Potensi Situs Di Kecamatan Sianjur Mula- mula Kabupaten Samosir dalam mendukung Industry Pariwisata (1995- 2010)

BAB II
DESKRIPSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA
Pada bab ini, penulis akan membicarakan tentang Situs- situs yang ada di Kecamatan
Sianjur Mula- mula berupa deskripsi dari situs tersebut dan membahas tentang Gambaran Umum
Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai lokasi/ daerah letak Situs- situs tersebut.
2.1 Gambaran Umum Kecamatan Sianjur Mula- mula
Dalam bagian ini, penulis akan membicarakan tentang kondisi Kecamatan Sianjur Mulamula sebagai daerah penelitian. Yang dibahas dalam sub bab ini adalah bagaimana letak
geografis dan kondisi alam, penduduk, sarana pelayanan umum Kecamatan Sianjur Mula- mula
yang terdiri dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana transportasi, sarana ibadah.
2.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam
Kecamatan Sianjur Mula- mula adalah salah satu kecamatan dari 9 kecamatan yang
terletak di Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara dengan Ibu kota Desa Ginolat.
Dikatakan sebagai Sianjur Mula- mula adalah karena arti dari mula- mula yaitu pertama, artinya
daerah ini merupakan daerah yang diakui sebagai kampung pertama orang Batak (Siraja Batak).
Letak geografisnya berada pada 02’30’-2’45’ LU dan 98’30’-98’45’ BT dan jarak Kantor Camat
ke Kantor Bupati Samosir sekitar 19,5 km.12
Batas- batas wilayah dari Kecamatan ini adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara: Kabupaten Dairi

12


Eka Budianta, Buku Legenda Destinasi Wisata Samosir, Jakarta: Badan Pelestaraian Pusaka Indonesia,
2011, hlm 132.

11
Universitas Sumatera Utara

b. Sebelah Barat: Kecamatan Harian dan Kabupaten Dairi
c. Sebelah Timur: Kecamatan Pangururan
d. Sebelah Selatan: Kecamatan Harian
Kecamatan Sianjur Mula- mula berada di ketinggian 700-1700 meter dari permukaan laut
dengan luas wilayahnya 140,24 km2 dan merupakan daerah yang berbukit- bukit.13dan memiliki
pemandangan yang begitu luar biasa sehingga menjadi salah satu tujuan wisata.
2.1.2 Penduduk
Penduduk merupakan dasar pembangunan suatu daerah dimana perkembangan dan
pertumbuhan suatu penduduk mengharuskan adanya suatu pembangunan yang lebih maju.
Penduduk juga merupakan salah satu komponen pembangunan yang memiliki dua sisi yang
sangat penting, di suatu sisi sebagai pembangunan dan di sisi lain sebagai objek pembangunan
berupa peningktan mutu dayanya.
Pada tahun 1995, Kecamatan Sianjur Mula- mula berada pada wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara dengan jumlah penduduk sebanyak 11452 jiwa; jumlah laki-laki sebanyak 5664, dan

jumlah perempuan sebanayak 5788.Kepadatan jiwa / km2 di Kecamatan ini adalah 82. Angka
pada tahun ini juga menyatakan bahwa masyarakat di Kecamatan ini memeluk 3 agama yaitu
agama Protestan sebanyak 6157, Khatolik sebanyak 4857 dan Islam sebanyak 355
jiwa.14Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penduduk seluruhnya tercatat sebanyak 11098 jiwa

13

Ketut Wiradynyana dan Lucas Partanda Koestoro, Laporan Penelitian Arkeologi Pengembangan Data
Base Sistem Informasi Sejarah Purbakala” Menyusuri Jejak Peradaban Masa Lalu Di Pulau Samosir, Medan:
Balai Arkeologi Medan: 2013, hlm 11.
14
J. Purba Tambak, Tapanuli Utara Dalam Angka 1995, Tarutung: Kantor Statistik Kabupaten Tapanuli
Utara, 1995, hlml 42.

12
Universitas Sumatera Utara

yang terdiri laki- laki sebanyak 5488 jiwa (49,5%) dan perempuan sebanyak 5610 jiwa (50,5%)
dengan jumlah keluarga sebanyak 2598 Kepala Keluarga.
Kecamatan Sianjur Mula- mula dibagi atas 11 desa yakni:

1. Desa Boho
2. Desa Aek Sipitu Dai
3. Desa Singkam,
4. Desa Sari Marihit,
5. Desa Sianjur Mulamula,
6. Desa Ginolat,
7. Desa Huta Ginjang,
8. Desa Siboro,
9. Desa Huta Gurgur,
10. Desa Bonan Dolok, dan
11. Desa Hasinggaan.

13
Universitas Sumatera Utara

Tabel I
Gambaran Jumlah Penduduk di Kecamatan Sianjur Mula- mula Menurut Desa Tahun
2009
No Desa


Jumlah Penduduk

Presentase

1

Boho

1127

10,2

2

Aek Sipitu Dai

1464

13,2


3

Singkam

680

6,1

4

Sari Marrihit

976

8,8

5

Sianjur Mula- mula


686

6,2

6

Ginolat

1022

9,2

7

Huta Ginjang

603

5,4


8

Siboro

1239

11,2

9

Huta Gurgur

791

7,1

10

Bonan Dolok


919

8,3

11

Hasinggaan

1591

14,3

Jumlah

11098

100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009
Masyarakat di Kecamatan Sianjur Mula- mula di dominasi oleh Batak Toba, dimana menarik

garis keturunan secara patrilinear seperti pelaksanaan adat sebagian besar di dalam keluarga lakilaki, dan anak laki-laki dispesialkan pada umumnya. Sistem kekerabatan pada masyarakat di
Kecamatan ini mengenal sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yang dikenal dengan istilah

14
Universitas Sumatera Utara

Dalihan Natolu yang arti secara harafiah adalah tungku Nan Tiga yaitu tiang tempat
memasak.Dalihan natolu terdiri dari tiga unsure yaitu Hula- hula, Boru dan Dongan Tubu.
1. Kelompok hula- hula adalah kelompok pemberi istri yang dalam kehidupan masyarakat
hula- hula memiliki status yang paling tinggi dan dihormati.
2. Kelompok boru adalah perempuan dari golongan dongan sahuta termasuk suami dan
keluarga semarga suaminya. Boru juga disebut kelompok penerima istri.
3. Kelompok dongan tubu adalah smua kaum laki- laki yang semarga atau sepihak dalam
hubungan Bapak yang berasal dari satu nenek moyang.
Dalam hubungan sosialnya digambarkan dengan “ somba marhula-hula, elek marboru dohot
manat mardongan tubu dan ketiga unsur ini sekaligus menjadi dasar struktur kekerabatan dalam
masyarakat Batak Toba dan tidak akan berarti jika berdiri sendiri dan harus kerja sama satu
dengan yang lainnya. Selain itu, nilai kekeluargaan ataupun kepedulian masih terlihat dalam
kehidupan masyarakat Kecamatan Sianjur Mula- mula walaupun masyarakat tidak terlepas dari
masalah adat dan konflik lainnya.Hal tersebut terlihat jika ada kemalangan, seperti melayat,

pesta adat pernikahan dan kematian.Semua ikut ambil bagian dari segi partisipasi kelangsungan
adat seperti marhobas, penyerahan ulos, dan memberikan tumpak (uang). Kegiatan sosial lain
yang tampak adalah musyawarah dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam masyarakat.
Musyawarah juga dapat dilihat pada waktu atau menyelesaikan pesta adat yang biasanya disebut
dengan Martonggo Raja, yaitu untuk membicarakan persiapan pesta.15
Marga merupakan lambang identitas keturunan yang berfungsi untuk menentukan tarombo
atau silsilah keluarga bagi masyarakat Batak Toba dalam kehidupan sehari- hari. Identitas

15

Wawancara, Op. Palti Sagala, warga Desa Aek Sipitu Dai, tanggal 28 Maret 2017.

15
Universitas Sumatera Utara

seseorang dapat diketahui dengan menyebutkan marga, dan dengan mudah masyarakat akan
mengetahui posisinya di dalam hubungan sosial dengan orang lain baik laki- laki maupun
perempuan. Laki- laki dan perempuan yang semarga tidak boleh saling menikah.Di setiap huta
atau desa di suku bangsa batak di huni oleh dua golongan marga yaitu marga Tanah dan
Parripe.Marga Tanah adalah Marga asli yang mendiami wilayah tersebut dan biasaya memiliki

tanah sendiri, sedangkan marga Parripe adalah Marga pendatang ke daerah tersebut yang tidak
memiliki tanah di wilayah tersebut.16 Seperti halnya di Kecamatan Sianjur Mula- mula, dimana
marga tanah adalah marga Limbong, Siboro dan Sagala, sedangkan marga parripe adalah marga
Naibaho, Simbolon, Purba, Sinaga, Napitupulu dan lain- lain. Marga parripe ini muncul di
Kecamatan Sianjur Mula- mula kerena adanya hubungan perkawinan dengan marga tanah,
ataupun sedang bekerja di wilayah Kecamatan baik sebagai Pegawai Negeri maupun sebagai
Pegawai Swasta.17
Pada umumnya, untuk melangsungkan kehidupannya, masyarakat yang tinggal di desa
memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari- hari
terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungaan. Hampir 80% masyarakat di
Kecamatan Sianjur Mula- mula berprofesi sebagai petani dan kehidupan bertani ini sudah
dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat setempat sehingga dominannya masyarakatnya
pada sekitar jam 9 atau jam 10 sangat jarang dijumpai di rumah dan sangat sepi karena sudah
berada di lahan/ areal sawah masing- masing. 20% lagi, masyarakat Kecamatan Sianjur Mulamula berprofesi sebagai Pegawai Negeri, Wiraswasta, Pegawai Swasta, dan Nelayan. 18

16

Chainur Arrasjid, Pengantar Ke Antropologi Budaya Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1972 hlm 57.
Wawancara, Janses Limbong , Kepala Desa Sari Marrihit, tanggal 29 Maret 2017.
18
Wawancara , Rudy Sitorus, Camat Kecamatan Sianjur Mula- mula, Tanggal 29 Maret 2017.

17

16
Universitas Sumatera Utara

Tabel II
Gambaran Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2009
No Jenis Mata Pencaharian

Jumlah KK

Presentase

1

Petani

2020

77,8

2

Pegawai Negeri

430

16,6

3

Wiraswasta

110

4,2

4

Pegawai Swasta

13

0,5

5

Nelayan

25

0,9

Jumlah

2598

100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009
Dengan demikian, berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tulang
punggung perekonomian masyarakat Kecamatan Sianjur Mula- mula didominasi oleh sektor
pertanian khususnya tanaman pangan seperti padi, ubi, dan jagung.selain itu, masyarakat juga
menanam tanaman tua seperti mangga, kopi, dan sebagainya. Sekitar tahun 1995, tingkat
perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan perekonomian
yang tergolong rendah.pertaniannya juga tergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan
hasil panen.Masyarakat di kecamatan ini juga melakukan pertanian dengan mengandalkan tenaga
dan alat pertanian yang sederhana seperti cangkul, sabit dan yang lainnya sedangkan untuk
membajak persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga
kerbau.Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari masyarakat
setempat ataupun nenek moyang mereka.
2.1.3 Sarana Pelayanan Umum Kecmatan Sianjur Mula- mula
Sarana merupakan salah satu hal yang terpenting dari suatu daerah sebagai tolak ukur
apakah suatu daerah tidak berkembang ataupun telah berkembang.Sarana adalah segala sesuatu
17
Universitas Sumatera Utara

yang dapat diapakaui sebagai alat dlalam mencapai makn adan tujuan. 19 Pada bagian ini, penulis
akan membahas tentang sarana pelayanan umum di Kecamatan Sianjur Mula- mula.
2.1.3.1 Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengatasi keterbelakangan masyarakat sekaligus
menjauhkan masyarakat dari kemiskinan.Pada tahun 2009, sarana pendidikan yang terdapat di
Kecamatan Sianjur Mula- mula adalah gedung- gedung sekolah milik Pemerintah maupun
swasta mulai dari tingkat yang berbeda yaitu mulai dari SD, SMP, Dan SMA pada table berikut.
TABEL III
Sarana Pendidikan di Kecamatan Sianjur Mula- mula Tahun 2009
No

Jenis Pendidikan

Jumlah

sarana Presentase

(Unit)

(%)

1

SD Negeri

21

84

2

SD Swasta

1

4

3

SMP Negeri

2

8

4

SMP Swasta

-

-

5

SMA Negeri

1

4

6

SMA Swasta

-

-

25

100

Jumla
h

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

Nanik Darsini, “Pengelolaan sarana dan prasarana rekreasi” , Malang: Universitas Negeri Malang,
1999, hlm 17.
19

18
Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia.Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik maka dibutuhkan sarana
yang memadai. Pada tahun 2009, sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Sianjur Mula- mula
meliputi fasilitas Puskesmas, Posyandu, Polindes dan Poskedes dapat dilihat pada table berikut:
TABEL IV
Sarana Kesehatan di Kecamatan Sianjur Mula- mula Tahun 2009
No

Sarana Kesehatan

Jumlah Sarana (Unit)

1

Puskesmas

1

2

Posyandu

6

3

Polindes

1

4

Poskedes

-

Jumlah

8

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009
2.1.3.3 Sarana Transportasi
Transportasi merupakan sarana untuk penggerakan manusia maupun barang dalam usaha
memenuhi kebutuhan.Transportasi juga merupakan salah satu faktor yang menentukan
perkembangan sebuah wilayah. Karena adanya transportasi maka hubungan masyarakat dapat
berjalan dengan lancer antara wilayah yang satu dengan wilayah yag lain, baik dalam melakukan
aktifitas ekonomi maupun rutinitas sehari- hari. Pada tahun 2009, banyaknya Transportasi yang
terdaftar di Kecamatan Sianjur Mula- mula menurut desa dapat dilihat pada tabel berikut:

19
Universitas Sumatera Utara

TABEL V
Sarana Transportasi di Kecamatan Sianjur Mula- mula Berdasarkan Desa
No

Desa

Mobil

Mobil Gerobak Sepeda

Bus

Jumlah

Motor

1

Boho

-

-

29

29

2

Aek Sipitu Dai

2

-

29

31

3

Singkam

1

2

23

26

4

Sari Marrihit

3

-

24

27

5

Sianjur

Mula- 3

3

19

25

mula
6

Ginolat

-

-

27

27

7

Huta Ginjang

2

-

25

27

8

Siboro

1

3

28

32

9

Huta Gurgur

1

-

27

28

10

Bonan Dolok

3

4

29

36

11

Hasinggaan

2

1

32

34

Jumlah
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

2.1.3.4 Sarana Ibadah
Sarana ibadah berfungsi untuk memberi kenyamanan bagi setiap masyarakat dalam
melaksanakan ibadah.Sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Sianjur Mula- mula hanya
Gereja sebanyak 38 unit dan tidak ada sarana ibadah lainnya karena mayoritas penduduk di
Kecamatan Sianjur Mula- mula menganut agama Kristen.Masyarakat beragama Islam dapat
melaksanakan ibadah di luar Kecamatan Sianjur Mula- mula seperti Kecamatan Pangururan.

20
Universitas Sumatera Utara

2.2. Deskrpsi Situs Di Kecamatan Sianjur Mula- mula
Kawasan Sianjur Mula- mula merupakan kawasan yang masih menjaga nilai- nilai
tradisional peninggalan dari nenek moyang, sehingga di Kecamatan ini ditemukan situs ataupun
peninggalan sejarah yang berhubungan dengan sejarah lahirnya orang Batak ( Siraja Batak) dan
religi atau kepercayaan zaman dulu. Situs ataupun peninggalan sejarah yang ada di Kecamatan
Sianjur Mula- mula memilki latar belakang cerita yang saling berkaitan satu sama lain dan situs
tersebut telah dijadikan sebagai objek wisata budaya. Beberapa situs yang ada di Kecamatan
Sianjur Mula- mula yang telah dijadikan sebagai objek wisata adalah sebagai berikut:
2.2. 1 Situs Pemandian Aek Sipitu Dai
Situs ini adalah salah satu peninggalan sejarah berupa bangunan yang dianggap sebagian
pengunjung sebagai tempat sakral.Situs ini berada di Huta Lumban aek, Desa Aek Sipitu Dai dan
situs ini memiliki sumber mata air yakni telaga kecil yang tidak pernh mengalami kekeringan.Di
daerah sekitarnya terdapat pohon beringin besar. Selain itu, situs ini memiliki batu dakon, meja
dan kursi batu yang dilatarbelakangi dengan tradisi Megalitik.Situs ini berada pada koordinat
N..02’34 43,3’ dan E. 098’ 38 51,4’ dengan ketinggian 1055 mdpl dengan kemiringan 25%.20
Situs ini memiliki 4 ruang dimana ruang I berukuran panjang 6,40. Sumber air pada situs ini
awalnya digunakan oleh masyarakat Desa Aek Sipitu Dai yang terdiri dari beberapa dusun yaitu
Dusun Sidauruk, Sihole dan Dusun Habeahan.Hulu dari sumber air situs ini digunakan sebagai
kepentingan religi seperti pengobatan, minta berkah, dan yang lainnya.
Situs ini terdiri dari dua ruangan, dan di setiap ruangan terdapat tujuh mata air atau
disebut juga dengan pancuran air yang diyakini memiliki rasa yang berbeda- beda dan setiap

20

Ketut Wiradynyana, Op.cit, hal 11.

21
Universitas Sumatera Utara

pancuran memiliki sebutan nama tersendiri. Mata air ini dulunya digunakan sesuai dengan
sebutan dari mata air tersebut.Ruangan pertama digunakan oleh wistawan perempuan dan di
dalam ruangan ditemukan 4 pancuran.Setiap pancuran di pegang oleh patung perempuan dan
kekeruhan airnya jernih dan tidak berbau. Pancuran I disebut sebagai Aek Poso ( air bayi) yang
merupakan khusus untuk bayi. Pancuran ini memiliki rasa asam.Pancuran ke II disebut sebagai
Aek Ninaho (wanita mandul), artinya mata air ini digunakan oleh wanita yang mandul.Pancuran
ini memiliki rasa asam.Pancuran ke III disebut sebagai Aek Boru Nagabe (wanita subur) adalah
kaum ibu yang sedang mengandung atau wanita yang masih bisa melahirkan.Pancuran ini
memiliki rasa asin. Pancuran ke IV disebut sebagai Aek Sibaso (dukun bernak/ tabib wanita)
adalah air untuk wanita tabib yang dapat membantu proses persalinan. Pancuran ini memliki rasa
asin.Pancuran lainnya terdapat pada ruangan kedua digunakan oleh wisatawan laki- laki.Setiap
pancuran di pegang oleh patung laki- laki dan kekeruhan airnya jernih, tidak berbau dan tidak
memiliki rasa ataupun rasa tawar. Pancuran ke V disebut sebagai Aek Pangalu ( laki- laki yang
sudah tua), merupakan air yang sudah uzur atau tua. Pancuran ke VI disebut sebagai Aek Doli
yaitu tempat mandi para lelaki dan Pancuran ke VII disebut sebagai Aek Ni Hela yakni air untuk
laki- laki yang memperistri keturunan Siraja Batak (Guru Tatea Bulan).21
Di dalam masing- masing ruangan juga terdapat batu dakon yang setiap batu dakon yang
ada memiliki lubang yang yang tidak sama jumlahnya. Batu dakon yang ada memiliki lubang
yang tidak sama jumlahnya. Batu dakon pada ruangan- ruangan tersebut memiliki ukuran
panjang berkisar 57- 98 cm, lebar 50-60 cm dengan tinggi 25-30 cm. Batu dakon tersebut
dulunya difungsikan sebagai tempat ramuan untuk membersihkan rambut (memangir) yang
bahan- bahannya dihaluskan di dalam batu dakon tersebut. Tekhnik pembuatan batu dakon

21

Wawancara, Bapak M. Sagala, warga desa Aek Sipitu Dai, tanggal 29 Maret 2017.

22
Universitas Sumatera Utara

tersebut yaitu dengan cara melubangi permukaan batu dengan cara memutar anak batu pada satu
titik sehingga akan menghasilkan bidang yang cekung. 22

Gambar : Situs Aek Sipitu Dai Tampak dari Luar

1.Aek Poso

2. Aek Ninaho 3.Aek Nagabe 4. Aek Sibaso

Gambar: Pancuran Air di Ruangan Pertama (Ruangan Wisatawan Perempuan

22

Eka Budianta, Op. Cit, hlm l 224.

23
Universitas Sumatera Utara

5.Aek Pangalu

6. AEK Doli

7. Aek Ni Hela

Gambar: Gambar: Pancuran Air di Ruangan Kedua (Ruangan Wisatawan Laki- laki)

Gambar : Batu Nakon yang Terdapat pada Situs AEK Sipitu Dai

24
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Situs Batu Hobon
Situs ini berada di sebuah lereng yang landai yang terletak di Desa Sari Marrihit
Kecamatan Sianjur Mula- mula dan secara geografis terletak pada koordinat N. 92’35’24,7’ Dan
E.098’ 37,8’ dan berada pada ketinggian 1112 mdpl dengan kemiringan 35% . Situs ini
dikelilingi oleh perbukitan dan merupakan batuan alam berbahan andesitik yang memiliki bentuk
yang tidak beraturan dan terdiri atas 2 bagian yaitu bagian wadah dan tutup.Hal ini tampak dari
bagian wadah dengan tutup yang memiliki celah horizontal di bagian atas Batu Hobon, sehingga
tampak batu tersebut merupakan batu susun. Penamaan batu hobon berkaitan dengan bentuk batu
yang bersusun, baik horizontal maupun vertikal. Lokasi situs Batu Hobon terdiri atas 3 undakan,
dan batu hobon berada pada undakan tertinggi. Batu tersebut memiliki panjang 3,60 meter
dengan lebar mencapai 3 meter dan tinggi berkisar 1 meter. Di bagian atas terdapat beberapa
lubang (Batu Dakon) berjumlah 8 buah dengan 3 buah batu dihubungkan dengan guratanguaratan. Adapun ukuran dari setiap batu dakon (lubang) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Batu Dakon I berdiameter 15 cm, dengan kedalaman 10 cm
2. Batu Dakon II berdiameter 12 cm dengan kedalaman 6 cm
3. Batu Dakon III berdiameter 10 cm dengan kedalaman 5 cm
4. Batu Dakon IV berdiameter 9 cm dengan kedalaman 4 cm
5. Batu Dakon V berdiameter 8 cm dengan kedalaman 2 cm
6. Batu Dakon VI berdiameter 7 cm dengan kedalaman 2 cm
7. Batu Dakon VII berdiameter 6 cm dengan kedalaman 3 cm
8. Batu Dakon VIII berdiameter 6 cm dengan kedalaman 3 cm

25
Universitas Sumatera Utara

Disekeliling batu hobon terdapat tatanan batu temu gelang dengan diameter berkisar 2
meter.Susunan batu temu gelang tersebut terdiri dari berbagai ukuran batu. Pada salah satu batu
temu gelang yang terletak di belakang batu hobon memiliki pahatan diantaranya yang dapat
terinditifikasi berupa aksara latin bertuliskan SIB. Sebuah batu lainnya berjarak sekitar 1 meter
sebelah barat batu temu gelang.Selain itu, di sekitar batu hobon terdapat beberapa konsentrasi
batu, tersusun membentuk garis lurus, setengah lingkaran maupun susunan batu temu
gelang.Pada jarak 120 meter dari Batu Hobon terdapat susunan batu memanjang mengikuti
kontur bukit yang merupakan hasil tatanan untuk mengalirkan air yang digunakan untuk
penghijauan bukit tersebut.23
Namun, fasilitas di lokasi objek wisata ini sangat minim.Fasilitas yang tersedia hanya
lapangan parker yang arealnya sangat luas tetapi tidak teratur. Fasilitas warung makan, tempat
sampah, kamar mandi tidak tersedia di kawasan situs ini, sehingga wisatawan yag berkunjung
mengalami kesulitan. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya dana dari Pemerintah Kabupaten
Samosir terkhusus Dinas Parwisata Kabupaten Samosir.24

23
24

Ibid., hlm 225.
Wawancara, Op.Putri Limbong, Warga Desa Sari Marrihit, tanggal 29 Maret 2017.

26
Universitas Sumatera Utara

Gambar: Kondisi Batu Hobon Pada 1996

Gambar: Batu
Dakon (Penutup Batu Hobon)
2.2.3 Situs Sopo Guru Tatea Bulan
Situs ini terletak tidak jauh dari situs Batu Hobon dan memiliki ketinggian 1335 mdpl
dengan kemiringan 46%.25Sopo Guru Tatea Bulan adalah situs berbentuk rumah yang didesain
dengan cirri khas rumah Batak. Di dalam situs ini terdapat patung- patung si raja Batak beserta
keturunannya, yaitu Patung Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja beserta istri- istri nya.
Selain itu, terdapat juga patung naga, kuda dan gajah yang dipercayai masyarakat Batak
merupakan pengawal Raja- raja batak dulunya.Wisatawan yang hendak masuk kedalam harus

25

Ibid., hal 235.

27
Universitas Sumatera Utara

melepaskan alas kaki karena tempat ini masih dipercayai sebagai tempat yang sangat sakral dan
diyakini sebagai tempat kediaman Raja- raja Batak beserta keturunannya.26

Gambar: Sopo Guru Tatea Bulan Tampak dari Luar

Gambar : Situs Sopo Guru Tatea Bulan Tampak dari Dalam
26

Wawancara, Bapak Op.Putri Limbong, Warga Desa Sari Marrihit, tanggal 29 Maret 2017.

28
Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Situs Batu Sawan
Batu sawan adalah salah satu situs yang dianggap wisatawan terkhusus masyarakat Batak
Toba sebagai objek wisata budaya yang sangat sakral.Situs ini berada di Lembah dan jurang
Pusuk Buhit menawarkan panorama alam yang sangat indah untuk dinikmati.Situs ini memiliki
ketinggian 1335 mdpl dengan kemiringan 46%.27 Situs ini adalah sebuah air terjun yang airnya
jatuh ke batu berbentuk cawan. Uniknya, rasa dari airnya adalah rasa jeruk purut, dan setelah air
tersebut keluar dan mengalir, maka rasa air tersebut akan berubah menjadi rasa tawar. 28 Selain
itu, di sekitar situs ini ditemukan sebuah bangunan semen yang digunakan wisatawan yang ingin
berdoa dan meletakkan sesajen. Selain itu, di dekat batu cawan tersebut, terdapat bendera
dengan 3 warna yaitu, putih, hitam dan warna merah yang merupakan bendera Orang Batak.
Jarak situs ini berkisar 14 km dari Ibukota kabupaten Samosir yakni 14 km dan dapat
ditempuh melalui jalan lintas Tele- Pangururan. Untuk menuju lokasi ini, akan melewati situs
Aek Sipitu Dai dan dari sekitar situs ini, akan menempuh perjalanan kurang lebih selama 3 km
dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Namun, kondisi jalan untuk
menuju situs ini sangatlah rusak, sehingga setelah sampai di persimpangan rumah yang menjaga
situs ini, harus melakukan perjalanan dengan berjalan kaki kira- kira 200 meter dengan
menelusuri jalan setapak dengan lebar kira- kira setengah meter. Selama perjalanan menuju
objek, terdapat 2 pondok sebagai tempat peristirahatan bagi wistawan sebelum dan setelah
pulang dari situs tersebut.Situs ini ditemukan oleh Bapak Op. Angelina Limbong melalui mimpi.

27

Ketut Wiradnyana, Laporan Penelitian ArkeologiPengembangan Data Base Sistem Informasi Sejarah
Purbakala Menyusuri Jejak Peradaban Masa Lalu di Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Samosir: Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, 2013, hlm 19.
28
Wawancara, Bapak David Limbong, warga Desa Sarimarrihit, tanggal 28 Maret 2017.

29
Universitas Sumatera Utara

Gambar: Situs Batu Sawan yang Airnya Rasa Jeruk Purut

Gambar: Pondok Peristirahatan bagi Wistawan Sebelum dan Setelah Pulang dari Situs
yang tampak tidak terurus

30
Universitas Sumatera Utara