Faktor-faktor Bahaya Pekerjaan pada Petugas Pemadam Kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran
Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa,
peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Khususnya
pada kejadian kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan menghentikan
proses usaha, sehingga ini memberikan kerugian yang sangat besar. Menurut
Departemen Tenaga Kerja kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi
karena pemanasan) yang belangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang
disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Kebakaran dapat diartikan sebagai
terjadinya api yang tidak dikehendaki dan tidak terkendali, dan selalu merugikan.
Oleh sebab itu kebakaran tidak selalu identik dengan suatu api yang besar (Rijanto,
2010).
Menurut teori segitiga api (fire triangle), kebakaran terjadi karena adanya 3
faktor yang menjadi unsur api, yaitu : bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan
oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu
dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi.
Bahkan masih ada unsur ke empat yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya
reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus menerus. Keempat unsur
api ini sering disebut juga Fire Tetrahedron.


9
Universitas Sumatera Utara

10

2.1.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran
1. Karena kelalaian
Hampir setiap peristiwa kebakaran besar terjadi karena faktor kelalaian, yang
disebabkan karena:
a)

Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan kebakaran

b)

Kurang hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat
menimbulkan api

c)


Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin

2. Karena peristiwa alam
Pada umumnya adalah peristiwa alam yang menyangkut keadaan cuaca atau
kondisi alam, seperti sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa
bumi,petir,angin topan.
3. Karena penyalaan sendiri
Penyalaan sendiri sering terjadi pada gudang-gudang bahan kimia. Juga dapat
terjadi pada tempat penyimpanan kopra, dimana udara yang kering dan panas
dapat menyebabkan kopra terbakar sendiri
4. Karena unsure kesengajaan
Peristiwa kebakaran yang disengaja pada umumnya mempunyai tujuan
tertentu misalnya:
a) Sabotase untuk menimbulkan huru-hara, kebanyakan karena alasan
politik

Universitas Sumatera Utara

11


b) Mencari keuntungan pribadi, misalnya karena hendak mendapatkan ganti
rugi dari asuransi
c) Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar dokumen
arau bukti-bukti yang memberatkan
d) Untuk tujuan taktis dalam pertempuran, misalnya dengan bumi hangus
(Rijanto, 2010).
2.1.2 Klasifikasi Kebakaran
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per04/MEN/1980, tanggal 14 April 1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan
pemeliharaaan Alat Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
Tabel 2.1. Klasifikasi Kebakaran di Indonesia
Kelas

Jenis

Contoh

Kelas A

Bahan padat


Kebakaran dengan bahan bakar padat bukan logam

Kelas B

Bahan cair dam gas

Kebakaran dengan bahan bakar cair atau gas
mudah terbakar

Kelas C

Listrik

Kebakaran instalasi listrik bertegangan

Kelas D

Bahan logam


Kebakaran dengan bahan bakar logam

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.3. Bahaya Kebakaran
Tingkat bahaya kebakaran dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1) Bahaya kebakaran ringan
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar
rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga penyalaran
api kecil.
2) Bahaya kebakaran sedang 1
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar setinggi 2,5 meter.
Pelepasan panas kebakaran yang sedang sehingga penjalaran apinya sedang.
3) Bahaya kebakaran sedang 2
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi lebih dari 4
meter. Pelepasan panas kebakaran panasnya sedang, sehingga penjalaran api sedang.

4) Bahaya kebakaran sedang 3
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar tinggi. Menimbulkan suhu panas agak tinggi sehingga penjalaran api agak
cepat.
5) Bahaya kebakaran berat/tinggi (Arif, 2015)
Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai sangat tinggi dan apabila
terjadi akan melepaskan suhu panas tinggi sehingga penjalaran api sangat cepat.

Universitas Sumatera Utara

13

2.2

Petugas Pemadam Kebakaran
Petugas pemadam kebakaran adalah karyawan dinas yang dilatih dan bertugas

untuk menanggulangi kebakaran dan penyelamatan (rescue). Selain terlatih untuk
memadamkan api, menyelamatkan korban dari kebakaran, para petugas juga dilatih
untuk menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, dan lain-lain

(Novianita, 2013). Pekerjaan pemadam kebakaran mengandung bahaya-bahaya yang
tidak dimiliki oleh pekerjaan-pekerjaan lain. Pekerjaan tersebut meminta banyak
pengorbanan, sedangkan imbalannya adalah perasaan kepuasan dapat menyelamatkan
orang lain yang berada dalam suatu bahaya (suma’mur, 2013).
Jika melihat deskripsi pekerjaannya, petugas pemadam kebakaran merupakan
yang berbahaya dan memiliki tingkat risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Schuller
(dalam Lestari, 2009) menyatakan beberapa jenis pekerjaan yang dikategoriakan
beresiko tinggi, atau berbahaya bagi keselamatan meliputi pekerjaan di pertambangan
minyak lepas pantai, tentara, pemadm kebakaran, pekerja tambang, kontraktor, buruh
bangunan, atau bahkan pekerja cleaning service yang biasa menggunakan gondola
untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan ini dianggap berisiko
tinggi karena dapat menyebabkan luka ringan, luka sedang, luka parah, kecacatan
bahkan kematian pada pekerjanya.
2.2.1

Peralatan Pemadaman Kebakaran
Adapun peralatan yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran untuk

memadamkan kebakaran yaitu (Puslatkar Jakarta, 1998) :


Universitas Sumatera Utara

14

1) Selang Kebakaran (Fire Hose)
Selang kebakaran berfungsi untuk mengalirkan air dari mobil pemadam atau
hidran melalui nozzle ke sasaran (kebakaran). Panjang selang penyalur yaitu 20-30
meter dengan diameter sebesar 1-1,5 inchi, 2,5 inchi.
2) Saringan (Strainers)
Strainer berfungsi untuk menyaring air dan sumber air terbuka, baik kotoran
yang halus maupun yang kasar.
3) Pipa Pemancar (Nozzle)
Nozzle berfungsi untuk memancarkan air dari selang penyalur ke sasaran
(kebakaran). Jenis pancaran yang dihasilkan tergantung dari tipe nozzle yang
digunakan. Adapun beberapa tipe nozzle yaitu : spray nozzle, foam nozzle, fog nozzle.
4) Kopling
Kopling berfungsi untuk menyambungkan antar selang. Beberapa tipe kopling
yaitu : Yan Vander Hyder (hermaprodite), kopling jantan, kopling betina.
5) Kunci Kopling
Kunci kopling berfungsi untuk mengencangkan dan melepaskan kopling.

6) Adaptor
Adaptor berfungsi untuk menyambungkan dua kopling yang berlainan jenis,
berbeda ukuran dan berlainan bentuk.

Universitas Sumatera Utara

15

7) Hidran Kebakaran
Merupakan suatu alat yang dilengkapi dengan fire hose dan nozzle yang
digunakan untuk mengalirkan air bertekanan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
Adapun klasifikasi hidran kebakaran yaitu :
a. Hidran Kelas I
Hidran yang outlet-nya berdiameter 2,5 inchi yang dipersiapkan untuk petugas
pemadam kebakaran atau orang yang sudah terlatih.
b. Hidran Kelas II
Hidran yang outlet-nya berdiameter 1,5 inchi yang dipersiapkan untuk
penghuni gedung.
c. Hidran Kelas III
Hidran yang outlet-nya berdiameter 1,5 dan 2,5 inchi (perpaduan hidran kelas

I dan II).
8) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
APAR diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penggunaannya pada empat
kelas api (A,B,C,D). Semua APAR berperan dengan suatu daya padam yang
menunjukkan kecocokan pemadamannya untuk digunakan pada suatu kelas api
tertentu yang terdiri dari :
a. Alat Pemadam Api Tipe Air (Tanki Pompa)
Berukuran 11/2 – 5 gallon dan dapat digunakan untuk memadamkan api kelas
A.Pengoperasian dapat dilakukan dengan pompa tangan.

Universitas Sumatera Utara

16

b. Alat Pemadam Air yang Berisi Tekanan
Berukuran 21/2 gallon berisi tekanan udara sekitar 6,8 bar di dalam kerangka
atau ruangan yang sama dengan air..
c. Alat Pemadam Api Carbon Dioxide (CO2)
Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas B dan C dengan
mengeluarkan gas CO2 yang bertekanan dengan beberapa ―salju‖ melalui ujung pipa

pemancar.
d. Alat Pemadam Api Halon
Berukuran 1 gallon sampai 10 gallon. Dapat digunakan untuk memadamkan
api kelas B dan C.
e. Alat Pemadam Kimia Kering Dasar Biasa/Normal
Berukuran 1.134-13.608 kg. Dapat dignakan untuk memadamkan api kelas B
dan C.
f. Alat Pemadam Kimia Kering Biasa Serba Guna
Berukuran 1.134-13.608 kg. Dapat digunakan untuk memdamkan api kelas A,
B, dan C.
2.2.2

Alat Pelindung Diri Petugas Pemadam Kebakaran
Alat pelindung diri yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran harus

meliputi peralatan berikut ini (DEPDAGRI, 2005):

Universitas Sumatera Utara

17

1) Peralatan Pelindung Kepala, Mata, dan Muka
Pelindung mata dan muka diperlukan jika bahaya-bahaya yang terjadi dapat
mengakibatkan cedera pada mata atau muka. Peralatan ini harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada. Selama melaksanakan operasi pemadaman, petugas
pemadam kebakaran harus menggunakan helm yang kuat dalam memberikan
perlindungan baik dari kejatuhan benda, pukulan atau tusukan benda tajam. Helm
tersebut dilengkapi dengan penutup telinga dan tali pengikat dagu yang dilengkapi
dengan sistem suspensi. Helm harus kedap air, tidak mudah terbakar, atau meleleh,
dan tidak boleh terbuat dari bahan penghantar arus listrik agar dapat menangkal
bahaya terkena arus listrik. Peralatan pelindung jenis ini harus dipakai selama
pelaksanaan operasi pemadaman kebakaran.
2) Peralatan Pelindung Tubuh
Para petugas pemadam kebakaran harus melindungi tubuh mereka dari
kemungkinan sambaran kobaran api. Selama menjalankan tugas, setiap petugas
pemadam kebakaran seharusnya menggunakan jas lengan panjang dan celana panjang
yang terbuat dari bahan kapas atau serat yang tahan terhadap nyala api.
3) Sepatu dan Pelindung Kaki
Petugas pemadam kebakaran sebaiknya menggunakan sepatu boot panjang
yang dipadukan dengan celana panjang yang terbuat dari bahan tahan panas untuk
melindungi kaki dari kemungkinan tertusuk benda tajam, terkena cairan kimia yang
merusak kulit, atau kejatuhan benda yang keras dan berat.

Universitas Sumatera Utara

18

4) Peralatan Pelindung Tangan
Petugas pemadam kebakaran yang menggunakan sarung tangan akan
terhindar dari kemingkinan risiko tertusuk benda tajam dan perembesan panas atau
cairan/bahan kimia yang bersifat merusak.
5) Alat Bantu Pernafasan
Penggunaan alat bantu pernafasan bertekanan positif (Positive Pressure –
SCBA) sangat dianjurkan bagi petugas pemadam kebakaran, khususnya bagi mereka
yang harus memasuki ruangan-ruangan tertutup dan mencari korban. Salah satu
alasan penggunaan alat bantu pernafasan ini adalah karena berkurangnya oksigen dan
terkontaminasinya udara dengan gas beracun di dalam ruangan yang terbakar.
6) Peralatan dan Kelengkapan Lainnya
Ada 2 jenis peralatan yang telah dikembangkan untuk membantu petugas
pemadam kebakaran agar dapat bekerja dengan lebih aman, yaitu sistem keselamatan
sinyal diri (Personal Alert Safety System / PASS) dan detektor karbon monoksida
(CO Detector).
2.2.3

Prosedur Operasi Penanggulangan Kebakaran
Menurut Lampiran III Surat Keputusan Kepala Dinas Pencegah/Pemadam

Kebakaran Kota Medan Nomor 970 / 0131 / SK / 2006 tentang Prosedur
Penanggulangan Kebakaran Dan Bencana Lainnya, prosedur operasi penanggulangan
kebakaran yaitu :
a. Setiap memulai tugas siaga pada setiap harinya, Komandan Regu dan Wakil
Komandan Regu harus segera mengatur urutan mobil yang akan berangkat

Universitas Sumatera Utara

19

bila terjadi kebakaran pada saat jam tugas mereka dan melaporkannya kepada
Kepala UPT.
b. Komandan serta Wakil Komandan Regu segera mengatur personil untuk
masing-masing mobil, termasuk petugas yang akan menjadi Tim Rescue.
c. Komandan serta Wakil Komandan Regu segera menugaskan masing-masing
supir

bersama

piket

supir

untuk

memeriksa

kesiapan

mobil

dan

peralatan/perlengkapannya serta melakukan pemanasan mesin sesuai Prosedur
Penggunaan dan Pemeliharaan Mobil Pemadam Kebakaran, Mobil DP2K
Kota Medan lainnya dan Peralatan/Perlengkapannya sebagaimana terdapat
pada Lampiran II.
d. Sesaat setelah mendengar sirene atau lonceng tanda adanya kebakaran,
seluruh petugas pemadam kebakaran harus segera bergegas masuk ke mobil
pemadam kebakaran dan segera memakai helm yang telah tersedia di mobil
masing-masing. Dan bagi petugas yang menjadi Tim Rescue, segera
mengenakan kelengkapan keselamatan personil (personil safety tools).
e. Mobil pemadam dan petugas yang berangkat menuju lokasi kebakaran
ditentukan oleh Kepala UPT.
f. Seluruh anggota Tim Rescue dan PNS Siaga yang bertempat tinggal di
Komplek Pemadam Kebakaran harus berangkat dan mengacu kepada
Pengaturan Kesiagaan Pegawai DP2K Kota Medan dalam Penanggulangan
Kebakaran sebagaimana terdapat pada Lampiran I.

Universitas Sumatera Utara

20

g. Sesuai

dengan

petunjuk

dari

petugas

piket,

seluruh

mobil

yang

diberangkatkan segera bergerak menuju lokasi kebakaran dengan tidak lupa
menyalakan lampu rotari dan membunyikan sirene. Kecepatan mobil
pemadam kebakaran harus mempertimbangkan keselamatan dan kemanan
seluruh pihak.
h. Dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, setiap unit mobil harus tetap
melaporkan posisinya dan meminta panduan dari petugas piket tentang jalur
lalu lintas yang paling lancar, singkat dan dapat dilalui mobil pemadam
menuju lokasi kebakaran.
i. Seluruh unit mobil pemadam yang berangkat menuju lokasi kebakaran harus
tetap memonitor petunjuk dari petugas piket atau Kepala UPT.
j. Pada saat regu pemadam telah sangat dekat dengan lokasi kebakaran dan
dapat melihat dengan jelas kondisi kebakaran, anggota pemadam harus segera
melaporkan hal-hal yang terlihat kepada petugas piket serta menyampaikan
tentang perlu tidaknya penambahan jumlah unit mobil pemadam ke lokasi
kebakaran.
k. Setelah mobil pemadam tiba di lokasi kebakaran, hal-hal yang harus
dilakukan petugas pemadam kebakaran adalah :


Supir menempatkan mobil pada posisi yang paling tepat menurut posisi obyek
terbakar dan kondisi jalan;

Universitas Sumatera Utara

21



Operator mesin segera menempati posisi di dekat mesin pompa dan
melakukan persiapan yang dibutuhkan;



Petugas pembawa selang segera menggelar selang menuju titik terdekat ke
obyek terbakar dengan meninggalkan ujung selang berkopling betina didekat
mesin pompa, sedangkan Petugas pembawa nozzel bertugas membawa nozzel
untuk disambungkan dengan ujung selang berkopling jantan;



Bila dibutuhkan penyambungan selang tambahan, maka Petugas lainnya
segera membawa selang dengan atau tanpa kopling sambungan cabang dua
dan menyambungkannya dengan selang terdahulu;



Operator segera menyambungkan ujung selang berkopling betina ke kopling
jantan yang ada di mesin pompa;



Setelah ada permintaan pengaliran air dari petugas pemegang nozzle, Operator
segera mengalirkan air melalui selang dengan tekanan air disesuaikan dengan
kondisi atau sesuai permintaan Petugas pemegang nozzle;



Petugas tidak diperkenankan membiarkan selang atau nozzle dikuasai oleh
orang lain yang bukan petugas pemadam DP2K Kota Medan. Petugas boleh
bekerjasama dengan masyarakat melakukan penyiraman air, namun kendali
operasi selang tetap berada di tangan petugas;



Pemadaman

kebakaran

harus

mengutamakan

upaya

melokalisir

perkembangan api untuk kemudian semakin memperkecil api sampai dengan
padamnya api dan baranya;

Universitas Sumatera Utara

22



Mekanisme penyuplaian air harus disesuaikan dengan formasi mobil atau
sistem pemadaman, apakah menggunakan sistem statis atau dinamis, atau
sesuai dengan petunjuk Komandan Regu/Kepala UPT;



Setiap mobil yang telah kehabisan air harus segera kembali untuk mengisi air
dengan meminta petunjuk dari Komandan Regu/Kepala UPT tentang dimana
titik pengisian ulang air;



Petugas yang ikut dengan setiap mobil yang kembali untuk mengisi ulang air
hanyalah supir bersama dengan satu orang anggota;



Setelah selesai mengisi ulang air, supir bersama anggotanya harus segera
membawa kembali mobil tersebut ke lokasi kebakaran kecuali ditentukan lain
oleh Komandan Regu/Kepala UPT;



Setelah pemadaman dinyatakan selesai, masing-masing anggota pada unit
mobil dikomandoi oleh supir pemadam harus segera menggulung selang yang
telah digunakan dan menyimpannya kembali ke mobil bersama-sama dengan
peralatan lainnya;



Setelah seluruh mobil dan peralatannya rapi, maka seluruh petugas segera
melakukan apel untuk melaporkan kendala dan kesiapan masing-masing regu
unit mobil kepada Komandan Regu/Kepala UPT, untuk kemudian menuggu
petunjuk dari Komandan Regu/Kepala UPT;

Universitas Sumatera Utara

23



Bila semuanya dinilai telah cukup, Komandan Regu/Kepala UPT segera
memerintahkan seluruh unit mobil bersama masing-masing anggota untuk
kembali ke Pos Siaga dengan formasi konvoi yang teratur dan tertib;



Setibanya di Pos Siaga/Pos Penjagaan masing-masing supir pemadam dibantu
anggotanya kembali mengisi ulang air pada tangki mobil yang kosong dan
merapikan peralatan/perlengkapannya, serta melaporkan segala kerusakan/
kendala yang dialami mobil kepada Komandan Regu untuk diteruskan kepada
Kepala Seksi guna diteruskan ke Subdis Harlat untuk ditindaklanjuti.

2.2.4

Pola Operasi Pemadaman Kebakaran
Pola Operasi Pemadaman (P.O.P) Kebakaran adalah suatu model strategi

berupa tindakan yang harus diambil pada saat kebakaran bertujuan untuk melakukan
tindakan-tindakan pencegah-an, pemadaman, dan penye-lamatan di lokasi kebakaran
sesegera mungkin.
Pola Operasi Pemadaman akan berhasil dilakukan bila memperhatikan hal-hal sbb :


Lokasi kebakaran dekat dengan pos pemadam dan mudah dijangkau;



Kondisi bangunan tidak menyulitkan petugas;



Jumlah unit mobil dan personil yang dikerahkan memadai



Sumber air di/dekat lokasi kebakaran cukup memadai;



Sumber air yang digunakan seperti : hidran, tandon, kolam/ tambak, air
sungai, dll;



Sarana dan Prasarana pendukung yang tersedia memadai;

Universitas Sumatera Utara

24



Ancaman,

gangguan,

hambatan

dan

tantangan

(AGHT)

dapat

diminimalisasi;
1.

Pola Operasi Pemadaman
a. Pola Dinamis
Pola Dinamis adalah suatu pola pemadaman dimana seluruh unit mobil

pemadam kebakaran senantiasa bergerak dari lokasi ke sumber air terdekat dan dari
sumber air ke lokasi, penyiraman dilakukan secara bergantian (mobil yang telah
kosong berangkat kembali ke sumber air).
Pola Dinamis dilakukan bila :
 Sumber air di lokasi tidak ada
 Sumber air untuk pemadaman jauh dari lokasi kebakaran
 Jalur akses keluar masuk memungkinkan untuk dilalui oleh unit mobil
jalan dilingkungan untuk dilalui, dll
b. Pola Statis
Pola Statis (Pasif) adalah suatu pola pemadaman dimana seluruh nit mobil
pemadam kebakaran tidak bergerak (diam). Sistem penyiraman yang diterapkan
adalah dengan menyalurkan air ke unit mobil terdepan posisinya tetap.
Pola Statis dilakukan bila :
 Sumber air di lokasi ada tersedia, dan memadai untuk digunakan selama
pemadaman

Universitas Sumatera Utara

25

 Jalan lingkungan tidak memadai atau akses masuk untuk mobil pemadam
tidak tersedia
 Jalan buntu, atau tidak bisa dilalui (dalam Gang)
c. Pola Kombinasi (Dinamis dan Statis) dilakukan bila :
 Sumber air di lokasi memang ada akan tetapi tidak memadai untuk
memenuhi kebutuhan selama berlangsungnya pemadaman
 Jalur akses masuk buntu dan mengakibatkan unit mobil yang terdepan akan
sulit keluar (terjebak) karena harus mundur cukup jauh dan terhalang pula
oleh unit mobil lain yang berada di belakangnya
 Alternatif sumber air lainnya untuk pemadaman harus diupayakan
meskipun cukup jauh
 Sebahagian unit mobil lain yang posisinya bebas harus meladeni
penyuplaian air terhadap unit mobil terdepan (statis) yang sedang
melakukan tugas penyiraman
 Lokasi kebakaran di dalam gang dan sempit
2.

Penerapan Pola Pemadam Kebakaran
Bila yang digunakan adalah Pola Dinamis maka

posisi unit mobil yang

digunakan yaitu :
a. PDM – 1

(Pola Dinamis Mobil - 1)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 1 (satu) unit / satu sisi;

Universitas Sumatera Utara

26

b. PDM – 2

(Pola Dinamis Mobil – 2)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 2 unit / dua sisi;
c. PDM – 3

(Pola Dinamis Mobil – 3)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 3 unit / tiga sisi;
d. PDM – 4

(Pola Dinamis Mobil – 4)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 4 unit /empat sisi;dst
Bila yang digunakan adalah Pola Statis maka

posisi unit mobil yang

digunakan yaitu :
a. PSM – 1

(Pola Statis Mobil - 1)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 1 (satu) unit atau satu sisi,
sementara unit lain menjadi penyuplai;
b. PSM – 2

(Pola Statis Mobil – 2)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 2 unit atau dua sisi, sementara unit
lain menjadi penyuplai;
c. PSM – 3

(Pola Statis Mobil – 3)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 3 unit atau tiga sisi, sementara unit
lain menjadi penyuplai;
d. PSM – 4

(Pola Statis Mobil – 4)

Mobil yang melakukan penyiraman adalah 4 unit atau empat sisi, sementara
unit lain menjadi penyuplai; dst

Universitas Sumatera Utara

27

3. Saat Di Lokasi Kebakaran
 Dalam menyiasati penanganan kebakaran harus dicermati pengaturan unit
mobil dan personil di lapangan;
 Posisikan parkir mobil pada posisi yang serta tidak meng-ganggu unit
kendaraan lain yang ikut beroperasi;
 Senantiasa berkomunikasi dengan Posko dan segera informasikan hal-hal yang
sangat diperlukan;
 Segera melakukan tugas pencegahan / pemadaman, dan penyelamatan jiwa;
 Utamakan keselamatan diri dan orang lain, segera minta bantuan dan lakukan
pertolongan bila ada korban;
 Minimalkan kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat kebakaran;
 Kenali klasifikasi kebakaran yang terjadi dan amati lingkungan bila arus listrik
belum putus segera hubungi PLN;
 Keberhasilan dalam pemadaman tergantung kepada kontinutas air yang tidak
terputus-putus;
 Batasi api, cegah terjadinya radiasi, konduksi, konveksi dan hubungan
langsung;
 Perhatikan bahaya yang mung-kin bisa terjadi sewaktu-waktu seperti bahaya
listrik, ledakan, jatuhan, dll;
 Minta bantuan petugas yang berwajib agar warga menjauh dan tidak timbul
korban;

Universitas Sumatera Utara

28

 Awasi seluruh peralatan yang diguna-kan dan kembalikan ke tempat semula
bila alat telah selesai digunakan (jangan pindah tangankan);
4. Formasi Regu Dalam Pemadaman
a. Nomor Pekerjaan :


Petugas Nomor 1 sebagai Kepala Regu



Petugas Nomor 2 sebagai Operator



Petugas Nomor 3 sebagai Anggota Regu



Petugas Nomor 4 sebagai Anggota Regu



Petugas Nomor 5 sebagai Anggota Regu



Petugas Nomor 6 sebagai Anggota Regu

b. Tugas Anggota Regu :
1) Petugas Nomor 1 :
 Memimpin teknik dan taktik pemadaman
 Bertanggung Jawab di sumber air maupun di lokasi bencana
 Membawa dan menentukan pipa cabang (breeching)
2) Petugas Nomor 2 :
 Mengoperasikan unit Mobil dan Pompa kebakaran
 Melayani penghisapan dan penyaluran air
3) Petugas Nomor 3 :
Mengoperasikan selang dan pipa pemancar (nozzle)
4) Petugas Nomor 4 :

Universitas Sumatera Utara

29

Mengoperasikan selang dan pipa pemancar (nozzle)
5)

Petugas Nomor 5 :
Mengoperasikan selang dan pipa pemancar (nozzle)

6) Petugas Nomor 6 :
Mengoperasikan selang dan pipa pemancar (nozzle)
c. Formasi Regu Dalam Barisan
Formasi Regu dalam barisan dilakukan untuk menetapkan pembagian tugas
pada saat serah terima tugas jaga. Formasi Regu dalam barisan dapat dibagi 2 yaitu 1
(satu) saf dan 2 (dua (dua) saf. Bila posisi barisan di depan mobil, maka sebaiknya
dibentuk 2 (dua) saf untuk memudahkan personil bergerak menuju posisi di mobil
pemadam. Setelah timbang terima dilaksana-kan untuk pemeriksaan perlengkapan
unit, para anggota regu bernomor genap hadap kiri, sedangkan yang bernomor ganjil
hadap kanan dan terus melaku-kan pemeriksaan kelengkapan unit mobil antara lain :
BBM. Air, Selang, Pemancar,dll. Bila pemeriksaan telah selesai, maka seluruh
anggota harus segera melapor kepada atasan, sebab kondisi unit mobil tetap siap
pakai. Formasi Anggota Regu di mobil disesuaikan sesuai dengan formasi regu dalam
barisan (menurut jenis mobil yang digunakan).
d. Formasi Regu Pada Saat Pemadaman
Pada saat pemadaman menggunakan unit Mobil maka tugas Regu crew unit
mobil adalah sbb :
Pembagian Tugas Pada saat Pengoperasian Mobil :

Universitas Sumatera Utara

30

Nomor 1

:

 Mengatur teknik dan taktik pemadaman
 Bertanggung jawab dari sumber air sampai ke sumber api
Nomor 2

:

 Mengoperasikan mobil dan Pompa
 Menghubungkan selang Nomor 3 ke mobil
 Melayani permintaan Anggota Regu
Nomor 3

:

 Membawa selang, menyambung selang ke selang petugas Nomor 4
 Mempersiapkan selang cadangan dekat sambungan dan selang penghisap
bila diperlukan
 Berdiri didepan sambungan selang
 Meneruskan berita/informasi
 Mengontrol selang
Nomor 4

:

 Membawa selang, menyambung selang ke selang petugas nomor 5
 Mempersiapkan selang cadangan dekat sambungan dan selang penghisap
bila diperlukan
 Berdiri didepan sambungan selang
 Meneruskan berita/informasi
 Mengontrol selang

Universitas Sumatera Utara

31

Nomor 5

:

 Membawa selang, menyambung selang ke selang petugas Nomor 6
 Mempersiapkan selang cadangan dekat sambungan
 Berdiri didepan sambungan selang
 Meneruskan berita/informasi
 Mengontrol selang
 Membantu mengoperasikan pipa pemancar
Nomor 6

:

 Membawa selang dan pipa pemancar
 Menyambung selang dengan pipa pemancar (nozzle)
 Memberikan berita/informasi
 Memberikan aba-aba / isyarat
 Melaksanakan pemadaman
e. Formasi Regu Saat Pemadaman
1) Formasi Pemadaman I (Satu)
Pelaksanaan pemadaman kebakaran dengan menggunakan satu jalur selang
dan 1 (satu) pemancar (nozzle).
Perhatian untuk tetap di ingat :
 Setelah selang tersambung dengan baik maka aba-aba / isyarat disampaikan
secara estafet.

Universitas Sumatera Utara

32

 Khusus untuk Nomor 2 agar benar-benar memperhatikan aba-aba / isyarat
yang diterima lalu melaksanakannya.
2) Formasi Pemadaman II (Dua) A
Pelaksanaan

pemadaman

kebakaran

dilakukan

dengan

kombinasikan

penghisapan air dari sumbernya dengan menggunakan satu jalur dan 1 (satu)
pemancar (nozzle).
3) Formasi Pemadaman II (Dua) B
Pelaksanaan pemadaman kebakaran dilakukann dengan kombinasikan
penghisapan air dari sumbernya dengan menggunakan 2 (dua) jalur dan 2 (dua)
pemancar (nozzle).
4) Formasi Pemadaman III (Tiga)
Pelaksanaan pemadaman kebakaran menggunakan 2 (dua) jalur dan 2 (dua)
pemancar (nozzle).
5) Formasi Pemadaman III (Tiga) B
Pelaksanaan pemadaman kebakaran dengan menggunakan 2 (dua) jalur dan 2
(Dua) pemancar (nozzle) sambil melakukan peng-hisapan air dari sumbernya.
6) Formasi Pemadaman IV (Empat)
Pelaksanaan pemadaman kebakaran menggunakan 1 (satu) jalur dan 2 (Dua)
pemancar (nozzle)

Universitas Sumatera Utara

33

7) Formasi Pemadaman IV (Empat) B
Pelaksanaan pemadaman kebakaran dengan menggunakan 1 (satu) jalur dan 2
(dua) pemancar (nozzle) serta melakukan penghisapan air.
2.3

Risiko K3
Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan,

atau sakit yang dihasilkan karena bahaya (ILO, 2000). Menurut Soehatman Ramli
(2010), Risiko K3 berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas
bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja.
Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai konotasi negatif (negative impact) antara
lain : kecelakaan terhadap manusia dan aset perusahaan, kebakaran dan peledakan,
penyakit akibat kerja, kerusakan sarana produksi, gangguan operasi (Shafwani, 2012).
2.3.1

Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran
Pekerjaan pemadam kebakaran memiliki dampak risiko penyakit/gangguan

kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Risiko petugas pemadam kebakaran dapat
dilihat dari paparan potensi risiko dan dampak risiko. Paparan risiko yang
diidentifikasikan pada pekerjaan operasional pemadam kebakaran merupakan
potential hazard yang meliputi physical hazard, chemical hazard, electrical hazard,
mechanical hazard dan biological hazard. Sedangkan untuk pshicological hazard dan
ergonomic hazard tidak diidentifikasikan karena bukan termasuk paparan risiko fisik
murni dari pekerjaan, tetapi ada faktor-faktor personal, tata cara kerja dan teknologi
yang juga mempengaruhi munculnya paparan atau potensi risiko tersebut. Bahayabahaya (hazards) tersebut mengakibatkan penyakit akibat kerja (occupational

Universitas Sumatera Utara

34

desease) (Andriyan, 2011) Berikut ini merupakan hasil identifikasi paparan risiko
pada aktivitas pemadaman kebakaran yang dilakukan pegawai operasional Dinas
Kebakaran secara umum.
Tabel 3.1. Identifikasi Paparan Risiko pada Aktivitas Pemadaman Kebakaran
No

Potensial Hazard

Identifikasi Paparan Risiko

1.

Physical Hazard

Kebisingan
Suhu panas (Heat stress)

2

Chemical Hazard

Emisi Gas CO
Emisi Gas NO2
Emisi Gas H2S
Emisi PCB
Emisi Silika Bebas
Emisi Timah hitam/Plumbun
Emisi Seng Klorida
Emisi Gas lain

3.

Electrical Hazard

4.

Mechanic

Tersengan aliran listrik
al Getaran pada scroll delang penyemprot air dan mobil

Hazard
5.

Biological Hazard

Terpapar bakteri dan parasit

Selain berpotensi terpapar bahaya-bahaya di atas, petugas pemadam
kebakaran juga berpotensi mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang
berpotensi terjadi pada kegiatan pemadaman kebakaran meliputi: jatuh, kejatuhan
material atau terkena serpihan material, tersulut api, tersengat aliran listrik, tergores
atau tertusuk benda tajam, dan kecelakaan di perjalanan.

Universitas Sumatera Utara

35

Dampak risiko diidentifikasikan berdasarkan risiko yang diterima dan kondisi
lingkungan kerja. Dampak risiko yang terjadi pada petugas pemadam kebakaran bisa
berupa peyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja.
Dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja berupa (Andriyan, 2011) :
a. Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan tenggorokan, flu, batuk,
syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran pernafasan, dada
terasa sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal – sengal.
b. Gangguan pernafasan akut: sesak nafas, batuk parah (menahun), kerusakan
permanen syaraf pembau, pendarahan pada saluran pernafasan, batuk darah,
infeksi dan peradangan pada paru-paru.
c. Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur (insomnia)
d. Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit.
e. Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah.
f. Iritasi pada mata, sakit pada mata.
g. Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan metabolisme.
h. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun.
i. Kehilangan kesadaran, pingsan.
j. Gangguan pada jantung.
k. Demam.

Dampak kecelakaan kerja berupa :

Universitas Sumatera Utara

36

a. Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, cukup dengan
pertolongan pertama.
b. Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu
mendapatkan perawatan medis.
c. Luka parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu
mendapatkan perawatan medis yang serius, waktu pemulihan lama.
d. Luka sangat parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja,
mengakibatkan cacat atau tidak berfungsinya bagian tubuh tertentu.
e. Kecelakaan yang berakibat kematian.
f. Tersengat listrik. Kontak langsung dengan arus listrik akan mengakibatkan
cedera tubuh seperti kejang otot yang berakibat lanjut pada menurunnya
kemampuan gerak, terjatuh, mengakibatkan kegosongan/kebakaran yang
parah, terhentinya detak jantung dan aliran pernafasan.
2.4 Faktor Bahaya di Tempat Kerja
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotesi
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya
tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya merupakan sifat yang
melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Misalkan
api, secara alamiah mengandung sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh
manusia dapat menimbulkan kerusakan atau cidera (Ramli, 2010). Potensi Bahaya

Universitas Sumatera Utara

37

adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian
(ILO, 2013).
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan, dalam
melakukan pekerjaan perlu di pertimbangkan berbagai potensi bahaya serta risiko
yang bisa terjadi akibat system kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan
bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya. Istilah hazard atau potensi
bahaya menunjukkan adanya sesuatu potensial untuk mengakibatkan cidera atau
penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau
perusahaan. Sedang kemungkinan potensi bahaya yang manifest,sering disebut
resiko. Baik ―hazard‖ atau ―resiko‖ tidak selamanya menjadi bahaya , asalkan
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Di tempat kerja, kesehatan dan kinerja
seorang pekerja sangat dipengaruhi oleh:
1) Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan kerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2) Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
3) Lingkungan kerja sebagai bahan tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomic maupun aspek psikososial.
Berbagai potensi bahaya kesehtaan dan kemungkinan dampaknya, antara lain:
1.) Faktor mesin/peralatan: cidera, kecelakaan kerja
2.) Fisiologik atau beban kerja : gangguan muskoluskeletal, low bacp bain,
kelelahan

Universitas Sumatera Utara

38

3.) Faktor fisik : noise induced hearing loss, gangguan neuro vaskuler, efek
radiasi
4.) Faktor kimia : intoksikasi, alergi, kanker
5.) Faktor biologic : infeksi, alergi
6.) Faktor psikologik :stress psikis, depresi, ketidaakpuasan
7.) Faktor psikososial : konflik, monotoni, kualitas kerja.
Jenis bahaya dapat diklasifikasiakan antara lain (Ramli, 2010) :
1) Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan
penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa, pengaduk dan lainlain.
2) Bahaya Listrik
Adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan
arus pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggu nakan energi listrik.
3) Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahan kimiawi.

Universitas Sumatera Utara

39

4) Bahaya Fisik.
Bahaya yang berasal dari faktor fisik diantaranya : karena getaran, tekanan, gas,
kebisinga n, suhu panas atau dingin, cahaya penerangan, radiasi dari bahan radioaktif
2.4.1

Bahaya Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran
Bahaya yang dihadapi petugas pemadam kebakaran antara lain (ILO, 2000) :

1. Bahaya Kecelakaan
a) Jatuh dari ketinggian selama bekerja dengan menggunakan tangga.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan gaitan
tangga pada tangga ketika bekerja.
b) Jatuh dari ketinggian karena runtuhnya bangunan.
Petugas pemadam kebakaran yang terjatuh atau terperosok kemungkinan bisa
mengalami patah tulang, cedera kepala, cedera punggung, dan kekurangan
oksigen ataupun terhirup asap atau sebaran gas beracun. Maka tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung
diri yang lengkap dan sesuai untuk bekerja di ketinggian.
c) Tertimpa benda atau rubuhan bangunan yang jatuh saat melakukan
pemadaman kebakaran dan penyelamatan korban atau benda-benda.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).
d) Menginjak, terkena kaca, logam atau benda tajam lainnya yang dapat
menimbulkan luka atau goresan, termasuk cedera akibat ledakan.

Universitas Sumatera Utara

40

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).
e) Terperangkap dalam bangunan yang roboh atau material yang runtuh.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan Personal Alert
Safety System (PASS) untuk memberitahukan petugas pemadam kebakaran
lain yang ada di sekitarnya.
f) Kelelahan dalam mengangkat selama pemadaman kebakaran atau operasi
penyelamatan.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan
tingkat kebugaran serta memperhatikan aturan cara mengangkat dan
membawa yang tepat
g) Kontak dengan permukaan yang panas atau gas yang sangat panas.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).
h)

Menghirup udara yang sangat panas dan atau hasil dari pembakaran.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri

yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self

Contained Breathing Apparatus (SCBA).

Universitas Sumatera Utara

41

i)

Kontak dengan atau terpapar dengan bahan kimia selama pemadaman
kebakaran, operasi penyelamatan atau penanganan bahan kimia berbahaya.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).

j)

Gangguan pasokan udara selama operasi pemadaman kebakaran.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan rotasi
kerja dan istirahat selama aktif pada saat melakukan penyelamatan dari
kebakaran.

k) Cedera akibat kecelakaan transportasi dalam merespon keadaan darurat.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
perangkat penahan yang tepat seperti sabuk pengaman ketika berkendara.
l)

Tergelincir, tersandung dan jatuh ke api.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap.

2. Bahaya Fisik
a) Runtuhnya langit-langit, dinding atau lantai.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA) serta menggunakan Personal Alert
Safety System (PASS) untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang
ada di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

42

b) Munculnya flashover dan backdraft.
Flashover terjadi ketika semua bahan yang mudah terbakar didalam suatu
ruangan telah dipanaskan hingga mencapai suatu titik yang akan
mengeluarkan uap-uap bahan bakar. Ketika uap-uap bahan bakar ini mencapai
titik penyalaannya, terjadilah nyala api. Semua bahan yang mudah terbakar
didalam ruangan tersebut akan menyala secara serentak.
Backdraft adalah suatu ledakan yang terjadi pada saat unsur oksigen secara
tiba-tiba memperoleh akses ke api yang mulai mengecil akibat berkurangnya
kadar oksigen didalam ruangan yang terbakar.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).
c) Terpapar panas yang dapat mengakibatkan kebakaran.
Panas dapat mengakibatkan cedera lokal dalam bentuk luka bakar. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung
diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained
Breathing Apparatus (SCBA).
d) Heat Stress
Heat stress selama pemadaman kebakaran dapat berasal dari udara panas,
pancaran panas atau kontak dengan permukaan panas. Keadaan ini diperparah
dengan pakaian pelindung petugas pemadam kebakaran oleh sifat pakaian itu
sendiri serta tenaga fisik petugas yang mengakibatkan produksi panas dalam

Universitas Sumatera Utara

43

tubuh.

Tindakan

pencegahan

yang

dapat

dilakukan

yaitu

dengan

menggunakan sistem rotasi kerja dan istirahat selama aktif pada saat
melakukan penyelamatan kebakaran.
e) Meledaknya benda di permukaan tanah/lantai.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA) dan menggunakan Personal Alert
Safety System (PASS) untuk memberitahukan pemadam kebakaran lain yang
ada di sekitarnya.
3. Bahaya Kimia
a) Kurangnya oksigen di udara.
Kekurangan
kebingungan,

oksigen
dan

dapat

menyebabkan

hilangnya

ketidakmampuan untuk

melarikan

kinerja
diri.

fisik,

Tindakan

pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat pelindung
diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self Contained
Breathing Apparatus (SCBA).
b) Kehadiran gas karbon monoksida dan hasil pembakaran lainnya di udara.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap termasuk alat pelindung pernapasan Self
Contained Breathing Apparatus (SCBA).
c) Terpapar bahan kimia selama keadaan darurat.

Universitas Sumatera Utara

44

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap sesuai dengan bahaya yang dihadapi termasuk
alat pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
4.

Bahaya Biologi
Ketika menolong korban kebakaran atau kecelakaan, Petugas pemadam

kebakaran dapat terpapar penyakit menular termasuk penyakit yang menular melalui
darah seperti AIDS, hepatitis B dan C. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu dengan mengurangi kontak dengan korban secara langsung.
5. Bahaya Ergonomi dan Psikososial
a) Kelelahan dan cedera muskoskeletal selama penanganan atau memindahkan
benda berat seperti selang kebakaran saat mengenakan alat pelindung diri
yang berat
Terdapat berbagai situasi atau keadaan dimana tubuh perlu tenaga ekstra,
melakukan pengulangan atau repetisi sejumlah postur tertentu, aktivitas yang
berlangsung cukup lama seperti beban kerja berlebih (menggapai sesuatu,
membawa sesuatu), berjalan atau bekerja dengan menggunakan kaki dalam
jangka waktu yang lama dan mengangkat sesuatu yang berat. Pemadam
kebakaran juga biasa bekerja dan melakukan pelatihan menggunakan
perlengkapan-perlengkapan yang berat, Self-contained Breathing Apparatus
(SCBA), dan alat pelindung diri pribadi yang memerlukan usaha lebih dalam
pengoperasiannya.

Universitas Sumatera Utara

45

a) Stress
Bekerja sebagai pemadam kebakaran dapat menyebabkan stress. Jenis
gangguan emosional yang dapat terjadi adalah post traumatic stress dan
depresi. Menurut Landen yang dikutip oleh Dewi (2013) pekerjaan sebagai
petugas pemadam kebakaran berkaitan dengan stress yang tinggi dan resiko
yang tigggi. Hal ini dikarenakan setiap menjalankan tugasnya petugas
pemadam kebakaran terlibat dalam ancaman terhadap kecelakaan, ketakutan
akan kematian dan kesulitan emosional yang berhubungan dengan gambaran
hilangnya nyawa atau harta benda mereka saat menyaksikan api.
Menurut Beehr dan Newman yang dikutip oleh Dewi (2013) menemukan
adanya gejala psikologis yang muncul akibat stress kerja, seperti kecemasan,
ketegangan, rasa bingung, perasaan frustasi dan marah,

kebosanan,

ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan
kurang konsentrasi, serta menurunnya kepercayaan diri. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan menemui psikolog untuk melakukan
konseling jika diperlukan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
dengan mempertahankan tingkat kebugaran serta memperhatikan aturan cara
mengangkat dan membawa yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

46

2.5 Kerangka Pikir

Faktor Bahaya

Menurut ILO (2000):
Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
5.

Bahaya Kecelakaan
Bahaya Fisik
Bahaya Kimia
Bahaya Biologi
Bahaya Ergonomi
dan Psikososial

Petugas
Pemadam
Kebakaran

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara