Analisis Musikal, Tekstual dan Fungsi Nanga-Nanga Mehumasa Pada Masyarakat Simeulue di Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue

BAB II
ETNOGRAFI UMUM SUKU SIMEULUE DI DESA SALUR,
KECAMATAN TEUPAH BARAT, KABUPATEN SIMEULUE ACEH DAN
NANGA-NANGA MEHUMASA
Pada Bab II ini penulis mengenalkan secara etnografis3 tentang lokasi
penelitian nanga-nanga mehumasa pada masyarakat suku Simeulue. Lokasi
penelitian berada di Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue.

2.1 Asal Usul Suku Simeulue
Pada pertengahan abad 18 Sebelum agama islam masuk keKabupaten
Simeulue, Masyarakat yang mendiami pulau ini hidup dalam bentuk persekutuanpersekutuan yang dipimpin oleh kepala suku. Wilayah yang didiami oleh
Masyarakat disebut "bano" yaitu bano teupah, bano simolol, bano along, bano
sigulai, dan bano leukon. Masing-masing kepala suku mempunyai otonomi
sendiri dan tidak mempunyai hubungan dalam segi pemerintahan dan berjalan
sendiri-sendiri.Setelah agama islam masuk ke pulau Simeulue pemerintah yang

3

Yang dimaksud dengan etnografi adalah sebuah terminologi yang berasal dari
kataethnic yang arti harfiahnya adalah suku bangsa dan graphein yang artinya mengambarkan atau
mendeskripsikan. Etnografi adalah jenis karya antropologis khusus dan penting yang mengandung

bahan-bahan kajian pokok dari pengolahan dan analisis terhadap kebudayaan satu suku bangsa
atau kelompok etnik. Oleh karena di dunia ini ada suku-suku bangsa yang jumlahnya relatif kecil,
dengan hanya beberapa ratus ribu warga saja, dan ada pula kelompok etnik yang berjumlahrelatif
besar, berjuta-juta jiwa, maka seorang antropolog yang membuat karya etnografi tidak dapat
mengkaji keseluruhan aspek budaya suku bangsa yang besar ini. Oleh karena itu, untuk mengkaji
budaya Pesisir misalnya, maka seorang antropolog (etnomusikolog) bisa saja memilih etnografi
masyarakat Pesisir disalah satu desa di Tapanulis Tengah, atau lebih besar sedikit masyarakat
Pesisir Kabupaten Sibolga Selatan, atau masyarakat PesisirSibolga, atau secara keseluruhan
masyarakat Pesisir di Tapanulis Tengah, Sibolga, dan perantauan, dan seterusnya. Ada pula istilah
yang mirip dengan etnografi, yaitu etnologi. Arti etnologi berbeda dengan etnografi. Istilah
etnologi adalah dipergunakan sebelum munculnya istilah antropologi. Etnologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dan kebudayaannya di seluruh dunia, sama maknanya dengan antropologi,
yang lebih lazim dipakai belakang hari oleh para ilmuwannya atau dalam konteks sejarah ilmu
pengetahuan manusia.

26
Universitas Sumatera Utara

bersifat kesukuan berubah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yaitu Kerajaan teupah,
Kerajaan simolol, Kerajaan sigulai, Kerajaan leukon, dan kerajaan along, Masingmasing dipimpin oleh seorang raja yang disebut "bangulu" dan tunduk di bawah

kekuasaan kesultanan aceh di Kuta Raja. pada masa itusifatkemusyawaratan
sudah mulai ditegakkan oleh raja-raja bersama kaum adat, kaum agama, dan
orang-orang tua kampung. Sistem kerajaan ini lenyap setelah masuknya Kolonial
Belanda.
Perang aceh melawan pemerintah kolonial belanda tahun 1893-1904,
sebagian besar nanggroe aceh di kuasai. bersama dengan itu pula kerajaan
aceh/Kesultanan aceh dihapuskan dan diganti dengan Pemerintahan belanda itu
sendiri yaitu "Afdeeling Witskust Van Aceh" yang dipimpin oleh seorang
Guverneur.
Pada tahun 1901 belanda menginjakkan kakinya di pulau Simeulue dan
membentuk

pemerintahan

yang

disebut

"Onder


Afdeeling

Simeulue"

berkedudukan diIbu kota yaitu Sinabang dengan dipimpin oleh seorang
"Controleur" Onder Afdeeling
Simeulue dibagi menjadi 5 landschop yaitu:
1. Landschop Tapah ibu kotanya Sinabang, dipimpin oleh Sutan Amin
2. Landschop Simeulul ibu kotanya Kampung Aie, dipimpin oleh T. Raja
Mahmud
3. Landschop Salang ibu ibukotanya Nasreuhe, dipimpin oleh Datuk Mohd.
Syawal

27
Universitas Sumatera Utara

4. Landschop Sigulai ibu kotanya Lamamek, dipimpin oleh Datuk Mohd.
Ali/Datuk Mohd. Tunai
5. Landschop Leukon ibu kotanya Leukon, dipimpin oleh Datuk Sukgam.
Istilah Landschap merupakan cara pembagian wilayah dalam Kabupaten

Simeulue, yang digunakan pada masa penjajahan Belanda. Penggunaan
istilah landschap ini berakhir setelah Jepang menjajah dan menguasasihampir
seluruh wilayah di Indonesia termasuk Kabupaten Simeulue pada tahun 1942,
kemudian wilayah pulau Simeulue tetap dibagi lima wilayah dengan wilayahwilayah yang sama, akan tetapi dari segi istilah-istilanya yang digunakan
pada masa penjajahan Belanda terhadap bagian-bagian wilayah Simeulue
seperti landschap, diganti oleh Jepang dengan istilah sendiri yaitu son.
Adapun nama-nama daerah yang diganti dengan istilah Jepang adalah:
1. Landschap Teupah diganti dengan Teupah Son
2. Landschap Simeulue diganti dengan Simeulue Son
3. Landschap Salang diganti dengan Salang Son
4. Landschap Leukon diganti dengan Leukon Son
5. Landschap Sigulai diganti dengan Sigulai Son
Begitu juga dengan orang-orang yang menjadi kepala masing-masing Son
tersebut. Jepang tidak memberikan kepercayaan terhadap orang-orang yang
pernah menjadi kepercayaan Belanda, maka orang yang menjadi kepala masingmasing landschap juga diganti dengan orang yang menjadi kepercayaan orang
Jepang. Dalam penyelenggaraan pemerintahan wilayah kerja Simeulue dikepalai
oleh seoarang yang disebut Guntyoo yang berfungsi sebagai kepala pemerintahan.

28
Universitas Sumatera Utara


Sedangkan untuk masing-masing daerah (son) dikepalai seorang yang disebut
suntyoo. Adapun nama-nama yang diangkat sebagai suntyoo pada masa
penjajahan Jepang untuk masingmasing son tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teupah son dikepalai oleh T. Raja Mahmud
2. Simeulue son dikepalai oleh T. Raja Mahmud
3. Salang son dikepalai oleh T. Hamzah
4. Leukon son dikepalai oleh Syamsudin
5. Sigulai son dikepalai T.R. Husaini
Saat itu Jepang juga pernah berkuasa menjalankan kegiatan adminitrasinya
di kepulauan Simeulue yang berlangsung hingga kemerdekaan Indonesia. Setelah
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu karena kota Hirosima dan Nagasaki
dibom oleh sekutu, maka pada saat ituseluruh berita kekalahan Jepang cepat sekali
menyebar sampai ke polosok negeri.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia mengumandangankan
kemerdekaan dan beritanya terus disampaikan oleh seluruh pejuang Indonesia dari
satu negeri hingga ke negeri berikutnya. Begitu pula dengan pulau-pulau yang
berjarak sekitar 105 mil laut sebelah barat daya wilayah sumatera juga
mendapatkan kabar yang sama pada tanggal 25 Desember 1945. Dengan
merdekanya Indonesia maka daerah Aceh juga ikut merdeka. Kabupaten Simeulue

yang merupakan bagian pemekaran dari Aceh Barat ini merupakan Kabupaten
Simulue adalah salah satu kabupaten termuda di Provinsi Nanggroe Aceh
Darusalam. Perjuangan untuk meningkatkan status Simeulue menjadi sebuah
Kabupaten telah dimulai sejak tahun 1957 melalui Kongres Rakyat Simeulue.

29
Universitas Sumatera Utara

Sebelum tahun 1965, wilayah yang terletak disebelah barat daya Provinsi
Nanggroe Aceh Darusalam ini merupakan salah satu kewedanana dan bagian dari
bagian Aceh Barat. Sejak tahun 1967 sampai 1996 daerah yang terdiri dari 41
pulau besar dan kecil ini berubah status menjadi wilayah pembantu Bupati.
Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1996, status gugus
kepulauan yang terpisah 150 Km lepas pantai barat Aceh ini meningkat menjadi
Kabupaten Administrasif. Akhirnya berdasarkan undang-undang No. 48 Tahun
1999 yang dikeluarkan pada tanggal 12 Oktober 1999, Kabupaten yang berluas
212.512 Ha ini diresmikan menjadi Kabupaten Otonom. Sebelumnya Simeulue
yang terdiri dari lima kecamatan ini, pada tahun2002 dan2013 terjadi pemekaran
menjadi sepuluh kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Simeulue Timur dengan ibu kotanya Sinabang

2. Kecamatan Simeulue Tengah dengan ibu kotanya Kampung aie
3. Kecamatan Simeulue Barat dengan ibu kotanya Sibigo
4. Kecamatan Teupah Barat dengan ibu kotanya Salur
5. Kecamatan Teupah Selatan dengan ibu kotanya Kawat
6. Kecamatan Salang dengan ibu kotanya Nasrehe
7. Kecamatan Teluk Dalam dengan ibu kotanya Luan Balu
8. Kecamatan Alafan dengan ibu kotanya Alafan
9. Kecamatan Teupah Tengah ibu kotanya lanting
10. Kecamatan Simeulue Cutibu kotanya Simeulue cut

30
Universitas Sumatera Utara

2.2 Unsur Kebudayaan Suku Simeulue
Masyarakat suku Simeulue adalah masyarakat yang tersebar di seluruh
kepulauan Simeulue saja, kecuali beberapa dari mereka yang berpindah karena
alasan khusus seperti tuntutan pekerjaan dan pendidikan. Pulau Simeulue adalah
pulau yang terletak di Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh, Indonesia.
Pada umumnya Masyarakat Simeulue merupakan masyarakat 4heterogen,
banyak suku dari berbagai daerah. Sebagian besar penduduk yang mendiami

Simeulue adalah pendatang dari daerah luar Simeulue, di antaranya pendatang
dari Aceh, Sibolga, Nias, Padang, Melayu, Jawa, Begawan, Sulawesi. Secara
umum jika dilihat dari ciri fisiknya, Pribumi asli Simeulue mempunyai mata sipit
dan berkulit kuning langsat, ciri-ciri tersebut berbeda dengan penduduk Aceh
daratan pada umumnya. Masyarakat yang mendiami kepulauan Simeulue
disesuaikan dengan latar belakang, asal muasal penduduknya. Hingga saat ini
keturunan suku yang mendiami kabupaten Simeulue adalah suku dagang, suku
pemuncak, suku rainang, suku raa‘wa lumah, suku lanteng, suku abon, suku
fangoan dan masih banyak suku-suku kecil lainnya.
Kabupaten Simeulue Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat
Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Hindia (Indonesia).
Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak
tahun 1999. Suku Simeulue adalah suku yang mendominasi di kepulauan ini.
Hampir 80 % dari jumlah penduduk pulau Simeulue bersuku Simeulue.

4

Heterogen adalah unsur yang berbeda sifat atau berlainan jenis atau beraneka ragam. (KBBI)

31

Universitas Sumatera Utara

Selebihnya suku Aceh, Minangkabau, Batak, Jawa, dan Tionghoa. Peta pulau
Simeulue dapat dilihat pada peta berikut ini.

Peta 2.2:
Wilayah Budaya Suku Simeulue

2.3 Masyarakat Simeulue di Desa Salur Kecamatan Teupah Barat
Berdasarkan data BPS secara keseluruhan, Kecamatan Teupah Barat
memiliki luas 146,71 KM2, yang terdiri dari 18 desa. Berikut data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Simeulue dan peta Kecamatan Teupah Barat:

32
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan Teupah Barat

NO


LUAS DESA (KM2)

NAMA DESA

JUMLAH
PENDUDUK

1.

SITAL

2,13

321

2.

LEUBANG


3,12

904

3.

LEUBANGHULU

19,06

383

4.

AWE SEBAL

3,98

512

5.

LANTIK

3,30

533

6.

AWE KECIL

3,21

367

7.

SALUR

3,19

826

8.

SALUR LATUN

22,27

246

9.

SALUR LASENGALU

1,01

587

10.

NANCALA

1,80

187

11

MAUDIL

11,45

601

12

INOR

13,79

485

13

NAIBOS

18,35

324

14

LAAYON

12,10

222

15.

ANGKEO

8,02

448

16.

BUNON

5,10

292

17.

SILENGAS

6,65

378

18.

PULAU TEUPAH

8,18

329

Sumber Data: DPS kabupaten Simeulue

33
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3:
Peta Kecamatn Teupah Barat

Sumber : Kantor Camat Teupah Barat

Penelitian ini dilakukan Di Kecamatan Teupah Barat, Desa Salur.
Pemilihan lokasi ini karena menimbang kesenian Nanga-nanga yang masih
banyak diketahui dan dapat disajikan oleh masyarakat wilayah ini khususnya Desa
Salur sehingga lebih memudahkan penulis untuk mendapatkan informasi dan
data-data. Desa Salur merupakan Ibukota Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten
Simeulue, kurang lebih berjarak 20 km dari ibu Kota Simeulue. Dari table diatas,
Desa Salur yang merupakan tempat penelitian memiliki luas 3,19 KM 2 dengan
jumlah rumah tangga sebanyak 221 dan total jumlah penduduk

Desa Salur

sebanyak 826 jiwa penduduk.

34
Universitas Sumatera Utara

2.4 Sistem Mata Pencaharian
Berdasarkan pada ikatan ekologis, masyarakat Aceh pada umumnya dan
Simeuluepada khususnya dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu uteun/ dotan
(hutan),blang (sawah), dan laot (laut). Ikatan ekologis iniseringkali dipandang
sebagai dasar untuk membangun komunitas diSimeulue. Namun, dengan melihat
tiga ikatan ekologis tersebut dapatjuga dilihat kategori mata pencaharian
masyarakat Simeulue. Terdapattiga kategori mata pencaharian yang umum
digeluti masyarakatSimeulue, yaitu: nelayan, petani, dan pekerjaan di sekitar
kawasanhutan. Guna menjamin hasil dari tiap mata pencaharian yang digeluti
tersebut, masyarakat Simeulue mengembangkan praktik-praktikkearifan yang
berorientasi untuk membangun harmoni dengan alam.
Dengan luas areal sawah 6.054 ha, pertanian padi menjadi salah satu
pencaharian pokok masyarakat Simeulue. Pada 2009 pertanian padi di Simeulue
menghasilkan 17.590,4 ton beras (BPS, 2010). Dari jumlah tersebut 12.858,5 ton
merupakan panen untuk jenis padi unggul, sementara 4731,9 ton sisanya
merupakan panen untuk jenis padi lokal.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan Teupah Barat

No

Jenis Pekerjaan

Jumlah

1

Petani

352

2

Wiraswata/Pedagang

116

3

Nelayan

256

4

Pegawai Negara Sipil (PNS)

102

Jumlah

826

Sumber data: Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

35
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat penduduk di Desa Salur sebagian
besar mata pencahariannya adalah petani dan nelayan yaitu sebanyak 256 jiwa
sebagai petani dan 352 jiwa sebagai nelayan. Mata pencarian ini merupakan mata
pencarian utama penduduk Kecamatan Teupah Barat. Banyaknya penduduk yang
bekerja sebagai nelayan dan petani ini karena letak Desa Salur yang dekat dengan
pantai dan memiliki banyak lahan tanah kosong yang dijadikan ladang untuk
bersawah.
.
2.5 Sistem Religi
Secara keseluruhan, masyarakat Simeulue menganut agama Islam
termasuk desa Salur. Dalam sejarah Islam di Simeulue Ada dua tokoh penting
yang sangat dikenal oleh Masyarakat. Berikut sekilas sejarah mengenai kedua
tokoh Islam tersebut.
1. Tgk. Halilullah
Berbagai sumber berkesimpulan islam pertama kali masuk ke pulau
Simeulue di bawa oleh seorang ulama yang diperintahkan oleh Sultan Aceh yaitu
Tgk. Halilullah, selanjutnya lebih dikenal Tgk. Diujung (nenek ujung) karena ia
dikebumikan diujung Pulau Simeulue, yaitu Teluk Simeulue Kuta Padang
kecamatan Simeulue Tengah. Beliau dari Alkan, Minangkabau Sumatera Barat,
beliau datang ke Serambi Mekah atau Aceh dengan maksud hendak menunaikan
ibadah haji ketanah suci Mekkah. Pada saat itu bagi yang ingin menunaikan
ibadah haji, terlebih dahulu menyempurnakan ilmunya di Aceh atau yang dikenal
Kota Serambi Mekah kemudian baru menuju Mekah.

36
Universitas Sumatera Utara

Pada masa kerajaan Islam, Aceh merupakan salah satu daerah Islam
termaju di kawasan Asia tenggara, Aceh merupakan rujukan umat Islam
dikawasan ini. Bila ada kesulitan-kesulitan dibidang agama maka merujuk ke
aceh. Sultan aceh meminta Tgk. Halilullah untuk menunda niatnya menunaikan
ibadah haji, karena sultan ingin memberikan tugas berat, tetapi sangat suci, yaitu
pergi kepulau Simeulue atau waktu itu disebut Pulau 'U' untuk mengislamkan
penduduk pulau 'U' tersebut. Sebagai guidance atau petunjuk jalan ke pulau
Simeulue (U) oleh Sultan mengawinkan Tgk. Halilullah dengan gadis asal pulau
(U) yang pada waktu itu berada di istana Sultan yang bernama Putri Simeulue
(Simelur). Simelur seorang putri yang cantik jelita, rupawan serta berparas dan
berbudi pekerti yang elok, berpenampilan muslimah. Sehingga tawaran sang
Sultan diterima dengan senang hati oleh Tgk. Halilullah.
Dalam perjalanan sejarah berikutnya, Halilullah bersama isterinya Putri
Melur yang cantik terdampar di Pulau Harapan, penghujung barat pulau Simeulue.
Selanjut nya mendarat ke teluk Simeulue kuta padang kampung kelahiran
isterinya Puteri Simeulue. Dari daerah kuta Padang ini (Teluk Simeulue) Tgk.
Halilullah bersama isterinya mengembangkan dan mengajarkan agama islam ke
seluruh wilayah di Kabupaten Simeulue.
2. Tgk. Banurullah
Tgk. Banurullah atau nama lain Si Bakudo Batu berasal dari pulau nias
atau gunung sitoli yang namanya sebelum masuk islam bernama "Gafaleta".
Adapun sejarah mengenai Tgk. Banurullah atau si bakudo batu adalah sebagai
berikut. Pada masa kerajaan aceh di bawah pemerintahan sultan iskandar muda

37
Universitas Sumatera Utara

dengan panglimanya seorang wanita yang sangat terkenal yaitu Laksamana
Malahayati yang dapat menaklukkan beberapa daerah/kerajaan yaitu Pahang
(1617), Perak (1620), Pariaman, Nias (1624). tak kalah menaklukkan pulau nias
sekaligus mengembangkan agama islam, Gafaleta yang merupakan julukannya
pada saat menjadi salah satu kepala suku di Nias beberapa tahun kemudian
bersama para pengikutnya timbul keinginan untuk memperdalam agama islam ke
kerajaan aceh yang disebut Serambi mekah. Dalam perjalanan, mereka terdampar
di pulau teupah, yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Teupah Barat.
Setelah itu beliau menuju ke Desa Salur yang menurut anggapan beliau disitu ia
akan memperdalam agama islam, tetapi kenyataannya tidak demikian, penduduk
yang ada di Desa Salur belum beragama sama sekali atau masyarakat Simeulue
menyebut dengan istilah Manteu (orang primitive). Menurut masyarakat Salur
Para Manteu ini oleh beliau dibujuk dan diajak bercocok tanam seterusnya
diajarkan agama dan kesenian yang bernuansa agama. Setelah mereka memeluk
agama islam, dibangun sebuah masjid yang sederhana yaitu masjid Babussalihin
yang ada sampai saat ini di Desa Salur dan sebagai masjid tertua. Nama Tgk.
Banurullah sendiri yang berarti banu dalam bahasa gunung sitoli (NIAS) adalah
tempat atau kampong, sedangkan rullah adalah diridhai Allah SWT. Sebelum
meninggal dunia, beliau memberikan wasiat kepada murid-muridnya, jika beliau
wafat nanti dimakamkan diatas bukit batu yang tidak jauh letaknya dari masjid
Babussalihin Desa Salur, mendengar ucapan beliau, para murid bertanya,
―bagaimana kami bisa menggali kuburan batu tersebut tengku?‖ tgk. Banurullah
menjawab ―nanti ambil sisa air mandi jenazah saya dan siramkan ke batu besar

38
Universitas Sumatera Utara

tersebut, Insya Allah kalian akan mampu menggali kuburan batu tersebut dan
membuat liang lahat yang baik untukku, akhirnya kenyataan demikian memang
terjadi.
Gambar 2.4 :
Kuburan Alm. Tgk. Banurullah terletak di bukit bakudo batu, kuburan ini tidak jauh letaknya
dengan masjid Babusalihin Desa Salur.

Sumber : Kantor Camat Teupah Barat

Gambar 2.5:
Masjid babusalihin Desa Salur adalah salah satu peninggalan Alm Tgk Banurulah dan sebagai
masjid tertua di Kabupaten Simeulue.

Sumber : kantor camat teupah barat

39
Universitas Sumatera Utara

2.6 Sistem Kekerabatan
Pada Umumnya sistem kekerabatan pada masyarakat Simeulue adalah
patriliniar artinya didasarkan dari garis keturunan ayah, jika ibu meninggal maka
yang bertanggung jawab terhadap anak adalah ayah. Tetapi jika ayah yang
meninggal, maka yang bertanggung jawab wali dari pihak ayah. Yaitu saudara
kandung laki-laki yang di sebut dalam istilah Simeulue Amarehet, sebaliknya
saudara laki-laki dari pihak ibu disebut Laulu, yang mempunyai peran tersendiri
terhadap anak terutama pada saatnya anak akan berumah tangga.Kesatuan
kekerabatan terkecil dalam masyarakat Simeulue adalah keluarga inti yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum nikah. System kekerabatan yang lebih
luas lagi berbentuk hubungan seketurunan atau suku dan hubungan tali
perkawinan yang disebut dengan famili. Dalam kehidupan masyarakat biasanya
selalu dilalui dengan serangkaian upacara. Demikian juga dengan masyarakat
Kabupaten Simeulue. Upacara adat pernikahan masyarakat Kabupaten Simeulue
secara umum mirip dengan upacara adat pernikahan masayarakat Aceh lainnya.
Bagian yang khas dari masyarakat Simeulue pada upacara adat pernikahan
adalah peran kekerabatan dari garis ayah dan ibu. Dalam adat pernikahan, kerabat
dari garis ayah yang disebut wali atau amarehet bertugas mencari tahu dan
menanyakan identitas dari calon menantu. Selasai mencari tentang identitas calon
pengantin kemudian pihak amarehet memutuskan setuju untuk melanjutkan acara
seterusnya. Selanjutnya peran kerja diserahkan pada pihak kerabat dari garis ibu
yang disebut laulu. Pihak laulu ini bertugas menentukan besarnya mahar dalam
pernikahan tersebut. Dalam acara pernikahan ada acara khusus untuk pihak laulu

40
Universitas Sumatera Utara

yakni acara malam malaulu. Acara ini adalah acara dari pihak saudara ibu. Malam
malaulu dilaksanakan sebelum akad nikah. Malam malaulu merupakan dimana
pengantin wanita meminta izin kepada laulunya (keluarga dari pihak ibu) untuk
melaksanakan nikah. Sementara pihak laulu menyiapkan atau memberi hantaran
kepada pengantin berupa bakal baju, dan bekal rumah tangga seperti tempat
makan piring, gelas, sendok dan bahan makanan lainnya. Sebelum hantaran
diberikan kepada pengantinnya, acara ini biasanya di selingi oleh kesenian
tradisional Simeulue yaitunandong,nanga-nanga,sikambang dan Debus.

2.7 Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa yang digunakan oleh Masyarakat
Simeulueterdiri dari 4 (empat) bahasa daerah dan memiliki wilayah penggunanya,
berikut penulis menjelaskan terkait Bahasa yang ada di kabupaten Simeulue
berdasakam wilayahnya:
1. Bahasa Defayan, dengan wilayah penuturnya kecamatan Simeulue tengah,
Simeulue cut, teluk dalam, Simeulue timur, teupah selatan, teupah tengah dan
teupah barat.
2. Bahasa Jamu atau aneuk jame (Bahasa pesisir), dengan wilayah penuturnya
kecamatan Simeulue timur ibu kota sinabang namun bahasa ini hampir seluruh
masyarakat Simeulue bisa menuturkannya
3. Bahasa Sigulai dengan wilayah penuturnya kecamatan Simeulue barat, alafan
dan salang.

41
Universitas Sumatera Utara

4. Bahasa Leukon, dengan wilayah penuturnya hanya leukon atau desa lafakha
dan langi.
Bahasa-bahasa tersebut digunakan sebagai alat komunikasi di wilayah
penuturnya. Secara umum sebagian besar Masyarakat Simeuluemenguasai bahasa
defayan dan bahasa jamu, karena bahasa tersebut digunakan dibukota kabupaten
dan sekitarnya. masyarakat yang menggunakan bahasa sigulai dan leukon hampir
rata-rata bisa berbahasa Simeulue dan bahasa jamu.

2.8 Kesenian dan Adat
2.8.1 Kesenian
Secara umum kesenian yang ada pada masyarakat Simeulue sangat
beragam diantaranya adalah selain seniNanga-nanga ada juga nandong, buai,
debus, dan kesenian Sikambang. Beberapa diantaranya memiliki kesamaan
dengan kesenian diluar pulau Simeulue yaitu minang, Melayu, aceh dan pesisir
sumatera. Hal ini disebabkan faktor akulturasi budaya. Berikut dijelaskan terkait
kesenian yang ada dan membudaya di kabupaten Simeulue.
1. Nandong merupakan nyanyian vocal berbalas pantun yang diiringi intrumen
gendang dan biola dengan lirik nya adalah bait-bait pantun. Kesenian
Nandong ini sering dijumpai pada saat acara-acara pernikahan dikabupaten
Simeulue biasanya disajikan pada malam hari sebelum akad nikah atau
dikenal oleh masyarakat Simeulue dengan sebutan malam malaulu. Berikut
salah satu contoh pantun rantau yang disajikan dalam kesenian nandong.

42
Universitas Sumatera Utara

Ibo hati memandang darek.
Ado sampan pandayung tidak.
Taragak hati nandak pulang.
Ado kampung tidak bapanghuni

2. Buai merupakan kesenian nyanyian vocal yang umumnya banyak disajikan
oleh kaum perempuan. Namun, kesenian ini tidak lagi populer dan banyak
yang tidak mengetahuinya.
3. Sikambang5 merupakan salah satu kesenian yang berlaku dipesisir pantai barat
sumatera ini, sangat popular juga keberadaanya di Simeulue kesenian ini
biasanya identic dalam upacara adat seperti pernikahan, khitanan ataupun
turun karai anak. Namun, dalam hal penyajian nya sangat berbeda dengan
kesenian sikambang yang ada di luar pulau Simeulue salah satu contohnya
adalah instrument musik yang digunakan dipulau Simeulue, yang hanya
menggunakan biola dan gendang sikambang untuk mengiringi tarian
selendang, tari anak, tari payung dan tari kapulo pinang. Sementara sikambang
yang ada sibolga misalnya, mereka menggunakan instrument akordeon,
singkadu, biola, gendang.
4. Kesenian Debus atau disebut oleh masyrakat Simeulue dengan kesenian
Dabui. Kesenian Debus (Dabui) merupakan kesenian unjuk kekabalan atau

5

Sikambang berasal dari 2 kata, yakni si dan kambang. Kata si merupakan kata sandang yang
diletakkan di depan sebuah nama. Sedangkan kambang merupakan sebuah nama. Menurut Suku
Pesisir, sikambang
mempunyai beberapa pengertian, yaitu:
1. Nama salah satu jenis pertunjukan pada masyarakat Pesisir,
2. Sebutan untuk nyanyian atau lagu yang akrab,
3. Nama salah satu jenis ansambel pada masyarakat Pesisir, dan
4. Nama repertoar yaitu sikambang dan sikambang botan
Penyajian kesenian tersebut dibagi dalam empat, yakni alat musik, lagu, tari, dan pantun. Kesenian
ini dikenal dengan sebutan sikambang yang memiliki ciri khas tersendiri baik dalam bentuk alat
musik, lagu, tari, maupun pantun. (takari : hal 34: analisis ayun-ayun tajak suku pesisir)

43
Universitas Sumatera Utara

kekuatan sesorang dalam memainkannyadengan menggunakan peralatan yang
tajam seperti pisau, kris, rencong, kapak, dan lain-lain. Peralatan tersebut
dihujamkan ketubuh parah pemain. Dalam pertunjukannya kesenian ini
diiringi oleh nyanyian salawat beserta instrument gendang sebagai tempo.

2.8.2 Adat Simeulue
Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia berarti ―kebiasaan‖. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam
Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah
mengenal dan menggunakan istilah tersebut. Dalam hal ini Adat dapat diartikan
suatu persyaratan, peraturan dan ketentuan yang melembaga dalam masyarakat.
Adat Aceh merupakan hukum,aturan tata tertib yang telah diketahui oleh
masyarakat secara turun-temurun.Pada prinsipnya adat Aceh mengarah kepada
syari‘at-syari‘at Kitabullah,atau sesuai syari‘at Islam. Begitu pula Masyarakat
Aceh pada umumnya mengungkapkan secara puitis yakni:
Adat bak Po Teumeurohom
Hukom bak Syiah Kuala
Qanun bak Putroe Phang
Reusam bak Laksamana

Adat di tangan masyarakat
Hukum di Syiah kuala
Kanun di Putrophang
keputusan oleh laksamana

Adat bak Po Teumeurohom yang dimaksud adalah sebuah kehormatan
pada orang yang telah meninggal dunia (Wafat) yaitu almarhum Sultan Iskandar
Muda. Sultan Iskandar Muda adalah sebagai lambang dari pemegang kekuasaan
dalam pemerintahan kerajaan Aceh yang adil dan makmur dimasa kejayaanya.
Adapun maksud dari kalimat hukom bak Syiah Kuala adalah sebagai simbol

44
Universitas Sumatera Utara

keadilan,kejujuran dan keagamaan.Ungkapan tersebut disandarkan kepada
politikus agung, ahli pikir serta negarawan yang terkenal yaitu Syeh Abdur Rauf.
Qanun

bak

Putroe

Phang.

Qanun

artinya

adalah

Undang-

Undang.Undang–Undang dibuat oleh Musyawarah Pengadilan Rakyat atau
Mahkamah Rakyat, pada masa sebelum Sultan Iskandar Muda menjadi
Raja,Mahkamah Rakyat tersebut belum terbentuk dalam Kerajaan Aceh.Setelah
Sultan Iskandar Muda berkuasa atas saran dan prakarsa dari permaisuri Sultan
yang berada dari Kerajaan Pahang bernama Putri Kamaliah,maka terbentuklah
Mahkamah Rakyat,Mahkamah Rakyat bila kita ambil persamaannya dalam
pemerintah demokrasi sekarang adalah Dewan Perwakilan Rakyat.
Reusam Bak Lakseumana. Apabila diartikan secara bebas, Reusam adalah
pengurus bidang-bidang diplomatik, keprotokolan, dan etika. Biasanya urusan
keprotokolan tersebut diurus oleh Kementerian Pertahanan atau angkatan perang
dalam kerajaan Aceh dulunya.Pemegang jabatan tertinggi sebagai Menteri
Pertahanan ditunjuk Panglima Tertinggi Angkatan Laut,yaitu Laksamana. Oleh
karena itu Laksamana dilambangkan sebagai pemegang urusan protokoler,
diplomat atau hubungan luar negeri dan etika dengan sebutan Reusam Bak
Lakseumana.
Menyangkut adat dipertegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, Bab XIII pasal 98. Yakni
Lembaga adat berfungsi dan berperan sebagai wahana partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan Aceh dan pemerintahan kabupaten Kota

45
Universitas Sumatera Utara

dibidang keamanan, ketentraman, kerukunan, ketertiban masyarakat. Adapun adat
dalam masyarakat Aceh adalah sebagai berikut:
a. Adat Tullah, ialah aturan atau ketentuan yang berdasarkan kitabullah (AlQur'an). Adat Tullah tidak boleh dirubah-rubah.
b. Adat Mahkamah ialah aturan dengan ketentuan yang dibuat mahkamah rakyat
atau di putuskan oleh pemerintah yang resmi.
c. Adat Tunah ialah adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
harus sesuai dengan adat tullah dan adat mahkamah.
Adat Simeulue yang berdasarkan pada Syaria‘t Islam, Dalam kehidupan
kemasyarakatan baik perkawinan, pertanian, dan kehidupan sosial lainnya peran
adat dikabupaten Simeulue ini sangat dijalankan diantaranya adalah dalam
adatPernikahan, Sarah Papar, Sunat Rasul (Khitan), Malaulu, Turun ke sawah,
Kenduri Blang, Mendo'a Panen (shalawat), Kenduri Laut dan lainnya.bahkan
mengenai pelanggaran, kecelakaan, pertengkaran, perkelahian diselesaikan
melalui adat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.9 Nanga-nanga mehumasa pada masyarakat Simeulue didesa Salur
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, Nanga-nanga
mehumasa merupakan sebuah genre nyanyian rakyat Simeulue dengan
menggunakan intrument kedang (gendang) sebagai pengiring nyanyian, dalam hal
ini nanga-nanga mehumasa berupa karya sastra lisan berbentuk syair pantun
mengenai ajakan serta nasehat kepada masyarakat simeulue yang umumnya
bermata pencaharian bertani atau bercocok tanam.

46
Universitas Sumatera Utara

2.9.1 Penyajian Nanga-nanga mehumasa pada Masyarakat Simeulue di Desa
Salur
Masyarakat yang hidup Di Desa Salur umumnya bermata pencaharian
bertani, Sebagaimana mata pencaharian yang telah ada secara turun temurun,
kearifan masyarakat Simeulue juga dapat di lihat melalui aktivitas pertanian padi
ini.salah satu aktifitas tersebut adalah upacara mangan ulun tinafa . Menurut
informan dulunya nanga-nanga mehumasa ini sering dijumpai dalam suatu
upacara adat Simeulue yang di kenal dengan upacara adat Mangan Ulun tinafa
atau kenduri padi. Kegiatan ini dilakasanakan satu tahun sekali. Namun sangat
disayangkan, upacara mangan ulun tinafa ini sudah jarang sekali dilaksanakan
berikut penjelasan informan secara singkat mengenai upacara adat tersebut.
Upacara Mangan Ulun Tinafa sebagai salah satu ritual yang terkait dengan
aktivitas pertanian atau dikenal sebagai khenduri padi orang Simeulue hal ini
merupakan ritual yang bertujuan memohon kepada Tuhan agar sawahnya
menghasilkan panen melimpah ataupun sebagai wujud syukur atas hasil pertanian.
Dalam satu musim tanam, upacara ini dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama
ketika memulai musim tanam. Kedua ketika bulir padi mulai berisi, Ketiga
dilaksanakan pada waktu panen padi. Upacara ini dipimpin oleh Teungku
Meunasah (pemuka agama) setempat.
Upacara pertama yaitu ketika memulai musim tanam dilakukan di sekitar
areal sawah. Dari pagi upacara dimulai dengan menanam ubon (pisang emas) di
dekat sawah yang dilanjutkan dengan pemotongan ayam. Upacara dilanjutkan
dengan membaca shalawat di tempat yang sama yang kemudian disambung

47
Universitas Sumatera Utara

dengan pembacaan doa oleh pemuka agama. Baru setelah itu, acara dilanjutkan
dengan makan bersama petani-petani yang hadir dalam upacara tersebut.
Berbeda dengan upacara pertama, upacara kedua yaitu ketika bulir padi
telah berisi tidak dilakukan beramai-ramai melainkan hanya oleh pemilik sawah
yang bersangkutan. Upacara kedua ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan
yang menjawab doa mereka dahulu dengan mengisi bulir-bulir tanaman padi
mereka. Pada acara ini dilakukan penyembelihan ayam juga, kemudian di rumah
ayam tersebut dimakan bersama-sama satu keluarga. Seusai penyembelihan ayam,
Teungku Meunasah menaburkan santan ke tanaman padi sambil membaca
shalawat. Upacara tahap kedua ini kemudian diakhiri dengan selamatan sederhana
dengan hidangan nasi sedekah. Ketika panen telah tiba kembali dilakukan upacara
yang dilakukan di rumah masing-masing petani.
Upacara tanda syukur ini dilakukan dengan mengundang tetangga.
Upacara ini juga dipimpin oleh Teungku Meunasah setempat. Jika musim panen
tiba, selama satu bulan penuh upacara ini dapat dilakukan dalam satu kampung
dikarenakan setiap keluarga melaksanakannya secara bergantian, di penghujung
acara tersebut kemudian di tampilkan lah beberapa kesenian daerah salah satunya
nanga-nanga mehumasa yang dilaksankan sebagai bentuk memerihakan
rangkaian upacara mangan ulun tinafa (makan hasil panen baru). (Rusdi dan
wibowo ; 2004)
Penyajian nanga-nanga mehumasa ini selain sebagai hiburan juga sebagai
salah satu media rakyat untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan yang
harmonis dalam masyarakat setempat.

48
Universitas Sumatera Utara

2.9.1.1 Pemusik Nanga-nanga Mehumasa
Pemusik di dalam kebudayaan etnik Simeulue sangatlah dihormati.
Pemusik, termasuk pemusik dalam kesenian nanga-nanga dipandang sebagai
tokoh adat, yang memahami baik secara mendalam maupun meluas mengenai
adat-istiadat etnik Simeulue. Pemusik dipandang sebagai kelas sosial terpandang
secara kebudayaan. Biasanya menjadi pemusik bukanlah sebagai pekerjaan utama
dalam kebudayaan Simeulue. Pemusik adalah bahagian dari pengabdian diri
dalam konteks memelihara dan mengembangkan kebudayaan. Di dalam
kehidupan masyarakat, mereka biasanya bekerja di bidang-bidang lain, seperti
sebagai petani, nelayan, pegawai negeri sipil, dan lain-lainnya. Seorang pemusik
melekat statusnya selama ia masih menjadi pemain musik. Pemusik juga sekaligus
dipandang sebagai tokoh dan pemelihara adat. Oleh karenanya, seorang pemusik
dihormati di dalam kehidupan sehari-hari maupun di atas pentas pertunjukan.
Berikut ini adalah foto penampilan pemusik dengan pakaian adat Simeulue, serta
alat musik kedang

Gambar : 2.6:
Pemusik. (Johardin 53 tahun kiri) dan Ali umar (51 tahun kanan)

49
Universitas Sumatera Utara

2.9.1.2 Instrumen Pengiring dan Klasifikasi Organologis
Umumnya, dalam sebuah pertunjukan nyanyian selalu ada alat musik
sebagai pengiring nyanyian tersebut, walaupun bukan sebagai suatu keharusan.
Begitu juga dengan nanga-nanga mehumasa yang disajikan dengan satu jenis alat
musik pengiring nyanyiannya.
Curt Sach dan Hornbostel dalam tulisannnya Classification of Musical
Instrument menyebutkan bahwa alat musik dapat diklasifikasikan menurut sumber
bunyinya. Dalam penelitian lapangan yang penulis lakukan, terdapat satu jenis
alat musik tradisional Simeulue sebagai pengiring , yaitu kedang (gendang).
Berikut adalah penjelasannya.
Kedang (Gendang)

Gambar 2.7
Instrument kedang (gendang)
Dokumetansi penulis

Kedang adalah gendang dalam bahasa Simeulue. Alat musik pukul jenis
membranophone double head ini berbentuk silendris atau tabung yang kedua sisi
tidak sama besarnya. Alat musik ini terbuat dari kayu yang dilubangkan pada

50
Universitas Sumatera Utara

bagian tengahnya dan ditutupi oleh kulit kambing yang sudah diolah pada bagian
kanan dan kiri sebagai membrannya. Pada bagian membran kanan diikat
menggunakan rotan ke bagian membran kiri, lalu ditarik hingga erat. Namun
karena kurangnya bahan baku rotan, pembuat kedang menggunakan tali jenis
nylon sebagai pengganti rotan.

51
Universitas Sumatera Utara