Potensi Situs Di Kecamatan Sianjur Mula- mula Kabupaten Samosir dalam mendukung Industry Pariwisata (1995- 2010)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang
memiliki aneka ragam suku, adat istiadat dan warisan budaya yang berbeda beda.Warisan
budaya yang masih dilestarikan merupakan peninggalan sejarah yang bernilai tinggi. Provinsi
Sumatera Utara terdiri dari beberapa kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Samosir.
Samosir sebagai suatu pulau besar dikelilingi Danau Toba yang secara administratif masuk
dalam wilayah Kabupaten Samosir1yang masih kental dengan istilah adat dan budaya dan masih
identik dengan tempat sejarah atau biasa disebut dengan Situs.
Situs adalah suatu lokasi peninggalan sejarah sebagai hasil kegiatan dimasa lampau atau
lokasi ditemukannya sisa- sisa sebuah peristiwa sejarah, berupa daerah- daerah yang
mengandung sebuah nilai penting bagi sejarah berupa kehidupan dan peristiwa di masa lampau
serta ditemukannya berbagai peninggalan dari jejak sebuah kehidupan masa lampau atau sebuah
peristiwa yang bersejarah. Adapun peninggalan sejarah menurut UU RI Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya adalah:
Pasal 1: Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya,
bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di
darat dan/ atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/ atau kebudayaan melalui proses penetapan.


1

Ketut Wiradnyana dan Lucas Partanda Koestoro,Situs dan Objek Arkeologi di Kabupaten Samosir
provinsi Sumatera Utara,Medan: Balai Arkeologi Medan, 2005, hlm 4.

1
Universitas Sumatera Utara

Pasal 2: Benda cagar budaya adalah benda alam dan/ atau benda buatan manusia, baik bergerak
maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, dengan bagian- bagiannya, dan atau
sisa- sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan
manusia.2
Situs sejarah yang berada di wilayah Kabupaten Samosir sudah banyak dijadikan sebagai
objek wisata budaya dan salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir yang memiliki situs dan
dijadikan sebagai objek wisata adalah Kecamatan Sianjur Mula-Mula.
Kecamatan Sianjur Mula-mula berada di bagian barat Pulau Samosir dengan Ibu kotanya
adalah Desa Ginolat.Kecamatan Sianjur Mula-mula memiliki 11 desa yaitu Desa Boho, Desa
Aek Sipitu Dai, Desa Singkam, Desa Sari Marihit, Desa Sianjur Mulamula, Desa Ginolat, Desa
Huta Ginjang, Desa Siboro, Desa Huta Gurgur, Desa Bonan Dolok, dan Desa Hasinggaan. pada
tahun 2005, jumlah penduduk seluruhnya tercatat sebanyak 11098 jiwa yang terdiri laki- laki

sebanyak 5488 jiwa (49,5%) dan perempuan sebanyak 5610 jiwa (50,5%) dengan jumlah
keluarga sebanyak 2598 Kepala Keluarga.3.
Sianjur Mula-mula merupakan daerah perkampungan asli si Raja Batak yang memiliki
nilai historis yang sangat tinggi sehingga menjadikan daerah ini sangat penting bagi orang Batak
secara keseluruhan. Nilai tersebut sangat kuat dalam mitologi penciptaan menurut Religi Batak
yang selalu menjadi rujukan untuk memahami masyarakat Batak secara keseluruhan. Kecamatan
Sianjur Mula-mula dominan dihuni oleh masyarakat Batak Toba. Masyarakatnya masih
memegang teguh adat istiadat dan kebudayaaan.

Janter Klinton Sihombing, “Situs dan Peninggalan Sejarah Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli
Utara (Skripsi)”, Medan: Universitas Negeri Medan, 2016, hlm 6.
3
http://dunia-batak.blogspot.co.id/2015/01religi-batak-toba-berawal-dari-desa.httml (diakses tanggal 05
Januari 2016).
2

2
Universitas Sumatera Utara

Pariwisata


adalah

sektor

penting

setiap

negara,

segala

peradaban

dan

budaya.Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan
pola, bentuk dan sifat kegiatan.4 Objek wisata yang dapat dijadikan sebagai modal tersebut perlu
ditata dan dipelihara lingkungannya dan Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam

mengembangkan pariwisata sehingga di harapkan mampu mengundang wisatawan untuk
mengunjunginya. Di dalam Kecamatan Sianjur Mula-mula, ada beberapa situs yang bisa
dikunjungi dan telah dijadikan sebagai objek wisata budaya dan memiliki potensi yang sangat
luar biasa yang dapat digunakan untuk mendukung industry pariwisata.
Potensi adalah suatu kemampuan, kesanggupan, kekuatan ataupun daya yang mempunyai
kemungkinan untuk dapat dikembangkan lagi menjadi bentuk yang lebih besar. Menurut Sri
Habsari potensi adalah kemampuan maupun kekuatan pada diri yang dapat ditingkatkan dan
dikembangkan menjadi lebih baik dengan sarana dan prasarana yang tepat dan baik. Potensi yang
sudah dikembangkan dengan baik akan membuahkan prestasi dan keuntungan. Potensi wisata
adalah segala bentuk macam sumber daya yang terdapat disuatu daerah tertentu yang dapat
diramu dan dikembangkan menjadi suatu aneka atraksi wisata.5
Potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula berkaitan dengan legenda asal usul orang
Toba dan warisan budaya masyarakat Batak Toba dan potensi tersebut dapat dijadikan sebagai
modal bagi pengembangan di sektor pariwisata. Beberapa situs sejarah yang ada di wilayah
kecamatan Sianjur Mula-mula adalah Pemandian Aek Sipitu Dai, Rumah Parsaktian (Sopo) Guru
Tatea Bulan, Batu Hobon dan Batu Sawan.6

4

Oka A Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa, 1983, hlm 23.

Http:// adykenzie. Blogspot.co.id.httml ( diakses pada tanggal 12 Agustus 2016).
6
Ketut Wiradnyana dan Lucas Partanda Koestoro, loc.cit.

5

3
Universitas Sumatera Utara

Situs Pemandian Aek Sipitu Dai adalah sumber air alam yang mengalir dari pegunungan
Pusuk Buhit dan merupakan sumber air bersih yang dari tahun ke tahun dengan segala bentuk
cuaca tidak pernah mengalami perubahan debit air. Situs ini terletak di Desa Aek Sipitu Dai,
yang penduduknya umumnya bermarga Limbong.Situs ini di bagi atas dua ruangan yang
digunakan untuk mencuci dan mandi oleh masyarakat Desa Aek Sipitu Dai.Pemandian Aek
Sipitu Dai ini juga memiliki tujuh rasa dimana ke tujuh mata air ini mengalir dari patung-patung
yang berbentuk bidadari dan patung pemuda Batak yang memegang bambu. 7
Rumah Parsaktian (Sopo) Guru Tatea Bulan berada Desa Sarimarrihit dan dibangun oleh
Dewan Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatae Bulan.Di dalam bangunan terdapat
sejumlah patung ketururan Raja Batak dengan beberapa patung kendaraan Si Raja Batak dan
pengawalnya. Kendaraan itu antara lain naga, gajah, singa, harimau dan kuda.

Batu Hobon juga berada di Desa Sari Marrihit dan letaknya tidak jauh dari lokasi Rumah
Parsaktian (Sopo) Guru Tatea Bulan.Batu ini memiliki ukuran yang besar, memiliki penutup.
Batu ini juga dipercayai sebagai tempat penyimpanan harta karun si Raja Batak. Namun, belum
ada yang dapat membongkar batu tersebut.
Batu sawan adalah salah satu situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula yang lebih banyak
dikunjungi oleh wisatawan terutama masyarakat Samosir diperantauan.Wisatawan menganggap
bahwa situs ini sebagai objek wisata yang masih dianggap suci dan tempat ini sering digunakan
sebagai tempat ritual untuk berdoa.8

7
8

Ibid., hlml 4.
Ibid., hlm 7.

4
Universitas Sumatera Utara

Keempat situsdi atas memiliki potensi yang berbeda dan keunikan masingmasing.Namun, potensi situs yang telah dijadikan sebagai objek wisata belum sepenuhnya
diketahui oleh para wisatawan. Situs tersebut telah dikelola Pemerintah dengan baik dengan cara

melakukan berbagai upaya penataan dan pengembangan wisata seni dan budaya, promosi dan
sosialisasi kepada masyarakat luas serta menetapkan peraturan daerah tentang pengutipan
retribusi memasuki tempatwisata,9 tetapi pengelolaan ini masih kurang optimal. Belum semua
cara tersebut berjalan dengan baik karena kurangnya kerja sama antara masyarakat dan
pemerintah sehingga wisatawan untuk mengunjungi situs tersebut tidak meningkat dan
mengakibatkan situs tersebut tidak mendukung industri pariwisata di Kecamatan Sianjur Mulamula.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana
potensisitus di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mendukung industri periwisata sehingga
penulis memilih judul “Potensi Situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula Kabupaten Samosir
Dalam Mendukung Industri Pariwisata (1995-2010)”.Penulis memilih tahun 1995 adalah karena
pada tahun ini adalah awal diresmikannya situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula dan penulis
membatasi hingga tahun 2010 karena pada tahun ini, wisatawan yang berkunjung ke daerah
objek wisata Kabupaten Samosir termasuk ke Situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai
Objek Wisata Budaya mengalami peningkatan yang sangat drastis setelah Kabupaten Samosir
mengalami pemekaran pada tahun 2003.

Yulia Theresia Sinaga, “Peranan Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Dalam Meningkatkan Retribusi
Daerah Kabupaten Samosir (Studi Pada Dinas Parisiwata, Seni Dan Budaya Kabupaten Samosir) (skripsi)”,
Medan : Universitas Sumatera Utara, 2010, hlm 24.
9


5
Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula?
2. Bagaimana kebijakan Dinas Pariwisata dalam mengelola situs di Kecamatan Sianjur
Mula-mula dalam mendukung industri pariwisata?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menjelaskan potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula.
2. Untuk menjelaskan kebijakan Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir dalam mengelola
situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam mendukung industri pariwisata.
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada pembaca ataupun peneliti baru tentang potensi dari situs
yang telah dijadikan sebagai objek wisata di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam
mendukung industri pariwisata.

2. Menambah pengetahuan dan informasi yang baru dalam penelitian serta memberikan
literatur yang berguna terhadap dunia akademik, terutama dalam Ilmu sejarah guna
membuka ruang penulisan sejarah berikutnya.
3. Untuk memberikan penjelasan bagi masyarakat umum bahwa objek wisata dalam suatu
daerah tidak hanya dari objek wisata alam saja, namun dari situs yang ada di dalam
6
Universitas Sumatera Utara

daerah tersebut dan situs yang memiliki potensi besar dapat dikelola untuk mendukung
industri pariwisata..
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan buku-buku sebagai bahan telaah
studi pustaka.Adapun buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang di harapkan dapat
mendukung penulis terhadap penelitian ini. Adapun buku-buku yang menjadi referensi yang
penulis pakai dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
Chainur Arrasjid (1972) dalam Pengantar Ke Anthropologi Budaya Indonesia,
menjelaskan bahwa di setiap huta atau desa di suku bangsa batak di huni oleh dua golongan
marga yaitu marga Tanah dan Parripe.10Buku ini penulis gunakan sebagai refrensi untuk
memahami bahwa di setiap desa ada dua golongan marga seperti halnya di Kecamatan Sianjur
Mula-mula,dimana marga tanah yaitu marga Limbong dan Sagala sedangkan marga parripe

adalah marga Simbolon, Purba, Naibaho, Sinaga, dan lain-lain.
Ketut Wiradnyana dan Lucas Pertanda Koestoro (2005) dalam “Situs dan Objek
Arkeologi di Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara mengatakan budaya Samosir
sekarang secara umum dapat dikatakan satu kesatuan dengan budaya masayarakat Batak Toba.
Masyarakat yang mendiami daerah sekitar danau Toba ini memiliki dialek dan sistem
kekerabatan yang sama, perbedaan yang ada hanya pada hal-hal detil yang merupakan ciri
lokal.Buku ini penulis gunakan sebagai referensi untuk memahami budaya masyarakat memiliki
persamaan dan perbedaan walaupun dalam satu suku bangsa.

10

Marga Tanah adalah Marga asli yang mendiami wilayah tersebut dan biasaya memiliki tanah sendiri,
sedangkan marga Parripe adalah Marga pendatang ke daerah tersebut yang tidak memiliki tanah di wilayah
tersebut.

7
Universitas Sumatera Utara

Windah Situmorang (2014) dalam “Aek Sipitu Dai ( Air Tujuh Rasa) Sebagai Objek
Wisata Di Kecamatan Sianjur Mula-mula, (skripsi)”menjelaskan bahwa keberadaan Aek Sipitu

Dai sebagai objek wisata di Kecamatan Sianjur Mula- mula berperan penting dalam menjelaskan
asal usul peradaban suku Batak. Buku ini membantu penulis memahami bahwa wisatawan yang
berkunjung ke objek wisata ini bukan hanya untuk berwisata saja melainkan untuk mengetahui
asal usul suku Batak.
Yulia Theresia Sinaga (2010) dalam Peranan Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Dalam
Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir (Studi Pada Dinas Parisiwata, Seni Dan
Budaya Kabupaten Samosir) (skripsi), menjelaskan bahwa Kabupaten Samosir adalah daerah
tujuan wisata yang kaya akan potensi wisata alam dan budaya yang menjadi sektor unggulan
dalam meningkatkan pendapatan daerah. Buku ini membantu penulis memahami bahwa situs di
Kecamatan Sianjur Mula-mula juga dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata yang dapat
membantu pendapatan daerah melalui industri pariwisata.
1.5 Metode Penelitian
Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan kedalam historiografi,
maka harus mengggunakan metode sejarah.Metode sejarah yang dimaksudkan untuk
menceritakan kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai.
Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa
lampau.11 Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan kedalam historiografi,
maka harus mengggunakan metode sejarah.Metode sejarah yang dimaksudkan untuk
menceritakan kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai.
11

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm 32.

8
Universitas Sumatera Utara

Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa
lampau.Dalam metode sejarah,ada 4 tahapan yaitu:
1. Heuristik, yaitu proses mengumpulkan dan menemukan sumber. Sumber yang dikumpulkan
penulis terkait dengan Situs Sejarah sebagai objek wisata yang ada di Kecamatan Sianjur
Mula-mula terkhusus situs Pemandian Aek Sipitu Dai, Batu Hobon, Rumah Parsaktian Guru
dan Tatea Bulan. Penulis mengumpulkan data ini dengan cara studi kepustakaan dan studi
lapangan. Studi kepustakaan yaitu ke Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Kantor
Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, Perpustakaan USU dan Perpustakaan Unimed.
Dari Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir penulis memperoleh buku- buku tentang
Objek Wisata di Kabupaten Samosir termasuk situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula, fotofoto situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula dan data jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Objek wisata di Kabupaten Samosir termasuk situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Dari
Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, penulis memperoleh data jumlah penduduk
dan jumlah sarana umum di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Dari Perpustakaan USU dan
Perpustakaan Unimed penulis memperoleh data dari skripsi- skripsi yang berkaitan dengan
Potensi situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Dalam studi lapangan peneliti telah
melakukan wawancara dengan informan yang mengetahui segala sesuatu yang berhubungan
mengenai Situs Sejarah sebagai objek wisata yang ada di Kecamatan Sianjur Mula-mula
yaitu situs Pemandian Aek Sipitu Dai, Batu Hobon,dan Rumah Parsaktian Guru Tatea Bulan.
Penulis mewawancarai pihak Dinas Pariwisata bagian Pengembangan Fisik Objek Wisata
Kabupaten Samosir, bagian Promosi Dinas
Humas Dinas

Pariwisata Kabupaten Samosir dan bagian

Pariwisata Kabupaten Samosir. Penulis mendapat informasi tentang

pengelolaan situs di Kecamatan Sianjur Mula-mula termasuk hambatan- hambatan yang
9
Universitas Sumatera Utara

dihadapi. Penulis juga mewawancarai pemilik lahan dari lokasi situs di Kecamatan Sianjur
Mula- mula dan penulis mendapat informasi tentang sejarah, deskripsi dan pengelolaan situs
di Kecamatan Sianjur Mula- mula. Penulis juga mewawancarai wisatawan yang pernah
berkunjung ke situs di Kecamatan Sianjur Mula- mula dan penulis mendapat informasi
bagaimana tanggapan/ respon setelah mengunjungi situs.
2. Kritik, merupakan tahap kedua yang penulis lakukan dalam metode sejarah yaitu penulis
telah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang diinginkan sebagai bahan penulisan
sejarah. Ada 2 kritik yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu, kritik intern dan kritik ekstern.
Kritik intern bertujuan untuk memperoleh fakta yang jelas dengan cara yang jelas dengan
cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan kritik eksten digunakan
penulis untuk memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya sumber
tersebut.
3. Interpretasi, yaitu tahap dimana peneliti telah menguhubungkan data- data yang di dapat di
lapangan, kemudian menganalisa agar menjadi sebuah data yang objektif.
4. Historiografi, yaitu tahap akhir yang penulis lakukan dalam metode sejarah. Dalam tahap ini
peneliti telah menuliskan hasil penelitian secara kronologis dan sistematis yaitu Potensi Situs
di Kecamatan Sianjur Mula-mula dalam Mendukung Industri Pariwisata.

10
Universitas Sumatera Utara