Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HASRAT HUBUNGAN SEKSUAL
1. Pengertian Hasrat
Menurut Freud (1993) insting didefinisikan sebagai
perwujudan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatik
dalam yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya
disebut hasrat, sedangkan rangsangan jasmaniah dari mana
hasrat itu muncul disebut kebutuhan. Keadaan lapar dapat
digambarkan secara fisiologis sebagai keadaan kekurangan
makanan pada jaringan-jaringan tubuh,

sedangan secara

psikologis diwujudkan dalam bentuk hasrat akan makanan.
Hasrat berfungsi sebagai motif bagi (motif) tingkah laku.
Orang yang lapar mencari makanan. Karena itu insting-insting
dilihat sebagai faktor-faktor pendorong kepribadian. Mereka
tidak hanya mendorong tingkah laku tetapi juga menentukan
arah yang akan ditempuh tingkah laku. Dengan kata lain, insting
menjalankan kontrol selektif terhadap tingkah laku dengan

meningkatkan kepekaan terhadap jenis-jenis stimulasi tertentu.
Orang yang lapar lebih peka terhadap stimulus-stimulus
makanan. Orang yang terangsang secara seksual memiliki
kemungkinan lebih besar untuk merespon stimulus- stimulus
erotis.

Tujuan dari

insting

lapar

ialah

menghilangkan

kekurangan makanan, yang tentu saja terpenuhi dengan

14


memakan makanan. Seluruh kegiatan yang menjembatani antara
munculnya suatu hasrat dan pemenuhan kebutuhan.
Menurut Ahmadi (1998) kemauan merupakan salah satu
fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas
psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan
pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan
yang menuju pada sesuatu arah. Tujuan kemauan adalah
pelaksanaan untuk mencapai suatu yang diinginkan. Dalam
istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan hasrat atau
kehendak. Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat
diulang-ulang.
Berkaitan dengan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa hasrat adalah perwujudan secara psikologis
maupun fisiologis untuk memenuhi suatu kebutuhan atas
rangsangan tertentu yang muncul pada diri individu yang
disebabkan oleh faktor dari dalam individu sendiri maupun dari
luar individu atau pengaruh eksternal. Sebagai contoh seseorang
merasakan keinginan untuk melakukan hubungan seksual
dengan pasangannya, kemudian ia mengajak pasangannya untuk
melakukan hubungan seksual. Maka bila dijabarkan adalah:

keinginan untuk melakukan hubungan seksual disebut hasrat,
sedangkan hubungan seksual disebut kebutuhan, dan munculnya
keinginan

untuk

melakukan

hubungan

seksual

disebut

rangsangan. Sedangkan cara yang ditempuh melalui hubungan
fisiologis adalah hubungan seksual, yaitu bersatunya alat

15

kelamin antara individu dengan pasangannya. Sedangkan secara

psikologisnya adalah ekspresi akan perasaan cinta terhadap
pasangannya,

serta hilangnya gejolak/gairah/tekanan atas

rangsangaan seksual yang bergejolak dalam benaknya.

2. Pengertian Hubungan Seksual
Kartini & Kartono (2003) menyebutkan bahwa seks
merupakan energi psikis, yang mendorong manusia untuk
bertingkah laku. Tidak hanya bertingkah laku dibidang seks
saja,

tetapi

juga

kegiatan-kegiatan

yang


non-seksuil,

umpamanya berprestasi dibidang seni dan ilmiah, melasanakan
tugas-kewajiban moril, berkorban diri, dan lain-lain. Seks
adalah satu mekanisme manusia untuk mengadakan keturunan.
Oleh karena itu, seks merupakan mekanisme vital, agar manusia
mengadakan evolusi sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Disamping hubungan sosial biasa, diantara pria dan wanita itu
bisa terjadi hubungan khusus yang sifatnya erotis, dan disebut
sebagai relasi seksuil yaitu dimana kedua belah pihak bisa
menghayati suatu bentuk kenikmatan, jika dilakukan dalam
hubungan yang normal sifatnya. Hubungan seksuil yang
dilakukan antara dua jenis kelamin yang berlainan disebut
sebagai relasi hitero-seksuil, sedangkan jika dilakukan diantara
dua jenis kelamin yang sama disebut homoseksuil. Relasi
homoseksuil ini biasa disebut sebagai gejala abnormal, karena
pihak wanita tidak merealisasikan fungsi kewanitaannya, sedang

16


pihak laki-laki juga tidak memenuhi fungsi kepriaannya secara
wajar.
Menurut Sarlito (2003) perilaku seksual adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
lawan jenis, maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk
tingkah laku bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan
bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, ataupun
orang dalam khayalannya sendiri yang biasa disebut masturbasi
bagi wanita yang melakukannya dan onani bagi pria.
Menurut Gunarsa (1995) hubugan seksual adalah
persenggamaan bersatunya alat kelamin antara manusia yang
berlainan jenis, hubungan seksual juga dapat merupakan
ekspresi akan perasaan cinta, cara berkomunikasi intim dan cara
mencapai kedekatan emosional. Hubungan seksual menurut
Pangkahila (2001) adalah masuknya penis kedalam vagina.
Walgito (1984) menyatakan bahwa dalam hubungan seksual
bukanlah semata-mata bertemunya secara fisiologis anatra
seorang pria dan wanita tetapi juga bertemunya keadaan

psikologis dari kedua individu tersebut, termasuk di dalamnya
curahan hati, curahan perasaan yang dinyatakan pada waktu
hubungan seksual. Sedangkan menurut Regina (2001) bahwa
manusia mempunyai kebutuhan yang bersifat fisiologis, antara
lain kebutuhan seksual yang menghendaki pemenuhan kepuasan
seksual yang merupakan kepuasan suami istri sebagai kesatuan

17

fisik dan psikis dari kedua belah pihak. Di dalam Buddhisme
dan seks, (2007) seksual adalah dorongan yang kuat pada diri
kita untuk melakukan kegiatan seksual baik antar jenis, sesama
jenis ataupun kegiatan seks dilakukan sendiri.
Berdasarkan

beberapa

pendapat

di


atas

dapat

disimpulkan bahwa hubungan seksual adalah bersatunya alat
kelamin, baik pria dengan wanita, atau wanita dengan wanita,
dan pria dengan pria, untuk mencapai kepuasan seksual yang
merupakan ekspresi akan perasaan cinta, cara berkomunikasi
intim dan cara mencapai kedekatan emosional.
3. Pengertian Hasrat Melakukan Hubungan Seksual
Hasrat melakukan hubungan seksual adalah munculnya
keinginan untuk melakukan hubungan seksual baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun pengaruh lingkungan dari luar diri
individu (faktor ekternal), sehingga timbul keinginan untuk
melakukan persenggamaan fisiologis dan psiklogis untuk
mencapai kepuasan seksual. Hasrat seksual yang timbul dari
dalam diri individu disebabkan oleh perkembangan hormon
seksual yang terdapat di dalam diri manusia sejak lahir, dan
mengalami banyak perubahan yang didorong oleh pengaruhpengaruh eksternal seperti pendidikan, pengaruh bacaan, film,

pergaulan, dan pengalaman. Menurut Sarlito (2003) hasrat
untuk melakukan hubungan seksual adalah timbulnya minat
untuk melakukan hubungan seksual. Hasrat seksual dapat

18

timbul apabila tidak terjadi hambatan selera seksual, hambatan
gairah seksual, dan hambatan orgasme.
4. Ciri-Ciri Hasrat
Menurut

sarlito

(1998)

tujuan

kemauan

adalah


pelaksanaan untuk mencapai suatu yang diinginkan. Dalam
istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan hasrat atau
kehendak. Hasrat ialah suatu keinginan tertentu yang dapat
diulang-ulang. Hasrat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hasrat merupakan “motor” penggerak perbuatan dan
kelakuan manusia.
b. Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif
maupun negatif. Positif berarti mencapai sesuatu yang
dianggap berharga atau berguna baginya. Sedangkan
negative berarti menghindari sesuatu yang dianggap tidak
berharga baginya.
c. Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal
(kognisi) dan perasaan (emosi). Dengan kata lain hasrat
tidak dapat dipisah dengan pekerjaan jiwa yang lain.
d. Hasrat di arahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan,
maka di dalam hasrat terdapat bibit-bibit penjelmaan
kegiatan.

19


5. Aspek-Aspek Dalam Hubungan Seksual
Hasrat melakukan hubungan seksual dalam diri individu
dapat muncul apabila didorong oleh beberapa aspek seperti
yang dikemukakan oleh Tukan (1990) yang mengemukakan
aspek-aspek hubungan seksual antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Aspek Biologis
Yaitu hasrat dan dorongan untuk meneruskan keturunan
prokreatif dan melanjutkan jenis manusia.
b. Aspek Fisiologis
Yaitu hasrat untuk meredakan tekanan dan memuaskan
nafsu seksual.
c. Apek psikologis
Yaitu kebutuhan akan teman hidup, keinginan akan
persatuan dan kesempurnaan serta persahabatan timbal
balik.
d. Aspek Personal
Yaitu pasangan pria dan wanita saling memperhatikan,
tukar menukar masalah pribadi dalam berkomunikasi,
saling menolong, bergembira bersama dan saling
melengkapi.
e. Aspek Cinta
Yaitu persatuan seksual yang merupakan salah satu
ekspresi cinta yang sangat mendalam.

20

f. Aspek Sosial
Yaitu dalam perkawinan bukan hanya urusan pasangan
itu sendiri tetapi mereka juga butuh pengakuan sosial
dari orang lain.
Thornburg (1982) mengemukakan bahwa ada empat
aspek dalam hubungan seksual yaitu:
a. Apek Biologis
Yaitu respon individu terhadap hasrat seksual,
perubahan,

perkembangan

dan

pertumbuhan

individu

mengungkap

seksual.
b. Aspek Psikologis
Yaitu

proses

belajar

dorongan seksual dan peranan pikiran dalam
tingkah laku individu.
c. Aspek Sosial
Yaitu dorongan seksual yang diungkapkan melalui
cara menjalin hubungan dengan orang lain yang
bersifat mendalam.
d. Aspek Moral
Yaitu

dorongan

berdasarkan

pada

seksual

yang

norma-norma

diekspresikan
sosial

yang

berlaku dalam masyarakat.

21

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasrat Hubungan Seksual
Menurut Karini & Kartono (2003) menyebutkan bahwa
hasrat hubungan seksual dipengaruhi oleh beberapa komponen
antara lain:
a) Komponen hormoral
Komponen hormoral ditentukan oleh hormon-hormon
tertentu, yang mempengaruhi perkembangan dan aktivitas
seks. Hormon estrogen untuk wanita dan hormon tetosteron
untuk laki-laki.
b) Komponen genetic
Komponen

genetik

terdapat

dalam

kromosom-

kromosom seks, yaitu kromosom X atau kromosom betina,
dan kromosom Y atau kromosom jantan. Kromosom ini
menentukan jenis kelamin manusia, susunan alat kelamin
dan reproduksi serta morfologi alat kelamin bagian luar
meliputi vagina, payudara pada kaum wanita dan scrotum,
kantong bola dan penis pada kaum laki-laki.
c) Komponen psikologis
Komponen psikologis yang terdapat pada seksualitas
manusia

dipengaruhi

oleh

faktor-faktor

lingkungan,

keluarga, alam sekitar, faktor-faktor kulturil dan semua
pengalaman hidup setiap individu. Komponen-komponen
genetik-fisiologis dan hormoral pada dorongan seks
mendapatkan beberapa perubahan yang disebabkan oleh
pengaruh-pengaruh eksternal seperti pendidikan, pengaruh

22

bacaan,
eksternal

film,

pergaulan, dan pengalaman.

yang

Pengaruh

berupa rangsangan-rangsangan tertentu

yang sangat kuat mempengaruhi kaum laki-laki ialah
rangsangan visual, melalui pengelihatan. Itulah sebabnya
mengapa pornografi lebih merangsang kaum laki-laki dari
pada kaum wanita. Sebaliknya, wanita lebih sensitif
terhadap stimuli auditif seperti rayuan, cumbuan dan pujian,
sedangkan stimuli taktil dengan dengan rabaan dan stimuli
kinestetik dengan gerakan-gerakan. Perbedaan essensiil
antara laki-laki dan perempuan adalah kaum laki-laki lebih
besar nafsu seksnya daripada wanita sedangkan kaum
wanita lebih besar tenaga seksnya.
Boulfford & Bardwick (1968) mengemukakan bahwa
hunungan seksual timbul karena beberapa faktor yaitu:
a. Meningkatnya Libido Seksualitas
Perubahan-perubahan hormoral yang meningkatkan hasrat
seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
b. Penundaan Usia Perkawinan
Penyaluran hasrat seksual tidak dapat segera dilakukan
karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara
hukum

oleh

karena

adanya

undang-undang

tentang

perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya
usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria.

23

c. Tabu Larangan
Norma-norma agama melarang untuk melakukan hubungan
seksual sebelum menikah. Bahkan larangan-larangannya
berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti
berciuman dan masturbasi. Bagi mereka yang tidak dapat
menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar
larangan-larangan tersebut. Orang tua dan pendidik menjadi
tidak terbuka atau berterus terang kepada anak-anak atau
anak didik mereka tentang seks, dikarenakan takut anakanak terpengaruh untuk melakukan hubungan seksual
sebelum waktunya. Seks menjadi tabu untuk dibicarakan.
d. Kurangnya Informasi Tentang Seks
Pada umumnya pengetahuan mereka tentang seks kurang
memadai, hal ini disebabkan karena seks tabu untuk
dibicarakan. Sehingga mereka mencari sumber-sumber lain
yang tidak akurat baik melalui teman, media massa dan
teknologi canggih lainnya untuk mengetahui seksualitas
yang sesungguhnya.
e. Pergaulan Yang Semakin Bebas
Pergaulan bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat
khususnya

di

kota-kota

besar,

sebagai

akibat

dari

berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga
kedudukan wanita sejajar dengan pria.

24

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
hasrat untuk melakukan hubungan seksual dapat timbul karena
faktor internal dan faktor eksternal, adapun faktor internal
meliputi perubahan hormoral yang secara alamiah terjadi dalam
tubuh manusia, adanya dorongan untuk meneruskan keturunan
prokreatif, adanya keinginan untuk meredakan tekanan dan
memuaskan nafsu seksual, kebutuhan akan teman hidup, adanya
kebutuhan untuk memperhatikan dan diperhatikan serta tukar
menukar masalah pribadi dan saling menolong, dan kebutuhan
akan persatuan seksual sebagai salah satu ekspresi cinta yang
sangat mendalam, sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu
meliputi pengaruh pendidikan, bacaan, film, pengalaman serta
pergaulan sehari-hari.

25

B. MEKANISME PERTAHANAN DIRI
1. Bagian-Bagian Mekanisme Pertahanan Diri
Bagian yang sangat primitif dari jiwa adalah id (das Es),
bagian kedua adalah ego (das Ich), serta bagian ketiga superego
(das Uberich). Bagian-bagian ini tidak memiliki wilayah tertentu,
tetapi hanya merupakan gagasan-gagasan hipotetis. Mereka
berinteraksi dengan tiga tingkat kehidupan mental sehingga ego
melintasi semua tingkat topografis dan memiliki komponen sadar,
prasadar, dan tak sadar, sedangkan super ego adalah prasadar dan
tak sadar. Bagian-bagian dari mekanisme tersebut adalah:
a. Id
Menurut Freud (Libido Kekuasaan Sigmund Freud: 2000)
manusia sejak lahir mempunyai naluri, mempunyai kebutuhan,
mempunyai dorongan yang saling berhubungan satu sama lain,
sehingga jelas ada unsur tenaga atau kekuatan pada kehidupan
psikis seseorang. Tenaga atau kekuatan psikis ini yang
mempunyai latar belakang biologis disebut libido, dan sebagai
naluri sudah ada pada setiap manusia pada waktu dilahirkan.
Karena merupakan tenaga atau kekuatan, libido ini mendorong
timbulnya tingkah laku seperti berfikir dan mengingat sesuatu.
Konsep libido yang menghendaki kenikmatan dihubungkan
dengan latar belakang seks sebab libido sudah ada pada bayi,
berarti ada fungsi-fungsi kenikmatan seks pada bayi. Ada
tingkatan-tingkatan fungsi dan kehidupan dari libido atau naluri
seks yang kemudian dikenal dengan perkembangan psikoseksual.

26

Freud menjelaskankan tingkatan id yaitu gudang semua dorongan
atau tenaga yang sifatnya primitif. Dorongan primitif ini
mempunyai sifat yang disebut sebagai prinsip kenikmatan. Ia
menghendaki

segera

dorongan-dorongannya

memperoleh
sudah

kenikmatan,

sampai

pada

bilamana

tingkat-tingkat

dorongan untuk minta disalurkan. Sebagai contoh ketika kita tidak
berhasil memenuhi kebutuhan tertentu, seperti lapar, mulailah id
menuntut perhatian kita lebih banyak lagi, sampai pada suatu titik
di mana kita tidak bisa berfikir apa-apa lagi selain makan. Saat
inilah keinginan atau nafsu makan memaksa masuk ke dalam
alam sadar. Id merupakan rahim tempat ego dan superego
berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis
diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id
merupakan reservoir energi psikis dan menyediakan seluruh daya
untuk menjalankan kedua sistem lain. Freud menyebut id
“kenyataan psikis yang sebenarnya”, karena id merepresentasikan
dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan
objektif. Dorongan yang timbul pada id, sering kali menekan agar
ego dan superego pada tingkat-tingkat struktur kepribadian yang
lain melaksanakan dan yang sering menimbulkan ketegangan
karena kedua struktur lain mempunyai prinsip-prinsip tersendiri
yang berbeda dengan prinsip kenikmatan id.
Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang
dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak
menyenangkan. Karena itu, apabila tingkat tegangan organisme

27

meningkat, entah sebagai akibat dari stimulasi dari luar atau
rangsangan-rangsangan yang timbul dari dalam, maka id akan
bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan
mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan
konstan serta menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang
merupakan ciri kerja id disebut prinsip kenikmatan. Dorongandorongan dari id dapat terpuaskan melalui proses-proses primer
yang dapat diperoleh dengan tiga cara yaitu:
Perbuatan: Seorang anak yang sedang timbul dorongan
primitifnya. Misalnya dengan teriak-teriak akan berhenti dan
puas ketika ia menemukan puting susu ibunya dan mulai
menyusu.
Fungsi Kognitif yaitu kemampuan anak untuk mengingat
atau membayangkan hal-hal yang memuaskan yang pernah
dialami atau diperoleh. Missal si anak berkhayal terhadap
hal-hal yang nikmat dan menyenangkan.
Ekspresi dari afek atau emosi. Dengan memperlihatkan
emosi tertentu akan terjadi pengurangan terhadap dorongandorongan primitifnya meskipun cara ini kurang efisien.

28

2. Ego
Freud (1923) mengatakan bahwa ego adalah sebagian dari id
yang telah diubah oleh pengaruh langsung dari dunia luar melalui
persepsi kesadaran. Ego melaksanakan prinsip realitas. Ia mengatur
dorongan dorongan id dengan menunda atau menahan, agar
mencapai tujuan secara realistik. Fungsi ego adalah sebagai berikut:
a) Menahan penyaluran dorongan. Ego meninggikan ambang
kebutuhan

menyalurkan dorongan,

atau

sama

dengan

mentoleransikan dorongan yang tidak terpuaskan.
b) Mengatur desakan dorongan-dorongan yang sampai pada
kesadaran. Ego mencegah munculnya suatu dorongan,
sehingga perbuatan dapat dicegah.
c) Mengarahkan sesuatu perbuatan agar mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang dapat diterima. Hal ini berhubungan dengan
fungsi-fungsi kognitif yaitu suatu perbuatan yang disadari
oleh adanya perencanaan sebelum melakukan perbuatan, dan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
d) Berfikir logis. Sebagai hasil perkembangan ego, individu
mampu berfikir sistematis dan logis serta objektif.
e) Mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa atau kesal
sebagai tanda adanya sesuatu yang salah, tidak benar, agar
kelak dapat dikategorikan dengan hal-hal untuk memutuskan
apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.

29

Ego
memerlukan

timbul

karena

kebutuhan-kebutuhan

transaksi-transaksi

yang

sesuai

organisme

dengan

dunia

kenyataan objektif. Orang lapar harus mencari, menemukan dan
memakan makanan sampai tegangan karena rasa lapar dapat
dihilangkan. Ini berarti orang harus belajar membedakan antara
ingatan tentang makanan dan persepsi actual terhadap makanan
seperti di dunia luar. Setelah melakukan pembedaan yang sangat
penting ini, maka perlu mengubah gambaran kedalam persepsi,
yang terlaksana dengan menghadirkan makanan di lingkungan.
Dengan kata lain, orang mencocokan gambaran ingatan tentang
makanan dengan pengelihatan atau penciuman terhadap makanan
yang dialaminya melalui pancaindera. Perbedaan pokok antara id
dan ego ialah bahwa id hanya mengenal kenyataan subjektif jiwa,
sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam
batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.
Secara umum dikatakan bahwa ego melaksanakan fungsinya
sesuai dengan prinsip proses-sekunder, yaitu harus realistis satu
pihak, di pihak lain melaksanakan dorongan-dorongan id. Struktur
ketiga dalam system kepribadian adalah superego. Hubungan antara
fungsi id dan fungsi ego terjadi dalam rangka pemuasan dorongandorongan primitive yang timbul, antara keinginan memperoleh dan
pengaturan oleh ego untuk menuruti atau menolak dorongan
tersebut.

30

Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan, dan beroperasi
menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah
mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang
cocok untuk pemuasan kebutuhan. Untuk sementara waktu, prinsip
kenyataan

menunda

prinsip

kenikmatan,

meskipun

prinsip

kenikmatan akhirnya terpenuhi ketika objek yang dibutuhkan
ditemukan dan dengan demikian tegangan direduksikan. Prinsip
kenyataan sesungguhnya menanyakan apakah pengalaman benar
atau salah yakni, apakah pengalaman itu ada dalam kenyataan dunia
luar atau tidak, sedangkan prinsip kenikmatan hanya tertarik pada
apakah pengalaman itu menyakitkan atau menyenangkan.
Proses sekunder adalah berfikir realistic. Dengan proses
sekunder, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan
kemudian menguji rencana ini, biasanya melalui suatu tindakan,
untuk melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak. Orang yang
lapar berfikir di mana ia dapat menemukan makanan dan kemudian
pergi ke tempat itu. Ini disebut pengujian terhadap kenyataan.
Ego disebut eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol
pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan ke mana
ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting
manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam
melaksanakan

fungsi-fungsi

eksekutif,

ego

harus

berusaha

mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering
bertentangan.

31

3. Superego
Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan citacita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua
kepada anak, dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiahhadiah atau hukuman-hukuman. Superego adalah wewenang moral
dari kepribadian, ia mencerminkan yang ideal bukan yang real, dan
memperjuangkan

kesempurnaan

dan

bukan

kenikmatan.

Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu
benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai dengan
norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.
Fungsi-fungsi pokok superego adalah:
Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls
seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls yang sangat
dikutuk oleh masyarakat.
Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis
dengan tujuan-tujuan moralistis.
Mengajar kesempurnaan.
Jadi, superego cenderung untuk menentang baik id maupun
ego, dan membuat dunia menurut gambarannya sendiri. Akan tetapi
superego sama seperti id bersifat tidak rasional dan sama seperti
ego, superego melaksanakan control atas insting-insting. Tidak
seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, akan
tetapi superego tetap berusaha untuk merintanginya.secara umum id
bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, sedangkan

32

ego sebagai komponen psikilogis dan superego sebagai komponen
sosialnya.
2. Bentuk-Bentuk Mekanisme Pertahanan Diri
Menurut Fishbein (2000) hasrat hanya bermakna ketika
seseorang menghadapi perilaku yang tidak dibawah pengendalian
kehendak, yang berkenaan dengan kehendak, apa yang seseorang
rencanakan, akan mencoba, atau akan melakukan. Sikap terhadap
perilaku dilihat sebagai penampilan atau penampakan kepercayaankepercayaan yang jelas mengenai akibat-akibat atau hasil-hasil atas
perilaku yang telah diperbuat. Misalnya keikutsertaan dalam sebuah
seminar, adalah keseluruhan kumpulan kepercayaannya mengenai
hasil-hasil setelah mengikuti kegiatan dalam seminar tersebut.
Semmer (1979) menyatakan bahwa kecenderungan yang
bertentangan untuk berperilaku dan tidak berperilaku dipengaruhi
oleh daya tarik sasaran dan sifat sasaran yang menimbulkan
ketidaksukaan, dapat diselesaikan sesuai dengan tanggapan yang
biasa dilakukan. Misalnya seseorang bertekad untuk berhenti
merokok. Ketika ia semakin dekat dengan waktunya untuk berhenti
merokok atau kapan ia harus atau akan berhenti merokok, ia boleh
mundur jadi waktu berhenti merokok akan diundur bulan
berikutnya atau tetap ke pola tanggapan yang biasanya yaitu tetap
merokok. Kemampuan orang berbeda-beda dalam mengendalikan
tindakan-tindakannya sendiri. Secara umum kemampuan ini ada
hubungannya dengan persepsi orang mengenai sejauh mana mereka

33

mempunyai pengendalian atas peristiwa-peristiwa dan tidakantindakan dalam kehidupan mereka.
Skema Rotter (1996) mengenai cara pandang orang tentang
letak pengendalian, apakah pengendalian itu ada pada diri mereka
atau dari luar mereka. Harapan umum mengenai pengendalian atas
perilaku berhubungan dengan kesadaran orang akan sifat dan ciri
pribadi yang diperlukan untuk melaksanakan perilaku tersebut atau
yang disebut dengan faktor internal. Menurut Ajzen (2000) faktor
internal yang mempengaruhi persepsi orang mengenai pengendalian
perilaku adalah kesadaran akan informasi,

kecakapan dan

kemampuan yang diperlukan untuk bertindak. Faktor internal yang
kedua adalah kekuatan kehendak. Kekuatan kehendak ini dilihat
sebagai bentuk pengendalian seseorang atas suatu tindakan yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam menggunakan jenis
tindakan tertentu, mempertahankan dan menolak godaan. Faktor
internal ketiga adalah emosi dan kompulsi. Kompulsi menghasilkan
perilaku yang tidak terhentikan atau perilaku kompulsif. Emosi
menghasilkan emosional yang sulit dikendalikan.
Di samping faktor-faktor internal di atas ada juga faktor-faktor
eksternal atau situasional yang melawan pengendalian seseorang
atas perilakunya. Faktor eksternal yang sangat berpengaruh adalah
tidak adanya waktu dan kesempatan. Ia berupaya melaksanakan
perilaku tersebut namun gagal karena ada situasi yang menghalangi
atau karena tidak tersedia waktu. Namun demikian hal ini juga
ditentukan oleh sebuah disposisi lain yaitu kesadaran akan

34

pengendalian. Kesadaran akan pengendalian adalah kepercayaan
seseorang bahwa ia dapat mengendalikan perilakunya. Hal tersebut
ditentukan oleh keyakinan terhadap diri sendiri mengenai ada dan
tidaknya sumberdaya dalam diri yang diperlukan dan kesempatan
untuk melaksanakan perilaku yang diinginkan.
Dasar perkembangan psikoseksual ini adalah pertumbuhan
dan kematangan fisiologis pada bagian-bagian atau tempat-tempat
tertentu dalam tubuh. Adanya dorongan yang dicegah oleh ego dan
superego ini menimbulkan apa yang kemudian disebut mekanisme
pertahanan diri yang ditemukan oleh Freud, putrinya Anna Freud,
(1946) dan murid muridnya :
1. Represi
Mekanisme yang sangat mendasar adalah represi, dikatakan
mendasar karena mekanisme ini juga terlibat dalam mekanismemekanisme yang lainnya. Bila impuls-impuls dari id begitu
mengancam, maka kecemasan akan menjadi semakin hebat sampai
kepada titik di mana ego tidak dapat lagi menahannya. Untuk
melindungi dirinya sendiri, ego mengekspresikan insting itu, yakni
ia memaksa perasaan yang tidak dikehendaki itu untuk masuk
kedalam ketidaksadaran. Dalam banyak hal seperti represi
digunakan terus selama hidup. Berikut ini adalah contoh dari
pengertian represi. Seorang wanita muda yang selalu merasa
bersalah karena memiliki hasrat seksual tinggi, cenderung berusaha
melupakan

nama-nama

pacarnya,

bahkan

ketika

akan

memperkenalkan kepada keluarganya. Meskipun kecemasan jarang

35

menyebabkan represi sepenuhnya terhadap dorongan dorongan
seksual, tetapi sebagian dari dorongan diekspresikan. Anna Freud
menyebutnya dengan ”melupakan yang bermotivasi”, adalah
ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau
peristiwa yang menakutkan.
”saya sering melupakan sesuatu yang tidak saya sukai atau
menghalangi usaha saya untuk mengejar cita-cita saya”
Berdasarkan contoh dan pengertian represi di atas, peneliti
menyimpulkan jika orang atau individu melakukan represi berarti di
dalam diri individu tersebut terdapat keinginan atau ada usaha untuk
melupakan situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan atau tidak
disukai oleh individu dan peristiwa tersebut tidak ingin terulang
kembali. Sebagai contoh seseorang ingin melakukan hubungan
seksual dengan pacarnya setelah

menikah, kemudian selama

berpacaran muncul keinginan untuk melakukan hubungan seksual
dengan pacarnya untuk menghindari hal tersebut maka dia
melupakan pasangannya bahkan dia tidak mau bertemu dengan
pacarnnya untuk sementara waktu sampai keinginan untuk
melakukan hubungan seksual tersebut hilang, dan ia kembali
menemui

pasangannya

setelah keinginan untuk

melakukan

hubungan seksualnya hilang, dan setiap kali kejadian tersebut dapat
diulang-ulang sampai dia menikah.

36

2. Pembentukan Reaksi
Salah satu

cara

dari dorongan

yang

diekspresikan

memperlihatkan dirinya adalah menggunakan penyamaran yang
langsung berlawanan dengan bentuk aslinya. Mekanisme ini disebut
pembentukan reaksi. Tingkahlaku reaktif dapat diidentifikasikan
oleh sifatnya yang berlebih-lebihan dan bentuknya yang obsesif
kompulsif. Contoh yang paling umum dan yang paling jelas dari
pembentukan reaksi ini dapat dilihat pada seorang perempuan yang
sangat marah dan benci terhadap ibunya. Karena ia mengetahui
bahwa masyarakat menuntut cinta kepada orang tua, maka
kemarahan dan kebencian terhadap ibunya akan menyebabkan dia
terlalu cemas. Untuk menghindari kecemasan itu, anak tersebut
memusatkan perhatian pada dorongan yang berlawanan yaitu cinta.
Akan tetapi, cinta kepada ibunya bukan cinta sejati. Cinta itu
mencolok, berlebih-lebihan, dan tidak semestinya. Anna Freud
menyebutnya dengan ”percaya pada hal yang sebaliknya”.
Mekanisme ini adalah mengubah dorongan-dorongan yang tidak
dapat diterima menjadi dapat diterima. Berdasar pada beberapa
pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa semua dorongan
yang masuk kepada individu meski dorongan tersebut dapat
mememenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang dapat diterima oleh
orang lain namun dorongan tersebut tidak dapat diterima oleh
aturan yang ada pada diri individu tersebut atau individu tersebut
tetap menolak dorongan itu, atau dapat dikatakan apa yang kita

37

inginkan atau yang harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan
dengan terpaksa harus ditolak secara tidak wajar.
”saya sering menolak pendapat orang lain meski banyak
orang lain yang setuju dengan pendapatnya”
Sebagai contoh seorang mahasiswa memiliki keinginan
untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain, tetapi dia
menolak keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan
mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah melakukan hubungan
seksual dengan siapapun, sekalipun ia dipaksa untuk melakukannya,
jadi mahasiswa tersebut menolak hubungan seksual tersebut secara
tidak wajar.
3.

Pengantian/Pemindahan
Freud

menggunakan

pemindahan

untuk

menyebut

penggantian penggantian satu simtom neurotik dengan yang
lainnya. Dalam pandangan Freud pembentukan reaksi hanya
terbatas kepada satu obyek. Mekanisme ini berjalan dengan cara
mengalihkan arah dorongan ke target pengganti. Contoh adalah
seorang yang marah terhadap teman sekamarnya mungkin
memindahkan kemarahan itu kepada karyawannya atau kepada
kucing kesayangannya. Anna Freud menambahkan jika Anda
merasa nyaman dengan dorongan, hasrat, dan nafsu yang Anda
rasakan, tetapi orang lain yang Anda jadikan sasaran tentang
perasaan

itu

malah

merasa

terancam,

maka

Anda

dapat

menggantikan dengan orang lain yang dijadikan target simbolik.

38

”saya sering bepergian ketika pikiran saya sedang
kacau atau banyak masalah”
Berdasar dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa penggantian adalah tidak tercapainya atau tidak terpenuhinya
keinginan yang sebenarnya diinginkan kemudian digantikan dengan
keinginan lain yang pada dasarnya sama tetapi beda objeknya, jadi
yang digantikan atau dipindahkan adalah objeknya ataupun
keinginannya. Misalnya seorang suami memiliki keinginan untuk
melakukan hubungan seksual dengan istrinya, tetapi istrinya sedang
pergi, kemudian dia mencari wanita lain atau objek lain untuk
melakukan hubungan seksual atau dia mencurahkan semua kasih
sayangnya kepada anaknya atau memberikan perawatan yang
khusus terhadap hewan peliharaannya dengan tujuan supaya hasrat
ingin menyanginya dapat tersalurkan.
4.

Sublimasi
Sublimasi adalah tujuan genital dari eros diekspresikan dan

menggantikannya dengan tujuan sosial atau budaya. Apakah itu
dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan, ke dalam bentuk yang
lainnya yang bisa diterima secara sosial yang kreatif seperti
kesenian

lukisan,

musik

dan

kesusastraan,

tetapi

dapat

dimanifestasikan secara lebih halus dalam semua hubungan
manusia dan semua karya sosial. Orang yang mempunyai hasrat
seksual yang tinggi akan menjadi seniman, fotografer atau novelis.

39

”saya sering mengekspresikan atau mengungkapkan
seluruh isi hati ke dalam karya seni”
Penulis menyimpulkan bahwa sublimasi adalah mengubah
berbagai rangsangan kedalam bentuk yang lebih positif. Misalnya
seorang seniman ingin melakukan hubungan seksual dengan wanita
yang dikaguminya, karena dia belum menikah dengan wanita yang
dikaguminya maka hasrat seksual tersebut ia curahkan dengan
membuat patung atau membuat lukisan yang menggambarkan
tentang wanita yang dicintai atau dikaguminya.
5. Fiksasi
Pertumbuhan

psikis

biasanya

berjalan

secara

berkesinambungan melalui berbagai tahap perkembangan. Akan
tetapi, proses pertumbuhan psikologis tidak terjadi tanpa saat-saat
yang menimbulkan stres dan kecemasan. Kalau harapan untuk
mengambil langkah berikutnya menimbulkan banyak kecemasan,
maka ego mungkin mengambil strategi untuk tetap tinggal pada
tahap sekarang yang secara psikologis lebih menyenangkan.
Pertahanan yang demikian dinamakan fiksasi. Secara teknis, fiksasi
adalah libido yang tetap melekat pada tahap perkembangan primitif
yang lebih awal. Seperti mekanisme pertahanan lain, fiksasi
digunakan oleh semua orang. Yang terus-menerus memperoleh
kenikmatan dari memakan, merokok, atau berbicara mungkin
sedang mengalami fiksasi oral, sedangkan orang yang terobsesi
dengan kerapian dan keteraturan mungkin mengalami fiksasi anal.
Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa fiksasi adalah

40

dimana individu merasa nyaman pada suatu tahap tertentu dan
belum berani untuk melangkah kepada tahap selanjutnya karena
takut jika melangkah kepada tahap selanjutnya akan membuatnya
menjadi tidak nyaman.
”saya belum siap untuk menghadapi dunia yang baru,
jika saya menikahi pacar saya tahun depan”
Misalnya seorang mahasiswa memiliki pacar yang berbeda
agama, walaupun dia berminat untuk menikah dengan pacarnya
namun hal tersebut tidak diungkapkan karena ia takut jika sang
pacar menolaknya dengan alasan berbeda agama.
6.

Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa dimana seseorang

mengalami tekanan psikologis. Segera setelah libido melewati suatu
tahap perkembangan, pada saat mengalami stres dan kecemasan
mungkin akan kembali lagi ke tahap perkembangan sebelumnya.
Misalnya, seorang anak yang disapih mungkin akan meminta botol
susu bila saudaranya lahir. Perhatian kepada bayi yang lahir itu
merupakan ancaman bagi anak yang lebih tua. Tingkah laku regresi
sama dengan tingkah laku fiksasi. Namun regresi lebih bersifat
sementara, sedangkan fiksasi memerlukan sedikit lebih banyak
pengeluaran energi psikis yang permanen.
”kadang saya merasa iri terhadap anak-anak kecil yang
selalu tertawa bahagia seolah ia hidup tanpa beban dan
masalah”

41

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil cotoh
lain misalnya, seorang yang baru saja bercerai dengan istrinya,
karena merasa kesepian ia pergi ke tempat di mana anak-anak muda
berkumpul dan bersenang-senang seperti ia bersenang-senang
seperti waktu masih muda dulu.
7.

Proyeksi
Bila dorongan insting internal menimbulkan terlalu banyak

kecemasan, ego mungkin mereduksikan kecemasan dengan
menghubungkan dorongan yang tidak bisa dikendalikan itu dengan
obyek luar, biasanya orang lain. Ini disebut mekanisme proyeksi,
yang dapat didefinisikan sebagai melihat pada orang-orang lain
perasaan atau tendensi yang tidak dapat diterima dan yang
sesungguhnya berada dalam ketidaksadaran orang itu sendiri.
Misalnya, seorang istri yang baik dan jujur tertarik kepada laki-laki
tetangga. Tapi, dia bukannya menyadari apa yang dia rasakan,
namun malah tanpa pertimbangan dia mencemburui suaminya.
Perempuan itu menipu dirinya sendiri dengan berpendapat bahwa
dia tidak tertarik terhadap laki-laki tetangga. Suatu tipe proyeksi
yang ekstrim adalah paranoia, yakni suatu gangguan mental dengan
ciri khasnya adalah delusi kecemburuan dan dikejar-kejar sangat
kuat. Perbedaan yang penting paranoia dan proyeksi adalah
paranoia bercirikan perasaan homoseksual yang diekspresikan
terhadap orang yang mengejar. Freud berpendapat bahwa orang
yang mengejar adalah kawan sejenis sebelumnya, meskipun

42

kadang-kadang orang itu mungkin memindahkan delusinya kepada
orang yang tidak sejenis.
”saya sering menuduh dan curiga kepada pacar saya
ketika saya tertarik kepada orang lain yang lebih tua”
Berdasar penjelasan di atas dapat diambil contoh lain
misalnya seorang laki-laki yang ingin melakukan hubungan seksual
dengan wanita yang dikaguminya, nanun ia tidak mengakuinya
kalau ia ingin melakukan hubungan seksual, namun justru ia
menganggap hubungan seksual adalah suatu hal yang sangat tidak
baik dan melanggar norma-norma sosial dalam masyarakat dan
menganggap sebuah tindakan yang tak bermoral.
8. Introyeksi/Identifikasi
Introyeksi adalah suatu mekanisme pertahanan yang
digunakan orang-orang untuk memasukkan kualitas-kualitas positif
dari orang lain ke dalam ego mereka sendiri. Misalnya, seorang
gadis remaja mengintoyeksikan nilai atau gaya hidup seorang
bintang film. Introyeksi itu memunkinkan sang gadis remaja
meningkatkan perasaan harga dirinya dan membuat perasaan
inferioritasnya berkurang. Orang-orang selalu mengintroyeksikan
ciri-ciri khas yang dilihat berharga dan membuat mereka merasa
lebih baik mengenai diri mereka sendiri. Introyeksi kadang juga
disebut identifikasi. Mekanisme ini bekerja dengan cara membawa
kepribadian orang lainmasuk kedalam diri sendiri.

43

”saya selalu membayangkan bahwa saya adalah orang
yang paling kaya di dunia ketika saya bertemu dengan
tetangga saya yang lebih kaya dari saya”
Dari penjelasan di atas dapat di ambil contoh lain misalnya
seorang mahasiswa yang akan mempresentasikan makalah yang
telah ia kerjakan, supaya tidak malu maka ia presentasi di depan
mahasiswa lainnya dengan menggunakan gaya dari dosen yang ia
kagumi. Atau contoh lain misalnya seorang pelajar SMU yang
mengikuti gaya hidup dari seorang mahasiswa terpandai di suatu
universitas dengan tujuan agar ia dapat menjadi seorang pelajar
SMU yang terpandai.
9.

Penolakan
Penolakan dilakukan dengan cara memblokir peristiwa-

peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi
tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang
hanya perlu menolak mengalaminya. Cara ini adalah cara yang
paling primitif dan berbahaya, karena tidak ada orang yang
selamanya mampu lari dari kenyataan. Penolakan dapat bekerja
sendiri atau biasanya dikombinasikan dengan bentuk mekanisme
pertahanan lain yang lebih kukuh. Misal, ketika anak-anak
membayangkan ayahnya yang jahat menjadi boneka yang lucu dan
baik, atau mengubah bocah yang tidak berdaya menjadi kesatria
yang gagah.
”saya sering memaksakan diri untuk terus mengerjakan
skripsi ketika saya merasa rindu dengan pacar saya”

44

Dari beberapa contoh di atas peneliti dapat mengambil
contoh lain misalnya seorang laki-laki tidak kuat untuk menahan
hasrat seksualnya, ia mengubah hasrat seksual tersebut dengan
menganggap bahwa dirinya adalah orang yang lemah syahwat atau
penderita impotensi dan tidak dapat melakukan hubungan seksual.
10. Asketisme atau menolak segala kebutuhan
Asketisme adalah mekanisme pertahanan ego yang paling
jarang dikenal orang. Misalnya, anak remaja ketika merasa tersiksa
oleh munculnya dorongan seksual, bisa jadi secara tidak sadar
mencoba melindungi diri dengan menolak, bukan hanya menolak
dorongan seksual, tetapi seluruh bentuk dorongan nafsu dengan
menempuh gaya hidup asketik seperti cara hidup pendeta guna
menolak apa yang dinikmati orang lain.
”saya sering marah kepada semua teman-teman kost
ketika saya sedang marah dengan pacar saya”
Dari beberapa penjelasan di atas peneliti dapat memberikan
contoh lain misalnya seorang mahasiswi sedang mengalami konflik
karena bertengkar dengan pacarnya, secara tidak sadar ia
melindungi diri dengan menolak pertengkaran tersebut dengan
menjalani kuliahnya dengan tekun guna menyelesaikan skripsinya
agar cepat lulus dan memulai hidupnya yang baru.

45

11. Isolasi
Mekanisme ini berjalan dengan cara mengalihkan emosi dari
kenangan yang menakutkan. Misalnya, orang yang merasa dirinya
dianggap

sebagai

anak

kecil,

atau

orang

yang

selalu

mengedepankan aspek intelektual ketika pertama kali kenal dengan
urusan seksual. Atau para dokter dan perawat harus membiasakan
diri memisahkan rasa jijik, jengkel, dan takut mereka pada darah,
luka rintihan, dan sebagainya serta tetap memperlakukan pasien
dengan ramah, hangat seperti keluarga sendiri. Remaja yang baru
saja menonton film horor akan senang berkumpul dengan orang
banyak yang tujuan sebenarnya adalah menghilangkan rasa takut
mereka sendiri. Namun tak ada contoh yang paling baik selain
seseorang ketika seluruh penonton di gedung bioskop tertawa
karena filmnya lucu tetapi dia malah diam dan merasa tidak
diperhatikan.
”saya sering memikirkan masalah yang sedang saya
hadapi ketika saya berkumpul dengan teman-teman dan
mereka sedang asik bercanda bersama”
Berdasar pada penjelasan di atas peneliti dapat mengambil
contoh lain misalnya seorang warga yang mengalami trauma
terhadap hubungan seksual dengan tetangga sebelahnya akan pergi
dan berpindah rumah yang tujuan sebenarnya adalah menjalin
hubungan sosial yang baru sehingga trauma seksualnya tidak lagi
muncul karena ia tidak bertemu lagi dengan warga yang lama. Atau

46

orang yang berusaha keras untuk tidak melakukan hubungan
seksual seumur hidup akan tinggal di tempat yang jauh dari
pemukiman warga yang tujuan sebenarnya untuk memperoleh
ketenangan dalam usaha mencapai cita-citanya atau menghilangkan
pengaruh atau menghindari godaan untuk melakukan hubungan
seksual.
12. Melawan diri sendiri
Ini merupakan bentuk penggantian paling khusus, dimana
seseorang menjadikan dirinya sendiri sebagai target pengganti.
Biasanya diri sendiri dijadikan sebagai target pengganti untuk
melampiaskan rasa benci, marah, dan keberingasan, ketimbang
pelampiasan terhadap dorongan-dorongan positif. Menurut Freud,
mekanisme ini dapat menjelaskan perasaan minder, bersalah akibat
depresi yang kita alami. Ide bahwa depresi sering muncul akibat
kemarahan yang ditahan dapat diterima setiap teorikus, baik
Freudian maupun non-Freudian. Misalnya, seorang ibu dan putrinya
sedang berkunjung kerumah teman, putrinya yang berusia 5 tahun
menumpahkan gelas susu coklat di karpet ruang tamu. Teman ibu
pun memarahi dan mengatakan bertindak bodoh dan harus belajar
agar lebih hati-hati. Anak tersebut berdiri terpaku dengan
pandangan nanar menatap ibunya, dan sesaat kemudian anak
tersebut memukul-mukul kepalanya sendiri berkali-kali.
”saya sering menghukum diri saya sendiri apabila saya
telah melakukan kesalahan kepada orang lain”

47

Dari beberapa penjelasan di atas peneliti dapat memberikan
contoh lain yaitu ketika seseorang merasa sangat bersalah setelah
melakukan hubungan seksual di luar nikah ia menghukum dirinya
dengan menurung diri di dalam kamarnya selama berhari-hari tanpa
mempedulikan semua tugas kuliah yang seharusnya ia selesaikan
untuk mengejar nilai kuliahnya yang turun. Atau seseorang yang
menyesali perbuatannya setelah ia sadar dari mabuknya semalam, ia
menghukum

dirinya

dengan

memukulkan

botol

minuman

dikepalanya sampai botol tersebut pecah.
13. Tawanan altruistik
Tawanan altruistik adalah bentuk proyeksi yang awalnya
terlihat berlawanan. Orang berusaha memenuhi kebutuhannya
semaksimal mungkin, tapi dengan memanfaatkan orang lain.
Misalnya, orang yang berusaha keras membuat orang lain
bersahabat dan menjalin hubungan dengannya, sementara hubungan
dia dengan orang lain tidak pernah diperhatikannya. Dia selalu
bertanya ”apa yang terjadi semalam tadi? Contoh yang paling
ekstrim adalah orang yang menjalani seluruh hidupnya demi orang
lain.
”saya jarang memenuhi keinginan saya, saya cenderung
menuruti apa yang diinginkan oleh orng tua saya”
Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa orang
yang sering melakukan mekanisme pertahanan diri dengan tawanan
alturalistik adalah orang yang setia dalam persahabatan ia

48

cenderung lebih mengutamakan kepentingan persahabatan daripada
kepentingan pribadinya, sebagai contoh seseorang yang sedang
sibuk menyelesaikan tugas kuliahnya namun pada saat yang
bersamaan pacarnya minta bantuan untuk diantar ke suatu tempat
untuk menyelesaikan tugasnya, dan orang tersebut memilih
mengantar pacarnya dari pada menyelesaikan tugas kuliahnya yang
harus dikumpulkan besok pagi.
14. Penghapusan
Mekanisme ini mencakup gestur atau ritual yang bertujuan
menghapus pikiran atau perasaan yang tidak mengenakkan.
Misalnya, seorang anak laki-laki akan membaca terbalik dari
belakang kedepan pada saat di dalam kepalanya berkecamuk
pikiran-pikiran seksual, atau akan membuang muka dan meludah
ketika teman-temannya mengajaknya masturbasi. Pada diri orang
”normal”, mekanisme penghapusan ini tentu lebih disadari, dan kita
biasa terlibat dalam tindakn-tindakan yang bersifat melupakan, atau
tindakan meminta maaf. Tetapi sebagian orang, tindakan melupakan
ini tidak disadari sama sekali. Misalnya seorang pemabuk yang
setiap hari mengomel tidak karuan dan suka main tangan,
memberikan hadiah yang berlimpah kepada anak-anaknya pada
waktu hari raya. Ketika suasana hari raya habis, dan anak-anaknya
pun tidak terkecoh dengan ”tipuan” ini, ia kembali lagi kepada kaki
botol dan bercerita kepada orang lain di bar betapa keluarganya
tidak memiliki rasa terima kasih sama sekali dan merekalah
sebenarnya yang memaksa dia kembali jadi pemabuk.

49

”saya sering memberikan hadiah kepada pacar saya
ketika ketahuan berbuat salah padanya”
Dari beberapa contoh di atas peneliti menyimpulkan bahwa
penghapusan ini yang terjadi biasanya adalah melupakan atau tidak
menganggap suatu peristiwa yang baru saja ia lalui, mungkin
karena ia merasa menyesali apa yang baru saja ia lakukan. Sebagai
contoh seorang laki-laki baru saja melakukan hubungan seks
dengan pacarnya kemudian ia mandi untuk membersihkan
tubuhnya. Wajar kalau orang membersihkan diri setelah bersetubuh.
Tetapi akan menjadi aneh kalau orang tersebut mandi dan
membasuh

kelaminnya

bersenggama,

jika

berkali-kali

terjadi

seperti

dengan
ini

sabun

setelah

kemungkinan terjadi

penyesalan yang dalam pada diri individu setelah melakukan
hubungan seksual. Sehingga individu sedapat mungkin melupakan
atau menganggap hal tersebut tidak pernah terjadi.
15. Identifikasi dengan penyerang
Mekanisme ini adalah bentuk introyeksi yang berfokus pada
pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif, tapi dari segi
negatif. Misalnya, jika anda merasa takut dengan seseorang, anda
akan menakhlukkan rasa takut itu dengan pura-pura menjadi orang
yang anda takuti. Seorang anak memiliki kucing kesayangan ia
berusaha meniru suara kucing itu, dan mengibas-ibaskan kepalanya
agar kucing tidak melompat ke sudut gelap dari rumah dan
memakan makanannya.

50

”saya pura-pura menjadi preman ketika premanpreman di ujung gang sedang berkumpul”
Dari contoh di atas peneliti membuat kesimpulan bahwa jika
kita takut kepada hantu maka kita akan membayangkan atau
berimajinasi bahwa kita merupakan kawanan dari hantu-hantu yang
kita takuti dengan harapan bahwa hantu tersebut tidak akan
menampakkan diri dan menakuti kita karena kita merupakan bagian
dari hantu-hantu yang kita takuti. Seperti contoh di atas seorang
anak dan seekor kucing kesayangannya, sang anak mencoba
mengajak si kucing bermain dengan menirukan suara kucing dan
mengibas-ibaskan kepalanya dengan tujuan supaya si kucing tidak
lari meninggalkan sang anak untuk memakan makannya.
Dengan mengacu pada uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa macam bentuk mekanisme pertahanan diri.
Adapun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut adalah:
1. Represi, yaitu dimana individu berusaha melupakan objek
kebutuhan yang sebenarnya dibutuhkan, dan menghilangkan
kebutuhan yang dianggap menghalangi usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya yang lebih diutamakan.
2. Pembentukan Reaksi, adalah cara individu mengubah
dorongan yang tidak dapat diterima menjadi dapat diterima
menggantikan impuls atau perasaan yang menimbulkan
kecemasan dengan lawan atau kebalikannya, adanya
perlawanan yang bertolak belakang dengan dorongan akan
pemenuhan keinginannya.

51

3. Penggantian/Pemindahan, merupakan penggantian suatu
objek

sasaran

dengan

objek

yang

lainnya

untuk

mengekspresikan atau melampiaskan keinginannya sesuai
dengan tujuan.
4. Sublimasi,

merupakan

suatu

bentuk

pengekspresian

perasaan yang dicurahkan kedalam bentuk lain yang lebih
diterima secara sosial.
5. Fiksasi, dimana individu merasa nyaman dengan suatu
tahapan yang sedang dirasakan dan engan beranjak
ketahapan berikutnya karena takut suasana berubah menjadi
tidak nyaman.
6. Regresi, yaitu pada suatu tahap perkembangan tertentu
individu merasa tidak nyaman dan membuat individu
kembali kepada tahapan sebelumnya yang membuat
individu merasa lebih nyaman.
7. Proyeksi, yaitu proses penyangkalan terhadap apa yang
sedang individu rasakan dengan mengkambing hitamkan
lawan bicaranya.
8. Introjeksi/Identifikasi,

yaitu

dimana

individu

meniru

karakter dari orang lain yang dikagumi dengan tujuan untuk
mengurangi perasaan inferioritasnya.
9. Penolakan, yaitu dimana individu tidak mau merasakan akan
apa yang sedang dirasakan, menolak apa yang sedang
dirasakan.

52

10. Asketisme atau menolak segala kebutuhan, yaitu dimana
individu tidak hanya menolak untuk memenuhi s

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Harga Diri (Self-Esteem) dan Kepuasan Seksual pada Wanita yang Melakukan Histerektomi

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB II

0 0 62

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB IV

0 0 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB IV

0 8 110

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha T1 802005141 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mekanisme Pertahanan Diri terhadap Hasrat Melakukan Hubungan Seksual pada Diri Biarawan Buddha

0 0 15

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri Anggota “JKT48 Surakarta” T1 BAB II

0 0 13