itu di cerai talaq. Jika perkara cerai talaq nanti kita
bilang udahlah pak istri bapak udah mau berubah terima ya pak. Kalau dia udah
blang yaudahlah buk itu artinya perkaranya udah di cabut. Laki laki itu kadang
cepat luluhnya. Palingan kita bilang ke bapak kasian ibuknya pak di tinggalin gini.

Universitas Sumatera Utara

Tapi kalau cerai gugat agak susah dia terima suami karena biasanya masalahnya
sudah memuncak. Tapi ada pernah kasus yang saya mediasi itu KDRT, sampai
suaminya sujud sujud minta maaf ke istrinya dan mau bersumpah di Al Qur”an
saya tidak mengulangi lagi.saya tanya bagaimana buk, sampai istrinya nangis
mungkin karena nyesek dipukuli suaminya dan di ruangan mediasi keliatan
suaminya khilaf dan menyesal sampai dia berani bersumpah. Saya tanya lagi
gimana ini buk suami ibuk ini serius tidak bercanda, coba kita liat dlu gimana
perubahannya nanti. Nanti kalau begini lagi ibuk bisa mengajukan gugatan lagi ke
pengadilan. Ya akhirnya ibuk itu blang karena saya sayang sama suami saya mau
cabut perkara dan mereka damai.
Hasil dari mediasi tidak bisa di prediksi karena kadang yang kita anggap susah
malah itu gampang, kadang yang kita gampang malah susah jadi ya kita keluarkan
aja laporan kalu itu gagal dan lepas tanggung jawab kita.
A

: Perbedaan persepsi pasangan suami istri?

B
: Sebenarnya mereka banyak yang tidak tahu apa itu mediasi, jadi ketika
kedua belah pihak hadir maka langsung di perintahkan oleh majelis hakim untuk
mediasi. Kita mediasi mau ngobrol aja, mau curhat aja di ruang mediasi itu. Jadi
kalau sidang pertama tidak datang maka nanti akan di panggil lagi untuk
memanggil suaminya. Karena ini proses persidangan maka semua harus mematuhi
untuk mediasi.
Ya kalau perkara cerai sudah jelas yang satu mau cerai yang satu lagi tidak mau
cerai, jadi kita harus menyamakn persepsi mereka cerai itu apa dampaknya
A

: Apakah ada perbedaan prasangka dalam mediasi?

B
: Masih ada juga yang begitu, tapi ya itulah semua itu tergantung dari
mediatornya, namanya suami istri yang sedang ada dalam masalah. Prasangka
mereka buruk terhadap para pasangannya.
Kita tidak tahu hubungan mereka membaik atau tidak, biasanya yang melihat
mereka selama sidang.
Kalau perkara yang perkara saya sidangkan ya sama saja, tetap sama malah ada
yang sudah mediasi gak taunya keduanya datang terus ke sidang suaminya gak
bisa buktikan dan dia keberatan membayar tuntutan istrinya akhirnya perkaranya
di cabut. Tapi melihat hubungan mereka ya gitu gitu aja, malah istrinya tidak mau
cabut perkara karena dia tau suami saya tidak sanggup bayar tuntntannya jadi
cabut perkara karena mau menghindar bukan mau rujuk.
A
: Apakah hakim membantu menemukan jalan kluar dari masalah pasangan
suami istri tersebut?

Universitas Sumatera Utara

B
: Iya, itulah peran kita sebagi mediator wajib membantu mereka
menemukan jalan kelura. Oleh karena itu kita harus tau apa masalah yang mereka
hadapi. Kalau kita udah tau masalh apa kita mudah menemukan jalan keluarnya.
Kalau poinnya ngambang kita gak tau mau ngasih nasehatnya apa.
Makanya kita harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pihak itu
jadi dia bisa mencurahkan isi hatinya, dia ceritakan ke kita apa yang sebenarnya
karena apa yang di tuangkan dalam tulisan di berkas tidak sama dengan apa yang
disampaikan jadi itulah peran penuh kita bagaimana kita membuat mereka
nyaman jadi kita enak memberika masukkannya.
A

: Apakah hakim menawarkan alternatif lain selain bercerai?

B
: Iya terutama ya damai gakusah cerai pulang lagi rukun bersama, kita
juga bangga mereka yang sudah damai, perkara mereka di cabut.
A
: Faktor yang menjadi bahan acuan hakim bahwa mediasi tsb berhasil,
gagal atau di tunda?
B
: Pertimbangannya ketika kita melihat adaa gak ini orang merubah pikiran,
terlihat dari kita memberika masukan dianya diam berfikir menangis itu kan
semacam tersentuh hatinya, tapi kalau sebaliknya banyak jawaban pokoknya
pokonya saya sudah gak lama lama apalagi perkara cerai gugat. Pokoknya saya
mau cerai gak mau damai, selam belum ketuk palu dari hakim ya selaama itulah
waktu bapak memperbaiki diri utk bisa di terima istri bapak.
Tapi kalau cerai gugat dia menagis , diam dia itu bisa nerima paling kita berika
waktu utk berfikir dulu, bicarakan dlu dengan suami kalaupun mau cerai ya
cerailah bai baik tapi kalau mau rukun ya rukunlag hyang sebenarnya sekarang
mediasi di tunda dulu untuk ibuk berfikir mungkin sekarang ibuk lagi bingung
ladi emosi berfikirlah yang tenang.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara Informan II
A

: Sejak kapan ibu memediasi masalah perceraian?

B

: Saya menjadi hakim sejak 2001 jadi kalau perma mediasi ini kan no 1
tahun2008, jadi sejak pertama jadi hakim saya sudah memediasi.

A

: Ibu pertama tugas disini?

B

: Tidak saya pertama tugas di pengadilan agama tanjung balai, tetapi dulu
kantornya dikisaran, di Jl. Akasia lalu ada pemekaran Pengadilan Agama
Tanjung Balai dan Pengadilan Agama Kisaran jadi kantornya pindah ke
simp empat di Jl. Perintis kemerdekaan tapi sekarang udah pindah ke
Tanjung Balai. Jadi saya di tajung terus mutasi ke sini, ya masih begitu saja
mutasinya. jadi terakhir kaarena mutasi begitu tidak di perbolehkan lagi
kalau saya tidak di mutasikan saya tidak bisa naik pangkatkarena golongan
4B saya harus pindah ke kelas 1 yaitu di lubu pakam kelas 1B karena
kisaran dan tanjung balai ini masih kelas II. Tapi 1,5 tahun saya disana saya
minta pindah lagi ke kisaran. Jadi ya mutasi nya Cuma disini sini saja. Jadi
selama itulah saya menjadi mediator.

A

: Sudah berapa lama ibu memediasi masalah perceraian?

B

: Mediasi itu perdamaian di luar persidangan kalau ada yang mngajukan
perkara maka di panggilah para pihak di sidangkanlah di sidang pertama
apabila para pihak ini hadir maka dilakukan, kalau salah satu tidak hadir
maka tidak bisa dilakukan mediasi karena tergugat tidak hadir itu kalau
cerai gugat, kalau cerai talak itu termohon tidak hadir. Hakim bisa menunda
untuk dilakukan pemanggilan lagi.

A

: jadi buk kalau di sidang pertama dan sidang kedua salah satunya tidak
hadir maka mediasi dikatakan gagal buk?

B

: iya kalau sidang pertama tidak datang maka di panggil lagi. Tapi kalau
keduanya hadir maka dilakukan mediasi, mediasi itu dilakukan sebelum
pemeriksaan perkara di pengadilan tapi wajib menjalani mediasi sesuai
perma. Jadi ketua majelis hakim memerintahkan mediator untuk melakukan
mediasi. Jadi kita perlihatkan daftar nama mediatiornya untuk memilih siapa
yang ingin di pilihnya jadi mediatornya.kalau saya sebenarnya hari kamis
jadwal menjadi mediatornya tapi karena ada hakim yang tidak datang ada
yang sakit maka saya yang menggantikan. Ada namanya blangko mediasi
jadi mejelis hakimnya menulis kan disitu di perintahkan kepada ibu wardiah
untuk menjadi mediator. Jadi mediasi lah, di hadiri para pihak kemudian

Universitas Sumatera Utara

kan kadang – kadangkan ada yang pakai kuasa hukum, jadi di anjurkanlah
untuk setiap pasangan walaupun pakai kuasa hukum, pihaknya langsung lah
yang di mediasi jangan kuasa hukumnya, karena kalau mediasi ini kan kita
mau menasehati mereka, kalau kuasa hukumnya ini kan haya mendengarkan
cerita rumah rumah tangga saya begini – begini, kalau langsung kita kan
ntah tersentuhnya hatinya yak an untuk baikan lagi.
Ya kan seperti pertanyaan ini apa kami nasehati, ya kami nasehati
bagaimana kalau bisa baik baik, bukan kami yang di pengadilan ini baik –
baik aja rumah tangganya buk, kami pun gak sukanya dengar orang cerai
cerai ini, tapi namanya tugas kan ya gimana lah, bukan mesti yang datang
harus cerai, ya kayak ini lah buk di mediasi dulu, nanti ada katanya tapi
kami udah sepakat, gak tahan lagi, recok recok yang kita hadapi ya macam
macam lah itu kan, ada yang kita liat emosi ya kalau kita liat dia emosi kita
jangan ikut ikut emosi. Udah kadang kadang ada juga yang bilang “ibu itu
kan gak ngerasakan”, marah itu nanti dia sama kita, saya bilang “ibu jangan
marah sama saya ya, ini udah tugas saya buk untuk mediasi”.
Dia marah dengan suaminya di lampiaskannya ke kita “ibu kan gak
merasakan, ibukan perempuan juga”, kan emosi kita kan kalau kita turutkan
emosi kita kan udah kita bilang “keluarlah kau!”. Tapi gak kan itulah yang
kita tahan. Kita bilang lah “jadi kayak mana, satu satu lah dulu ya, jangan
jawab menjawab disitu. Bapak dulu saya Tanya ya bapak aja yang jawab
jangan ibu jawab juga, nanti ibu juga gitu kalau ibu saya Tanya bapak gak
boleh jawab ya pak ya”, kalau udah jawab menjawab kayak pajak lah nanti
jadinya rame. Jadi kita buat gitu, kita dengarkanlah dulu kata penggugat ini,
baru dia cerita begini begitu kalau gak ada juga yang bilang “baca ibu lah
situ!” bilang gitu pula dia, ya kalau gitu saya bilang “ saya gak mau baca,
saya gak mau periksa perkara ini, saya mau tau apa yang terjadi”, “ udahlah
itu kan udah di tulis disitu” kan kalau dengar gitu emosi kita kan, kalau kita
turutkan udah kita bilang “udah keluar ajalah kau”, tapi kan gak boleh kita
gitu, namanya kiuta mau nasehati ya kan.
“apa rupanya masalahnya bu?” nah kadang baru dia cerita gini buk kan
selama ini dia begini begitu, saya sudah gak di nafkahi segini lama ada aja
nya itu masalahnya. jadi kita tanya lagi “udah buk udah cukup segitu? Jadi
buk kita dengar dulu bapak ya”, di dengarlah suaminya kadang ada juga
“gak benar itu buk, bukan gak saya nafkahi dia, saya nafkahi”, biasanya kan
begitu itu kan, udah gak dinafkahi di tinggal. Jadi si bapak ini menjawab
pula lah membela diri dia yakan. Udah gitu kalau dia sama sama gak emosi
bisalah kita teruskan. Nasehatilah misalkan dia udah punya anak “buk,
ibukan udah punya anak kalau kita mungkin lepas kita bisa cari lagi, kalau
bapak mungkin bisa dapat gadis lagi kalau ibu juga mungkin bisa dapat

Universitas Sumatera Utara

lajang lagi, kita bisa menikah lagi. Tapi pikirkan anak, kita liat lah di
sinetron itu gimana yang orang tuanya tidak berhasil kadang – kadang anak
itu ada yang dendam dengan cara apa dia merusak dirinya. Kalau kita lepas
anak ini mau gimana, kalau ikut bapak dia punya ibu tiri kalau ikut ibuk dia
punya bapak tiri. Kita liat kan tv sekarang ngeri – ngeri zaman sekarang
ini”, gitu pun kadang dia mau dengar. Kalau yang udah emosian itu “udah
nanti dipikirkan itu, anak sama saya, saya bisa saya kerja kok, selama ini
gak ada di nafkahinya kerjanya saya, makannya saya, hidupnya anak saya”
kadang ada yang begitu ya kita dengarkan ajalah ya.
Kalau sama tenang masih bisa lah kita atasi kalau sama – sama emosi ya
kita suruh keluar lah dulu satu, kita tanya gimana masalahnya, mungkin
karena namapak yang itu satu jadi tambah emosi. Boleh juga kita periksa
nanti itu satu satu kita dengar begitulah cara kita nasehatinnya. Dan kita
umpamakan “juga jangan ibu pikir kami yang kerja di pengadilan ini mulus
mulus aja, ada juga masalah namanuya rumah tangga yang berpuluh puluh
tahun kita jalani srumah ya pasti ada. Kalau kita turutkan maulah besok
bercerai kami, tapi kan gak gitu”. Kalau soal merepet yaudahlah namanya
ibu ibu udah terkenalnya itu tukang merepet, kalau lagi merepet ya
tinggalkan, nanti kalau udah balek lagi. Kita nasehatin lah gitu bagaimana
kita umpamakan aja, kadang kadang ada yang berhasil dia. Kadang kadang
gak mau juga “udahlah itu, udah sepakat kami”, nah udah sepakat pula
katanya, cemana cerai kok sepakat, kalau cerai itu jangan sepakat. Jadi
pandai – pandai kita lah nasehatinnya. Kadang – kadang ada yang berhasil.
A

: Ibu pernah mediasi berhasi?

B

: Pernah juga, itulah kan di cabut perkaranya yak n. Kadang kadang buat
perdamaian. Tapi ada yang pernah mediasi disini juga udah di cabut
perkaranya, berhasil mediasinya akhirnya ngajukan lagi karena enggak juga
berubah. Ada juga yang berhasi. Disini yang banyak cerai gugat, maslah nya
ya gitu ada yang di tinggal suami, gak di beri nafkah, kalau KDRT itu satu
satu.
Itulah kadang kadang kita liat dia seolah menerima nasehat kita, ya kita beri
waktu dia untuk berpikir lagi, kita kasih tau untuk mediasi satu kali lagi, ada
juga yang mau. Itu mungkin karena orangnya gak keras yak an. Jadi kita
mediasi lagi sebelum sidang kedua yang di tentuka majelis hakim. Misalnya
seminggu atau dua minggu bapak juga ibuk datang kemari nanti kita
mediasi lagi. Kadang – kadang berhasil kadang – kadang gak lah buk gak
ada perubahannya. Kalau memang yang udah parah kali Nampak kita yang
memang udah gak mau betol kita liat pun udah susah, jadi kita buka juga lah
berkasnya, ada yang 5 tahun ada yg udah 7 tahun di tinggal. Ya kalau gitu

Universitas Sumatera Utara

paling ibunya blang “udahlah bu saya gak mau lagi”, tapi kadang kadang
bapaknya bilang “gak mau saya masih sayang, demi anak, demi ini” tapi gak
di nafkahinya juga. Jadi masalah masalah yang seperti itu lah yang di hadapi
di dalam mediasi.
A

: Apakah ibu menggunakan pendekatan yang berbeda pada setiap pasangan
yang akan bercerai?

B

: Ya berbeda lah., kita liat juga watak – watak orangnya. Kalau namapak
kita yang emosian jang kita samkan, nanti bisa perang dia disitu. Kadang
ada yang baru kita tanya terus mau menjawab aja kan. Jaid nanti kita suruh
kluar 1 dulu gantian. Kita liat dulu situasinya.

A

: Apakah anda memperhatikan suasana hati pasangan suami istri yang saat
mediasi?

B

:Iya, kita liatlah juga gimana keadaannya. Kita juga kan gak boleh memihak.
Nanti kita perhatikan dulu apa masalahnya, jadi kita nasehati sesuai
masalahnya. Harus kita perhatikan Kadang kadang ada itu nanti yang mau
menang sendiri. Kayak membela dirinya sendiri, misalnya bapak, tetap
dibilangnya sayang tapi tetap gak di nafkahinya. Nanti dirumah ibu nya
jualan untuk menghidupi anak ini jadi tetap kita perhatikan yang kayak gtu,
tapi nanti kalau kita lihat yang udah parah kali, diapun kayaknya udah
tersiksa kali lah mungkin, ya jadi gagal lah kita buat tapi kalau dia masih
ragu ragu nanti kita kasih kesempatan.

A

: Apakah setelah mediasi pasangan suami menjadi tahu inti masalah rumah
tangga mereka?

B

: Kalau udah kita tanya di jelaskan jadi tau lah dia, kadang kami contohkan
ke diri kami “kami juga orang pengadilan ini buk, kami berumah tangga
bukan gak ada masalah ya ada juga masalahnya”. Tapi gitu cara kita kalau
yang satu marah ya yang satu diam nanti kalau dua duanya ngomong jadi
rame. Jadi kita memang harus tau hati pasangan ini.

A

: Apakah setelah mediasi terjadi perubahan sikap pada pasangan suami istri?

B

: Kalau yang masuk ke hatinya nasehat kita itu mungkin belum parah kali
lah keadaan rumah tangganya, jadi nnti dia mikir oh gtu ya, “jadi kayak
kami ini buk bekerja tapi di rumah gak kita banggakan kita yang bekerja itu,
dirumah ya kita ibu rumah tangga, saya juga buk dirumah masak, bangu
pagi, menyiapkan sarapan, mana lagi mau pergi kerja bukan ada pakai
pembantu, sampai rumah gak kita bawa lagi cerita kita yang bekerja ini”.
Kadang kadang ya dia sadari, kalau kita perempuan yang udah bekerja ini
agak sombong sedikit karena kita juga kerja. Tapi kan gak gitu. Kalau bapak

Universitas Sumatera Utara

juga keluar pintu kantor itu ya udah dirumah jangan di bawa – bawa
masalah yang di kantor itu ke rumah.
Ada yang sebelum mediasi diam diaman abis itu bisa ngobrol tapi perkara
cerainya masih tetap di lanjutkan. Ada yang diam – diaman terus sampai dia
ikut kan kita marah. Ibu juga pernah gitu kan “udah buk kan saya yang udah
merasakan berapa tahun ini” ya saya bilang “ibu marah sama bapak kan,
jangan sama saya marahnya, kita kan baru ini kenal, saya juga baru ini
ketemu ibu sama bapak juga. Tapi ini tugas kami memediasi ibu menasehati
ibu. Tapi kalau ibu gak mau apa boleh buat ya kan”
A

: setelah melakukan mediasi apakah hubungan pasangan suami istri terlihat
membaik?

B

: ada juga yang membaik. Ada juga yang datang mau cerai itu bagus
bagusnya jadi kita mediasi mereka pun santai “ah, kami udah sepakat kok
buk, memang udah gak bisa lagi untuk di teruskan, kami sadar sama
kekurangan kami masing - masing” ya kita liat bagus ya ketawa – ketawa
cerita tapi kita mediasi pun tetap juga mau cerai.
Yang tadi ibu mediasi itu dia pakai kuasa hukum, seharusnya kalau kita
mediasi itukan orangnya langsung tapi udah di kuasakan. “udahlah saya
terima apapun yang di tuduhkan istri saya” di bilang kuasa hukumnya “tapi
selama ini juga bapak tidak memberi nafkah sampai anaknya umur 20
tahun” terus di blang bapak itu “udahlah buk, apa yang di tuduhkan istri
saya ya saya terima, selama ini saya beri nafkah tapi udahlah biar Allah aja
yang tau”. Ya kita nasehatin juga lah yak an “ sekalipun cerai tapi anak itu
tetap tanggung jawab ayahnya, untuk nafkahi anaknya walaupun di asuh
sama ibunya nanti anak itu bisa dendam sama kita” “iya iya saya tau”.
Makanya tadi sebentar aja mediasinya.

A

: Bagaimana cara anda meredam konflik pada saat mediasi?

B

: Ya kita bilang lah jangan panasnya itu sama kalau ibunya lagi emosi
bapaknya kita minta tenang gitu juga sebaliknya. Kadang bapaknya atau
ibunya kita suruh keluar dulu salah satunya, kalau disitu terus jawab –
jawaban. Padahal kan kita bilang nanati ibu jangan ngomong dulu ya
sebelum sayan minta jawab tapi karena emosi gak sabar ya jadi ngomong
terus dia, ya kalau kayak gitu kita suruh keluar.

A

: apakah pernah terjadi kesalah pahaman atau slah pengertian karena
perbedaan pemaknaan kata atau pesan?

Universitas Sumatera Utara

B

: ada juga kadang kadang gitu. Kalau pasangan muda ntah dengar dengar
dari orang selingkuh. Kadang jumpa jumpa kawannya jadi cemburu. Salah
paham aja itu kan padahal bukan istrinya selingkuh.

A

: apakah perbedaan kepentingan dalam mediasi menyebabkan perbedaan
penerimaan dan tanggapan terhadap nasihat yang anda berikan?

B

: tergugat kadang lebih mudah nerima. Kalau bapak bapak ini mudahnya dia
nerima kalau udah kita nasehati luluhnya dia. Ibu ibu ini kan kadang kadang
lebih apa ya, kalau kerjaan dirumah ini kan gak siap siap yak an ngurus anak
langi udah gitu kadang kadang kurang di kasih nafkah, marahlah dia emosi
juga. Kadang kalau kita nasehati nerimanya dia.

A

: bagaimana cara hakim membangun persepsi bahwa mediasi itu penting
bagi mereka?

B

: ya itulah tadi kan kalau udah di periksa pokok perkaranya kan udah jawab
menjawab itu waktu di sidang. Jadi itulah perlunya sebelum pokok perkara
persidangan seperti curhat lah mereka menyampaikan perasaannya saat
itulah kita nasehatin. Sebelum ke persidangan.

A

: apakah perbedaan prasangka pasangan suami istri merupakan hambatan
bagi hakim dalam melakukan mediasi?

B

: kalau soal yang cemburu ada perubahan setelah mediasi. Kita jelaskanlah
cemburu itu boleh htapi janganlah gara – gara cemburu terus kita jadi mukul
istrinya. Setelah di mediasi sadarlah mereka.

A

: apa persoala kayak gitu bisa jadi hambatan juga buk?

B

: ya kadang kadang begitu juga, apapun yang kita bilang udah gak masuk
lagi. Kadag kadang ada juga yang berfikir kita memihak karena sama sama
perempuan. Padahalkan sebenarnya kita Cuma meluruskan bukan memihak.

A

: apakah hakim turut membantu menemukan jalan keluar dari masalah bagi
pasangan suami istri?

B

: ya. Itulah kita bantu carikan jalan keluar sesuai masalahnya. Ada kadang
kan yang kerja merantau sampai lama, ya kita bilang jangan lah merantau
sampai segitu lama. Coba lah di atur jangan lama lama kali ninggalkannya.

A

: apakah hakim menawarkan alternatif lain selain bercerai?

B

: itu kadang kadang ada orang yang bercerai karena mau nikah lagi, ya kita
tawarkan “gak usah cerai kan bisa pak, kalau bapak mampu ya poligami”
kadang kadang ada juga istrinya yang mau. Kalau soal kurang bertanggung

Universitas Sumatera Utara

jawab kadang ada juga yang buat perjanjian perdamaian. Tapi itu gak kita
tawarkan kalau suami/istrinya minta ya kita bantu untuk buatkan perjanjian
perdamaiannya itu.
A

: faktor apa yang menjadi bahan acuan hakim bahwa mediasi tersebut
berhasil, gagal atau mediasi akan di lanjutkan untuk memberi waktu
berfikir?

B

: kalau kita lihat tadi keduanya masih ragu, yang itu kita kasih waktu kalau
kita liat agak agak mau. Kalau kita nasehati agak luluh hatinya yang kayak
gitu kita kasih waktu berfikir. Kadang kalau udah kita kasih waktu berfikir
tapi gak berubah juga ya ada juga jadi tetap cerai. Jadi selama dalam
persidangan itu nanti kan di periksa pokok perkaranya, bukan karena
mediasi gagal bisa cerai , gak bisa cabut gugatan lagi, ya gak gitu juga. Jadi
selama proses persidangan ada kemungkinan dama juga.

A

: yang sulit di mediasi pasangan yang udah lama menikah atau yang baru
menikah?

B

: yang udah lama menikah. Kalau pasangan baru akan lenih mudah kan
mungkin karena masih muda masih mikir cinta cinta.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara Informan III
A

: Sudah berapa lama bapak memediasi masalah perceraian?

B

: Saya menjadi hakim sejak tahun 2009 bertugas disini sudah 2 tahun jadi
Sejak 2009 saya sudah mulai memediasi. Sudah pernah berhasi tetapi
banyak yang tidak berhasil. Karena kita mediasi perceraian masalah
keluarga ini bukan hanya terkait masalah hokum saja tetapi juga masalah
perasaan. Kadang kalaupun dia sudah menyadari kalau dia keliru Cuma
karena ini berhubungan sama perasaan dia bilang sudah saya sudah tidak
bisa ya sudah kita mau apa.

A

: Apakah ibu menggunakan pendekatan yang berbeda pada setiap pasangan
yang akan bercerai?

B

: Oh iya jelas, kan sebelum mediasi pasti kita tanya kita pelajari latar
belakang pendidikannya apa, itu kan tercantum dalam identitasnya. Dia dari
kalangan pekerjaan mana apakah perkerjaannya kasar atau orang kantoran.
Pasti kita pelajari yang soal begitu jadi nanti pendekatan kita berbeda.

A

: Apakah anda memberi nasehat kepada pasangan suami istri?

B

: Pasti, itu wajib kita sampaikan dampak perceraian. Kita beri pandangan
kepada mereka bahwa bagaimanapun perceraian itu tidak baik termasuk
dalam agama islam dan akan banyak orang merasakan dampak buruk dari
perceraian itu terutama bagi keluarga khususnya anak – anak.

A

: Apakah bapak memberi nasehat yang berbeda?

B

: Makanya tergantung orangnya tadi, kan masalah yang di hadapi setiap
orang itu berbeda – beda mungkin judulnya sama perceraian, tapi latar
belakangnya kan beda. Ada yang karena perselingkuhan, ada yang karena
perilaku ada yang karena ekonomi ada yang karena kekerasa, ya macam –
macam lah. Dan melihat itu tentu pendekatan kita berbeda tergantung latar
belakang personal maupun latar belakang kasusnya apa. Banyak hal yang
harus kita pelajari dulu sebelum mediasi itu.

A

: Apakah anda memperhatikan suasana hati pasangan suami istri yang saat
mediasi?

B

: Iya pasti kita perhatikan karena kadang ada yang bawaanya emosi aja.
Karena mediasi ini wajib di laksanakan, jadi sebelumnya kita tanya kan dulu
siap mediasi atau tidak, kalau belum siap kita tunda dulu. Karena mediasi ini
harus di jalankan dengan serius.

Universitas Sumatera Utara

A

: Bagaimana Suasana selama mediasi?

B

:Suasananya kalau saya cenderung santai, karena mediasi itu nonlitigasi
diluar jalur prngadilan. Jadi pendekatan kita seperti keluarga, curhat, kadang
kita pakai kaukus. Kaukus itu mediasi orang perorang jadi satu dulu di
panggil di tanya nanti satu lagi di panggil seperti apa lalau kita pertemukan
keduanya untuk bicara.

A

: Apakah setelah mediasi pasangan suami menjadi tahu inti masalah rumah
tangga mereka?

B

: Ya itulah yang saya bilang tadi dia tau ya saya keliru. Tapi karena ini soal
perasaan dan terlanjur tidak enak maka sudahlah. Karena kan kalau orang
terlanjur terluka itu walaupun sudah sembuh tapikan bekasnya masih ada, ya
begitulah dalam mediasi.

A

: Apakah setelah mediasi terjadi perubahan sikap pada pasangan suami istri?

B

: Ada yang diem dieman awalnya setelah mediasi jadi ngobrol. Bahkan ada
yang unik mau mediasi mereka masih boncengan ya biasa karena mungkin
mereka udah sepakat bercerai. Walaupun sebenarnya sepakat bercerai itu
tidak boleh tapi itulahkan orang itu tidak ada yang sama.

A

: Setelah melakukan mediasi apakah hubungan pasangan suami istri terlihat
membaik?

B

: Kalau itu saya kurang tau. Karena kita kan bertemu hanya di ruang mediasi
setelah itukan hubungan mereka diluar kita gak tau.

A

: Bagaimana cara anda meredam konflik pada saat mediasi?

B

: Kalau konflik marah – marah ya paling kita tenagkan kita nasehati. Karena
kan mediasi ini untuk mendamaikan untuk mencari win win solution supaya
keduanya senang tidak jadi bercerai. Cuma ada perbedaan persepsi antara
mediasi di kita dan di luar, mediasi ini kan upaya hukum yang sudah global
sudah universal tidak hanya ada di Indonesia aja. Kalau di Indonesia ada
yang beranggapan kalau mediasi itu sukses kalau keduanya tidak jadi
bercerai. Tapi mediasi itu dikatakan sukses kalau hubungan keduanya
membaik. Jadi buat mereka hak menikah dan hak bercerai merupakan hak
asasi yang mendasar, tapi kan faktanya kita menganggap orang yang berada
dalam perkawinan itu sedapat – dapatnya jangan bercerai. Jadi kalau mereka
bercerai walaupun perceraiannya dilakukan baik baik maka di anggap gagal
medaisinya. Beda dengan orang diluar negeri, jepang contohnya suami istri
bertengkar yang satu mau bercerai yang satu tidak mau bercerai tapi setelah
mediasi mereka mau bercerai secara baik baik itu di anggap berhasil

Universitas Sumatera Utara

mediasinya, tapi kalau di Indonesia yang seperti itu di anggap gagal
mediasinya. Kalau di kita kan standar perkawinan itu suatu yang sakral buat
kita kalau di mereka kan tidak macam macam hubungan itu kan berbeda.
A

: Apakah pernah terjadi kesalah pahaman atau slah pengertian karena
perbedaan pemaknaan kata atau pesan?

B

: Sampai saat ini belum pernah.

A

: Bagaimana cara hakim membangun persepsi bahwa mediasi itu penting
bagi mereka?

B

; Dengan memberikan gambaran masalah dan mediasi ini pentin selain
penting juga wajib. Mungkin di luar pengadilan mereka ini sudah sering di
mediasi oleh keluarga biasanya orang yang datang ke pengadilan sudah
merupakan upaya terakhir dari mereka. Karena di kelurga sudah tidak bisa
di selesaikan. Kita kan orang timur jadi ikatan kekelurgaan kita lebih tinggi.
orang kalau mau menikah di rundingkan dulu dengan keluarga, orang kalau
mau bercerai di rundingkan dulu dengan keluarga, jadi semua keluarga
dilibatkan sampai kepala desa kepala lingkungan, sampai sebegitunya di kita
kan. Kalau di luar kan tidak begitu, perceraian itu kan hak kita, orang mau
menikah mau hidup bersama itu kan hak dia, mau jadi single parent mau
jadi apa aja itu kan hak dia. Kalau di kita kan gak gitu. Jadi bisa aja orang
kita ini datang ke pengadilan karena masalahnya sudah tidak bisa di
selesaikan. Kendati begitu tetap kita jelaskan walaupun disana sudah di
mediasi, mediasi di pengadilan ini tetap wajib.

A

: Berapakali toleransi pemanggilan untuk mediasi?

B

: Pada sidang pertama jika keduanya hadir langsung kita arahkan untuk
mediasi, walaupun jika mediasinya tidak pada hari itu, kalau salah satu gak
datang kita tunda dulu kita panggil untuk mediasi. Di tundanya paling tidak
itu sekali, kita juda tidak bisa menunda nunda terus, kasian orang ini kan di
dalam pengadilan ini harus diliat juga iktikad baik orang. Istrinya
menggugat, suaminya tidak datang sidang pertama ya mungkin ada alasan
ntah sakit ntah apa makanya dia gak datang. Walaupun sebenarnya sudah
bisa di selesaikan ini perkaranya, Cuma karena ada perma mediasi ini kita
tunda dulu berikan kesempatan, mana tau ada halangan jadi kita coba jalan
lain. Panggil lagi untuk mediasi dan datang pengadilan. Tidak datang dia ya
tidka mungkin kita tunda tunda terus kan kasin pihak yang menggugat
karena pemanggilan itu ada biayanya kalau di panggil terus ya keluar terus
biayanya ini habis nanti uangnya.

A

: Yang lebih mudah menerima nasehat?

Universitas Sumatera Utara

B

: Saya belum pernah ngukur kesitu, yang biasanya orang dalam mediasi itu
macam2. Ada penggugat dan tergugat kalau penggugat ini ada yang
bersikeras untuk bercerai tapi tergugatnya tidak mau. Ya tentu tergugat
menerima mediasi tapi ada pulapenggugatnya bersikeras tapi tergugatnya
lebih keras lagi. Jadi dua duanya tidak teerima. Tergantung latarbelakang
kasusnya jadi tidak bisa di generalisasi.

A

: Apakah hakim turut membantu menemukan jalan keluar dari masalah bagi
pasangan suami istri?

B

: Ya pasti. Dengan ketauan latar belakangnya dengan menggali latar
belakangnya kita bisa membantu menemukan jalan keluar, ada sebenarnya
jalan lain selain bercerai kita pasti sampaikan itu, tergantung lagi mereka
meu menerima atau tidak karena hal itu tidak bisa dipaksakan. Denga
berkomunikasi kita tahu latar belakang masalahnya ketauan apa di hadapai,
kadang apa yang tertulis di berkas tidak hanya itu yang mereka hadapi ada
hal lain yang mereka sembunyikan yang baru meeka katakana secara jujur
didalam mediasi.

A

: Apakah hakim menawarkan alternatif lain selain bercerai?

B

: Kita justru mencari alternatif lain selain bercerai. Kalau alternatifnya apa
ya macem – macem. Misalnya ekonomi, kita tentu tidak bisa terlalu aktif
kan, kalau kita kasih pekerjaan kan tidak mungkin. Ya kita bantu tergantung
latar belakang kasus tersebut.

A

: Sejauh bapak lihat latar belakang masalah perceraian, masalah apa yang
paling susa di mediasi?

B

: Kalau begitu saya kurang tau, kadang orang dalam berumah tangga karena
masing – masing orang berbeda sifatnya, ada yang karena masalah sepele.
Pernah ada kasus dia karena di lempar istriya pakai bantal jadi tersinggung.
Jadi kalau kayak gitu kan susah kita. Ada orang yang tingkat
ketersinggungannya lebih rendah, kalau kayak gitu ya biasa biasa aja,
toleransi nya tinggi. Jadi penerimaan mereka terhadap mediasi juga berbeda
– beda tidak bisa kita generalisasikan.

A

: Faktor apa yang menjadi bahan acuan hakim bahwa mediasi tersebut
berhasil, gagal atau mediasi akan di lanjutkan untuk memberi waktu
berfikir?

B

: Ada celah celah yang kita lihat kalau mediasi ini berhasil, keliatan mereka
berbaikan ya itu jadi pertimbangan utk menunda. Ada pernah itu mediasinya
di tunda sampai beberapa kali. Bagaimana kalau kalian mediasi dulu ke
keluarga di rundingkan dulu “iya pak” pulang lagi mereka tapi belom baikan

Universitas Sumatera Utara

ini, seminggu kemudian di mediasi lagi gak juga ya di ulang lagi
mediasinya, pernah ada yang begitu dan akhirnya gak berhasil juga.
Mediasi ini bukan masalah perdata umum, kalau masalah perdata umum kan
jelas, utang piutnag misalnya. Berapa utangnya, di akuinya dan berjanji
akan bayar , kemudian ya gimana ini di bayar dulu 50% utangnya lalu
perkara di cabut pada saat mediasi. Ini mudah karena tidak melibatkan
perasaan. Kalau dalam perceraian tidak begitu karena ini melibatkan
perasaan. Kalau kita tanya bagaimana, “oh iya pak saya mengakui saya
sudah memukul istri saya”, insyaf dia tapi kan istrinya udah terlanjur terluka
perasaannya, ini kan bukan utang piutang di bayar pun dia kan gak bisa
lupa. Begitulah proses mediasi perceraian dengan perdata biasa tidak bisa
kita generalisasikan karena ini juga menyangkut perasaan. Jadi jelas lebih
sulit memediasi masalah perceraian, karena gak ada hitung – hitungannya.
Kalau masalah perdata kan ada hitung – hitungngannya misalnya hutang 30
juta di bayar 20 juta sisanya selesaikan diluar kan selsaaikan, tidak
melibatkan perasaan melibatkan factor yang lebih personal.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara Informan IV
A
B

: Sudah berapa lama ibu memediasi masalah perceraian?
: Kalau di Kisaran ini saya tidak mediasi karena pimpinan, tapi kalau
dulunya saya di aceh yaitu di mahkamah di sigli dan sebelum itu juga
saya di calang. Jadi kalau kira – kira 8 tahun saya menjadi mediator.

A

: Pernah berhasil mediasi pak?

B

: Pernah berhasil. Perceraian itu ada berhasil malah perkara yang berat
seperti kewarisan, harta bersama. Itu ada yang berhasil. Kalau perceraian itu
berhasil tidak ada aktanya. Kalau dalam perma no 1 tahun 2008 itu kalau
perkara hokum kebendaan atau sakereh itu ada aktanya misalnya kewarisan
atau harta bersama, contohnya ini ada sofa, bagaimana kita mau damai, udah
kursi sama suami meja di ambil istri, kan Nampak bendanya kan. Tapi kalau
perceraian berhasil damai artinya kan balek lagi. Ini soal hati kan, jadi kalau
soal hati tidak bisa di catat apa hasilnya. Cuma mungkin mereka ada
membuat semacam perjanjian bersama, Cuma redaksi itu dibuat bukan
untuk dilampirkan dalam berkas putusan tapi itu untuk mereka berdua
membuat perjanjian. Misalnya suami jangan lagi memukuli saya, yang
kedua suami jangan lagi main judi atau suami harus sholat. Kemudian di
suami juga buat perjanjian jangan istrinya aja contohnya kamu jangan keluar
gak jelas, ngobrol ke tetangga tapi saya dirumah sendiri. Yang kedua kalau
kamu berhutang sampaikan sama saya jangan kamu utang – utang terus tapi
saya yang bayar, yang ketiga diamana saya tinggal kamu ikut saya. Nah
mereka sepakat lalu mereka damai. Tetapi apabila kami ada yang
melanggar, salah satu pihak boleh mengajukan perkara ini lagi ke
pengadilan. Akhirnya dengan mediasi ini mereka kan rujuk balek lagi, jadi
pada sidang kedua mereka hadir untuk meyampaikan kalau mereka sudah
baikan kembali jadi saya akan mencabut perkara ini. Jadi istilahnya
mencabut perkara.
Kalau mediasi ini kadang baikan ada karena inisiatif mereka sendiri atau
karena cara penyampaian kita saat mediasi, saat mediasi itu kan sharing
kalau suasana begitu kita bawakan kayak ustad kadang kadang mereka
terpaksa. Misalnya kita kita bilang “nanti kalau kita cerai bauk surga jadi
jauh sama kita…” ya jadi makin kesal mereka kan. Jadinya kita sharing
“saya juga punya istri, sama kaya kamu juga. Kamu suami saya juga suami,
jadi sekarang apa masalahnya..”, nah terkadang disitulah antara hati coaba
saling menyadari, disitu juga terkadang tehnik mediasi ini terserah kepada
mediatornya.disinilah keterampilan berkomunikasikasi diperlukan. Hakim

Universitas Sumatera Utara

dalam mediasi tidak berperan sebagai hakim melainkan sebagai mediator.
Saat menjadi mediator itu baju hakim di lepas artinya saat menjadi mediator
itu dia tidak boleh menganggap dirinya itu seorang hakim. Jadi kita gak bisa
membuat keputusan atau memaksa, jadi suami istri itu yang saya ikuti.
Kalau mereka sepakat ya syaa ikut kalau mereka tidak sepakat ya saya ikut
juga. Posisi hakim tidak ada Cuma mediator ini hanya mengarahkan tanpa
mereka sadari.
Dalam mediasi itu ada teknik kaukus, jadi ini teknik face to face. Sering
terjadi mediasi dengan model face to face apabila mereka tidak sekupu
(misalnya status sosialnya berbeda seperti jabtan atau status ssosialnya), hal
seperti ini susah di mediasi bersama karena rasa egois di diri kita itu kuat
ssekali. Kita tidak mau disalahkan karena merasa derajatnya lebih tinggi,
jadi teknik kaukus sering digunakan dalam keadaan seperti ini.
Untuk menjadi mediator itu kita harus mempunyai sertifikat, jadi orang
yang ada di pengadilan ini baik di pengadilan agama maupun pengadilan
negeri, mediator itu harus bersertifikat. Tetapi hakim semenjak jadi hakim
dia secara otomatis telah mempunyai se

Dokumen yang terkait

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

5 53 167

TINJAUAN YURIDIS EMPIRIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PERCERAIAN Tinjauan Yuridis Empiris Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perceraian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Kabupaten Semarang).

0 2 16

KENDALA YANG DIHADAPI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN.

0 0 14

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 16

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 2

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 8

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 13

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 2

TUJUAN KOMUNIKASI PERSUASIF hakim pengadilan

0 0 6

KENDALA YANG DIHADAPI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN

0 2 14