Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam konteks sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang
membagi daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah kecil, dengan
bentuk dan susunan tingkatan pemerintahan terendah adalah desa. Desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Berbeda dengan
kelurahan, desa memiliki hak untuk mengatur wilayahnya secara lebih luas.
Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya
menjadi kelurahan. Pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam sistem
pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan pemerintah desa
sangat

didukung

dan

ditentukan


oleh

Pemerintah

Desa

dan

Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).
Otonomi daerah sebenarnya adalah harapan yang baru bagi pemerintah dan
msyarakat desa untuk membangun desanya sesuai kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa, otonomi adalah suatu
peluang yang baru yang dapat membuka ruang kreativitas dalam mengelola desa,
dan dalam menentukan program pembangunan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat desa. Di desa, pembangunan ditujukan untuk
kemajuan desa dan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan
desa harus dapat melihat apa saja yang menjadi potensi dari desa yang dapat


15
Universitas Sumatera Utara

diankat dan dikembangkan sehingga mampu memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakatnya kearah yang lebih baik terutama pada sektor ekonomi.
Pembangunan tersebut dapat berupa pembangunan dalam bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, dan lain sebagainya sesuai dengan potensi yang ada di
setiap daerah desa tersebut.
Maka dalam penyelenggaran pembangunan desa diperlukan pengorganisasian
yang mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan
pembangunan desa serta melaksanakan administrasi pembangunan desa. Dengan
demikian diharapkan pembangunan dan pelaksanaan administrasi desa akan
berjalan dengan lebih baik, tidak hanya didasarkan pada tuntutan emosional yang
sukar

dipertanggungjawabkan

mengisyaratkan


bahwa

kebenarannya
keikutsertaan

(Soewignjo,1985:1).
masyarakat

Hal

ini

dalamperencanaan

pembangunan desa dibutuhkan untukmensinkronkan rencana pembangunan desa
yang akan dilaksanakan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Pembangunan
adalah suatu proses kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang
dan terus-menerus.
Dengan kata lain, pembangunan itu bersifat dinamis. Kondisi dinamis dalam
pembangunan tersebut bisa dilihat dalam dua konteks, yakni yang pertama adalah

masyarakat itu yang selalu berubah, dan kedua bahwa pembangunan itu sendiri
dimaksudkan untuk membawa perubahan yakni dari kondisi yang sekarang
menuju kondisi lain di masa depan yang lebih baik dan bijaksana.Orientasi
pembangunan yang mengikutsertakan partisipasi masyarakat terkandung suatu
pengertian bahwa rakyat adalah subjek pembangunan, bukan objek pembangunan.
Sebagai subjek pembangunan berarti rakyat didorong untuk aktif terlibat dalam

16
Universitas Sumatera Utara

proses pembangunan sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan serta
pemeliharaan dan pengembangan suatu hasil pembangunan.
Perencanaan merupakan tahap awal dan paling penting dalam pembangunan.
Perencanaan pembangunan merupakan penentu utama dalam keberhasilan
pembangunan yang akan dilakukan di dalam suatu Negara. Perencanaan yang baik
dan matang akan melahirkan hasil yang baik pula. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pembangunan harus melibatkan semua pihak yang di dalamnya
bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam pelaksanaan
pembangunan.
Sesuai dengan amanat yang diemban dalam UU No. 6 tahun 2014,

perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan
melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin
mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang
dilaksanakan dapat memberda iyakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak.
Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina
dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi,
merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang
telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program
yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.Pengikutsertaan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menampung dan mengakomodasi berbagai kebutuhan yang beragam. Dengan kata
lain, upaya peningkatan partisipasi masyarakat pada perencanaan pembangunan
dapat membawa keuntungan substantif, dimana pelaksanaan pembangunan akan

17
Universitas Sumatera Utara

lebih efektif dan efesien, di samping itu juga akan memberi sebuah rasa kepuasan
dan dukungan masyarakat yang kuat terhadap program-program pemerintah.

Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk berkembang secara mandiri, terdapat kaitan yang erat sekali.
Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan
awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan dapat menumbuhkan kemampuan masyarakat tersebut.
Sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakkan atau dibangun. Disini, partisipasi
berfungsi sebagai keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya.
Menurut Budi Supriyanto (2009:344) bahwa partisipasi masyarakat yang
dibutuhkan dalam pembangunan adalah partisipasi yang dilakukan secara sukarela
atau tanpa paksaan dan didorong oleh prakarsa atau swadaya masyarakat.
Tentunya hal ini sangat relevan dengan cita-cita otonomi daerah yakni untuk
mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat.
Perencanaan pembangunandesa peranannya sangat penting. Karena dari
perencanaan pembangunaninilah kesejahteraan masyarakat desa diarahkan.
Karena itu sudah menjadi kewajibanpemerintahan desa untuk menampung aspirasi
masyarakat dalam perencanaanpembangunan desa. Aspirasi masyarakat dapat
tertampung dengan cara melibatkanBadan Permusyawaratan Desa dalam
perencanaan pembangunan tersebut. Pusic (dalam Adi, 2001: 206) menyatakan
bahwa perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan masyarakat akan menjadi
perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi dalam

pembangunan desa dilihat dari dua hal, yaitu:

18
Universitas Sumatera Utara

a. Partisipasi dalam perencanaan
Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya
untuk

memberdayakan

potensi

masyarakat

dalam

merencanakan

pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan

kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan
kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran
serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa
memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang
telahdisusun.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan
Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah bahwa bagian terbesar
dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program telah selesai
dikerjakan).

Jika

masyarakat

ikut

berpartisipasi

dalam


pelaksanaan

pembangunan maka masyarakat sendiri dapat melakukan pengawasan
terhadap jalannya proses pembangunan apakah sesuai atau tidak dengan
perencanaan ataupun hasil yang diharapkan.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada Bab I Pasal
1 Ayat 1 dirumuskan, “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sebagai sebuah satuan
pemerintahan terkecil, desa memiliki organisasi yang berfungsi menjalankan

19
Universitas Sumatera Utara

pemerintahan. Pemerintahan desa terdiri atas Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa adalah organisasi pemerintahan
yang berfungsi menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan

desa, sementara BPD adalah badan yang berperan mengawasi penyelenggaraan
pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah desa.
Namun dalam konteks Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa,
pemerintahan desa hanya terdiri dari pemerintah desa, yaitu kepala desa beserta
perangkat desa, BPD bukan lagi menjadi bagian dari pemerintahan desa tersebut.
Meskipun demikian, hal ini tidak mengurangi fungsi BPD dalam pelaksanaan
pemerintahan, BPD tetap sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan
desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakanlembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. AnggotaBPD adalah wakil
dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota
BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golonganprofesi, pemuka
agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatananggota BPD
adalah enam tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk satu kali
masajabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan
merangkapjabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Dalam Pasal 55 dikatakan bahwa fungsi Badan Permusyawaratan Desa yaitu:
1. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa,
2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan
3. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa


20
Universitas Sumatera Utara

Dari keterangan dan paparan di atas terlihat bahwa perencanaan pembangunan
desa merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena dari perencanaan
pembangunan inilah arah pembangunan desa ditentukan. Maka sudah menjadi
kewajiban pemerintah desa untuk menampung aspirasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan desa. Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan
cara melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan
tersebut. Karena pada dasarnya merekalah yang menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat yang diwakilinya.
Sekitar 65 persen dari total penduduk di Indonesia (220 juta jiwa), yaitu
sebanyak 143 juta jiwa bermukim di daerah pedesaan, yang mempunyai mata
pencaharian utama di sektor pertanian dalam arti luas (meliputi sektor tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikananan,dll). Jumlah desa di seluruh
Indonesia berkisar 65.000 desa, jumlah penduduk tiap desa adalah sekitar 2.500
jiwa. Jumlah desa yang sangat banyak, jumlah penduduk di setiap desa yang
relatif sedikit, dan tersebar di wilayah yang sangat luas. Desa Kepala Sungai
merupakan desa yang terletak di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat
provinsi Sumatera Utara. Desa Kepala Sungai merupakan desa yang dikelola
kecamatan Secanggang yang menjadi bagian perangkat daerah yang bertugas
untuk membantu kabupaten dalam melaksanakan kewajiban daerah yang sesuai
dengan UU No 23 tahun 2014.
Namun, dalam melaksanakan pembangunan di desa, desa sering mengalami
hambatan dan kendala baik dari segi geografis, ketersediaan sarana dan prasarana,
kelemahan akses terhadap informasi dan modal, partisipasi masyarakat yang
proaktif, dan masih banyak kelemahan lainnya. Badan Permusyawaratan Desa

21
Universitas Sumatera Utara

(BPD) yang merupakan sarana bagi Kantor Kepala Desa di Desa Kepala Sungai
Kecamatan Secanggang dan masyarakat guna merencanakan pembangunan
desanya. Disini dibutuhkan swadaya dan prakarsa masyarakat untuk ikut serta
dalam merencanakan pembangunan di desanya sendiri. Keikutsertaan masyarakat
merupakan wujud partisipasi dan juga sebagai subjek dalam perencanaan
pembangunan di desanya. Sebagai subjek pembangunan tentunya warga
masyarakat hendaknya sudah dilibatkan untuk menentukan perencanaan
pembangunan sesuai dengan kebutuhan objektif masyarakat yang bersangkutan.
Dengan begitu, arah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat
menyentuh langsung pada kebutuhan masyarakat. Sehingga program perencanaan
pembangunan desa yang akan dicanangkan, setiap individu dapat berpartisipasi
seoptimal mungkin. Ide-ide pembangunan harus berdasarkan pada kepentingan
masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya yang menunjang terhadap
pembangunan nasional. Ide-ide pembangunan desa demikian inilah yang akan
ditampung dalam Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan akan dimufakatkan
bersama dalam musyawarah pembangunan desa sehingga dapat direncanakan
dengan baik antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan
menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta partisipasi aktif nantinya
pada saat pelaksanaan pembangunan desa. Begitu pentingnya peranan BPD yang
menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana kinerja BPD itu, apakah
benar-benar membantu pemerintah desa dalam meyelenggarakan pemerintahan
atau hanya menjadi symbol demokrasi tanpa implementasi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

22
Universitas Sumatera Utara

Dalam Perencanaan Pembangunan Desa ( Studi Kasus di Desa Kepala
Sungai Kecamatan Secanggang).”

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah adalah Bagaimana peranan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dalam Perencanaan pembangunan desa di Desa Kepala Sungai,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat?

1.3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak
dicapai, tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap
perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas.Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya
ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis terima selama
perkuliahan di Departeman Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Sebagai kontribusi bagi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan
desa di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan.

2.

Untuk mengetahui bagaimana peranan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam perencanaan pembangunan di Desa Kepala Sungai,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini adalah :

23
Universitas Sumatera Utara

1. Manfaat secara Subyektif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan berfikir , pengetahuan, wawasan, dan mengembangkan
kemampuan menulis berdasarkan kajian teori yang diperoleh dari Ilmu
Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan peranan Badan
Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa.
2. Manfaat secara Praktis
Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat masukan dan saran bagi
anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa terkait
sehubungan dengan menjalankan fungsi dan peranannya masing-masing
dalam penyelenggaraan pemeintahan desa.
3. Manfaat secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu
Administrasi Negara FISIP USU dan sebagai pebandingan bagi mahasiswa
yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.

1.5. Kerangka Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehungga bias dikatakan bahwa
suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan
dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan tindakan selanjutnya.

24
Universitas Sumatera Utara

Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang
kokoh, dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and
error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
(Sugiyono,2003:55). Menurut Kerlinger (1973:1), teori adalah serangkaian
asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu. Di dalam
studi penelitian perlu adanya titik tolak atau landasan berpikir untuk memecahkan
dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai
pedoman yang menggambarkan dari mana sudut makalah itu disorot.
Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan
dasar yang berguna untuk membantu dalam memecahkan masalah. Kerangka teori
dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan batasan tentang teori-teori yang
digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian
penulis dapat mengambil teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.
Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1. Peranan
Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan
seseorang atas suatu pekerjaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.
Peranan merupakan sebuah landasan persepsi yang digunakan setiap orang yang
berinteraksi dalam dalam suatu kelompok atau organisasi untuk melakukan suatu
kegiatan mengenai tugas-tugas dan kewajibannya. Dalam kenyataannya,

25
Universitas Sumatera Utara

mungkin jelas dan mungkin tidak begitu jelas. Tingkat kejelasan ini akan
menetukan pula tingkat peranan seseorang (Sedarmayanti,2004:33-34).
Peran adalah cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dan menurut Veithzal Rivai
(2004:204) peranan diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari
seseorang dalam posisi tertentu.Sedangkan menurut Soekanto (2003:243)
peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang
berasal dari pola-pola pegaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang akan diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan suatu
peranan. Peranan mencakup 3 hal yaitu :
1.

Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian

peraturan-peraturan

yang

membimbing

seseorang

dalam

kehidupan masyarakat.
2.

Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat dalam organisasi.

3.

Peranan juga dapat dikatakan sebagai perlaku yang penting bagis struktur
sosial masyarakat.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu

tindakan/ perbuatan seseorang dalam suatu pekerjaan/ kedudukan, dan apabila
seseorang tersebut telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan

26
Universitas Sumatera Utara

pekerjaan/ kedudukannya maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah
menjalankan peranannya dengan baik.

1.5.2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
1.5.2.1. Pengertian BPD
Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dikatakan
bahwa Badan Permusyawaratan Desa atau yang disbut dengan lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, dimana demokrasi yang dimaksud adalah bahwa dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan
aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan dan diagresiasikan oleh BPD
dan lembaga masyarakat lainnya.
Dalam

pemerintahan

Desa

BPD

dapat

dianggap

sebagai

“parklemen” nya desa karena memiliki peran sebagai pembuat dan pengesah
peraturan desa. BPD mempunyai kedudukan sejajar dengan pemerintahan
desa (kepala desa) dengan kata lain BPD dan Pemerintah Desa merupakan
mitra

yang

saling

bekerjasama

dalam

mewujudkan

kesejahteraan

masyarakat desa, maka disini terjadi mekanisme check and balance system
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

27
Universitas Sumatera Utara

Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Badan
Permusyawaratn Desa berkedudukan sebagai lembaga yang menjalankan
fungsi pemerintahan. Kemudian di dalam pasal 56 ayat 1 disebutkan bahwa
anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk
desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara
demokratis. Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa yaitu selama
6 tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Kemudian
disebutkan bahwa anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih
untuk masa keanggotaan paling banyak 3 kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.
Persyaratan untuk menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa
disebutkan dalam pasal 67 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, yaitu :
a.

bertaqwa kepada Tuhuan Yang Maha Esa;

b.

memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika;

c.

berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah;

d.

berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau
sederajat;

e.

bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;

f.

bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permsyawaratan Desa; dan

g.

wakil penduduk desa yang dipilih secara demokratis.

28
Universitas Sumatera Utara

Adapun jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan
berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan
menurut Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa sebagai
berikut :
a.

jumlah penduduk desa sampai dengan 1.500 jiwa, jumlah anggota BPD
sebanyak 5 (lima) orang.

b.

Jumlah penduduk desa Antara 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 7 (tujuh) orang.

c.

Jumlah penduduk desa Antara 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 9 (sembilan) orang.

d.

Jumlah penduduk desa Antara 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 11 (sebelas) orang.

e.

Jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak
13 (tiga belas) orang.
Untuk melaksanakan kewenangan yang dimiliki oleh Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) lembaga ini bertugas
menyalurkan

aspirasi

masyarakatnya

bersama

menampung serta

pemerintahan

yang

berwenang di desa. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja
pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan
urusan Pemerintahan Desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Karena

dalam

UU

No.6

Tahun

2014

dijelaskan

bahwa

pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/ kota dan
atau pihak ketiga mengikutsertakan Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. untuk itu, pemerintah mendorong terbentuknya

29
Universitas Sumatera Utara

lembaga yang menjembatani pemerintah dengan masyarakatnya, salah
satunya yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam rangka
pemberdayaan dan penguatan desa. Sebagai lembaga pengawasan, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki kewajiban untuk melakukan
kontrol terhadap implementasi kebijakan desa, Anggaran dan Pendapatan
Belanja Desa (APBDes) serta pelaksanaan keputusan Kepala Desa. Dan
dapat juga dibentuk lembaga kemasyarakatan desa sesuai kebutuhan desa
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan.
Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsinya
tentu saja memerlukan aspirasi masyarakat desa sebagai acuan dalam
penentuan perencanaan desa yang akan ditetapkan bersama-sama dengan
perangkat desa.

Adapun dalam merumuskan aspirasi masyarakat, ada

beberapa teknik perumusan aspirasi yang dapat dilakukan oleh BPD, yakni
sebagai berikut:
1. Menggali aspirasi masyarakat ke lapangan, BPD dapat menggunakan:
a. Teknik observasi, yaitu dengan cara mengamati (meninjau, memantau,
melihat, untuk kemudian mencatat/memotret) objek-objek yang dituju.
Teknik ini dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara
masingmasing anggota BPD dengan terjun langsung ke lapangan, ke
masyarakat di tempat tinggalnya. Teknik ini dapat digunakan
misalnya untuk mengecek apakah suatu jalan, suatu gang, suatu
jembatan, suatu bangunan fasilitas umum/sosial, suatu lokasi untuk
pemasangan jaringan listrik/telepon, suatu lapang olahraga, dan

30
Universitas Sumatera Utara

seterusnya

layak

untuk

dibangun,

diperbaiki/direnovasi,

atau

dievaluasi. Hasil pencatatan/ pemotretan dapat digunakan untuk bahan
diskusi atau perumusan pada kegiatan rapat BPD, untuk bahan
dokumentasi, atau bahan lampiran pengajuan proyek, dan sebagainya.
b. Teknik wawancara, yaitu dengan cara tanya-jawab antara anggota
BPD dan individu/anggota masyarakat yang dianggap sebagai
tokohnya dan dapat mewakili kelompok masyarakatnya itu. Teknik ini
dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara masing-masing oleh
anggota BPD, baik secara bergiliran atau simultan/paralel di
tempat/lokasi yang berbeda-beda. Teknik ini dapat digunakan
misalnya untuk menampung aspirasi yang sebenarnya dari kelompok
masyarakat, yang karakteristik masyarakatnya relatif lebih bersifat
homogen/paternalistik/paguyuban
kelompoknya).

Hasil

wawancara

(panut

pada

berupa

pemimpin

catatan-tulisan

dan

rekamankaset dapat digunakan untuk bahan diskusi atau perumusan
pada kegiatan rapat BPD, untuk bahan dokumentasi, atau bahan
lampiran pengajuan proyek, dan sebagainya.
c. Teknik focus group discussion (FGD), yaitu dengan cara diskusi
bersama kelompok yang dijadikan fokus pengumpulan aspirasi yang
dianggap dapat mewakili kelompok masyarakat yang lebih luas.
Teknik ini dapat dilakukan secara bersama-sama atau secara masingmasing anggota BPD, baik secara bergiliran atau simultan/paralel di
tempat yang berbeda-beda. Teknik ini dapat digunakan misalnya
untuk

menampung

aspirasi

yang

sebenarnya

dari

kelompok

31
Universitas Sumatera Utara

masyarakat, yang karakteristik masyarakatnya relatif lebih bersifat
heterogen (panut pada hasil kesepakatan bersama). Hasil diskusi
berupa catatan dan rekaman kaset dapat digunakan untuk bahan
diskusi atau perumusan pada kegiatan rapat BPD, untuk bahan
dokumentasi, atau bahan lampiran pengajuan proyek, dan sebagainya
2. Menampung aspirasi masyarakat di Kantor/Sekretariat, BPD dapat
menggunakan:
a. Teknik dengar pendapat, yaitu dengan cara mendengarkan dengan
baik, mencatat dengan lengkap, bertanya seperlunya dengan maksud
melengkapi bahan/fakta, dan menjawabnya hanya dengan janji atau
kata kata dan akan meneruskannya kepada Kepala Desa, rapat BPD,
atau pihak-pihak lain yang dituju. Melalui teknik ini, BPD dapat
mencatat

dan

menerima

surat

pengajuan

aspirasi

dari

anggota/kelompok masyarakat yang datang ke Kantor.
b.Teknik diskusi, yaitu dengan cara bertukar-pikiran atau tanya-jawab
untuk mendapatkan rumusan yang tepat, lengkap, dan benar untuk
kemudian diperjuangkan kepada Kepala Desa, rapat BPD, atau pihakpihak lain yang dituju. Melalui teknik ini, BPD dapat mencatat atau
merekam hasil diskusi.
3. Mendiskusikan aspirasi masyarakat diluar rapat resmi, BPD dapat
menggunakan:
a. Teknik komparasi, yaitu dengan cara membandingkan persamaan dan
perbedaan hasil yang didapat oleh anggota BPD yang satu dengan
yang lainnya, antara yang ada pada para anggota BPD dengan

32
Universitas Sumatera Utara

sumbersumber lainnya (Kepala Desa, Kepala Dusun/Kampung, Ketua
RW/RT, wartawan, Babinsa, partai politik, ormas, LSM, dan
seterusnya). Melalui teknik ini, perbedaan-perbedaan dalam bentuk
data dan informasi dapat dikurangi atau diperkecil.
b. Teknik cek dan silang, yaitu dengan cara memeriksa kebenaran
fakta/data/informasi tentang aspirasi masyarakat desa yang diperoleh
dari satu pihak kepada pihak-pihak lain karena terdapatnya
ketidakpercayaan/ ketidakyakinan atau bahkan karena adanya
kontraversi diri dari para anggota BPD. Bila ternyata terdapat
kontraversi antar kelompok masyarakat tentang suatu aspirasi, BPD
sepatutnya menggunakan teknik cek-silang untuk mencari solusi
jalantengah atau memilih salah satu versi yang benar yang didukung
oleh mayoritas masyarakat.

1.5.2.2. Tugas BPD
BPD merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan.
BPD berfungsi membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
desa, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa.
Atas fungsi tersebut, BPD mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan musyawarah desa yang diikuti oleh Kepala Desa,
BPD, serta unsur dari perwakilan masyarakat desa untuk memutuskan
hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa, yaitu : penataan desa, perencanaan desa, kerja sama desa, rencana

33
Universitas Sumatera Utara

investasi yang masuk ke desa, pertambahan dan pelepasan asset desa,
dan kejadian luar biasa;
b. Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa dalam
musyawarah desa yang juga diikuti oleh unsur masyarakat desa;
c. Menerima laporan keterangan penyelenggaraan pemeintahan desa
setiap akhir tahun anggaran dari Kepala Desa dalam rangka melakukan
pengawasan kinerja pemerintahan desa;
d. Memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Desa tentang masa
jabatan yang akan berakhir yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum
masa jabatan berakhir;
e. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa yang akan melaksanakan
tugas pemilihan Kepala Desa mulai dari persiapan hingga penetapan;
f. Melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada pejabat
Bupati/Walikota;
g. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan, dan menyalurkan
aspirasi masyarakat; dan
h. Menyusun tat tertib BPD

1.5.2.3. Hak BPD
Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 61 dikatakan
bahwa yang menjadi hak dari Badan Pemusyawaratan Desa adalah sebagai
berikut :
a.

Mengawasi

dan

meminta

keterangan

tentang

penyelenggaraan

Pemerintahan Desa kepada Kepala Desa

34
Universitas Sumatera Utara

b.

Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa, dan

c.

Mendapat biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

1.5.2.4. Hak dan Kewajiban Anggota BPD
Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 62 dikatakan
bahwa yang menjadi hak dari Badan Pemusyawaratan Desa adalah sebagai
berikut :
1.

Mengajukan rancangan peraturan desa;

2.

Mengajukan pertanyaan;

3.

Menyampaikan ususl dan pendapat;

4.

Memilih dan dipilih;

5.

Memperoleh tunjangan dari anggaran dan belanja desa;
Sedangkan yang menjadi kewajiban anggota BPD pada pasal 63 adalah

sebagai berikut:
1. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan UUD
Negara Republik

Indonesia 1945,

serta

mempertahankan

dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhineka Tunggal Ika;
2. Melaksanakan

kehidupan

demokrasi

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan desa;

35
Universitas Sumatera Utara

3. Menyerap, menampung,menghimpun, dan menindak lanjuti aspirasi
masyarakat;
4. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan;
5. Menghormati nilai-nilai social budaya dan adat istiadat masyarakat
setempat; dan
6. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan.

1.5.3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan awal dari suatu proses pembangunan.
Melalui perencanaan akan dapat ditentukan apa yang akan dilaksanakan, tujuan
yang hendak dicapai, sasaran yang dipergunakan, dan sebagainya. Menurut
Prajudi Atmosoedidjo (1972:177) sebagai berikut : “Perencanaan adalah
perhitungan dan penentuan daripada yang dijalankan dalam rangka pencapaian
objek tertentu”. Sementara itu, Moekijat (1988:12) bahwa : “Perencanaan itu
penting sekali dan harus ada dalam suatu organisasi. Perencanaan merupakan
sutu keharusan dalam manajemen modern”.
Untuk mendukung pendapat di atas Dana Conyers (1991:4) menjelaskan
bahwa perencanaan juga melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan
keputusan ata pilihan, atau bagaimana memanfaatkan sumber daya semaksimal
mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan yang ada di
masa depan. Pengertian tersebut semakin dipertegas oleh J.B.Kristiadi
(1995:12) bahwa “Perencanaan adalah pola perbuatan menggambarkan dimuka

36
Universitas Sumatera Utara

hal-hal yang akan dikerjakan kemudian. Dengan kata lain, planning adalah
memikirkan sekarang untuk tindakan yang akan datang.
Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan diartikan sebagai suatu
proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan
dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Maka dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan ataupun usaha
yang terorganisir dalam mencapai tujuan, diperlukan perencanaan. Untuk dapat
menjamin sistematisasi pelaksanaan pembangunan perlu dipahami bahwa
proses perencanaan atau tahapan-tahapan di dalam penyusunan perencaaan
tersebut dipandang sangat penting. Menurut Bintoro (2001:12) tahapan-tahapan
penyusunan perencanaan itu meliputi :
a.

Tinjauan keadaan, yang meliputi identifikasi masalah-masalah pokok yang
dihadapi, seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai untuk menjamin
kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yang masih
dikembangkan.

b.

Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana, untuk dapat
mengetahui kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan.

c.

Perkiraan tujuan rencana dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan
rencana tersebut.

d.

Identifikasi kebijaksanaan dan atau kegiatan ini adalah tahap persetujuan
rencana.
Secara lebih terinci lagi, tahapan-tahapan perencanaan ini dijelaskan oleh

S.P.Siagian (1997:108) dalam bukunya “Administrasi Pembangunan” adalah
sebagai berikut :

37
Universitas Sumatera Utara

a.

Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi.

b.

Kumpulkan data-data.

c.

Penganalisaan data-data.

d.

Penentuan beberapa alternatif.

e.

Memilih cara-cara yang kelihatannya terbaik.

f.

Pelaksanaan.

g.

Penilaian hasil yang dicapai.

1.5.4. Pembangunan Desa
Pembangunandapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga
negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi
(Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004:15). Mengenai pengertian pembangunan,
para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya
perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu
dengan Negara lain.

Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa

pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005 : 25).
Lebih lanjut Bintoro (1983:59) menyebutkan bahwa pembangunan
merupakan proses tanpa akhir, suatu kontinuitas perjuangan mewujudkan ide
dan realitas yang akan terus berlangsung sepanjang kurun sejarah. Berarti
jelaslah bahwa suatu pembangunan tidak lain merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perubahan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

38
Universitas Sumatera Utara

a.

Berencana dan dilaksanakan secara sadar

b.

Selalu diarahkan pada usaha peningkatan atau menuju kepada keadaan
yang lebih baik

c.

Berlangsung terus-menerus
Sedangkan

Siagian

(1997:86)

memberikan

pengertian

tentang

pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building)”. kemudian Ginanjar Kartasasmita (1997:61)memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah
yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat,
ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional)
dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/perbaikan, pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana
dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses
perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami
sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005:34).
Taliziduhu Ndraha (1982:71) mengemukakan bahwa : “Pembangunan
desa merupakan sretiap pembangunan yang ada di dalam prosesnya masyarakat
desa harus berpartisipasi aktif”. Sementara Soewignjo (1985:24) juga
mengemukakakn pendapat mengenai pembangunan desa yaitu : “pembangunan

39
Universitas Sumatera Utara

desa yaitu perencanaan pembangunan ‘dari, oleh, dan untuk’ masyarakat desa.”
Dari defenisi di atas mengisyaratkan dengan jelas bahwa keikutsertaan
masyarakat dalam proses penentuan pembangunan di desanya adalah sangat
dominan. Melibatkan mental dan emosi masyarakat desa yang dapat
mendorong mereka untuk berpartisipasi penuh bagi tercapainya tujuan
masyarakat

dengan

jalan

mendiskusikan,

menentukan

keinginan,

merencanakan dan mengerjakannya secara bersama-sama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan berbasis partisipasi masyarakat.
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat
membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka,
pembangunan yang partisipatif adalah proses yang melibatkan masyarakat
secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan
kehidupan mereka.

Dalam bidang politik dan sosial, partisipasi bermakna

sebagai upaya melawan ketersingkiran. Jadi, dalam partisipasi, siapapun dapat
memainkan peranan secara aktif, memiliki kontrol terhadap kehidupannya
sendiri, mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih terlibat dalam
pembangunan.
Pada akhirnya, tujuan partisipasi adalah untuk meningkatkan inisiatif
masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya untuk pembangunan. Jika
dicermati, makna partisipasi berbeda-beda menurut mereka yang terlibat,
misalnya antara pengambil kebijakan, pelaksana di lapangan, dan masyarakat.
Para ahli telah membuat pengklasifikasian partisipasi menjadi tujuh
karakteristik tipologi partisipasi, yang berturut-turut semakin dekat kepada
bentuk yang ideal, yaitu :

40
Universitas Sumatera Utara

1. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan bentuk partisipasi yang
paling

lemah.

Karakteristiknya

adalah

masyarakat

menerima

pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi. Pengumuman sepihak
oleh pelaksana proyek tidak memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai
sasaran program. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan
profesional di luar kelompok sasaran belaka.
2. Partisipasi informatif. Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian untuk proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penelitian. Akurasi hasil penelitian, tidak dibahas
bersama masyarakat.
3. Partisipasi

konsultatif.

Masyarakat

berpartisipasi

dengan

cara

berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan, menganalisa masalah
dan pemecahannya. Belum ada peluang untuk pembuatan keputusan
bersama. Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan
pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.
4. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk
memperoleh imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam
proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan.
Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan
setelah insentif dihentikan.
5. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian
proyek, setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada
tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara
bertahap menunjukkan kemandiriannya.

41
Universitas Sumatera Utara

6. Partisipasi

interaktif.

Masyarakat

berperan

dalam

analisis

untuk

perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan.
Cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman
perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis.
Masyarakat

memiliki

peran

untuk

mengontrol

atas

pelaksanaan

keputusankeputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan
proses kegiatan.
7. Mandiri (self mobilization). Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara
bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk merubah sistem atau
nilainilai yang mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis
serta sumber daya yang diperlukan. Masyarakat memegang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.

1.5.5. Perencanaan Pembangunan Desa
Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi utama Manajemen
Pembangunan yang selalu diperlukan karena kebutuhan akan pembangunan
lebih besar dari sumber daya (resources) yang tersedia. Melalui perencanaan
yang baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan
efektif dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pemanfaatan sumberdaya
yang tersedia dan potensi yang ada.
Pentingnya perencanaan dalam setiap pembangunan, Bintoro (1983:2)
menyebutkan : “Dengan perencanaan pembangunan dimaksudkan agar
pembangunan terselenggara secara berencana, yaitu secara sadar, teratur

42
Universitas Sumatera Utara

sistematis, berkesinambungan, mengusahakan peningkatan dan kemampuan
menahan gejolak-gejolak di dalam pelaksanaannya”.
Oleh sebab itu, dapat dketahui bahwa suatu perencanaan pembangunan
desa sangat membutuhkan pendekatan yang meyeluruh. Perencanaan
pembangunan desa merupakan perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh
masyarakat sendiri, dari dan untuk masyarakat sendiri, dengan pengarahan,
bimbingan, bantuan, dan pembinaan serta pengawasannya dilakukan oleh
pemerintah. Jadi dengan proses pembangunan yang seperti ini yang menjadi
harapan dan keinginan masyarakat desa dapat terpenuhi dan diwujudkan dalam
bentuk nyata berlandaskan msuyawarah.
Musyawarah merupakan salah satu asas dasar Negara Indonesia.
Musyawarah pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah Desa disebut
musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa. Musrenbang
Desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan desa
untuk meyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya yang
dilakukan setiap tahunnya dengan mengacu kepada rencana pembangunan
jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun.
Musrenbang

adalah

forum

publik

perencanaan

program

yang

diselenggarakan oleh pemerintah desa bekerjasama dengan warga dan para
pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu
tugas pemerintah desa. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah
satu dari tiga komponen terssebut tidak ikut berpartisipasi. Dalam hal ini
Kepala Desa sebagai pemimpin desa sebagai penanggungjawab utama di
bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk itu Kepala

43
Universitas Sumatera Utara

Desa harus mampu menggerakkan seluruh kalangan masyarakat desa untuk
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan oleh musyawarah Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
Untuk menggerakkan masyarakat desa, diperlukan suatu arahan dalam
bentuk rencana kegiatan dari pelaksanaan pembangunan. Rencana tersebut
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa. Perencanaan pembangunan desa
adalah kegiatan yang bersifat menyeluruh, karena perencanaan itu dilakukan
untuk mengatasi masalah-masalah desa yang cukup kompleks. Proses
pengkajian yang harus dilakukan dalam menyususn suatu perencanaan
pembangunan desa meliputi berbagai hal, antara lain :
1. Keadaan Potensi Fisik
a. Penggunaan tanah,
b. Tingkat kesuburan tanah,
c. Prasarana dan sarana yang tersedia,
d. Lain-lain.
2. Kependudukan
a. Jumlah penduduk,
b. Tingkat kepadatan dan pertumbuhan,
c. Usia sekolah,
d. Usia produktif.
3. Sosial budaya masyarakat desa
4. Eknomi masyarakat desa
5. Sumber daya alam lainnya (Soewignjo, 1985:25)

44
Universitas Sumatera Utara

1.5.5.1. Langkah Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa
Bintoro

(1983:2)

menyebutkan

:

“Dengan

perencanaan

pembangunan dimaksudkan agar pembangunan terselenggara secara
berencana, yaitu secara sadar, teratur, sistematis, berkesinambungan,
mengusahakan peningkatan dan kemampuan menahan gejolak-gejolak di
dalam pelaksanaannya.
Agar usaha-usaha pembangunan dapat berhasil mencapai sasaran,
maka pengarahan untuk pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan
sumber-sumber yang ada perlu berpedoman pada suatu rencana yang
terwujud dalam suatu bentuk perencanaan pembangunan. Bintoro (1983:12)
menyatakan bahwa :
a.

Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses
mempersiapkan

secara

sistematis

kegiatan-kegiatan

yang

akan

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
b.

Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaikbaiknya (maksimal output) dengan sumber-sumber yang ada agar lebih
efektif dan efisien.

c.

Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilaksanakan, bagaimana, bilamana, dan pada siapa.

d.

Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan
sumbersumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang
terbatas adanya untuk mencapai tujuan-tujuan sosial ekonomi yang
lebih baik secara lebih efektif dan efisien.

45
Universitas Sumatera Utara

Menurut Soewignjo (1985) untuk meminimalisir permasalahan
yang akan dihadapi dalam pembangunan desa maka sebelum menetapkan
perencanaan pembangunan desa maka harus terlebih dahulu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah kegiatan pertama dari unsur perencanaan
pembangunan desa. Masalah yang perlu diperhatikan dari kegiatan ini
adalah keadaan masa lalu, keadaan sekarang dan kecenderungankecenderungan di masa yang akan datang, yang meliputi beberapa
faktor seperti :
a.

Faktor perkembangan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi
penduduk.

b.Faktor pembatas, yang meliputi: luas wilayah, nilai-nilai sosial
budaya, dan sumber daya alam.
2.

Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya setelah identifikasi masalah adalah dilakukan
kegiatan pengumpulan data yang mempunyai kaitan dengan faktorfaktor yang diperlukan dalam penyusunan rencana pembangunan desa.
Data tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan atau berdasarkan
data yang tertuang dalam papan potensi desa yang dijamin
kebenarannya. Data tata ruang desa merupakan faktor pembatas, karena
tidak ada perubahan dalam luas, yang terjadi hanya penggunaan tanah.
Perubahanperubahan

penggunaan

tanah

terjadi

karena

adanya

perubahan aktivitas ekonomi penduduk desa yang bersangkutan. Setiap

46
Universitas Sumatera Utara

perubahan perlu dicatat dalam buku register desa dan papan potensi
desa.
3.

Analisa Data
Langkah berikut setelah pengumpulan data ialah analisa data. Data
disistematiskan, disusun sebagai suatu rencana, disusun sesuai urutan
prioritas pembangunan. Langkah-langkah sistematis dalam penyusunan
rencana pembangunan desa dilakukan melalui penjenisan rencana
sesuai dengan tingkatannya. Dengan demikian manakala pada saat
sekarang usaha di sektor industri dan jasa memberikan pendapatan lebih
besar dibandingkan dengan sektor pertanian maka masyarakat
cenderung untuk memilih pada sektor industri dan jasa, sedangkan
sektor pertanian ditinggalkan.

4.

Penentuan Sasaran Pembangunan
Dengan telah ditetapkan urutan prioritas permasalahan yang harus
diselesaikan melalui serangkaian kegiatan pembangunan maka dapat
disusun sasaran-sasaran yang akan dicapai.
Dalam penentuan sasaran harus pula diperhatikan faktor-faktor

pendukung pelancar seperti sumber daya alam, sumber daya manusia serta
faktor penghambat, seperti sulitnya transportasi, pengetahuan yang belum
memadai dari aparat yang terlibat dalam perencanaan pembangunan.
Selanjutnya

agar

rencana

sesuai

dengan

kemampuan

dan

dapat

dilaksanakan, maka beberapa hal pokok yang perlu mendapat jawaban
adalah :
a.

Apa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai,

47
Universitas Sumatera Utara

b.

Berapa sumber yang dimiliki yang merupakan potensi (alam, manusia
dan transportasi),

c.

Apa masalah yang dihadapi,

d.

Bagaimana program sebagai usaha mengatasi masalah tersebut,

e.

Dimana kegiatan itu dilakukan,

f.

Kapan rencana itu harus dilaksanakan, dan waktu penyelesaiannya.
Dari uraian di atas maka secara singkat dapat dikemukakan bahwa

langkah-langkah utama dalam penyusunan suatu rencana pembangunan desa
terdiri dari:
a.

Studi keadaan masa lalu dan keadaan masa sekarang serta
kecenderungan di masa yang akan datang,

b.

Penentuan

di

dalam

menghadapi

masalah-masalah

dengan

memanfaatkan potensi yang ada berdasarkan studi analisa,
c.

Tindakan yang dilaksanakan didasarkan pada tahapan-tahapan prioritas
pembangunan dalam rangka pola pembangunan nasional dan daerah.

d.

Menyerasikan tindakan-tindakan itu dengan kondisi-kondisi serta
batasan-batasan yang berpengaruh.

1.5.5.2. Jenis-jenis Rencana Desa
Ada beberapa jenis, perencanaan desa, dari rencana yang umum
sampai rencana yang khusus. Rencana tersebut mempunyai kaitan antara
satu dengan yang lain, karena rencana yang umum memberikan arahan
kepada rencana yang khusus. Selanjutnya secara garis besar perencanaan
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

48
Universitas Sumatera Utara

1.

Rencana Umum atau rencana induk
Rencana Umum Rencana Umum adalah suatu rencana peruntukan bumi
air dan ruang angkasa yang akan menunjukkan dan memuat pedoman
bagi perkembangan suatu desa dan wilayah sekitarnya untuk keperluan
penghidupan dan kehidupan yang masih dalam batas kemungkinan.
Rencana Umum Desa merupakan rencana menyeluruh sehingga harus
mempunyai kekuatan mengikat, untuk itu diperlukan legalitas hukum.
Berh