PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG NUSYUZ SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERCERAIAN (Studi Kasus di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue) SKRIPSI

  

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG NUSYUZ

SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERCERAIAN

(Studi Kasus di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue)

SKRIPSI

  

Diajukan Oleh:

ARDAWATI

Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum

  

Prodi Hukum Keluarga

NIM: 140101072

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

  DARUSSLAM – BANDA ACEH

2018 M / 1439 H

  

ABSTRAK

  Nama/NIM : Ardawati/140101072 Fakultas/ Prodi

  : Syari’ah dan Hukum/ Hukum Keluarga Judul : Persepsi Masyarakat Tentang Nusyuz Serta Pengaruhnya

  Terhadap Perceraian (Studi Kasus di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue)

  Tanggal Munaqasyah : 07 Agustus 2018 Tebal Skripsi : 61 Halaman Pembimbing I : Dr. Bismi Khalidin, S.Ag., M.Si Pembimbing II : Israr Hirdayadi, Lc., MA Kata Kunci : Nusyuz dan Pengaruhnya Terhadap Perceraian Dalam Islam, Allah mengatur tujuan pernikahan dan meletakkan hak-hak dan kewajiban bagi pasangan yang sudah melaksanakan akad. Salah satu kewajiban suami adalah memberi nafkah lahir dan batin kepada isteri, sebaliknya isteri mempunyai kewajiban taat dan patuh kepada suami dalam perkara yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Apabila salah satu pasangan suami isteri tidak menjalankan kewajibannya, maka pasangan tersebut telah berbuat nusyuz. Nusyuz berasal dari salah satu pihak suami atau isteri, bukan keduanya secara bersama- sama. Nusyuz artinya durhaka atau tidak patuh. Islam mengatur langkah-langkah penyelesaian bagi suami atau isteri yang nusyuz sebagaimana yang terdapat dalam Al-

  Qur’an surat An-Nisa ayat 34 dan 128, tetapi apabila dengan langkah-langkah tersebut masalah tidak dapat terselesaikan baru dibolehkan suami atau isteri menempuh jalan lain, yaitu perceraian. Pertanyaaan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana persepsi masyarakat tentang nusyuz, apakah faktor-aktor terjadinya nusyuz di kalangan masyarakat dan bagaimanakah dampak nusyuz terhadap perceraian di Kecamatan Teupah Tengah. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan

  

kualitatif kemudian dianalis dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil

  penelitian ini dapat dipahami bahwa sebagian masyarakat mengetahui konsep, bentuk serta penyelesaian bagi suami isteri yang nusyuz, namun sebagian yang lain hanya mengetahui dasar-dasarnya saja. Namun menurut sebagian masyarakat bahwa isteri nusyuz tetap mendapatkan nafkah dari suaminya, selama isteri belum diceraikan oleh suaminya. Untuk faktor-faktor yang menyebabkan nusyuznya suami isteri yakni faktor keuangan, faktor kejenuhan di antara pasangan suami isteri dan faktor kurangnya pengetahuan agama. Adapun pengaruh nusyuz terhadap perceraian yang terjadi di Kecamatan Teupah Tengah dalam rentang waktu tiga tahun (2015-2017) terdapat 7 (tujuh) kasus. Penyebab terjadinya perceraian ialah syiqaq atau perselisihan terus menerus di antara pasangan yang merupakan kondisi yang terjadi akibat terjadinya nusyuz, baik yang dilakukan oleh suami atau isteri dan tidak dapat diselesaikan dengan baik

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirabbil’alamin dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw, keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang tetap istiqomah menegakkan agama Islam hingga akhir zaman.

  Skripsi ini b erjudul “Persepsi Masyarakat Tentang Nusyuz Serta

  

Pengaruhnya Terhadap Perceraian (Studi Kasus di Kecamatan Teupah

Tengah Kabupaten Simeulue)”. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah

  satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum (SH), Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Ar- Raniry Banda Aceh.

  Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan ribuan terima kasih kepada orang-orang yang sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, karena penulis sadar tanpa bantuan mereka semua, skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu sepantasnya penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Muhammad Siddiq, M.H., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry 2. Bapak Dr. Mursyid Djawas, S.Ag., M.HI., selaku Ketua Program Studi

  Hukum keluarga, dan juga kepada Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, Fakhrurrazi M. Yunus, Lc., M.A., serta kepada seluruh dosen dan Staf yang ada di Prodi HK yang telah banyak membantu.

3. Bapak Dr. Bismi Khalidin, S.Ag., M.Si., selaku pembimbing I beserta Bapak

  Israr Hirdayadi, Lc., MA selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta tidak dilupakan ucapan terima kasih penulis kepada Ibu Dr. Hj. Soraya Devy, M.Ag selaku penguji I dan Bapak Dr. Irwansyah, M.Ag selaku Penguji II.

4. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf pengajar dan pegawai di lingkungan

  Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh 5. Segenap jajaran star dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan

  Hukum dan Perpustakaan UIN Ar-Raniry yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi- referensi sebagai bahan rujukan penulis dalam menyusun skripsi ini.

  6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setulus- tulusnya kepada Ayahanda tercinta Adulman dan ibunda tercinta Miana, kakanda (Andra, Andam Dewi, S.Pd dan Amri Adi, A.Md Kep), adinda (Arisandra dan Mesi Maulida) serta semua keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang penulis hormati dan sayangi yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta memberikan dorongan moril dan materiil, serta nasehat dan do’a demi kesuksesan penulis sehingga mampu menyelesaikan studi ini hingga jenjang sarjana.

  7. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan HK angkatan 2014 terspesial teruntuk Evi Susanti, Husnul Khatimah, Rizka Amelia dan semua yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa berjuang bersama demi mendapatkan sebuah gelar yang diimpikan selama ini.

  8. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan KPM Reguler Gunong Mantok yang telah memberikan banyak ilmu dan energi positif kepada saya. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, teman serumah (Ela Novalia, Rumi Ardianita dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu perta.

  Demikian skripsi ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi semuanya khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pihak yang turut membantu semoga amal ibadahnya dibalas oleh Allah SWT. Di akhir tulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat banyak kekurangannya. Maka kepada Allah jualah kita berserah diri dan meminta pertolongan. Aamiin.

  Banda Aceh, 24 Juli 2018 Ardawati

  

TRANSLITERASI

  Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987

  • – Nomor: 0543 b/u/1987 1.

   Konsonan No Arab Latin Ket No Arab Latin Ket

  Tidak t dengan 1 dilamban

  16 titik di ṭ

  ا ط

  gkan bawahnya z dengan

  2 B 17 ẓ titik di

  ب ظ

  bawahnya

  3 T

  18 ‘

  ت ع

  s dengan titik

  4 19 g ṡ

  ث غ

  di atasnya 5 j 20 f

  ج ف

  h dengan titik

  6 21 q ḥ

  ح ق

  di bawahnya 7 kh 22 k

  خ ك

  8 d 23 l

  د ل

  z dengan titik

  9 24 m ż

  ذ م

  di atasnya 10 r 25 n

  ر ن

  11 z 26 w

  ز و

  12 s 27 h

  س ه

  13 sy

  28 ’

  ش ء

  s dengan titik

  14 29 y ṣ

  ص ي

  di bawahnya d dengan titik 15 ḍ

  ض

  di bawahnya 2.

   Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

  a.

  Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

   Tanda Nama Huruf Latin َ Fat ḥah

  atau ya

  :

  āla ى م ر : ramā لْي ق

  : q

   لا ق

  Ū Contoh:

   َ ي Dammah dan waw

  Ī

   Kasrah dan ya

  Ā َ ي

  Harkat dan Huruf Nama Huruf dan tanda َ ي/ا Fat

ḥah dan alif

  A

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

  ﻒﻳﻛ : kaifa لوﻫ : haula 3. Maddah

  Au Contoh:

  و َ Fat

ḥah dan wau

  Ai

   Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf ي َ Fat

ḥah dan ya

  Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

   َ Dammah U b.

  I

   َ Kasrah

  qīla ل ْو ق ﻳ : yaqūlu

4. Ta Marbutah (ﺓ)

  Transliterasi untuk ta marbutah ada dua: a.

  Ta marbutah (ﺓ) hidup Ta marbutah (

  ﺓ) yang hidup atau mendapat harkatfatḥah, kasrah dan dammah , transliterasinya adalah t.

  b.

  Ta marbutah (ﺓ) mati Ta marbutah (

  ﺓ) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah h.

  c.

  Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ﺓ) diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah ( ﺓ) itu ditransliterasikan dengan h. Contoh:

  : rau

  ḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl ْلا فْط ْلْا ة ض ْو ر

  : al-Mad

  īnah al-Munawwarah/ ْﺓ رَّو ن مْلا ة نْﻳ د مْلا al-Mad īnatul Munawwarah

  : Ṭalḥah

   ْة حْل ط Catatan:

  Modifikasi 1.

  Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Hamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut; dan sebagainya.

  3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus bahasa Indonesia tidak ditransliterasikan. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1.1: Data Penduduk Kecamatan Teupah Tengah ............................................. 44 Tabel 1.2: Daftar Sarana Pendidikan ......................................................................... 45 ................................... Tabel 1.3: Jawaban Responden Di Kecamatan Teupah Tengah

  46 Tabel 1.4: Data Perceraian Pada Mahkamah Syar’iyah Sinabang ............................. 56

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Surat Keputusan Penetapan Pembimbing Skripsi Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 3 : Daftar Kuesioner Lampiran 3 : Surat Keterangan Dari Camat Teupah Tengah Lampiran 4 : Surat Keterangan Dari Desa Busung Indah Lampiran 5 : Surat Keterangan Dari Desa Kahad Lampiran 6 : Surat Keterangan Dari Desa Lasikin Lampiran 7: Surat Keterangan Dari Desa Simpang Abail

  DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL ................................................................................................ i

PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................................. ii

PENGESAHAN SIDANG ........................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

TRANSLITERASI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiii

BAB SATU PENDAHULUAN

  2.2. Perceraian ....................................................................................... 34

  BAB EMPAT PENUTUP

  3.5. Penyelesaian Nusyuz di Kecamatan Teupah Tengah .................... 56

  3.4. Pengaruh Nusyuz terhadap Perceraian .......................................... 55

  3.3. Praktek Nusyuz dan Faktor-faktor terjadinya di Kecamatan Teupah Tengah .............................................................................. 48

  3.2. Persepsi Masyarakat terhadap Nusyuz ......................................... 45

  3.1. Gambaran Geografis dan Demografi Kecamatan Teupah Tengah ........................................................................................... 42

  BAB TIGA PRAKTEK NUSYUZ DAN AKIBATNYA TERHADAP

PERCERAIAN DI KECAMATAN TEUPAH TENGAH

KABUPATEN SIMEULUE

  2.2.3. Akibat-akibat yang ditimbulkan Perceraian ........................ 40

  2.2.2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Perceraian ..... 36

  2.2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Perceraian ............................ 34

  2.1.4. Penyelesaian Nusyuz dan Akibat Nusyuz ........................... 26

  1.1.Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

  2.1.3. Pandangan Para Ulama Terhadap Nusyuz .......................... 25

  2.1.2. Jenis dan Faktor Terjadinya Nusyuz ................................... 20

  2.1.1. Pengertian dan Dasar Hukum Nusyuz ................................ 15

  2.1. Nusyuz ........................................................................................... 15

  BAB DUA NUSYUZ DAN PERCERAIAN

  1.7. Sistematika Penulisan ................................................................... 14

  1.6. Metode Penelitian ......................................................................... 10

  1.5. Kajian Pustaka ................................................................................ 9

  1.4. Penjelasan Istilah ............................................................................ 7

  1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

  1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 6

  4.1. Kesimpulan .................................................................................. 59

  4.2. Saran ............................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

BAB SATU

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan fitrah manusia dan kebutuhan manusia.

  Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kedamaian dan ketentraman hidup serta menumbuhkan rasa kasih sayang khususnya antara suami isteri, kalangan keluarga

  1

  yang lebih luas, bahkan dalam kehidupan umat manusia umumnya. Allah mensyari’atkan pernikahan dan menjadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan memiliki tujuan yang baik bagi manusia, makhluk yang dimuliakan oleh Allah. Dengan adanya pernikahan dapat menjaga diri dan menjauhkan dari pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan oleh agama.

  Dalam hadits Nabi Saw bersabda:

  ) َعاَطَتْسا

ْجَّوَزَ تَ يْلَ ف َةَءاَبْلا ْمُكْنِم ِنَم ِباَبَّشلا َرَشْعَمَيَ َمّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْوُسَر َلاَقَ ف

(

  ءاََِو ُهَل ُهَّنِأَف ِِْوَّصل ِب ِهْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي َْلَ ْنَمَو ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَوِرَصَبْلِل ُّضْغَأ ُهَّنِأَف

  Artinya: “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah yang mampu

  untuk menikah, maka menikahlah. Sebab dengan menikah, dia akan lebih mudah menahan pandangannya dan lebih mudah menjaga kemaluannya dari perbuatan zina. Barang siapa belum mampu menikah, hendaklah dia berpuasa, sebab puasa dapat mengurangi

  2 syahwatnya. (HR. Bukhari).

  1 A. Hamid Sarong, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005), hlm. 4. 2 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2, Shahih Al-

  Dalam Islam, Allah mengatur tujuan pernikahan dan meletakkan hak-hak dan

  3

  kewajiban bagi suami isteri. Hak- hak dan kewajiban adalah ketetapan syari’at Islam kepada persyaratan dua orang manusia yang sudah melaksanakan akad. Apabila akad telah berlangsung dan memenuhi syarat rukunnya, maka menimbulkan akibat

  4 hukum, baik berupa hak maupun kewajiban suami isteri.

  Salah Salah satu kewajiban suami adalah memberi nafkah lahir dan batin kepada isteri, sebaliknya isteri mempunyai kewajiban taat dan patuh kepada suami dalam perkara yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam. Jika suami isteri sama- sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagian hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan

  5 ketentuan agama, sakinah mawaddah wa rahmah.

  Prinsip sakinah dan mawaddah dalam kehidupan rumah tangga berarti suami isteri harus memerankan peran masing-masing, yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Di samping itu harus juga diwujudkan keseragaman, keeratan, kelembutan dan saling pengertian satu dengan yang lain sehingga rumah tangga

  6 menjadi penuh kebahagiaan.

  Rumah tangga bahagia adalah rumah tangga yang mampu memberikan rasa tenteram, damai, penuh rasa cinta dan kasih sayang bagi seluruh anggota keluarga, terutama bagi suami dan isteri beserta anak-anaknya. Itulah wujud kebahagian lahir dan batin yang sangat diinginkan oleh semua orang. Namun hidup tidaklah semulus 3 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 37-40. 4 5 Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 153 6 Ibid, hlm. 151-161. dan selancar harapan manusia. Banyak sekali problematika yang muncul dalam kehidupan berumah tangga yang dapat merusak suasana bahagia. Salah satu hal yang dapat merusak kebahagiaan rumah tangga adalah munculnya nusyuz pada pasangan

  7 suami-isteri.

  Nusyuz berasal dari kata An-Nasyaz yang berarti tempat yang tinggi. Arti kata nusyuz dalam pemakaiannya berkembang menjadi durhaka atau tidak patuh.

  8 Maksudnya sikap tidak patuh dari salah seorang di antara suami isteri. Dalam kamus

  istilah fiqih, nusyuz adalah kedurhakaan seorang suami atau isteri manakala tidak memenuhi kewajibannya masing-masing. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan nusyuz

  9

  adalah meninggalkan kewajiban bersuami-isteri. Menurut Ahmad bin Ismail, nusyuznya seorang isteri dengan 3 hal, pertama, menolak kemauan suami untuk bersetubuh tanpa alasan yang Syar’i. Kedua, keluar dari rumah tanpa izin suami, dan ketiga, mengizinkan orang yang dibenci oleh suami masuk ke dalam rumahnya.

  Sementara suami dianggap nusyuz manakala ia tidak setia kepada seorang isteri,

  10 serta sikap itu melahirkan keengganan menafkahinya.

  Teupah Tengah adalah sebuah kecamatan yang baru hasil pemekaran dari Kecamatan Simeulue Timur di Kabupaten Simeulue, Aceh, Indonesia, yang berada di sebuah pulau kurang lebih 150 km dari lepas pantai Barat Aceh. Kecamatan

  7 Haswir, Penyelesaian Kasus Nusyus dalam Perspektif Ulama Tafsir, Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 11, No. 2. Juli-Desember, 2012, hlm. 247. 8 : Ichtiar Baru van Hoeve, Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 4 (Jakarta:

  1996), hlm. 1353. 9 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Penerjemah: Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk, Jilid 9, (Jakarta: Gema Insani, Cet.1, 2011), hlm. 102. 10 Nor Salam, Konsep Nusyuz dalam Perspektif Al-Qur’an, Jurnal Syar’ah dan Hukum, Vol.

  Teupah Tengah terdiri dari 12 desa dan 2 kemukiman. Dalam hal ini, penulis memilih 4 desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

  Adapun alasan penulis memilih tempat ini adalah banyaknya kasus nusyuz yang terjadi di masyarakat, namun tidak semua masyarakat mengetahui konsep, bentuk-bentuk nusyuz dan penyelesaian bagi suami isteri yang nusyuz. Nusyuz merupakan salah satu faktor yang merusak hubungan mesra suami isteri, karenanya perlu diberikan penanganan yang serius dan solusi yang tepat, baik ketika dilakukan oleh isteri maupun suami. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-

  Nisa’ ayat 34,

  اوُغُ ْ بَ تَلاَف ْمُكَنْعَطَأ ْنِإَف َّنُهوُبِرْضاَو ِعَِاَضَمْلا ِفِ َّنُهوُرُجْهاَو َّنُهوُظِعَف َّنُهَزوُشُن َنوُفاََتَ ِتَِّلااَو اًيرِبَك اًّيِلَع َناَك َالله َّنِإ ًلايِبَس َّنِهْيَلَع

  Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah

  mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar

  .” (Q.S An-Nisa’: 34). Ayat di atas menjelaskan ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam menghadapi isteri nusyuz yaitu pertama, bila terlihat tanda-tanda bahwa isteri nusyuz, suami harus menasehati isterinya. Kedua, bila isteri tidak memperlihatkan perbaikan sikapnya, suami melakukan usaha berikutnya yaitu pisah ranjang. Ketiga, bila dengan pisah ranjang isteri belum memperlihatkan adanya perbaikan, maka suami boleh memukul isterinya dengan pukulan yang tidak menyakiti. Adapun mengenai nusyuz suami diatur dalam surat An- Nisa’ ayat 128, Allah berfirman,

  رْ يَخ ُحْلُّصلا َو اًحْلُص اَمُهَ نْ يَ ب اَحِلْصُي نَأ آَمِهْيَلَع َحاَنََُلاَف اًضاَرْعِإ ْوَأ اًزوُشُن اَهِلْعَ ب نِم ْتَفاَخ ةَأَرْما ِنِإَو اًيرِبَخ َنوُلَمْعَ ت ا َِب َناَك َالله َّنِإَف اوُقَّ تَ تَو اوُنِسُْتُ نِإَو َّحُّشلا ُسُفنَلأْا ِتَرِضْحُأَو

  Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari

  suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S An-

  Nisa’-128). Sedangkan surat An- Nisa’ ayat 128 menjelaskan solusi yang berupa perundingan yang membawa kepada perdamaian, sehingga suami tidak sampai menceraikan isterinya. Dalam ayat ini menerangkan dua hal yang mendorong suami dan isteri mengadakan perdamaian yakni, pertama suami nusyuz sebagaimana dijelaskan dengan sifat-sifat di atas. Kedua,

  I’radh yaitu suami berpaling dari

  isterinya dalam arti mulai tidak senang kepada isterinya karena sebab-sebab

  11 tertentu.

  Apabila kedua tahapan penyelesaian nusyuz isteri/suami tidak berjalan efektif atau tidak berhasil maka seorang hakim mengirim juru damai (hakam) dari keluarga (perwakilan) suami dan isteri. Kedua juru damai harus melihat dari segi maslahat dan mudarat. Allah menjelaskan beberapa usaha yang harus dilakukan dalam menghadapi kemelut di atas agar perceraian tidak sampai terjadi, karena Allah

  12

  sangat membenci perceraian. Sebagaimana dalam hadits Nabi Saw bersabda:

  َّطلا َأ : َِّللَّا َلِإ ِل َلا ُق َلا َلاَق َل ُضَغُْ بَأ

  َّلَََوَّزَع َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َرَمُع ِنْبا ْنَع 11 ِِّبَّنلا ِنَع Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.

  192-194. 12

  Artinya: “Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah thalak.”

  13 (HR. Abu Dawud).

  Namun dalam keadaan tertentu terdapat hal-hal menghendaki putusnya perkawinan itu dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan, maka kemudharatan akan terjadi. Dalam hal ini Islam membenarkan putusnya sebagai

  14 langkah terakhir dari usaha dalam usaha melanjutkan rumah tangga.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa masalah nusyuznya istri, nusyuznya suami dan akibat hukum yang ditimbulkannya merupakan masalah penting untuk dikaji dan diteliti. Dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang

  “Persepsi Masyarakat Tentang Nusyuz Serta Pengaruhnya Terhadap Perceraian (Studi Kasus Di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue)”.

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah persepsi masyarakat Kecamatan Teupah Tengah tentang nusyuz?

2. Apakah faktor-aktor terjadinya Nusyuz di kalangan Masayarakat Kecamatan

  Teupah Tengah? 3. Bagaimanakah dampak nusyuz terhadap perceraian di Kecamatan Teupah 13 Tengah Kabupaten Simeulue?

  Abu Dawud Sulaiman bin Al- Asy’ats al-Azdi, Enksiklopedia Hadits 5, Sunan Abu Dawud, Penerj: Muhammad Ghazali, dkk, (Jakarta: Almahira, 2013), hlm. 450. 14

  1.3. Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai, demikian juga dengan penelitian ini, adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui persepsi masyarakat Kecamatan Teupah Tengah tentang nusyuz.

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya nusyuz di kalangan masyarakat Kecamatan Teupah Tengah.

  3. Untuk mengetahui dampak nusyuz terhadap perceraian di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue.

1.4. Penjelasan Istilah

  Untuk lebih mudah dalam memahami pembahasan ini, penulis terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam tulisan ini, antara lain:

  1.4.1. Persepsi Masyarakat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan

  (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

15 Sedangkan masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

  16

15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 1061.

  16

  1.4.2. Nusyuz Nusyuz berasal dari kata An-Nasyaz yang berarti tempat yang tinggi. Menurut istilah nusyuz adalah kedurhakaan isteri kepada suaminya dalam hal-hal yang Allah wajibkan atasnya untuk mentaatinya. Perbuatan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga datang dari suami. Sedangkan nusyuz suami ialah pendurhakaan suami kepada Allah karena meninggalkan kewajibannya terhadap

  17 isterinya.

  1.4.3. Perceraian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerai adalah perpisahan antara suami

  18

  isteri selagi kedua-duanya masih hidup. Perceraian atau thalak dalam istilah Islam yaitu melepaskan ikatan perkawinan atau hubungan perkawinan. Secara moral,

  19 perceraian sebagai suatu perbuatan halal yang paling dimurkai oleh Allah.

  Sebagaimana Hadits Nabi bahwa, “Sesungguhnya perbuatan mubah tapi dibenci

  oleh Allah adalah thalak .”.

  Dengan memahami hadits di atas, sebenarnya Islam mendorong terwujudnya perkawinan yang bahagia dan kekal dan menghindarkan terjadinya perceraian (thalak). Dapat dikatakan, pada prinsipnya Islam tidak memberi peluang untuk

  20 terjadinya perceraian kecuali pada hal-hal yang darurat.

  17 18 Amir Syarifuddin, Hukum , Hukum Perkawinan Islam..., hlm 193 19 Ibid. hlm. 261 Beni Ahmad Saebani dan Syamsul falah, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 147. 20 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

1.5. Kajian Pustaka

  Kajian kepustakaan yang penulis lakukan bertujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan antara objek penelitian penulis dengan penelitian-penelitian yang pernah diteliti oleh peneliti lain agar terhindar dari duplikatif. Untuk itu, penulis menguraikan beberapa skripsi yang membahas tentang nusyuz, yaitu:

  Pertama, skripsi yang ditulis oleh Mastura Binti Mohd Noor pada tahun 2012 yang berjudul “Nusyuz Suami dan cara Mengatasinya (Pemahaman Mufassirin Terhadap Surat An-

  Nisa’ ayat 128)”. Skripsi ini membahas tentang nusyuz itu bisa terjadi dari pihak suami atau isteri. Namun, banyak yang mengetahui bahwa nusyuz itu hanya kepada isteri, padahal suami juga bisa nusyuz (durhaka) menurut surat Al- Nisa’ ayat 128, apabila adanya bentuk-bentuk nusyuz suami seperti suami mulai bersikap tidak ramah, menjauhkan diri, sombong, sikap tidak acuh atau benci karena isterinya sudah tua, jelek, buruk akhlak dan sebagainya. Dalam permasalahan skripsi ini mengkaji bentuk-bentuk nusyuz suami dan perbedaan pendapat mufassirin serta bentuk-bentuk nusyuz suami. Perbedaan dalam skripsi ini, penulis khusus mengkaji nusyuz suami serta perbedaan pendapat para mufassirin dalam memahami Surat An- Nisa ’ ayat 128.

  Kedua, skripsi yang ditulis oleh Annalia tahun 2017 yang berjudul “Pemahaman Ulama Kontemporer Indonesia tentang Nusyuz dan Penyelesaiannya dalam Surah Al-

  Nisa’: 34”. Skripsi ini membahas tentang nusyuz dan penyelesaiannya dalam surah Al- Nisa’:34, dengan membedah pemahaman ulama kontemporer Indonesia, maksudnya ulama yang hadir di era sekarang dengan corak pemikiran yang cenderung menggunakan latar belakang sosio-kultur dalam memahami ayat Al- qur’an dan dengan spirit progresifitasnya juga berorientasi pada perbaikan. Perbedaan dalam skripsi ini penulis mengkaji pemahaman ulama kontemporer Indonesia terhadap penyeleasaian nusyuz isteri dalam surat An-

  Nisa’ ayat 34.

1.6. Metode Penelitian

  Metode merupakan sesuatu yang sangat penting, karena berhasil tidaknya sebuah penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan peneliti dalam memilih metode penelitiannya. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1.6.1. Jenis Penelitian Pada dasarnya dalam setiap penelitian selalu memerlukan data yang lengkap dan objektif serta metode dan cara tertentu sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian menggambarkan hasil penelitian objektif terhadap keadaan yang ditemui

  21

  dilapangan. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan penelitian deskriptif analitis. Penggunaan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari gambaran yang diperoleh. Deskriptif berarti menemukan fakta-fakta serta mengemukakan hubungan satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang

  22 diselidiki itu.

21 Sumadi Suryabrata, Metodologi penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.

  18 22

  1.6.2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field reseach) dan penelitian kepustakaan (library reseach).

  Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian suatu kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus atau peristiwa keadaan sekarang yang

  23

  dipermasalahkan. Penelitian ini dinamakan penelitian lapangan (field research) karena penulis langsung kelapangan yaitu ke tokoh-tokoh masyarakat dan Mahkamah Syar’iyah untuk menggali dan meneliti data yang ada dilapangan terhadap latar belakang yang dipermasalahkan.

  Penelitian kepustakaan (library reseach) yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Baik itu diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karya ilmiah, peraturan-peraturan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

  1.6.3. Teknik Pengumpulan Data Memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian sangatlah penting, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

  a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku

23 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, Cet ke-1, (Bandung: Pustaka Setia,

  24

  objek sasaran. Pentingnya observasi yang dilakukan dalam penelitian ini guna memperoleh informasi terhadap kelakuan manusia secara nyata atau terjadi dalam kenyataan. Melalui observasi ini dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan yang dikaji atau diteliti yang sukar diperoleh melalui metode lain.

  b. Wawancara (Interview) Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu

  25 merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (pengamatan).

  Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang

  26 berlangsung antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai.

  Dengan mengadakan wawancara langsung kepada responden yang bersumber di Kecamatan Teupah Tengah Kabupaten Simeulue seperti Kepala Desa, Perangkat Desa dan tokoh-tokoh Masyarakat.

  c. Dokumentasi Metode dokumentasi penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan mengenai profil Kecamatan Teupah Tengah, data perceraian dari

  Mahkamah Syar’iyah Sinabang tentang putusan disebabkan oleh nusyuz, catatan, buku-buku dan agenda yang berhubungan dengan masalah penelitian.

  24 Abdurrahmat fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyususnan Skripsi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 104 25 26 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 100. d. Angket/ Kuesioner Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner

  (daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan

  27

  dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum. Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden dari sampel atau sumber yang beraneka ragam yang lokasinya sering tersebar didaerah yang luas, dan peneliti rasanya tidak mungkin untuk bertemu muka secara pribadi dengan

  28

  semua responden. Dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket sebanyak 30 rangkap untuk diisi oleh masyarakat Kecamatan Teupah Tengah.

  1.6.4. Teknik Analisis Data Untuk Menganalisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif. Yaitu teknik analisis data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan fakta sebenarnya kemudian data tersebut disusun, diolah, dan dianalisis untuk memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

  Dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini, penulis berpanduan kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh Tahun 2014. Dan dalam menterjemahkan ayat Al- qur’an yang dipakai dalam skrpsi ini penulis berpedoman pada Al- qur’an dan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia.

  27 28 Ibid, hlm. 111.

  S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.

1.7. Sistematika Pembahasan

  Alur dalam penelitian ini mengacu kepada sistematika pembahasan sebagai berikut : Bab Satu merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka, metode penelitilian dan sistematika pembahasan.

  Bab Dua merupakan konsep umum mengenai nusyuz dan perceraian yang meliputi pengertian nusyuz dan dasar hukum, jenis dan faktor terjadinya nusyuz, pandangan para ulama terhadap nusyuz dan penyelesaian dan akibat-akibat nusyuz, serta konsep tentang perceraian yang meliputi pengertan dan dasar hukum perceraian, faktor-faktor terjadinya perceraian dan akibat-akibat yang ditimbulkan perceraian.

  Bab Tiga merupakan uraian dan pembahasan mengenai laporan penelitian yang meliputi gambaran geografi dan demografi Kecamatan Teupah Tengah, persepsi masyarakat terhadap nusyuz, praktek nusyuz dan faktor-faktor terjadinya di Kecamatan Teupah Tengah, pengaruh nusyuz terhadap perceraian serta penyelesaian nusyuz di Kecamatan Teupah Tengah.

  Bab Empat merupakan bagian terakhir dalam skripsi ini, yaitu bagian penutup dari penelitian yang meliputi kesimpulan dan saran penelitian yang bersifat membangun serta berguna bagi kepentingan pihak terkait.

  

BAB DUA

NUSYUZ DAN PERCERAIAN

2.1. NUSYUZ

2.1.1. Pengertian dan Dasar Hukum Nusyuz

  Nusyuz berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa, kata nusyuz berasal

  )

  dari kata nasyaza ( , yansyuzu ( زشن زشني), nusyūzān (ازوشن), yang berarti tempat

  29

  yang tinggi. Sikap tidak patuh dari salah seorang di antara suami isteri. Arti kata

  nusyuz dalam pemakaiannya berkembang menjadi durhaka (Al- ‘isyan) atau tidak

  patuh sebagai lawan kata dari qunut (senantiasa patuh). Sedangkan menurut istilah

  30 nusyuz adalah kedurhakaan seorang isteri terhadap suaminya atau sebaliknya.

  Nusyuz berawal dari salah satu pihak suami atau isteri, bukan kedua-duanya

  31 secara bersama-sama, merasa benci atau tidak senang terhadap pasangannya.

  Nusyuz itu terbagi dua, yakni nusyuz suami dan nusyuz isteri. Kalau dikatakan isteri nusyuz terhadap suaminya berarti isteri merasa dirinya sudah lebih tinggi kedudukannya dari suaminya, sehingga ia tidak lagi merasa berkewajiban mematuhinya. Secara definisi nusyuz isteri diartikan dengan “kedurhakaan isteri terhadap suaminya dalam hal menjalankan apa-apa yang

  29 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 1989), hlm. 452. 30 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al- Qur’an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 740. 31

32 Jadi seakan-akan isteri berusaha memposisikan diwajibkan Allah atasnya”.

  33

  dirinya lebih tinggi (angkuh) terhadap suaminya. Sedangkan nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan kepada Allah karena meninggalkan kewajibannya

  34 terhadap isterinya.

  Nusyuz itu hukumnya haram karena menyalahi sesuatu yang telah ditetapkan agama melalui Al- Qur’an dan hadits Nabi. Dalam hubungannya kepada Allah pelakunya berhak atas dosa dari Allah dan dalam hubungannya dengan suami atau rumah tangga merupakan suatu pelanggaran terhadap kehidupan suami isteri. Atas perbuatan itu si pelaku mendapat ancaman di

  35 antaranya gugur haknya sebagai isteri dalam masa nusyuz itu.

  Dalam Al- Qur’an, kata nusyuz terulang sebanyak empat kali dalam tiga konteks pembicaraan yakni surat Al-Baqarah ayat 259, surat Al-Mujadalah ayat

  11 dan surat An- Nisa’ ayat 34 dan 128. Dengan demikian, surat yang menjelaskan kedurhakaan di dalam kehidupan rumah tangga terdapat dalam surat An-

  Nisa’ ayat 34 dan 128. Nusyuz isteri terhadap suami dijelaskan oleh Allah di dalam

  36

  : Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 34

  

ْمِِلِاَوْمَأ ْنِم اوُقَفنَأآَِبَو ٍضْعَ ب ىَلَع ْمُهَضْعَ ب ُالله َلَّضَف اَِب ِءآَسِّنلا ىَلَع َنوُماَّوَ ق ُلاََِّرلا

َِب ِبْيَغُْلِل تاَظِفاَح تاَتِناَق ُتاَِلاَّصلاَف َّنُهوُظِعَف َّنُهَزوُشُن َنوُفاََتَ ِتَِّلااَو ُالله َ ِفَح ا اًّي

  

ِلَع َناَك َالله َّنِإ ًلايِبَس َّنِهْيَلَع اوُغُْ بَ تَلاَف ْمُكَنْعَطَأ ْنِإَف َّنُهوُبِرْضاَو ِعَِاَضَمْلا ِفِ َّنُهوُرُجْهاَو

Dokumen yang terkait

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG EFEKTIVITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (Studi di Desa Sumberoto Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang)

0 21 2

PERSEPSI MASYARAKAT DAN APARAT DESA TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Studi di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang)

0 4 34

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KETERLIBATAN KYAI DALAM POLITIK (Studi Kasus di Desa Karang Mangu, Desa Bajing Jowo, Desa Bajing Madura Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang)

0 5 37

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG (Studi Di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang)

1 12 2

KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN TENTANG KUALITAS AIR SUNGAI IRIGASI PADA MASYARAKAT JAWA DAN MADURA TERHADAP PERSEPSI PEMANFAATANNYA (Studi di Desa Gumelar Kecamatan Balung Kabupaten Jember)

0 4 22

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP TEKS TENTANG PERCERAIAN DALAM FIQIH ISLAM (Studi Terhadap Alumni Pondok Pesantren A.P.I. Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus)

0 34 99

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT (Studi Kasus : Koperasi Rakyat Pantai, Desa Pangkalan Siata, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat) SKRIPSI

0 0 11

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP SUMBER DAYA HUTAN (Studi Kasus Tahura Bukit Barisan, Kawasan Hutan Sibayak II, Kabupaten Karo) SKRIPSI

0 0 10

PERSEPSI REM AJA TERHADAP KEBERAGAMAAN ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOSIAL (Studi Korelasi di Desa Japan Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang 2005)

0 0 88

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MINI MARKET (Studi Kasus Pasar Atapange Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo)

0 2 95