Analisis Perbedaan Produktivitas Dan Pendapatan Usahatani Padi Ladang Dan Padi Sawah Di Kabupaten Asahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Karakteristik Biologis Tanaman Padi
Karakteristik Biologis Tanaman Padi Ladang
Padi ladang merupakan tanaman yang biasa ditanam di lahan kering. Tanaman ini
merupakan tanaman semusim jenis padi (Oryza sativa L.) yang diusahakan di
tanah tegalan kering secara menetap dan kebanyakan ditanam di daerah tropika.
Jenis tradisional (varietas Genjah) memiliki ciri-ciri : berbatang tinggi, berumur
sedang, anakan sedikit, bentuk gabah bulat dan tahan terhadap kekeringan
(Chang dan Vergara dalam Setiawan, 2000).
Basyir et all., (1995) mengemukakan bahwa siklus hidup tanaman padi ladang
berkisar antara 90 hingga 140 hari, tergantung pada varietasnya. Masa
pertumbuhan padi ladang terdiri dari tiga fase : (1) fase vegetatif merupakan masa
pertumbuhan batang dan daun (55 hari), (2) fasereproduktif adalah masa dari
tahap munculnya primordia bunga sampai waktu keluar bunga (35 hari), dan (3)
fase pemasakan adalah masa keluarnya bunga sampai gabah masak, sementara
tahapan yang dilalui adalah masak susu sekitar 92 hingga 110 hari setelah tanam,
masak padat sekitar 102 hingga 120 hari setelah tanam, dan masa penuh sekitar
112 hingga 120 hari setelah tanam.

Karakteristik Biologis Tanaman Padi Sawah
Petani lahan sawah selalu berusaha agar sawahnya tergenangi air. Caranya dengan
membuat penahan air yang disebut pematang atau galengan. Pematang dibuat

5
Universitas Sumatera Utara

mengelilingi petakan sehingga air yang masuk ke dalam petakan akan bertahan
dan terjadilah genangan. Ukuran petakan bervariasi sesuai dengan topografi lahan.
Di lahan datar, ukuran petak dapat mencapai 50 x 100 m, sedang di lahan miring
petakannya kecil, bahkan ada yang hanya 0,5 x 1 m. Tidak semua tanah cocok
untuk daerah persawahan. Daerah dengan tanah yang mudah melewatkan air ,
seperti tanah pasir, tidak cocok untuk persawahan. Idealnya sawah dibangun di
tanah lempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras di kedalaman
kira-kira 30 cm di bawah permukaan (Suparyono dan Agus, 1993).
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Syarat Tumbuh Tanaman Padi Ladang
Padi Ladang harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok
bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah

kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak
berbatu. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0 (Anonimous, 2016).
Lingkungan tumbuh akan mendukung pertumbuhan padi ladang apabila memiliki
kemiringan lahan 0 sampai 8 persen, curah hujan tinggi (lebih besar dari 1500 mm
per tahun) dan musim tanaman panjang (5-12 bulan/tahun). Ketinggian areal
pertanaman padi ladang bervariasi mulai dari dataran rendah sampai ketinggian
1500 m dpl, bertopografi datar, bergelombang, dan berbukit (Setiawan, 2000).
Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Menghendaki tanah lumpur yang

6
Universitas Sumatera Utara

subur dengan ketebalan 18-22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi
sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Tumbuh di
daerah tropis/subtropis pada 45o LU sampai 45o LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Di dataran rendah padi
memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27oC sedangkan di

dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23oC. Tanaman padi
memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang

akan merobohkan

tanaman (Anonimous, 2016).
2.1.3. Budidaya Padi Ladang dan Padi Sawah
Teknis budidaya padi ladang dan padi sawah biasanya tidak jauh berbeda, tahaptahap budidaya tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah padi ladang dilakukan pada musim kering sebelum hujan turun,
atau segera setelah tanaman yang mendahuluinya dipanen. Teknih pengolahan
tanah adalah sebagai berikut : (1) Tanah dibajak atau dicangkul dua kali atau lebih
hingga tanah cukup gembur dan bersih dari rerumputan dengan kedalaman
sedikitnya 25 cm. (2) Pada waktu membajak atau mencangkul yang kedua kali,
pupuk organik ditebarkan sebanyak sekitar 20 ton per hektar. (3) Setelah tanah
dibajak, tanah harus dihaluskan dengan garpu atau cangkul hingga tanah cukup
halus. (4) Dijaga agar tidak terjadi penggenangan air dengan cara membuat
petakan-petakan berukuran 10 × 5 meter. (5) Tanah dibiarkan saja sambil
menunggu benih ditanam pada waktu permulaan musim hujan.


7
Universitas Sumatera Utara

Pengolahan tanah padi sawah diawali dengan pembajakan dengan traktor tangan,
kerbau atau dicangkul. Dengan pembajakan pertama ini tanah di pecah menjadi
gumpalan besar yang bertujuan untuk membalikkan tanah agar memperoleh
sirkulasi udara dan penyinaran matahari. Pembajakan dlakukan pada awal musim.
Hasil bajakan dibiarkan 2-3 hari sambil digenangi agar proses pelumpuran
berjalan dengan baik. Pembajakan kedua atau ketiga dilakukan 3-5 hari menjelang
tanam yang bertujuan untuk memecah bongkahan-bongkahan tanah hasil bajakan
pertama sehingga menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil dan halus
(Suparyono dan Agus, 1993).
2) Penyemaian
Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis
padinya. Lahan penyemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian
kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan
digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi
20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10
gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi. Dan

untuk padi ladang, benih langsung ditanam di ladang (Anonimous, 2016).
3) Penanaman
Waktu tanam padi ladang sebaiknya dalam bulan Oktober dan November, tetapi
tergantung pada awal musim penghujan, yaitu setelah dua atau tiga kali turun
hujan. Cara yang dapat digunakan dalam menanam adalah : (1) Disebar merata
langsung ke permukaan tanah, namun cara ini kurang lazim karena membutuhkan
banyak benih yaitu sekitar 50 sampai 100 kilogram per hektar; (2) Membuat
aluran dengan kayu berujung runcing yang digariskan di atas tanah sekitar 60 cm
8
Universitas Sumatera Utara

dengan kedalaman 3cm; (3) Dengan tugal. Pada jarak tertentu dibuat lubang
dengan tugal, sedalam 3 hingga 5 cm. Untuk tiap lubang ditanam benih sebanyak
5 hingga 7 butir. Jarak tanam yang terbaik adalah 20x20 cm; (4) Tumpangsari
dengan tanaman lain.
Cara penanaman padi di lahan sawah dapat dilakukan dengan sebar langsung
(direct seeding) dan pindah bibit (transplanting). Penebaran dilakukan pada
permukaan lahan yang sudah rata melumpur. Cara penanaman pindah bibit
merupakan yang paling umum dilakukan di Indonesia, pemindahan bibit padi dari
persemaian


dilakukan

pada

saat

bibit

berumur

18-25

hari

(Suparyono dan Agus, 1993).
4)

Pemupukan


Pemupukan Padi Ladang dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik
(pupuk hijau, pupuk kandang atau pupuk kompos). Pupuk hijau misalnya dengan
menggunakan Crotalaria juncea ditanam 4 hingga 6 bulan sebelum tanah
ditanami padi ladang. Pupuk hijau ini ditanam berbaris dengan jarak antar barisan
sekitar 90 hingga 120 cm. Pupuk kandang dan kompos diberikan dengan
pengolahan tanah karena pupuk tersebut lama hancurnya. Kebutuhan pupuk
kandang atau kompos sekitar 15 hingga 20 ton setiap hektar. Pupuk organik
(pupuk buatan) pada umumnya diberikan dengan dosis 60 sampai 90 kg N, 30 kg
P2O5 dan 30 kg K2O per hektar.
Untuk padi sawah, pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu
sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang
dianjurkan Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha. Pupuk Urea

9
Universitas Sumatera Utara

diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea
disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum
tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu
pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai (Anonimous, 2016).

5) Penyulaman
Sejak tanaman berumur seminggu sampai umur tiga minggu tanaman padi ladang
masih boleh disulam, sedangkan padi sawah paling lama 2 minggu untuk
melakukan penyulaman.
6) Penyiangan
Penyiangan atau pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan cara mekanis atau
dengan cara kimiawi. Penyiangan pertama dilakukan pada waktu tanaman
berumur tiga sampai empat minggu. Setelah penyiangan pada padi ladang, tanah
disekeliling tanaman padi dibumbun (didangir) atau dihancurkan sedikit agar
pembuangan air lebih mudah. Penyiangan kedua pada saat tanaman berumur 60
hari. Tanah di sela-sela tanaman dicangkul supaya renggang dan gembur.
7)

Panen

Untuk jenis-jenis yang mudah rontok, panen dilakukan pada stadia masak kuning
yaitu apabila seluruh pertanaman nampak kuning, kecuali buku-buku sebelah atas
yang masih hijau. Isi gabah sudah mengeras tetapi bila dipijit dengan tangan isi
gabah mudah pecah. Sedangkan untuk jenis-jenis yang tidak mudah rontok, panen
dilakukan pada


stadia

masak penuh. Cara

mengetam,

menggabahkan,

mengeringkan dan mengolahnya selanjutnya sama dengan cara-cara pada padi
sawah.

10
Universitas Sumatera Utara

Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan
dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar

(Anonimous, 2016).
8)

Pasca Panen

Tahap-tahap dalam pasca panen untuk budidaya padi adalah sebagai berikut :
a) Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak
(±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1
hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin
perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis
hanya memerlukan 7-8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
b) Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower
manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
c) Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %.
Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin
pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.
d) Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari
beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat
penggilingan beras atau huller (Anonimous, 2016).


11
Universitas Sumatera Utara

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Produksi
Ditinjau dari pengertian teknis, maka produksi merupakan suatu proses
pendayagunaan dari sumber-sumber yang telah tersedia sehingga dapat
mewujudkan suatu hasil yang optimal, baik secara kualitas dan kuantitas sehingga
menjadi suatu komoditi yang dapat diperdagangkan (Assauri, 2004).
Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor
produksi yang disebut dengan masukan atau input. Disebut faktor produksi karena
adanya sifat mutlak agar produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.
Suatu fungsi produksi menggambarkan semua metode produksi yang efisien
secara teknis dalam arti menggunakan kuantitas faktor produksi yang minimal.
Metode produksi yang boros tidak diperhitungkan dalam fungsi produksi. Metode
produksi adalah suatu kombinasi dari faktor-faktor produksi yang dibutuhkan
untuk memproduksi satu satuan produk (Sudarsono, 1995)
Untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan cara (Soekartawi, 1990) :
a. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
b. Menambah beberapa input
Produk marginal adalah tambahan produksi yang diperoleh sebagai akibat dari
adanya penambahan kuantitas faktor produksi yang dipergunakan. Produk
marginal dapat berada pada posisi law of diminishing return yaitu penurunan
tingkat penambahan hasil karena adanya penambahan input variabel. Dan posisi
law of increasing return, yaitu hukum pertambahan hasil produksi yang semakin

12
Universitas Sumatera Utara

besar. Semakin banyak faktor produksi yang dipakai produksinya semakin
meningkat (Sudarsono, 1995).
Soekartawi, dkk (2011) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan
antara faktor produksi (input) dan produksi (output). Variabel Y digambarkan
sebagai hasil produksi dan variabel Xi adalah masukan i, maka besarnya Y
dipengaruhi oleh besarnya X1, X2, X3, ..., Xm yang digunakan pada fungsi tersebut.
Secara matematis, hubungan Y dan X dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, ..........., Xm)
Keterangan :
Y = produksi/output
X1, X2, X3, ..., Xm = faktor produksi/input
Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah tambahan hasil
yang semakin berkurang (law of diminishing returns) untuk semua variabel X.
Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan
produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut
(Soekartawi, 1986).
Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena
faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian,
untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan
komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship.
Secara parsial dapat diketahui dengan analisis regresi linear berganda. Analisis
regresi linear berganda adalah salah satu persamaan yang melibatkan dua atau
lebih variabel (variabel terikat dan variabel bebas), dimana variabel terikat adalah

13
Universitas Sumatera Utara

pendapatan dan variabel bebas adalah biaya sarana produksi (benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja dan luas lahan).
Salah satu model fungsi produksi yang digunakan dalam analisis usahatani adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi
Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau
lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan
variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X). Variabel yang
dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa
input. Kesulitan yang umum dijumpai dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas
adalah spesifikasi variabel yang keliru, kesalahan pengukuran variabel, bias
terhadap variabel manajemen, dan masalah multikolinieritas yang sulit
dihindarkan.
Dari persamaan matematis fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah dirumuskan,
kemudian fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam bentuk linear
logaritma untuk memudahkan pendugaaan terhadap fungsi produksi tersebut,
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 ... + bn ln Xn + u
Keterangan :
Y

= variabel yang dijelaskan

X

= variabel yang menjelaskan

b0, bi = besaran yang akan diduga
u

= kesalahan (disturbance term)

14
Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Teori Pendapatan Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan
dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa lahan dan alam sekitarnya
sebagai

modal

sehingga

memberikan

manfaat

yang

sebaik-baiknya

(Suratiyah, 2008).
Definisi dari penerimaan, pendapatan, dan lain-lain (Suratiyah, 2008), adalah
sebagai berikut:
1. Penerimaan didefinisikan sebagai seluruh pendapatan yang diperoleh dari
usahatani selama satu periode yang diperhitungkan dari hasil penjualan.
2. Biaya alat-alat luar adalah semua korbanan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan penerimaan kecuali upah tenaga kerja keluarga, bunga seluruh
aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri. Dengan
kata lain biaya-biaya tersebut meliputi biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar,
biaya PBB, iuran air, dan penyusutan alat.
3. Pendapatan petani adalah penerimaan (pendapatan kotor) dikurangi biaya alatalat luar dan bunga modal luar.
Penerimaan merupakan hasil kali dari total produksi dan harga jual satuan produk.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat diturunkan rumus sebagai berikut:
TR = Q . Pq
Keterangan:
TR = Total revenue/total penerimaan (Rp)
Q = Quantity/jumlah produksi (kg)
Pq = Price of quantity/harga produk (Rp)

15
Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat mengetahui besarnya pendapatan petani, maka kita juga harus
mengetahui besarnya penerimaan dan total biaya. Total biaya merupakan hasil
penjumlahan dari segala jenis biaya produksi, salah satunya adalah biaya
penyusutan.
Cara menghitung biaya penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis
lurus (stright line method) dengan rumus (Soekartawi, 1991) :

Penyusutan (Rp) =

�� �� �� � ��� − � �� � �
� � �� �� � �

x Jumlah barang

Petani dalam memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani harus
mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah,
menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan
mengatur skala produksi yang efisien (Suratiyah, 2008).
Pendapatan petani diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan
total biaya, dengan rumus:
Pd = TR - TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan petani (Rp)
TR = Total revenue/total penerimaan (Rp)
TC = Total cost/total biaya (Rp)
Untuk melihat kelayakan usahatani padi dapat memperhitungkan R/C Ratio yaitu
sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat
dituliskan sebagai berikut.

16
Universitas Sumatera Utara

Ratio Penerimaan dan Biaya = R/C
Dimana :
R = Penerimaan Usahatani (Revenue) (Rp)
C = Biaya Usahatani (Cost) (Rp)
Kriteria :
Jika R/C > 1, maka usahatani kedelai layak untuk dilaksanakan
Jika R/C = 1, maka usahatani kedelai layak impas
Jika R/C < 1, maka usahatani kedelai tidak layak untuk dilaksanakan
2.2.3. Teori Produktivitas
Menurut

Husein

Umar

(1999)

produktivitas

mengandung arti

sebagai

perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya
yang digunakan (input).
Sedangkan menurut Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo (1998) produktivitas adalah
suatu konsep yang menggambarkan hubungan antar hasil (jumlah barang dan jasa
yang diproduksi) dengan sumber (tenaga kerja, bahan baku, modal, energy, dan
lain-lain) yang dipakai untuk menghasilkan barang tersebut.
Menurut Supriyono (1994), suatu produktivitas dapat dikatakan meningkat jika
dapat menghasilkan lebih banyak produk dalam waktu yang sama, atau dapat
menghasilkan produk dengan jumlah yang sama dalam jangka waktu yang
singkat. Dari pernyataan tersebut, terdapat dua cara meningkatkan produktivitas
yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan jumlah yang dihasilkan, 2) Mengurangi
waktu yang dibutuhkan.

17
Universitas Sumatera Utara

Produktivitas digunakan sebagai pengukur seberapa baik sumber daya yang
digunakan di dalam sebuah usahatani. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
diturunkan rumus sebagai berikut:


� �� ��

/ℎ� =

Jumlah produksi yang dihasilkan ton
Luas lahan ha

2.3. Kerangka Pemikiran
Dalam usahatani padi ladang dan padi sawah memerlukan input untuk melakukan
kegiatan usahatani tersebut, dimana input tersebut adalah sebagai berikut pupuk,
benih, pestisida, tenaga kerja, dan luas lahan.
Dengan adanya input tersebut, maka petani padi ladang dan padi sawah dapat
melakukan kegiatan produksi. Oleh karena itu, akan dilakukan analisis pengaruh
benih, pupuk dan pestisida terhadap produksi usahatani padi ladang dan padi
sawah.
Setelah melakukan kegiatan produksi, petani padi ladang dan padi sawah akan
memperoleh pendapatan yaitu dari penerimaan dikurang dengan total biaya dalam
usahatani. Pendapatan petani pada usahatani padi ladang dan padi sawah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pupuk, benih, pestisida dan tenaga kerja.
Dengan kegiatan produksi padi ladang dan padi sawah yang berbeda, maka akan
dilakukan analisis perbedaan pendapatan dan produktivitas antara padi ladang dan
padi sawah.

18
Universitas Sumatera Utara

penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan
atau usahatani dikatakan menguntungkan.
- Pupuk
- Benih
- Pestisida
Sumatera Utara merupakan salah
satu pusat perkebunan di Indonesia sehingga
- Tenaga Kerja
Padi Sawah
Padi Ladang
sektor perkebunan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sumatera Utara. Komoditi basik perkebunan yang paling penting dari
Analisis Faktor yang
Sumatera Utara saat ini antara
lain salah satunya
adalah kakao. Provinsi Sumatera
Mempengaruhi
Produksi
dan Pendapatan Usahatani
UtaraProduksi
merupakan salah satu provinsi sentra produksi kakao di Indonesia,
sehingga
Produksi
Padi Ladang
Padi Sawah
Analisis Perbedaan
Pendapatan dan
Produktivitas Antara
Padi Ladang dan
Padi Sawah
Pendapatan
Pendapatan
Padi Sawah
Padi Ladang
Keterangan :
= menyatakan alur

Gambar 1. Skema Kerangka

2.4. Penelitian Terdahulu
Hendri Metro Purba (2011) dengan judul Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Cabang Usahatani Padi Ladang di Kabupaten
Karawang, dimana rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Mengapa
produktivitas padi ladang lebih rendah daripada padi sawah digunakan analisis
pendapatan usahatani, 2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas padi
ladang digunakan Analisis Regresi dengan hasil penelitian 1) Pendapatan atas
biaya tunai adalah Rp.1.104.326,- sedangkan pendapatan atas biaya total adalah
Rp.-520.854,- Kemudian dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya
(analisis R/C ratio) diperoleh nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 0.76 (lebih

19
Universitas Sumatera Utara

kecil dari satu) sehingga dapat disimpulkan bahwa cabang usahatani padi ladang
di Desa Wanajaya tidak menguntungkan bagi petani, 2) Faktor-faktor produksi
yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi ladang adalah tenaga kerja luar
keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga, sedangkan faktor pupuk, benih dan
pestisida tidak berpengaruh nyata.

Hasman Hasyim (2014) dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi Padi Sawah (Studi di Desa Medang, Kecamatan Medang Deras), dimana
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi sawah digunakan analisis regresi linear berganda
dengan hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor produksi bibit, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi
padi sawah, tetapi secara parsial hanya pestisida yang berpengaruh nyata terhadap
produksi padi sawah.
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini ialah:
1. Ada perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi ladang dengan
usahatani padi sawah di Kabupaten Asahan.
2. Sarana produksi pertanian benih, pupuk dan pestisida berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani padi ladang dan padi sawah di Kabupaten
Asahan.
3. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi ladang
dan padi sawah adalah biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan sewa
lahan/pajak lahan.

20
Universitas Sumatera Utara