Faktor-faktor Bahaya Pekerjaan pada Petugas Pemadam Kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode wawancara mendalam (in depth interview) untuk menggali informasi
mengenai Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko pekerjaan petugas pemadam
kebakaran di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran
Wilayah I inti kota Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan.
Alasan pemilihan penelitian dilokasi ini karena merupakan UPT pos induk dengan
wilayah pemadaman terluas yang menangani wilayah inti kota Medan serta belum

pernah dilakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor risiko pekerjaan pada
petugas pemadam kebakaran di UPT tersebut.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2017.

3.3

Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik

nonprobability sampling, yaitu secara purposive sampling (sampling bertujuan).

47

Universitas Sumatera Utara

48

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah seseorang yang memiliki tugas
untuk melaksanakan operasi penanggulangan kebakaran secara langsung dan yang

memiliki tingkat risiko tertinggi yaitu anggota regu yang darinya dapat diperoleh
informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya. Berdasarkan kecukupan penelitian yaitu
sebanyak 5 orang anggota regu karena memiliki tugas dan fungsi yang sama dalam
melakukan pemadaman kebakaran.
3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1

Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara mendalam (indepth

interview) dengan menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2010).
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari DP2K Kota Medan mengenai jumlah pekerja ,

standar operasional prosedur, data kebakaran dan gambaran umum DP2K Kota
Medan.
3.5

Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai

instrument penelitian dengan alat bantu voice recorder.

Universitas Sumatera Utara

49

3.6.1

Definisi Istilah

1. Faktor bahaya adalah semua sumber, situasi ataupun tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya tersebut mulai dari petugas mendengar lonceng tanda kebakaran,

berangkat kelokasi, tiba di lokasi kebakaran, melakukan pemadaman
kebakaran hingga selesaidan kembali ke kantor DP2K.
2. Petugas pemadam kebakaran adalah orang yang dilatih dan bertugas untuk
menanggulangi dan memadamkan kebakaran secara langsung yaitu anggota
regu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran Wilayah I DP2K
Kota Medan.
3.7

Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah model Miles and Hubermen

(Sugiyono, 2013) terdiri dari 3 tahap yaitu :
1.

Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi

data

berarti


merangkum,

memilih

hal-hal

yang

pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya bila diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

50


2.

Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. dengan mendsplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan aa yang telah dipahami.

3.

Verification (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan
Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan sudah ada sejak zaman
penjajahan Belanda (Batavia) tahun 1919 dan pada saat itu pemadam kebakaran ini
disebut Brandwier. Sejak zaman kemerdekaan Republik Indonesia unit pemadam
kebakaran ini terus tetap ada namun dikelola oleh daerah tingkat II masing – masing
yang keberadaannya bergabung dengan instansi yang ada pada saat itu.
Di Kota Medan khususnya unit Pemadam Kebakaran ini berada di Dinas
Pekerjaan Umum Kotamadya Medan yang berada pada salah satu seksi dan disebut
Unit Pencegah / Pemadam Kebakaran Kotamadya Medan. Kemudian pada tahun
1967, unit Pemadam Kebakaran ini beralih posisinya dari Unit Pemadam Kebakaran
dibawah Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya Medan ke Sub. Direktorat Ketertiban

Umum. Pada tahun 1972 Unit Pemadam Kebakaran ini berubah menjadi Unit Linmas
dibawah Sub Direktorat Ketertiban Umum.
Sejak tahun 1979, Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan
dipindahkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Penempatan Dinas
Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan pada Badan Penelitian dan
Pengembangan Kota Medan bertujuan untuk menyamakan perkembangan kota

51

Universitas Sumatera Utara

52

dengan strategi mengantisipasi sumber-sumber bencana khususnya sumber-sumber
kebakaran yang baru dan mengetahui tingkat pelayanan publik lainnya.
4.1.2. Lokasi Penelitian
Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan terletak di Jalan Candi
Borobudur No. 2 Medan dan mempunyai satu pos induk yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Wilayah I (UPT I) inti kota. Luas lahan yang ditempati oleh DP2K
Kota Medan yaitu sebesar 6.790 m2 dengan luas bangunan 2.580 m2.

4.1.3. Visi
Dalam Renstra DP2K Kota Medan Tahun 2006 – 2011, sejalan dengan
tupoksinya, visi DP2K Kota Medan adalah “Terwujudnya Kota Medan yang Sigap
Mencegah dan Mengatasi Kebakaran serta Bencana lainnya” atau disingkat
”Medan Siaga Bencana”. Visi tersebut menggambarkan adanya tuntutan untuk
bersikap profesional dari seluruh jajaran yang ada di DP2K Kota Medan dalam
menjalankan tugasnya, serta perlunya partisipasi seluruh komponen yang ada di kota
Medan baik masyarakat, instansi pemerintah, swasta, dan lain-lain.
4.1.4. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan beberapa misi yaitu :
1.

Mendorong partisipasi masyarakat dan swasta serta pihak kelurahan dan
kecamatan dalam pencegahan dan penanggulangan bencana

2.

Meningkatkan mutu layanan ke masyarakat

3.


Meningkatkan sarana dan prasarana alat pencegah dan pemadam kebakaran

Universitas Sumatera Utara

53

4.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

4.1.5. Fungsi
Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan yang dibentuk
berdasarkan Perda Kota Medan No. 34 Tahun 2001, Keputusan Walikota Medan
Nomor 67 Tahun 2002, tentang Tugas Pokok dan Fungsi DP2K kota Medan,
mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga daerah dalam bidang
pencegahan dan pemadaman kebakaran, melaksanakan pembantuan sesuai dengan
bidang tugasnya.
DP2K Kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a.


Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pencegah/ pemadam
kebakaran;

b.

Melaksanakan kegiatan pencegahan terhadap bahaya kebakaran atau bencana
alam;

c.

Melaksanakan kegiatan operasional penanggulangan/pemadaman kebakaran atau
bencana alam;

d.

Menyelenggarakan pengawasan atau pengendalian terhadap pengolahan,
penyimpanan, peredaran, kegiatan bongkar muat, pengangkutan barang dan
bahan (material) yang mudah terbakar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e.

Mengkoordinir kegiatan unit pemadam kebakaran pada instansi pemerintah dan
swasta, perusahaan, perhotelan, perbankan, tempat-tempat vital/non vital, pusat
perbelanjaan, pasar dan lain-lain;

Universitas Sumatera Utara

54

f.

Melaksanakan kegiatan retribusi racun api;

g.

Melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada semua bangunan, gedung
pertunjukan/pameran, tempat usaha, tempat hiburan dan tempat keramaian yang
ramai dikunjungi orang yang rawan terhadap bahaya kebakaran;

h.

Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;

i.

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

4.1.6. Sarana dan Prasarana
Dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya, DP2K
Kota Medan didukung dengan berbagai sarana dan prasarana kerja yang sangat
bervariasi jenisnya, yaitu :
1.

Kendaraan dinas/operasional Dinas P2K Kota Medan.
Berbagai jenis kendaraan dinas/operasional yang dimiliki DP2K Kota Medan

untuk

mendukung

terlaksananya

tugas

dalam

kegiatan

pencegahan

dan

penanggulangan kebakaran dan bencana lainnya yang dapat dilihat pada table berikut
ini :
Tabel 4.1. Kondisi Kendaraan Dinas/Operasional DP2K Kota Medan Tahun
2016
o NO

Jenis
Baik

1
2
3

Ladder Truck
Fire Truck (System Portable
Pump)
Fire truck (system PTO
Pump)

4
12
10

Jumlah Perkondisi
Rusak Rusak Afkir
Ringan Berat
1
1

3

11

Total
4
13
25

Universitas Sumatera Utara

55

4
5
6
7
7
8

Nissan (system PTO Pump)
1
1
2
Ford Ranger
1
1
Mini Bus
1
1
Mobil Pick-up
5
5
Mini Truck
1
1
Sepeda Motor
17
17
51
2
5
11
69
Jumlah
Ketika terjadi kebakaran kendaraan yang digunakan untuk melakukan

pemadaman di lokasi yaitu ladder truck yang berfungsi sebagai mobil tangga untuk
melakukan evakuasi terhadap korban ataupun untuk menyalurkan air dengan
menyedot air dari sumber air. Fire truck dan Nissan dengan sistem portable pump
juga digunakan sebagai penyedot air. Sedangkan fire truck sistem PTO (Power Take
Off) pump yaitu kendaraan pemadam kebakaran yang putaran mesin pompanya
langsung bergabung dengan mesin induknya. Fire truck jenis ini dapat membawa air
sendiri dan dapat langsung melakukan penyiraman dengan menghubungkan selang
pemadam pada mesin pompa. Adapun kapasitas air yang mampu disimpan yaitu 5
ton. Mini truck digunakan untuk membawa peralatan, sedangkan mini bus, pick up,
dan sepeda motor merupakan kendaraan operasional.
2.

Peralatan dan perlengkapan kerja untuk kegiatan operasi

Tabel 4.2. Peralatan dan Perlengkapan Kegiatan Operasi DP2K Kota Medan
Tahun 2016
No.
1
2
3
4
5

Nama Barang
Genset
Mesin Las
Impuls Gun
Gancu
Portable Blower

Jumlah
Baik
Rusak
3
0
1
0
1
0
4
0
1
0

Total
3
1
1
4
1

Universitas Sumatera Utara

56

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

3.

Portable Pump
Floating Pump
Self Contained Breathing Aparatus
Baju dan Celana Tahan Panas
Baju dan Celana Tahan Api
Helm
Masker Strainer dan Full Mask
Tandu
Gergaji Mesin untuk Tembok/Besi
Kampak
Martil
Selang 2,5‖
Selang 1,5‖
Nozzle Jet 2,5‖
Nozzle Jet 1,5‖
Variable Nozzle 2,5‖
Variable Nozzle 1,5‖
Kopling Cab. 2,5‖-1,5‖
Lampu kepala
Kopling Selang Ukuran 2,5‖
Kopling Selang Ukuran 1,5‖

1
6
9
30
1
77
32
1
4
2
2
43
28
27
23
22
16
24
25
8
6

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

2
6
9
15
1
77
32
1
4
2
2
43
28
27
23
22
16
24
25
8
6

Pos Pemadam Kebakaran
Untuk mendekatkan pelayanannya kepada masyarakat sekaligus untuk

mempersingkat waktu tempuh dalam penanggulangan kebakaran, DP2K Kota Medan
mempunyai 1 (satu) Pos Induk yang terletak di Jalan Candi Borobudur No. 2 Medan,
2 (dua) Pos Wilayah, yaitu Pos Wilayah Selatan di Terminal Terpadu Amplas dan
Pos Wilayah Utara di Kawasan Industri Medan (KIM) dan 1 (satu ) Pos Pembantu di
Kecamatan Medan Belawan.

Universitas Sumatera Utara

57

4.2

Bahaya Pekerjaan

pada Petugas Pemadam Kebakaran

di Dinas

Pencegah Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan
4.2.1

Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri

Informan 1: “Semua petugas wajib berangkat kecuali piket, begitu lonceng bunyi
mobil siap berangkat, APD nya yang kita pakai yang pertama kalo
kelapangan harus pake helm,trus kedua pakai jaket anti api anti panas
biar kalo kerja kan gak kena kulit yang ketiga pakai masker kalo sesak
nafas,dari sendiri-sendiri sarung tangan juga,Disini kan kurang juga
perlatan jadi apa yang ada lah yang kita pakai,helm kita standar, ada
kain dibelakangnya mana tau jatuh balak kalo halm biasa lan gak ada
kainnya,depan ada kaca nyaa, kalo helm udah dapat semua cuma baju
panas tadi belum, baju tahan api tadi belum kita pakai sebelum ada
berita ada korban, emang baju tadi berat kayak baju astronot warna
silver,semua dilengkapi dari kaki sampe sarung tangan semua”.
Informan 2: “ Disaat lonceng berbunyi menandakan adanya kebakaran , kita pake
lah baju, helm.kalo sepatu kami emang udang pakai. setelah itu seluruh
personil menaiki armada menuju ke tempat kejadian kebakaran.
Seharusnya yang wajib digunakan petugas pemadam itu setiap
keberangkatan safety diutamakan seperti helm, masker itu seharusnya
ada. Tapi ya karena yang sudah sebutkan tadi itu terbatas.. jadi tidak
semua bisa memakainya tidak semua bisa memakai satu-satu, Kalo
emang waktu dia menerobos pertama itu butuh dai pakai.., tapi bagian
lain yang melakukan penyiraman tidak membutuhkan apa yang saya
sebutkan tadi.. disediakan ada tapi berapa saya juga tidak ingat, kalo
pakaian memenuhi standar “.
Informan 3: “yang nerima laporan kebakaran itu petugas piket, setelah petugas
mengangkat telpon menanyakan dimana alamat kebakaran, gang nya,
ya itu lah petugas piket lah yang mencekin pihak-pihak kelurahan kita

Universitas Sumatera Utara

58

kan kerja sama , itu aja sih kita mengecek kebenaran ada gak, setelah
ada kebenaran baru lah kita .., lonceng, setelah lonceng petugas
bergegas menuju mobil pemadam sambil menggunakan Baju alat
pelindung dirinya paling baju tahan panas, helem, sarung tangan ,
cukup melindungi lah tapi kan kita harus tetap hatu-hati jugaa , setelah
itu baru lah berangkat keluar “.
Informan 4: “Begitu dengar lonceng kami terus naik armada kan, karna tadi kami
haru cepat naik armada jadi harus berlari , risikonya ya bisa jatuh kalo
tidak hati-hati. Kemudian sambil make baju sama helm, Alat pelindung
pernafasan tadi sebenarnya ada, Cuma tadi terbatas, kalo pake itu kita
terbatas, karna itu punya waktu, cuma 5 menit paling lama,sepatunya
tahan panas kalo ada paku atau kaca tembus juga, kalo kena api ya
terbakaar juga, kalo helm yang udah disediakan bisa lah, kalo pakain
ada jugaaa, tpi gak cukup, pakaian yang ada itu ya udah tahan panas,
artinya bukan kita kena api gak panas.. misalnya dalam jarak 2 meter
masih sanggup, tapi ya kalo dekat dengan api ya panas, baju tahan api
dan tahan panas bedaa.baju tahan api tadi ya gak terbakar,tapi ya baju
tadi ribet gitu makainya besar, tebal, berat,itu dipakai khusus aja
misalnya ini kebakaran ada orang terjebak di dalam.. pakai itu bisa
lah,kalo pake sarung tangan itu ada kejanggalan gak enak lagi mau
megang ,lebih ribet”.
Informan 5: “ Dari proses awalnya kita informasi dari piket , piket mencatat no
telepon, alamat, kemudian wilayah unit terdekat yang akan diluncurkan
setelah no telponnya diterima piket menelpon kembali untuk mengecek
apakah info itu benar atau gak nya, setelah ditelpon ternayata benar
piket melonceng panjang, anggota semua turun , bahayanya kami bisa
jatuh saat berlari menuju mobil pemadam, setelah itu pakai APD yang
ada, sebenarnya prosedur kerja yang paling safety itu kita pakai
breathing apparatus namanya,jadi itu khusus untuk masuk keruangan

Universitas Sumatera Utara

59

yang berasap, itu ada tapi untuk sekarang bisa dibilang belum
berfungsi,cuma untuk pelatihan aja, ya udah kami pake masker biasa
aja, atau gak masing-masing pribadi lah , misalny sarung tangan kita
basahi aja udah. Kalo alat pelindung diri yaaa helm sama jeket tahan
panas ,itu kita pake, tapi ya baju tahan panas kita emang minim , jadi
inisiatif dari teman teman aja kita beli pribadi, kalo helm tadi udah
memnuhi standar memang khusus untuk pemadam jadi masih aman lah
dari balok-balok , kayu, batu . kalo sepatu masih dibawah standar kalo
kemungkinan untuk tembus masih ada pernah teman waktu di
melangkah ya udah tembus paku ke sepatunya , trus juga ini kan kain,
bisa juga masuk air ke dalam”.
Berdasarkan pernyataan infoman di atas dapat diketahui bahwa ketika
mendengar lonceng tanda adanya kebakaran maka

seluruh petugas pemadam

kebakaran segera berlari mengambil alat pelindung diri berupa helm dan baju tahan
panas kemudian menuju ke mobil pemadam (fire truck) masing-masing yang telah
ditentukan untuk segera menuju lokasi kebakaran. Berdasarkan matriks di atas, dapat
dilihat bahwa informan mengatakan menggunakan helm, sepatu, baju tahan panas dan
masker sebagai alat pelindung diri. Namun umumnya infoman mengatakan alat
pelindung diri yang tersedia jumlahnya terbatas seperti baju dan celana tahan panas,
sarung tangan, SCBA sehingga tidak semua petugas bisa menggunakan APD, selain
itu menurut informan alat pelindung diri yang telah disediakan oleh DP2K Kota
Medan belum memenuhi standar seperti sepatu dan masker.
Pada saat menuju mobil pemadaman, bahaya yang mungkin terjadi adalah
ketika bekerja dengan sikap dan cara kerja yang tidak aman misalnya petugas kurang

Universitas Sumatera Utara

60

berhati-hati pada saat berlari untuk segera menuju mobil pemadam sehingga dapat
mengakibatkan bahaya ergonomic yaitu terjatuh. Kemudian ketika menggunakan alat
pelindung diri berdasarkan pernyataan informan tidak ditemukan bahaya yang terjadi.
4.2.2

Proses Perjalanan Menuju Lokasi Kebakaran

Informan 1: “Pemadam kebakaran ini dek berisiko tinggi kerja, yang pertama setelah
lonceng kalo kebakaran sering kita macet, tabrakan, kadang-kadang
kita sudah pasang sirine rotary supir angkot, becak gak mau minggir,
kadang-kadang kan kepedulian masyarakat juga kurang masalah
kebakaran ini. kadang ya pernah tabrakan, kepala dinas dulu juga
pernah meninggal karna ikut dia, kalo senggol-senggol dengan
kendaraan udah biasa lah, dulu pernah terjadi kecelakaan di belawan
sama container, mobil kita ini dek kencang, kalo gak kencang bukan
pemadam namanya.. kita harus kencang karna kita ngejar waktu “.
Informan 2 : “di perjalanan mengahadapi kendaraan-kendaraan , kota medan yang
kesadaran adanya sirene tidak pernah mau minggir . mulai dari
perjalanann sampe TKP penuh dengan risiko ,yang tabrakan lah dan
itu pernah terjadi. Sebenarnya yang paling berbahaya tu sewaktu
menuju ke TKP tadi . pernah terjadi tabrakan pemadam sama
pemadam dari arah jalan pemuda menuju jl ahmad yani . suara sirene
yng keras dengan bangunan yang tinggi itu otomatis udah kuat
bertambah kuat lagi masing- masing mendengar sirene dia sedangkan
sirene lain dia tidak dengar .yang menyebabkan kepala dinas nya
meninggal , satu luka parah dan lainnya luka-luka, kecelakaan lainnya
juga pernah terjadi, mobil pemadam terbalik, supir pemadamnya luka
parah “.
Informan 3 : “ Bunyi lonceng baru keluar paling kendala di lalu lintas jalannya
macet , ada juga senggol senggolan ,

Universitas Sumatera Utara

61

Informan 4: “Kalo diperjalanan ya suara sirene ini buat kita berpacu yaa.. semangat
lah kita gitu baik upir maupun anggota, menambah semangat gitu
,jadi dijalan itu kita gak bisa pelan harus cepat, kita disuruh cepat
juga ,kecepatan nya gak ada batasnya, kalo bahayanya ya di
perjalanan lah, Kalo kasus kecelakaan pernah ada kasus mobil
pemadam terbalik di matafriska karna pada itu jalan agak licin.
Bahaya pekerjaan pemadam kebakaran ini yang pertama ya dari lalu
lintasnnya “.
Informan 5: “Berangkat didahulukan dengan mobl pemburu , kita ke TKP jalan, itu
biasanya

di dalam perjalan pun sudah menemui kesulitan juga,

prinsipnya menuju ke TKP paling tidak SOP nya itu 7 menit kita harus
sampai. Karna 5 menit 1 rumah sudah habis.. Cuma kita melihat
medan sekarang yang macetnya luar biasa, SOP jadi terabaikan jadi
secepat mungkin kita sampe di TKP di perjalanan bila menemui
kecametan anggota kita turun supaya mobil maju kedepan, Kalo
bahaya dari jalan juga udah bahaya karna kita harus ngebut di jalan
besar risiko tabrakan, , tabrakan itu bisa sesama pemadam juga
kadangkan mobil kedua cepat, tiba-tiba mobil di depan rem mendadak
.bisa tabrakan.
Berdasarkan pernyataan infoman di atas dapat diketahui bahwa setelah
petugas menaiki mobil pemadam selanjutnya petugas segera berangkat menuju lokasi
kebakaran dengan tidak lupa menyalakan lampu rotary dan membunyikan sirine.
Pada saat menuju lokasi kebakaran dengan menggunakan mobil pemadam, terdapat
bahaya ketika supir mengemudi dengan kecepatan tinggi dan kurang berhati-hati,
kemudian ditambah lagi padatnya lalu lintas kota medan. Bahaya yang terjadi dapat
berupa bahaya kecelakaan lalu lintas yaitu tabrakan.

Universitas Sumatera Utara

62

4.2.3

Proses

Melakukan

Pemadaman

dan

Mengembalikan

Peralatan

Pemadaman Kebakaran
Informan 1:“Sampai di TKP jadi ada lagi gini dek megang selang, megang
nozzle..kita kerja pakai tim, gak bisa sendiri-sendiri. begitu kita lemah
kawan kita bantu, gantian megang nozel tadi sama selang tadi, tim nya
tadi diatur sama komandan, tim pertama mendobrak masuk tim kedua
menyiram, masuk tim ketiga ada gak korban , ada gak yang cidera dan
tim pertama tadi membantu juga , mana tau kita kelelahan kan
kebakaran ini kadang-kadang mau 1 jam,2 jam, 3 jam kan gak
sanggup.. mereka gantian pas kejadian kebakaran, siap kebakaran
gulung selang, perlengkapan semua masuk. Setelah sampai di TKP kita
juga sering benturan sama masyarakat, dilemparin kita dek, dipukulin
lagi, kalo di TKP kan kadang-kadang kita kena setrum listrik, yang
sering kita hadapi kadang-kadang kayu kayu jatuh, trus yang kedua
kalo kebakaran pasti kaca, paku, pasti berserak itu semua. Kalo udah
namanya pemadam pasti pernah mengalami menghirup asap.
kebakaran di usu dek, terbakar laboratorium, kita gak tau yang
terbakar bahan kimia tadi kita gak tau, kita cium uapnya kita muntahmuntah semua keracunan, siapa yang masuk tadi matanya perih gitu.
trus pas menolong korban kayak waktu korban jatuh pesawat itu kita
masukkan ke kantong mayat kan bahaya juga . kadang kami gak pakai
sarung tangan, sama baju panjang, yah kadang kan yang meninggal itu
kita gak tau punya penyakit atau gak. pas setiap kebakaran pasti capek .
Tapi yaa memang pekerjaan kita paling berisiko dek, pas bunyi lonceng
nyawa kita udah setengah”.
Informan 2: “ Setelah sampai di TKP lah seluruh personil menurunkan perlengkapan
untuk melakukan penyiraman, setelah melakukan penyiraman, padam,
kemudian seluruh petugas mengembalikan perlengkapannya ke

Universitas Sumatera Utara

63

armadanya masing-masing dan kembali ke kantor. di TKP kita juga
banyak menghadapi kendala-kendala seperti masyarakat yang lempar
pake batu, , selang tadi tidak berat tapi sewaktu penyiraman air tadi
masuk keselang nah itu yang berat., pernah waktu itu nozel nya lepas
waktu penyiraman di gudang di sentis percut, disaat penyiraman ada
juga beberapa petugas yang mengalami kesentrum, yang tertimpa
balok, yang terseruduk pecahan batu itu saya sendiri yang mengalami
saya kena 8 jaitan, kadang terinjak paku yang panas, rata-rata
petugas pemadam kalo terinjak paku udah ngalamin , kalo ngalamin
asap itu udah pasti ada yang mau pingsan . bahkan kalo udah ngirup
asap pada saat itu batuk yang keluar itu dahaknya bukan ijo lagi tapu
udah hitam diaa,kalo batuk-batuk itu udah umumnya lah dialamin
pemadam.
Informan 3: “kalo di lapangan paling kena jatuh-jatuhan balok,Kena api, kalo
tangan saya udh pernah kena api ada dua kali , trus sampe di TKP itu
belum tentu disambut baik oleh manyarakat ,belum tentu kadang ada
begitu kami datang dilempari masyarakat, kadang kami sering kena
kayu-kayu, seng itu sering jugaa. Kalo terinjak paku , bara api itu
sering juga , kesetrum juga, makanya kami sampai disitu pastikan listrik
sudah mati karna air kan mengahntar listrik, asap itu lah yang paling
berbahaya mata perih dan sesak juga, nozel itu kalo udah masuk air
tekanan nya itu kalo dilepas bisa fatal itu kepala bisa pecah “.
Informan 4: “ Setelah sampai di TKP persiapkan lah selang sama nozzle itu untuk
penyiraman, kalo nozel itu sampe habis tekanannya bisa 10 orang yang
megang.. tapi biasanya paling 5 bar. Standar lah. selang itu gak berisi
aja berat. Selang tadi itu tenaga kita ditariknya karna tekanan tinggi itu
2-3 orang bisa itu megang, karna selang itu jangan kan dipatahkan,
dibengkokkan aja gak bisa,

tenaga kita itu kalo nyiram gak bisa

separoh-separoh , tenga kita sepenuhnya kesitu, pikiran kita gak bisa

Universitas Sumatera Utara

64

buyar, melamun gak bisa,gak focus, Kita sebenarnya siapapun harus
siap posisi untuk megang nozel tadi tanpa terkecuali ,semua dituntut
bisa maju kedepan, setelah padam, kemudian seluruh petugas
mengembalikan perlengkapannya ke armadanya baru pulang. Kalo tiba
di lokasi bahayanya, listrik belum mati, disitu kita banyak yang
kesentrum,sementara yang terbakar itu banyak jenisnya bukan kayu
aja,tembaga,plastic,karpet

bahan

kimiaa,nah

disitu

bahayanya

pernafasan kita gak lancar seperti biasa,yang jelas warna dahak itu
warna hitam karna kimia ini udaranya menguap,pernah terjadi
kebakaran di labor usu itu,banyak yang lemas. Trus kena tembok yang
runtuh,trus juga karna tekanan air tadi kuat seng itu bisa terbangterbang itu berbahaya juga, kalo luka bakar itu sikit-sikit terbakar juga,
tapi gak sering-sering lah,yang paling sering itu ya paling kena seng,
trus kalo nolong korban ya pake tangan ni aja. Pekerjaan kami ini ya
lelah pasti ada lah yaa.misalnya waktu terbakar di kim belawan pabrik
karet 2 hari 2 malam sampe kami tidur disitu sangking capeknya
Informan 5 : “ Setelah sampe di TKP melakukan penyiraman ,Kita liat medannya api
nya masih besar, berapa orang yang masuk ke dalam yang dibelakang
stand by. gak ada patokan sih berapa menit dia di dalam itu terserah
diaa, ketika dia bilang capek ya udah mundur yang lainnya langsung
backup, kadang kalo api besar kita gantian backup terus, tergantung
fisik, nafas , selang tadi yaa berat, untuk ngangkat dari mobil tadi ya
satu orang , selang tadi kan ada dua besar dan kecil, yang kecil tadi 2
orang sih cukup megangnya. kalo selang besar minimal 3 orang yang
megang, Setelah sampe benar-benar padam setelah itu melakukan
penggulungan kita cek anggota juga baru kita pulang. Kalo di TKP tadi
kalo kita temu masyarakat yang rusuh. kalo di dalam lokasi
kebakarannya paling runtuhan, yang kita jumpai di TKP juga listrik
waktu kita nyiram listrik masih hidup , tertusuk paku sih jarang tapi kita

Universitas Sumatera Utara

65

pernah ,kadang kita buta medan. kami pun petugas pemadam kebakaran
juga sering masuk ke daerah TKP asapnya masih tebal.. kalo misalnya
didalam ruangan kalo terjebak asap juga bisa dengan merayap. pas kita
merayap tangan kita tadi lapisi dengan kain, kadang kita ngalamin
batuk sesak nafas, mata merah dahak warna hitam, . bahan-bahan
kimia bahan yang beracun pernah juga ni pengalamaan gudang peluru
terbakar di brimob, pernah juga terbakar di usu kalo gak salah
laboratorium kimian nya disitu juga ada formalin sempat terbakar
pedih mata kita, trus juga pernah yang aku padamin itu pabrik karet, itu
masih jauh beberapa kilometer dari sana udah ngerasain panasnya
karna udah terbakar,kadang kami menemukan korban jiwa juga “.
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat dilihat bahwa Sesampai di
lokasi kebakaran, petugas langsung menggelar selang, memasang nozzle dan
menyambungkannya ke mesin pompa pada fire truck dengan berkoordinasi dengan
supir pemadam yang bertugas sebagai operator pompa untuk pengaliran dan
pengaturan tekanan air. Kemudian petugas melakukan pemadaman sesuai instruksi
dari komandan regu / wakil komandan regu mengenai strategi penyiraman yang akan
dilakukan. setelah melakukan pemadaman seluruh petugas mengembalikan
perlengkapan ke armadanya masing-masing dan kemudian kembali ke kantor DP2K
UPT Wilayah I, setelah sampai di kantor armada yang sudah digunakan untuk
penyiraman diisi air kembali dan merapikan peralatan/perlengkapannya.
Pada saat petugas menggelar selang, memasang nozzle dan menyambungkan
ke mesin pompa terdapat bahaya yaitu beban berat yang berasal dari selang yang
digunakan untuk pengaliran air . Kemudian pada saat pemadaman kebakaran dan

Universitas Sumatera Utara

66

pertolongan korban, terdapat bahaya seperti ketika selang yang digunakan tidak stabil
bisa karena posisinya atau kelebihan beban sehingga dapat lepas dari genggaman
petugas, kemudian kelalaian petugas yang tidak memerhatikan lingkungan
disekitarnya, ketidakmampuan petugas dalam melihat tanda-tanda akan terjadinya
suatu risiko kecelakaan dan ketika petugas tidak menggunakan alat pelindung diri.
Bahaya yang terjadi dapat berupa bahaya fisik yaitu terkena paku, kaca dan benda
tajam lainnya , kesetrum, reruntuhan bangunan yang terbakar seperti dinding, langitlangit atau lantai, terpapar panas tanda, Kemudian tidak jarang petugas mengalami
adu fisik dengan warga seperti di lempar batu, botol dsb.
Bahaya kimia seperti

terpapar asap dan bahan-bahan kimia yang

menghasilkan gas-gas beracun, kemudian bahaya biologi ketika petugas melakukan
penyelamatan terhadap korban yang terperangkap pada saat terjadinya kebakaran.
Selain itu bahaya ergonomi pada saat mengangkat selama pemadaman kebakaran atau
operasi penyelamatan dan terpapar panas sehingga petugas cepat mengalami lelah.
Bahaya stress ketika petugas sampai di lokasi kebakaran harus mengahadapi emosi
masyarakat yaitu caci maki dan saat-saat kritis yang dapat mempertaruhkan nyawa
mereka sendiri.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Bahaya Pekerjaan pada Petugas Pemadam Kebakaran di Dinas Pencegah
Pemadam Kebakaran (DP2K) UPT Wilayah I Kota Medan
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotesi
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya
tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya merupakan sifat yang
melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Misalkan
api, secara alamiah mengandung sifat panas yang bila mengenai benda atau tubuh
manusia dapat menimbulkan kerusakan atau cidera (Ramli, 2010).
Menurut ILO (2000), Petugas pemadam kebakaran bekerja di lingkungan
yang terus berubah dan sering tidak stabil . Petugas pemadam kebakaran dipanggil
untuk bekerja di berbagai situasi darurat seperti kecelakaan lalu lintas, bencana
industri, banjir, gempa bumi, kerusuhan sipil, berbahaya bahan kimia berbahaya atau
bahan tumpahan berbahaya, penerbangan atau kecelakaan maritim. Mereka juga
dapat dipanggil untuk melakukan penyelamatan di lingkungan yang berbeda seperti
penyelamatan pada kendaraan, penyelamatan dari ketinggian dan penyelamatan dari
bawah tanah. Sifat lingkungan yang mungkin berbeda dari satu kejadian ke yang
berikutnya, sehingga petugas pemadam jarang menyadari semua risiko lingkungan
dimana pekerjaan berlangsung.

67

Universitas Sumatera Utara

68

Kendaraan yang digunakan untuk tanggap darurat mungkin termasuk truk
pemadam kebakaran, kendaraan rescue, perahu, helikopter dan semua medan akses di
perjalanan memiliki risiko kecelakaan transportasi yang tinggi selama menanggapi
keadaan darurat, kemudian petugas pemadam kebakaran juga dapat menghadapi
peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, stres psikologis, dan luka akibat lifting
yang tidak tepat. Bahaya yang dihadapi petugas pemadam kebakaran yaitu bahaya
kecelakaan , bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya ergonomic dan
psikososial (ILO, 2000).
5.1.1

Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri
Pekerjaan petugas pemadam yang dituntut harus cepat sampai di lokasi

kebakaran untuk memadamkan api sehingga petugas harus berlari dari lantai dua,
melewati tangga dan meluncur untuk segera menuju mobil pemadam kebakaran hal
ini tentu saja dapat menimbulkan bahaya kecelakaan kerja yaitu terjatuh. Menurut
Bennet and Rumondang yang dikutip oleh Setiyadi (2012), Kecelakaan jatuh (fall
accident) adalah kecelakaan yang menyangkut kejadian jatuh dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contoh: jatuh dari landasan kerja, jatuh dari
tangga. Sesuai dengan hasil penelitian Sepdyanti (2013), salah satu jenis kecelakaan
kerja yang dialami petugas pemadam kebakaran adalah terjatuh.
Pada saat menggunakan alat pelindung diri tidak ditemukan adanya bahaya
yang terjadi Menurut informan, alat pelindung diri yang tersedia jumlahnya terbatas
seperti baju dan celana tahan panas, sarung tangan, SCBA sehingga tidak semua
petugas bisa menggunakan APD, bahkan dua orang informan mengaku membeli

Universitas Sumatera Utara

69

sendiri sarung tangan dan salah satu informan mengaku membeli baju tahan panas
untuk digunakan. Selain itu, salah satu informan mengatakan bahwa APD seperti
masker belum mendukung kinerja mereka di lokasi kebakaran sehingga tidak jarang
mereka terhirup asap di lokasi kebakaran
Menurut empat orang informan, Helm yang disediakan oleh pihak DP2K telah
mencukupi dan memenuhi standar untuk melindungi seluruh petugas pemadam
kebakaran. Selain itu menurut dua orang informan sepatu yang disediakan oleh DP2K
Kota Medan sudah mencukupi bagi seluruh petugas pemadam kebakaran tetapi
sepatu yang disediakan belum menunjang kinerja di lapangan. Sepatu yang
disediakan yaitu sepatu kulit laras panjang berwarna hitam dan bertali. Sepatu jenis
ini digunakan petugas ketika bertugas memadamkan kebakaran. Namun, dalam kasus
ini sepatu yang digunakan petugas pemadam kebakaran tidak sesuai dengan standar
sepatu untuk pemadam kebakaran yang disarankan oleh NFPA. Sepatu yang
disarankan oleh NFPA ketika memadamkan kebakaran yaitu jenis firefighter boots.
Menurut keterangan dari pihak DP2K kota Medan, jumlah baju dan celana
tahan panas yang tersedia yaitu hanya 30 pasang, baju dan celana tahan api 1
pasang,helm 77 unit, masker strainer dan full mask 32 unit dan self contained
breathing apparatus 9 unit. Jumlah alat pelindung diri ini tentu saja sangat sedikit
jika dibandingkan dengan petugas pemadam kebakaran yang berjumlah sekitar 100
orang. Namun sebenarnya pihak DP2K Kota Medan menyadari bahwa setiap petugas
pemadam kebakaran wajib dilengkapi alat pelindung diri ketika bertugas.

Universitas Sumatera Utara

70

Setiap tahun pihak DP2K Kota Medan telah melakukan upaya untuk
pengadaan alat pelindung diri, hanya saja kendala yang dihadapi yaitu mahalnya alat
pelindung diri petugas serta anggaran yang terbatas. Sehingga untuk menanggulangi
masalah tersebut pihak DP2K Kota Medan membuat kebijakan bahwa yang
menggunakan alat pelindung diri lebih diutamakan untuk petugas yang berada paling
depan memadamkan api serta petugas yang masuk ke dalam bangunan yang terbakar.
Hal ini tidak sesuai dengan yang tercantum dalam modul DEPDAGRI tentang
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pemadam Kebakaran dalam Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (2005) bahwa pekerjaan sebagai petugas
pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang berat dan membutuhkan pemakaian
alat pelindung diri pada setiap operasi pemadaman ataupun penyelamatan. Alat
pelindung diri yang diperlukan oleh petugas pemadam kebakaran harus meliputi :
helm, baju tahan panas dan celana tahan panas, sepatu boot panjang, sarung tangan,
Self Containing Breathing Apparatus (SCBA), dan peralatan kelengkapan lainnya
(sistem sinyal keselamatan diri dan detektor karbonmonoksida) (DEPDAGRI, 2005).
5.1.2

Proses Perjalanan Menuju Lokasi Kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara semua informan menyatakan bahwa bahaya dari

pekerjaan petugas pemadam kebakaran sebagian besar terjadi pada saat mereka di
perjalanan menuju lokasi kebakaran, yaitu bahaya lalu lintas, misalnya tabrakan.
Adapun akibat yang dapat ditimbulkan dari tabrakan tersebut yaitu luka parah bahkan
meninggal dunia. Suatu kecelakaan pernah terjadi yaitu tabrakan dengan sesama
mobil pemadam dikarenakan satu mobil pemadam kembali dari lokasi kebakaran

Universitas Sumatera Utara

71

menuju kantor DP2K Kota Medan untuk melakukan pengisian ulang air sedangkan
mobil pemadam yang lain menuju lokasi kebakaran dengan kecepatan tinggi serta
suara sirine mobil pemadam lain yang saling tidak terdengar dan banyaknya
bangunan tinggi disekitar persimpangan jalan mengakibatkan kedua mobil tidak
saling mengetahui keberadaan masing-masing dan mengakibatkan tabrakan
dipersimpangan jalan.
Menurut keterangan informan dapat disimpulkan bahwa kecelakaan di
perjalanan dapat terjadi dikarenakan mereka menempuh perjalanan dengan kecepatan
tinggi untuk segera mencapai lokasi kebakaran. Resiko kecelakaan akan meningkat
jika berada dalam kecepatan tinggi, hal tersebut dikarenakan: (1) waktu untuk
memperhatikan bahaya atau bertindak hanya sedikit; (2) semakin jauhnya jarak
pengereman yang dibutuhkan pekerja; (3) mudah kehilangan kendali pada kendaraan;
(4) pengguna jalan lain mungkin salah menilai kecepatan pekerja dan membuat
kesalahan.
Menurut pihak DP2K Kota Medan tidak ada syarat batasan kecepatan
maksimal yang diperbolehkan untuk mobil pemadam ketika menuju lokasi kebakaran
karena petugas harus secepat mungkin untuk tiba di lokasi. Namun tetap harus
mengutamakan keselamatan daripada kecepatan dalam menuju lokasi yaitu dengan
menghidupkan sirine dan lampu rotari, menjaga jarak kendaraan satu dengan
kendaraan yang lain serta menghindarkan saling mendahului diantara sesama unit
mobil pemadam guna mencegah terjadinya kecelakaan atau tabrakan.

Universitas Sumatera Utara

72

Kemudian faktor tindakan pengemudi yang kurang baik memegang peranan
penting dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Karena kecelakaan dapat terjadi
setiap saat dan sangat peka maka faktor kehati-hatian pengemudi sangatlah
diperlukan. Beberapa jenis kehati-hatian pengemudi menyangkut hal-hal seperti (1)
melihat ke belakang sebelum keluar dari kendaraan atau memutar kendaraan; (2)
melihat ke belakang sebelum membelok ke kiri; (3) berhenti di jalan keluar atau
perempatan sebelum memasuki jalan besar ; (4) Mmemarkir kendaraan pada tempat
yang tepat dan secara benar.
Terdapat berbagai faktor yang mengakibatkan kecelakaan kerja di jalan raya.
Penelitian di Indonesia, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu faktor manusia
sebesar 93% (dimana diantaranya 88% akibat pengemudi dan 5% akibat pejalan
kaki), faktor kendaraan 4,03%, faktor jalan 2% dan faktor lingkungan 1% (Metta
Kartika, 2009:15). Manusia sebagai pengemudi adalah orang yang melaksanakan
pekerjaan mengemudikan, mengendalikan kendaraan ke tempat tujuan yang
diinginkan. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau
orang yang secara langsung mengawai calon pengemudi yang sedang belajar
mengemudikan kendaraan bermotor. Manusia sebagai pengemudi memiliki faktor
fisiologis dan psikologis (Metta Kartika, 2009).Jumlah kendaraan di Kota Medan
yang semakin meningkat menyebabkan petugas mengalami kesulitan untuk mencapai
lokasi kebakaran dengan aman. Selain itu masih rendahnya kesadaran masyarakat

Universitas Sumatera Utara

73

kota Medan dalam menanggapi jika mobil pemadam kebakaran yang akan melewati
jalan.
5.1.3

Proses

Melakukan

Pemadaman

dan

Mengembalikan

Peralatan

Pemadaman Kebakaran
1.

Bahaya Fisik
Tertusuk paku, kaca dan benda tajam lainnya dapat menimbulkan luka sayat

atau goresan ketika melakukan penyiraman atau penyisiran api dibalik benda-benda.
Hal ini dapat terjadi jika petugas tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri yang
lengkap seperti sarung tangan, baju tahan panas, dan firefighter boots, serta kelalaian
petugas yang tidak memerhatikan lingkungan disekitarnya, sehingga dapat
menimbulkan luka atau goresan.
Berdasarkan pernyataan informan kesetrum merupakan kerjadian yang paling
sering terjadi pada petugas pemadam kebakaran di lokasi kebakaran baik itu
menyentuh kabelnya secara langsung ataupun ketika melakukan penyiraman. Kontak
dengan arus listrik dapat terjadi ketika petugas datang melakukan pemadaman
dilokasi kebakaran namun arus listrik masih ada yang belum diputus, sehingga cukup
membahayakan petugas. Maka dari itu sebaiknya sebelum petugas melakukan
pemadaman kebakaran perlu dipastikan kembali apakah listrik dilokasi telah mati dan
berkoordinasi dengan pihak terkait (PLN).
Kontak langsung dengan arus listrik dapat mengakibatkan cedera tubuh
seperti kejang otot yang berakibat lanjut pada menurunnya kemampuan gerak,
terjatuh, terhentinya detak jantung dan aliran nafas, bahkan mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara

74

kegosongan atau kebakaran yang parah. Percikan arus listrik dapat menimbulkan
panas yang sangat tinggi dan dapat membakar cairan-cairan yang mudah menyala
atau benda-benda yang mudah terbakar (Puslatkar Jakarta, 1998).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sepdyanti (2013), mengenai kejadian
kecelakaan akibat kerja pada dinas pemadam kebakaran kota makasar periode 20122013 yang menyatakan jenis kecelakaan kerja yang dialami petugas pemadam
kebakaran adalah terjepit oleh benda (26,2 %), tertumbuk oleh benda (21,5 %),
terjatuh (20,6 %), kontak dengan bahan berbahaya/radiasi (11,2 %), terkena arus
listrik (10,3 %), tertimpa benda (5,6 %) dan terkena pengaruh suhu tinggi (4,7%).
Menurut informan ketika tiba dilokasi kebakaran tidak jarang petugas
mengalami adu fisik dengan warga seperti di lempar batu, botol dsb. Hal ini
disebabkan karena warga panik dan merasa tidak puas atas kedatangan petugas
pemadam kebakaran yang terlambat tiba di lokasi kebakaran. Namun berdasarkan
keterangan informan dan observasi peneliti ketika di kantor DP2K Kota Medan, pada
saat informasi kebakaran diterima dan lonceng tanda adanya kebakaran dibunyikan,
petugas langsung menuju fire truck-nya masing-masing dan segera berangkat dengan
kecepatan tinggi menuju lokasi kebakaran. Hanya saja hambatan diperjalanan seperti
macet dan jauhnya jarak lokasi kebakaran yang menyebabkan petugas terlambat tiba
di lokasi.
Selain itu, bahaya yang dapat ditimbulkan dari lokasi kebakaran yaitu bahaya
dari peralatan pemadaman ketika melakukan penyiraman, seperti terkena ujung
selang (nozzle), terkena getaran selang, beban berat selang yang harus dibawa oleh

Universitas Sumatera Utara

75

petugas dan luka ringan atau memar akibat pengoperasian kran dan kontak dengan
selang. Seperti keterangan yang telah dijelaskan oleh informan pernah terjadi
lepasnya nozzle ketika melakukan pemadaman di gudang sentis percut kota medan.
Tingkat paparan resiko yang mungkin dialami oleh petugas pemadam
kebakaran yang diakibatkan oleh api tergantung dari posisi petugas yang dekat
dengan api, seperti petugas yang memegang nozzle (ujung penyemprot). Risiko
selanjutnya adalah luka ringan yang diakibatkan pada saat pengoperasian kran air di
mobil pemadam maupun saat membawa selang (Aini, 2016). Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Aini (2016), mengenai Analisis Risiko Kerja Dan Upaya
Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam
Kebakaran Kota Semarang bahwa dari sebelas informan utama,lima diantaranya
menyatakan bahwa bahaya mekanik yang banyak dihadapi petugas pemadam adalah
karena beban berat selang yang harus dibawa oleh petugas.
Bahaya lainnya dari suatu kejadian kebakaran yaitu dapat menyebabkan
runtuhnya bangunan yang terbakar. Pemadaman yang dilakukan petugas tidak
terbatas hanya melalui pemadaman dari luar gedung saja, namun juga pemadaman
dari dalam gedung untuk mencari sumber api. Maka pada saat api memanaskan
komponen-komponen structural tertentu, seperti baja ringan atau kayu penopang
konstruksi, bahan-bahan tersebut akan mengalami kerusakan dan berlanjut pada
roboh / runtuhnya struktur bangunan sehingga dapat mengenai petugas pemadam
kebakaran (Puslatkar Jakarta, 1998). Selain itu runtuhnya bangunan dapat terjadi
dikarenakan tekanan air yang besar pada saat menyiram bagian atas bangunan

Universitas Sumatera Utara

76

mengakibatkan atap terdobrak dan terlepas kemudian jatuh menimpa petugas. Untuk
itu petugas sebaiknya mampu melihat tanda-tanda akan rubuhnya bangunan sehingga
dapat menghindari risiko tertimpa.
Berdasarkan Badan Standar Nasional Teknologi (NIST) dan Pemadam
Kebakaran Phoenix mengatakan bahwa umumnya kerangka bangunan perumahan
terhadap api dapat runtuh kurang dari 20 menit, tanpa ada tanda apapun. Walaupun
saat pelatihan pemadam kebakaran dikatakan bahwa keselamatan petugas sendiri
sangat diperlukan namun petugas tidak dapat memprediksi waktu operasi yang aman,
keruntuhan sering terjadi dengan cepat dan tidak ada pertanda dan petugas pemadam
kebakaran sama sekali tidak menyadari bahwa mereka berada dalam bahaya (Kang,
2016).
Menurut informan ketika petugas memasuki bangunan yang terbakar, bahaya
lain yang mungkin dihadapi yaitu terpapar panas. Terpapar panas dapat
mengakibatkan cedera lokal dalam bentuk luka bakar. Luka bakar merupakan jenis
luka, kerusakan jaringan, atau kehilangan jaringan. Panas adalah suatu bentuk energi
yang pada temperatur 300°F dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia
dapat bertahan hanya dalam waktu yang singkat. Heat stress selama pemadaman
kebakaran dapat berasal dari udara panas, pancaran panas atau kontak dengan
permukaan panas. Keadaan ini diperparah dengan pakaian pelindung petugas
pemadam kebakaran oleh sifat pakaian itu sendiri serta tenaga fisik petugas yang
mengakibatkan produksi panas dalam tubuh (ILO, 2000). Akibat terpapar panas yang

Universitas Sumatera Utara

77

tinggi menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga, kehilangan cairan tubuh,
terbakar atau luka bakar pada pernafasan, dan mematikan kerja jantung.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siregar yang dikutip oleh Fitrah (2014),
yang menyatakan selama bekerja di tempat panas terjadi pengeluaran keringat yang
banyak pada pekerja, dimana keringat merupakan cairan hiponotik yang terdiri dari
air, natrium, dan klorida. Penguapan dan pengeluaran keringat dari kulit yang
bertujuan untuk mengatur temperatur tubuh menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah, sehingga menyebabkan kekurangan volume cairan.
2.

Bahaya Kimia
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari semua informan, asap merupakan

paparan yang paling berbahaya dan tidak dapat dihindari ketika petugas memasuki
bangunan yang terbakar untuk melakukan pemadaman dan tidak jarang petugas
merasakan batuk, sesak nafas, mata perih dan pernafasan terganggu. Selain itu dahak
yang dikeluarkan tidak normal yaitu berwarna hitam pada saat setelah pemadaman.
Menurut informan umumnya kematian seorang petugas pemadam kebakaran bukan
disebabkan oleh luka bakar melainkan di sebabkan oleh asap. Selain itu masih ada
bahan kimia lain yang terdapat di lokasi kebakaran yang dapat menghasilkan gas-gas
beracun.
Menurut NFPA 92A Tahun 1996, asap adalah gas-gas serta partikel padat dan
cair yang bertebangan akibat dari proses pembakaran bersama dengan udara yang
tercampur didalamnya. Sekitar 50-80% kematian pada saat kebakaran dikarenakan
menghirup asap dari pada luka bakar. Produksi asap bergantung pada dua hal yaitu

Universitas Sumatera Utara

78

ukuran api dan tinggi plafon ruangan. Semakin kecil ketinggian ruang di atas api
menyebabkan tumpukan lapisan asap yang semakin cepat menebal, semakin terbuka
ruang di atas api, asap akan semakin berkurang. Jenis asap yang dihasilkan berbeda
pada setiap kebakaran, begitu pula dengan gas-gas beracun yang dihasilkan akibat
kebakaran, tergantung dari bahan atau material yang terbakar. Bahaya asap bagi
manusia adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata, selaput lendir pada
hidung, dan tenggorokan. Toksisitas asap sangat tergantung pada bahan bakar (bahan
atau bahan kimia yang dibakar), panas api, dan berapa banyak oksigen tersedia untuk
pembakaran (Helal, 2009).
Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang berasal dari
bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia). Beberapa macam gas yang
sering dihasilkan dalam proses terjadinya kebakaran adalah gas CO, SO2, H2S,
NH3, HCN, C3H4O, gas dari pembakaran plastik, dan gas yang dihasilkan dari bahan
seperti kayu, tekstil dan kertas. Menurut Andersson et al. yang dikutip oleh Helal
(2009) melaporkan bahwa, paparan kronis gas iritan seperti SO2 dapat meningkatkan
insiden asma selama bekerja di pabrik pulp sulfur dan terus meningkat sesuai dengan
lamanya terpapar, sehingga mendukung hipotesis dari iritasi yang disebabkan asma.
(Helal, 2009).
Gas racun yang berbahaya dan paling sering dihasilkan akibat kebakaran
adalah gas Karbon Monoksida (CO). Penyakit kardiovaskular dapat terjadi karena
banyak zat beracun ketika memadamkan api. Sebagai contoh, paparan karbon
monoksida secara langsung terkait dengan toksisitas jantung (Helal, 2009). Selain itu

Universitas Sumatera Utara

79

salah satu dari banyak bahaya pemadam kebakaran hadapi ketika mereka memasuki
sebuah gedung yang terbakar adalah paparan asbes. kontak yang terlalu lama
terhadap asbes menyebabkan berbagai penyakit, yang paling serius yaitu
mesothelioma, kanker yang mempengaruhi lapisan paru-paru, perut, dan hati
(Mesotheliomagroup, 2017). Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran tidak jarang
korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun tersebut. Petugas pemadam
kebakaran dapat mengalami kekurangan oksigen ketika memasuki bangunan yang
terbakar sehingga menyebabkan hilangnya kinerja fisik, kebingungan, dan
ketidakmampuan untuk melarikan diri atau disebut dengan ―Hipoksia‖.
Petugas pemadam kebaran dapat terpapar oleh bahan kimia yang dapat
menyebabkan mata perih, mual, pusing dan pingsan. Seperti yang pernah terjadi
ketika kebakaran di laboratorium kimia USU yang menyebabkan petugas terpapar
oleh bahan kimia yaitu formalin sehingga banyak petugas yang merasa mual dan
pusing. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap sesuai dengan bahaya yang dihadapi termasuk alat
pelindung pernapasan Self Contained Breathing Apparatus (SCBA).
3.

Baha