Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks masalah
Pernikahan merupakan salah satu bentuk hubungan yang dijalani manusia
sebagai makhluk sosial, pernikahan dijalani untuk dapat memiliki teman hidup
bersama, berbagi kebahagiaan, kasih sayang, memiliki keturunan, memiliki tujuan
hidup yang sama. Namun pada kenyataannya menjalani pernikahan tidaklah
semudah yang terlihat, banyak hal baru yang sebelumnya tidak pernah kita
ketahui.
Menyatukan dua orang dengan perbedaan karakter, sikap dan sifat bukanlah
hal yang mudah, namun bukan berarti itu tidak dapat dilkukan. Pernikahan bagi
setiap pasangan merupakan proses belajar setiap hari untuk mengenal bagaimana
pasangan yang sesungguhnya, Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah pernihakan
menuntut kedewasaan pasangan suami istri agar dapat menjalani kehidupan
pernikahannya dengan baik. Toleransi serta pengertian terhadap hal – hal yang
terjadi dalam kehidupan berumah tangga sangat menentukan keadaan rumah
tangga selanjutnya. Saling terbuka, menahan ego, serta berusaha lebih mengerti
keinginan pasangan serta perasaannya. Bagaimana cara kita meredam setiap
masalah yang timbul dalam keluarga.
Namun, dari semua perbedaan dan masalah yang muncul dalam kehidupan
pernikahan tak banyak orang yang mampu menyelesaikannya dengan baik.
Sehingga mengganggu keharmonisan rumah tangga yang menimbulkan rasa tidak
nyaman satu sama lain dan jika dibiarkan berlarut larut maka akan susah di
tanggulangi dan berkibat fatal.
Setiap pasangan yang menikah menginginkan untuk menjaga rumah
tangganya namun tidak sedikit pernikahan yang gagal di perjuangkan untuk tetap
rukun dan harmonis. Hingga akhirnya perceraian dianggap sebagai jalan keluar
terbaik yang dipilih keduanya. Begitu banyak alasan perceraian itu dilakukan oleh
pasangan suami istri seperti konflik yang berkepanjangan, masalah ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
kurangnya kasih sayang, salah satu pihak tidak bertanggung jawab, masalah orang
ketiga atau bahkan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau
tuntutan salah satu pihak dalam perkawinannya. Putusnya perkawinan karena
perceraian dapat dikarenakan dua hal yaitu talak dan gugatan perceraian
(Salim,2001 : 77). Perceraian merupakan indikasi adanya ketidakpuasaan terhadap
sebuah pernikahan. Tidak dapat di pungkiri bahwa perceraian memberi dampak
sosial maupun psikologis, selain bagi pasangan suami istri juga bagi anak yang
menjadi korban dari masalah orang tuanya.
Perceraian di atur dalam Undang – Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974,
diharapkan dengan adanya undang undang ini maka prosedur perceraian di
perketat dan mengharuskan perceraian dilakukan di meja pengadilan. Dengan
adanya sistem perceraian di pengadilan maka dapat memberi tenggang waktu
kepada para pasangan suami istri untuk berfikir ulang selama proses perceraian.
Mengenai tenggang waktu, Pengadilan Agama dalam menjatuhkan putusan,
memproses perkara lebih lama dengan mengharuskan penggugat untuk mengisi
berbagai kelengkapan administrasi, seperti pendaftaran di kepaniteraan, panggilan
sidang pertama, kedua, dan selanjutnya yang praktis memakan waktu cukup
panjang. Adanya tengang waktu ini memiliki tujuan memberikan kesempatan bagi
pihak yang berperkara untuk berfikir jernih agar dalam pengambilan inisiatif cerai
tidak dikuasai oleh emosi yang merugikan. Sehingga, kemungkinan damai bisa
terjadi.
Pengadilan Agama memberlakukan sistem mediasi kepada setiap pasangan
yang ingin bercerai. Mediasi diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1
Tahun 2008 (PERMA No 1/2008), berisi tentang prosedur mediasi di pengadilan
untuk mengurangi angka perceraian di Indonesia dengan upaya damai sehingga
mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Mediasi dilakukan kepada setiap
pasangan yang mengajukan gugatan perceraian di pengadilan. Mediasi adalah cara
penyelesaian
sengketa
melalui
proses
perundingan
untuk
memperoleh
kesepakatan para pihak dengan di bantu oleh mediator. Proses mediasi tertutup
dimana pertemuan mediasi hanya di hadiri para pihak atau kuasa hukum mereka
dan mediator atau pihak lain yang diizinkan oleh para pihak serta dinamika yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi dalam pertemuan tidak boleh di sampaikan kepada publik terkecuali atas
ijin para pihak.
Hakim sebagai mediator dalam proses mediasi harus bersikat netral.
Mediator hanya mendorong dan memfasilitasi dialog pasangan suami istri untuk
berkomunikasi, menasehati pasangan suami istri, memberi pandangan tentang
akibat dari perceraian, membantu meluruskan perbedaan pandangan, membantu
mengklarifikasi kebutuhan pasangan serta memberikan penawaran jalan keluar
masalah mereka selain perceraian dan mampu berkomunikasi dengan baik
sehingga timbul keinginan pasangan untuk kembali rujuk.
Mediator wajib mendorong pasangan suami istri untuk menelusuri dan
menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang
terbaik bagi mereka. Selain itu, proses mediasi dapat diperpanjang apabila
mediator menilai para pihak mempunyai kesempatan besar untuk didamaikan.
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh hakim dalam melakukan penyuluhan
hukum adalah memakai bahasa yang sederhana (Mayangkusuma).
Masalah dan hambatan yang paling sering dihadapi oleh para hakim dalam
sebelum melakukan proses mediasi ketika salah satu pihak (pasangan suami istri)
tidak hadir pada saat yang sudah ditentukan untuk melakukan mediasi sehingga
mediasi tidak dapat dilakukan. Jika mediasi menghasilkan kesepakatan
perdamaian maka pasangan suami istri menghadap kembali kepada hakim pada
hari sidang yang telah di tentukan untuk memberitahukan kesepakatan perdamaian
dan di kuatkan dalam bentuk akta perdamaian serta pencabutan perkara yang
menyatakan perkara telah selesai. Namun jika mediasi gagal maka perkara
perceraian dilanjutkan ke sidang selanjutnya.
Salah satu bentuk komunikasi yang dapat digunakan oleh para hakim dalam
proses mediasi yaitu komunikasi persuasi. hakim juga harus menggunakan
komunikasi persuasi yang baik dalam melakukan mediasi. Komunikasi persuasi
yang digunakan oleh para hakim untuk mengubah keputusan dan sikap para
pasangan yang ingin bercerai dengan cara mebujuk secara halus sehingga mereka
dapat rujuk kembali. Upaya yang digunakan mediator supaya mencegah
kegagalan mediasi adalah dengan menggunakan pendekatan secara persuasif
bergantung masalah perkara yang dihadapi para pihak.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya
mediator
menggunakan
pendekatan
agama,
sosial
dan
kekeluargaan. Serta mencari celah dari masalah mereka yang masih dapat di
perbaiki. Walaupun tujuan akhir dari proses mediasi dengan pencabutan gugatan
cerai dan rujuk kembali tidak tercapai, minimal hubungan dari kedua belah pihak
membaik dan kesalah pahaman serta prasangka sudah tidak ada lagi. Sehingga
perceraian pasangan suami istri dapat dilakukan secara baik – baik. Bukti
hubungan suami istri membaik dan bercerai secara baik – baik yakni mereka
masih saling berbicara satu sama lain meskipun keputusannya tidak berubah.
Angka perceraian di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya,
berdasarkan data tahun 2009 angka perceraian sebanyak 10% pernikahan
sebanyak 2.162.268 dan perceraian sebanyak 216.286 kasus, sementara tahun
2010 pernikahan sebanyak 2.207.364 dan perceraian sebanyak 285.184, pada
tahun 2011 pernikahan seabanyak 2.319.821 dan perceraian sebanyak 158.119,
tahun 2012
pernikahan sebanyak 2.291.265
dan angka perceraian 372.577,
terakhir pada tahun 2013 pernikahan sebanyak 2.218.130 dan angka perceraian
sebanyak
324.
527.
(http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/14/nf0ij7-tingkatperceraian-indonesia-meningkat-setiap-tahun-ini-datanya)
Pengadilan Tinggi Agama Medan (PTA Medan) saat ini membawahi 20
Pengadilan Agama yang ada di Sumatera Utara dengan angka perceraian
tahun2014 masing – masing di daerah sebagai berikut: Medan 1.958 perkara
perceraian, Lubuk Pakam 1.438 perkara perceraian, Stabat 1.098 perkara
perceraian, Kisaran 917 perkara perceraian , Rantau Prapat 1.004 perkara
perceraian , Tanjung Balai 700 perkara perceraian, Tebing Tinggi 658 perkara
perceraian, Simalungun 556 perkara perceraian , Penyabungan 368 perkara
perceraian , Binjai 363 perkara perceraian, Padang Sidempuan 268 perkara
perceraian , Pematang Siantar 241 perkara perceraian , Kota Padang Sidempuan
217 perkara perceraian, Pandan 133 perkara perceraian , Sibolga 91 perkara
perceraian , Kabanjahe 73 perkara perceraian , Sidikalang 54 perkara perceraian,
Gunung Sitoli 25 perkara perceraian, Tarutung 14 perkara perceraian , dan Balige
2 perkara perceraian . (Badilag.net)
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Asahan dengan Pengadilan Agama kisaran merupakan salah satu
daerah dengan angka perceraian yang cukup tinggi sepanjang tahun 2014
sebanyak 917 perkara perceraian di ajukan ke Pengadilan Agama Kisaran. Dengan
rincian data perkara Pengadilan Agama Kisaran
sebagai berikut:
Januari 98 perkara perceraian, Februari 87 perkara
perceraian, Maret 72 perkara perceraian, Apri, 89 perkara perceraian, Mei 56
perkara perceraian, Juni 75 Perkara perceraian, Juli 16 perkara perceraian,
Agustus 101 perkara perceraian, September 85 perkara Perceraian, Okbober 91
perkara perceraian, November 74 perkara perceraian, Desember 73 Perkara
Perceraian
Dari mediasi yang telah dilakukan, banyak kasus perceraian yang gagal
dimediasi dan beberapa diantaranya kembali rujuk, dari keberhasilan mediasi
yang ada akan dilihat komunikasi persuasifnya dan evaluasi terhadap mediasi
yang dilakukan sehingga akan mendapat hasil yang lebih baik.
Pengadilan Agama Kisaran merupakan Pengadilan Agama dengan tingkat
perceraian yang cukup tinggi dan keberhasilan mediasi yang cukup rendah di
bawah 5% pertahun. Penelitian tentang komunikasi persuasif hakim dalam proses
mediasi ini belum pernah dilakukan di Pengadilan Agama Kisaran sehingga
diharapkan dengan adanya penelitian ini maka mediasi yang dilakukan di
pengadilan akan lebih baik dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Serta
dapat memberi pandangan tentang komunikasi persuaif yang digunakan oleh
hakim Pengadilan Agama Kisaran. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai Peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan Agama
Kisaran dalam memediasi masalah perceraian.
1.2 Fokus Masalah
Pernikahan merupakan hal yang sakral bagi setiap pasangan,ketika banyak
masalah, konflik dan perbedaan yang harus di hadapi selama masa pernikahan
tidak semua
pasangan mampu mempertahan rumah tangganya. Sehingga
perceraian dia anggap jalan keluar terbaik. Melihat tingginya angka perceraian di
Indonesia maka Mahkamah Agung mengeluarkan pertaturan dimana setiap
pasangan di haruskan mengikuti mediasi sebelum proses perceraian, diharapkan
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya mediasi maka dapat mengurangi angka perceraian. Komunikasi
yang dilakukan hakim sebagai mediator merupakan bagian penting dalam proses
mediasi.
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
ingin mengetahui “Bagaimana peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan
Agama Kisaran dalam memediasi masalah perceraian?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses mediasi yang berlangsung di Pengadilan Agama
Kisaran
2. Untuk mengetahui peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan
Agama Kisaran dalam memediasi masalah perceraian.
3. Untuk mengetahui perubahan sikap pasangan suami istri setelah
melakukan proses mediasi.
4. Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang dihadapi hakim Pengadilan
Agama Kisaran dalam melakukan mediasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mampu
memberikan
kontribusi
positif
terhadap
perkembangan
penelitian
komunikasi
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama menjadi
mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU serta diharapkan
mampu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti
mengenai komunikasi persuasif hakim dalam memediasi masalah
perceraian.
3. Manfaat Praktis
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang cara
mengatasi masalah perceraian agar lebih baik dan mengevaluasi cara
mediasi yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Konteks masalah
Pernikahan merupakan salah satu bentuk hubungan yang dijalani manusia
sebagai makhluk sosial, pernikahan dijalani untuk dapat memiliki teman hidup
bersama, berbagi kebahagiaan, kasih sayang, memiliki keturunan, memiliki tujuan
hidup yang sama. Namun pada kenyataannya menjalani pernikahan tidaklah
semudah yang terlihat, banyak hal baru yang sebelumnya tidak pernah kita
ketahui.
Menyatukan dua orang dengan perbedaan karakter, sikap dan sifat bukanlah
hal yang mudah, namun bukan berarti itu tidak dapat dilkukan. Pernikahan bagi
setiap pasangan merupakan proses belajar setiap hari untuk mengenal bagaimana
pasangan yang sesungguhnya, Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah pernihakan
menuntut kedewasaan pasangan suami istri agar dapat menjalani kehidupan
pernikahannya dengan baik. Toleransi serta pengertian terhadap hal – hal yang
terjadi dalam kehidupan berumah tangga sangat menentukan keadaan rumah
tangga selanjutnya. Saling terbuka, menahan ego, serta berusaha lebih mengerti
keinginan pasangan serta perasaannya. Bagaimana cara kita meredam setiap
masalah yang timbul dalam keluarga.
Namun, dari semua perbedaan dan masalah yang muncul dalam kehidupan
pernikahan tak banyak orang yang mampu menyelesaikannya dengan baik.
Sehingga mengganggu keharmonisan rumah tangga yang menimbulkan rasa tidak
nyaman satu sama lain dan jika dibiarkan berlarut larut maka akan susah di
tanggulangi dan berkibat fatal.
Setiap pasangan yang menikah menginginkan untuk menjaga rumah
tangganya namun tidak sedikit pernikahan yang gagal di perjuangkan untuk tetap
rukun dan harmonis. Hingga akhirnya perceraian dianggap sebagai jalan keluar
terbaik yang dipilih keduanya. Begitu banyak alasan perceraian itu dilakukan oleh
pasangan suami istri seperti konflik yang berkepanjangan, masalah ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
kurangnya kasih sayang, salah satu pihak tidak bertanggung jawab, masalah orang
ketiga atau bahkan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau
tuntutan salah satu pihak dalam perkawinannya. Putusnya perkawinan karena
perceraian dapat dikarenakan dua hal yaitu talak dan gugatan perceraian
(Salim,2001 : 77). Perceraian merupakan indikasi adanya ketidakpuasaan terhadap
sebuah pernikahan. Tidak dapat di pungkiri bahwa perceraian memberi dampak
sosial maupun psikologis, selain bagi pasangan suami istri juga bagi anak yang
menjadi korban dari masalah orang tuanya.
Perceraian di atur dalam Undang – Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974,
diharapkan dengan adanya undang undang ini maka prosedur perceraian di
perketat dan mengharuskan perceraian dilakukan di meja pengadilan. Dengan
adanya sistem perceraian di pengadilan maka dapat memberi tenggang waktu
kepada para pasangan suami istri untuk berfikir ulang selama proses perceraian.
Mengenai tenggang waktu, Pengadilan Agama dalam menjatuhkan putusan,
memproses perkara lebih lama dengan mengharuskan penggugat untuk mengisi
berbagai kelengkapan administrasi, seperti pendaftaran di kepaniteraan, panggilan
sidang pertama, kedua, dan selanjutnya yang praktis memakan waktu cukup
panjang. Adanya tengang waktu ini memiliki tujuan memberikan kesempatan bagi
pihak yang berperkara untuk berfikir jernih agar dalam pengambilan inisiatif cerai
tidak dikuasai oleh emosi yang merugikan. Sehingga, kemungkinan damai bisa
terjadi.
Pengadilan Agama memberlakukan sistem mediasi kepada setiap pasangan
yang ingin bercerai. Mediasi diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung No 1
Tahun 2008 (PERMA No 1/2008), berisi tentang prosedur mediasi di pengadilan
untuk mengurangi angka perceraian di Indonesia dengan upaya damai sehingga
mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Mediasi dilakukan kepada setiap
pasangan yang mengajukan gugatan perceraian di pengadilan. Mediasi adalah cara
penyelesaian
sengketa
melalui
proses
perundingan
untuk
memperoleh
kesepakatan para pihak dengan di bantu oleh mediator. Proses mediasi tertutup
dimana pertemuan mediasi hanya di hadiri para pihak atau kuasa hukum mereka
dan mediator atau pihak lain yang diizinkan oleh para pihak serta dinamika yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi dalam pertemuan tidak boleh di sampaikan kepada publik terkecuali atas
ijin para pihak.
Hakim sebagai mediator dalam proses mediasi harus bersikat netral.
Mediator hanya mendorong dan memfasilitasi dialog pasangan suami istri untuk
berkomunikasi, menasehati pasangan suami istri, memberi pandangan tentang
akibat dari perceraian, membantu meluruskan perbedaan pandangan, membantu
mengklarifikasi kebutuhan pasangan serta memberikan penawaran jalan keluar
masalah mereka selain perceraian dan mampu berkomunikasi dengan baik
sehingga timbul keinginan pasangan untuk kembali rujuk.
Mediator wajib mendorong pasangan suami istri untuk menelusuri dan
menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang
terbaik bagi mereka. Selain itu, proses mediasi dapat diperpanjang apabila
mediator menilai para pihak mempunyai kesempatan besar untuk didamaikan.
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh hakim dalam melakukan penyuluhan
hukum adalah memakai bahasa yang sederhana (Mayangkusuma).
Masalah dan hambatan yang paling sering dihadapi oleh para hakim dalam
sebelum melakukan proses mediasi ketika salah satu pihak (pasangan suami istri)
tidak hadir pada saat yang sudah ditentukan untuk melakukan mediasi sehingga
mediasi tidak dapat dilakukan. Jika mediasi menghasilkan kesepakatan
perdamaian maka pasangan suami istri menghadap kembali kepada hakim pada
hari sidang yang telah di tentukan untuk memberitahukan kesepakatan perdamaian
dan di kuatkan dalam bentuk akta perdamaian serta pencabutan perkara yang
menyatakan perkara telah selesai. Namun jika mediasi gagal maka perkara
perceraian dilanjutkan ke sidang selanjutnya.
Salah satu bentuk komunikasi yang dapat digunakan oleh para hakim dalam
proses mediasi yaitu komunikasi persuasi. hakim juga harus menggunakan
komunikasi persuasi yang baik dalam melakukan mediasi. Komunikasi persuasi
yang digunakan oleh para hakim untuk mengubah keputusan dan sikap para
pasangan yang ingin bercerai dengan cara mebujuk secara halus sehingga mereka
dapat rujuk kembali. Upaya yang digunakan mediator supaya mencegah
kegagalan mediasi adalah dengan menggunakan pendekatan secara persuasif
bergantung masalah perkara yang dihadapi para pihak.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya
mediator
menggunakan
pendekatan
agama,
sosial
dan
kekeluargaan. Serta mencari celah dari masalah mereka yang masih dapat di
perbaiki. Walaupun tujuan akhir dari proses mediasi dengan pencabutan gugatan
cerai dan rujuk kembali tidak tercapai, minimal hubungan dari kedua belah pihak
membaik dan kesalah pahaman serta prasangka sudah tidak ada lagi. Sehingga
perceraian pasangan suami istri dapat dilakukan secara baik – baik. Bukti
hubungan suami istri membaik dan bercerai secara baik – baik yakni mereka
masih saling berbicara satu sama lain meskipun keputusannya tidak berubah.
Angka perceraian di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya,
berdasarkan data tahun 2009 angka perceraian sebanyak 10% pernikahan
sebanyak 2.162.268 dan perceraian sebanyak 216.286 kasus, sementara tahun
2010 pernikahan sebanyak 2.207.364 dan perceraian sebanyak 285.184, pada
tahun 2011 pernikahan seabanyak 2.319.821 dan perceraian sebanyak 158.119,
tahun 2012
pernikahan sebanyak 2.291.265
dan angka perceraian 372.577,
terakhir pada tahun 2013 pernikahan sebanyak 2.218.130 dan angka perceraian
sebanyak
324.
527.
(http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/14/nf0ij7-tingkatperceraian-indonesia-meningkat-setiap-tahun-ini-datanya)
Pengadilan Tinggi Agama Medan (PTA Medan) saat ini membawahi 20
Pengadilan Agama yang ada di Sumatera Utara dengan angka perceraian
tahun2014 masing – masing di daerah sebagai berikut: Medan 1.958 perkara
perceraian, Lubuk Pakam 1.438 perkara perceraian, Stabat 1.098 perkara
perceraian, Kisaran 917 perkara perceraian , Rantau Prapat 1.004 perkara
perceraian , Tanjung Balai 700 perkara perceraian, Tebing Tinggi 658 perkara
perceraian, Simalungun 556 perkara perceraian , Penyabungan 368 perkara
perceraian , Binjai 363 perkara perceraian, Padang Sidempuan 268 perkara
perceraian , Pematang Siantar 241 perkara perceraian , Kota Padang Sidempuan
217 perkara perceraian, Pandan 133 perkara perceraian , Sibolga 91 perkara
perceraian , Kabanjahe 73 perkara perceraian , Sidikalang 54 perkara perceraian,
Gunung Sitoli 25 perkara perceraian, Tarutung 14 perkara perceraian , dan Balige
2 perkara perceraian . (Badilag.net)
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Asahan dengan Pengadilan Agama kisaran merupakan salah satu
daerah dengan angka perceraian yang cukup tinggi sepanjang tahun 2014
sebanyak 917 perkara perceraian di ajukan ke Pengadilan Agama Kisaran. Dengan
rincian data perkara Pengadilan Agama Kisaran
sebagai berikut:
Januari 98 perkara perceraian, Februari 87 perkara
perceraian, Maret 72 perkara perceraian, Apri, 89 perkara perceraian, Mei 56
perkara perceraian, Juni 75 Perkara perceraian, Juli 16 perkara perceraian,
Agustus 101 perkara perceraian, September 85 perkara Perceraian, Okbober 91
perkara perceraian, November 74 perkara perceraian, Desember 73 Perkara
Perceraian
Dari mediasi yang telah dilakukan, banyak kasus perceraian yang gagal
dimediasi dan beberapa diantaranya kembali rujuk, dari keberhasilan mediasi
yang ada akan dilihat komunikasi persuasifnya dan evaluasi terhadap mediasi
yang dilakukan sehingga akan mendapat hasil yang lebih baik.
Pengadilan Agama Kisaran merupakan Pengadilan Agama dengan tingkat
perceraian yang cukup tinggi dan keberhasilan mediasi yang cukup rendah di
bawah 5% pertahun. Penelitian tentang komunikasi persuasif hakim dalam proses
mediasi ini belum pernah dilakukan di Pengadilan Agama Kisaran sehingga
diharapkan dengan adanya penelitian ini maka mediasi yang dilakukan di
pengadilan akan lebih baik dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Serta
dapat memberi pandangan tentang komunikasi persuaif yang digunakan oleh
hakim Pengadilan Agama Kisaran. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik
untuk meneliti mengenai Peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan Agama
Kisaran dalam memediasi masalah perceraian.
1.2 Fokus Masalah
Pernikahan merupakan hal yang sakral bagi setiap pasangan,ketika banyak
masalah, konflik dan perbedaan yang harus di hadapi selama masa pernikahan
tidak semua
pasangan mampu mempertahan rumah tangganya. Sehingga
perceraian dia anggap jalan keluar terbaik. Melihat tingginya angka perceraian di
Indonesia maka Mahkamah Agung mengeluarkan pertaturan dimana setiap
pasangan di haruskan mengikuti mediasi sebelum proses perceraian, diharapkan
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya mediasi maka dapat mengurangi angka perceraian. Komunikasi
yang dilakukan hakim sebagai mediator merupakan bagian penting dalam proses
mediasi.
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
ingin mengetahui “Bagaimana peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan
Agama Kisaran dalam memediasi masalah perceraian?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses mediasi yang berlangsung di Pengadilan Agama
Kisaran
2. Untuk mengetahui peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan
Agama Kisaran dalam memediasi masalah perceraian.
3. Untuk mengetahui perubahan sikap pasangan suami istri setelah
melakukan proses mediasi.
4. Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang dihadapi hakim Pengadilan
Agama Kisaran dalam melakukan mediasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mampu
memberikan
kontribusi
positif
terhadap
perkembangan
penelitian
komunikasi
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama menjadi
mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU serta diharapkan
mampu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti
mengenai komunikasi persuasif hakim dalam memediasi masalah
perceraian.
3. Manfaat Praktis
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang cara
mengatasi masalah perceraian agar lebih baik dan mengevaluasi cara
mediasi yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara