Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skripsi ini membahas tentang sebuah upacara ritual Batak Toba, yaitu
Ulaon Hahomion atau sering juga disebut marulaon na hohom.1 Ulaon artinya
kegiatan, upacara dan hahomion berasal dari kata homi yang artinya hikmat,
senyap, sunyi, tersembunyi. Peristiwa ini adalah sebuah kegiatan spiritual untuk
mendekatkan diri kepada nenek moyang orang Batak, juga unsur memuja roh
leluhur dan kekuatan gaib2.
Pada upacara ulaon hahomion ada dua kegiatan yang dilaksanakan yaitu,
ziarah ke tambak (makam) dolok ompu raja sidabutar dan mangalopas tu mual
natio. Ini merupakan sebuah upacara ritual penghormatan kepada roh-roh leluhur
untuk memohon berkat perlindungan dan kelancaran dalam melaksanakan
tahapan-tahapan upacara yang akan dilangsungkan.
Pada upacara ini terdapat akitivitas untuk memberikan pelean (sesajen dan
persembahan) kepada roh leluhur yang disebut mangalean uluan ni simangot ni
ompung. Orang Batak Toba memiliki pemahaman bahwa roh leluhur masih ada di
sekitar mereka, roh itu mengawasi dan tetap menyertai keturunannya. Pemahaman
seperti ini masih tertanam kuat pada mereka yang sangat memegang teguh budaya
habatakon.
Sebagaimana yang dikatakan di atas, orang Batak yang ada pada saat ini

ada yang percaya dan tidak, terlebih lagi mereka yang telah tersentuh dunia
ilmiah, rasional, dan modern. Namun mau tidak mau harus diakui bahwa mereka
1
2

Wawancara dengan informan
WWW.Google.com

1
Universitas Sumatera Utara

dibesarkan oleh orangtua-orangtua yang mengajarkan hal-hal berbau budaya
seperti itu sehingga antara ideologi habatakon dan ideologi kehidupan modern
selalu menjadi suatu dilema.
Bagi orang Batak, adat bukan hanya sekedar kebiasaan atau tata tertib
sosial, tetapi juga sesuatu yang mencakupi seluruh dimensi kehidupan jasmani dan
rohani, masa kini dan masa depan, hubungan dengan sesama maupun hubungan
dengan “sang pencipta”, keselarasan antara aku sebagai mikrokosmos dengan
seluruh jagad raya sebagai makrokosmos, (Aritonang, 1988: 47) .
“Dalam ilmu gaib terdapat terdapat konsepsi-konsepsi dan ajaranajarannya; ilmu gaib mempunyai sekelompok manusia yang yakin dan

menjalankan upacara tersebut untuk mencapai suatu maksud. Selain itu upacara
ilmu gaib juga mempunyai aspek-aspek yang sama artinya ada pemimpin dan
pelakunya, ada saat-saat tertentu untuk mengadakan upacara, ada peralatan
upacara dan ada tempat-tempat tertentu untuk pelaksanaan upacara3. Pada tulisan
ini ilmu gaib yang dimaksud adalah upacara yang berbau ritual.
Adapun pemimpin upacara pada ulaon hahomion ini adalah Bius Raja
Naualu yang terdiri dari marga Siadari, Sitindaon, Sidabalok, Harianja, Manik,
Sijabat, Sidabutar, Sigiro yang bertempat di desa Tomok Dolok. Bius adalah
sebuah desa yang ditempati oleh marga-marga tertentu untuk kepentingankepentingan bersama beberapa kampung atau huta membentuk federasi atau
persekutuan yang sifatnya masih terikat satu dengan yang lainnya. Federasi huta
tersebutlah yang disebut bius4. Adapun fungsi bius pada konteks kehidupan

3

Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Antropologi (edisi revisi 2009) hal 297,
Koentjaraningrat
4
Daerah (wilayah) yang dihuni oleh delapan marga

2

Universitas Sumatera Utara

bermasyarakat adalah untuk menentukan tatanan norma adat yang akan
dilaksanakan di daerah tersebut.5
Menurut Koentjaraningrat (2002 halaman 296), ada beberapa unsur yang
terdapat pada sebuah upacara, yaitu : (a) bersaji, (b) berkorban, (c) berdoa, (d)
makan bersama dengan makanan yang telah disucikan dengan doa, (e) menari
tarian suci; (f) menyanyi nyanyian suci; (g) berprosesi atau berpawai; (h)
memainkan seni drama suci; (i)berpuasa; (j) intoksikasi atau mengaburkan pikiran
dengan makan obat bius sampai kerasukan; (k) bertapa, (i) bersemadi.6 Adapun
unsur yang terdapat pada upacara ini adalah berdoa, bersaji, berkorban berprosesi
atau berpawai menuju tempat yang telah ditentukan tersebut dan makan bersama
dengan makanan yang telah disucikan dengan doa.
Pada saat upacara seluruh peserta yang bertempat di lokasi upacara
tersebut dilarang melaksanakan kegiatannya, seperti berdagang, bekerja atau
melakukan aktivitas lainnya yang tidak berkaitan dengan upacara. Pemimpin
upacara akan memerintahkan ulubalang7 untuk menjemput para masyarakat agar
ikut serta bergabung kedalam upacara tersebut. Di dalam upacara ulaon hahomion
ini tidak diperbolehkan ribut, para pemimpin upacaralah yang berhak berbicara
dan mengeluarkan suara untuk membuka dan menutup acara, mamittaa (meminta)

gondang dimainkan dan memimpin jalannya upacara.
Ziarah ke tambak dolok Ompu Raja Sidabutar merupakan ritual pertama
yang dilaksanakan. Adapun tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon berkat
perlindungan kepada leluhur mereka supaya acara tersebut berjalan dengan lancar,

5

Wawancara dengan Monang Sidabutar, Oktober 2016
Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Antropologi Hal 296, Koentjaraningrat
7
Orang yang bertugas untuk membantu pepmimpin upacara
6

3
Universitas Sumatera Utara

dan mangalopas tu mual natio adalah ritual untuk mensucikan diri ke air danau
yang jernih dengan harapan masyarakat Tomok diberikan kelimpahan berkah,
segala yang dikerjakan berhasil dan juga hujan segera turun.
Musik (yaitu gondang sabangunan) merupakan salah satu benda upacara

yang dipakai dalam pelaksanaan ulaon hahomion tersebut. Menurut Alan P.
Merriam (1964: 6), suara musik adalah hasil proses perilaku manusia yang
terbentuk berdasarkan nilai-nilai, sikap dan kepercayaan dari masyarakat yang
berada didalam suatu kebudayaan. Demikian juga halnya dengan suara yang
dihasilkan gondang sabangunan dibentuk oleh adat istiadat, pola tingkah laku,
peradaban dan budaya suku Batak Toba. Sehingga untuk memahami kebudayaan
Batak Toba, salah satu cara kita dapat belajar dari kebudayaan musiknya.
Gondang Sabangunan adalah salah satu ensambel musik tradisional pada
masyarakat Batak Toba. Ensambel ini terdiri dari seperangkat taganing (singleheaded drum), sebuah sarune (double reeds-oboe), empat buah ogung
(suspended-gongs) : ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung
doal, serta satu buah hesek (idiophone). Masing-masing gendang memiliki nada
(frekuensi getaran) yang berbeda dan keenam gendang tersebut disusun
menggantung pada sebuah alat penyangga.
Taganing dimainkan oleh dua orang pemain dengan menggunakan stik
pemukul kayu. Gendang yang terbesar ukurannya disebut gordang, dimainkan
oleh satu orang. Dalam konteks komposisi musik, gordang berperan sebagai
istrumen ritmikal. Sementara lima gendang lainnya, lazim juga disebut anak ni
taganing, adalah instrument melodis, dimainkan oleh satu orang.

4

Universitas Sumatera Utara

Samosir merupakan salah satu daerah di tanah Batak yang masih aktif
dalam melaksanakan upacara-upacara ritual, walau masyarakat samosir sudah
menganut agama tetapi bagi masyarakat yang tinggal disana kegiatan-kegiatan
yang berbau spiritual merupakan kebiasaan yang telah dilaksanakan turun
temurun oleh orangtua mereka pada zaman dahulu sehingga tidak heran kalau
pada zaman modern sekarang kebiasaan itu masih saja dilakukan.
Sampai sekarang masyarakat Tomok dolok yang bertempat di Kecamatan
Simanindo yang masih tetap melaksanakan upacara ritual batak. Walau Tomok
merupakan salah satu daerah wisata yang berada di Samosir tetapi masyarakat
yang tinggal disana masih sering melaksanakan upacara-upacara yang berbau
ritual. Pengamatan penulis, bahwa masyarakat yang tinggal di sana masih
memegang teguh nilai adat istiadat leluhur mereka.
Ulaon hahomion merupakan salah satu upacara yang terdapat pada horja
bius Tomok. Berbagai tahapan upacara yang dilaksanakan pada upacara horja
bius tersebut antara lain Ulaon Hahomion, Tortor Tunggal Panaluan, Tortor
Parsiarabu, Marjoting, Pajongjong Borotan, Makharikkiri Horbo dan yang
ditutup dengan Mangalahat Horbo. Akan tetapi penulis lebih memilih fokus
kepada satu judul untuk diteliti yaitu ulaon hahomion.

Untuk itu penulis akan mengkajinya secara ilmiah untuk dijadikan skripsi
dengan judul : Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada
Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok,
Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

5
Universitas Sumatera Utara

1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka ada beberapa hal
pokok yang menjadi perhatian penulis dalam tulisan ini antara lain :
1. Bagaimanakah deskripsi upacara pada Ulaon Hahomion tersebut ?
2. Bagaimanakah fungsi musik (Gondang Sabangunan) pada upacara ulaon
hahomion ?
3. Bagaimanakah musik dalam hal ini gondang sitolu tuho pada upacara
tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1


Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan jalannya upacara pada ulaon hahaomion.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi gondang sabangunan pada upacara
tersebut.
3. Untuk menganalisis musik (gondang sitolu tuho) pada upacara tersebut.

1.3.2

Manfaat penelitian

Selain tujuan, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi para pembaca,
baik yang berada didalam disiplin ilmu Etnomusikologi maupun diluarnya, dan
khususnya untuk penulis sendiri dalam menambah wawasan tentang adat istiadat
masyarakat Batak Toba. Beberapa manfaat yang ingin diperoleh dan ingin dicapai
dalam tulisan ini adalah :

6
Universitas Sumatera Utara


1. Sebagai salah satu sarana memperluas pengetahuan tentang upacara ritual
adat Ulaon Hahomion.
2. Untuk dapat digunakan lagi oleh penulis lain yang ingin membahas
tentang masalah yang sama, dengan objek yang berbeda.
3. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori
1.4.1

Konsep
Konsep merupakan rangkaian ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwa konkrit, konsep juga dapat diartikan sebagai suatu kesatuan pengertian
tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan (Mardalis, 2003: 46).
Tulisan ini membahas tentang Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang
Sabangunan pada ulaon hahomion dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok
Dolok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Deskriptif berasal dari bahasa Inggris yaitu descriptive yang berarti

bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau
tulisan. Jadi penulis akan menggambarkan upacara ulaon hahomion tersebut yang
dibagi kedalam dua tahap ritus mulai awal upacara sampai selesainya ulaon
tersebut dan penulis juga memperhatikan makna-makna yang terdapat pada
upacara tersebut.
Ulaon artinya kegiatan, upacara dan hahomion berasal dari kata homi yang
artinya hikmat, senyap, sunyi, tersembunyi. Horja : Marpesta, Pesta (Ulaon)8 :

8

Pengertian Horja Bius diperoleh dari wawancara dengan informan penulis.

7
Universitas Sumatera Utara

Suatu kegiatan yang meliputi adat istiadat, seperti menentukan aturan-aturan adat
yang berada didaerah bius tersebut. Bius adalah sebuah desa yang ditempati oleh
marga-marga tertentu, Bius Sidabutar misalnya (kumpulan marga Sidabutar yang
disebut bius) . 9Marga Sidabutar yang mulanya tinggal di kampung induk tetapi
karena penduduk terus berkembang menyebabkan terbentuk huta-huta yang baru.

Adapun fungsi bius pada konteks kehidupan bermasyarakat adalah untuk
menentukan tatanan norma adat yang akan dilaksanakan di daerah tersebut. Jadi
horja bius adalah Upacara yang meliputi kegiatan adat istiadat. Bius dibentuk oleh
marga-marga, setiap daerah yang memiliki bius memiliki marga-marga yang
berbeda seperti Bius Raja Naualu (Siadari, Sitindaon, Sidabalok, Harianja,
Manik, Sijabat, Sidabutar, Sigiro) yang bertempat di desa Tomok dolok dan
adapula Bius Sitoluhae Horbo (Sitanggang, Simbolon, Naibaho) yang bertempat
di Kecamatan Pangururan. Pada kegiatan bius diadakan pembagian tugas seperti
menentukan partanggalan atau hari dan waktu yang tepat untuk melaksanakan
horja tersebut.
1.4.2

Teori
Teori merupakan prinsip-prinsip umum yang ditarik dari fakta-fakta dan

juga dugaan yang menerangkan sesuatu (Marzuki, 1999: 33). Serangkaian konsep
atau konstruk yang berhubungan dengan lainnya, dan juga suatu rangkaian dari
proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena merupakan
pemahaman teori menurut Kerlinger (1973). Teori digunakan sebagai landasan
kerangka berfikir dalam membahas permasalahan.

9

Marga Sidabutar; salah satu marga yang memiliki nilai sejarah besar di Tomok karena
pada zaman dahulu Nenek moyang mereka adalah penguasa daerah Tomok.

8
Universitas Sumatera Utara

Teori juga dapat berarti sebagai suatu analisis terhadap suatu hal yang
sudah terbukti dan teruji kebenarannya. Teori juga merupakan landasan berpikir
secara ilmiah untuk menguji, membandingkan, atau menerapkan untuk objek
penelitian. Dalam pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan
kerangka berpikir dalam membahas setiap permasalahan. Oleh karena itu, penulis
mengadopsi beberapa teori sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.
Fungsi sebuah unsur kebudayaan (dalam masyarakatnya) adalah
kemujarabannya dalam memenuhi kebutuhan yang ada, atau dalam mencapai
tujuan tertentu (Merriam, 1964 : 222). Alan P. Merriam juga mengungkapkan
kerangka pemikirannya bahwa ada 10 fungsi musik (Merriam, 1964 : 223-226)
yaitu : (1) fungsi pengungkapan emosional (the funtion of emotional), (2) fungsi
penghayatan estetis (the funtion of aesthetic enjoyment), (3) fungsi hiburan (the
funtion of entertainment), (4) fungsi komunikasi (the funtion of comunication), (5)
fungsi perlambangan (the funtion of symbolic representation), (6) fungsi reaksi
jasmani (the funtion of physical response), (7) fungsi yang berkaitan dengan
norma-norma sosial (the funtion of enforcing coformity to social norms), (8)
fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama (the funtion of validation of
social institution and religious rituals), (9) fungsi kesinambungan budaya (the
function of contribution to the continuity and stability of culture), (10) fungsi
pengintegrasian masyarakat (the funtion of contribution the integration of society).
Untuk mendeskripsikan upacara ulaon hahomion pada penelitian ini,
penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1984: 243)
yang menyatakan bahwa komponen upacara ada 4, yaitu : (1) tempat upacara, (2)
saat upacara, (3) alat-alat perlengkapan upacara, dan (4) pendukung dan

9
Universitas Sumatera Utara

pemimpin upacara. Sehingga penulis akan mendeskripsikan secara bertahap
bagaimana penyajian upacara tersebut disajikan dengan komponen-komponen
yang mendukung di dalamnya
Jadi segala aktivitas kebudayaaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan
suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang
berhubungan dengan seluruh kehidupan (Malinowski, 1944) . Berfungsi juga
sebagai sumber nilai-nilai yang menjadi objek orientasi tindakan dan tingkah laku
masyarakat (Koentjaraningrat, 1980: 1981) , dan memelihara kebutuhan
masyarakat untuk kelangsungan hidupnya sebagai kesatuan yang holistik
(Koentjaraningrat, 1980: 199).
Untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam aktivitas maupun
materi yang digunakan dalam upacara tersebut penulis menggunakan teori
semiotika. Menurut Widaryanto (2007 : 170), teori ini digunakan dalam bentuk
penanda identitas yang menandai sebuah kelompok dari yang lainnya sebagai
simbolisasi dari suatu kelompok tersebut. Sehingga dalam hal ini teori ini dapat
melihat properti-properti yang digunakan dalam upacara tersebut memiliki
makna-makna tertentu. Simbolisasi yang digunakan dalam materi-materi yang
digunakan maupun suatu gerakan atau aktivitas yang dilakukan menjadi
perlambangan sebuah kebudayaan masyarakat.
Dalam membicarakan aspek musikologis pada tulisan ini, penulis
memperhatikan pendapat Malm (1977:8) yang menyatakan beberapa karakter
yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu : (1) tangga nada,
(2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6)
pola-pola kadens, (7) formula melodi, (8) kontur. Teori ini disebut juga dengan

10
Universitas Sumatera Utara

teori Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur
ruang dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai suatu cara mencari kebenaran dan
azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan. Dalam kaitan
ini Hasan (1985: 7) mengatakan metode merupakan cara atau sistematika kerja
untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut
Caplin (1989: 301), metode adalah prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya
menyelidiki suatu fakta atau konsep. Metode penelitian dapat diartikan dalam
beberapa disiplin ilmu tertentu. Di dalam ilmu-ilmu sosial, objek pengamatan dan
penelitian yang merupakan dasar dari pengetahuan ilmiah adalah gejala-gejala
masyarakat yang lebih khusus, terdiri dari kejadian-kejadian kongkrit. Dalam
penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif.
Koentjaraningrat (1990: 29) mengatakan bahwa penelitian yang bersifat
deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat. Menurut
Nawawi dan Martini (1995: 209) penelitian kualitatif adalah rangkaian atau proses
menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah
dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya.
Menurut Nettl (1964: 62-64) ada dua hal yang esensial untuk melakukan
aktivitas penelitian dalam disiplin Etnomusikologi yaitu kerja lapangan (field
work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan ini meliputi pemilihan

11
Universitas Sumatera Utara

informan, pendekatan dan pengumpulan data, pengumpulan dan perekaman data,
latar belakang perilaku sosial ataupun mempelajari seluruh pemakaian musik.
Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data yang didapat dari
lapangan, menganalisis dan membuat hasil dari keseluruhan data-data yang
diperoleh.
Di dalam tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
yang bersifat kualitatif. Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati (Bongdan dan Taylor dalam Moleong, 1989:3). Dalam
mengumpulkan data-data di lapangan penulis mengacu kepada teknik penelitian
yang diungkapkan oleh Curt Sachs dalam Nettl (1964:62) yang mengatakan
bahwa: Curt Sachs (1962) divides ethnomusicological research into two kinds of
work, field work and desk work. Field work notes the gathering of recordings and
the first-hand experience of life in a particular human culture, while deskwork
includes transcription, analysis, and the drawing of conclusions. Menurut Curt
Sachs penelitian dalam etnomusikologi ada dua hal yang esensial, yaitu: kerja
lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work).
Kerja lapangan ini meliputi pemilihan informan, pendekatan dan
pengumpulan data, pengumpulan dan perekaman data, latar belakang perilaku
sosial ataupun mempelajari seluruh pemakaian musik. Sedangkan kerja
laboratorium meliputi pengolahan data yang didapat dari lapangan, menganalisis
dan membuat hasil dari keseluruhan data-data yang diperoleh. Penelitian ini akan
menggunakan metode yang diungkapkan oleh Curt Sachs, namun belum
melakukan kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work) penulis

12
Universitas Sumatera Utara

akan melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Adapun studi pustaka ini
untuk pengumpulan data dalam awal penelitian.

1.5.1

Studi kepustakaan
Sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian, sebelum melakukan

kerja lapangan penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, baik dari
artikel, skripsi, internet dengan kata kunci WWW.Google.com maupun buku buku
yang berkaitan dengan objek penelitian. Beberapa tulisan yang membahas tentang
upaara Batak toba, alat musik dan kebudayaan Batak Toba, antara lain :
Skripsi Anita Romauli yang berjudul “Musik pada Upacara Adat
Perkawinan Batak Toba di Kota Medan : Kajian Fungsi, Kontinuitas dan
Perubahan”.

Skripsi

ini

secara

umum

membahas

tentang

perubahan,

perkembangan penggunaan dan fungsi musik pada adat perkawinan di kota
Medan. Selanjutnya Skripsi Verawati Simbolon yang berjudul “Studi Deskriptif
Mangalahat Horbo Bius”. Skripsi ini membahas tentang

Upacara

Mangalahat

Horbo Bius (deskripsi upacara, fungsi musik dan jalannya upacara) dan Skripsi
Liston Simaremare yang berjudul “Margondang Dalam Konteks Upacara
Mangongkal Holi Pada Masyarakat Batak Toba : Ditinjau dari Segi Sosial Religi”.
Skripsi ini membahas tentang ulaon margondang pada upacara adat Batak Toba
Studi ini bertujuan untuk memperoleh konsep-konsep serta teori-teori yang
relevan untuk membahas permasalahan dalam tulisan ini sekaligus untuk
menghindari kesamaan topik pembahasan. Studi pustaka ini juga bertujuan untuk
mencari informasi dan menambah data-data yang dibutuhkan didalam penulisan,

13
Universitas Sumatera Utara

penyesuaian dan pengamatan yang sudah ada mengenai objek penelitian di
lapangan.

1.5.2

Penelitian lapangan
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata atau

tindakan selebihnya yang berfungsi sebagai data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Lonfland dan Lonfland dalam Meleong, 1989). Selain kata-kata atau
tindakan perekaman audio ataupun materi musik juga menjadi sumber data yang
utama dalam penelitian ini. Dalam kerja lapangan penulis melakukan wawancara
untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang tulisan ini. Sebelum melakukan
wawancara terlebih dahulu penulis menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan di
dalam melakukan wawancara, yaitu: menyusun pertanyaan, mempersiapkan alatalat tulis, menyediakan alat perekam untuk merekam hasil wawacara dengan
informan. Adapun alat perekaman yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
ini adalah Camera Canon DSLR, Iphone 4s, Asus Zenfone Go dan Smartfren
Andromax.

1.5.3

Kerja laboratorium
Seluruh data yang diperoleh penulis dari lapangan dan studi kepustakaan,

kemudian dianalisis kembali di dalam kerja laboratorium. Penulis akan melakukan
seleksi data, analisis data, dan mengelompokkannya sesuai dengan informasi yang
penulis harapkan. Proses analisis data penelitian dimulai dengan menelaah
keseluruhan data yang diperoleh. Analisis data dilakukan mulai awal penelitian
dan berlangsung sampai pada saat proses penulisan laporan penelitian selesai.

14
Universitas Sumatera Utara

Begitu juga dengan data yang berbentuk gambar, penulis akan mencantumkannya
dalam tulisan ini. Data yang tidak bersifat musikal diolah kemudian dan dituliskan
dalam bentuk tulisan atau karya ilmiah. Selama proses pengolahan data, penulis
juga melakukan diskusi-diskusi dengan para dosen pembimbing dan teman-teman
yang ada di Departemen Etnomusikologi. Semua hasil pengolahan data tersebut
disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Merriam, 1995:85).

1.6 Lokasi Penelitian
Adapun tempat yang menjadi lokasi penelitian penulis berada di daerah
Samosir, tepatnya di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo. Untuk
mendukung informasi mengenai upacara ini, maka penulis juga mengumpulkan
sejumlah data dan informasi dari orang-orang yang mengetahui tentang upacara
tersebut. Informasi tersebut diperoleh dari kerabat yang tinggal didaerah tersebut,
dan media elektronik maupun cetak yang turut memberitakan upacara ini.

15
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Deskriptif Gondang Sabangunan Dalam Upacara Kematian Saurmatua Pada Masyarakat Batak Toba Di Kota Medan

10 102 86

Studi Deskriptif Dan Musikologis Gondang Sabangunan Dalam Upacara Mardebata Pada Masyarakat Parmalim Hutatinggi-Laguboti Di Desa Siregar Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir

3 39 117

BENTUK PENYAJIAN ANSAMBEL GONDANG SABANGUNAN PADA UPACARA PANANGKOK SARING-SARING DI DESA PARTOR JANJI MATOGU KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

1 5 26

INSTRUMEN SAMBO (SAMOSIR BONGGO) DI DESA TOMOK KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR.

0 10 23

PERANAN GONDANG SABANGUNAN PADA UPACARA RITUAL JUJUNGAN DI DESA HASINGGAAN KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA KABUPATEN SAMOSIR.

0 2 17

Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

0 1 1

Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

0 0 2

Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

0 0 25

Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

0 0 1

Deskripsi Upacara dan Fungsi Gondang Sabangunan Pada Ulaon Hahomion Dalam Upacara Horja Bius di Desa Tomok Dolok, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

0 0 15