Analisis Perbedaan Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive, artinya
penentuan daerah dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu.
Kabupaten Asahan dipilih atas dasar pertimbangan karena Kabupaten Asahan
adalah salah satu kabupaten yang produktivitas komoditi padi sawahnya tertinggi
dan produktivitas komoditi padi ladang cukup tinggi di Provinsi Sumatera Utara
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 3. Produktivitas Tanaman Padi Sawah di Provinsi Sumatera Utara
Menurut Kabupaten Tahun 2013
Kabupaten
Produktivitas (kw/ha)
1. N i a s
30,70
2. Mandailing Natal
47,69
3. Tapanuli Selatan
48,74
4 . Tapanuli Tengah

45,46
5. Tapanuli Utara
49,30
6. Toba Samosir
56,66
7. Labuhanbatu
43,85
8. A s a h a n
56,10
9. Simalungun
58,27
10.D a i r i
54,06
11.K a r o
56,54
12.Deli Serdang
56,24
13.L a n g k a t
50,56
14.Nias Selatan

43,49
15.Humbang Hasundutan
48,64
16.Pakpak Bharat
40,71
17.Samosir
52,08
18.Serdang Bedagai
55,02
19.Batu Bara
51,99
20.Padang Lawas Utara
40,83
21.Padang Lawas
42,10
22.Labuhanbatu Selatan
45,05
23.Labuhanbatu Utara
47,06
24.Nias Utara

28,44
25.Nias Barat
30,45
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016.

21
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Produktivitas Tanaman Padi Ladang di Provinsi Sumatera Utara
Menurut Kabupaten Tahun 2014
Kabupaten
Produktivitas (kw/ha)
1. N i a s
2. Mandailing Natal
37,58
3. Tapanuli Selatan
36,61
4 . Tapanuli Tengah
38,85
5. Tapanuli Utara

41,53
6. Toba Samosir
36,14
7. Labuhanbatu
29,90
8. A s a h a n
31,59
9. Simalungun
33,76
10.D a i r i
35,50
11.K a r o
36,73
12.Deli Serdang
30,83
13.L a n g k a t
30,83
14.Nias Selatan
34,12
15.Humbang Hasundutan

31,36
16.Pakpak Bharat
25,28
17.Samosir
30,00
18.Serdang Bedagai
19.Batu Bara
20.Padang Lawas Utara
31,43
21.Padang Lawas
32,28
22.Labuhanbatu Selatan
30,00
23.Labuhanbatu Utara
33,23
24.Nias Utara
27,33
25.Nias Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2016


Kecamatan B.P.Mandoge dipilih atas dasar pertimbangan karena Kecamatan
B.P.Mandoge memiliki luas panen padi ladang terluas di Kabupaten Asahan dan
Kecamatan Rawang Panca Arga dipilih atas dasar pertimbangan karena
Kecamatan Rawang Panca Arga memiliki luas panen padi sawah terluas di
Kabupaten Asahan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.

22
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Luas Tanam dan Luas Panen Padi Sawah dan Padi Ladang
Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan Tahun 2014 (Ha)
Kecamatan
B.P. Mandoge

Bandar Pulau
Aek Songsongan
Rahuning
Pulau Rakyat
Aek Kuasan
Aek Ledong

Sei Kepayang
Sei Kepayang Barat
Sei Kepayang Timur
Tanjung Balai
Simpang Empat
Teluk Dalam
Air Batu
Sei Dadap
Buntu Pane
Tinggi Raja
Setia Janji
Meranti
Pulo Bandring
Rawang Panca Arga
Air Joman
Silo Laut
Kisaran Barat

Kisaran Timur
Asahan


Padi Sawah

Padi Ladang

Luas Tanam

Luas Panen

Luas Tanam

Luas Panen

116
260
4 937
164
927
4 556
482

6 278
51
148
17 919

116
335
5 271
203
962
4 506
495
6 385
51
238
18 582

100
221
321


130
27
157

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan, 2016

Desa Huta Padang dipilih atas dasar pertimbangan karena Desa Huta Padang
merupakan desa kedua yang memiliki luas lahan pertanian terluas di Kecamatan
B.P.Mandoge dan Dinas Pertanian menyatakan Desa Huta Padang merupakan
Desa yang memproduksi padi ladang, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6.

23
Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Luas Lahan Pertanian Menurut Desa di Kecamatan BP. Mandoge,
2015 (Ha)
Desa
Luas Lahan Pertanian (Ha)
1. Sei Kopas

165
2. Sei Nadoras
106
3. Tomuan Holbung
230
4 . Huta Padang
385
5. BP. Mandoge
125
6. Huta Bagasan
563
7. Silau Jawa
205
8. Gonting Sidodadi
190
9. Suka Makmur
384
Sumber: Dinas Pertanian Asahan, 2016

Desa Rawang Panca Arga dipilih atas dasar pertimbangan karena Desa Rawang
Panca Arga memiliki jumlah KK Tani tertinggi di Kecamatan Rawang Panca
Arga sebagaimana dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Jumlah KK Tani Menurut Desa di Kecamatan Rawang Panca Arga,
2015 (KK)
Desa
Jumlah KK Tani
1. Rawang Pasar IV
561
2. Rawang Pasar V
446
3. Rawang Baru
870
4 . Rawang Panca Arga
892
5. Rawang Pasar VI
383
6. Pondok Bungur
547
7. Rawang Lama
874
Sumber: Dinas Pertanian Asahan, 2016

3.2. Metode Pengambilan Sampel
Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dapat dihitung dengan rumus Slovin,
yaitu :
n=

1 + (Ne2 )

Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e2 = Taraf kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir
24
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan informasi dari PPL Desa Huta Padang bahwa jumlah petani padi
ladang (populasi) di Desa Huta Padang adalah 40 KK. Dengan menggunakan
metode pengambilan sampel yaitu metode sensus, dimana semua jumlah populasi
digunakan sebagai sampel.
Dan berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian bahwa jumlah petani padi sawah
(populasi) di Desa Rawang Panca Arga adalah 892 KK. Dengan menggunakan
rumus Slovin diperoleh jumlah sampel yaitu:
n=

n = 42,33
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin, diperoleh jumlah sampel
untuk petani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga yang akan diteliti adalah 43
sampel dengan taraf kesalahan yaitu (e) = 15%.
Tabel 8. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Petani
Populasi
Padi Ladang
40
Padi Sawah
892
Jumlah

Sampel
40
43
83

Tabel 8. memperlihatkan bahwa jumlah populasi petani padi ladang adalah
40 KK. Untuk sampel petani padi ladang, pengambilan sampel yang digunakan
adalah metode sensus. Dengan demikian jumlah sampel sama dengan jumlah
populasi yakni 40 sampel. Jumlah petani padi sawah adalah 43 sampel, mewakili
populasi 892 KK diambil dengan menggunakan Simple Random Sampling.
Dengan demikian total sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 83 sampel,
terdiri dari 40 petani padi ladang dan 43 petani padi sawah.

25
Universitas Sumatera Utara

3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data
primer yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan petani responden dengan mengajukan pertanyaan yang dibuat
dalam bentuk kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti
Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian, dan Pemerintah
Daerah di lokasi penelitian. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga
diperoleh melalui internet, literatur dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis dan menguji hipotesis 1 yaitu perbedaan produktivitas dan
pendapatan usahatani padi sawah dengan padi ladang digunakan Analisis
Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Saling Bebas (Independent Sample t-Test) dengan
rumus sebagai berikut:
H0 : μ

< μ , terdapat perbedaan pendapatan dan produktivitas antara usahatani
padi ladang dengan padi sawah

H1 : μ

= μ , tidak terdapat perbedaan pendapatan dan produktivitas antara
usahatani padi ladang dengan padi sawah

Dimana : μ = Variabel 1 (Usahatani padi ladang)
μ = Variable 2 (Usahatani padi sawah)

t1 =
� −

� −�

S + � −
� +� −

S



+



26
Universitas Sumatera Utara

Dimana :
t1 : Produktivitas
1

: Rata-Rata Produktivitas Usahatani Padi Ladang

2

: Rata-Rata Produktivitas Usahatani Padi Sawah

S1 : Standart Deviasi Usahatani Padi Ladang
S2 : Standart Deviasi Usahatani Padi Sawah
n1 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Ladang
n2 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Sawah
Kriteria uji:
t-hitung ≤ t-tabel atau nilai signifikansi ≥ 0,0 maka Hipotesis H0 diterima
t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 Hipotesis H1 diterima
Hipotesis :
H0 : Tidak ada perbedaan produktivitas usahatani antara padi ladang dan padi
sawah
H1 : Adanya perbedaan produktivitas antara usahatani padi ladang dan padi sawah

t2 =
� −

� −�

S + � −
� +� −

S



+



Dimana :
t2 : Pendapatan
1

: Rata-rata Pendapatan Per Bulan/Per Hektar Usahatani Padi Ladang

2

: Rata-Rata Pendapatan Per Bulan/Per Hektar Usahatani Padi Sawah

S1 : Standart Deviasi Usahatani Padi Ladang

27
Universitas Sumatera Utara

S2 : Standart Deviasi Usahatani Padi Sawah
n1 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Ladang
n2 : Jumlah Sampel Usahatani Padi Sawah
Kriteria uji:
t-hitung ≤ t-tabel atau nilai signifikansi ≥ 0,0 maka Hipotesis H0 diterima
t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 Hipotesis H1 diterima
Hipotesi :
H0 : Tidak ada perbedaan pendapatan usahatani antara padi ladang dan padi sawah
H1 : Adanya perbedaan pendapatan usahatani antara padi ladang dan padi sawah
Untuk menganalisis dan menguji hipotesis 2 yaitu pengaruh sarana produksi
benih, pupuk dan pestisida terhadap produksi usahatani padi ladang dan padi
sawah digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yang dirumuskan
sebagai berikut :
Y = bo X1b1 X2b2 X3b3 eu
Keterangan :
Y

= Produksi Padi Ladang (Ton/Ha)

X1

= Benih Padi Ladang (Kg/Ha)

X2

= Pupuk Padi Ladang (Kg/Ha)

X3

= Pestisida Padi Ladang (Liter/Ha)

bo

= Variabel Intersep

e

= Bilangan Natural (E = 2,7182)

u

= Unsur Sisa (Galat)

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi Masing-Masing Variabel

28
Universitas Sumatera Utara

Y = bo X1b1 X2b2 X3b3 eu
Keterangan :
Y

= Produksi Padi Sawah (Ton/Ha)

X1

= Benih Padi Sawah (Kg/Ha)

X2

= Pupuk Padi Sawah(Kg/Ha)

X3

= Pestisida Padi Sawah (Liter/Ha)

bo

= Variabel Intersep

e

= Bilangan Natural (E = 2,7182)

u

= Unsur Sisa (Galat)

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi Masing-Masing Variabel
Untuk menganalisis dan menguji hipotesis 3 yaitu menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi ladang dan padi sawah digunakan
analisis regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut :
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µi

Keterangan :
Y

= Pendapatan Petani Usahatani Padi ladang (Rp/Ha)

bo

= Konstanta

b1....b5 = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel
X1

= Biaya Benih Padi Ladang (Rp/Ha)

X2

= Biaya Pupuk Padi Ladang (Rp/Ha)

X3

= Biaya Pestisida Padi Ladang (Rp/Ha)

X4

= Biaya Tenaga Kerja Padi Ladang (Rp/Ha)

µi

= Koefisien Pengganggu

29
Universitas Sumatera Utara

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b4X4 + b5X5 + µi
Keterangan :
Y

= Pendapatan Petani Usahatani Padi Sawah (Rp/Ha)

bo

= Konstanta

b1....b5 = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel
X1

= Biaya Benih Padi Sawah (Rp/Ha)

X2

= Biaya Pupuk Padi Sawah(Rp/Ha)

X3

= Biaya Pestisida Padi Sawah (Rp/Ha)

X4

= Biaya Tenaga Kerja Padi Sawah (Rp/Ha)

X5

= Biaya Sewa Lahan/Pajak Lahan (Rp/Ha)

µi

= Koefisien Pengganggu

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data
sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat
yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).
Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah
variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).
Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria
pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model
yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian
pula sebaliknya.

30
Universitas Sumatera Utara

2) Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan
variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, X3,
dan X4

hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau

tidak (Firdaus, 2011).
Kriteria pengujian:
Jika sig. F ≤ 0,0 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak tidak berpengaruh
nyata terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).
Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak berpengaruh nyata
terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).
3) Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi α yang
digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).
Kriteria Pengujian:
Jika sig. t ≤ 0,0 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial tidak berpengaruh
nyata terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).

31
Universitas Sumatera Utara

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial berpengaruh nyata
terhadap Y (pendapatan/produksi usahatani padi).
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji
Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal
Sig.KS ≤ 0,0 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji hipotesis suatu sampel atas
suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).
2) Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak
varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika
residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas, dan
jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas.
Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas
(Sunyoto, 2011).
Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan
melihat nilai signifikansi.
Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas)
Sig. ≤ 0,0 = Heterokedastisitas

32
Universitas Sumatera Utara

3) Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri
atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan diukur
tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut
melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika
koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50
dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika kefisien korelasi antar
variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60

Sunyoto, 2011).

Atau dapat dilihat dari Kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :
Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami
multikolinieritas.
Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami
multikolinieritas.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi
1) Padi ladang adalah jenis komoditi yang dikelolah oleh petani yang
melaksanakan budidayanya pada areal tanam berupa ladang (lahan kering).
2) Padi sawah adalah jenis komoditi yang dikelolah oleh petani yang
melaksanakan budidayanya pada areal tanam berupa lahan sawah.
3) Pupuk adalah keseluruhan jumlah pupuk dari masing-masing jenis pupuk
(Za, Urea, Sp36, Poska, dan lain-lain) yang digunakan untuk usahatani padi
ladang dan padi sawah dalam satuan Kilogram (Kg) per musim tanam.

33
Universitas Sumatera Utara

4) Benih adalah benih padi ladang dan padi sawah dengan keterangan
varietasnya yang dibudidayakan oleh petani dalam satuan Kilogram (Kg)
pada musim tanam tersebut.
5) Pestisida adalah keseluruhan jumlah pestisida dari masing-masing jenis
pestisida yang digunakan untuk usahatani padi ladang dan padi sawah dalam
satuan Liter per musim tanam.
6) Tenaga kerja adalah jumlah orang yang dipekerjakan dalam setiap tahapan
budidaya padi ladang atau padi sawah untuk melaksanakan proses produksi
mulai dari pengolahan tanah sampai panen per musim tanam dengan upah
gaji yang telah disepakati.
7) Luas lahan merupakan jumlah luas lahan yang digunakan petani untuk
budidaya padi ladang atau padi sawah dari tahap awal menanam hingga tahap
akhir yaitu panen yang disertai dengan keterangan status kepemilikan lahan
(milik sendiri/ sewa/ bagi hasil), satuannya Hektar (Ha).
8) Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil panen padi ladang atau padi sawah
yang dihasilkan dari luas lahan yang ditanam per musim tanam dengan satuan
Kilogram (Kg).
9) Pendapatan adalah hasil dari selisih antara penerimaan usahatani (produksi
dikali harga) dengan total biaya usahatani per musim tanam, dimana satuan
dari pendapatan adalah Rupiah (Rp).
10) Produktivitas adalah hasil bagi antara jumlah panen (produksi) per musim
tanam dengan luas lahan yang digunakan petani untuk budidaya padi ladang
atau padi sawah, satuannya Ton per Hektar (Ton/Ha).

34
Universitas Sumatera Utara

3.5.2. Batasan Operasional
1.

Daerah penelitian adalah Kabupaten Asahan.

2.

Sampel penelitian adalah petani padi ladang dan petani padi sawah.

3.

Penelitian dilakukan pada tahun 2016-2017.

35
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Desa Huta Padang
4.1.1. Kondisi Geografis
Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan terletak
di dataran tinggi dengan ketinggian ± 225 meter dari permukaan laut dengan suhu
rata-rata 30oC dan curah hujan rata-rata berkisar 2000 mm/tahun.
Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan
merupakan salah satu Desa Induk dengan luas Wilayah ± 13.000 Ha yang
terbentuk dari sembilan dusun. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan

: Desa Gonting Sidodadi

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Huta Bagasan
Sebelah Timur berbatasan dengan

: Desa Bandar Pasir Mandoge

Sebelah Barat berbatasan dengan

: Desa Tomuan Holbung/Kab.Simalungun

Adapun jarak Desa Huta Padang dengan :
Ibu Kota Kecamatan Badara Pasir Mandoge adalah ± 10 Km
Ibu Kota Kabupaten Asahan adalah ± 56 Km
Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara ± 178 Km
4.1.2. Kondisi Demografis
Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan
berjumlah penduduk 6561 jiwa yang terdiri dari laki-laki 3208 jiwa dan
perempuan 3361 jiwa dengan jumlah kepala keluaraga 1532 KK. Rincian lengkap
terlihat pada tabel 9.

36
Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Komposisi Penduduk Desa Huta Padang Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2016
Jenis Kelamin
Dusun
Jumlah KK
Total
Laki-laki
Perempuan
697
I
168
339
358
II

204

396

478

875

III

85

211

184

395

IV

180

390

376

765

V

150

290

274

564

VI

96

189

183

372

VII

188

376

399

775

VIII

97

209

226

435

IX

138

287

385

672

X

93

223

201

424

XI

68

143

148

283

XII

65

155

149

304

3208

1532

6561

Total

Sumber: Kantor Kepala Desa Huta Padang, 2017.

Masyarakat Desa Huta Padang sangat erat dengan kebiasaan bergotong royong
seperti dalam perbaikan jalan, perbaikan sarana rumah ibadah dan juga dalam
membantu perbaikan rumah maupun perhelatan pesta yang biasa dibentuk Serikat
Tolong Menolong ( STM ) yang biasa disebut si jule-jule. Sesama warga
mengumpulkan dana dalam bentuk Rupiah, barang / juga sembako, termasuk juga
dalam acara kemalangan. Kebersamaan warga sangat erat dan kuat.

Pada umumnya sebagian besar penduduk Desa Huta Padang Kecamatan Bandar
Pasir Mandoge bermata pencaharian petani dan karyawan, sebagian bekerja
sebagai buruh tani, karyawan swasta, buruh bangunan, pedagang dan sebagian
kecil pegawai negeri sipil dan wirausaha dan lain sebagainya.

37
Universitas Sumatera Utara

Sarana trasportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah sepeda
motor. Di Desa ini ada transportasi umum seperti bus, mikrolet atau sejenisnya.
Jaringan listrik PLN sudah tersedia di desa ini , sehingga hampir semua rumah
tangga menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan
kebutuhan rumah tangga lainnya. Beberapa rumah tangga semakin banyak
menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.
Orientasi jumlah tempat ibadah yaitu 3 buah Masjid yang terletak di dusun I, II
dan IV juga terdapat 9 (sembilan) buah Gereja yang terletak di dusun
II,IV,VII,VIII,IX, dan X.
4.1.3. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa
Desa Huta Padang yang disebut sebagai desa induk dari pembentukan/pemekaran
desa yang merupakan salah satu desa wilayah Kecamata Bandar Pasir Mandoge
yaitu antara lain (Desa Sein Kopas pada Tahun 1993 dan Desa Tomuan Holbung
pada Tahun 2005). Dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Asahan
Nomor 10 tahun 2008 tentang Pembentukan Desa-Desa di Daerah Kabupaten
Asahan sehingga Desa Huta Padang pada saat ini terdiri dari 12 Dusun.
4.2. Deskripsi Desa Rawang Panca Arga
4.2.1. Kondisi Geografis
Desa Rawang Panca Arga terbentuk dari sembilan dusun yang memiliki luas
wilayah 1800 Ha atau 4,95 Km2 dan berada pada ketinggian antara ± 10-15 meter
diatas permukaan laut terletak di jalur lalu lintas Kecamatan Sei Balai dengan
Kecamatan Tanjung Tiram.

38
Universitas Sumatera Utara

Desa Rawang Panca Arga masuk dalam wilayah Kecamatan Rawang Panca Arga
Kabupaten Asahan dengan jarak ± 3 Km arah barat dari Kantor Camat Rawang
Panca Arga dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara

: berbatasan dengan Desa Pas dengan Matang Pambe

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Rawang Lama
Sebelah Timur

: berbatasan dengan Desa Rawang Lama

Sebelah Barat

: berbatasan dengan Serdang/Sungai

Sebagian besar lahan yang ada di Desa Rawang Panca Arga dimanfaatkan oleh
penduduk untuk kegiatan pertanian padi dan pemukiman secara rinci pemanfaatan
lahan di Desa Rawang Panca Arga dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Rawang Panca Arga
Tahun 2016
No
Peruntukan Lahan
Luas (Ha) Persentase
1 Persawahan
800
70%
2 Tegalan/Perladangan
100
0,3%
3 Perkebunan
400
20%
4 Perumahan/Pemukiman
100
0,5%
5 Kolam/Perikanan
6 Perkantoran/Sarana Sosial
a. Kantor/Balai Desa
0,5
b. Puskesmas
0,5
c. 3 Unit Mesjid
2
d. 8 Unit Mushollah
3
e. Unit Desa
1,5
f. Lapangan Olahraga
g. Pasar Desa
h. Jalan Umum/jalan dusun
15
i. Saluran Irigasi Tersier
4
j. Saluran Irigasi Pembuangan
16
k. Madrasah Tsanawiyah
0.7
l. Madrasah Aliyah
Total
1.425
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Panca Arga, 2017

39
Universitas Sumatera Utara

Status kepemilikan lahan di Desa Rawang Panca Arga terbagi dalam tiga bagian,
yaitu : Milik Rakyat sebesar 1796,5 Ha, Milik Desa sebesar 0,5 Ha dan Milik
Pemerintahan sebesar 3,0 Ha. Tanah Desa Rawang Panca Arga merupakan tanah
cabuk (pencampuran liat, pasir dan debu) dan sebagian kecil tanah liar merah
yang berada di seluruh dusun. Dengan demikian sebagian besar lahan di Desa
Rawang Panca Arga cocok untuk lahan pertanian pangan seperti: padi, palawija
dan holtikultura. Demikian pula tanah kering perbukitan yang sedikit
bergelombang sangat cocok sebagai area perkebunan rakyat karet, kelapa sawit,
cacao, dan lain-lain.
4.2.2. Kondisi Demografis
Dari data Tahun 2016, tercatat jumlah penduduk Desa Rawang Panca Arga
sebanyak 2084 jiwa, yang terdiri atas 1033 jiwa laki-laki dan 1051 jiwa
perempuan, dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK). Kepadatan
penduduk di Desa Rawang Panca Arga dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Penduduk Desa Rawang Panca Arga Menurut Jenis
Kelamin dan Agama Tahun 2016
Jenis Kelamin
Agama
Jumlah
Dusun
KK
Laki-laki Perempuan Islam Kristen Khatolik Total
I
42
90
94
5
167
12
184
II
52
90
105
162
33
195
III
69
168
128
6
275
15
296
IV
83
163
154
239
78
317
V
60
90
131
131
90
221
VI
39
74
69
130
13
143
VII
54
98
103
143
58
201
VIII
67
117
164
164
71
235
IX
74
143
268
268
24
292
Total
1086
938
60
2084
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Panca Arga, 2017.

40
Universitas Sumatera Utara

Desa Rawang Panca Arga merupakan desa pertanian, maka hasil ekonomi warga
dan mata pencarian warga sebagian besar adalah petani. Dari jumlah KK (540
KK)

yang

ada

lebih

kurang

75%

adalah

petani,

selebihnya

ada

PNS/TNI/POLRI/Pedagang/ Karyawan/Perkebunan dan lain-lain.
Dititik dari tingkat penghasilan rata-rata masyarakat Desa Rawang Panca Arga
tergolong kedalam kategori miskin. Dari luas desa 1200 Ha dimiliki oleh : 408 Ha
(30%) dimiliki 51 KK, 480 Ha (40%) dimiliki 66 KK, dan 312 Ha (30%) dimiliki
400 KK. Sementara kemampuan produksi persawahan di Desa Rawang Panca
Arga minimal 6 ton/Ha/musim tanam. Jika dalam 1 tahun dua kali tanam maka
produksi padi menjadi 12 ton/Ha/Tahun, kalau harga gabah di kisaran Rp. 2.500,maka perhektar bisa menghasilkan Rp. 18.000.000,-. Karena 400 KK (56,88%)
hanya memiliki 0,4 Ha maka penghasilan rata-rata petani Desa Rawang Panca
Arga hanya Rp. 7.200.00,-/Tahun atau Rp. 600.000,-/bulan. Jelas tergambar masih
lemahnya kondisi perekonomian warga Desa Rawang Panca Arga.
Kondisi budaya dalam kehidupan masyarakat Desa Rawang Panca Arga sangat
kental dengan tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang
berhubungan dengan siklus hidup manusia seperti upacara kelahiran, khitanan,
perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian hampir
selalu di lakukan oleh warga masyarakat Desa Rawang Panca Arga. Selain itu
tradisi sedekah bumu bersih desa dan semacamnya juga masih dilakukan setiap
tahun.
Di Desa Rawang Panca Arga telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan
desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik, namun apabila musim hujan

41
Universitas Sumatera Utara

tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan, dimana keterangannya dapat
dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Prasarana Perhubungan di Desa Rawang Panca Arga Tahun 2016
No
Jenis Prasarana
Kuantitas/Panjang
Keterangan
1
Jalan Kabupaten
Tidak ada
2
Jalan Desa
10,5 km
Diaspal/mulai rusak
3
Jalan Dusun
3500 m
Belum ada diaspal
4
Jembatan
13 unit
11 baik, 2 rusak
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Panca Arga, 2016

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat adalah sepeda
motor. Di desa ini belum ada sarana transportasi umum (bus, angkutan umum,
mikrolet atau sejenisnya). Sementara untuk jaringan listrik dari PLN sudah
tersedia hingga hampir semua rumah tangga menggunakannya. Dan di seluruh
wilayah desa dapat diperoleh air dengan sumber gali (sumur bor) atau penggunaan
pompa air listrik sehingga masalah air bersih di Desa Rawang Panca Arga tidak
ada masalah.
4.2.3. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Desa
Desa Rawang Panca Arga berdiri pada tahun 1994 sebagai Desa Devenitif.
Pemekaran dari Desa Induk Rawang Lama. Dan selaku pelaksanan tugas adalah
Bapak Wagiman sampai tahun 2000 dan pada tahun 2000 di adakan Pilkades
(Pemilihan Kepala Desa) dan Kepala Desa terpilih periode 2000 sampai 2005
adalah Bapak Nelson Manurung dan pada tahun 2006 terpilih periode 2006
sampai 2012 adaslah Bapak Supriadi dan periode 2013 sampai 2018 dipercayakan
kembali kepada Bapak Supriadi.

42
Universitas Sumatera Utara

4.3. Karakteristik Petani Sampel
4.3.1. Karakteristik Petani Sampel Padi Ladang
Karakteristik petani sampel padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan
BP. Mandoge Kabupaten Asahan meliputi :
1)

Umur Petani

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan
kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya. Semakin tua umur petani,
kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena
pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik.
Klasifikasi petani padi ladang menurut kelompok umur di Desa Huta Padang
terlihat pada tabel 13.
Tabel 13. Umur Petani di Desa Huta Padang
No
Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
1.
30-34
0
2.
35-39
0
3.
40-44
0
4.
45-49
3
5.
50-54
11
6.
55-59
11
7.
60-64
10
8.
65-69
4
9.
>69
1
Jumlah
40

Persentase (%)
0,0
0,0
0,0
7,5
27,5
27,5
25,0
10,0
2,5
100

Sumber : Lampiran 1, 2017.

2)

Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola
usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan
usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal.

43
Universitas Sumatera Utara

Tingkat pendidikan petani padi ladang di Desa Huta Padang dapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Huta Padang
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
SD
32
80
2.
SMP
5
12,5
3.
SMA
3
7,5
Jumlah
40
100
Sumber : Lampiran 1, 2017.

3)

Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usaha tani
adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka
besar kemungkinan semakin baik pula pengelolaan usaha taninya.
Pengalaman petani dalam mengolala usahataninya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengalaman Bertani oleh Petani Sampel di Desa Huta Padang
No
Pengalaman Bertani (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
1-6
3
7,5
2.
7-13
17
42,5
3.
14-20
11
27,5
4.
21-27
5
12,5
5.
28-34
2
5
6.
35-41
2
5
7.
>41
3
7,5
Jumlah
40
100
Sumber : Lampiran 1, 2017.

4)

Jumlah Tanggungan Keluarga

Keluarga yang sudah memiliki tradisi wirausahawan akan dengan mudah
mengenalkan sekaligus mewariskan tradisi usaha kepada anak dan keturunannya.
Hal ini berbeda dengan yang didalam keluarganya tidak terbangun tradisi
wirausahawan. Setidaknya kalau dalam keluarganya sudah terbangun spirit bisnis,

44
Universitas Sumatera Utara

maka akan mudahh dalam melanjutkan dan mengembangkannya sehingga dapat
tercapai proses keberhasilan.
Klasifikasi jumlah tanggungan keluarga petani padi ladang di Desa Huta Padang
seperti terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Huta Padang
No
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
0-2
21
52,5
2.
3-5
19
47,5
3.
>5
0
0
Jumlah
40
100
Sumber : Lampiran 1, 2017.

4.3.2. Karakteristik Petani Sampel Padi Sawah
Karakteristik petani sampel padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan
Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan meliputi :
1)

Umur Petani

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan
kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya. Semakin tua umur petani,
kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini karena
pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik.
Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel 17.

45
Universitas Sumatera Utara

Tabel 17. Umur Petani di Desa Rawang Panca Arga
No
Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
1.
30-34
1
2.
35-39
4
3.
40-44
3
4.
45-49
5
5.
50-54
12
6.
55-59
5
7.
60-64
6
8.
65-69
6
9.
>69
1
Jumlah
43

Persentase (%)
2,325581395
9,302325581
6,976744186
11,62790698
27,90697674
11,62790698
13,95348837
13,95348837
2,325581395
100

Sumber : Lampiran 2, 2017.

2)

Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola
usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan
usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal.
Tingkat pendidikan petani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga dapat dilihat
pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Rawang Panca Arga
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
SD
14
32,55814
2.
SMP
17
39,53488
3.
SMA
12
27,90698
Jumlah
43
100
Sumber : Lampiran 2, 2017.

3)

Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usaha tani
adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka
besar kemungkinan semakin baik pula pengelolaan usaha taninya.

46
Universitas Sumatera Utara

Pengalaman petani dalam mengolala usaha tani padi sawah dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19. Pengalaman Bertani Petani Sampel di Desa Rawang Panca Arga
No
Pengalaman Bertani (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
1-6
2
4,651162791
2.
7-13
6
13,95348837
3.
14-20
15
34,88372093
4.
21-27
12
27,90697674
5.
28-34
4
9,302325581
6.
35-41
3
6,976744186
7.
>41
1
2,325581395
Jumlah
43
100
Sumber : Lampiran 2, 2017.

4)

JumlahTanggungan Keluarga

Keluarga yang sudah memiliki tradisi wirausahawan akan dengan mudah
mengenalkan sekaligus mewariskan tradisi usaha kepada anak dan keturunannya.
Hal ini berbeda dengan yang didalam keluarganya tidak terbangun tradisi
wirausahawan. Setidaknya kalau dalam keluarganya sudah terbangun spirit bisnis,
maka akan mudahh dalam melanjutkan dan mengembangkannya sehingga dapat
tercapai proses keberhasilan.
Klasifikasi jumlah tanggungan keluarga petani padi sawah di Desa Rawang Panca
Arga seperti terlihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Rawang
Panca Arga
Persentase
No
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa)
(%)
1.
1-3
40
93,02326
2.
4-6
3
6,976744
3.
>6
0
0
Jumlah
43
100
Sumber : Lampiran 2, 2017.

47
Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perbedaan Teknis Budidaya Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah
Di Kabupaten Asahan
Tahap-tahap budidaya usahatani padi sawah di Desa Rawang Panca Arga
Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan dan usahatani padi ladang di
Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge Kabupaten Asahan yang dilakukan
oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbedaan Teknis Budidaya Usahatani Padi Ladang dan Padi
Sawah di Kabupaten Asahan
N
Tahapan
Usahatani Padi Ladang
Usahatani Padi Sawah
O Budidaya
Benih yang dipilih petani
Benih yang dipilih petani
1. Pemilihan
Benih
responden adalah benih lokal responden adalah benih
dengan jenis varietas sibanda, bersertifikat dengan jenis
sisalimin dan sijarum.
varietas ciherang, mikongga
dan toyo arum.
2. Pengolahan 1) Dilakukan awal bulan Juli 1) Dilakukan awal bulan
Tanah
atau Agustus
Januari
2) Dilakukan dilahan darat.
2) Dilakukan dilahan
3) Pengolahan tanah secara
persawahan.
manual dengan
3) Proses pengolahan tanah
menggunakan cangkul/
menggunakan alat mesin
parang, proses pengolahan
yaitu hand traktor yang
tanah padi ladang sebagai
dilakukan sebanyak dua
berikut:
kali traktor selama
- timas tumbang yaitu
pengolahan tanah.
menumbang dan
4) Proses pengolahan tanah
mengumpulkan tanamanhingga siap tanam
tanaman liar yang tumbuh
memerlukan waktu
disekitar lahan kemudian
± 1 bulan dengan syarat
dibakar, proses ini
lahan persawahan harus
memerlukan waktu ± 1 bulan
digenangi air secukupnya.
bila diperkerjakan 1 orang
pekerja.
- cincang perum yaitu
mengumpukan dan
membersihkan rantingranting sisa tanaman
kemudian dibakar kembali.

48

48
Universitas Sumatera Utara

N
O

Tahapan
Budidaya

Usahatani Padi Ladang

Usahatani Padi Sawah

-mengurun yaitu mensterilkan
lahan dari sisa sampah
sehingga lahan siap tanam.
3. Penyemaian Petani responden padi ladang 1) Penyemaian dilakukan di
tidak ada yang melakukan
sekitar pinggiran sawah
penyemaian.
2) Umur penyemaian sekitar
18-20 hari
3) Benih yang akan disemai
direndam terlebih dahulu
selama 1 hari 1 malam
4) Penyemaian dilakukan
secara manual yaitu
dengan cara ditabur pada
lahan petakan semai yang
telah dipersiapkan
sebelumnya.
4. Penanaman Proses penanaman :
Proses penanaman :
-Penanaman padi ladang yang - Penanaman padi sawah
dilakukan oleh petani
yang dilakukan oleh petani
responden seluruhnya
responden seluruhnya
menggunakan alat tugal yaitu adalah dengan cara manual
alat yang terbuat dari kayu
yaitu cabut-tanam yang
yang ujungnya diruncingkan
dilakukan sendiri oleh
dengan tujuan untuk
pekerja tanpa menggunakan
membuat lubang tanam.
alat.
- Memasukkan benih padi
-Anakan padi dicabut dari
pada lubang tanam, dimana
persemaian, kemudian
petani responden
petani responden
memasukkan 6-10 benih per
memasukkan 2-4 anakan
lubang tanam.
padi per lubang tanam.
- Petani responden pada
-Sistem tanam yang
dasarnya tidak menggunakan digunakan oleh petani
sistem tanam dan jarak
responden adalah “jajar
tanam.
legowo 4: ” dengan jarak
tanam 20x20 cm
5. Pemupukan 1) Pemupukan yang dilakukan 1) Pemupukan yang
petani responden pada
dilakukan petani
dasarnya hanya sekali.
responden pada dasarnya
2) Jenis pupuk yang digunakan
sebanyak 2-3 kali
petani responden adalah
pemupukan.
Urea, Phonska dan TSP.
2) Jenis pupuk yang
3) Pemupukan yang dilakukan
digunakan petani
petani responden adalah
responden adalah ZA,
dengan cara menaburkan
Phonska, Urea, SP36, TSP
langsung atau dengan cara
dan NPK
memberi pupuk pada tiap- 3) Pemupukan yang

49
Universitas Sumatera Utara

N
O

Tahapan
Budidaya

Usahatani Padi Ladang

Usahatani Padi Sawah

tiap tanaman.
dilakukan seluruh petani
4) Sebagian petani responden
responden adalah dengan
memupuk sesuai umur
cara menaburkan langsung
tanam yang ditentukan dan
ke lahan persawahan.
sebagian memupuk pada
5) Semua petani responden
saat proses penanaman
memupuk sesuai umur
dicampur dengan benih.
taman yang ditentukan.
6. Penyulaman Pada Proses penyulaman,
Pada Proses penyulaman,
semua petani responden tidak semua petani responden
melakukannya.
tidak melakukannya.
7. Penyiangan Penyiangan hampir dilakukan Penyiangan hanya dilakukan
oleh semua petani responden oleh sebagian petani
dengan menggunakan alat
responden secara manual
kored atau guris.
yaitu mencabuti gulma
dengan tangan langsung.
8. Penyempro Penyemprotan dilakukan oleh Penyemprotan dilakukan
tan
sebagian petani responden
oleh semua petani
dengan jenis pestisida:
responden dengan jenis
roundup, matador dan decis.
pestisida: sankill, bekrap,
regent, spontan, dappat,
topsin, pestona, prevathon,
applaud, explore, antracol,
score,bom, OBR, bestox,
atonik, sandimas, santador,
belt, filia, meothrin, denpo.
9. Panen
1) Panen dilakukan sesuai
1) Panen dilakukan sesuai
dengan kematangan padi
dengan kematangan padi
atau sesuai umur tanaman
atau sesuai umur tanaman
padi sekitar 4,5-6 bulan
padi 3-4 bulan panen.
panen.
2) Panen yang dilakukan
2) Panen yang dilakukan oleh
oleh petani responden
petani responden
menggunakan mesin yang
menggunakan alat yang
dinamakan dengan
disebut dengan ani-ani
combine rice milik agen
yaitu alat yang dibuat
borongan panen atau
sendiri oleh petani
petani responden
responden dengan kayu dan
setempat menyebut
pisau silet sehingga proses
combine rice dengan
ini sering disebut mengetam
sebutan odong-odong
yang memakan waktu
pemanen padi.
berhari-hari.
3) Padi langsung
3) Padi langsung dimasukkan
dimasukkan ke dalam
ke dalam ember oleh
karung dan langsung di
pemanen.
angkut ke lokasi
4) Kemudian dikumpulkan dan
pengangkutan.
dibawa ke gubuk.

50
Universitas Sumatera Utara

N
Tahapan
Usahatani Padi Ladang
O Budidaya
10. Pasca Panen 1) Proses perontokan manual
dilakukan sebagian petani
responden dengan cara
memijak-mijak padi
langsung didalam karung
dan sebagian memijakmijak setelah padi diserak
di terpal.
2) Kemudian petani responden
hampir seluruhnya
melakukan pengeringan
dengan cara menjemur
gabah dibawah matahari
langsung.
3) Sementara proses
membersihkan gabah dari
bubuk-bubuk gabah
dilakukan sebagian petani
responden dengan cara
diangin-anginkan.
4) Hingga akhirnya dilakukan
proses penyimpanan,
dimana proses pasca panen
terkhusus pada proses
penyimpanan dilakukan
secara baik dan benar akan
membuat umur padi
bertahan hingga ± 1 tahun.

Usahatani Padi Sawah
Petani responden seluruhnya
tidak ada melakukan pasca
panen karena hasil panen
langsung diangkut oleh
agen.

Sumber : Survey, 2017.

Tabel 21. memperlihatkan bahwa hampir semua tahap budidaya usahatani padi
ladang dan padi sawah yang dilakukan oleh petani responden adalah berbeda,
kecuali pada proses penyulaman yang sama-sama tidak dilakukan oleh petani
responden padi ladang dan padi sawah pada saat musim tanam tersebut.
Secara usahatani dapat juga dijelaskan perbandingan usahatani antara usahatani
padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge Kabupaten Asahan
dan padi sawah di Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga
Kabupaten Asahan yang dapat dilihat pada Tabel 22.

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 22. Usahatani Padi Ladang dan Padi Sawah di
Hektar per Musim Tanam
No
Uraian
Padi Ladang
1,283
1.
Produksi (Ton/Ha)
6.929.758,35
2.
Penerimaan (Rp)
3.
Biaya Produksi (Rp)
2.667.337,77
a. Biaya Benih
75.570,55
b. Biaya Pupuk
448.806,99
c. Biaya Pestisida
13.532,22
d. Biaya Tenaga Kerja 2.105.984,04
e. Biaya Penyusutan
23.443,96
f. Biaya sewa/pajak
0
lahan
4.
Pendapatan (Rp)
4.262.420,58
5.
R/C Rasio
2,598

Kabupaten Asahan per
Padi Sawah
6,003
26.539.096,41
10.828.558,05
298.613,74
2.108.344,42
623.506,19
6.363.465,40
55.480,46
1.379.147,85
15.710.538,35
2,451

Sumber : Diolah dari lampiran 3-19

Tabel 22. memperlihatkan bahwa produksi, penerimaan, biaya produksi, dan
pendapatan antara padi ladang dan padi sawah sangat berbeda. Dimana padi
sawah lebih menguntungkan dengan pendapatan per Ha adalah sebesar
Rp. 15.710.538,35,-, sedangkan pendapatan padi ladang per Ha adalah sebesar
Rp. 4.262.420,58,-.
Tabel 22. memperlihatkan hasil nilai R/C Rasio untuk padi ladang sebesar 2,598
(>1) dan padi sawah sebesar 2,451 (>1), maka usahatani padi ladang di Desa Huta
Padang Kecamatan BP.Mandoge dan padi sawah di Desa Rawang Panca Arga
Kecamatan Rawang Panca Arga adalah usahatani padi yang layak untuk
diusahakan karena nilai R/C > 1.
Namun, untuk melihat signifikansi perbedaan produktivitas dan pendapatan antara
usahatani padi ladang dan padi sawah ini, maka dilakukan uji independent sampel
t-test, sebagai berikut.

52
Universitas Sumatera Utara

5.2.

Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi Ladang
Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan

Produktivitas merupakan perbandingan antara produksi yang diperoleh dengan
faktor produksi yang dikorbankan dalam usahatani yaitu luas lahan. Pendapatan
usahatani merupakan penerimaan usahatani dikurangi dengan seluruh biaya
usahatani yang dikeluarkan.
Untuk menganalisis perbedaan produktivitas dan pendapatan antara usahatani padi
ladang dan padi sawah, digunakan uji t sampel bebas (independent sample t test).
5.2.1. Perbedaan Produktivitas Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di
Kabupaten Asahan
Perbandingan produktivitas antara usahatani padi ladang di Desa Huta Padang
Kecamatan BP. Mandoge Kabupaten Asahan dan padi sawah di Desa Rawang
Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan yang dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23. Produktivitas Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten Asahan
No
Produktivitas (Ton)
Per Petani
Per Ha
1. Padi Ladang
2,151
1,283
2. Padi Sawah
6,647
6,003
Sumber : Diolah dari lampiran 9 dan 17.

Tabel 23. memperlihatkan bahwa produktivitas usahatani padi ladang dan padi
sawah sangat berbeda jauh. Dimana untuk produktivitas dalam satuan ton per
petani, padi sawah sebesar 6,647 ton lebih tinggi dibandingkan dengan padi
ladang sebesar 2,151 ton. Begitu pula untuk produktivitas dalam satuan per
hektar, padi sawah sebesar 6,003 ton lebih tinggi dibandingkan dengan padi
ladang sebesar 1,283 ton. Namun, untuk melihat signifikansi perbedaan
produktivitas antara usahatani padi ladang dan padi sawah ini, maka dilakukan uji
independent sampel t-test, sebagai berikut:

53
Universitas Sumatera Utara

Tabel berikut memperlihatkan nilai signifikansi dari hasil uji Independent Sample
t-Test untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan produktivitas antara usahatai
padi ladang di Desa Huta Padang Kecamatan BP. Mandoge dan padi sawah di
Desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca Arga.
Tabel 24. Hasil
Uji Levene’s
dan Uji Independent Sampel T-test
Produktivitas Padi Ladang dan Padi Sawah
Independent Samples Test

Produktivitas padi

Levene’s Test
for Equality
of Variances
F

Equal variances assumed
Equal variances not
assumed
Sumber : Lampiran 20.

58.712

Sig.

t-test for Equality of Means
t

Sig.
(2-tailed)

df

.000 39.117
81
40.484 42.846

Mean
Difference

.000 4.49613
.000 4.49613

Sebelum melakukan uji independent samples t- test, dilakukan uji Levene’s
(uji homogenitas). Uji Levene’s (uji homogenitas) perlu dilakukan terlebih dahulu
karena pada hasil statistik terdapat dua nilai signifikansi t, yaitu nilai signifikansi
untuk data dengan varian yang sama (Equal variance Assumed) dan data dengan
varian yang berbeda (Equal Variance Not Assumed).
Kriteria Uji :
Jika Signifikasi > 0,05, H0 diterima atau H1 ditolak
Jika Signifikasi < 0,05, H0 ditolak atau H1 diterima
Hasil uji Levene’s menunjukkan signifikansi F sebesar 0,00. Dengan demikian
signifikansi 0,05, H0 diterima atau H1 ditolak
Jika Signifikasi < 0,05, H0 ditolak atau H1 diterima
Hasil uji Levene’s menunjukkan signifikansi F sebesar 0,00. Dengan demikian
signifikansi