Analisis Yurisdis mengenai Penanganan Perkara Terhadap Dokter Yang Tidak Memiliki Surat Izin Praktek ( Studi Putusan Nomor.110k Pid.Sus 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Sejak lahir di dunia, manusia telah bergaul dengan manusia-manusia lain

didalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Hubungan-hubungan antara
manusia serta antara manusia dengan masyarakat atau kelompoknya, diatur oleh
serangkaian nilai-nilai dan kaidah-kaidah dan perilakunya lama kelamaan
melembaga menjadi pola-pola. Kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang mengatur
kehidupan manusia dalam masyarakat, bermacam-macam ragamnya. Kaidahkaidah tersebut lah yang melahirkan peraturan-peraturan tertulis dan tidak
tertulis.1
Hukum merupakan pranata sosial yang diciptakan oleh manusia untuk
menciptakan tertibnya sendiri. Tertib itu ada dan dikehendaki atas kesepakatan
bersama sekelompok manusia, ia muncul secara alamiah sebagai kebutuhan
bersama. Realisasi tertib bersama diwujudkan terbentuknya pranata-pranata
hukum, baik subtansi, kelembagaan maupun budaya hukum. Keberadaannya
bersifat rooted, paculier dan base on society, artinya hukum itu hidup dan
berkembang sesuai dengan nilai-nilai masyarakatnya.2

Secara umum hukum pidana berfungsi untuk mengatur kehidupan
masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum. Manusia
dalam usaha untuk memenuhui kebutuhan dan kepentingan hidupnya yang
1

Jusmadi Sikumbang, Mengenal Sosiologi dan Sosiologi Hukum,(Medan : Pustaka
Bangsa Press, 2012) halaman 195
2
Pujiono, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, (Bandung: Mandar Maju, 2007), halaman
66

Universitas Sumatera Utara

berbeda-beda terkadang mengalami pertentangan antara satu dengan yang lainnya,
yang dapat menimbulkan kerugian atau mengganggu kepentingan orang lain.
Agar tidak menimbulkan kerugian dan mengganggu kepentingan orang lain dalam
usaha memenuhui kebuttuhan hidupnya tersebut maka akan memberikan aturanaturan yang membatasi perbuatan manusia, sehingga ia tidak berbuat sekehendak
hatinya.
Lahirnya Undang-undang kesehatan


bertujuan untuk

melindungi

kepentingan-kepentingan pasien dan bertujuan lain seperti mengembangkan
kualitas profesi tenaga kesehatan. Hal ini bukan berarti bahwa kepentingankepentingan pasien selalu harus diunggulkan: artinya adalah, adanya keserasian
antara kepentingan pasien dengan tenaga kepentingan tenaga kesehatan, misalnya
dokter, perawat, dan lain-lain.
Keserasian antara kepentingan pasien dengan kepentingan tenaga
kesehatan, merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem
kesehatan. Oleh karena itu, pelindungan hukum terhadap kepentingankepentingan itu harus diutamakan. Disatu pihak, pasien menerima kepercayaan
kepada kemampuan profesional tenaga kesehatan. Di lain pihak, karena adanya
kepercayaan itu, seyogianya tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan
menurut standar profesi dan berpegang teguh pada kerahasiaan profesi.3

3

Soerjono Soekanto, Segi-segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien, (Bandung:, Mandar
Maju, 1990), halaman 1


Universitas Sumatera Utara

Hukum kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan proses perkembangan
kesehatan

sehingga

perkembangan

kesehatan

sangat

diperlukan

bagi

permasalahan hukum kesehatan.4
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin
penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut

antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi
yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau
hal-hal ini tidak terpenuhui, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai
tujuannya.5
Dalam pandangan hukum,pasien adalah subjek hukum mandiri yang
dianggap dapat mengambil keputusan untuk kepentingan dirinya.Oleh karena itu
adalah suatu hal yang keliru apabila menganggap pasien selalu tidak dapat
mengambil keputusan karena ia sedang sakit.Dalam pergaulan hidup normal
sehari-hari,biasanya pengungkapan keinginan atau kehendak dianggap sebagai
titik tolak untuk mengambil keputusan.Dengan demikian walaupun seorang
pasien sedang sakit,kedudukan hukumnya tetap sama seperti orang sehat.Jadi
secara hukum,pasien juga berhak mengambil keputusan terhadap pelayanan
kesehatan yang akan dilakukan terhadapnya,karena hal ini berhubungan erat
dengan hak asasinya

sebagai manusia.Kecuali apabila dapat dibuktikan

Ns.Ta’adi, Hukum Kesehatan Sanksi dan Motivasi bagi Perawat, (Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, 2013), halaman 1
5

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta : 1983, halaman 37
4

Universitas Sumatera Utara

bahwakeadaan mentalnya tidak mendukung keadaan mentalnya tidak mendukung
untuk mengambil keputusan yang diperlukan.6
Pelanggaran terhadap kewajiban pasien dapat digunakan sebagai alasan
pembelaan diri dokter,manakala pelanggaran kewajiban itu menyebabkan salah
diagnosis dokter dan atau salah terapi.Misalnya,pelanggaran kewajiban memberi
informasi yang lengkap dan jujur.Jujur artinya benar sesuai dengan yng
sebenarnya,tidak dikarang-karang,dan tidak disembunyikan.
Pelanggaran kewajiban pasien tersebut tidak serta merta dapat dijadikan
alasan pembelaan diri dokter.Masih harus diuji dan dilihat dari sifat dan keadaan
serta kewajaran yang berlaku.Keterangan pasien adakalanya tidak wajar.Dokter
wajib menilai wajar dan nyata keterangan pasien berdasarkan ilmu yang
dimilikinya.Dalam penilaian dokter bisa terjadi kelalaian,apabila seharusnya
dokter menilai keterangan pasien salah namun dokter mempercayainya sebagai
benar.

Sebaliknya, kesalahan doktertimbul sebagai akibat terjadinya tindakan
yang tidak sesuai,atau tidak memenuhui prosedur medis yang seharusnya
dilakukan.Kesalahan seperti ini kemungkinannya dapat terjadi karena faktor
kesengajaan.Menurut C.Berkhouwer dan L.D.Vortsman,suatu kesalahan dalam
melakukan profesi bisa terjadi karena faktor kurangnya pengetahuan,kurangnya
pengalaman,dan kurangnya pengertian.Ketiga faktor ini bisa menyebabkan

6

Bahder Jhon Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2005), halaman 31

Universitas Sumatera Utara

terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan atau menentukan penilaian,baik
pada saat diagnosa maupun pada saat berlangsungnya terapi terhadap pasien.7
Arti dari kesediaan untuk bertanggung jawab, adalah kesediaan untuk
melakukan apa yang harus dilakukan, dengan sebaik mungkin. Setiap tugas akan
kita laksanakan dengan sungguh sampai tuntas. Tugas tersebut tidak hanya
sekedar masalah dimana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa

menimbulkan kesan yang buruk, melainkan sesuatu yang harus kita pelihara.
Akhirnya, kesediaan untuk bertanggung jawab juga termasuk kesediaan untuk
membertikan

pertanggungjawaban

atas

segala

tindakan

yang

dilakukan

pelaksanaan tugas dan kewajiban tenaga medis maupun pasien.8
Pasien memiliki hak untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana
kepada pihak yang berwenang dan atau menggugat kerugian perdata ke
pengadilan UUPK Pasal 66 ayat (3).9

Untuk melihat sejauh mana tindakan seorang dokter mempunyai implikasi
yuridis jika terjadi kesalahanatau kelalaian terhadap dalam perawatan atau
pelayanan kesehatan,serta unsur-unsur apa saja yang dijadikan ukuran untuk
menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalian yang dilakukan oleh
dokter,tidak bisa terjawab dengan hanya mengemukakan sejumlah perumusan
tentang apa dan bagaimana terjadinya kesalahan.Tetapi penilaian mengenai
rumusan tersebut harus dilihat dari 2 sisi,yaitu yang pertama harus dinilai dari
sudut etik dan baru kemudian dilihat dari sudut hukum.

7

Ibid, halaman 51
Danny Wiradharma, Tindakan Medis, (Jakarta:Penerbit Universitas Trisakti 2012),
halaman 11
9
Ibid hal. 55
8

Universitas Sumatera Utara


Jika ditinjau dari segi etika profesi,dengan memilih profesi di bidang
tenaga kesehatan saja,berarti sudah diisyaratkan adanya kecermatan yang
tinggi,demikian juga dengan berbagai ketetntuan khusus yang berlaku bagi
seorang dokter.Berarti dengan tidak mematuhui peraturan itu saja sudah dianggap
telah berbuat kesalahan.Dalam pelayanan kesehatan,masalah etika profesi telah
lama melekat pada setiap sikap dan tindakan seorang dokter.Hal ini disebabkan
karena kode etik dalam kehidupan hukum sangat memegang peranan,dalam
bahnyak hal yang berhubungan dengan hukum kesehatan,menunjukan bahwa
kode etik memberi makna yang positif bagi perkembangan hukum,misalnya
mengenai tindakan seorang dokter mengeluarkan “Surat Keterangan Dokter”
untuk

kepentingan

persidangan.Surat

keterangan

dokter


dalam

proses

pemeriksaan perkara,yang isinya menyatakan bahwa terdakwa sakit ternyata oleh
hukum diterima sebagai suatu kenyataan bahwa perkara tersebut harus ditunda
pemeriksaannya.10
Sikap hati-hati menuntut dokter sebelum berbuat,terlebih dahulu wajib
memperoleh data-data medis lengkap dan cukup dengan cara-cara yang benar dan
wajar menurut displin ilmu kedokteran.Contohnya sebelum tindakan penyuntikan
dengan streptomycim seharusnya dokter menyadari bahwa obat ini dapat
berpengaruh buruk pada pasien yang tidak tahan terhadap alaergi.Namun cara
mendapatlkan data medis dengan hanyamenanyakan saja pada pasien tentang
ketahanan tubuhnya terhadap alergi, tidaklah cukup dijadikan alasan untuk
menghilangkan

10

sifat


melawan

hukum

perbuatan

penyuntikan

oleh

Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran, ( Jakarta : Sinar Grafika,2016) , halaman 76

Universitas Sumatera Utara

dokter,manakala pasien adalah orang yang awam tentang obat.Keawaman pasien
ini sewajarnya diketahui oleh dokter pada saat wawancara.Kewajiban dokter
untuk mendapatkan fakta yang cukup mengenai diri pasien termasuk mengetahui
pengetahuan pasien tentang obat yang sedang digunakan pasien.11
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas penulis tertarik
untuk membuat skripsi dengan judul : Analisis Yurisdis mengenai Penanganan
Perkara Terhadap Dokter Yang Tidak Memiliki Surat Izin Praktek ( Studi Putusan
Nomor.110k/Pid.Sus/2012.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi Permasalahan dalam penulisan skripsi ini mengenai
adalah mengenai hal-hal berikut:
1. Bagaimana Pola Hubungan Antara Pasien Dengan Dokter?
2. Bagaimana Pengaturan HukumMengenai Perizinan Praktik Kedokteran di
Indonesia?
3. Bagaimana Penerapan Hukum Terhadap Dokter yang Melakukan Praktik
Kedokteran

Tanpa

Memiliki

Surat

Izin

Praktek

(Studi

Kasus

Nomor.1110K/Pid.Sus.2012 Madiun?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan pasien dan dokter serta

hak dan kewajiban

profesi kedokteran dalam hukum Indonesia.

11

Ibid, halaman 78

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui pengaturan hukum perizinan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan dan dokter.
3. Untuk mengetahui kebijakan hukum terhadap dokteryang melakukan praktik
namun tidak memiliki surat izin praktik.
D. Manfaat Penulisan
1.

Secara Teoritis
Secara teoritis,skripsi ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan hukum terkhusus bagi para dokter yang
melaksanakan tugas keprofesiannya sebagai dokter,dan dapat menjadi bahan
acuan bagi masyarakat umum dan penegak hukum dengan menangani kasus
tindak pidana Kedokteran dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi para
akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lanjutan,serta
dapat menambah tulisan ilmiah di perpustakaan,khususnya di Jurusan Hukum
Pidana.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara Praktis, dapat menjadi sumbangan pengetahuan bagi
dokter yang melaksanakan tugas keprofesiannya sebagai dokter, agar dapat
mampu bertanggungjawab dalam

melaksanakan tanggungjawabnya terhadap

profesinya maupun pasien,dan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
umum dan penegak hukum dalam menangani kasus tindak pidana kedokteran.
E.Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui keaslian penulisan,sebelum melakukan penulisan
skripsi Analisis Yuridis Mengenai Penanganan Perkara Terhadap Dokter Yang

Universitas Sumatera Utara

Melakukan Praktik Kedokteran Tanpa Memiliki Izin Praktek ( Studi Kasus
Nomor.110 K/Pid.Sus Madiun).Pada dasarnya belum pernah ditulis menjadi judul
skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara,meskipun terdapat judul
yang hampir sama dengan skripsi ini,akan tetapi subtansi pembahasannya
berbeda.Adapun skripsi terdahulu yang pernah ditulis sebelumnya dan memiliki
keterkaitan

dengan

judul

penulis

ini

ialah

Ariq

Ablisar

stambuk

2012”Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek (Studi
Putusan Mahkamah Agung No.365K/PID/2012)”.
Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut
diatas

tidak sama dengan penelitian ini,baik dari segi judul maupun pokok

permasalahan dibahas.Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Tinjauan Kepustakaan
Pelayanan kesehatan (medis) merupakan hal yang penting yang harus
dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang
berlaku,agar masyarakat sebagai pasien dapat merasakan pelayanan yang
diberikan. Pelayaanan sendiri hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan
kepuasan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh pasien.
Gronroos 91990) dalam Sutopo (2000), menyatakan bahwa terdapat enam
kriteria pokok kualitas pelayanan yang baik antara lain:
1. Profesionalisme dan keterampilan (profesionalisme and skill)
2. Sikap dn perilaku(Attitudes and behaviour)

Universitas Sumatera Utara

3. Mudah dicapai dan fleksibel(Accessibility and flexibility)
4. Reliabel dan terpercaya(Reliability and trusworwohiness)
5. Perbaikan (recovery)
6. Reputasi dan kredibilitas (reputations and credibility)
Tingkat keberkualitas pelayanan kesehatan dapat dipandang dari 3 subyek
yakni pemakai,penyelenggara dan penyandang dana pelayanan kesehatan. Bagi
pemakai jasa kesehatan,kualitas pelayanan lebih terkait pada dimensi ketangapan
petugas memenuhui kebutuhan pasien,kelancaran komunikasi petugas dengan
pasien, keprihatinan serta keramahtamaan petugas melayani pasien.Bagi
penyelanggara pelayanan kesehatan,lebih terkait pada dimensi kesesuaian
pelayanan yang diselengkarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi
mutakhir dan/atau otonomi profesi penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Sedangkan bagi penyandang dana pelayanan kesehatan,lebih terkait dengan
dimensi

efesiensi

pemakaian

sumber

dana,kewajaran

pembiayaan

kesehatan,dan/atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian
penyandang dana pelayanan kesehatan.12
1. Defenisi Profesi Kedokteran
Adapun profesi dalam KBBI dijelaskan pengertiannya yaitu bidang
pekerjaan yang dilandasi pekerjaan keahlian(keterampilan, kejujuran, dan
sebagainya). Pada umumnya, profesi dapat dilukiskan sebagai pekerjaan
pelayanan yang highly specialized intellectual. Jadi, profesi adalah pekerajaan
pelayanan yang dilandasi oleh persiapan atau pendidikan khusus yang formal dan

12

Tengker, Bab-bab Hukum Kesehatan, (Bandung: NOVA 1997), halaman 17-22

Universitas Sumatera Utara

landasan kerja yang ideal serta didukung oleh cita-cita etis masyarakat. Adapun
ciri-ciri profesi yaitu merupakan pekerjaan pelayanan, didahului dengan
persiapam atau pendidikan khusus formal, keanggotaannya tetap dan mempunyai
cita-cita etis masyarakat. Profesi berbeda dengan pekerjaan lain yang tujuannya
memperoleh keuntungan semata. Profesi memusatkan perhatianya pada kegiatan
yang bermotif pelayanan. Profesi tidak selalu dibedakan dengan tajam dari
pekerjaan-pekerjaan

lain.

Peraturan

mengenai

profesi

pada

umumnya

mengandung hak-hak yang fundamental dan mempunyai peraturan-peraturan
mengenai tingkah laku atau perbuatan dalam melaksanakan profesinya yang
dituangkan dalam kode etik.
Profesi

mengandalkan

suatu

keterampilan

atau

keahlian

khusus,

dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama, serta dijadikan sebagai
sumber utama nafkah hidu, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang
mendalam.13
Profesi dokter merupakan profesi yang berwibawa dan disegani oleh
masyarakat. Masyarakat secara umum beranggapan bahwa dokter dapat
menyembuhkan pasien yang sakit. Perannya yang begitu mulia ini kadang dalam
kenyataannya perlu di “ditata”. Dokter juga manusia biasa yang mungkin bisa saja
salah dan berprilaku tidak baik. Pekerjaan dokter yang kadang tidak pada satu
tempat namun pada tiga tempat lebih akan menguras konsentrasi dan tenaga
seorang dokter. Keadaan yang demikian menjadikan pelayanan terhadap pasien
menjadi kurang optimal.
13

M.Saidi, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2015), halaman

135

Universitas Sumatera Utara

Etika profesi dokter sebenarnya merupakan perilaku dokter yang diatur
berdasarkan berbagai norma yang ada disekitarnya. pelanggaran kode etik
kedokteran ditangani oleh Majelis Kehormatan Etik Kedoktean. Selain kode etik
kedokteran adapula displin dokter. Pelanggaran dispin dokter juga masuk dalam
kewenangan badan yang dibentuk KKI yaitu MKDI. Etika profesi yang dimaksud
termasuk dalam hal diplin dokter.14
2. Hak dan Kewajiban Dokter
Dokter yang melakukan praktik kedokteran pada pasien adalah dalam
rangka melaksanakan hak dan kewajiban dalam suatu hubungan hukum dokter
pasien. Hubungan hukum (rechtbetreking) adalah hubungan antar dua atau lebih
subjek hukum dan objek hukum yang berlaku dibawah kekuasaan hukum atau
diatur dalam hukum dan mengandung akibat hukum. Jelasnya, hubungan hukum
dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
a. Hubungan hukum antara dua subjek hukum orang dengan subjek hukum
orang, misalnya hubungan hukum dokter pasien.
b. Hubungan hukum antara subjek hukum orang dengan subjek hukum
badan, misalnya antara pasien dengan Rumah Sakit.
c. Hubungan hukum antara subjek hukum orang maupun badan dengan
objek hukum benda, ialah berupa hak kebendaan.
Hubungan hukum antara dua subjek hukum melahirkan hak dan
kewajiban. Demikian hubungan dokter-pasien, membentuk hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Dalam melaksanakan kewajiban bagi dokter itulah yang dapat
14

Darda Syahrizal dan Senja Nilasari, Praktik Kedokteran dan Aplikasinya, Dunia
Cerdas, (Jakarta:Dunia Cerdas,2013), halaman 9

Universitas Sumatera Utara

menimbulkan malpraktik kedokteran dan dapat membenbani tanggungjawab
hukum terhadap akibat buruk bagi pasien.
Hubungan hukum dokter-pasien terdapat dalam apa yang disebut dengan
kontrak terapeutik. Suatu kontrak terapi atau penyembuhan, karena itu tunduk
pada Hukum Perdata tentang perikatan. Perikatan hukum adalah suatu ikatan
antara dua subjek hukum untuk melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu
(Pasal 1313 junto Pasal 1234 BW) yang disebut prestasi. Untuk memenuhui
prestasi yang pada dasarnya adalah suatu kewajiban hukum bagi para pihak ysng
membuat perikatan hukum (pada perikatan hukum timbal balik).15
1. Hak Dokter
Sebagai manusia biasa doktermempunyai tanggungjawab terhadap pribadi
dan keluarga, disamping tanggungjawab profesinya terhadap masyarakat. Karena
itu dokter juga mempunyai hak-hak yang harus dihormati dan dipahami oleh
masyarakat sekitarnya.
Hak-hak dokter adalah sebagai berikut:16
a. Melakukan praktek dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter (SID)
dan Surat Izin Praktek (SIP)
b. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga
tentang penyakitnya.Informasi tentang penyakit terdahulu dan keluhankeluhan pasien yang sekarang dideritanya, serta riwayat pengobatan
sebelumnya sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis yang
pasti. Setelah diperoleh anamnesis,dokter berhak melanjutkan pemeriksaan
15

J. Hanafiah dan Amri Amar, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (edisi 4),
(Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009), halaman 54
16
Y.A. Triana, Op.Cit halaman 17

Universitas Sumatera Utara

dan pengobatan walaupun untuk melakukan prosedur tertentu memerlukan
PTM.
c. Bekerja sesuai standar profesi. Dalam upaya memelihara kesehatan pasien,
seorang dokter berhak untuk bekerja sesuai standar (ukuran) profesinya
sehingga ia dipercaya dan diyakini oleh masyarakat, bahwa bekerja secara
profesional.
d. Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika,
hukum, agama, dan hati nuraninya.Hak ini dimiliki dokter untuk menjaga
martabat profesinya. Dalam hal ini berlaku “ Science et sa conscince”, ya
ilmu pengetahuan dan ya hati nurani.
e. Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien, jika menurut penilaiannya
kerjasama pasien dengannya tidak ada gunanya lagi, kecuali dalam
keadaan gawat darurat.Dalam hubungan pasien dengan dokter haruslah
saling harga menghargai dan salin percaya mempercayai. Jika instruksi
yang diberikan dokter, misalnya untuk meminum obat berkali-kali tidak
dipatuhui oleh pasien dengan alasan lupa, tidak enak dan sebagainya,
sehingga jelas bagi dokter bahwa pasien tersebut tidak kooperatif, maka
dokter mempunyai hak memutuskan kontrak terapeutik.
f. Menolak pasien yang bukan di bidang spesialisnya, kecuali dalam kedaan
gawat

darurat

atau

tidak

ada

dokter

lain

yang

mampu

menanganinya.Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya
menurut ukuran tertinggi. Dengan demikian seorang dokter yang telah
menguasai sesuatu bidang spesialisasi, tentunya

tidak mampu

Universitas Sumatera Utara

memberikan pelayanan kedokteran kedokteran dengan standar tinggi
kepada pasien yang bukan bidang spesialisanya. Karena itu dokter berhak
menolak pasien tersebut, namun untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan ataupun untuk pasien-pasien gawat darurat setiap dokter
berkewajiban menolongnya, apabila tidak ada dokter laoin yang
menanganinya.
g. Hak atas “privacy” dokter.Pasien yang mengetahui kehidupan pribadi
dokter, perlu menahan diri untuk tidak menyebarluaskan hal-hal yang
bersifat pribadi dari dokternya.
h. Ketentraman bekerja.Seorang dokter memerlukan suasana tenteram, agar
dapat bekerja dengan baik. Permintaan yang tidak wajar yang seringsering diajukan oleh pasien/keluarganya, bahkan disetai tekanan psikis dan
fisik, tidak akan membantu dokter dalam memelihara keluhuran
profesinya. Sebaiknya juga dokter akan dapat bekerja dengan tentram, jika
dokter sendiri memegang teguh prinsip-prinsip ilmiah dan moral/etika
profesi.
i. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter.Hampir setiap hari kepada
dokter diminta surat ketrangan tentang kelahiran, kematian, kesehatan,
sakit, dan sebainya. Dokter berhak menerbitkan surat-surat keterangan
tersebutyang tentunya berlandaskan kebenaran.
j. Menerima imbalan jasa. Dokter berhak menerima imbalan jasa dan
pasien/keluarganya berkewajiban memberikan imbalan jasa tersebut sesuai
kesepakatan. Hak dokter menerima imbaln jasa bisa tidak digunakan pada

Universitas Sumatera Utara

kasus-kasus tertentu, misaknya pasien tidak mampu, pertolongan pertama
pada kecelakaan, dari teman sejawat dan keluarganya dan lain-lain.
k. Menjadi anggota perhimpunan profesi. Dokter yang melakukan pekerjaan
profesi perlu menggabungkan dirimya dalam perkumpulan profesi atau
perhimpunan seminat, dengan tujuan untuk meningkatkan IPTEK dan
karya dalam bidang yang ditentekuninya serta menjalin keakraban antara
sesama anggota.
l. Hak membela diri. Dalam hal menghadapi keluhan pasien yang merasa
tidak puas terhadapnya, atau dokter bermasalah, maka dokter mempunyai
hak untuk membela diri dalam lembaga dimana ia bekerja (misalnya
rumah sakit), dalam perkumpulan dimana menjadi anggota (misalnya IDI),
atau di pengadilan jika telah dilakukan gugatan terhadap dirinya.
2. Kewajiban Dokter
Leenan membagi kewajiban-kewajiban dokter dalam tiga kelompok, yaitu:17
a) kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus
bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek
kedokterannya secara lege artis.
b) Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hakhak asasi dalam bidang kesehatan.
c) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan
kesehatan. Dokter harus mempertimbangkan penulisan resep obat-obat
yang harganya terjangkau dengan khasiat yang kira-kira sama dan tidak
17

Anny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, (Jakarta Barat:Binarupa
Aksara, 1996), Halaman 75

Universitas Sumatera Utara

menulis resep obat yang tidak benar-benar diperlukan. Keputusan untuk
merawat pasien di rumah sakit dilakukan dengan antara lain melihat
keadaan sosial ekonomi pasien dan kebutuhan pasien-pasien lain yang lebih
memerlukan perawatan.
3. Praktik Kedokteran dan Izin Praktek Kedokteran
Pengertian praktik kedokteran diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang diatur dalam Pasal
1( ayat 1) yaitu Praktik Kedokteran adalah rangkaian yang dilakukan ileh dokter
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Untuk dapat menjalankan praktik kedokteran dan praktik kedokteran gigi,
setiap dokter dan dokter gigi harus memiliki surat izin praktik yang telah
memenuhui persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. SIP sementara
diberikan kepada dokter dan dokter gigi yang menunda masa bakti atau dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis yang menunggu penempatan dan menjalankan
praktik kedokteran di Rumah Sakit pendidikan dan jejaringnya berlaku untuk 6
(enam)bulan. SIP khusus diberikan kepada dokter dan dokter gigi secara kolektif
ke PPDS dan PPDGS yang menjalankan praktik kedokteran di RS pendidikan
dan jejaringnya serta sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk18
Izin praktek kedokteran diatur dalam Undang-undang Praktik Kedokteran
No.29 Tahun 2004:

18

Ani Yunanto dan Helmi, Hukum Pidana Malpraktik Medik, (Yogyakarta:Penerbit
Andi, 2010), halaman 157

Universitas Sumatera Utara

Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat izin praktik
Pasal 37
1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Dikeluarkan oleh
pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.
2. Surat izin praktik dokter dan dokter gigi sebagaimana yang dimaksud ayat (1)
hanya diberikan untuk paling banyak tiga (3) tempat.
3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk satu (1) tempat praktik
Pasal 38
1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,
dokter atau dokter gigi harus
2. Memiliki surat tanda registrasi atau surat tanda dokter gigi yang masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32
3. Mempunyai tempat praktik;
4. Memiliki rekomendasi dan organisasi profesi:
a. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang:
b. Surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih
berlaku;
c. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin
praktik

Universitas Sumatera Utara

Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan
Menteri.
Surat izin yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan di Kabupaten/kota izin
hanya diberikan untuk 3 tempat pelayanan. Dalam undang-undang ini diatur pula
bahwa bila dokter atau dokter gigi berhalangan menjalankan praktik, ia harus
membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter pengganti yang memiliki surat
izin praktik.19
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.20Pengertian penelitian
sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiahyang berkaitan dengan analisa
kontruksi,yang dilakukan secara metodologis,sistematis dan konsisten.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif
yaitu penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang
tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain.Sebagai penelitian perpustakaan
ataupun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap
data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.Penelitian perpustakaan
demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari penelitian empiris(penelitian
lapangan).21

19

Ibid, 158
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, CV,
2010), Halaman: 2
21
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta:Sinar Grafika, 1991),
halaman 13
20

Universitas Sumatera Utara

2. Sifat Penelitian
Berdasarkan atas sifat-sifat masalah, penelitian ini dapat digolongkan
menjadi penelitian deskriptif. Adapun penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harfiah, penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud membuat pencandraan (deskripsi) mengenai
situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu
adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu
mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis membuat ramalan,
atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertjuan untuk
menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.22
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menngunakan
data sekunder.Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dari bahan
pustaka sehingga muda mencari dan mengumpulkan data-data yang tersedia.Data
sekunder dapat diperoleh dari:23
a. Bahan hukum Primer,yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari

Undang-Undang

Dasar

NRI

1945,Undang-Undang,Peraturaran

Pemerintah dan berbagai hukum nasional yang mengikat.
b. Bahan Hukum Sekunder,yaitu sebagai sumber/bahan dapat merupakan
bahan hukum primer dan penjelasan dari bahan hukum primer,misalnya

22

Sumadi Suryabrata, metodologi Penelitia, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2013),
halaman 75.
23
Ibid, halaman 14

Universitas Sumatera Utara

karya-karya ilmiah,rancangan Undang-Undang,dan juga hasil-hasil suatu
penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier,yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun

penjelasan

terhadap

bahan

hukum

primer

dan

sekunder,contohnya:bibliografi,kamus dan lain-lainnya.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan
data utama yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data
utama yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data
primer atau pihak lain.
5. Analisis Data
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan
mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”24

24

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif

Universitas Sumatera Utara

H.

Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran

ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I:

Merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar
Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan Mamfaat Penulisan,
Tinjauan

Kepustakaan,

Metode

Penelitian,

dan

Sistematika

Penulisan.
Bab II:

Pada bab ini akan dibahas mengenai hubungan hukum antara
pasiendengan dokter serta tanggung jawab dokter terhadap pasien.

Bab III:

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengaturan hukum mengenai
perizinan praktik kedokteran di Indonesia yang diatur dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran, Peraturan Menteri Kesehatan
No.51/MenKes/Per/IV.2007

Bab IV:

Pada bab ini akan dibahas mengenai analis yuridis mengenai
penanganan perkara terhadap dokter yang melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik (Studi kasus
Nomor.110 K/Pid.Sus/2012 Madiun)

Bab V:

Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang
berisi kesimpulan dan saran mengenai permasalahan yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara